• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN KADAR FLAVONOID EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN KINA ( Cinchona officinalis L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENETAPAN KADAR FLAVONOID EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN KINA ( Cinchona officinalis L)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

82

PENETAPAN KADAR FLAVONOID EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN KINA

( Cinchona officinalis L)

Diana Sri Zustika Program Studi S1Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Daun kina Cinchona officinalis L (family Rubiaceae) adalah tanaman obat yang berasal dari Peru yang tumbuh di Indonesia, memiliki potensi secara tradisional dalam mengobati kudis dan kurap. Penelitian mengenai kajian fitokimia masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kadar falvonoid pada ekstrak etil asetat daun kina (Chinchona officinalis Cinchona officinalis L. Metode: Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut etil asetat. Penapisan fitokimia dilakukan terhadap simplisia daun kina dan ekstrak. Penetapan kadar flavonoid dilakukan dengan metoda ordon dengan pembanding kuersetin kemudian diidentifikasi dengan spektrofotometri uv-visibel Hasil: Diperoleh kadar flavonoid dari ekstrak etil asetat 0,84% Kesimpulan: Sehingga daun kina ( Chinchona officinalis L ) tidak direkombinasikan sebagai tanaman penghasil sumber flavonoid yang bersumber dari alam.

Kata kunci : Daun Cinchona officinalis, kuersetin, ekstrak methanol.

PENDAHULUAN

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan utama dalam pengobatan telah menjadi bagian dari kebudayaan hampir setiap bangsa di dunia (Lee et al., 2000). Sekitar 60% penduduk dunia hampir sepenuhnya menggantungkan diri pada tumbuhan untuk menjaga kesehatan (Farnsworth, 1994). Sedangkan menurut perkiraan WHO, lebih dari 80% penduduk negara–negara berkembang tergantung pada ramuan tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan (Khan et al., 2002). Peran tumbuhan sebagai bahan obat sama pentingnya dengan perannya sebagai makanan (Raskin et al., 2002).

Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa aktif yang memberikan efek farmakologi. Umumnya, senyawa aktif tersebut tidak berperan penting dalam metabolisme tumbuhan, sehingga sering disebut sebagai metabolit sekunder (Stepp dan Moerman, 2001; Liu et al., 1998). Metabolit sekunder telah lama diketahui sebagai sumber terapi medis yang efektif dan penting, misalnya sebagai obat anti-bakteri dan anti-kanker (Cragg, 1997). Senyawa ini secara terus menerus menjadi sumber utama berbagai obat berkhasiat penting (Harvey, 2000). Dalam praktek pengobatan tradisional, masyarakat telah memanfaatkan senyawa aktif dari berbagai tumbuhan dalam bentuk ramuan obat,

(2)

83

untuk menyembuhkan penyakit. Senyawa

aktif dalam tumbuhan telah menjadi sumber inspirasi untuk terapi penyakit yang sulit atau mahal pengobatannya (Raskin et al., 2002).

Senyawa aktif tumbuhan dapat dikelompokkan dalam empat golongan, yaitu: fenol, alkaloid, terpenoid, dan asam amino non protein. Penggolongan tersebut didasarkan atas prekursor, struktur dasar dan jalur biosintesisnya (Edwards dan Gatehouse, 1999; Smith, 1976). Senyawa-senyawa tersebut memiliki variasi yang luas dalam diversitas kimia, distribusi dan fungsinya (Smith, 1976). Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan (Harbone, 1996).

Cinchona officinalis L atau lebih sering dikenal dengan nama kina merupakan tanaman yang berasal dari Bolivia dan Peru yang juga tumbuh di Indonesia. Kina (Cinchona officinalis L) diketahui memiliki kadar kinin yang tinggi yaitu 4 - 13% (Astika,1975). Kinin digunakan sebagai obat antimalaria, sedangkan kinidin selain digunakan sebagai obat antimalaria juga dapat digunakan sebagai obat untuk menormalkan denyut jantung yang tidak teratur (cardiac arythmic)

(Verstrijden, 1975). Pada industri minuman ringan, kinin biasanya digunakan sebagai pemberi cita rasa (flavoring agent) karena rasanya pahit (Anderson et al., 1986). Daun kina digunakan oleh masyarakat secara empiris sebagai obat kudis dan kurap, penelitian tentang kajian fitokimianya masih sangat terbatas . Di samping itu belum ditemukan publikasi ilmiah tentang kandungan metabolit sekunder dari daun kina dan khasiatnya.

Daun kina kemungkinan besar juga mengandung alkaloid (termasuk kinin) seperti halnya kulit batangnya. Telah dilakukan penelitian kandungan non alkaloid dari daun kina dan hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam ekstrak etil asetat terdapat senyawa golongan favonoid tetapi kadar flavonoid dalam ekstrak tersebut belum diketahui sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar flavonoid pada ekstrak etil asetat daun kina.

MEDOLOGI PENELITIAN Alat

Alat maserasi, rotavapor (Buchi rotavapor R-124), seperangkat alat ekstraksi, spektrofotometer ultraviolet-visibel (Hewlet Packard 8453), krus silikat, mikropipet, chamber, pipa kapiler, seperangkat alat destilasi, botol timbang, lampu ultraviolet λ 254 nm dan λ 366 nm (Desaga Sarstedt), mikroskop, kaca objek.

(3)

84

Bahan

Daun kina (Cinchona officinalis), etil asetat, aseton, kuersetin, besi (III) klorida, natrium hidroksida, natrium asetat, serbuk magnesium, gelatin, amonia, pereaksi Mayer, aluminium klorida, amil alkohol, natrium hidroksida, pereaksi Libermann-Burchard, kloralhidrat, kertas saring, kertas saring bebas abu, asam klorida, asam asetat, asam sulfat, asam format, aquades, silika gel GF254.

Penyiapan Bahan

Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman dan pengolahan sampai menjadi simplisia. Karakteristik simplisia

Karakteristik simplisia meliputi, pemeriksaaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, kadar abu total, abu tidak larut asam, dan abu larut air, kadar sari larut air dan sari larut etanol dan penetapan susut pengeringan.

Penapisan Fitokimia

Ekstrak diidentifikasi komponen fitokimianya dengan metode pereaksi warna yang bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung di dalam ekstrak. Uji penapisan fitokimia dilakukan terhadap golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, tanin dan saponin.

Pembuatan Ekstrak

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat

Perhitungan rendemen ekstrak

Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dihitung rendemennya dan ditentukan rendemen yang terbanyak.

Penetapan Kadar Flavonoid

Ekstrak etil asetat ditentukan kandungan flavonoidnya dengan metoda Ordon. Metoda ini termasuk metoda Kalorimetri dengan menggunakan alumunium klorida sebagai pembentuk kompleks warna dengan flavonoid. Kompleks yang terbentuk berwarna kuning, intensitas warna diukur secara spektrofotometri yang menunjukan kandungan flavonoid dalam sampel. Flavonoid diukur terhadap kuersetin sebagai pembanding.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kina yang diperoleh dari kebun PPTK (Pusat Penelitian Teh dan Kina ) Gambung. Hasil determinasi di Herbarium Bandungense SITH Institut Teknologi Bandung diketahui bahwa tanaman tersebut adalah Cinchona officinalis L.

Pengolahan bahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan dan penggilingan sampai menjadi serbuk. Selanjutnya serbuk disimpan dalam wadah tertutup rapat.

(4)

85

(a) (b)

Gambar Makroskopis simplisia daun kina,

a) daun kina, b) serbuk daun kina

Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya rambut penutup, epidermis, fragmen ikatan pembuluh, serabut sklerenkim, trakea dengan penebalan spiral.

(a) (b (c) (d) (e) Gambar IV.2 Mikroskopik daun kina,

a) serabut sklerenkim, b) epidermis,

c) fragmen ikatan pembuluh, d) rambut penutup,

e) trakea

Pemeriksaan organoleptik menunjukkan bahwa simplisia berwarna hijau kemerah-merahan, berbau khas dan mempunyai rasa sepat.

Penapisan fitokimia simplisia dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan dalam simplisia yang digunakan.

Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia ( Farnsworth, 1966 ) Golongan Hasil Alkaloid + Tanin - Flavonoid + Steroid/triterpenoid + Kuinon + Saponin -

Ket : (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi

Tabel Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Karakterisasi Hasil (%b/b)

Kadar abu total 0,82%

Kadar abu tidak larut asam 0,41% Kadar abu larut air 0,47% Kadar sari larut etanol 21,07% Kadar sari larut air 19,31% Susut Pengeringan 6,90%

Kadar Air 5,40%, *

Keterangan : * (v/b)

Kadar abu tidak larut asam menggambarkan abu non fisiologis, yaitu abu yang berasal dari lingkungan luar seperti tanah dan pasir. Besarnya kandungan senyawa anorganik suatu tanaman erat kaitannya dalam kondisi tempat tanaman tersebut tumbuh.

Serbuk simplisia sebanyak 2 kg diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat yaitu n-heksana, etil asetat, metanol masing-masing selama 3 x 24 jam. Ekstrak dipekatkan hingga diperoleh ekstrak kental etil asetat 124,15 gram.

Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak yang diperoleh, untuk mengetahui kandungan golongan dalam ekstrak.

(5)

86

Tabel Hasil Penapisan Fitokimia

Ekstrak Etil Asetat ( Farnsworth, 1966) Golongan Senyawa Hasil

Alkaloid + Tanin - Flavonoid + Steroid / Triterpenoid + Kuinon + Saponin -

Ket : (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi

Pemantauan dilakukan secara

kromatografi lapis tipis dan dipantau menggunakan lampu uv λ 254 nm dan λ 366 nm penampak bercak H2SO4 1dalam metanol.

1 2 3 Gambar Kromatogram lapis tipis

pemantauan ekstrak, fase diam silika gel GF254. ekstrak etil asetat,

fase gerak klorfrm - metanol (9:1), 1) di bawah sinar uv λ 254 nm, 2) di bawah sinar uv λ 366 nm, 3) H2SO4 10%, di bawah sinar tampak.

Penetapan Kadar flavonoid Total Ekstrak daun Kina ( Cinchona ledgeriana Moens)

Ekstrak etil asetat daun kina ( Cinchona ledgeriana) ditentukan kandungan

flavonoidnya dengan metoda Ordon. dan

diukur dengan menggunakan

Spektrofotometer UV Visible pada λmax 420 nm, pada panjang gelombang tersebut flavonoid yang terdapat pada sampel dapat terukur maksimum. Metoda ini termasuk metoda Kalorimetri dengan menggunakan alumunium klorida sebagai pembentuk kompleks warna dengan flavonoid. Kompleks yang terbentuk bewarna kuning, intensitas warna diukur secara spektrofotometri yang menunjukan kandungan flavonoid dalam sampel, flavonoid diukur terhadap kuersetin sebagai pembanding.

Pereaksi AlCl3 digunakan untuk mendeteksi gugus hidroksil dan keto yang bertetangga dan gugus orto-dihidroksi, karena akan terjadi pembentukan senyawa kompleks antara AlCl3 dan kedua gugus tersebut. Perbedaannya adalah kompleks yang terjadi antara AlCl3 dan gugus hidroksi keto bersifat tahan terhadap asam, sedangkan kompleks antara AlCl3 dan orto-dihidroksi tidak tahan terhadap asam ( Markham, 1982) Data Kalibrasi Kuersetin Pembanding NO Konsentrasi (μg/mL) Absorbansi ( 420 nm) 1 7 0,29 2 8 0,39 3 9 0,45 4 10 0,50 5 11 0,58 6 12 0,63 7 13 0,69 8 14 0,74

(6)

87

Penambahan AlCl3 akan menyebabkan

terjadinya pergeseran spektrum ultraviolet pada Flavonoid.

Analisis dilakukan dengan tahapan pembuatan larutan standar, yakni dengan menggunakan larutan standar flavonoid kuersetin dengan konsentrasi 7μg/mL, 8 μg/mL, 9 μg/mL, 10 μg/mL, 11 μg/mL, 12 μg/mL, 13 μg/mL, 14 μg/mL, masing-masing dibuat 10 mL dalam pelarut metanol dari larutan standar induk 1000 ppm. Kemudian AlCl3 2 % ditambahkan pada masing-masing konsentrasi dengan perbandingan 1:1. Setelah itu diamkan selama 1 jam pada suhu kamar. Lalu , masing-masing konsentrasi kuersetin pembanding diukur pada alat spektrofotometer UV Visible pada λmax 420 nm sehingga didapatkan persamaan regresi linier. Blanko yang digunakan adalah metanol, dari hasil pengukuran diperoleh nilai absorbansi dan kurva kalibrasi.

Persamaan kurva kalibrasi yang diperoleh adalah y = 0,062x - 0,118 dimana y menunjukan absorbansi dan x menunjukan konsentrasi (μg/mL) dengan kuadrat koefisien konsentrasi (R2) = 0,993 Persamaan kurva kalibrasi ini digunakan untuk menentukan kadar flavonoid dalam ekstrak yang dianalisis.

Kurva Kalibrasi Kuersetin Pembanding

Kemudian dilakukan pengukuran pada sampel ekstrak etil asetat daun Cinchona officinalis pada λmax 420 nm didapatkan absorbansi 0,69621.

Selanjutnya dihitung kadar flavonoid total yang terdapat dalam ekstrak etil asetat dihitung sebagai kuersetin dalam mg/g adalah 8,46 mg/g dan kadar flavonoid total yang dihitung sebagai kuersetin dalam (%) adalah 0,84%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar flavonoid yang terdapat pada ekstrak etil asetat daun kina di hitung sebagai kuersetin adalah 8,46 mg/g dan kadar flavonoid total yang dihitung sebagai kuersetin dalam (%) adalah 0,84%. Sehingga daun kina ( Chinchona officinalis L ) tidak direkombinasikan sebagai tanaman penghasil sumber flavonoid yang bersumber dari alam.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV.

y = 0.062x - 0.118 R² = 0.993 0 0.2 0.4 0.6 0.8 0 5 10 15 A b sor b an si λ m ax 420 n m Konsentrasi (μg/mL)

(7)

88

Departemen Kesehatan RI, 1980.“Materia

Medika Indonesia,” Jilid IV. Ditjen POM, DepKes RI ( 2000) :

Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 10-11. Ditjen POM, DepKes RI (1986) : Cara

Pembuatans Simplisia yang Baik, departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2-25

Ditjen POM, DepKes RI (1989 ), Materia Medika Indonesia, Jil V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 194-197 Edwards, R and Gatehouse, J.A, 1999,

Secondary metabolism. In Lea, P.J. and R.C. Leegood (ed.). Plant Biochemistry and Molecular Biology.). 2nd edition. John Wiley and Sons Ltd. New York.

Farnsworth, N.R, 1994, Ethno-botany and the Search for New Drugs. John Wiley and Sons. New York. Harbone, J.B. ( 1996 ) : Metoda Fitokimia,

Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro, Penerbit ITB Bandung, 2, 8-9,24-25, 69-70.

Markham, K.R, (1988), Cara

Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro, Penerbit ITB Bandung,

Shriner and Hermann, (2004), The Systematic Identification of Organic Coumpounds,

Smith PM, 1976, The Chemotaxonomy of Plants, Edward Arnold, London.

Gambar

Gambar  Makroskopis  simplisia    daun  kina,

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 3, faktor yang digunakan yaitu input: unit truk, jumlah pesanan dan produktivitas dan output: jumlah terkirim dan waktu cycle pengiriman dari tiap sistem yaitu aging

Banyak sekali variabel yang dapat mempengaruhi penerimaan user, namun dalam model awal penelitian ini hanya menggunakan 10 variabel (yaitu attitude toward ERP system use, ERP

Secara khusus berdasarkan sub-sub masalah yang dirumuskan, maka didapat kesimpulan yaitu: (1) siswa yang memiliki tingkat kemampuan atas mampu mencapai level 5

Kadar larutan logam Adsorben dari kulit jagung menggunakan analisa Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) didapatkan hasil pada Tabel 1.. Hal ini mungkin disebabkan oleh

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan digital kapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 g untuk menimbang bahan pakan penyusun ransum, jumlah

Memang mudah untuk menempa kejayaan ketika di berada dalam kesusahan. Isu yang paling besar atau menjadi ilusi kepada generasi sekolah akan datang ialah meningkatkan

s ebuah cabang filsafat yang menyelidiki status realitas dan jenis -jenis realitas su atu hal, menyelidiki realitas yang menentukan apa yang kita sebut

Dari penitian ini didapatkan minyak atsiri daun cengkeh varietas Zanzibar memiliki efektifitas larvasida yang sama dengan temephos dalam membunuh larva nyamuk A