i
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. V. U DI PUSKESMAS SEON
KABUPATEN MALAKA PERIODE TANGGAL 30 APRIL
SAMPAI DENGAN 15 JUNI TAHUN 2019
Sebagai Laporan Tugas Akhir yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan DIII Kebidanan pada Program Studi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Oleh
MARIANA LENY
NIM : PO. 5303240181302
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KUPANG
TAHUN 2019
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mariana leny
Tempat / Tanggal Lahir : Ende 13 Mei 1976
Agama : Katolik
Asal : Kabupaten Malaka
Alamat : DusunTuaninu, Desa Kusa Kecamatan
MalakaTimur, Kabupaten Malaka Riwayat Pendidikan
1. Tamat SD Tahun 1993 di SDN Balibo
2. Tamat SMP Tahun 1996 di SMP Balibo.
3. Tamat SPK Tahun 1991 di SPK Depkes Dili
4. Tamat P2B Tahun 1997 di Denpasar
5. Tahun 2018 sampai sekarang melanjutkan Pendidikan RPL Kebidanan di
vi MOTTO
Takan Menyerah Sebelum Berhasil
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Yang Maha Esa atas rahmatNya saya dapat menyelesaikan tulisan
ini.
2. Bapak tercinta Alm Sony Boy Buce Berelaka dan mama tercinta Yasinta Liem yang telah membesarkan, memberikan dorongan dan membantu dalam menyelesaikan Pendidikan di Perguruan Tinggi.
3. Kakak tersayang Kk Marlinda S. Berelaka, dan Kk Afriana S. Berelaka yang telah memberikan dorongan, dukungan baik moril maupun materil, serta kasih sayang dan doa yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis serta semangat dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
4. Yang Tercinta M. D. yang telah memberikan dorongan dukungan serta kasih sayang cinta dan doa yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberkati saya dengan Ilmu Pengetahuan
6. Almamater tercinta Poltekkes Kemenkes Jurusan Prodi DIII-Kebidanan
7. Teman-teman yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Ny. V. U Di Puskesmas Seon Kabupaten Malaka periode tanggal 30 april sampai dengan 15 juni 2019 dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Prodi DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu R. H. Kristina, SKM,. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang.
2. Dr. Mareta B. Bakoil, SST,. MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang
3. Melinda R.Wariyaka, SST,. M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
4. Loriana L. Manalor, SST,. M.Keb selaku penguji 1 yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
5. Giovani A. Seran, Amd.Kep selaku Kepala Puskesmas Seon beserta bidan dan para pegawai yang telah memberi ijin dan membantu studi kasus ini.
6. Suamiku tercinta dan anakku yang tersayangyang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis.
viii
7. Seluruh teman-teman dan anak-anak tersayang di puskesmas Seon serta semua
teman RPL seperjuangan yang telah memberikan dukungan baik berupa motivasi dan dukungan do‟a dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut andil dalam terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.
Tanggal, 8 Juli 2019
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
ABSTRAK ... xvii BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ……… 1 B. Rumusan Masalah……….. 6 C.Tujuan Penelitian……… 6 D.Manfaat Penelitrian………. 7
E. Keaslian Laporan Tugas Akhir ………. 8
BAB II TINJAUAN TEORI A.Konsep Dasar Kehamilan……… 9
B. Konsep Dasar Persalinan……… 31
C.Konsep Dasar Bayi Barulahir (BBL)………. 62
D.Konsep Dasar Masa Nifas………. 81
E. Konsep Dasar Keluarga Berencana... 120
F. . Kewenangan Bidan………... 123
G.Asuhan Kebidanan……… 125
H.Kerangka Pemikiran……….. 199
BAB III METODE LAPORAN KASUS A. Jenis Karangan Ilmiah ... 200
B. Lokaasi dan Waktu ... 200
C. Subyek Kasus ... 201
D. Instrumen ... 201
E. Teknik Pengumpulan Data ... 202
F. Keabsahan Penelitian ... 203
G. Etika Peneliti ... 203
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Studi Kasus ... 205
B. Tinjauan Kasus ... 206
x BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 273 B.Saran ... 274 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Skor Poedji Rochjati ... 27
Tabel 2 TFU Menurut Penam bahan Tiga Jari ... 29
Tabel 3 Rentang Waktu Pemberian Immunisasi TT dan Lama Perlindungannya ... 30
Tabel 4 Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir Di RS atau Praktek Bidan ... 78
Tabel 5 Cara Pemberian, JumlahPemberian, Intervensidan Waktu Pemberian Imunisas ... 78
Tabel 6 Asuhan dan Jadwal Kunjungan Rumah ... 86
Tabel 7 Involusi Uterus ... 87
Tabel 8 Perbedaan Masing- Masing Lokea ... 87
Tabel 9 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Usia 6 Jam... 173
Tabel 10 Asuhan Masa Nifas Kunjungan 1 ... 185
Tabel 11 Asuhan Masa NifasKunjungan Ke-2 ... 189
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1 Posisi Jongkok atau Berdiri ... 40
GAMBAR 2 Posisi Setengah Duduk ... 40
GAMBAR 3 Posisi Miring atau Lateral ... 41
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 2 : Lembar Observasi (partograf) Lampiran 3 : Kartu Konsultasi
Lampiran 4 : Leaflet Lampiran 5 : Buku KIA
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ABPK : Alat Bantu Pengambilan Keputusan
AIDS : Acquired Immonudeficiency Syndrome
AKB : Angka Kematian Bayi
AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
ASI : Air Susu Ibu
ATP : Adenosine Tri Posphate
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
Balita : Bawah Lima Tahun
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BMR : Basal Metabolic Rate
Ca : Kalsium
Cc : Centimeter kubik
CD : Conjugata diagonalis
Cm : Centimeter
CO2 : Karbondioksida
CPD : Cephalo Pelvic Disproportion
xv
CVA : Cerebro Vasculas Accident
Depkes : Departemen Kesehatan
Dinkes : Dinas Kesehatan
DJJ : Denyut Jantung Janin
Dll : Dan lain – lain
DMPA : Depo Medroksi Progesteron Asetat
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
EDC : Estimated Date of Confinement
EDD : Estimated Date of Delivery
F : Fosfor
FSH : Follicle Stimulating Hormone
GCS : Glasgow Coma Scale
Gr : Gram
HB : Hemoglobin
hCG : Human Chorionic Gonadotropin
HCL : Hidrogen Clorida
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HPL : Human Placenta Lactogen
igA : Imunoglobulin A
IgE : Imunoglobulin E
igM : Imunoglobulin M
IM : Intra Muskular
xvi
IMS : Infeksi Menular Seksual
INC : Intranatal Care
ISK : Infeksi Saluran Kencing
IU : Internasional Unit
IUD : Intra Uterine Device
JNPK-KR : Jaringan Nasional Pelatihan Klinis – Kesehatan Reproduksi
K1 : Pemeriksaan Kesehatan Pertama
K4 : Kontak minimal 4 kali
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kekurangan Energi Kronik
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KET : Kehamilan Ektopik Terganggu
KF : Kunjungan Nifas
Kg : Kilogram
KH : Kelahiran Hidup
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
KK : Kepala Keluarga
KMS : Kartu Menuju Sehat
KN : Kunjungan Neonatus
KN1 : Kunjungan Neonatus pertama
KN3 : Kunjungan Neonatus ketiga
KRR : Kehamilan Resiko Rendah
xvii
KRT : Kehamilan Resiko Tinggi
KSPR : Kartu Skor Poedji Rochjati
Lansia : Lanjut Usia
LH : Liteinizing Hormone
LILA : Lingkar Lengan Atas
MDGs : Millenium Development Goal’s
Mg : Miligram
mmHg : Milimeter Hidrogium
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
NTT : Nusa Tenggara Timur
Ny : Nyonya
O2 : Oksigen
P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
PAP : Pintu Atas Panggul
PITC : Provider Initiated Testing And Counselling
PKK : Pembina Kesejahteraan Keluarga
PNC : Postnatal Care
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
Prov. : Provinsi
PRP : Penyakit Radang Panggul
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu : Puskesmas Pembantu
PWS : Pemantauan Wilayah Setempat
xviii
Renstra : Rencana Strategi
RI : Republik Indonesia
RS : Rumah Sakit
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
S.I : Satuan Internasional
SAR : Segmen Atas Rahim
SBR : Segmen Bawah Rahim
SD : Sekolah Dasar
SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
SOAP : Subyektif, Objektif, Assessment, Penatalaksanaan
SpOG : Spesialis Obgyn dan Ginekologi
TB : Tinggi Badan
TBBJ : Tafsiran Berat Badan Janin
TBC : Tuberkulosis
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TT : Tetanus Toksoid
UK : Usia Kehamilan
USG : Ultrasonography
VT : Vaginal Toucher
WHO : World Health Organization
xix
ABSTRAK
Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Jurusan Kebidanan LaporanTugas Akhir Mariana Leny“Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny. V. U Di Puskesmas Seon Periode tanggal 30 April Sampai Dengan 15 Juni 2019”
LatarBelakang : AKI di kota kupang pada tahun 2017 menurun dengan Kematian ibu berjumlah 5 ibu dan bayi yang meninggal 26 bayi dibandingkan tahun 2014 kematian ibu berjumlah 7 ibu dan AKB setelah di konveksi adalah 3,38 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2015). Sedangkan dari data yang diambil dari puskesmas Seon pada tahun 2017, angka kematian ibu berjumlah 0 orang dan angka kematian bayi berjumlah 1 orang. Dengan dilakukan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada ibu hamil trimester III sampai perawatan masa nifas diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia serta tercapai kesehatan ibu dan anak yang optimal.
Tujuan : Menerapkan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada ibu hamil Trimester III sampai dengan perawatan masa nifas dan KB.
Metode : Studi kasus menggunakan metode penelaahan kasus, lokasi studi kasus di Puskesmas Seon, subjek studi kasus adalah Ny. V. U dilaksanakan tanggal 30 April sampai dengan 15 Juni 2019 dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan metode Varney dan pendokumentasian SOAP, teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. V. U penulis mendapatkan hasil dimana pada kehamilan, ibu melakukan kunjungan sesuaian juran dan memberikan asuhan tidak terdapat penyulit apapun, dalam memberika nasuhan pada kala I sampai kala IV persalinan tidak terdapat penyulit dan prosesnya berjalan normal, pada kunjungan 2 jam sampai 4 minggu post partum serta kunjungan pada bayi baru lahir berjalan normal dan tidak terdapat penyulit.
Simpulan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara berkelanjuatan keadaan pasien baik mulai dari kehamilan sampai pada bayi baru lahir.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan, Kehamilan Persalinan, Nifas dan BBL dan KB.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia tenggara yaitu Indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah. AKI di Indonesia mengalami penurunan dari 307 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, pada tahun 2012 hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, dan terjadi penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015. Demikian jumlah AKB pada tahun 2004 Nasional 52 per 1000 KH menurun menjadi 32 per 1000 KH.
Angka Kematian Ibu Provinsi NTT pada tahun 2017 cenderung mengalami penurunan yang cukup bermakna. Laporan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi NTT tahun 2017 menunjukkan bahwa konversi AKI per 100.000 Kelahiran Hidup selama periode 3 (tiga) tahun (Tahun 2015 –2017) mengalami fluktuasi. Jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2015 sebesar 178 atau 220 per100.000 KH, pada tahun 2016 menurun menjadi 177 atau 200 per 100.000 KH, pada tahun 2017 menurun menjadi 163 atau 185,6 per 100.000 KH Sedangkan AKI di
2
kabupaten malaka pada tahun 2017 sebanyak 4 orang per 100.000 kelahiran hidup (profil dinas kesehatan kabupaten malaka) data kematian Ibu di puskesmas seon sebanyak 0 orang (Laporan Puskesmas Seon 2017). Kematian ibu berdampak negatif terhadap kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang behubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas seperti perdarahan, preeklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti 4 terlalu(Terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan teralalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22,5 persen maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilian, persalinan dan nifas seperti Tiga Terlambat (Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). (Kemenkes RI, 2013)
Upaya yang dilakukan Kemenkes 2015 dengan pelayanan ANC terpadu, dalam pelayanan Komprehensif/berkelanjutan (yaitu dimulai dari hamil, bersalin, BBL, Nifas dan KB), diberikan pada semua ibu hamil. dengan frekuensi pemeriksaan ibu hamil minimal 4x, persalian ditolong oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan, melakukan kunjungan Nifas (KN 1- KN 3) pengawasan intensif 2 jam BBL, melakukan kunjungan neonatus (KN 1- KN 3), dan KB pasca salin.
Menurut Kemenkes RI 2015 Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1 kontak pertama dan K4 kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai standar. Di Indonesai cakupan K1 pada tahun 2013 sebanyak 95,25 % dan mengalami penurunan pada tahun 2014 sebanyak 94,99 %. Sedangkan K4 pada tahun 2013 sebanyak 86,85% dan pada tahun 2014 sebanyak 86,70% (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).Laporan Profil Kesehatan NTT pada tahun 2015 presentase rata-rata cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar (72,7
3
%). Sedangkan pada tahun 2014 sebesar (82 %), berarti terjadi penurunan sebanyak 9,3 %, Pada tahun 2013, presentase rata-rata cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 85 % sedangkan target yang harus dicapai adalah sebesar 100 %, berarti untuk capaian cakupan K1 ini belum tercapai. Persentase rata-rata cakupan kunjungan ibu hamil (K4) tahun 2015 sebesar 53,3 %. Cakupan K4 pada tahun 2014 sebesar 63,2% apabila dibandingkan pencapaian pada tahun 2015 maka mengalami penurunan sebesar 9,9 %. Persentaserata-rata cakupan kunjungan ibu hamil (K4) tahun 2013 sebesar 64 %. Di Puskesmas Seon jumlah sasaran ibu hamil pada tiga bulan terakhir (Januari-mei 2019) adalah 102 ibu dengan cakupan kunjungan ibu hamil K1 sebanyak ibu hamil (34,22%) dan K4 sebanyak 41 ibu hamil (15,24) (Laporan Puskesmas Seon, 2019). Selain ada kesenjangan juga ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan oleh tenaga kesehatan sehingga tidak terdeteksi bila ada kelainan.
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, maka pelayanan antenatal di
fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik
perorangan/kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promontif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif / sesuai standar 10 T (Kemenkes RI, 2013)
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, dari angka 81,08% pada tahun 2008 menjadi 90,88 pada tahun 2013, dan mengalami penurunan 88,68 % pada tahun 2014 dan 88,55% pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2013). Di Puskesmas Seon jumlah ibu bersalin pada bulan januari-Desember 2018 sebanyak 199 orang ibu bersalin dan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 197 orang (76,1%) sedangkan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga non kesehatan sebanyak 2 orang (0,2%), hal ini menunjukkan masih ada ibu bersalin ditolong oleh non tenaga kesehatan, berakibat terhadap ibu dan janin karena akan terlambat mendapatkan penanganan
4
jika terdapat komplikasi pada saat bersalin (Laporan Puskesmas Seon, 2018).
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam meningkatkan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, serta peningkatan kualitas hidup bayi. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, satu kali pada umur 0-2 hari (KN 1) dan KN2 pada umur 3 – 7 hari dan KN3 pada umur 8-28 hari (Kemenkes RI, 2015). Cakupan kunjungan Neonatal lengkap indonesia tahun 2015 sebesar 77,31%. Kunjungan neonatus di NTT selama 2 tahun terakhir mengalami sedikit peningkatan Pada tahun 2014 sebesar 82,60% mencapai 86,29% tahun 2015 (Profil Kesehatan NTT,2015). Di puskesmas Seon pada empat bulan terakhir Januari-april 2019 jumlah bayi lahir hidup (laki-laki dan perempuan ) 71 dengan kunjungan neonatus 1 x (KN 1) 67 orang dan kunjungan neonatus 3x (KN Lengkap) 62 orang, 4 bayi tidak dapat dipantau kesehatannya (Laporan Puskesmas Seon, 2019).
Nifas adalah periode mulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu KF1 (6 jam-3 hari pasca persalinan), KF2 (pada hari 4 sampai hari 28), KF3 ( hari 29 sampai hari ke-42). Begitu pula cakupan kunjungan nifas di Indonesia yang terus mengalami kenaikan dari 17,9 % pada tahun 2008 menjadi 87,06 % pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Di Provinsi NTT kunjungan ibu nifas naik secara bertahap setiap tahunnya hingga pada tahun 2014 mencapai 84,2% meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 82% dan tahun 2012 sebesar 72,5%, namun pada tahun 2015 sedikit menurun menjadi 78,9% (Profil Kesehatan NTT,2013). Sedangkan di
5
puskesmas Seon Jumlah ibu nifas 164 dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas adalah 109.
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara umur 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kehamilan, wanita lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Dari seluruh pasangan usia subur yang menjadi sasaran program KB, terdapat sebagian yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan program tersebut dengan berbagai alasan di antaranya ingin menunda memiliki anak atau tidak ingin memiliki anak lagi. Kelompok PUS ini disebut sebagai unmet need. Selain itu masih terdapat masalah dalm penggunaan kontrasepsi, menurut data SDKI tahun 2007, angka-need 9,1%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu (Kemenkes RI,
2013). Persentase PUS yang merupakan kelompok unmet need di
Indonesia sebesar 12,7%. Dari seluruh PUS yang memutuskan tidak memanfaatkan program KB, sebanyak 6,15% beralasan ingin menunda memiliki anak, dan sebanyak 6,55% beralasan tidak ingin memiliki anak
lagi. Total angka unmet need tahun 2015 mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 14,87%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Tahun 2015 jumlah PUS sebesar 865.410 orang, pada tahun 2014 jumlah PUS sebesar 428.018 orang, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 889.002 orang. Jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif tahun 2015 sebanyak 415.384 (48,0%), tahun 2014 sebesar 428.018 orang (45,7%), sedangkan tahun 2013 sebesar 534.278 orang (67,4%), berarti pada tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 2,3% peserta KB aktif. Namun jika dibandingkan target yang harus dicapai sebanyak 70%. Pada tahun 2015 ini belum mencapai target. (Profil Kesehatan Kabupaten NTT, 2015).
6
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/ MENKES/PER/X /2010 BAB III tentang Penyelenggaraan praktik bidan terutama pasal 9 dan 10 memberikan pelayanan yang meliputi Pelayanan kesehatan ibu, Pelayanan kesehatan anak dan Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, Pelayanan konseling pada masa pra hamil, Pelayanan antenatal pada kehamilan normal, Pelayanan persalinan normal, Pelayanan ibu nifas normal, Pelayanan ibu menyusui dan Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan, maka penulis tertarik untuk menulis Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “ Asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. V. U Di Puskesmas Seon ”. dengan pencatatan asuhan kebidanan sesuai standar VI dalam bentuk 7 langkah Varney dan SOAP (subyektif, obyektif, analisis, penatalaksanan) untuk catatan perkembangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuaraikan maka perumusan masalah dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah “Bagaimanakah Asuhan kebidanan berkelanjutan Pada Ny. V. U G4P3A0AH3 Usia
Kehamilan 36 minggu 4 hari janin hidup tunggal letak kepala Intra uterine keadaan ibu dan janin baik di Puskesmas Seon periode 30 April sampai dengan 15 Juni Tahun 2019.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menerapkan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. V. U di puskesmas seon kabupaten malaka periode 30 april sampai dengan 15 juni 2019
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif, dalam masa kehamilan persalinan, nifas, BBL, KB pada Ny V. U. di Puskesmas Seon
b. Melakukan pengkajian data obyektif pada masa kehamilan
7
c. Menetapakan Analisa dan diagnosa kebidanan pada kehamilan, persalinan, BBL, nifas dan KB bayi Ny. V. U di puskesmas seon d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil,
persalinan, BBL, nifas, dan KB pada Ny. V. U di puskesmas seon D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil studi ini dapat sebagai masukkan untuk pengembangan
pengetahuan tentang asuhan kebidanan khususnya asuhan
berkelanjutan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, BBL, dan KB. 2. Aplikatif
a. Prodi Kebidanan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan literatur dan untuk data penelitian studi kasus.
b. Profesi Bidan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan asuhan kebidanan kontinu asuhan berkelanjutan pada ibu hamil, ibu bersalin, BBL, nifas dan KB
c. Klien dan masyarakat
Agar klien maupun masyarakat sadar tentang pentingnya periksa hamil, yang teratur, bersalin di fasilitas keseahatan dn ditolong oleh tenaga kesehatan, melakukan kunjungan nifas di fasilitas kesehatan.
E. Keaslian Studi kasus
1. Asmi sinta fatu (2015) dengan studi kasus asuhan kebidanan pada Ny D.E G4P3A0AH3 umur kehamilan 21 minggu. Janin tunggal hidup intra uterine presentase kepala dengan kehamilan normal di Puskesmas Bakunase metode pendokumentasian SOAP.
2. Amanda Dewi putri yang telah melakukan studi kasus yang berjudul Asuhan kebidanan Komperhensif pada ibu G1P0A0AH0 di mulai dari kehamilan, persalinan, Nifas, dan asuhan bayi baru lahir sejak tanggal 10 Oktober 2013 sampai dengan 14 November 2013 di BPM,
8
kecamatan jangka kabupaten Bireun Nanggroe Ace Darusalam metode dokumtasi yang di gunakan 7 langkah Varney.
3. Asuhan yang sama di lakukan Mariana leny (2019) dengan judul Asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. V. U di Puskesmas seon dengan mengunakan tujuh langkah Varney dan catatan pasien mengunakan SOAP berdasarkan ketiga studi kasus tersebut terdapat perbedaan Waktu, Tempat, dan Subyek. Serta perbedaan dari segi Pendokumentasian.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitasi atau penyatuan dari spertmatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahir bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Walyani, 2015).
Kehamilan adalah suatu kondisi seorang wanita memiliki janin yang tengah tumbuh dalam tubuhnya. Umunya janin tumbuh didalam rahim. Waktu hamil pada manusia sekitar 40 minggu atau 9 bulan (Romauli, 2011)
2. Perubahan fisiologi dan psikologi kehamilan trimester III a. Perubahan fisiologi
1) Sistem Reproduksi
a) Vagina dan Vulva
Pada usia kehamilan Trimester III dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina (Romauli, 2011).
b) Serviks Uteri
Pada saat kehamilan mendekati aterem, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispresi). Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang (Romauli, 2011).
10 c) Uterus
Pada trimester III isthmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih lebar dan tipis. Batas itu dikenal dengan lingkaran retraksi fisiologis dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR. Setelah minggu ke 28 kontraksi Braxton hicks semakin jelas. Umumnya akan menghilang saat melakukan latihan fisik atau berjalan. Pada akhir-akhir kehamilan kontraksi semakin kuat sehingga sulit membedakan dari kontraksi untuk memulai persalinan (Pantikawati dan Saryono, 2012).
d) Ovarium
Pada trimester ke III korpus luteum sudah tidak lagi berfungsi lagi karena telah digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk (Romauli, 2011).
2) Sistem traktus urinarius
Pada akhir kehamilan kepala janin akan turun ke pintu atas pangggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat kekanan akibat terdapat kolon rektosigmoid disebelah kiri. Perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume lebih besar dan juga memperlambat laju urine (Pantikawati dan Saryono, 2012).
3) Sistem Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran payudara semakin meningkat, pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
11
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum (Romauli, 2011).
4) Sistem Endokrin
Pada trimester III kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan magnesium, fosfat, hormone pada tiroid, vitamin D dan kalsium. Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya (Romauli, 2011).
5) System musculoskeletal
Selama trimester ketiga otot rektus abdominalis dapat memisah, menyebabkan isi perut menonjol digaris tengah tubuh. Hormon progesterone dan hormone relaxing menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot. Hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin membesar dalam abdomen
sehingga untuk mengompensasi penambahan berat. Lordosis
progresif merupakan gambaran yang karakteristik pada kehamilan normal. Selama trimester III akan merasa pegal, mati rasa dan dialami oleh anggota badan atas yang menyebabkan lordosis yang besar dan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang
akan menimbulkan traksi pada nervus (Pantikawati dan
Saryono,2012).
6) Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000-16.000. penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama diketahui selama dan setelah melakukan latihan berat. Distribusi tipe sel juga mengalami
12
perubahan. Pada kehamilan, terutama trimester III, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara bersamaan limfosit dan monosit (Romauli, 2011).
b. Perubahan psikologis
Trimester ketiga sering disebut dengan periode penantian. Sekarang wanita menanti kelahiran bayinya sebagai bagian dari dirinya. Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu mahil Trimester III (Romauli, 2011) :
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu. 3) Takut akan merasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. 5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
6) Merasa kehilangan perhatian. 7) Perasaan sudah terluka(sensitive)
Reaksi para calon orang tua yang biasanya terjadi pada trimester III adalah (Indrayani, 2011):
1) Calon Ibu
a) Kecemasan dan dan ketegangan semakin meningkat oleh
karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image.
b) Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.
c) 6–8minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin
meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.
d) Adanya perasaan tidak nyaman.
e) Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan.
13
f) Menyibukkan diri dalam persiapan menghadapi persalinan.
2) Calon Ayah
a) Meningkatnya perhatian pada kehamilan istrinya.
b) Meningkatnya tanggung jawab finansial.
c) Perasaan takut kehilangan istri dan bayinya.
d) Adaptasi terhadap pilihan senggama karena ingin
membahagiakan istrinya (Indrayani, 2011). 5. Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III
a. Nutrisi
Pada trimester III, ibu hamil butuh energy yang memadai sebagai cadangan energy kelak saat proses persalinan. Pertumbuhan otak janin terjadi cepat saat dua bulan terakhir menjelang persalinan. Menurut Walyani (2015). Berikut adalah gizi yang sebaiknya lebih diperhatikan pada kehamilan trimester III yaitu :
1) Kalori
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000-80.000 kkal, dengan penambahan berat badan sekitar 12,5 kg. pertambahan kalori ini diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk itu kalori yang diperlukan setiap hari adalah 285-300kkal. Tambahan kalori diperlukan untuk pertumbuhan jaringan dan menambah volume darah serta cairan amnion (ketuban). Selain itu, kalori juga berguna sebagai cadangan ibu untuk keperluan persalinan dan menyusui (Walyani, 2015).
2) Vitamin B6
Vitamin ini dibutuhkan untuk menjalankan lebih dari 100 reaksi kimia dalam tubuh yang melibatkan enzim. Selain membenatu metabolism asam amino, karbohidrat, lemak dan pembentukan sel darah merah juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter. Angka kecukupan ibu trimester III kurang lebih 2,2mg sehari. Makanan hewani adalah sumber daya yang kaya akan vitamin ini (Walyani, 2015).
14
3) Yodium
Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang berperan mengontrol metabolism sel yang baru masuk. Jika tiroksin berkurang makabayi akan tumbuh kerdil, sebaliknya jika berlebihan maka janin tumbuh akan berlebihan dan melampaui ukuran normal. Angka ideal untuk mengonsumsi yodium adalah 175 mcg/hari (Walyani,2015).
4) Tiamin (vitamin B1), ribovlavin (B2) dan Niasin (B3)
Deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur metabolism system pernapasan dan energy. Ibu hamil dianjurkan mengonsumsi tiamin 1,2mg/hari, ribovlavin sekitar 1,2 mg/hari dan niasin 11 mg/hari. Ketiga vitamin ini bisa ditemukan di keju, susu, kacang-kacangan, hati dan telur (Walyani,2015).
5) Air
Air sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolism zat gizi serta
mempertahankan volume darah yang emningkat selama
kehamilan. Jika cukup mengonsumsi cairan kira-kira 8 gelas perhari maka akan terhindar dari resiko terkena infekasi saluran kemih dan sembelit (Romauli, 2011).
b. Oksigen
Menurut Walyani (2015) kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan biasa terjadi saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi lebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu :
1) Latihan nafas selama hamil.
2) Tidur dengan bantalyang lebih tinggi. 3) Makan tidak terlalu banyak.
15
5) Konsul kedokter bila ada kelainan atau gangguan seperti asma, dll. c. Personal hygine
Kebersihan harus dijaga selama hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit, ketiak dengan cara membersihkan dengan air dan keringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena sering sekali mudah terjadi gigi berlubang, terutama dengan ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi (Romauli, 2011).
d. Pakaian
Meskipun pakaian bukan hal yang berakibat langsung terhadap kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika tetap dipertimbangkan beberapa aspek dari kenyamanan ibu (Romauli, 2011). Menurut Pantikawati dan Saryono (2012) beberapa hal yang harus diperhatikan ibu hamil adalah memenuhi kriteria berikut ini : 1) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat di
daerah perut.
2) Bahan pakaian yang mudah menyerap keringat.
3) Pakailah bra yang menyokong payudara.
4) Memakai sepatu dengan hak yang rendah.
5) Pakaian dalam yang selalu bersih. e. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah sering buang air kecil dan konstipasi. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos dalah satunya otot usus. Selain itu desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi (Romauli, 2011).
Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah dengan
16
terutama ketika lambung kosong. Sering buang air kecil merupakan keluhan uttama yang dirasakan terutama pada trimester 1 dan 3. Ini terjadi karena pembesaran uterus yang mendesak kandung kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi (Romauli, 2011).
f. Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pekerjaan rumah dengan dan secara berirama dengan menghindari gerakan menyentak, sehingga mengurangi ketegangan tubuh dan kelelahan (Romauli, 2011).
g. Body mekanik
Secara anatomi, ligament sendi putar dapat meningkatkan pelebaran uterus pada ruang abdomen, sehingga ibu akan merasakan nyeri. Hal ini merupakan salah satu ketidaknyamanan yang dialami ibu hamil. Menurut Romauli (2011) Sikap tubuh yang perlu diperhatikan adalah :
1) Duduk
Duduk adalah posisi yang paling sering dipilih, sehingga postur yang baik dan kenyamanan penting. Ibu harus diingatkan duduk bersandar dikursi dengan benar, pastikan bahwa tulang belakangnya tersangga dengan baik.
2) Berdiri
Untuk mempertahankan keseimbangan yang baik, kaki harus diregangkan dengan distribusi berat badan pada masing-masing kaki. Berdiri diam terlalu lama dapat menyebabkan kelelahan dan ketegangan. Oleh karena itu lebih baik berjalan tetapi tetap memperhatikan semua aspek dan postur tubuh harus tetap tegak. 3) Tidur
Sejalan dengan tuanya usia kehamilan, biasanya ibu merasa semakin sulit mengambil posisi yang nyaman, karena peningkatan
17
ukuran tubuh dan berat badannya. Kebanyakan ibu menyukai posisi miring dengan sanggaan dua bantal dibawah kepala dan satu dibawah lutut dan abdomen. Nyeri pada simpisis pubis dan sendi dapat dikurangi bila ibu menekuk lututnya ke atas dan menambahnya bersama–samaketika berbalik ditempat tidur. h. Imunisasi
Vaksin adalah subtansi yang diberikan untuk melindungi dari zat asing (infeksi). Ada 4 macam vaksin :
1) Toksoid dari vaksin yang mati 2) Vaksin virus mati
3) Virus hidup
4) Preparat globulin imun
Toksoid adalah preparat dari racun bakteri yang diubah secara kimiawi atau endotoksin yang di buat oleh bakteri. Vaksin mati berisi mikroorganisme yang dibuat tidak aktif dengan panas atau bahan kimia. Vaksin virus hidup dibuat dari strain virus yang memberikan perlindungan tetap tidak cukup kuat untuk menimbulkan penyakit. Preparat imun globulin adalah protein yang terbuat dari darah manusia yang dapat menghasilkan perlindungan antibody pasif atau temporer. Vaksin ini untuk melawan penyakit hepatitis B, rabies, varicela (Pantikawati dan Saryono, 2012).
i. Exercise
Menurut Pantikawati & Saryono (2012) Secara umum, tujuan utama periapan fisik dari senam hamil sebagai berikut :
1) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara fungsi hati untuk dapat menahan berat badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak dan lain – lain.
2) Melatih dan menguasai tekhnik pernafasan yang berperan penting dalam kehamilan dan peroses persalinan .
3) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot – otot dinding perut otot dasar panggul dan lain – lain.
18
4) Membantu sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.
5) Memperoleh relaxsasi yang sempurna dengan latihan kontraksi dan relaxsasi.
6) Mendukung ketenangan fisik.
j. Traveling
1) Umumnya perjalanan jauh pada 6 bulan pertama kehamilan
dianggap cukup aman. Bila anda ingin melakukan perjalanan jauh pada tiga bulan terakhir kehamilan, sebaiknya dirundingkan dengan dokter.
2) Wanita hamil cendrung mengalami pembekuan darah di kedua kaki
karena lama tidak aktif bergerak.
3) Apabila bepergian dengan pesawat udara ada resiko terhadap janin antara lain : bising dan getaran, dehidrasi karena kelembaban udara yang rendah, turunnya oksigen karena perubahan tekanan udara, radiasi kosmik pada ketinggian 30.000 kaki (Nugroho, dkk, 2014). k. Seksualitas
Selama kehamilan normal koitus boleh sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat tidak lagi berhubungan selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat abortus berulang, abortus, ketuban pecah sebelum waktunya. Pada saat orgasmedapat dibuktikan adanya fetal bradichardya karena kontraksi uterus dan para peneliti menunjukkan bahwa wanita yang berhubungan seks dengan aktif menunjukkan insidensi fetal distress yang lebih tinggi (Romauli, 2011).
l. Istirahat dan tidur
Ibu hamil sebaiknya memilki jam istirahat /tidur yang cukup. Kurang istirahat atau tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu kurang gairah. Usahakan tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam. Ibu mengeluh susah tidur karena rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau
19
posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi rileks, bugar dan sehat (Nugroho, dkk, 2014).
6. Ketidaknyamanan selama hamil dan cara mengatasinya
Menurut Romauli (2011) ketidaknyamanan trimester III dan cara mengatasinya sebagai berikut :
a. Sering buang air kecil
1) Kurangi asupan karbohidrat murni dan makanan yang mengandung
gula.
2) Batasi minum kopi, teh, dan soda.
b. Hemoroid
1) Makan makanan yang berserat, buah dan sayuran serta banyak minum air putih dan sari buah.
2) Lakukan senam hamil untuk mengatasi hemoroid.
c. Keputihan leukorhea
1) Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari.
2) Memakai pakian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap.
3) Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan syaur.
d. Sembelit
1) Minum 3 liter cairan setiap hari terutama air putih atau sari buah.
2) Makan makanan yang kaya serat dan juga vitamin C.
3) Lakukan senam hamil.
e. Sesak napas
1) Jelaskan penyebab fisiologi.
2) Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik napas panjang.
3) Mendorong postur tubuh yang baik.
f. Nyeri ligamentum rotundum
1) Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri.
2) Tekuk lutut kearah abdomen.
3) Mandi air hangat.
4) Gunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya
20
g. Perut kembung
1) Hindari makan makanan yang mengandung gas.
2) Mengunyah makanan secara teratur.
3) Lakukan senam secara teratur. h. Pusing /sakit kepala
1) Bangun secara perlahan dari posisi istirahat. 2) Hindari berbaring dalam posisi terlentang.
i. Sakit punggung atas dan bawah
1) Posisi atau sikap tubuh yang baik selama melakukan aktivitas. 2) Hindari mengangkat barang yang berat.
3) Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung. j. Varises pada kaki
1) Istirahat dengan menikan kaki setinggi mungkin untuk membalikan efek gravitasi.
2) Jaga agar kaki tidak bersilangan.
3) Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.
7. Tanda bahaya kehamilan Trimester III
Menurut Pantikawati danSaryono (2012)ada 7 tanda bahaya kehamilan diantaranya:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran, pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah banyak, dan kadang-kadang tapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Jenis perdarahan antepartum diantaranya plasenta previa dan absurpsio plasenta atau solusio plasenta (Hani, dkk,2010).
b. Sakit kepala yang hebat dan menetap
Sakit kepala yang menunjukan satu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat dan menetap serta tidak hilang apabila beristrahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala tersebut diikuti pandangan kabur
21
atau berbayang. Sakit kepala yang demikian adalah tanda dan gejala dari preeklamsia (Hani,dkk, 2010).
c. Penglihatan kabur
Wanita hamil mengeluh pandangan kabur. Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan atau minor adalah normal. Perubahan penglihatan disertai dengan sakit kepala yang hebat diduga gejala preeclampsia. Deteksi dini dari pemeriksaan data yaitu periksa tekanan darah, protein urine, reflex dan oedema (Pantikawati danSaryono, 2012)
d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
Bengakak/oedema bisa menunjukkan masalah yang serius jika muncul pada wajah dan tangan, tidak hilang jika telah beristrahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan preeklamsia (Pantikawati danSaryono, 2012).
e. Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsun (Pantikawati danSaryono, 2012).
f. Gerakan janin tidak terasa
Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam. Gerakan janin akan terasa jika berbaring atau makan dan minum dengan baik (Hani,dkk,2010).
g. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristrahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, absurpsi plasenta, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Hani,dkk,2010).
22
8. Menilai factor resiko dengan skor poedji rochyati
a. Kehamilan Risiko Tinggi
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, yaitu kemungkinan terjadi komplikasi obstetrik pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, atau ketidak puasan pada ibu atau bayi (Poedji Rochjati, 2003). Definisi yang erat hubungannya dengan risiko tinggi (high risk):
1)Wanita risiko tinggi (High RiskWomen) adalah wanita yang dalam lingkaran hidupnya dapat terancam kesehatan dan jiwanya oleh karena sesuatu penyakit atau oleh kehamilan, persalinan dan nifas.
2)Ibu risiko tinggi (High Risk Mother) adalah faktor ibu yang dapat mempertinggi risiko kematian neonatal atau maternal.
3)Kehamilan risiko tinggi (High Risk Pregnancies) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. (Manuaba, 2010).
Risiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna maka deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko atau komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat (Meilani, dkk,2009).
b. Faktor-Faktor Risiko Ibu Hamil
Beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, tetapi tidak secara langsung meningkatkan risiko kematian ibu. Keadaan tersebut dinamakan faktor risiko. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, semakin tinggi risiko kehamilannya (Syafrudin dan
23
Hamidah, 2009). Bebarapa peneliti menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi sebagai berikut :
1) Puji Rochayati: primipara mudaberusia < 16 tahun, primipara tua berusia > 35 tahun, primipara skunder dangan usia anak terkecil diatas 5 tahun, tinggi badan < 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan premature, lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, operasi sesar), pre-eklamsi-eklamsia, gravid serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum, kehamilan dengan kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.
Gastelazo Ayala: faktor antenatal, faktor intrapartum, faktor obstetri dan neonatal, faktor umum serta pendidikan.
Ida Bagus Gde Manuaba 1. Berdasarkan anamnesis)Usia ibu (<19 tahun, > 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun)
2) Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina, operasi persalinan atau operasi pada rahim).
3) Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterin, sering mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat molahidatidosa atau korio karsinoma).
4) Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat bayi rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan perdarahan postpartum, persalinan dengan tindakan (ekstrasi vakum, ekstraksi forsep, letak sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar).
5) Hasil pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145 cm, deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit jantung, diabetes mellitus, paru-paru atau ginjal).Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen,
24
servik inkompeten, kista ovarium atau mioma uteri, kehamilan trimester dua dan tiga: preeklamsia-eklamsia, perdarahan,
kehamilan kembar, hidrmnion, dismaturitas atau gangguan
pertumbuhan, kehamilan dengan kelainan letak: sungsang, lintang, kepala belum masuk PAP minggu ke 36 pada primigravida, hamil dengan dugaan disproporsi sefalo-pelfik, kehamilan lewat waktu diatas 42 minggu).
6) Saat inpartu
Pada persalinan dengan risiko tinggi memerlukan perhatian serius, karena pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan neonatus (perinatal):
a) Keadaan risiko tinggi dari sudut ibu (ketuban pecah dini, infeksi intrauterin, persalinan lama melewati batas waktu perhitungan partografWHO, persalinan terlantar, rupture uteri iminens, ruptur uteri, persalinan dengan kelainan letak janin: (sungsang, kelainan posisi kepala, letak lintang), distosia karena tumor jalan lahir, distosia bahu bayi, bayi yang besar, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur sinus marginalis, ruptur vasa previa).
b) Keadaan risiko tinggi ditinjau dari sudut janin (pecah ketuban disertai perdarahan (pecahnya vasa previa), air ketuban warna hijau, atau prolapsus funikuli, dismaturitas, makrosomia, infeksi intrauterin, distress janin, pembentukan kaput besar, retensio plasenta).
c) Keadaan risiko tinggi postpartum (perslinan dengan retensio plasenta, atonia uteri postpartum, persalinan dengan robekan perineum yang luas, robekan serviks, vagina, dan ruptur uteri). c. Skor Poedji Rochjati
Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi
25
ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Dian, 2007).
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Menurut Dian (2007) berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
(Rochjati Poedji, 2003). d. Tujuan sistem skor
1) Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST)
agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
2) Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
e. Fungsi Skor
1) Alat Komunikasi Informasi Dan Edukasi/KIE – Bagi Klien/Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat. Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, diingat, dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukkan. Dengan demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat. 2) Alat peringatanbagi petugas kesehatan, agar lebih waspada. Lebih
tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis penilaian/pertimbangan klinis pada ibu risiko tinggi dan lebih intensif penanganannya.
26
f. Cara Pemberian Skor
Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4 dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu Skor „Poedji Rochjati‟ (KSPR), yang telah disusun dengan format sederhana agar mudah dicatat dan diisi (Rochjati Poedji, 2003).
Tabel 1 Skor Poedji Rochjati
II III IV
KEL. F.R.
NO. Masalah / Faktor Resiko SKOR Tribulan I II II I. 1 II I. 2
Skor Awal Ibu Hamil 2
I 1 Terlalu muda, hamil ≤ 16 tahun 4 2 Terlalu tua, hamil ≥ 35 tahun 4 3 Terlalu lambat hamil I, kawin ≥ 4
tahun
4
Terlalu lama hamil lagi (≥ 10 tahun)
4
4 Terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun)
4
5 Terlalu banyak anak, 4 / lebih 4 6 Terlalu tua, umur ≥ 35 tahun 4 7 Terlalu pendek ≤ 145 cm 4 8 Pernah gagal kehamilan 4
27 9 Pernah melahirkan dengan :
a. Tarikan tang / vakum
4
b. Uri dirogoh 4
c. Diberi infuse / transfuse 4 10 Pernah Operasi Sesar 8 II 11 Penyakit pada Ibu Hamil :
a. a. Kurang darah b. Malaria
4
c.TBC paru d. Payah jantung
4
e. Kencing manis (Diabetes) 4 f. Penyakit menular seksual 4 12 Bengkak pada muka / tungkai dan
Tekanan darah tinggi
4
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4 14 Hamil kembar air (Hydramnion) 4 15 Bayi mati dalam kandungan 4 16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8 20 Preeklampsia berat / kejang –
kejang
8
JUMLAH SKOR Keterangan :
1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS.
g. Tujuan Sistem Skor
28
1) Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST)
agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
2) Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
9. konsep antenatal care standar pelayanan antenatal (10T)
Menurut Kemenkes RI (2015) dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan 10 T yaitu sebagai berikut :
a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan (TT1)
Penimbangan berat badan setiap kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulanya menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil 145 cm meningkatkan resiko untuk tejadinya CPD (Chephalo Pelvic Disproportion) (Romauli, 2011).
b. Ukur Tekanan Darah (TT2)
Pengukuran tekanan darah poada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg). Pada kehamilan dan preeclampsia (hipertensi disertai edem wajah dan atau tungkai bawah dan atau protein uria) (Romauli, 2011). c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA) (TT3)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energy kronis (KEK). Ibu hamil yang mengalami KEK di mana ukuran LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
29
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Ibu hamil yang mengalami obesitas di mana ukuran LILA > 28 cm (Kemenkes RI, 2015).
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TT4)
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin :
Tabel 2 TFU Menurut Penambahan Tiga Jari
Tinggi
Fundus uteri (TFU)
16 Pertengahan pusat – simfisis 20 Dibawa pinggir pusat 24 Pinggir pusat atas 28 3 jari atas pusat
32 ½ pusat – proc. Xiphoideus
36 1 jari dibawa proc. Xiphoideus
40 3 jari dibawa proc. Xiphoideus
Sumber : (Nugroho, dkk, 2014)
e. Pemantauan imunisasi tetanus dan pemberiann imunisasi tetanus tokosiod sesuai status imunisasi (T5).
Tabel 3 Rentang Waktu Pemberian Immunisasi TT dan Lama Perlindungannya.
Imunisasi
TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindunagan TT 1
Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun Sumber : (Kemenkes RI, 2015)
f. Tentukan Presentase Janin dan Denyut Jantung Janin (TT5)
Menentukan presentase janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke
30
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 x/menit atau cepat > 160 x/menit menunjukan adanya gawat janin (Romauli, 2011).
g. Beri Tablet Tambah Darah (TT7)
Tablet tambah darah dapat mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus medapat tablet tambah darah dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. Tiap tablet mengandung 60 mg zat besi dan 0,25 mg asam folat (Kemenkes RI, 2015).
h. Periksa Laboratorium (TT8)
1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan
2) Tes haemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
3) Tes pemeriksaan urin (air kencing)
4) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti malaria, HIV, sifilis, dan lain-lain (Kemenkes RI, 2015).
i. Tatalaksana atau Penanganan kasus (TT9)
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
j. Temuwicara atau Konseling (TT10)
Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi : kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami dan keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif, KB pasca persalinan, dan imunisasi (Kemenkes RI, 2015).
31 10.Kebijakan kunjungan antenatal care
Menurut (Kemenkes, 2013) jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai berikut:
a. Minimal 1 kali pada trimester pertama (0 - < 14 minggu). b. Minimal 1 kali pada trimester kedua (0 - < 28 minggu). c. Minimal 2 kali pada trimester ketiga (0 - 36 minggu).
Menurut Walyani (2015) mengatakan interval kunjungan pada ibu hamil minimal sebanyak 4 kali, yaitu setiap 4 minggu sekali sampai minggu ke 28, kemudian 2– 3 minggu sekali sampai minggu ke 36 dan sesudahnya setiap minggu.
B. Konsep Dasar Persalinan 1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah peroses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah peroses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).
Persalinan adalah serangkian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Erawati, 2011). 2. Sebab – sebab mulainya persalinan
Menurut Erawati (2011) ada lima penyebab mulainya persalinan, yaitu sebagai berikut :
a. Penurunan kadar progesteron
Progesterone menimbulakan relaksasi otot uterus, sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot uterus. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, namum pada akhir kehamilan kadar progesteron turun menurun sehingga timbul his (Erawati, 2011).
32 b. Teori oksitosin
Oksitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim. Sehingga terjadi Braxton hiks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan, menyebabkan oksitosin meningkat, sehingga persalinan dapat dimulai (Marmi, 2012).
c. Keregangan otot
Uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. Jika dindingnya
teregang karena isinya bertambah timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Dengan bertambahnya usia kehamilan, semakin teregang otot – otot uterus dan semakin rentan(Marmi, 2012).
d. Teori ransangan estrogen
Esterogen menyebabkan irritability miometrium, mungkin karena peningkatn konsentrasi actin-myocin dan adenosine tripospat (ATP). Esterogen memungkinkan sintesis progstalandin pada deciduas dan selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus (Marmi, 2012).
e. Teori plasenta menjadi tua
Dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan menyebabkan vili chorealis mengalami perubahan sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun. Ini menimbulkan kekejangan pembuluh darah dan kontraksi otot rahim (Asrinah, dkk, 2010).
f. Teori progstalandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menyebabkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan (Asrinah, dkk, 2010). Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin yang diberikan secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan, hal ini disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi dalam air ketuban
33
maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan (Marmi, 2012).
3. Tahap persalinan kala (kala I, II, III dan IV) a. Kala I
1) Pengertian kala I
Kala 1 dimualai dengan serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersama darah disertai dengan pendataran (effacement). Lendir bercampur darah berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh – pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis (kanalis servikalis pecah karena pergeseran – pergeseran ketika serviks membuka). Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap, pada primigravida kala I berlangsung kira – kira 13 jam dan multigravida kira – kira 7 jam (Rukiah, dkk 2009).
MenurutErwatai (2011) berdasarkan kemajuan pembukaan serviks kala I dibagi menjadi :
a) Fase laten
Fase laten yaitu fase pembukaan yang sangat lambat dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu ± 8 jam.
b) Fase aktif
Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi :
(1) Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
(2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
yang di capai dalam 2 jam.
(3) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.