• Tidak ada hasil yang ditemukan

EksplorasiLaba-laba (Araneae) di Hutan Sebelah Darat Desa LinggaKecamatan Sungai Ambawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EksplorasiLaba-laba (Araneae) di Hutan Sebelah Darat Desa LinggaKecamatan Sungai Ambawang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EksplorasiLaba-laba (

Araneae

) di Hutan Sebelah Darat Desa

LinggaKecamatan Sungai Ambawang

Cahyadi Kurniawan

1

, Tri Rima Setyawati

1

, Ari Hepi Yanti

1 1

Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari NawawiPontianak,

email korespondensi: Cahyadi22k@gmail.com Abstract

Spider is member of Arthropoda that are often found in nature. Exploration of spider is an effort to collect information to the type of spider in its habitat. The aim of the research is to investigate spiders in Sebelah Darat Forestof Lingga Village, district of Ambawang River. The study conducted by using observation method. Five line transects with 500 m length was established. Direction of line transects was determined using simple random sampling based on 8 aspects of compass. 12 genera of spiders are found, which are derived from 7 families, namely Araneidae (Agalenatea, Neoscona, Argiope, Araneus, Larinioides),

Tetragnathidae (Tetragnatha, Metellina), Lycosidae (Hippasa), Nephilidae (Nephila), Theridiidae

(Latrodectus), Agelenidae (Tegenaria), and Sparassidae (Olios). The number of individuals and genera spiders are higher in transect 1 (northeast direction) than the other four transect.Sebelah Darat Forestsupports the life of the spider.The area has less direct sunlight, the temperature ranged from 27.5-30 0C, low wind speed (0-0.7m/s) and high humidity (78-92.5%).

Keywords : Arthropoda, araneae, exploration, spider, habitat

PENDAHULUAN

Laba-laba termasuk dalam filum Arthropoda, kelas

Arachnida, dan ordo Araneae (Hawkeswood, 2003).Berdasarkan pola hidupnya, laba-laba terbagi menjadi laba pembuat jaring dan laba pemburu (tidak membuat jaring).Tubuh laba-laba hanya terbagi dalam dua bagian yaitu

prosoma (cephalothorax) dan opisthosoma

(abdomen)yang terhubung oleh

pedicel(Hawkeswood, 2003). Karakter taksonomi yang umum untuk mengidentifikasi laba-laba yaitu bentuk epigynum, spineret, abdomen, warna karapas, dan ukuran tubuh (Barrion dan Litsinger, 1995).

Laba-laba mampu beradaptasi di berbagai habitat sehingga keanekaragamannya tinggi. Bonev et al. (2006) menjelaskan bahwa suatu zona habitat laba-laba memiliki ciri iklim mikro yang spesifik dan relung berbeda.Terdapat kurang lebih 20.000 spesies laba-laba di alam yang sebagian besar hidup di darat (Hawkeswood, 2003). Diantara jumlah spesies tersebut 23% (4.600 spesies) mampu membuat jaring (Platnick, 2011 dalam

Blackledge dan Hayashi, 2006).

Laba-laba ditemukan hampir di semua permukaan bumi dari kutub sampai daerah padang pasir yang kering. Laba-laba melimpah di area dengan vegetasi rapat. Baenaedi (1988) menginformasikan bahwa laba-laba dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan bergerak aktif seperti berjalan, melompat atau secara tidak aktif yakni terbawa angin atau agen lainnya.

Kalimantan Barat dengan area hutan yang luas memiliki potensi keanekaragaman spesies laba-laba yang tinggi. Hutan Sebelah Darat Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang merupakan Salah satu daerah yang berpotensi memiliki keanekaragaman jenis laba-laba yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui jenis laba-laba yang terdapat di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2013. Lokasi penelitian di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.

Identifikasi dan analisis data

laba-laba dilakukan

di Laboratorium Zoologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak.

(2)

219 Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang

merupakan salah satu daerah yang masih memiliki kawasan hutan dengan kerapatan vegetasi sedang. Salah satu kawasan tersebut yaitu Hutan Sebelah Darat (Gambar 1). Daerah ini terdiri atas lapisan tanah humus, liat, berbatuan, dan terdapat lahan gambut di spot-spot tertentu. Hutan Sebelah Darat beriklim tropis dengan kemiringan lahan berkisar 1,05-96,04% dan curah hujan tahunan berkisar antara 185,58-346,44 mm/bulan (Badan Pusat Statistik Kubu Raya, 2012).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi. Lokasi penelitian ditentukan 5

line transect dengan panjang setiap transek 500 meter. Penentuan transek menggunakan metode

purposive random sampling berdasarkan 8 arah mata angin yang diacak. Metode jelajah digunakan dalam menemukan jaring laba-laba.

Setiap line transect dijelajah dengan cara berjalan lurus sepanjang transek. Sudut pandang jelajah yaitu 4 meter untuk sisi kiri dan kanan. Laba-laba yang terlihat sepanjang transek ditangkap dengan cara digiring masuk ke dalam botol koleksi. Alkohol 70% dimasukkan ke dalam botol koleksi agar kutikula abdomen laba-laba tidak cepat kering dan keriput. Laba-laba tidak boleh ditangkap menggunakan tangan agar bagian tubuhnya tidak rusak (Barrion dan Letsinger, 1995; Levi dan Levi, 1990).

Parameter lingkungan diukur untuk mengetahui kondisi habitat laba-laba. Parameter lingkungan yang diukur yaitu suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas cahaya, jenis vegetasi di sekitar sarang, dan curah hujan. Data curah hujan diambil berdasarkan data dari BMKG Kubu Raya.

Sampel laba-laba yang ditemukan diidentifikasi. Identifikasi dilakukan sampai tingkat genus berdasarkan acuan literatur dari Barrion dan Litsinger (1995), Hawkeswood (2003), Jane dan Balaban (2012), dan Levi (2002). Karakter morfologi yang diidentifikasi yaitu bentuk

epigynum, warna karapas, danukuran

tubuh(Hawkeswood, 2003). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Jumlah laba-laba yang ditemukan di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga sebanyak 62 individu. Berdasarkan jumlah tersebut teridentifikasi 12 genera laba-laba yang berasal dari 7 famili yaitu

Araneidae, Tetragnathidae, Lycosidae, Nephilidae, Theridiidae, Agelenidae, dan Sparassidae (Tabel 1). Jumlah genera yang paling banyak ditemukan berasal dari famili Araneidaeyaitu 5 genera. Famili

Tetragnathidaeterdiri atas 2 genera, sedangkan pada 5 famili lainnya hanya ditemukan 1 genera laba-laba (Tabel 1). Karakter morfologi antar genus laba-laba memiliki sejumlah perbedaan seperti terlihat pada Gambar 2.

(3)

Gambar 2. Genera Laba-laba di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga Tabel 1. Karakter Morfologi Laba-laba di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga

Tabel 2. Kisaran Parameter Lingkungan di Hutan Sebelah DaratDesa Lingga No. Transek Arah Jelajah Suhu

Udara (0C) Kelembaban Udara (%) Kecepatan Angin (m/s) Intensitas Cahaya (lux) T1 Timur Laut 28,1-30 80-92 0-0,7 241-1460 T2 Timur 28-30 79-92,5 0-0,4 325-1412 T3 Barat 28-30 78-90 0-0,4 282-1332 T4 Selatan 28,1-30 80-89 0-0,3 290-1240 T5 Utara 27,5-30 82-91 0-0,4 288-1324

Famili Genera Bentuk Epigynum Warna Karapas Ukuran Tubuh (mm) Panjang Total Panjang Karapas Lebar Karapas Panjang Abdmen Lebar Abdomen

Araneidae Agalenatea Segitiga Coklat oranye 24,12 9,20 4,00 15,10 9,10

Neoscona Segitiga

memanjang

Coklat

kehitaman 21,20 8,20 5,00 13,10 10,10

Argiope Lonjong pipih Hitam

kekekuningan 26,20 11,20 8,00 15,50 9,00

Araneus Lidah lonjong Cokelat tua 16,20 6,20 3,00 10,50 4,00

Larinioides Bulat

memanjang

Coklat

abu-abu 23,20 6,20 5,00 17,10 15,10

Tetragnathidae Tetragnatha Silinder Abu-abu pucat 11,00 4,10 2,00 7,50 2,00

Metellina Silinder Hijau muda 11,20 2,13 2,01 9,12 4,13

Lycosidae Hippasa Bulat

memanjang

Coklat

kehitaman 14,12 5,11 4,13 9,10 4,14

Nephilidae Nephila Silinder

memanjang

Kuning

kehitaman 51,23 9,82 4,11 42,13 14,22

Theridiidae Latrodectus Bulat Hitam 16,20 5,21 3,02 11,12 9,82

Agelenidae Tegenaria Silinder Coklat

kehitaman 21,10 9,23 5,03 12,10 9,10

Sparassidae Olios Segitiga

meruncing Hijau muda 12,20 4,20 2,00 8,10 4,10 Agalenatea Hippasa Tetragnatha Neoscona Tegenaria Metellina Latrodectus Argiope Olios Araneus Larinioides Nephila a b c d e f g h i j k l

(4)

221 137 393 261 285 458 127 275 152 222 179.9 0 100 200 300 400 500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt

Cu ra h H u ja n (m m /b u la n ) Tahun 2013

Ukuran tubuh merupakan salah satu karakter morfologi laba-laba. Ukuran tubuh tertinggi ditemukan pada genus Agalenatea dengan panjang total 24,12 mm, sedangkan terendah pada genus

Tetragnatha dengan panjang total hanya 11,00 mm. Berdasarkan Tabel 1 bentuk epigynum tiap genus laba-laba berbeda, diantaranya segitiga, segitiga memanjang, lonjong pipih, lidah lonjong, bulat memanjang, silinder, silinder memanjang, bulat, bulat memanjang, dan segitiga meruncing. Warna karapas tiap genera terlihat berbeda, diantaranya bewarna coklat oranye, coklat kehitaman, hitam kekuningan, coklat tua, coklat abu-abu, abu-abu pucat, hijau muda, dan hitam (Tabel 1).

Faktor lingkungan memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup laba-laba. Hasil pengukuran terhadap parameter lingkungan menunjukan suhu udara berkisar antara 27,5-30 0C, kelembaban udara berkisar 79-92,5 %, kecepatan angin tertinggi 0-0,7 m/s, dan intensitas cahaya tertinggi yaitu 241-1460 lux (Tabel 2).

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa intensitas curah hujan di lokasi penelitian berkisar antara 127-458 mm/bulan. Intensitas curah hujan tertinggi tahun 2013 terlihat pada bulan Mei yaitu 458 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juni yaitu 127 mm/bulan.

Pembahasan

Laba-laba yang ditemukan di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga sebagian besar berasal dari famili

Araneidae. Lima genera laba-laba dari famili

Araneidae yang terdata saat penelitian yaitu

Agalenatea, Neoscona, Argiope, Araneus, dan

Larinoides. Hawkeswood (2003) menjelaskan bahwa famili Araneidae merupakan kelompok

Arthropoda yang tersebar luas diantara jenis laba-laba lainnya.

Laba-laba yang ditemukan secara umum memiliki perbedaan karakter morfologi.Agalenatea memiliki

epigynum berbentuk segitiga. Warna karapas coklat oranye. Berdasarkan Tabel 1 panjang totalAgalenatea yaitu 24,12 mm, panjang karapas 9,20 mm, lebar karapas 4,00 mm, panjang abdomen 15,10 mm, lebar abdomen 9,10 mm.

Cephalothorax berhimpit dengan abdomen, berwarna coklat dengan guratan kuning di setiap sisi dan memiliki spineret runcing (Gambar 2a). Levi (2002) menjelaskan bahwa panjang karapas genus Agalenatearasio dua kali lebih panjang dibandingkan lebar karapasnya dan bagian ujung abdomen terdapat spineret yang meruncing.

EpigynumNeosconatidak berkerut, berbentuk segitiga memanjang. Panjang total 21,20 mm, panjang karapas 8,20 mm, lebar karapas 5,00 mm, panjang abdomen 13,10 mm, lebar abdomen 10,10 mm (Tabel 1). Sesuai dengan Barrion dan Litsinger (1995) yang menjelaskan bahwa rasio panjang total

Neoscona dua kali lebih panjang dari karapas yaitu 8,30 mm.Warna karapasNeoscona coklat kehitaman, karapas meruncing ke belakang, median mata melebar (Gambar 2b), bagian anterior karapas lebih besar dibandingkan pada bagian posterior (Tanikawa, 1998).

Karapas Argiopebewarna hitam kekuningan dan bentuk epigynum lonjong pipih. Cephalothorax

pipih bergerigi dan memiliki bintik hitam.Panjang total 26,20 mm, panjang karapas 11,20 mm, lebar karapas 8,00 mm, panjang abdomen 15,50 mm, dan lebar abdomen 9,00 mm (Tabel 1). Bagian bawahabdomengenus Argiopeterdapat warna oranye-coklat, panjang total rasio dua kali lebihpanjang dari panjang karapas dengan warna kaki hitam-oranye belang (Hawkeswood, 2003). KarapasAraneusbewarna coklat tua belang kuning, sedangkan warna abdomen putih kecoklatan. Epigynum Araneus berbentuk lidah lonjong. Berdasarkan Tabel 1 panjang total 16,20 mm, panjang karapas 6,20 mm, lebar karapas 3,00 mm, panjang abdomen 10,50 mm, dan lebar abdomen 4,00 mm. Cephalothorax Araneus memanjang, bagian anterior menyempit, bewarna abu-abu dan hitam, antarasisi lateral dan pusat thorax sejajar (Gambar 2d). Levi (2002) menjelaskan bahwa bentuk abdomenAraneussegitiga melebar dan pada bagian depan sedikit tumpang tindih pada

cephalothorax(Levi, 2002).

Epigynumgenus Larinoidesberbentuk bulat memanjang. Panjang total 23,20 mm, panjang Gambar 3. Intensitas Curah Hujan Di Kecamatan

(5)

karapas 6,20 mm, lebar karapas 5,00 mm, panjang

abdomen 17,10 mm, dan lebar abdomen 15,10 mm (Tabel 1). Warna karapas coklat abu-abu, karapas membulat, bagian anterior karapas lebih besar dibandingkan bagian posterior, terdapat spineret di ujung abdomen,dan bagianlabium lebih luas dibandingkan sternum(Gambar 2e). Jane dan Balaban (2012) menjelaskan bahwa panjang total genus Larinoides rasio empat kali lebih panjang dibandingkan panjang karapas denganspineret

bertumpukpada ujung abdomen.

Tetragnatha memiliki epigynumberbentuk silinder, bewarna abu-abu pucat hingga kehijauan(Levi, 2002).Berdasarkan Gambar 2f terlihat bahwa pada bagian abdomen terdapat garis hitam pada kedua sisi dan permukaannya, kaki beruas dengan garis hitam. Panjang total 11,00 mm, panjang karapas 4,10 mm, lebar karapas 2,00 mm, panjang

abdomen 7,50 mm, dan lebar abdomen 3,00 mm (Tabel 1).

Metelliana memiliki epigynum berbentuk silinder, warna karapas hijau muda dan kaki bewarna hijau kecoklatan, tidak terdapat garis median pada permukaan dorsal abdomen(Gambar 2g). Berdasarkan Tabel 1 panjang total Metelliana yaitu 11,20 mm, panjang karapas 2,13 mm, lebar karapas 2,01 mm, panjang abdomen 9,12 mm, dan lebar abdomen 4,13 mm.Jane dan Balaban (2012) menjelaskan bahwa abdomenMetellianamemiliki guratan spineret warna kuning hingga kehitaman dengan panjang total rasio lima kali lebih panjang dari karapas.

Karapas Hippasa bewarna coklat kehitaman, kakinya bewarna hijau mudakekuningan, dan warna abdomen putih kecoklatan.Hippasa

memiliki epigynum berbentuk bulat memanjang. Panjang total 14,12 mm, panjang karapas 5,11 mm, lebar karapas 4,13 mm, panjang abdomen 9,10 mm, dan lebar abdomen 4,14 mm (Tabel

1).Berdasarkan Gambar 2h

bagianabdomenlonjong, melebar ke arah

cephalothorax, dan tidak tumpang-tindih dengancephalothorax. (Barrion dan Litsinger (1993) menjelaskan bahwa bagian medial abdomenHippasalonjong dan terdapat bercak warna kuning dengan panjang abdomen rasio dua kali lebih panjang dibandingkan lebar abdomen.

KarapasNephilabewarna kuning

kehitaman.Panjang total 51,23 mm, panjang karapas 9,82 mm, lebar karapas 4,11 mm, panjang

abdomen 42,13 mm, lebar abdomen 14,22 mm.Epigynum Nephila berbentuk silinder

memanjang (Tabel 1).Hawkeswood (2003) menjelaskan bahwaabdomenNephila bewarna abu-abu kekuningan dengan panjang total rasio lima kali lebih panjang dari panjang karapas. Genera ini memiliki empat pasang kaki yang terletak pada bagian cephalothorax(Gambar 2i). Struktur

spineret membulat, berhimpit di ujung abdomen.

Latrodectus memiliki panjang total 16,20 mm, panjang karapas 5,21 mm, lebar karapas 3,02 mm, panjang abdomen 11,12 mm, dan lebar abdomen

9,82 mm (Tabel 1). Karapasdan abdomenberwarna hitam, sedangkan kaki bewarna hitam belang kekuningan. Struktur epigynum bulat, tumpang-tindih pada bagian cephalothorax(Gambar 2j). Levi dan Randolph (1975) menjelaskan bahwa sisi anterior abdomen berhimpit pada cephalothorax.

EpigynumTegenariaberbentuk silinder, warna karapas coklat kehitaman. Panjang total 21,10 mm, panjang karapas 9,23 mm, lebar karapas 5,03 mm, panjang abdomen 12,10 mm, dan lebar abdomen

9,10 mm (Tabel 1). Cephalothorax tidak berhimpit dengan abdomen, bewarna hitam dengan guratan coklat di setiap sisi (Gambar 2k). Barion dan Litsinger (1995) menjelaskan bahwa panjang total

Tegenaria rasio dua kali lebih panjang dibandingkan panjang karapas dengan panjang median anterior mata setengah dari ukuran lateral mata.

Olios memiliki warna karapas hijau muda dan kaki belang kekuningan, terdapat garis median pada permukaan dorsal perut (Gambar 2l). Panjang total 12,20 mm, panjang karapas 4,20 mm, lebar karapas 2,00 mm, panjang abdomen 8,10 mm, dan lebar abdomen 4,10 mm. Epigynum Olios

berbentuk segitiga meruncing (Tabel 1). Levi (2002) menjelaskan bahwa pada bagianabdomen

terdapat guratan spineret bewarna kuning hingga kehitamandengan panjang abdomen rasio dua kali lebih panjang dibandingkan lebar abdomen.

Faktor lingkungan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pemilihan lokasi laba-laba untuk membangun jaring. Faktor lingkungan yang diukur dalam penelitian ini yaitu suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Data parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.

Suhu udara merupakan faktor pembatas laba-laba. Suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 27,5-30 0C. Kisaran suhu udara tersebut merupakan suhu ideal bagi laba-laba untuk menempati suatu lokasi. Menurut Kuntner et

(6)

223

al.(2008), suhu udara dapat mempengaruhi aktivitas laba-laba, pada suhu > 300C laba-laba cenderung diam di jaring atau bersembunyi di bawah daun sekitar jaring.

Kelembaban udara optimal bagi laba-laba berkisar antara 70-80% (Barrion dan Litsinger, 1995). Kelembaban udara di lokasi penelitian ini berkisar antara 78-92,5%. Kondisi kelembaban di lokasi penelitian termasuk dalam kisaran optimal laba-laba. Kawasan tersebut memiliki tutupan kanopi pohon yang cukup luas.

Curah hujan berpengaruh pada laba-laba dan kondisi jaring. Intensitas curah hujan di Hutan Sebelah Barat Desa Lingga masuk dalam kategori normal. Intensitas curah hujan tertinggi terdata pada bulan Februari (393 mm/bulan) dan Mei (458 mm/bulan) (Gambar 3). Curah hujan saat penelitian pada bulan Mei dan Juni yaitu 458 mm/bulan dan 127 mm/bulan. Curah hujan mempengaruhi secara langsung faktor suhu dan kelembaban. Semakin tinggi intensitas curah hujan maka suhu udara menjadi rendah dan kelembaban semakin tinggi.

Laba-laba cenderung membuat jaring di lokasi yang terhindar dari sinar matahari langsung. Intensitas cahaya terendah yang terdata saat penelitian berkisar antara 241-1332 lux. Kondisi intensitas cahaya tersebut termasuk dalam kisaran toleransi laba-laba. Foelix (1996) menjelaskan bahwa intensitas cahaya optimal laba-laba untuk membangun jaring ada kisaran 200-1200 lux. Oleh karena itu, Hutan Sebelah Barat Desa Lingga merupakan kawasan yang ideal bagi laba-laba. Kecepatan angin merupakan faktor utama dalam pembentukan pola jaring. Kecepatan angin di lokasi penelitian merupakan nilai yang ideal laba-laba untuk membangun jaring, yaitu berkisar antara 0-0,7 m/s. Penelitian Gosline (1999) menjelaskan bahwa laba-laba akan lebih mudah membuat jaring di daerah dengan kecepatan angin lambat atau berkisar 0,2-0,8 m/s. Laba-laba memanfaatkan angin untuk memutar dan membentuk gumpalan serat sutera (Gole dan Kumar, 2008).

Laba-laba merupakan kelompok Arthropoda yang mampu beradaptasi di berbagai habitat namun sangat sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu ekstrim, kelembaban tinggi, intensitas cahaya rendah, kecepatan angin rendah,

dan menghindari areal perkebunan yang menggunakan pestisida.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kubu Raya, 2012, Kabupaten Kubu Raya dalam angka, Badan Pusat Statistik, Kubu Raya

Baenaedi, S, 1988, Laba-Laba pada habiat pertanaman adi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, klasifikasidan perilaku pemangsa, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Barrion, AT & Litsinger, 1995, Riceland spider of South and Southeast Asia, international rice reserch institute, CAB International, Manila

Blackledge, TA & Hayashi, CY, 2006, ‘Silken toolkits: biomechanics of silk fibers spun by the orb web spider Argiope argentata (Fabricius 1775),

Experimental Zoology, vol. 209, hal. 2452– 2461,diakses tanggal 12 Desember 2012 <http://jeb.biologists.org/content/209/13/2452.ful l.pdf>

Bonev, B, Grieve, S, Herberstein, ME, Kishore, AI, Watts, A & Separovic, 2006, ‘Orientational order if australian spider silk and determinated by solid-state NMR’, Biopolymers, vol. 82, hal. 134-143,diakses tanggal 12 Desember 2012 <http://www.bioch.ox.ac.uk/oubsu/

pdfs/BonevBiopoly.pdf>

Foelix, RF, 1996, Biology of spider, second edition, Oxford University Press, New York

Gole, RS & Kumar, P, 2008, ‘Spider’s silk: investigation of spinning process, web material and its properties’, Biological Science and Bioengineering,diakses tanggal7 Januari 2013 <http://article.sapub.org/pdf/10.5923.j.fs.201202 05.02.pdf>

Gosline, JM, Guerette, PA, Ortlepp, CS & Savage, KN, 1999, ‘The mechanical design of spider silk: from fibrion sequence to mechanical fungtion’,

Experimental Biology, vol. 202, hal. 3295-3303,diakses tanggal 12 Desember 2012 <http://jeb.biologists.org/content/202/23/3295.ful l.pdf>

Hawkeswood, JT, 2003, Spider of Australia: An introduction to their classification, Biology and distribution, Pensoft, Moscow

Jane & Balaban, J, 2012, An introduction to the spiders of chicago wildernes USA; common spiders of the Chicago Region, North Branch Restoration Project, Amerika

Kuntner, , Haddad, CR. Aljancic, G & Blejec, A, 2008, ‘Ecology and web allometry of Clitaetra irenae, an arboricolous African orb-Weaving Spider (Araneae, Araneoidea, Nephellidae), Journal Arachnology, vol. 36 ,hal. 583-594.

Levi, HW & Levi, HR, 1990, Spider and their kin, Golden Press, New York

(7)

American spiders of family Theridiidae north of Mexico (Araneae), Arachnol, vol. 3, hal. 31-35, diakses tanggal 12 Desember 2012 <http://www.americanarachnology.org/joa_free/j oa_v3_n1/joa_v3_p31.pdf

Levi, HW, 2002, ‘Key to genera of araneid orbweavers

(Araneae, Araneidae) of The Americas’, The Journal of Arachnologi, vol. 30, hal. 527-562, diakses tanggal 12 Desember 2012 http://www.americanarachnology.org/joa_free/jo a_v30_n3/arac-30-03-527.pdf

Tanikawa, A, 1998, ‘A revision of the Japanese spider of the genus Neoscona (Araneae: Araneidae)’,

Acta Arachnol, vol. 2, hal. 133-169, diakses

tanggal 27 Januari 2013,

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Peta Template MapSource Garmin, 2010)
Tabel 2. Kisaran Parameter Lingkungan di Hutan Sebelah DaratDesa Lingga No. Transek  Arah Jelajah  Suhu
Gambar 3. Intensitas Curah Hujan Di Kecamatan                      Sungai Ambawang (2013)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ekonomi kapitalisme yang penuh dengan pemahaman dan praktek individualisme menjadi sebuah program yang memberikan kesan positif untuk menyeimbangkan antara individu

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data serta uji hipotesis, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan secara keseluruhan

2.1 Beban merata dari suatu bangunan yang relatif fleksibel diatas tanah lempung yang relatif lunak akan menyebabkan reaksi perlawanan tanah yang juga merata, namun akan

Terlepas dari jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam Matriks Evaluasi Faktor Eksternal, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai untuk

Hal ini dipertegas oleh data yang diperoleh dari hasil validitas tiga orang validator yang ahli dibidang pendidikan matematika dan komputer spesialis Multimedia ini,

Dengan berdasarkan paparan diatas, penulis melihat adanya peluang untuk meningkatkan penelitian sebelumnya yaitu, pemanfaatan tenun gedog Tuban bertekstur dengan

Karakteristik mahasiswa-mahasiswa yang masuk dalam pengelompokkan klaster ini adalah mahasiswa yang hampir seluruh IP kelompok MK atau hampir seluruh variabel kelompok

Berdasarkan analisa tersebut disimpulkan bahwa senyawa kadalena dan turunannya pada batubara Sangatta, Kalimantan Timur (pit Bintang BD-MD) merupakan senyawa yang berasal dari resin