• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis sp.) PADA TAMBAK PAYAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis sp.) PADA TAMBAK PAYAU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

95 * Korespondensi:

Email : annitasarie@gmail.com

Alamat : Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Yapis Papua Jl. Sam Ratulangi No 11. Dok V Atas Jayapura

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis sp.) PADA TAMBAK PAYAU

Willem H. Siegers1, Yudi Prayitno1 dan Annita Sari1* 1Program Studi Budidaya Perairan – Universitas Yapis Papua

Received: 13 April 2019 - Accepted: 17 Mei 2019

ABSTRACT

Kampung Holtekamp is a coastal area which is included in the administrative area subjected to coastal tourism and community-based aquaculture, including tilapia fish farming. Problems faced by fish farmers in Holtekamp is The water quality and the need for a source of water for pond management. The research was conducted in Holtekamp, Muara Tami District, Jayapura city. Direct observation and experiment method were applied in this research. The water of the pond has a pH range between 6.7 to 8.2. dissolved oxygen (DO) ranged between 6.9 mg/L to 13.9 mg/L. The value of total ammonia (NH3) for a month experienced an increase ranging from 1.14 mg/L to 1.73 mg/L. Then the brightness in the pond during the month ranged between 7 to 17.5 cm. While the temperature in the ponds ranged between 20.7°C to 35.2°C. Salinity had the value of 0 ‰ to 0.4 ‰. The results based on the length, the weight of fish and the water quality in tilapia fish farming nirvana pond indicated that the growth of fish seeds and some water quality parameters such as DO, ammonia, brightness, and the temperature in the ponds were classified as less good

Keywords: quality of water, brackish pond, Nila Nirwana

PENDAHULUAN

Salah satu komoditas yang telah dikembangkan adalah ikan nila nirwana pada tambak yang ada di Holtekamp Koya Barat- Distrik Muara Tami Kota Jayapura. Perairan payau berlokasi dimuara sungai dan pantai tempat terjadinya transisi dari kondisi air tawar ke kondisi air asin (laut). Budidaya pada tambak merupakan suatu kegiatan yang sering dijumpai didaerah pesisir negara-negara tropis dan subtropis. Keberadaannya disekitar ekosistem pesisir seperti mangrove menjadikan usaha tambak sebagai suatu kegiatan yang identik dengan pengerusakan lingkungan. Salah satunya adalah

pencemaran lingkungan yang terjadi akibat limbah dari sisa aktivitas budidaya memasuki ekosistem pesisir sekitarnya. Pada umumnya, limbah yang berasal dari sisa aktivitas budidaya bersifat kaya akan unsur hara (Boyd and Green, 2002). Hal ini terjadi karena air yang digunakan untuk memelihara ikan atau udang mendapatkan tambahan unsur hara dari proses pemupukan dan pemberian pakan. Pupuk yang diaplikasikan untuk meningkatkan produksi fitoplankton dalam tambak biasanya mengandung unsur nitrogen dan fosfor. Kemudian pakan juga dapat menjadi penyumbang unsur hara ke dalam tambak apabila pemberiannya terlalu tinggi,

(2)

sehingga ada sebagian pakan yang tidak termakan ikut terurai menjadi unsur hara bersama sisa metabolisme ikan atau udang.

Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan harus memenuhi persyaratan baik parameter fisika dan kimia. Sifat fisik air merupakan tempat hidup dan menyediakan ruang gerak. Sifat kimia merupakan penyedia unsur-unsur ion, gas-gas terlarut, pH dan sebagainya. Sehingga kondisi kedua hal tersebut harus sesuai dengan persyaratan untuk hidup dan berkembangnya ikan yang dipelihara. Namun penelitian mengenai pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan ikan sangat minim sehingga perlu dilakukan kajian mengenai Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana di Holtekamp Koya Barat Distrik Muara Tami Kota Jayapura. Permasalahan yang sering timbul dalam kegiatan budidaya ialah kualitas perairan yang tidak stabil, sedangkan Kualitas air sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mengingat air adalah media hidup ikan jika perairan tercemar, maka akan mengganggu pertumbuhan ikan yang di budidayakan.

Secara garis besar tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan penelitian ini antara lain mengekplorasi dan menganalisis parameter kualitas air yang ada pada salah satu tambak ikan nila nirwana di kampung Holtekamp dan sebagai dasar acuan untuk pengelolaan tambak dan kegiatan budidaya di Kampung holtekamp.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (mengamati setiap kegiatan yang dilakukan) dan metode experiment yaitu observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti (Nasir, 2003). Pengukuran kualitas air berdasarkan

parameter fisika dan kimia Pengambilan sampel air menggunakan metode sampling manual.

Analisis Data

Pertumbuhan Berat Mutlak

Menurut Effendi (1979), pertumbuhan berat mutlak diukur secara periodik dalam mingguan dari awal hingga akhir penelitian dengan menimbang berat biomassa ikan, dalam hal ini ikan nila. Rumus dari pertumbuhan mutlak adalah sebagai berikut:

ℎ = 𝑊0 − 𝑊𝑡 Keterangan:

- h = Pertumbuhan berat mutlak (g)

- Wt = Berat ikan uji pada akhir pengamatan (g)

- Wo = Berat ikan uji pada awal pengamatan (g)

Pertambahan Bobot Relatif dihitung Dengan Rumus (Effendi, 1992):

𝑊 = 𝑊𝑡 − 𝑊0

𝑊0 𝑋 100%

Keterangan:

- W = Pertambahan bobot relatif (%)

- Wt = Bobot rata-rata individu pada akhir

- Wo = Bobot rata-rata pada awal pengujian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana

Nila nirwana salah satu strain ikan yang termasuk baru, jenis ikan nila

(3)

97 * Korespondensi:

Email : annitasarie@gmail.com

Alamat : Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Yapis Papua Jl. Sam Ratulangi No 11. Dok V Atas Jayapura

beberapa keunggulan. Keunggulan nila nirwana terletak pada kecepatan pertumbuhannya dibandingkan populasi awalnya. Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan panjang dan berat ikan nila tidak terlalu mengalami peningkatan yang signifikan, hal tersebut menunjukkan pertumbuhan ikan kurang baik. Dilihat dari pertumbuhan relatif panjang dan berat ikan nila pada ketiga karamba tersebut yaitu 7.32% dan 55.35 % dan pertmbuhan panjang dan berat mutlak yaitu 0.649 cm dan 7.7 gram. Hal ini karena pada saat pemeliharaan pakan yang diberikan memenuhi kebutuhan nutrisi ikan yang dipelihara namun pakan yang diberikan digunakan untuk mempertahankan hidupnya dan ikan kadang tidak mau makan akibat dari kondisi kualitas air yang kurang baik sehingga secara tidak langsung mengganggu pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Menurut Saparinto dan Rini (2011) bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah genetika, seks, umur, penyakit dan pengaruh hormon sedangkan pengaruh dari faktor luar bila habitatnya tidak sesuai dengan kemampuan toleransi tubuh ikan yang dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan adalah suhu, kadar oksigen air, kadar garam, kesuburan perairan, dan pencemaran.

Kondisi Kualitas Air di Dalam Tambak Budidaya Ikan Nila Nirwana

Data kualitas air diperoleh dari hasil pengukuran di Laboratorium BBIL Koya Barat dan di LABKESDA Jayapura. Sedangkan pengukuran kecerahan dilakukan dilapangan setiap dua minggu sekali, untuk pengukuran amoniak dilakukan pengukuran pada awal dan akhir penelitian. Pengukuran kualitas air dilakukan dalam dua minggu sekali selama satu bulan dengan waktu pengukuran jam

08:00, jam 12:00 dan jam 16:00 WIT. Sumber air yang digunakan berasal dari pencampuran air laut dan air tawar, namun selama penelitian tidak dilakukan pemasukan dan pergantian air. Sumber air berasal dari air hujan. Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini seperti pH , DO, Amoniak, Kecerahan, Suhu dan Salinitas. Pada saat penelitian kualitas air ada yang dalam kondisi kurang optimum untuk pertumbuhan ikan nila nirwana. Dari parameter kualitas air yang diamati faktor kualitas air yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ikan nila nirwana pada tambak yaitu amoniak, kecerahan, suhu dan DO dapat kita lihat pada uraian dibawah ini.

pH

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH didalam tambak ikan nila nirwana berkisar antara 6.7-8.2 , masih dalam batas toleransi hidup ikan nila atau berada pada kondisi yang baik.. Sesuai dengan pernyataan beberapa ahli salah satunya menurut Judantari, Khairuman dan Amri, (2008) menjelaskan bahwaNila Nirwana dapat mentolerir keasaman perairan untuk hidup optimal antara 5-8.5. Hal tersebut juga dijelaskan berdasarkan KepMen KP No.45 Tahun 2006, nilai pH yang mampu ditoleransioleh ikan nila nirwana, yaitu sebesar 5-8.5 (Andriani dkk., 2018). Menurut penjelasan Suyanto, (2003) dalam

Dahril dkk., (2017) bahwa Keasaman (pH) yang tidak optimal dapat menyebabkan ikan stress, mudah terserang penyakit, serta produktivitas dan pertumbuhan rendah. Selain itu, keasaman (pH) memegang peranan penting dalam bidang perikanan budidaya karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Ikan dapat hidup minimal pada pH 4 dan pH diatas 11 akan mati

(4)

DO

Kandungan oksigen terlarut (DO) didalam tambak secara umum mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kandungan oksigen yang terendah selama penelitian adalah 6.9 yang paling tinggi adalah 13.9. Hasil pengamatan menunujukkan bahwa DO mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh suhu yang berubah setiap waktu dikarenakan cuaca pada saat itu sangat tidak menentu. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 7550: 2009 (21 Maret 2013). Oksigen terlarut untuk ikan nila optimum 7 ppm. Sesuai yang

diungkapkan oleh Effendi (2003), bahwa perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya memiliki kandungan oksigen terlarut tidak kurang dari 5 mg/L. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (Dahril dkk., 2017).

Amonia

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Amonia didalam tambak ikan nila nirwana berkisar antara 1.14 dan 1.73 mengalami kenaikan sedangkan batas pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentrasi NH3 pada perairan tidak lebih

dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen dan ikan akan mati. Asmawi (1983), menyatakan bahwa amoniak yang baik untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 ppm. Menurut SNI 7550 : 2009 (21 Maret

2013). Amonia < 0.1 mg/L. Unsur amonia dalam perairan terjadi karena hasil ekresi ikan dan juga terjadi pembusukan sisa makanan dalam kolam. Sebab lain adalah lumpur yang terlalu tinggi pada tambak. Peningkatan amoniak didalam tambak juga di pengaruhi oleh peningkatan suhu, oksigen terlarut dan pH didalam tambak budidaya. Sesuai dengan pendapat Handajani dan Samsundari (2005), keracunan yang banyak dikenal adalah disebabkan oleh ion NO2-

dan NH3. Tetapi ini hanya pada kondisi

lingkungan tertentu misalnya penimbunan lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam Gambar 1. Kondisi DO dalam Tambak

(5)

99 * Korespondensi:

Email : annitasarie@gmail.com

Alamat : Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Yapis Papua Jl. Sam Ratulangi No 11. Dok V Atas Jayapura

atau tambak. Menurut Sucipto dan Prihartono, (2005). Amoniak merupakan hasil akhir dari proses metabolisme. Pada sistem budidaya ikan, sisa pakan yang berlebih merupakan sumber penyebab naiknya kadar amoniak. Amoniak dalam bentuk tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan, walaupun biasanya ikan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi amoniak akan tetapi perubahan mendadak akan

menyebabkan kerusakan jaringan insang. Menurut Andrianto, (2005). Keberadaan amoniak dalam air dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen oleh butir-butir darah, hal ini akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Kadar amoniak yang baik adalah kurang dari 1 ppm, sedangkan apabila kadar amoniak lebih dari 1 ppm sehingga hal itu dapat membahayakan bagi ikan dan organisme budidaya lainnya.

Kecerahan

Berdasarkan hasil pengukuran kecerahan dapat kita ketahui bahwa tingkat kecerahan berbeda pada tiap minggunya berkisar antara 7-17.5 cm. Ini dikarenakan kondisi cuaca yang kadang hujan ,kadang panas dan juga tidak dilakukan pemasukan air pada tambak jadi sumber air berasal dari air hujan. Pada minggu pertama hingga minggu ketiga perbedaannya tidak terlalu jauh. Hasil Pengamatan menunjukkan bahwa kecerahan dalam tambak tidak sesuai

untuk hidup ikan nila, karena lumpur yang terlalu tinggi menyebabkan kekeruhan pada air. Penyebab kematian ikan ditambak karena ketinggian air yang tidak optimum. Menurut Handajani dan Samsundari (2005), kuantitas air budidaya yang tidak memenuhi syarat misalnya tinggi kolam terlalu rendah dapat menyebabkan ikan shok (stres) terutama ketika suhu air meningkat pada siang hari. Ikan yang shok atau stres karena tekanan peningkatan suhu yang tinggi akan mudah terserang penyakit.

Gambar 2. Kondisi Amoniak dalam tambak

0 0,5 1 1,5 2 8:00 8:00 Awal Akhir Waktu Pengukuran Stasiun 1 Stasiun 2 K ad ar A m oni ak ( ppm )

(6)

Suhu

Suhu air kolam sangat mempengaruhi aktifitas dan nafsu makan ikan budidaya suhu didalam tambak selama penelitian berkisar antara 20.7-35.2°C. Suhu optimum untuk ikan budidaya adalah 28-32°C. Dibawah suhu 25°C, aktifitas gerak dan nafsu makan ikan mulai menurun. Dibawah suhu 12°C, ikan akan mati kedinginan. Diatas 35°C, ikan budidaya akan mengalami stress dan kesulitan nafas karena konsumsi oksigen ikan meningkat, sedangkan daya larut oksigen di air menurun. Semakin tinggi

suhu kolam, akan mempercepat reaksi ammonium menjadi ammonia. Amonia lebih beracun dibanding dengan ammonium. Hal lain yang dapat membuat perubahan suhu disuatu perairan dikarenakan adanya pengaruh penyerapan dan pelepasan panas dari teriknya matahari. Suhu yang berubah-ubah dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan organisme yang ada diperairan tersebut (Irianto, 2003). Menurut Judantari; Khairuman dan Amri, (2008). Daya tahan ikan nila nirwana terhadap suhu berkisar antara 22-32°C. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 8:00 12:0016:00 8:00 12:0016:00 8:00 12:0016:00

Pertama Kedua Ketiga

Waktu Pengukuran Stasiun 1 Stasiun 2 0 10 20 30 40 8:0012:0016:00 8:0012:0016:00 8:0012:0016:00

Pertama Kedua Ketiga

Waktu Pengukuran stasiun 1 stasiun 2 T in g k at k ec er ah a n ( c m )

Gambar 3. Kondisi kecerahan dalam Tambak

T in g k at S u h u ( 0C)

(7)

101 * Korespondensi:

Email : annitasarie@gmail.com

Alamat : Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Yapis Papua Jl. Sam Ratulangi No 11. Dok V Atas Jayapura

Salinitas

Berdasarkan hasil pengamatan salinitas didalam tambak berkisar antara 0-0.4 ppt masih dapat ditolerir oleh ikan nila. Perubahan salinitas yang besar dapat mempengaruhi organisme didalamnya (Davis, 1955). Pasang surut sebagai salah satu kekuatan angin yang dapat mempengaruhi salinitas (Nybaken, 1971). Nilai salinitas dalam suatu perairan terutama pada perairan tawar (nilai salinitas 0-5 ppt), harus memiliki batas optimum untuk pemeliharaan ikan, menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk., (2007), salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air. Parameter kimia tersebut dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu daerah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sSalinitas didalam tambak tidak terlalu tinggi dikarenakan

cuaca yang tidak menentu dan tidak dilakukan pergantian atau pemasukan air kedalam tambak selama penelitian.

Menurut Kurniawan, (2010). Salinitas yang sesuai untuk ikan nila berkisar antara < 25 ppm Setiawati & Suprayudi (2003) dalam Aliyas dkk., (2016) menyatakan bahwa spesies ikan nila mampu beradaptasi pada media bersalinitas tinggi, karena kemampuan osmoregulasinya cukup baik. Nilai laju pertumbuhan harian rata-rata ikan nila merah semakin meningkat dengan meningginya kadar salinitas mulai dari 10 ppt. Selanjutnya dinyatakan bahwa diduga pada media 10 ppt-20 ppt, kondisi tekanan osmotic media mendekati tekanan osmotic tubuh ikan nila merah atau disebut isoosmotik. Salinitas didalam tambak tidak terlalu tinggi dikarenakan cuaca yang tidak menentu dan tidak dilakukan pergantian atau pemasukan air kedalam tambak selama penelitian.

Pemberian Pakan

Faktor pakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ikan. Untuk merangsang pertumbuhan ikan

yang optimal, diperlukan jumlah dan mutu makanan yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan. Di harapkan dengan pemberian makanan

0 0,05 0,1 ,15 0 0,2 25 , 0 0,3 ,35 0 0,4 0,45 8:0012:0016:00 8:0012:0016:00 8:0012:0016:00

Pertama Kedua Ketiga

Waktu Pengukuran Stasiun 1 Stasiun 2 Kad ar Salin itas ( p p t)

(8)

tambahan tersebut akan dapat meningkatkan produksi ikan peliharaan sampai 3 (tiga) kali lipat di bandingkan dengan ikan yang tidak diberikan makanan tambahan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah konversi pakan yang dibutuhkan selama penelitian adalah 389.7 g, pemberian pakan pagi dan sore masing-masing 6.495 g. Handajani (2010) menyatakan bahwa, tingkat efisiensi penggunaan pakan nila ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Dilihat dari pertumbuhan ikan nila nirwana menunjukkan bahwa pakan yang diberikan sudah sesuai untuk kebutuhan ikan namun faktor lain yang menyebabkan ikan tidak mau makan adalah kondisi lingkungan yaitu kualitas dan tinggi tambak yang tidak optimum sehingga mengganggu pertumbuhan ikan.

Kelangsungan Hidup

Nilai kelangsungan hidup pada ikan nila nirwana selama penelitian yaitu 70%, ini menunjukkan bahwa ikan nila nirwana kelulusan hidupnya relatif tinggi. Menurut Khairuman (2005), tingkat kelangsungan hidup dikolam, sawah ataupun tambak selama pemeliharaan pada tahap pendederan ukuran 8-12 cm mencapai 80-90%. Tingkat kelangsungan hidup pada tahap pendederan II di KJA relatif tinggi yaitu sekitar 70%. Kematian benih terjadi akibat ketinggian air tambak yang tidak optimal. Selain itu, menurut Chotiba (2013) dalam Rahim dkk., (2015) bahwa kematian ikan yangterjadi pada tiap perlakuan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya ialah salinitas. Semakin tinggi salinitas maka semakin tinggi pula tingkat kematian benih ikan nila, karena jika tingkat osmoregulasi tinggi sedangkan kemampuan ikan nila rendah maka akan berakibat pada kematian ikan nila. Kelangsungan hidup benih ikan nila dipengaruhi oleh kemampuan osmoregulasi

ikan nila bersifat eurihaline walaupun habitat aslinya di lingkungan air tawar.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa parameter kualitas air diperairan seperti kadar oksigen terlarut, salinitas, pH, suhu, kecerahan, amonia, sangat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang ada diperairan itu. Ini dapat dlihat pada pertumbuhan ikan yang kurang baik karena pakan yang diberikan digunakan untuk mempertahankan hidup. Hal ini disebabkan oleh :

1) Untuk kadar kualitas air seperti DO, Amoniak, Kecerahan dan Suhu diperairan tersebut kurang optimum untuk pertumbuhan ikan, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dimana kondisi air yang tingginya tidak optimum didalam tambak, kondisi cuaca yang tidak menentu dan pengelolaan yang kurang efektif dan juga penimbunan lumpur didalam tambak mengakibatkan pertumbuhan ikan terganggu.

2) untuk pH dan salinitas masih dapat di toleransi oleh ikan nila nirwana, dengan nilai pH 6.7-8.2 ppt dan nilai salinitas 0-0.4 ppm.

3) Pengelolaan kualitas air harus diimbangi juga dengan pengelolaan lingkungan yang baik karena dalam budidaya ikan, lingkungan dan kualitas air saling terkait satu sama lain. Ketika ketiga hal ini dapat dimbangi maka budidaya ikan akan berjalan dengan baik. Tentunya ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.

(9)

103 * Korespondensi:

Email : annitasarie@gmail.com

Alamat : Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Yapis Papua Jl. Sam Ratulangi No 11. Dok V Atas Jayapura

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengelolahan lingkungan dalam mendukung aktivitas budidaya ikan nila nirwana di Holtekamp Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

REFERENSI

Aliyas, Samliok.N dan Zakirah. R.Y., 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis sp.) Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Sains dan Teknologi Tandulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016. ISSN: 2089-8630.

Amri, K. dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Andriani. Y, Kamil.T.I, Iskandar.I., 2018. Efektivitas probiotik BIOM-S Terhadap Kualitas air Media Pemeliharaan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu-ilmu perairan dan perikanan (Depik), Volume 7, Nomor 3, Desember 2018. Andrianto, T.T. 2005.Pedoman Praktis

Budidaya Ikan Nila. Absolut. Yogyakarta.

APHA (American Public Health Association). 1989. Standard Methods for The Water Work Association) and WPCF (Water Pollution Control Federation). Washington D. C. 1527h. Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam

Karamba. Gramedia. Jakarta.

Boy, C. E. dan B.W. Green. 2002. Coastal Water Quality Monitoring in Shrimp Farming Areas, An Example from Honduras. World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program

on Shrimp Farming and the Environment 29 h.

Dahril. I., Tang.U.M., Putra.I, 2017. Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis

sp.). Jurnal Berkala Perikanan Terubuk, Volume 45, No.3, November 2017. ISSN.0126-4265. Davis, C.C. 1955. The marine and fresh

water palankton. Michigan state university-press, USA.

Effendi, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan. Dewi Sri. Bogor. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.

Kanisius. Yogyakarta.

Gufhran dkk. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta.

Handajani dan Samsundari Sri. 2005.

Parasit dan Penyakit Ikan. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Hal 21 dan 26.

Handajani, Hany. 2010. Pemanfaatan Tepung Azolla Sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Nila Gift (Oreochromis sp). Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2010. Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Judantari S., Kairuman., dan K.Amri. 2008.

Prospek Bisnis dan Teknik Budidaya Nila Unggul. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Khairuman dan Amri K. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

(10)

Khairuman dan Khairul Amri. 2005.

Budidaya Ikan Nila secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Nyebaken, JW. 1971. Biologi laut suatu pendekatan ekologi. Gramedia, Jakarta.

Rahim.T, Tuiyo.R, Hasim., 2015. Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo. Jurnal ilmiah Perikanan dan Kelautan,. Volume 3 Nomor 1, Maret 2015.

Sucipto, Adi dan Prihartono, R. Eko. 2005.

Pembesaran Nila Merah Bangkok.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Saparinto.C,. dan Susiana R. 2011. Kiat sukses Budidaya Ikan Nila. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 3. Kondisi kecerahan dalam Tambak
Gambar 5. Kondisi Salinitas dalam Tambak

Referensi

Dokumen terkait

lihat mata, lihat bagian dalam mulut (masukkan satu jari menggunakan sarung tangan kedalam mulut, raba langit-langit), lihat dan raba perut, lihat tali pusat, lihat punggung dan

Guru membagikan link power point, link video pembelajaran dan link website materi “Perawatan Perangkat Keras Komputer” yang telah dihubungkan dengan aplikasi

Perencanaan tingkat Puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan maupun

Pada topologi mesh asumsi pertama didapatkan nilai dari parameter kinerja jaringan seperti packet loss, delay end-to-end rata-rata, throughput, energi end-to-end rata-rata

Keseluruhan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ovulasi pada ikan mas betina yang disuntik atau tidak disuntik ovaprim dapat memberikan pengaruh imbas pada

Namun, saat peneliti melakukan penelitian di SMPN 18 Banda Aceh masih menggunakan pedoman kurikulum 2013 sebelum revisi, sehingga penilaian keterampilan sikap

Bagaimanapun, sebelum mendapatkan hasil rekabentuk yang sesuai untuk semua latar belakang dari seluruh dunia, beberapa kajian perlu dilakukan di mana kajian ini

Tidak dapat dipungkiri bahwa tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan oleh aparatur pemerintah untuk itu salah satu