• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Budaya Organisasi Dan Efektivitas Kepemimpinan Dengan Profesionalisme Dosen Akademi Keperawatan Di Wilayah Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Budaya Organisasi Dan Efektivitas Kepemimpinan Dengan Profesionalisme Dosen Akademi Keperawatan Di Wilayah Jakarta Barat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

AKPER YUKI 1

PROSIDING

HASIL PENELITIAN DAN PkM DOSEN

AKADEMI KEPERAWATAN

YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Disusun Oleh :

Ns. Erita, M.Kep

Ns. Yanti Anggraini A, M. Kep

Ns. Sinta Mangapul Simanjuntak, M. Kep

Ns. Hasian Leniwita S, M. Kep

I Made Mertajaya, SPd., APP., M. Kes, MM

Adventus MRL., SKM., M. Kes

Anita Sriwaty Pardede., SKM., M. Kes

Editor :

Ns. Melfa, S. Kep

Ns. Donny Mahendra, S. Kep

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

(3)

AKPER YUKI 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

KATA SAMBUTAN

ii

PENGALAMAN PERAWAT BARU TERHADAP KOMPETENSI KLINIK DAN

PERCAYA DIRI SETELAH MENDAPAT PENDAMPINGAN

PRECEPTORSHIP

DI RSU UKI JAKARTA

Ns. Erita, S.Kep., M. Kep

1

EFEKTIVITAS

HOME HEART WALK

TERHADAP DERAJAT KELELAHAN

PADA PENDERITA GAGAL JANTUNG DI JAKARTA

Ns. Yanti Anggraini A, M. Kep

10

EFEKTIFITAS AUDIO VISUAL SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN

KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN

PENYAKIT GINJAL KRONIK DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH

SAKIT UMUM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TAHUN 2016

Adventus MRL., SKM., M. Kes

22

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN

ULANG PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA (RSU UKI) JAKARTA

TAHUN 2017

Anita Sriwati Pardede., SKM., M.Kes

33

PENGARUH TERAPI

NATURAL RELAXATION MUSIC

TERHADAP

PENURUNAN KELELAHAN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK

DI RS MITRA KELUARGA BEKASI BARAT TAHUN 2015

Ns. Sinta Mangapul Simajuntak. S.Kep., M.Kep

38

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DAN EFEKTIVITAS

KEPEMIMPINAN DENGAN PROFESIONALISME DOSEN AKADEMI

KEPERAWATAN DI WILAYAH JAKARTA BARAT

I Made Mertajaya, SPd., APP., M. Kes, MM

49

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION(ROM) TERHADAP

PERUBAHAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN STROKE RAWAT

INAP DI RSU UKI JAKARTA

Ns. Hasian Leniwita S, M. Kep

62

KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT DIFTERI

DI PUSKESMAS CAWANG JAKARTA TIMUR

Ns. Erita, M. Kep

68

KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT KAKI

GAJAH DI PUSKESMAS CAWANG JAKARTA TIMUR

(4)

AKPER YUKI 3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat,

hikmat dan perlindungan-Nya penyusun dapat menyelesaikan prosiding yang berisi hasil-hasil

penelitian dosen Akademi Keperawatan Yayasan Universitas Kristen Indonesia. Buku prosiding ini

disusun sebagai salah satu bentuk publikasi ilmiah dan pertanggungjawaban hasil penelitian yang

pernah dilakukan untuk diketahui serta rujukan untuk perkembangan ilmu kesehatan.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan prosiding ini tidak lepas dari dukungan

berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas

kontribusi semua pihak yang telah membantu.

Proses penyusunan prosiding ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan pada masa mendatang.

Semoga prosiding ini bisa memberi manfaat bagi perkembangan kesehatan khususnya ilmu

keperawatan di Indonesia. Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang sudah terlibat dan membantu dalam penyusunan prosiding ini.

Jakarta, Juli 2018

Hormat kami,

(5)

AKPER YUKI 4

SAMBUTAN DIREKTUR

Salam sejahtera,

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat

dan kemurahanNya prosiding Akademi Keperawatan Yayasan Universitas Kristen indonesia ini

bisa terbit. Adapun tujuan penerbitan prosiding ini adalah untuk menjadi dokumen bukti hasil

penelitian para dosen di AKPER YUKI sekaligus memotivasi dosen untuk meningkatkan kegiatan

penelitian dan Pengabdian Masyarakat lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Publikasi hasil penelitian merupakan salah satu tanggung jawab dosen sebagai program Tri Dharma

Perguruan Tinggi. Melalui penelitian diharapkan dosen dapat meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan melalui praktek asuhan keperawatan yang berbasis penelitian. Selain itu penelitian dosen

juga akan meningkatkan akreditasi fakultas dan universitas sehingga mutu fakultas dan Universitas

akan meningkat pula.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua dosen dan staf kependidikan yang sudah membantu

penerbitan prosiding ini. Semoga prosiding ini bisa berguna untuk pengembangan ilmu keperawatan

kedepannya.

Jakarta, Juli 2018

Ns. Erita, M. Kep

Direktur AKPER YUKI

(6)

AKPER YUKI 50

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN

DENGAN PROFESIONALISME DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN DI WILAYAH

JAKARTA BARAT

I Made Mertajaya

Akademi Keperawatan Yayasan Universitas Kristen Indonesia Jalan Mayjen Sutoyo No 2 Cawang Jakarta Timur

Email: immerta@yahoo.com

ABSTRAK

Peran pimpinan institusi pendidikan dalam mengelola dosen maupun sumber lainnya merupakan factor penting dalam mewujudkan kompetensi lulusasn yang berkualitas dan professional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil univariat ditemukan bahwa budaya organisasi yang efektif ada 31 (77,5%) dan tidak efektif ada 9 (22,5%) dan Efektivitas kepemimpinan yang efektif ada35 (87,5%) dan tidak efektif ada 5 (12,5%), serta profesionalisme dosen yang efektif 33 (82,5%) dan tidak efektif 7 (17,5%), dengan responden dalam penelitian ini adalah dosen tetap (n = 40) . Berdasarkan analisis bivariat ditemukan ada hubungan yang bermakna antara budaya organisasi dengan profesionalisme dosen (p-value 0,05). Juga ditemukan ada hubungan efektivitas kepemimpinan dengan dengan profesionalisme dosen (p-value 0,052). Hasil analisi multivariat variabel independen yang paling berhubungan secara bermakna/dominan adalah sub variabel bentuk interaksi dalam organisasi dengan nilai p-value 0,030.

Kata Kunci: Budaya organisasi, efektivitas kepemimpinan, profesionalisme dosen

PENDAHULUAN

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni : “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional” Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl, jabatan dosen sebagai pendidik merupakan jabatan profesional, pasal 20 diamanahkan bahwa pereguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan pendidikan/pengajaran. Sejalan dengan kewajiban tersebut, Undang – undang RI. Nomer 14 tahun 2005 Bab I, pasal 1, ayat 2 dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui PP, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pasal 46 ayat 2, dosen memiliki kualifikasi akademik minimun lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana, dan lulusan program doktor untuk program pascasarjana. Dipertajam lagi pada Undang – undang RI. Nomer 12 Tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi Pasal 45 menegaskan bahwa penelitian di Perguruan Tinggi diarahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa Berkaitan dengan hal tersebut di atas sesungguhnya pendidikan tinggi di Indonesia merupakan suatu organisasi yang pengembangannya masih belum optimal, dimana program pengembangan mutu dosen juga telah dikenal sejak tahun 70-an..

Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia memang sudah masuk dalam daftar perguruan tinggi terbaik di dunia, meskipun masih di urutan ke 201, UI dan 235, UGM (QS

Quacquarelli Symonds Limited dikutip ruanghati . com, 2009). Demikian halnya dengan swasta, terdapat sejumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang kualitasnya bisa diandalkan dan setara dengan perguruan tinggi di luar negeri.

Data yang dimiliki Litbang Depdiknas menunjukkan, dari 120.000 dosen tetap PTS dan PTN di Indonesia, masih ada 50,65 persen atau sekitar 60.000 di antaranya belum berpendidikan S2 atau baru S1 (Suara Pembaruan, 2008). Menurut data lain, jumlah seluruh dosen di PTN sebanyak 240.000 orang, 50% di antaranya belum memiliki kualifikasi pendidikan setara S2. Di antara jumlah tersebut, baru 15% dosen yang bergelar doktor. Jika dibandingkan dengan perguruan tinggi di Malaysia, Singapura dan Filipina yang jumlah doktornya sudah mencapai angka 60% lebih, maka tampak bahwa dosen di perguruan tinggi Indonesia masih jauh ketinggalan. (Nur Syam, 2006).

Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme dosen Akademi Keperawatan di Wilayah Jakarta Barat, melalui survei dan pengamatan , wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu pimpinan isntitusi ; dari jumlah 40 orang dosen tetap, rata – rata kualifikasi jenjang pendidikan dosen lulusan strata 2 yang linier dibidang spesialisasi Keperawatan sekitar 10 % , yang tidak linier 10 - 20 % selebihnya masih berpendidikan strata 1 sekitar 60 – 80 %, di sisi lain penelitian sudah dilakukan namun kisaran dosen yang meneliti rata - rata setahunnya satu penelitian 50 %, namun idealnya minimal dua penelitian pertahun .

Demikian juga amalan di bidang pengabdian kepada masyarakat sudah juga dilakukan namun belum memenuhi kaidah yang benar, seperti

(7)

AKPER YUKI 50

rata dosen belum memiliki Nomer Induk Dosen Nasional ( NIDN ) dan belum ada yang memiliki jabatan Lektor di intitusi Akademi Keperawatan di wilayah Jakarta Barat yang menjadi persyaratan mutlak sebagai ketua kelompok penelitian, lamanya pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan minimal 1 tahun secara berkesinambungan mengacu pada panduan pelaksanaan pengabdian masyarakat sesuai buku panduan Ditjen Dikti melalui Ditlitabmas ( Direktorat penelitian dan pengabdian masyarakat Kemendikbub, 2013 ).

Akademi Keperawatan di Jakarta Barat sebagai penyelenggara pendidikan tinggi sangat tergantung pada keputusan berokrasi (hirarki organisasi) yang mempunyai jalur yang sangat panjang bahkan kadang-kadang kebijakan yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi perguruan tinggi dimaksud, hal tersebut berpengaruh kurang optimalnya peran/efektivitas kepemimpinan dalam melibatkan dosen kaitannya saat mengambil keputusan atau kebijakan institusi terutama kegiatan yang berhubungan dengan penelitian, pengabdian masyarakat dan pengajar/proses pembelajaran atau pendidikan. Mengenai alasan pemilihan Akademi Keperawatan di wilayah Jakarta Barat sebagai lokasi penelitian karena memiliki karakteristik yang hampir sama seperti Alihbina Akademi keperawatan sebagai ijin kelembagaan istitusi, baru dimulai sekitar tahun 2007 dan terakhir alih bina tahun 2011, status ijin penyelenggaraan pendidikan di bawah Yayasan, tergolong Perguruan Tinggi Swasta ( PTS ), perijinan sebagai badan Hukum mulai Perencanaan, Penganggaran, Pengawasan semuanya harus mendapatkan persetujuan / dibawah kontol yayasan. Pertimbangan lainnya berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis ditemukan baru 9 orang (10%) dosen yang berpendidikan S2. Sedangkan yang di luar Jakarta Barat mempunyai karekteristik berbeda yaitu status penyelenggaraan pendidikannya sangat hetorogen , ada yang status PTN tapi masih dibawah kelolaan Kemenkes, Perguruan Tinggi milik Pemda DKI dan PT milik TNI dan Polri tapi ada yang sudah atau sedang berproses alihbina ke Kemendikbud., diantara sumberdaya, tenaga pendidikan yang ada, dosen adalah sumberdaya yang utama. Dikategorikan sebagai sumberdaya utama karena dosen sebagai sumberdaya manusia : (1) mampu menggerakkan atau menjadikan sumberdaya lainnya menjadi berfungsi bagi penyelenggaraan pendidikan, (2) mampu mempunyai kemampuan berfikir secara kritis dan rasional, sehingga dibutuhkan pengarahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu organisasi dan organisasi tidak bisa dilepaskan dari hakekat nilai-nilai budaya yang dianutnya, yang akhirnya akan bersinergi dengan perangkat organisasi, teknologi, sistem, strategi dan gaya hidup seorang pemimpin. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, bekerja secara terus menerus

untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Luthan ( 2006 ) budaya sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan perilaku sosial. Budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain ( Robbin, 2006 ). Menurut Hersey dan Blanchard, Terry, Koontz dan O’Donnel dalam Dharma (1990;22), kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela.

Berdasarkan gamabaran tersebut di atas, tentu saja diperlukan upaya-upaya perbaikan dan perubahan, salah satunya adalah melakukan perubahan cara berpikir penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu yang berorientasi pada faktor organisasi meliputi budaya oragnisasinya, sehingga peraturan, kaidah di perguruan tinggi Akademi Keperawatan Wilayah Jakarta Barat, menjadi taat azas memiliki ide-ide baru, visi, misi/budaya organisasi yang kuat, dikembangkan dan ditaati dengan adanya komitmen dan semagat kepentingan bersama.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, dengan pendekatan cross sectional karena bertujuan, untuk menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen secara bersama-sama dalam periode tertentu (Umar,1999). Penelitian dilakukan di Akademi Keperawatan wilayah Jakarta Barat , meliputi; Akademi Keperawatan Pelni, Akademi Keperawatan Sumber Waras, Akademi Keperawatan Manggala, dan Akademi Keperawatan Swakarsa di Jakarta Barat dimulai tanggal 10 April sampai dengan 15 Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini seluruh Dosen tetap pada ke empat Akademi Keperawatan wilayah Jakarta Barat per April 2013 sebanyak 40 orang dosen tetap.Kriteria Sampel ( Kriteria Inklusi dan Eksklusi ).

Dalam menentukan sampel agar karekteristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka sebelum pengambilan sampel perlu ditentukan kriteri yang harus dipenuhi. Adapun kriteria sampel tersebut dapat dikatagorikan menjadi dua Yaitu; 1) kriteria inklusi adalah para dosen tetap dari masing – masing institusi minimal pengalaman masing – masing 1 ( satu ) tahun, yang bersedia untuk dijadikan sampel serta mau diwawancarai. Sebelum kesediaan menjadi sampel terlebih dahulu diberikan penjelasan dengan mengisi lembaran inform concent dan 2) sampel eksklusi adalah para pimpinan dan dosen masing – masing institusi yang tidak bersedia untuk dijadikan sampel dan tidak bersedia diwawancarai karena berbagai alasan seperti karena aalsan sakit, tugas luar dan atau tugas

(8)

AKPER YUKI 51

belajar atau alasan lain yang tidak mau diuungkapkan dalam penelitian ini.

Jumlah sampel : sekitar 40 orang dosen tetap yang berada di Wilayah Jakarta Barat. Apabila ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100 (seratus). Pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50 % dari total populasi. Apabila ukuran sampel sama atau lebih dari 1000 (seribu) . ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15 % dari ukuran populasi (Surakhmad 1994. 100 ) Kriteria sampel, Dosen tetap dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun, tidak sedang cuti, sakit atau sedang tugas belajar pada saat dilakukan penelitian. Pengumpulan Data Sumber data diperoleh dari data primer dengan instrumen kuesioner yang akan dicatat dan diisi oleh petugas / peneliti.

Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer melalui tahap-tahap sebagai berikut : Pengolahan Data meliputi ,Editing, coding, penetapan skor, Entry data, cleaning data, Pada tahap ini dilakukan pemasukan data ke dalam program komputer SPSS vesrsi 13 untuk dapat di analisis. Analisis data dilakukan dengan perangkat lunak , dengan tahapan sebagai berikut:

Analisis Univariat , pada variabel independen dengan dependen, yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis Bivariat untuk

memperoleh gamabaran kebermaknaan hubungan dari tiap-tiap variabel independen dengan dependen, menggunakan uji statistik Chi-Square, dengan tingkat kemaknaan tertentu P value, 0,05 ( Hastono,2010 ; 143 ).

Analisis Multivariat

Untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang paling berhubungan / dominan / bermakna dari komponen budaya organisas, efektivitas kepemimpinan dengan profesionalisme dosen, digunakan uji stalistik regresi logislik. Melalui uji statistik ini dapat ditentukan urutan-urutan hubungan variabel independen ( budaaya organisasi dan efektivitas kepemimpinan ) dengan profesionalisme dosen ( variabel dependent ) dan akhirnya dapat ditentukan faktor yang pa1ing dominan dari budaya organisasi dan efektivitas kepemimpinan yang berhubungan dengan profesionalisme dosen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Karakteristik dengan Profesionalisme Dosen Tabel 1

Hubungan Umur dengan Variabel Profesionalisme Dosen Variabel Profesionalisme Dosen Total P value OR (95% CI) Tidak efektif Efektif

n % n % N % 1. < 44 tahun 6 31,6 13 68,4 9 100 0,040 9,231 (0,993 – 85,775) 2. >= 44 tahun 1 4,8 20 95,2 31 100

Pada tabel 1 diatas, hubungan antara umur dengan profesionalisme dosen diperoleh responden yang berusia lebih atau sama dengan 44 tahun (>= 44 tahun) yang memiliki profesionalisme dosen yang efektif efektif sebesar 95,2%, sedangkan responden yang kurang dari 44 tahun ( < 44 tahun) memiliki profesionalisme dosen yang efektif hanya 68,4%. Hasil uji statistic diperoleh p- value = 0,040 artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara umur dengan profesionalisme dosen. Dari hasil analisis pula, diperoleh nilai OR = 9,2 yang mengandung arti, dosen yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 44 tahun ( >= 44 tahun) mempunyai peluang 9,2 kali untuk profesionalisme dosen yang efektif.

Tabel 2

Hubungan Lama Bekerja dengan Variabel Profesionalisme Dosen Variabel Profesionalisme Dosen Total P value OR (95% CI) Tidak efektif Efektif

n % N % N % 1. < 14 tahun 7 35,5 13 64,5 20 100 0,008 0,650 (0,471 – 0,897) 2. >= 14 tahun 0 0,0 20 100 20 100

Pada tabel 2 diatas, hubungan antara lama bekerja dengan profesionalisme dosen diperoleh responden dengan lama bekerja lebih dari atau sama dengan 14 tahun (>= 14 tahun) yang memiliki profesionalisme dosen yang efektif sebesar 20 orang (100%) sedangkan responden yang lama bekerjanya kurang dari 14 tahun ( < 14 tahun) memiliki profesionalisme dosen yang efektif hanya 13 orang (64,5%). Hasil uji statistic diperoleh p- value = 0,008 artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan profesionalisme dosen. Dari hasil analisis pula, diperoleh nilai OR = 0,6 yang mengandung arti, dosen yang

(9)

AKPER YUKI 53

lama bekerjanya lebih dari atau sama dengan 14 tahun (>= 14 tahun) hanya 0,6 kali saja yang profesionalisme dosen tidak efektif.

Tabel 3

Hubungan Mengikuti Pelatihan dengan Variabel Profesionalisme Dosen Variabel Profesionalisme Dosen Total P value OR (95% CI) Tidak efektif Efektif

n % N % N % 1. Ya 2 6,9 27 93,1 29 100 0,016 0,089 (0,014 – 0,573) 2. Tidak 5 45,5 6 54,5 11 100

Pada tabel 3 diatas, hubungan antara mengikuti pelatihan dengan profesionalisme dosen diperoleh responden yang mengikuti pelatihan yang memiliki profesionalisme dosen yang efektif sebesar 27 orang (93,1%) sedangkan responden yang tidak atau belum mengikuti pelatihan yang memiliki profesionalisme dosen yang efektif hanya 6 orang (54,5%). Hasil uji statistic diperoleh p- value = 0,016 artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara mengikuti pelatihan dengan profesionalisme dosen.

Tabel 4

Hubungan variable Budaya Organisai dengan Variabel Profesionalisme Dosen Variabel Profesionalisme Dosen Total P value OR (95% CI) Tidak efektif Efektif

n % N % n %

1. Tidak efektif 4 44,4 5 55,6 9 100

0,05 1,267 – 44,002 2. Efektif 3 9,7 28 90,3 31 100

Hasil analisis dari tabel 4 menunjukan hubungan antara budaya organisai dengan profesionalisme dosen yang efektif diperoleh bahwa ada 28 ( 90,3%) budaya orgnisasi yang efektif, sedangkan budaya organisasi yang tidak efektif ada 5 (55,6%) yang memiliki profesionalisme dosen yang efektif. Dengan p-value = 0.05 artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara budaya organisasi dengan profesionalisme dosen.

Tabel 5 Hasil Seleksi Bivariat Variabel Independen

Ket : * = lolos seleksi

bivariate

Hasil seleksi bivariate

dengan variable yang

menghasilkan p value > 0,25

yaitu kepatuhan

terhadapa kesepakatan

kerja, sensitivitas,

kesadaran diri, dan penentu

tujuan. Variable –

variabel ini tidak dapat

dilanjutkan ke analisis

multivariat.

Pemodelan Multivariat

Variabel – variabel independen dengan p value < 0,25 selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan varianel dependen yaitu profesionalisme dosen. Tahap – tahap analisis multivairat dimulai dengan memasukkan variabel hasil seleksi bivariate dengan p value < 0,25. Selanjutnya dianalisis secara bertahap dengan mengeluarkan variabel dengan p value > 0,05 dimulai dari variabel dengan p value terbesar.

Berikut pemodelan awal dari hasil analisis multivaria, ditampilkan dalam tabel berikut :

No. Variabel P value

1. Umur 0,040* 2. Jenis Kelamin 1,000 3. Pendidikan terakhir 0,284 4. Lama bekerja 0,008* 5. Mengikuti pelatihan 0,016* 6. Hakekat tujuan 0,081* 7. Visi Misi 0,094*

8. Bentuk interaksi dalam organisasi 0,002*

9. Keterbukaan 0,094*

10. Kepatuhan terhadap kesepakatan kerja 0,448 11. Kepercayaan diri 0,027* 12. Ketenangan 0,030* 13. Inovatif 0,252* 14. Sensitivitas 0,679 15. Keramahan 0,040* 16. Pengetahuan 0,034* 17. Kesadaran diri 0,432 18. Komunikasi 0,017* 19. Mobilisasi energy 0,357 20. Penentu tujuan 0,204* 21. Memulai tindakan 0,030*

(10)

AKPER YUKI 54

Tabel 6 Analisis Pemodelan Awal

Dari hasil analisis terlihat variabel – variabel yang mempunyai p value > 0,05 pemodelan dimulai dengan mengeluarkan variabel dengan p value terbesar, yaitu variabel kepercayaan diri (p value 0,999) dari model, mengikuti pelatihan (p value 0,998), selanjutnya yaitu pengetahuan (p value 0,955). Lalu di analisis kembali, dengan demikian ditetapkan pemodelan akhir yang disajikan pada tabel 6.10 berikut :

Tabel 7 Analisis Pemodelan Akhir

Berdasarkan hasil peModelan akhir diatas variabel independen yang paling berhubungan secara bermakna adalah variabel bentuk interaksi dalam organisasi dengan nilai p value 0,030.

Uji Confounding

Uji confounding bertujuan untuk melihat perbedaan nilai OR untuk variabel utama dengan dikeluarkan variabel kandidat confounding bila > 10% maka vriabel tersebut dianggap sebagai variabel confounding. Berdasarkan hasil uji multivariat variabel bentuk interaksi paling berhubungan dengan profesionalisme dosen. Variabel confounding dari analisis tersebut umur, lama bekerja, dan mengikuti pelatihan. Selanjutnya dilakukan analisis dengan mengeluarkan variabel confounding dimulai dari nilai p yang terbesar dalam hal ini p value terbesar adalah variabel umur. Setelah variabel umur dikeluarkan perubahan nilai OR variabel utama yakni bentuk interaksi tidak melebihi 10% sehingga dengan demikian variabel umur bukan variabel confounding. Langkah selanjutnya mengeluarkan variabel dengan p value terbesar yaitu mengikuti pelatihan. Hasil uji memberikan tidak ada perubahan OR pada variabel utama dari 10%.

Hal yang sama juga terjadi pada variabel lama bekerja, hasil uji memberikan hasil tidak ada perubahan OR > 10% pada variabel utama sehingga dengan demikian variabel – variabel yang semula dianggap sebagai variabel confounding ternyata setelah dilakukan uji confounding variabel – variabel tersebut bukan variabel confounding karena hasil uji tidak memberikan pengaruh yang besar pada perubahan nilai OR pada variabel utama. Selanjutnya berdasarkan hasil uji confounding maka permodelan terakhir adalah seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:

No. Variabel B P value OR 95 % CI

1. Umur 0,000 1,000 1,000 0,048 20,829 2. Lama Bekerja 2,120 0,107 8,333 0,631 110,022 3. Mengikuti pelatihan -20,242 0,998 0,000 0,000 - 1. Hakekat tujuan -2,504 0,178 0,082 0,002 3,126 2. Visi Misi 1,601 0,504 4,956 0,045 540,549 3. Bentuk interaksi dalam organisasi -7,098 0,049 0,001 0,000 0,982 4. Keterbukaan -1,797 0,334 0,166 0,004 6,348 6. Kepercayaan diri -17,276 0,999 0,000 0,000 - 7. Ketenangan 3,039 0,311 20,894 0,058 7510,226 8. Inovatif -3,461 0,054 0,031 0,001 1,062 10. Keramahan -1,267 0,506 0,282 0,007 11,745 11. Pengetahuan -0,046 0,977 0,955 0,041 22,292 13. Komunikasi -2,361 0,057 0,094 0,008 1,071 14. Penentu tujuan 0,907 0,632 2,476 0,061 101,031 15. Memulai tindakan -1,989 0,271 0,137 0,004 4,720 No. Variabel B P value OR 95 % CI 1. Hakekat tujuan -2,664 0,156 0,074 0,002 2,700 2. Visi Misi 1,658 0, 493 5,247 0,046 603,258 3. Bentuk interaksi dalam organisasi -7,415 0,030 0,001 0,000 0,491 4. Keterbukaan -1,938 0,274 0,144 0,004 4,649 7. Ketenangan 3,162 0,291 23,618 0,067 8360,524 8. Inovatif -3,505 0,052 0,030 0,001 1,031 10. Keramahan -1,306 0,496 0,271 0,006 11,591 13. Komunikasi -2,373 0,042 0,093 0,009 0,917 14. Mobilisasi energy 0,909 0,551 2,481 0,125 49,125 15. Penentu tujuan 0,897 0,629 2,451 0,065 92,980 16. Memulai tindakan -2,004 0,243 0,135 0,005 3,896

(11)

AKPER YUKI 55

Tabel 8 Pemodelan terakhir

Variabel B P value OR 95 % CI

Bentuk Interaksi

-3,753 0,003 0,023 0,002 0,283

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dosen yang mempunyai profesionalisme yang kurang efektif terhadap bentuk interaksi hanya mempunyai peluang 0,023 kali untuk mempunyai profesionalisme yang kurang efektif dibandingkan dosen yang mempunyai bentuk interaksi yang efektif.

PEMBAHASAN

Hasil analisis univariat, budaya organisasi yang tidak efektif ada 9 (22,5%) dan yang efektif ada 31 (77,5%). Dari gambaran proporsi budaya organisasi tersebut dapat disimpulkan sebagian besar dosen memiliki budaya organisasi yang efektif. sedangkan untuk hasil analisis bivariate, hubungan antara budaya organisai dengan profesionalisme dosen yang efektif diperoleh bahwa ada 28 ( 90,3%) budaya orgnisasi yang efektif, sedangkan budaya organisasi yang tidak efektif ada 5 (55,6%) yang memiliki profesionalisme dosen yang efektif. Dengan p

-value = 0.05 artinya secara statistik ada hubungan

yang bermakna antara budaya organisasi dengan profesionalisme dosen.

Budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain ( Robbin, 2006 ). Sebagaimana yang diutarakan oleh Sondang Siagian (2005:29) mendifinisikan “budaya organisasi merupakan persepsi yang sama tentang makna hakiki kehidupan bersama dalam organisasi”. Kesamaan persepsi dimaksud meliputi semua aspek kehidupan berorganisasi, seperti hakikat tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai, filsafat organisasi yang dianut, strategi yang hendak diterapkan , visi dan misi organisasi norma- norma berprilaku dalam organisasi, bahkan orientasi dalam pelaksanaan semua kegiatan operasional.

Hubungan sub variabel keterbukaan dengan profesionalisme dosen

Hasil analisis univariat sub variabel keterbukaan dalam organisasi yang kurang baik ada 16 dan yang baik ada 24. Dari gambaran proporsi sub variabel keterbukaan tersebut dapat disimpulkan hampir sebagian besar dosen memiliki keterbukaan yang baik. Sedangkan hasil analisis bivariat, tidak adanya hubungan keterbukaan dengan profesionalisme dosen, nilai p value = 0,094.

Keterbukaan bisa dilihat dari caranya berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu interaksi keterbukaan yaitu dengan mendengarkan orang lain dan berkomunikasi dengan terampil, karena hal ini merupakan cara untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan orang lain adalah mengobservasi mereka dan mendengarkan apa yang disampaikannya. Pemimpin sering gagal karena hal sederhana yaitu mereka tidak mendengarkan apa yang disampaikan karyawannya. Dan juga keterbukaan menerima saran dan kritik dari orang – orang yang berada

disekitarnya, seorang dosen akan menerima saran dan kritik dari mahasiswanya guna memperbaiki cara mengajar yang lebih baik lagi dan yang bisa menyenangkan mahasiswa.

Dalam hal ini seorang pemimpin tidak hanya memberikan bimbingan tetapi terbuka terhadap perubahan, menerima saran-saran dari yang lain, ingin untuk belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain. Dan membuat dialog terbuka dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah dan menghindari respon yang bersifat defensif yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik, menghormati hak-hak dan martabat orang lain dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya tetapi untuk kondisi yang menuntut pengambilan keputusan segera dapat dilakukan perbaikan sesegera mungkin merupakan salah satu sikap terbuka seorang pemimpin. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Houston dan John (Natawijaya, 2002:7) bahwa dosen harus memiliki kemampuan memperlihatkan keterbukaan, dekat dengan murid, tidak mudah tersinggung, berwibawa dan cakap memberikan pelajaran yang diembankannya.

Hubungan sub variabel ketenangan dengan profesionalisme dosen

Hasil analisis univariat sub variabel ketenangan yang kurang baik ada 11 dan yang baik ada 29. Dari gambaran proporsi sub variabel ketenangan tersebut dapat disimpulkan hampir sebagian besar dosen memiliki ketenangan yang baik. Untuk hasil analisis bivariat, adanya hubungan ketenangan dengan profesionalisme dosen, dengan nilai p value = 0,030.

Seseorang yang professional dalam kondisi apapun harus menunjukan sikap yang tenang disaat melakukan aktivitasnya didunia kerja. Begitu juga halnya dengan seorang dosen yang professional harus tetap memberikan wibawanya yang baik yaitu ketenangan, tidak terlihat sedih, marah, dan terburu – buru. Dengan ketenangan yang ada pada dirinya maka akan dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan tercipta suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa pun dapat menerima materi pelajaran dengan baik pula.

Selain itu, ketenangan yang ada pada dirinya akan bisa membuat keputusan secara rasional. Dan juga mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya serta dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang dosen salah satunya memantau hasil belajar mahasiswa melalui berbagai cara evaluasi

(12)

AKPER YUKI 56

seperti mellihat keseharian aktivitas mahasiswa pada saat dikelas, bila tidak memiliki ketenangan pada saat mengajar maka tidak akan dapat melihat aktivitas mahasiswanya dikelas.

Hubungan sub variabel inovatif dengan profesionalisme dosen

Hasil analisis univariat sub variabel inovatif yang kurang baik ada 8 dan yang baik ada 32. Dari gambaran proporsi sub variabel inovatif tersebut dapat disimpulkan hampir sebagian besar dosen memiliki inovatif yang baik. Sedangkan hasil analisis bivariat, tidak adanya hubungan inovatif dengan profesionalisme dosen, nilai p value = 0,252. Seorang dosen meskipun tidak terlalu dituntut untuk melakukan inovatif, tetapi setidaknya harus kuat dalam ilmu dengan lebih banyak membaca ilmu – ilmu terbaru yang telah ditemukan oleh para peneliti dan mengulang kembali ilmu – ilmu yang telah dimilikinya. Dosen lebih dituntut untuk bisa melakukan inovatif dalam hal pengajaran atau penyampaian materi pelajaran sehingga tidak membosankan. Namun, dosen yang professional harus dapat melakukan inovatif ilmu dan system pengajaran yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Nawawi (1985:85) bahwa dosen Indonesia yang professional dipers yaratkan mempunyai (1) dasar ilmu yang kuat sebagai paengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; (2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia (3) pengembangan kemampuan professional berkesinambungan, profesi dosen merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan”.

Dengan adanya persyaratan profesionalisme dosen ini, perlu adanya paradigm baru untuk melahirkan profil dosen Indonesia yang professional di abad 21 yaitu; (1) memiiki kepribadian yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi, dan (4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi dosen yang professional. Sebagaimana yang telah dituangkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia nomer 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 40 (2) ditambahkan bahwa pendidik berkewajiban mempunyai komitmen secara parofesional untuk meningkatkan mutu pendidikan

Efektivitas Kepemimpinan

Hasil dari analisis univariat, efektivitas kepemimpinan yang tidak efektif ada 5 (12,5%) dan yang efektif ada 35% (82,5%). Dari gambaran proporsi variabel efektivitas kepemimpinan

tersebut dapat disimpulkan sebagian besar dosen memiliki efektivitas kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif akan sangat mempengaruhi kinerja dosen dalam memberikan proses belajar mengajar kepada mahasiswa. Kepemimpinan yang efektif sangat ditentukan oleh kualitas pemimpin. Sedangkan untul hasil analisis bivariate, efektivitas kepemimpinan mempunyai hubungan dengan profesionalisme dosen, p value = 0,030. Menurut Covey (1992;33), manajer yang efektif adalah manajer yang mempunyai komitmen yang dalam, loyalitas secara kontinyu, kreatif, konsisten terhadap produktivitas yang memuaskan dan kontribusi maksimal dalam pengembangan secara kontinyu terhadap proses, produk dan pelayanan. Sehingga dapat memberikan profesionalisme pada pekerjaan yang diamahkan kepadanya. Efektivitas kepemimpinan diartikan sebagai pencapaian tujuan oleh pemimpin dan pengikut (Tappen, 1998;80). Efektivitas kepemimpinan berarti tujuan pemimpin dan pengikut menjadi menyatu, tercipta kesatuan dalam mencapai tujuan secara penuh. Efektivitas kepemimpinan menurut Siagian (1999;32) merupakan paradigma yang lebih mendekati kebenaran ilmiah, efektivitas kepemimpinan seseorang dilandasi dengan modal bakat yang dibawa sejak lahir. Siagian (1999;35) juga mengatakan bahwa adanya modal dasar yaitu bakat, pengetahuan yang bersifat teoritikal dan kesempatan yang menduduki jabatan mengakibatkan kepemimpinan efektif seseorang dan jika salah satu tidak ada maka kepemimpinan tidak akan efektif.

Dalam penelitian ini, efektivitas kepemimpinan terdiri dari sub variabel pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, mobilisasi energi, penentuan tujuan, dan memulai tindakan. Sub variabel yang ada ini sejalan dengan yang diutarakan oleh Siagian yaitu pengetahuan, begitu juga dengan yang diutarakan oleh Tappen (1995;81) yang mengatakan bahwa komponen dari kepemimpinan keperawatan yang efektif terdiri dari pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, mobilisasi energi, menentukan tujuan, dan memulai tindakan.

Hubungan pengetahuan dengan profesionalisme dosen

Hasil analisis univariat sub variabel pengetahuan tidak efektif ada 9 (22,5%) dan yang efektif ada 31 (77,5%). Dari gambaran proporsi sub variabel pengetahuan tersebut dapat disimpulkan sebagian besar dosen memiliki pengetahuan yang efektif. Sedangkan hasil analisis bivariat, adanya hubungan pengetahuan dengan profesionalisme dosen, nilai p value = 0,034. Seperti yang diutarakan oleh Tappen (1995;81) bahwa sebagai seorang pemimpin perawat yang efektif harus memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan baik pengetahuan tentang kepemimpinan maupun pengetahuan tentang keperawatan. Dan sebagai pemimpin harus mengetahui tentang kebutuhan manusia, motivasi dan pengaruhnya terhadap perilaku.

(13)

AKPER YUKI 57

Pengetahuan tentang teori dan konsep kepemimpinan akan meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin untuk memilih tindakan yang lebih spesifik terhadap situasi dan keterampilan kepemimpinan spesifik yang dapat dipelajari. Pengetahuan formal, emosi dan intuisi dapat bekerja secara sinergi menghasilkan solusi yang kreatif dalam masalah kepemimpinan. Jadi jika pengetahuan dibiarkan bekerja bersama intuisi, seseorang mempunyai sumber kepemimpinan di dalam dirinya.(Tappen,1995;7).

Pengetahuan tentang teori dan konsep kepemimpinan akan meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin untuk memilih tindakan yang lebih spesifik terhadap situasi dan keterampilan kepemimpinan spesifik dapat dipelajari. Pentingnya pengetahuan tidak mengingkari nilai-nilai dari institusi. Pengetahuan formal, emosi dan intuisi dapat bekerja secara sinergi menghasilkan solusi yang kreatif dalam masalah kepemimpinan. Jadi jika pengetahuan dibiarkan bekerja bersama intuisi, seseorang mempunyai sumber kepemimpinan di dalam dirinya.(Tappen,1995;7). Pengetahuan itu merupakan salah satu ilmu. Seorang dosen yang profesional harus mempunyai syarat dasar ilmu yang kuat seperti yang diungkapkan oleh Nawawi (1985:85) bahwa dosen Indonesia yang professional diperyaratkan mempunyai; Dasar ilmu yang kuat sebagai paengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21. Sehingga pada saat mengajar, dosen menguasai mata pelajaran yang diajarkan, sebagaimana yang telah diuraikan dalam jurnal Educational

Leadership’1993 (Supriadi, 1998:12) di Amerika

Serikat dijelaskan bahwa untuk menjadi professional seorang dosen dituntut untuk memiliki lima hal salah satunya yaitu dosen menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada mahasiswa.

Hubungan Komunikasi dengan profesionalisme dosen

Hasil analisis univariat sub variabel komunikasi yang tidak efektif ada 12 (30%) dan yang efektif ada 28 (70%). Dari gambaran proporsi sub variabel komunikasi tersebut dapat disimpulkan sebagian besar dosen memiliki komunikasi yang efektif. Untuk hasil analisis bivariat, adanya hubungan komunikasi dengan profesionalisme dosen, nilai p value 0,017.

Komunikasi adalah inti dari kepemimpinan, komunikasi dapat verbal dan non verbal, tertulis atau lisan. Kepemimpinan tidak terjadi kecuali dalam hubungan dengan orang lain. Komunikasi yang sering, jelas dan langsung adalah merupakan hal penting untuk efektivitas kepemimpinan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Budaya organisasi Akademi Keperawatan di wilayah Jakarta Barat cukup kuat, berdasarkan analisa univariat yang efektif ada 31 responden (77,5%) dan bivariatada 28 (90,3%) dengan p-value 0,05. Efektivitas Kepemimpinan Direktur

Akademi Keperawatan di Wilayah Jakarta Barat sangat efektif ada 35 responden (87,5% ). Hubungan antara Budaya organisasi dan efektifitas Kepemimpinan dengan Profesonalisme dosen Akademi Keperawatan di wilayah Jakarta Barat yang paling dominan/bermakna adalah Betuk interaksi dalam organisdasi, P-value 0,03 dan OR 0,023. Karakteristik dosen dari analisis jenjang pendidikan secara statistik memang tidak berhubungan secara langsung tetapi secara substansi sangat bemakna

Rekomendasi dalam arti Profesionalisme

1. Pengetahuan

Perlu adanya peningkatan pengetahuan kepada seluruh dosen tetap Akademi Keperawatan di Wilayah Jakarta Barat baik melalui workshop maupun dalam bentuk pelatihan, seminar bagi dosen agar profesionalisme dosen meningkat dan kualitas lulusan kompoten

2. Pendidikan

Perlunnya peningkatan jenjang pendidikan dosen ke tingkat pendidkan Megister dan Doktor.

Rekomendasi Dalam Arti Signifikansi Penelitian

Untuk penelitian lebih lanjut yang masih terkait dengan variabel penelitian ini, terutama variabel independen yang tidak ditemukan hubungan signifakansi statistiknya dengan Profesinalisme dosen.

1. Pendidikan

Penelitian berikutnya supaya lebih cermat dalam mengelompokkan tingkat pendidikan tidak dengan data katagorik tetapi dengan data continue. Begitu pula kemungkinan terjadi bias informasi jawaban responden tentang tingkat pendidikannya karena hal ini terkait dengan undang nomer 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

2. Penelitian selanjutnya lebih kearah penelitian Kualitatif yang lebih medetail agar tidak terjadi bias informasi

SARAN

Bagi Pimpinan Institusi,

1. Direktur Akademi Keperawatan agar lebih meningkatkan mutu pendidikan melalui penyusunan program Rencana Induk Pengembangan dengan penyusunan kebijakan stregik dalam mengambil keputusan berkaitan program pengembangan sumber daya pendidikan

2. Bagi Direktur Akademi Keperawatan agar lebih meningkat bentuk interaksi organisasi, komunikasi dan keramahan dosen melalui program yang jelas dan terukur seperti Pembangunan Karaker dosen dan coaching manajemen bagi middle/ Pudir dan dosen bekerjasama dengan para pakar dibidangnya masing-masing dan Aassosiasi institusi bila perlu dengan pemerintah melalui Dirjen Dikti 3. Bagi Pembuat Kebijakan, Perlunya

peningkatan Profesionalisme dosen yang terintegrasi dan selaras antara intitusi dengan Yayasan agar mutu lulusasn terserap dengan baik oleh stakeholder

(14)

AKPER YUKI 58

4. Perlunya menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan kenyamanan kerja bagi dosen dengan menetapkan system reward dan punishment secara konsisten.

5. Bagi Peneliti selanjutnya, melakukan penelitian kualitatif lebih lanjut tentang peningkatan profesionalisme dosen

6. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi atau data awal untuk mengembangkan penelitian terkait.

DAFTRA PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Cetakan ke-11. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta

As'ad, M. (2000). Psikologi Industri, cetakan ke-4. Yogyakarta: Liberty.

AzruI, A.(1996).Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, cetakan pertama. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Azrul, A. (1996).Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi ke-3. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Berger, KJ, & Williams, MB (1999)

Fundamentals of nursing, Collaborating for optimal ealth, second edition. Stamford :

Connecticut, Appleton & Lange.

Brown, B.J. (1982). Perspective in primary nursing: professional practice environments. Maryland: As Aspen Publication. Brockopp, D.

Y., & Tolsma, M.T.H. (1995). Fundamentals of nursing research (2"d edition). Boston: Jones & Bartlett Publishers, Inc.

Burn, N., & Susan, K. G. (1993). The practice of nursig research (2nd edition), Philadelphia:WB. Saunders Company. Cronin, N. S., & Becherer, D. (1999). Recognition

of staff nurse job performance and achievements; Staff and manager perspeptions. The Journal of Nursing Administration,Vo1.29, number.1.p.26-30. Chen, M, & Amstrong, S. (2002). Edu Topia:

Sucses Stories For Learning in the digital age: The George Lukas Educational Fundation: Sanfransisco, CH: Jossey – Bass Davis, K., & Newstorm, lW. (1985). Human

behaviour at work; organizational behaviour, seventh edition: New York: Mac Grow Hill Company.

Dharma, A. (1996). Organisasi: Perilaku, stroktm, proses, cetakan ke-9. Jakarta: Erlangga Douglas, L.M.(1992). The effective nurse leader

and manager, fourth edition. Toronto: Mosby-Year Book.

Dusler, G. (1998). Manajemen sumber daya manusia, jilid I & 2, tcrjemahan oleh Molan,B., Jakarta: PT Prenhalindo.

Gibson, J.L., et a1. (1996). Organisasi – perilaku , struktur dan proses, cetakan ke-5. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Gillies,D. A.(1994). Nursing management: A systems approach (3- edition). Philadelphia: WB Saunders Company .

Grohar, M,. & DiCroce, HR: (1997). Leadership and management in nursing, Stanford, Connectingcut: Appleton & Lange.

Hamid, A.y. (1999). Rencana strategik system pengembangan ketenagaan perawat, Jakarta: Diskusi Panel FIK-UI. Tidak dipublikasikan . Harahap, S.S. (1996). Manajemen Kontemporer,

cetakan pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hasibuan, M.S.P. (1999). Organisasi dan motivasi; Dasar-dasar peningkatan produkktivitas, Cetakan ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.

Henderson, M.C. (1997). Nurse executives; leadership motivation and leadership effectiveness. The Journal of Nursing Administration, vol, 25, numberA.p.4S-Sl. IIyas Yaslis. (1999). Kinerja, teori, penilaian dan penelitian, Jakarta FKMUI.

Hersey,P., & Blanchard. (1990). Manajemen perilaku organisasi: Pendayagunaan sumber daya manusia, edisi ke-4, terjemahan oleh Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Jerome, J. (2001). Seri panduan praktis mengevaluasi kinerja karyawan, jakarta PPM Jerome.J.P (1994). Seri panduan praktis No. 13 B,

pembinaan karyawan melalui umpan balik,Terjemahan oleh Ramelan Jakarta PPM Jewell, L.N., & Siegel!, M. (1998). Psikologi

industri/ organisasi modem; Psikologi terapan untuk memecahkan berbagai masalah di tempat kerja, perusahaan.. industri organisasi, edisi ke-2, terjemahan olen A. Hadyana Pujaatmaka & Meitasari. Jakarta: Arcan.

Kozier, B., Erb; G., Blais, K., &. Wilkinson,. J. (1995). Fundamental of nursing:. concepts, process and practice, California: Addison-Wesley PublIshmg Company, Inc.

Kron Thora., & Gray Anne (1987) The manajemen of patien care (6 edition) W.B Sounder Company

Lemeshow, S., Hosmer, Jr, D. W., & Klar, 1.(1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Edisi bahasa Indonesia (Cetakan Pertama). Yokyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mekeon T.(1996). Performance measurement; integrating quality management and activity based cost management. The Journal of Nursing Administration, vol 26, number.4. Marelli, T.M., Hilliard, L.S. (1997). The nurse

managers survival guide; Practical answers to everyday problems, St. Louis: Mosby. Marriner, T.A. (1996). Guide to nursing

mana£ement, St. Louis: Mosby Year Book Co.

Marquis, L. B., & Huston, C. J. (2000). Leadership roles and management functions in nursingTheory and application, (Jrd edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Morse, J.M., & Field, P.A. (1995). Qualitative research methods for health professio.1als, (2nd edition). London: Chapman & Hall. Nawawi, H., & Hadari M.M. (2000).

Kepemimpinan yang efektif, cetakan Ke 3 Jogyakarata Gajah Mada University Press. Notoatmodjo, S. (1998). Pengembangan sumber

daya manusia ke-2. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(15)

AKPER YUKI 59

Undang - Undang R.I Nomer 14 Tahun 2005 ( 2006), Tentang Guru dan Dosen. Jakarta BP. Cipta Jaya

Undang – Undang R.I Nomer 12 Tahun 2012 (2012), Tentang Pendidikan Tinggi

Sugiyono, (1999). Statistika penelitian, edisi pertama. Bandung: C.Y. Alfabeta. (2000). Metode penelitian administrasi, cetakan ke-7. Bandung: C. V. Alfabera.

Gambar

Tabel 5 Hasil Seleksi Bivariat Variabel Independen
Tabel 7 Analisis Pemodelan Akhir
Tabel 8 Pemodelan terakhir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka pada bagian penutup ini akan disajikan kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan penelitian yaitu pengaruh

Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.” Dalam penelitian mengenai hubungan antara intensitas menonton FTV bertemakan cinta dan intensitas komunikasi

[r]

Komitmen Institusi yang tercermin dari hasil evaluasi diri yang menjelaskan tentang arah, kebijakan, tujuan, dan program pengembangan kewirausahaan mahasiswa,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Big Five Personality yang terdiri dari Faktor Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness, dan

Untuk menguji hipotesis yang diaju- kan dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menguna- kan metode analisis regresi berganda tiga prediktor

[r]

[r]