• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN 1. PENGERTIAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN DAN RESIKO TINGGI PERSALINAN PRESIPITATUS BAYI BARU LAHIR (BBL) NIFAS KB IUD PADA NY. S UMUR 39 TAHUN G4P2A1 DI PUSKESMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN 1. PENGERTIAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN DAN RESIKO TINGGI PERSALINAN PRESIPITATUS BAYI BARU LAHIR (BBL) NIFAS KB IUD PADA NY. S UMUR 39 TAHUN G4P2A1 DI PUSKESMA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

A. KEHAMILAN

1. PENGERTIAN

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba.I,dkk,2011;hal 75).

Masa kehamilan dimulai dari konspesi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan. Kehamilan triwulan I antara 0-12 minggu, kehamilan triwulan II antara 12-28 minggu dan kehamilan triwulan III antara 28-40 minggu (Mochtar.R,2012;hal 35). Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma (Hani.U,dkk,2011;hal 37).

(2)

2. PROSES KEHAMILAN

a. Sel telur

Pertumbuhan embrional oogonuim yamg kelak menjadi ovum terjagi di genital ridge. Menurut umur wanita, jumlah oogonium adalah sebagai berikut:

1) Bayi baru lahir : 750.000 2) Umur 6-15 tahun : 439.000 3) Umur 16-25 tahun : 159.000 4) Umur 26- 35 tahun : 59.000 5) Umur 35-45 tahun : 34.000 6) Masa menopause : semua hilang Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis) : 1) Oogonium,

2) Oosit pertama (primary obcyte)

3) Primary ovarium follicle

4) Likuor folikularis

5) Pematangan pertama ovum, dan

6) Pematangan kedua ovum pada saat sperma membuahi ovum.(Mochtar.R,2012;hal 16).

b) Sel mani (spermatozoon)

(3)

menghubungkan kepala dengan bagian tengah; dan ekor, yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak drengan cepat. Panjang ekor kira-kira 10x bagian kepala.

Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel-sel primitif tubulus testis. Setelah bayi laki-laki lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas, di bawah pengaruh sel-sel interstisial Leydig, sel-sel spermatogonium tadi mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.

Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) : 1) Spermatogonium, membelah dua

2) Spermatosit pertama, membelah dua 3) Spermatosit kedua, membelah dua 4) Spermatid, kemudian tumbuh menjadi

5) Spermatozoon (sperma). (Mochtar.R, 2012;hal 16). c) Konsepsi

Menurut Manuaba.I,(2011:h.23) pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut dengan konsepsi atau fertilisasi dan

(4)

1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.

2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tngah sitoplasma yang disebut viitelus

3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pleusida

4) Konspesi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di ampula tuba

5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermtozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba falopi. Spermatozoa hidup selama tiga hari di dalam genetalia interna. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik: hialuroindase. Melalui “stomata”, spermatozoa memasuki ovum, ekornya lepas dan

(5)

d) Proses nidasi atau implantasi

Pertemuan kedua inti ovum dan inti spermatozoa, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan atau belakang (Manuaba.I,dkk,2011;hal 79).

e) Pembentukan plasenta

Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam kedalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis (Manuaba.I,dkk,2011;hal 82).

3. DIAGNOSIS KEHAMILAN

a. Tanda tidak pasti kehamilan (presumptive sign)

Tanda presumptive adalah perubahan fiisiologik pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil (Prawirohadjo.S, 2010;hal 214).

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

(6)

Tetapi, amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan (Hani.U,dkk,2011;hal 72).

2) Mual ( nausea) muntah (emesis)

Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang (Manuaba.I,dkk,2011;hal 107).

3) Rasa lelah atau fatigue

Kondisi ini diakibatkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate(BMT) dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktivitas metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar (Prawirohardjo.S,2010;hal 215).

4) Payudara tegang dan membesar

(7)

payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran uterus. Adanya hCG digunakan sebagai dasar uji imunologik kehamilan,. Korionik somatotropin dengan muatan laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai perubahan metabolik yang mengiringinya (Prawirohardjo.S,2010;hal 214).

5) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Hani.U, dkk,2011;hal 72).

6) Sering miksi

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang (Manuaba.I,dkk,2011;hal 107).

7) Syncope atau pingsan

(8)

terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu (Hani.U,dkk,2011;hal 73).

8) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan kesulitan untuk buang air besar (Manuaba.I,dkk,2011;hal 107).

b. Tanda tidak pasti kehamilan

Menurut Manuaba (2011;h.40) tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh :

1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil,

2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda chadwick, tanda piscaseck, kontraksi Braxton Hicks dan teraba ballotement,

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

c. Tanda pasti kehamilan

(9)

1) Gerakan janin dalam rahim, harus dapat diraba oleh pemeriksa, gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia sekitar 20 minggu

2) Denyut jantung janin dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya doppler). Dengan stetoskop laenec DJJ baru dapat di dengar pada usia kehamilan 18-20 minggu

3) Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG

4) Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

4. DIAGNOSIS BANDING KEHAMILAN

Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang menimbulkan keraguan dalam pemeriksaan :

(10)

b. Mioma uteri. Perut dan rahim membesar, tetapi pada perabaan, rahim terasa pada perabaan, rahim terasa padat, kadang kala berbenjol-benjol. Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda-tanda kehamilan lainnya.egatif dan tidak dijumpai tanda – tanda kehamilan lainnya

c. Kista ovarium. Perut membesar, bahkan makin bertambah besar, tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan negatif, tana- tanda kehamilan lain negatif,

d. Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan kateter, keluar banyak urin.

e. Hematometra. Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen imperforata,stenosis vagina atau serviks (Mochtar,R.2012;hal 36-37).

5. PERUBAHAN FISIOLIGIS PADA KEHAMILAN

(11)

a. Uterus

Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Uterus akan mengalami hipertrofi dan hipervaskularisasi akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin,pertambahan amnion dan perkembangan plasenta dari yang berukuran 30gr menjadi 1000 gr. Selain itu akan terjadi perlunakan pada isthmus uteri dan pembesaran plasenta pada satu sisi uterus (Hani.U,dkk,2011;hal 51).

b. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan (tanda chadwicks) (Manuaba. I, dkk; 2011; hal 92). c. Payudara

Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu, juga terjadi penigkatan hormon somatotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar (Hani. U, dkk, 2011; hal 53).

d. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

(12)

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter,

3) Pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor diatas dijumpai beberapa perubahan darah antara lain volume darah emakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Kemudian perubahan pada sel darah merah yang makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim (Manuaba. I, dkk; 2012; hal 92).

e. Mulut dan gusi

Penigkatan esterogen dan progesteron miningkatkan aliran darah ke rongga mulut hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga terjadi edema dan hiperplastis ketebalan epitelial berkurang sehingga gusi lebih rapuh, timbulnya muntah menyebabkan kebersihan mulut terganggu dan miningkatkan rasa asam di mulut (Hani. U, dkk, 2011; hal 53).

f. Metabolisme

(13)

6. JADWAL PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Tabel 2.1 Jadwal kunjungan antenatal care

Kunjungan Umurkehamilan Tujuan

Trimester pertama

Sebelum minggu ke- 14

a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil b) Mendeteksi masalah dan

menanganinya

c) Melakikan tindkan pencegahan seperti tetanus neonaturun, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan

d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)

Trimester kedua

Sebelum minggu ke-28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsi (tanya ibu tentang gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa

Sama seperti diatas, ditambah palpasi absominal untuk mngetahui apakah ada kehamilan ganda, letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

(14)

7. PEMERIKSAAN KEHAMILAN

a. Anamnesis

1) Anamnesis identitas istri dan suami: nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan sebagainya.

2) Anamnesis umum

Tentang keluhan – keluhan, bafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan, dan sebagainya. Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai rumus Naegele : hari + 7 bulan -3, dan tahun + 1TTP = hari+ 7 bulan – 3 tahun +1 HT. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan

kehamilan ektopik, atau kehamilan mola

sebelumnya(Mochtar,R.2012;hal 38-39). 3) pemeriksaan fisik

Menurut Manuaba (2011;345), Pemeriksaan fisik ibu hamil dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Pemeriksaan fisik umum

(1) Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah :

(15)

(b) Mencari tanda-tanda perubahan fisik ibu hamil yang dapat mendukung diagnosis kehamilan.

(c) Mencari kemungkinan penyakit yang telah dideritanya atau terselubung sehingga dapat ditegakkan diagnosis dini dan

pengobatan.

(d) Melakukan pemeriksaan penunjang khususnya laboratorium untuk menilai kesehatan umum ibu hamil atau untuk menegakkan diagnosis khusus kehamilan

(2) Tujuan pemeriksaan fisik khusus adalah : (a) Untuk memastikan telah terjadi kehamilan

(b) Untuk memastikan apakah kehamilannya intauterin

(c) Untuk memastikan apakah kehamilannya tunggal atau ganda

(d) Untuk memastikan apakah kehamilannya tergolong beresiko rendah, meragukan atau beresiko tinggi

(e) Bagaimana sikap masing-masing untuk menghadapi itu (f) Untuk menentukan keadaan ibu dan janin saat ini

(g) Untuk menentukan apakah perlu diberikan pengobatan terhadap penyakit yang diderita ibu

(16)

(i) Jika perlu dilakukan intervensi medis, perlu ditetapkan bagaimana bentuknya, tempat dilakukan sehingga jika mungkin tercapai well born baby dan well health mother

(Mochtar,2011;h.34).

(3) Konsep pemeriksaan ibu hamil adalah : (a) Inspeksi

(b) Palpasi (c) Auskultasi

(d) Pemeriksaan dalam (e) Pemeriksaan tambahan :

((1)) Minimal dilakukan ultrasonografi

((2)) Pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan laboratorium (Prawirohardjo, 2010;239).

a. Palpasi Abdomen – Manuver Leopold

(17)

1) Manuver pertama memungkinkan identifikasi polus janin, yaitu sefalik atau podalik yang menempati fundus uterus. Bokong memberikan sensasi massa besar nodular, sedangkan kepala terasa keras dan bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat diayun.

2) Manuver kedua dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan meletakkan telapak tangan di slah satu sisi abdomen ibu, dengan lengan memberikan tekanan lembut tetapi dlaam. Pada satu sisi, dirassakan struktur yang keras dan resisten – punggung. Pada sisi lain, dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan – ekstremitas janin.Dengan memperhatikan apakah punggung

terarah ke anterior, atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin.

3) Maneuver ketiga dilakukan dengan cara ibu jari dan jari-jari satu tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Jika bagian terendah janin tedak engaged,

(18)

4) Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksa menghadap kearah kaki ibu dan, dengan uhung tiga jari pertama masing-masing tangan, memberikan tekanan yang dalam searah aksis aperture pelvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui maneuver ketiga (Manuaba, 2011; 341). b. Asuhan antenatal atau antenatal care adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo,2010;hal 278). Menurut Mochtar (2012;35) tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil yaitu :

1) Tujuan umum adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat. 2) Tujuan khusus adalah :

a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

(19)

d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.

Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal, jadwal asuhan cukup 4 kali. Dalam bahas program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali saat kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo,2010;hal 279).

8. TANDA BAHAYA KEHAMILAN

Menurut DepKes RI (2013) ada beberapa tanda bahaya kehamilan, diantaranya :

1. Abortus

(20)

2. Mola hidatidosa

Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis (Hani, 2010:h. 112).

3. Kehamilan ektopik terganggu (KET)

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik terganggu berada di tuba fallopi (sarwono, 2010:h. 474).

4. Plasenta previa

Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demekian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (Sarwono, 2010: h.495). 5. Edema

Hampir separuh ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya maslah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atatu preeklampsia (Hani, 2010:h.121).

(21)

Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). nyeri kepala, kejang, hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibatlkan kejang adalah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefalitis (Hani, 2010:h. 112).

B. PERSALINAN

1. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37) tanpa disertai dengan penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plaseta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2008; hal 39).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar,2012;hal 69).

(22)

Jadi persalinan merupakan suatu proses dimana hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan melalui jalan lahir. Dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit.

2. Sebab yang menimbulkan persalinan

Menurut Mochtar (2012;h.123) teori yang menimbulkan adanya persalinan ialah:

a. Teori penurunan hormon

2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua

Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

(23)

Di belakang serviks terletak ganglion servikale ( pleksus frankenhausher). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

e. induksi partus

partus dapat pula ditimbulkan melalui :

1) gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,

2) amniotomi : pemecahan ketuban,

3) tetesan oksitosin : pemberian oksitosin melalui tetesan per infus (Manuaba, 2011;h.34).

3. Tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu)

a. Terjadinya his pesalinan

(24)

teratur dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45-60 detik (Manuaba, 2011;h.567)

b. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka (Prawirohardjo,2010;h.431)

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesaria (Mochtar,2011;h.57)

d. Dilatasi dan effacement

(25)

4. Tahapan persalinan

Menurut Manuaba (2011;h.57) persalinan dibagi dalam 4 tahap, yaitu kala I, kala II, kala III, dan kala IV persalinan.

a. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan tidak berlangsung begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida Selma 8 jam. Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam sedangkan pada multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dpat diperkirakan.

b. Kala II atau pengusiran. Gejala utama kala II adalah :

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50-100 detik.

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti dengan mengejan, karena tertekannya pleksus Frankenhauser.

(26)

bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.

6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke bawah untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

7) Lamanya kala II pada primigravida adalah 50 menit dan 30 menit untuk multigravida.

(27)

d. Kala IV (observasi). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Prawirohardjo, 2010;h.46)

5. ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Menurut Prawirohardjo (2010;H.241), ada 60 langkah persalinan normal, yaitu :

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1. Mengamati tanda dan gejala kala dua

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Menyiapkan pertolongan persalinan

(28)

3. Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih ang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

(29)

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memasyikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai apabila DJJ tidak normal

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran

11. Memberi tahu ibu pembukaan sedah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

(30)

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan temuan-temuan.

b. Menjelaskan kepada naggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengan duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

(31)

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primipara atau 60 menit (1 jam ) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran.

i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi-kontraksi.

j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bai belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

Persiapan Pertolongan kelahiran Bayi

14. Jika kepala bayi telak membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 16. Membuka partus set

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Meolong Kleahiran Bayi

Lahirnya kepala

(32)

yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar.

Lahir bahu

(33)

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi pada tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m. 27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

(34)

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong btali pusat di antara dua klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

Oksitosin

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan tali pusat terkendali

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

(35)

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu

Mengeluarkan plasenta

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

1) Mengulangi pemberian oksitosen 10 unit I.M.

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu

(36)

4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kalehiran bayi.

38. Jika plaseta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan sela[ut ketuban tersebut.

a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

Pemijatan uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai perdarahan

(37)

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan prosedur pascapersalinan

42. Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

43. Menceluokan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

(38)

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan. c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masae uterus dan memeriksa kontaksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan

a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

(39)

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,55 selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

6. Persalinan patologis

(40)

a. Persalinan lama

Persalinan lama juga disebut dengan distosia yang disebabkan 3 hal yaitu :

1) Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir lazim terdapat pada setiap persalina, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan 2) Kelainan janin

Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin

3) Kelainan jalan lahir

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangikemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

b. Persalinan presipitatus

Merupakan persalinan yang terjadi kurang dari 3 jam (Prawirohardjo, 2010;h. 564).

C. BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian

(41)

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterina ke kehidupan ekstrauterine (Nanny,2010, hal: 12).

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh atau baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus depat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Vivian,2010;hal 1).

Beberapa pengertian dari bayi baru lahir normal menurut (Sondakh, 2013;h. 2) :

a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram

b. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38- 42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

2. Ciri- ciri bayi baru lahir

Menurut Nanny (2010;h.2) ciri bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut:

(42)

f. Lingkar lengan 11-12 cm

g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit h. Pernapasan ± 40-60 x/menit

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna

k. Kuku agak panjang dan lemas l. Nilai apgar > 7

m. Gerak aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat

o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

r. Refleks grasping (menggenggam) sudah terbentuk dengan baik s. Genitalia

1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang

(43)

3. Tahapan bayi baru lahir

a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan skoring gray untuk interaksi bayi dan ibu (Nanny,2010, hal: 21). b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan

pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku (Nanny,2010, hal: 21).

c. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Nanny,2010, hal: 21).

4. Penyakit pada neonates

Menurut Nanny (2010,hal;4) penyakit yang terjadi pada neonatus ialah sebagai berikut :

a. Bercak mongol , suatu pigmentasi yang datar dan berwarna gelap di daerah pinggang bawah dan bokong yang biasanya dapat ditemukan pada beberapa bayi saat lahir

b. Hemangioma, suatu tumor jaringan lunak/tomor vascular jinak akibat poliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah (Nanny,2010, hal: 5).

(44)

merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir, 25-50% pada bayi cukup bulan, dan 80% pada bayi berat lahir rendah (Sondakh, 2013 hal: 14).

d. Muntah, keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung setelah agak lama makanan dicerna dalam lambung yang disertai dengan kontaksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena infeksi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses persalinan (Nanny,2010, hal: 6).

e. Gumoh, yaitu keluarnya kembali sebagian kecil ici lambung setelah beberapa saat makanan dicerna dalam lambung. Biasanya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusu (Sondakh, 2013 hal: 15).

(45)

g. Diaper rash (ruam popok) merupakan terjadinya ruam-ruam kemerahan pada bokong akibat kontak terus-menerus dengan lingkungan yang tidak baik (popok/diapers) (Sondakh, 2013 hal: 15). h. Sebhorea, radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada

daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasenya, biasanya terjadi di daerah kepala (Vivian,2010;hal 18).

i. Furunkel (boil/bisul) . Peradangan pada folikel rambut kulit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi di daerah bokong, kuduk, aksila, badan dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut sebagai furunkulosis (Sondakh, 2013 hal: 15).

j. Milliarisis. Milliarisis yang disebut sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet, prickle heat, merupakan suatu keadaan dermatosis yang disebabkan oleh retensu keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.

(46)

l. Obstipasi merupakan penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna, atau bisa didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hati atau lebih.

5. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir

a. Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi, yaitu:

1) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan (Sondakh, 2013 hal: 34).

2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan pernapasan cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180x/menit selama beberapa menit kehidupan (vivian, 2010 hal: 15).

3) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi tenang, relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini (dikenal sebagai fase tidur) terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

(47)

kulit dari merah mudan menjadi agak sianosis, dan denyut jantung cepat (Nanny,2010, hal: 40).

5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna, misalnya tersedak atau aspirasi, tercekik, dan batuk

b. Adaptasi pernapasan

Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.

1) Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya perubahan dalam gradient tekanan).

2) Factor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu).

3) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misalnya penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbon dioksida, dan penurunan ph) (Marmi,2012;h.67)

Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respons reflex terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran (Nanny, 2010;h.34).

(48)

c. Perubahan termoregulasi dan metabolik

1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat celcius karena lingkungan eksternal lebih dingin dan dari pada suhu pada rahim. 2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang

besar dibandingkan dengan berat badan, menyebabkan bayi mudah untuk mengahantarkan panas pada lingkungan.

Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi (Sondakh, 2013 h:150-151).

Menurut Prawirohardjo (2010;h.654) bayi mengalami kehilangan panas melalui 4 cara, yaitu :

a) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkonak dengan kulit bayi.

b) Konveksi: pendinginan melalui aliran udara sekitar bayi.

c) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.

d) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak langsung dengan kulit bayi.

6. Tanda bahaya bayi baru lahir

keadaan yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu: a. Pernafasan: sulit atau lebih dari 60 kali per menit

(49)

c. Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar

d. Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah

e. Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah f. Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah). Bau

busuk, pernafasan sulit

g. Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja

h. Aktivitas: menggigil, atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung, lemah, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Saifuddin,dkk, 2010;hal 36).

7. Penilaian Awal Pada Bayi Baru Lahir

Mochtar (2012;h.56) mengemukakan, penilaian awal bayi baru lahir menggunakan APGAR skor, klasifikasi klinik APGAR skor yaitu:

a. Nilai 7-10 bayi normal

(50)

Tabel 2.2 APGAR Skor

Tidak ada Kurang dari 100 kali per menit

Tidak ada Sedikit gerakan mimic

Menangis, batuk, bersin

A: Activity (tonus otot)

Lumpuh Ekstremitas sedikit lumpuh

Tidak ada Lemah, tidak teratur

Menangis kuat

Jumlah Sumber: buku Sinopsis Obstetri 2012.

8. Asuhan pada bayi baru lahir

a. Menjaga kehangatan tubuh bayi dan mencegah hipotermia b. Memberikan kontak dini dengan ibu (IMD)

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI dan perawatan tali pusat

d. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai tubuh bayi stabil

(51)

Tabel 2.3 Jadwal Kunjungan Neonatal

Kunjungan Ke- Waktu Tujuan

1 6-12 jam a) Napas

Sumber: buku Asuhan Kebidanan Sarwonoo Prawirohardjo 2010.

D. MASA NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat--alat kandungan kembali seperti prahamil (Bahiyatun, 2009;hal 2).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, sertas selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha,2009;hal 4).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu (KemenkesRI,2013;hal 50).

(52)

2. Tujuan masa nifas

Menurut Saleha (2009;h.51) tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun b. psikologis

c. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari

e. Memberikan pelayanan KB.

3. Peran bidan pada masa nifas

Menurut Bahiyatun (2009;h.67) peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan dengan ibu. Selain itu, dengan cara :

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah

(53)

e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

4. Tahap masa nifas

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu (Marmi,2012;h.56).

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik (Bahiyatun,2009;h.43).

c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)

(54)

7. PROGRAM DAN KEBIJAKAN TEKNIS MASA NIFAS

Tabel 2.4 Program Kebijakan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam

setelahpersalinan

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena akibat atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau

sampai ibu dan baye dalam keadaan stabil.

2 6 hari setelah

persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi ,

fundus di bawah umbilicus,tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau.

b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda

– tanda penyulit.

d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.

3 2 minggu setelah

persalinan

a. Sama seperti di atas ( 6 hari setelah persalinan)

4 6 minggu setelah

persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi

(55)

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

Sumber bahiyatun,2009

8. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS

a. Involusi Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi ( Saleha, 2009;hal 54).

Tabel 2.5Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggu pusat, 2 jari bawah pusat

1000gr

1 minggu Pertengahan pusat

(56)

kecoklatan yang terdiri dari darah dan serum yang berisi leukosit dan jaringan yang disebut lokia serosa. Pada minggu berwarna putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit, dan jaringan (Bahiyatun, 2009;hal 61).

Lokia mempunyai bau yang khas tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia seosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya nfeksi. Jumlah pengeluaran lokia rata-rata kurang lebih 240-270 ml (Saleha, 2009;hal 57).

c. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehigga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009;hal 56-57).

d. Ovarium dan tuba falopi

(57)

proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali (Bahiyatun, 2009;hal 61).

d. Vagina

Vagina dan lubang pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009;hal 57).

e. Perubahan sistem pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, terjadi penurunan produksi progesteron sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomi (Bahiyatun, 2009;hal 61).

f. Perubahan sistem perkemihan

(58)

menunjukkan tidak saja edema dan hiperemia dinding kandung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada sub mukosa (Saleha, 2009;hal 59).

9. Proses adaptasi psikologis ibu masa nifas

Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini

a. Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat (Manuaba,2011;h.56).

b. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih bekonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perwatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu (Nanny,2009;h.56).

c. Letting go period

(59)

dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya (Saleha, 2009;hal 64).

10. Komplikasi masa nifas

a. Infeksi masa nifas

Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Drajat komplikasi bervariasi sangat tajam, mulai dari mastitis hingga adanya koagulasi intravaskular diseminata. Beberapa faktor predisposisi masa nifas yaitu kurang gizi atau malnutrisi, anemia, higiene, kelelahan, proses persalinan yang bermasalah yaitu partus lama/macet, karioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan. Berikut macam – macam infeksi masa nifas (Prawirohardjo, 2009; h.259):

(60)

dicurigai adanya sisa plasenta lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuret yang lebar).

2) Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Cara menanganinya yaitu susukan sesering mungkin, kedua payudara disusukan, kompres hangat payudara sebelum disusukan, bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui, sangga payudara, kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui, bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

3) Infeksi payudara sesudah persalinan menurut Bahiyatun, (2009, hal: 21)

(61)

b) Abses payudara yaitu terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan.

4) Infeksi luka perineal dan luka abdominal

Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.

5) Tromboflebitis

Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang – cabangnya sehingga terjadi tromboplebitis (Saleha, 2009;hal 64).

6) Pelviotromboflebitis

Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/ atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas. Penderita tampak sakit dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:

a) Menggigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.

(62)

c) Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan.

d) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke paru-paru.

Penanganan Pelviotromboflebitis dengan rawat inap penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonum (Bahiyatun, 2009: h.34)

7) Tromboflebitis femoralis

Penilaian kliniknya yaitu keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali. Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:

a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.

b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.

c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha

(63)

e) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijit betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan) (Mochtar, 2011;h.76).

b. Perdarahan Pasca Persalinan (PPP)

Definisi PPP adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibagi menjadi PPP primer, yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang, bisa karena inversio uteri. PPP sekundee yang terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena sisa plasenta. Jumlah perdarahan yang diperkirakan terjadi sering hanya 50% dari jumlah darah yang hilang. Perdarahan yang aktif dan merembes terus dalam waktu lama saat melakukan prosedur tindakan juga bisa menyebabkan PPP. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan Hb dan hematokrit untuk memperkirakan jumlah perdarahan yang terjadi saat persalinan dibandingkan dengan keadaan persalinan ( Prawirohardjo,dkk. 2010; h: 522 ).

1) Atonia uteri

(64)

dan plasenta lahir. Faktor predisposisi atonia uteri yaitu regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak hidramnion, kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep, kehamilan grande-multipara, ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun, mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim, infeksi intrauterin (kariomnionitis), ada riwayat pernah atonia sebelumnya.

Penanganan Atonia uteri yaitu Masase fundus uteri dan merangsang puting susu, pemberian oksitosin melalui suntikan secara i.m, i.v, memberikan drivat prostagalandin f2𝛼 (carboprost tromethamine ) yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan takikardia, pemberian misoprostol 800 – 1.000 𝜇g per – rektal, kompersi bimanual eksternal dan/atau internal. Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan oprasi laparatomi atau histerektomi (Saleha, 2009: h.54).

2) Robekan Jalan Lahir

(65)

pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Oleh karena itu pada setiap persalinan hendaklah dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari kemungkinan robekan dengan cara melakukan inspeksi pada vulva, vagina, dan serviks dengan memakai spekulum untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah yang merah segar dan pulsatif sesuai denyut nadi ( Prawirohardjo,dkk. 2010; h: 522 ).

3) Retensio plasenta

Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut sebagai retensio plasenta. Pada retensio plsaenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III ) dan harus di antisipasi dengan segera melakukan placenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam (Saleha, 2009: h.55).

4) Inversi Uterus

(66)

turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.

Faktor – faktor yang memungkin hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan prekreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver Crade) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba – tiba (misalnya batuk keras atau bersin (Rukyah,2010;h.56).

5) Perdarahan karena Gangguan Pembekuan Darah

Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain – lain.

(67)

mengenal faktor predisposisi PPP seperti mulltiparitas, anak besar, hamil kembar, Indramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tertinggi lainnya yang risikonya akan muncul saat persalinan, persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama, kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan, kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun, menguasai langkah – langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan

mengadakan rujukan sebagaimana mestinya (Saleha, 2009: 57).

11. Kunjungan masa nifas

Menurut Saifuddin (2009;h.45) paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.6 Kunjungan masa nifas

Waktu Tujuan

6-8 jam setelah persalinan

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan :rujuk bila perdarahan berlanjut.

3. Memberikan konseling pada ibu atau slah satu anggota keluarga bagaimana cara pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberiaan ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

(68)

7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

6 hari setelah persalinan

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontaksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, talipusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

2 minggu setelah persalinan

1. Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

6 minggu setelah persalinan

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami

2. Memberikankonselinguntuk KB secaradini Sumber : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009.

E. KELUARGA BERENCANA

1. Pengertian

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi adalah cara, alat-alat atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi. (Mochtar, 2012;hal 195).

(69)

Jadi, keluarga berencana merupakan program pemerintah untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan metode kontrasespsi.

2. Tujuan keluarga berencana

Menurut Sulistyawati (2013), tujuan keluarga berencana yaitu: a. Keluarga dengan anak ideal

b. Keluarga sehat

c. Keluarga berpendidikan d. Keluarga sejahtera e. Keluarga berketahanan

f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya g. Penduduk tumbuh seimbang

3. Syarat kontrasepsi

Menurut (Mochtar, 2012;h.195)Kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya b. Tidak ada efek samping yang merugikan c. Tidak mengganggu hubungan seksual d. Cara penggunaannya sederhana

e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya

(70)

g. Dapat diterima oleh pasangan suami istri

4. Metode kontrasepsi

a. Alat kontrasepsi non hormonal 1) Senggama terputus

a) Pengertian

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi (Anwar,2011; h.438).

b) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-15) keuntungan senggama terputus, yaitu:

(1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar (2) Tidak mengganggu produksi ASI

(3) Dapat digunakan sebagai pendukung metode Kb lainnya (4) Tidak ada efek samping

(5) Dapat digunakan setiap waktu (6) Tidak membutuhkan biaya c) Manfaat non kontrasepsi

(71)

(2) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam

d) Keterbatasan

Menurut Manuaba (2010; h. 596) Kekurangan dari senggama terputus, yaitu:

(1) Efektivitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun)

(2) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis

(3) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual 2) Metode amenorea laktasi (MAL)

1) Pengertian

Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (2012; h. MK-18).

2) Keuntungan kontrasepsi

a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)

Gambar

Tabel 2.1 Jadwal kunjungan antenatal care
Tabel 2.2 APGAR Skor
Tabel 2.3 Jadwal Kunjungan Neonatal
Tabel 2.4 Program Kebijakan Masa Nifas
+4

Referensi

Dokumen terkait

ACKNOWLEDGEMENTS ... Problem Limitation ... Problem Formulation ... Objectives of the Study ... Benefits of the Study ... Definition of Terms ... Theoretical Description ...

Gedung yang akan dikondisikan memiliki 7 lantai, perhitungan beban pendinginan dilakukan pada setiap lantai, total perhitungan beban pendinganan digunakan untuk menentukan kapasitas

U : kekuatan yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen. dangaya yang berhubungan dengannya (kg/m

Knowledge management merupakan kegiatan organisasi dalam mengelola pengetahuan sebagai aset, dimana dalam berbagai strateginya ada penyaluran pengetahuan yang tepat

Istilah Arsitektur High Tech pertama kali muncul pada awal tahun 70-an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan “Teknologi Alternatif”, namun dengan sejalannya

Setelah selesai, Windows Server 2003 Setup akan me-restart komputer dan.

Menurut pendapat Smith dan Chaffey, “ internet marketing atau biasa di sebut juga sebagai digital marketing merupakan inti dari sebuah ebusiness, dengan semakin dekatnya

MUHAMMAD FAIZ DAROINI, Dosen Pembimbing: Dr. Moh Irfan Burhani,M.Psi: PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KONSEP DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 8 SMP PAWYATAN