• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Nilai Energy Gap Lapisan Tipis TiO2/C Dengan Menggunakan Metode Touc Plot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Nilai Energy Gap Lapisan Tipis TiO2/C Dengan Menggunakan Metode Touc Plot"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

63

PENENTUAN NILAI ENERGY GAP LAPISAN TIPIS TiO2/C DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOUC PLOT

Agus1, Helga Dwi Fahyuan1, Damris M2 1

Program Studi Fisika, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia

2

Program Studi Kimia, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Email: agussontak0809@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan nilai energy gap TiO2/C dengan menggunakan metode Touc Plot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui pengaruh penambahan persen doping C terhadap energy gap pada TiO2. Pada penelitian ini dilakukan variasi persen doping C terhadap TiO2 sebesar 0, 0,2, 0.4, dan 0,6%. Untuk memperoleh nilai energy gap dari TiO2/C dilakukan uji transmitansi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Data transmitansi tesebut diolah menggunakan persamaan swanepoel untuk menentukan indeks bias dan ketebalan lapisan tipis dari TiO2/C yang digunakan untuk menentukan nilai energy gap dengan menggunakan metode touc plot, dan diperoleh nilai energy gap masing-masing variasi doping sebesar 3.2, 2.60, 2.77, 3.0 eV. Penambahan doping C pada TiO2 dapat menurunkan energy gap dari TiO2. Tetapi untuk persen doping 0.6%, energy gap meningkat dari 0.2 dan 0.4%

Kata Kunci: TiO2/C, Swanepoel, Energy Gap

PENDAHULUAN

Titanium Dioksida (TiO2) adalah senyawa

dengan formula TiO2 yang berbentuk bubuk,

berwarna putih. TiO2 merupakan salah satu

bahan semikonduktor yang dapat diaplikasikan untuk sel surya, sensor gas, dan fotokatalis (Hendri, 2014). TiO2 memiliki nilai energy gap

yang cukup lebar yaitu 3,2-3,8 eV (Redecka,

2008), besarnya nilai energy gap tersebut

menyebabkan aktifitas fotokatalis dari TiO2 tidak

maksimal. TiO2 memiliki rentang panjang

gelombang 200-400 nm, dimana panjang gelombang tersebut hanya aktif pada spectrum sinar UV dan hanya mampu menyerap cahaya matahari sebesar 5%. Untuk mengefektifkan 95% penyerapan cahaya matahari harus berada pada area cahaya tampak (visible), dimana cahaya tampak berada pada rentang

panjang gelombang 400-800 nm. Maka perlu dilakukan usaha untuk memperkecil nilai energy

gap TiO2 sehingga memperbesar penyerapan

rentang penyerapan cahaya matahari, salah

satu caranya adalah dilakukannya

pendopingan. Doping adalah sebagai

penambahan pengotor pada material dengan

tujuan untuk memodifikasi karakteristik

elektroniknya (Kusumanigrum, dkk., 2011). Bahan yang umum digunakan sebagai doping TiO2 adalah N, CuO, ZnO, C, Ag, Au, Fe, S, P.

Pada penelitian ini TiO2 akan didoping dengan

Karbon (C), dimana C paling efektif karena ukurannya yang tidak jauh berbeda dengan

oksigen dan ionisasinya yang kecil. TiO2

didoping C lebih menjanjikan dibandingkan dengan atom lainnya karena memiliki ukuran atom yang mirip dengan O serta memperbaiki sifat optik dari TiO2 sehingga dapat menurunkan

nilai energi gap. Berdasarkan penelitian Mai dkk (2009) telah dilakukan variasi persen doping C terhadap TiO2 yaitu 0%, 0,1%, 0,2%, dan 0,3%.

(2)

64

Hasil terbaik pada variasi persen doping C 0,3% yaitu 2,87 eV. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan variasi penambahan persen doping C terhadap TiO2 0%, 0,2%, 0,4%,dan

0,6%.

Dalam pembuatan lapisan tipis ini banyak teknik yang biasa digunakan seperti:

spray solution, doctor blade, magneton

sputtering, Chemical Deposition Solution (CDS),

dan spin coating. Dari teknik-teknik tersebut,

teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah

spin coating. Teknik ini dipilih karena memiliki

keunggulan dari pada teknik lainnya baik dari segi hasil yang merata maupun langkah kerja yang mudah (Dewi,2017). Untuk penentuan

energy gap, pada penelitian ini menggunakan

metode Tauc Plot (Bilalodin, 2012).

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan dan Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau mata intan, penggaris, pinset, spin

coating, gunting, doubletip, sarung tangan karet,

masker, timbang analitik, Hote Plate, gelas Beaker, magnetic stirrer, pipet tetes, tabung reaksi, spatula, batang pengaduk, selotip, hair

dryer, kaca preparat, furnace Vulcan dan

Spektrofotometer UV-Vis. Adapun bahan yang digunakan adalah C, TiO2, aquades.

B. Preparasi Substrat Kaca Preparat

Substrat kaca preparat dipotong dengan ukuran 5 x 5 cm menggunakan pisau mata intan. Substrat kemudian dibersihkan dengan deterjen untuk menghilangkan kotoran berupa minyak dan kotoran yang menempel pada substrat. Setelah dibersihan selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan hair drayer. Selanjutnya substrat dicuci kembali dengan menggunakan alkohol 70% dan dikeringkan kembali dengan

menggunakan hair drayer hingga benar-benar

kering.

C. Sintesis TiO2/C

Sebanyak 2 gr TiO2 dilarutkan kedalam

100 mL aquades kemudian diaduk dengan

magnetik stirrer pada suhu 80°C selama 20

menit. Selama pengadukan gelas ukur ditutup

dengan aluminium foil untuk mengurangi

penguapan. Selanjutnya, serbuk C ditambahkan dengan variasi persen doping 0, 0,2, 0,4, dan

0,6% lalu diaduk kembali dengan magnetik

stirrer selama 2 jam dan ditutup kembali dengan

aluminium foil. Larutan kemudian disimpan di

dalam botol tertutup.

D. Pedeposisian Lapisan TiO2/C

Kaca terlebih dahulu diberi pembatas luar

di semua sisi menggunakan selotip.

Penumbuhan lapisan tipis menggunakan metode sol gel dengan teknik spin coating. Substrat yang telah diberi pembatas diletakan pada

piringan spin coating yang telah ditempel

dengan menggunakan doubletip, kemudian

ditetesi larutan TiO2/C sebanyak 3 tetes.

Kemudian dilakukan pemutaran spin coating

dengan setting kecepatan putar 1500 rpm

selama 30 detik dengan jeda 60 detik.

E. Analisa dan Karakterisasi Lapisan Tipis TiO2/C

Lapisan tipis yang telah diperoleh

selanjutnya diuji sifat optiknya dengan

menggunakan UV-Vis. Pengujian ini bertujuan

untuk memperoleh nilai transmitansi dan

kemudian diolah dengan persamaan Swanepoul

menggunakan metode Touch Plot pada aplikasi

ORIGIN untuk mendapatkan nilai energy gap

dari masing-masing sampel (Bilalodin 2012).

2 1 2 2 2 1 2 1     s s n Tm TM Tm TM n N ……..(1)

Dimana ns menyatakan indeks bias kaca, TM

adalah tranmitansi maksimum, dan Tm adalah

transmitansi minimum.

(3)

65

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Energy Gap

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data transmitansi dengan panjang gelombang 200-800 nm untuk melihat sifat optik TiO2/C.

Data transmitansi tersebut akan diolah

menggunakan persamaan Swanepoul untuk

menentukan indeks bias dan ketebalan lapisan tipis dari TiO2/C yang mana nantinya dapat

digunakan untuk menentukan energy gap TiO2/C

menggunakan metode Tauc Plot. Metode Tauc

Plot yaitu dengan menarik ekstrapolasi pada

daerah linier dari kurva hubungan (hv) sebagai

absis dan (ahv) sebagai ordinat hingga

memotong sumbu energi. Hasil karakterisasi UV-Vis berupa transmitansi terhadap panjang gelombang ter lihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Transmitansi Lapisan TiO2/C

Gambar 1 menunjukan adanya perubahan transmitansi lapisan tipis TiO2 dengan variasi

doping C. Pada sampel TiO2/C 0% diperoleh

TM1, TM2, Tm1, Tm2 adalah 0.450, 0.267, 0.160,

0.234 dengan panjang gelombang TM1 dan TM2

adalah 550 nm dan 350 nm. Pada sampel

TiO2/C 0,2% data transmitansi mengalami

penurunan dari 0,450 menjadi 0,163. Tetapi rentang penyerapan terhadap cahaya matahari pada sampel ini meningkat pada panjang gelombang dari 550-800 nm. Peningkatan yang terjadi pada panjang gelombang tersebut akan meningkatkan proses aktivitas fotokatalis pada sinar tampak. Penurunan data transmitansi ini

disebabkan adanya doping C terhadap TiO2.

Semangkin tinggi persen doping C yang

diberikan terhadap TiO2 maka semakin

menurunkan nilai dari transmitansinya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya atom-atom yang terlibat di dalam proses penyerapan berkas cahaya (Kusumanigrum, dkk, 2011). Hal ini juga terjadi pada persen doping C 0,4% dan 0,6% yang mana data transmitansi yang dihasilkan juga mengalami penurunan menjadi 0,13 dan 0,077.

(4)

66

Gambar 2. Energy Gap TiO2/C (a) 0% (b)

0,2% (c) 0,4% dan (d) 0,6%

Gambar 2 menunjukan hubungan antara

energy gap (ℎ𝑣) terhadap koefisien yang

diserap pada foton (𝛼ℎ𝑣2) sebagai ordinat hingga memotong sumbu energi sehingga diperoleh nilai energy gap. Variabel bebas dinyatakan oleh sumbu-X sedangkan sumbu-Y menyatakan variabel terikat. Perubahan nilai

𝛼ℎ𝑣2

disebabkan oleh nilai transmitansi yang diperoleh. Semakin kecil nilai transmitansi maka

𝛼ℎ𝑣2 yang dihasilkan akan semakin besar. Nilai

ℎ𝑣 pada sumbu-X dipengaruhi oleh panjang

gelombang, yaitu 200-800 nm. Nilai energy gap

untuk semua sampel lapisan tipis dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai energy gap lapisan tipis TiO2/C.

Lapisan Tipis TiO2/C Energy gap(eV)

0% 0,2% 0,4% 0,6% 3,2 2,60 2,77 3,0

Pada Tabel 1 dapat dilihat dari hasil

pengukuran untuk energy gap TiO2/C 0%,

diperoleh Eg sebesar 3,2 eV. Nilai energy gap sangat cocok dengan nilai energy gap TiO2 di

literatur, yaitu 3,2-3,8 eV (Redecka, 2008).

Secara keseluruhan dengan penambahan

doping C pada TiO2, terjadi penurunan Eg dari

TiO2, yaitu 2,60 untuk TiO2/C 0,2%, 2,77 untuk

TiO2/C 0,4%, dan 3,0 untuk TiO2/C 0,6%.

Penurunan Eg yang paling optimal diperoleh pada penambahan doping 0,2% yaitu 2,60. Hal

tersebut disebabkan karena terjadinya

penyempitan pita energi. Peyempitan pita energi ini disebabkan oleh munculnya level energi baru antara pita valensi dan pita konduksi yang disebabkan adanya doping karbon, level energi baru tersebut terletak sedikit diatas pita valensi

(Morikawa dkk., 2003). Sedangkan untuk TiO2/C

0,4% terjadi sedikit kenaikan Eg dari TiO2/C

0,2%, dan untuk TiO2/C 0,6%, terjadi kenaikan

Eg sebesar 3,0 eV. Kenaikan Eg pada

penambahan doping 0,4 dan 0,6 % tersebut dikarenakan penambahan doping yang telah melebihi batas maksimum. Hal ini juga dialami oleh Wang (2005) yang melakukan doping 0%, 0,3%, 0,5% dan 0,7% terhadap TiO2/C. Hasil

yang didapatkan ialah nilai energy gap

mengalami penurunan pada 0,3% dan 0,5%, sedangkan pada 0,7% kembali mengalami kenaikan nilai pita energi. Selain itu Zhou (2012)

juga melakukan penelitian TiO2/C dengan

persen doping 0,1%, 0,3% dan 0,6%. Hasil yang didapatkan ialah nilai energy gap mengalami penurunan untuk sampel 0,1% dan 0,3%

sedangkan pada sampel TiO2/C 0,6%

(5)

67

KESIMPULAN

Lapisan tipis TiO2/C yang dihitung

menggunakan persamaan Swanepoel dengan

variasi doping C terhadap TiO2 sebesar 0, 0.2,

0.4, dan 0.6% energi gap yang dihasilkan

sebesar 3.2, 2.66, 2.77, dan 3.0 eV.

Penambahan doping C pada TiO2 dapat

menurunkan energi gap dari TiO2/C.

SARAN

Perlu dilakukannya penambahan bahan PVA supaya pada saat spin coating agar hasil yang didapatkan merata dan Perlu dilakukan uji TEM untuk melihat struktur atom yang terdapat pada lapisan tipis TiO2/C.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Bapak Damris pembimbing utama, dan Ibu Helga Dwi Fahyuan selaku pembimbing pendamping yang telah banyak membantu saya dan memberi saran serta nasehat dalam proses penelitian maupun penulisan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Bilalodin. 2012. Pembuatan dan Penentuan Celah Pita Optik Film Tipis TiO2.

Purwokerto. Jurnal Prosiding

Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY:86-89

Dewi, WidiyoIko Suryo .2017. Studi Optimasi

Pengaruh Perubahan Konsentrasi

Terhadap Kecepatan Putar Spin

Coating Pada Penumbuhan Membran Polyvinyl Alcohol (PVA) Di Atas

Elektroda Platinum (Pt) (skripsi).

Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Hendri, A., 2014. Rancang Bangun Alat Spin

Coating Sederhana Untuk

Penumbuhan Lapisan Tipis

Semikonduktor. Padang : UPI

Kusumanigrum, J., dkk. 2011. Adsorpsi Fenol dengan TiO2/Ziolit Artificial Berbahan

Dasar Sekam Padi dan Limbah Kertas.

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 14,1 26-31

Mai, L., dkk. 2009. Effect of C Doping on the Structural and Optical Properties of Sol Gel TiO2 thin Films. Applied Surface Science 255 (2009) 9285-9289.

Morikawa, T., dkk. 2003. Visible light

photocatalys nitrogen doped titanium dioxide, R & D Review of Toyota

CRDL. 40(3): 45-49

Wang, D., dkk. 2005. Synthesis and

Characterization of anatase TiO2

nanotubes with unform diameter from

titanium powder. Material Letter,

62,1819-1822.

Zhao, Q., dkk. 2012. Facile Fabrication,

Characterization, and enhanced

Photoelectrocatalytic degradation

performance of Highly Oriented TiO

Nanotube array. Journal of

Nanoparticle Research, 11, 2153-2162.

Gambar

Gambar 1.Transmitansi Lapisan TiO 2 /C
Tabel 1. Nilai energy gap lapisan tipis TiO 2 /C.

Referensi

Dokumen terkait

8.. a) Vastaa kysymykseen valitsemalla parhaiten nykyistä opetustilannettasi kuvaava vaihtoehto. Opetustilani soveltuu hyvin kemian opetukseen. Saan käyttööni kemian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi berupa perluasan algoritma T-Apriori untuk mendukung proses spatio-temporal association rule mining, terutama dalam

Rancangan penelitian bersifat deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara kuantitatif dengan metode ATC/DDD yang dilakukan terhadap resep obat

Tujuan dari pembuatan pembelajaran interaktif ini adalah membantu para guru serta orang tua untuk memberikan pembelajaran yang baik, cepat dan mudah dimengerti

 ifat ifat kimia kimia    enyawa   enyawa karbon karbon    !enis   !enis gugus gugus fungsi fungsi enyawa enyawa karbon karbon "" g gu ug gu us

Fakta di lapangan yang peneliti jumpai, proses pembelajaran secara konvensional masih kurang efektif berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik di

Widodo (2006) menyatakan bahwa bakteri PGPR dapat memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhnya, seperti memproduksi dan mengubah konsentrasi fitohormon

Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan RKPD dan RENJA SKPD, yang menitikberatkan pada pembahasan