• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN SPIRITUAL LANSIA YANG MENDERITA

PENYAKIT KRONIS DI UPT PELAYANAN SOSIAL

LANSIA DAN ANAK BALITA WILAYAH

BINJAI DAN MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Hotliana Daely

131121105

PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan skyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini tepat waktu pada waktunya dengan judul “Gambaran

Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia

dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari

bantuan bimbingan, dorongan serta do’a dari berbagai pihak. Penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

bapak Ismayadi S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, memberikan masukan dan arahan, selama penyusunan

proposal ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I dan Ketua Program Studi

S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Luthfiani S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama melaksanakan perkuliahan

(5)

6. Bapak Ismayadi S.Kep,Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam

pembuatan skripsi ini, yang telah mengarahkan dan membimbing saya dalam

pembuatan skripsi ini.

7. Ibu Nunung F. Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku Penguji I yang telah

memberikan masukan dalam penulisan proposal ini.

8. Ibu Wardiah daulay, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Penguji II yang telah

memberikan masukan dalam penulisan proposal ini.

9. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

10.Rekan-rekan Program S-1 Keperawatan Ekstensi 2013 atas kekompakan,

bantuan, dan kerjasama selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

11.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak dari kekurangan dan

kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masuka, saran dan kritik yang

membangun demi perbaikan proposal ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Januari 2015

(6)

DAFTAR ISI

2.1.2 Elemen-elemen Pokok Spiritual ... 6

2.1.3 Karekteristik Spiritua ... 7

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritual ... 8

2.1.4 Dimensi Spiritual ... 10

2.1.5 Perkembangan Spritual Lansia ... 12

2.2 Lansia ... 13

2.3.1 Definisi Penyakit Kronis ... 18

2.3.2 Kategori Penyakit Kronis ... 19

2.3.3 Fase-fase Penyakit Kronis ... 20

2.4 Panti Sosial. ... 21

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 23

3.1 Kerangka Konseptual ... 23

(7)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.2.1 Populasi ... 26

4.2.2 Sampel ... 26

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampling ... 27

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 28

4.5 Instrumen Penelitian ... 29

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden... 33

5.1.2 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis berdasarkan hubungan dengan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain,Tuhan ... 35

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

6.1 Kesimpulan ... 40

6.2 Saran ... 41

6.2.1 Bagi Lahan Penelitian ... 41

6.2.2 Bagi Masyarakat/Keluarga ... 42

6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ... 42

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional ... 24

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 34

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan dengan

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ... 45

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 46

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Validitas ... 49

Lampiran 4. Persetujuan Komisi Etik Penelitian ... 50

Lampiran 5. Surat Reliabilitas Kuesioner ... 51

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian ... 52

Lampiran 7. Surat Pengambilan Data ... 53

Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian ... 54

Lampiran 9. Master Tabel Reliabilitas ... 55

Lampiran 10. Master Tabel Penelitian ... 56

Lampiran 11. Hasil Reliabilitas ... 59

Lampiran 12. Hasil Analisis Data ... 60

Lampiran 13. Rincian Biaya Penelitian ... 69

Lampiran 14. Jadwal Tentatif Penelitian ... 70

Lampiran 15. Daftar Riwayat Hidup ... 71

(11)

Judul : Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis Di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilyah Binjai dan Medan

Nama : Hotliana Daely

NIM : 131121105

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Pada saat ini banyak lansia yang menderita penyakit kronis sehingga kebutuhan akan spiritualnya perlu di perhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 64 orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 November sampai dengan19 Desember 2014. Karakteristik responden dan gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis dideskripsikan dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik responden laki-laki 51,6%, usia 60-70 tahun 57,8%, agama Islam 95,3%, tidak sekolah 59,4% Gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis adalah cukup baik (56 orang, 87,5%), lansia yang mengatakan baik (8 orang, 12,5%). Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dalam menjalani kondisinya.

(12)

Title : Spritual Description of The Elderly People Who Suffer From Chronic Deseases In UPT Social Service For Elderly And Toddlers In Binjai And Medan

Name : Hotliana Daely

NIM : 131121105

Program : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2015

Abstract

Nowadays many elderly people suffer from chronic deseases that is the reason why their spiritual needs are necessary to be concerned. The aim of this research is to getermine the spiritual description of the elderly people who seffer from chronic deseases in UPT Social Service for elderly and toddlers in Binjai and Medan. The research design used is descriptive with a large semple of 64 persons by using purposive Sampling Methode, the instrument used was questionnaire which were prepared using Likert Scale. The research was conducted from November 28 until December 2014. The characteristics of respondents and the spiritual description of the elderly people who suffer from chronic deseases were described with descriptive analysis to determine the percentage and the result. The result of this research shows that characreristics of male respondents are 51,6%, age 60-70 years 57,8%, moslems 95.3%, school drop out 59,4%. Spiritual description of elderly people who suffer from chronic deseases is good enough (56 persons, 87,5%) and the other said good (8 person, 12,5%). To be able to live a decreasing medical condition due to deseases suffered by elderly, all of family members as well as paramedics are suggested to understand the spiritual needs of the elderly. Therefore they can accept their conditions, able to socialize with people around them, enjoy the beauty of nature and also belive that God will give them strength to live their conditions.

(13)

Judul : Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis Di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilyah Binjai dan Medan

Nama : Hotliana Daely

NIM : 131121105

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Pada saat ini banyak lansia yang menderita penyakit kronis sehingga kebutuhan akan spiritualnya perlu di perhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 64 orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 November sampai dengan19 Desember 2014. Karakteristik responden dan gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis dideskripsikan dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik responden laki-laki 51,6%, usia 60-70 tahun 57,8%, agama Islam 95,3%, tidak sekolah 59,4% Gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis adalah cukup baik (56 orang, 87,5%), lansia yang mengatakan baik (8 orang, 12,5%). Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dalam menjalani kondisinya.

(14)

Title : Spritual Description of The Elderly People Who Suffer From Chronic Deseases In UPT Social Service For Elderly And Toddlers In Binjai And Medan

Name : Hotliana Daely

NIM : 131121105

Program : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2015

Abstract

Nowadays many elderly people suffer from chronic deseases that is the reason why their spiritual needs are necessary to be concerned. The aim of this research is to getermine the spiritual description of the elderly people who seffer from chronic deseases in UPT Social Service for elderly and toddlers in Binjai and Medan. The research design used is descriptive with a large semple of 64 persons by using purposive Sampling Methode, the instrument used was questionnaire which were prepared using Likert Scale. The research was conducted from November 28 until December 2014. The characteristics of respondents and the spiritual description of the elderly people who suffer from chronic deseases were described with descriptive analysis to determine the percentage and the result. The result of this research shows that characreristics of male respondents are 51,6%, age 60-70 years 57,8%, moslems 95.3%, school drop out 59,4%. Spiritual description of elderly people who suffer from chronic deseases is good enough (56 persons, 87,5%) and the other said good (8 person, 12,5%). To be able to live a decreasing medical condition due to deseases suffered by elderly, all of family members as well as paramedics are suggested to understand the spiritual needs of the elderly. Therefore they can accept their conditions, able to socialize with people around them, enjoy the beauty of nature and also belive that God will give them strength to live their conditions.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Lansia (lanjut usia) merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan

fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Penuaan

merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah

dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari

rentang kehidupan (Fatimah, 2010). Perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi

sosial masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup, peningkatan usia

harapan hidup tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia

dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia sekitar 18,55 juta

jiwa atau 7,78% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012). Jumlah lansia tahun

2014 di Sumatera Utara berjumlah 631.604 jiwa dan jumlah lansia di Medan

tahun 2014 adalah 77.837 jiwa (Data Statistik Indonesia, 2014).

Peningkatan jumlah lanjut usia akan diikuti dengan peningkatan risiko

lansia yang menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, osteoatritis, gout,

hipertensi, dan penyakit paru. Sekitar 50%-80% lansia yang berusia ≥60 tahun

akan menderita lebih dari satu penyakit kronis. Di Indonesia pada tahun 2008

jumlah penderita penyakit diabetes melitus mencapai 17 juta jiwa, dan lansia yang

menderita hipertensi berkisar 15 juta jiwa, sedangkan lansia yang menderita

penyakit rematod athritis berkisar 56,2% dari jumlah lansia (Fatimah, 2010)

Penyakit kronis yang berkepanjangan dan sangat jarang sembuh sempurna

(16)

spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan

untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk

mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang

untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi penyakit

fisik (Hamid, 2000). Spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu berfokus

pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada

hubungan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi :

dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang

menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan

seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan (Young,

2007).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Astaria tahun 2010 mengenai

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di Tanjung Gusta Kecamatan Medan

Helvetia menyatakan bahwa 32,2% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam

kategori baik, 61,3% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori cukup

baik, 6,5% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori kurang baik dan

0% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori tidak baik. Data ini

menunjukan bahwa lansia sangat mementingkan kebutuhan spiritualnya. Sehingga

penting juga dilakukan penelitian mengenai spiritual lansia yang menderita

penyakit kronis. Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini membuat

lansia mampu merumuskan arti personal yang positip tentang tujuan keberadan di

dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu

(17)

keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu membina

integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan yang

terharah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar

manusia yang positif (Hamid, 2000).

Spiritualitas memiliki peran penting dalam pembangunan kesejahteraan

pada orang yang menderita penyakit kronis, spiritualitas memungkinkan

seseorang “untuk berdamai dengan masa lalu, menerima keadaan saat ini,

menjaga pandangan hidup yang positif, dan mencapai kepuasan hidup (Young,

2007).

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di UPT Pelayanan Sosial Lansia

dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan bahwa terdapat 180 orang lansia yang

tinggal di tempat tersebut dan semua lansia memiliki keluhan menderita penyakit

kronis. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

gambaran spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan

Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran spiritual

pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai

dan Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui gambaran spiritual

lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian ini perawat dapat memperhatikan kebutuhan spiritual

lansia dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperehensif untuk klien

lanjut usia khususnya yang menderita penyakit kronis.

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan

gerontik tentang kebutuhan spiritual pada lansia, sehingga dapat dikembangkan

dalam praktek belajar lapangan keperawatan.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan untuk penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan spiritual lansia dengan permasalahan kesehatan yang lebih

(19)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Spiritual

2.1.1 Definisi Spiritual

Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha

Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu, yang

berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman, inspirasi, dan

yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual dapat juga

didefinisikan sebagai dimensi integral dari kesehatan dan kesejahteraan setiap

manusia (Skokan dan Bader, dalam Stenley, 2008). Spiritualitas adalah konsep

dua dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan

Tuhan, dan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan orang lain. Spiritual

digambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan. Maslow mendefinisikan

spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi diri seseorang berlimpah dengan

kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi,

kerendah-hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut Maslow, pengalaman

spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan Maslow menyatakan bahwa

pengalaman spiritual telah melewati hierarki kebutuhan manusia.

Spiritual mecakup aspek non fisik dan immaterial dari keberadaan

seseorang manusia. Ia dilengkapi dengan energi, inti jiwa, dan bagian-bagian yang

lain akan tetap bereksistensi setelah terpisah dari tubuh. Seluruh gambaran tentang

(20)

keyakinan keagamaan atau tidak, ia dapat menghayati hidup dan menyelidiki

pengaruh spiritualitasnya untuk kesehatan (Young, 2007).

2.1.2 Elemen-Elemen Pokok Spiritual

Pusat hubungan antara diri sendiri, sesama dan Tuhan selalu menjadi

perhatian utama dalam diskusi tentang spiritual dan juga menjadi tema utama

dalam pelbagai macam literatur.

1. Diri sendiri, jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang

fundamental dan eksplorasi atau penyelidikan spiritual.

2. Sesama, hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri

sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan kesaling

terhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman

manusiawi.

3. Tuhan, pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan

secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan

tetapi, dewasaini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas.

Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau

hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam bentuk

dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain.

Manusia mengalami Tuhan dalam banyak cara seperti dalam relasi, alam,

musik, seni, dan hewan peliharaan. Misalnya merawat bayi atau menyiangi

tanaman dan merawat binatang dapat memberi perasaan puas akan diri

(21)

2.1.3Karakteristik Spiritualitas

Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yang meliputi hubungan

dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan

hubungan dengan Tuhan.

a. Hubungan dengan Diri Sendiri.

Maksudnya adalah kekuatan dari dalam diri sendiri dan self reliance. Hal

ini meliputi pengetahuan diri yakni siapa diri, apa yang akan dilakukan,

dan sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa

depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri

(Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Jiwa seseorang dan daya jiwa

merupakan hal yang menjadi fundamental dalam eksplorasi atau

penyelidikan spiritualitas (Young, 2007).

b. Hubungan dengan Alam

Harmoni yang menggambarkan hubungan dengan seseorang dengan

alam yang meliputi minat dan ketertarikan terhadap tanaman, pohon,

margasatwa dan iklim, kesenangan dan keinginan menikmati

pemandangan alam, melakukan meditasi, yoga, reatret serta melindungi

alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

c. Hubungan dengan Orang Lain

Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan

kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut

akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan sebagainya.

(22)

sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan

kesalingtergantungan telah lama diakui sebagai bagian pokok

pengalaman manusiawi (Young, 2007).

d. Hubungan dengan Tuhan

Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan

secara tradisional dipahami dalam rangka hidup keagamaan. Akan

tetapi, dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak

terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup

dan hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam

bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan

yang lain (Young, 2007).

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual

Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Young (2007),

faktor-faktor mempengaruhi Spiritual seseorang adalah :

a. Tahap perkembangan

Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus

memiliki beberapa kemampuaan berfukir abstrak sebelum mulai

mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha

Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi

seseorang.

b. Peran keluarga dalam perkembangan spiritual individu.

Tidak begitu banyak yangdiajarka keluarga tentang Tuhan dan agama,

(23)

tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan

lingkungan terdekat dan dunia pertama dimanaindividu mempunyai

pandangan, pengalaman terhadap dunia yang yangdiwarnai oleh

pengalaman keluarganya.

c. Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan dan nlai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan

sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama

dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan

agama, termaksuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta

dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.

d. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat

mempengaruhi spiritual seseorang dan sebaliknya juga mempengaruhi

oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman

tersebut. Peristiwa dalam kehidupan seseorangdianggap sebagai suatu

cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia yang menguji imannya.

e. Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang.

Krisis sering dialami ketika sesorang menghadapi penyakit, penderitaan,

proses penuaan, kehilangan dan kematian, khususnya pada pasien

dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan

dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan

(24)

f. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat kronik, sering kali membuat

individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem

dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain

tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa

memberikan dukungan setiap saat diinginkan .

g. Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara

Tuhan untuk menunjukkan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama

yang menolak intervensi pengobatan.

2.1.5 Dimensi Spiritual

Dimensi spiritual dibedakan menjadi tiga dimensi yaitu :

1. Dimensi psikologis (jiwa) mencakup kesadaran diri (self consciousness)

dan identitas diri (self identity). Inilah aspek kepribadian yang

berhubungan dengan masalah interaksi antarmanusia (dan berkaitan

dengan emosi seperti rasa duka cita, rasa kehilangan, dan rasa bersalah)

dan dialami jauh di lubuk jiwa (Young, 2007).

2. Dimensi fisik (tubuh) merupakan kesadaran akan alam (world conscions).

Aspek inilah yang memungkinkan seseorang merasa, melihat, mendengar,

membau, meraba, dan disentuh orang lain (Young, 2007).

3. Dimensi rohani (spirit) dideskripsikan sebagai daya yang menyatukan

dalam diri manusia, mengintegrasikan, dan mengatasi dimensi lainnya.

(25)

cosciousness) atau berkaiatan dengan kedawatan atau nilai-nilai mutlak.

Dimensi ini menyangkut makna hidup, pemahaman manusia akan iman,

dan berhubungan intim pribadi manusia dengan Tuhan (Young, 2007) .

2.1.6 Perkembangan Spiritual Lansia

Pertumbuhan spiritual mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan

pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan ilahi, menghargai alam,

dan mengembangkan suatau kesadaran transendetal. Perkembangan spiritual

berawal sejak dini: “Berawal dengan tangisan bayi saat dilahirkan, jiwa manusia

rindu akan kebersatuan” (Young, 2007)

Tujuan-tujuan spiritual anak, remaja, dan dewasa awal berpusat pada

pencapaian keterampilan dan pengetahuan yang mengarahkan mereka pada

produktivitas dan mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka. Paruh kedua dari

kehidupan mereka mencakup perjalan spiritual yang berbeda. Spiritualitas pada

paruh kedua kehidupan mencakup kemampuan berfikir abstrak, toleransi terhadap

ambiguitas dan pertentangan, mengalami fleksibilitas emosional, dan komitmen

terhadap nilai-nilai universal yang sejati. Meski demikian, tak seorang pun dapat

mencapai tingkat integrasi dengan diri mereka sendiri, dengan orang lain, atau

dengan alam, atau mencapai transendensi (Young, 2007).

Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan makna

dan kepenuhan di dalam hidup dan menjelajahi aspek-aspek positif dari

kehidupan. Tugas-tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut (Young, 2007)

1. Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri.

(26)

3. Mewujudkan gaya hidup sehat.

4. Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman.

5. Menghadapi realitas tak terelakan dari kematian dan kematian dari orang

yang dicintai.

Teoritikus perkembangan psikososial Erik Erikson menyebutkan

tugas-tugas perkembangan pada tahap kehidupan ini sebagai integritas ego

versus keputusasaan. Tugas-tugas ini mencakup intgrasi dari semua

elemen masa lalu dan penerimaan bahwa hanya hidup semacam inilah

yang mesti dihidupi. Tujuan pada tahap ini adalah kemampuan untuk

melihat kembali hidup secara penuh makna dan memuaskan. Aspek-aspek

positif dari hidup perlu dijelajahi dengan orang-orang perlu melihat

kontribusi mereka bagi orang lain dan lingkungan sekitar mereka. Jika

orang gagal untuk mencapai tugas ini, mereka akan menghadapi perasaan

sis-sis dan tanpa pengharapan bahwa mereka telah gagal menyelesaikan

apa yang mereka inginkan di dalam kehidupan. Kemarahan, kedengkian,

dan perasaan ketidakmampuan dan tak berharga dapat muncul (Young,

2007).

James Fowler, yang memgembangkan tahapan perkembangan

spiritual dari orang dewasa sebagai proses universal iman (Young, 2007).

Fase ini menghadirkan titik puncak dari seluruh karya dari tahap iman

sebelumnya dan diwujudkan dengan perasaan akan cinta dan keadilan yng

absolut bagi semua orang. Bagi seorang individu pada tahap ini adalah

(27)

kebutuhan orang lain”. Tahap ini sulit untuk dicapai dan hanya sedikit

orang yang pernah mencapainya. Seseorang yang sungguh berada pada

tahap ini menjawab otoritas lebih daripada yang dikenal oleh dunia dan

sering terlihat sebagai pribadi subvertif (Young, 2007).

2.2 Lansia

2.2.1 Definisi Lansia

Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih

dari enam puluh tahun (UU No. 13 Tahun 1998). Penuaan adalah suatu proses

alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan

berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,

fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan

kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001).

Penuan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang

dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia

tahap perkembangan kronologis tertentu.teori-teori yang menjelaskan bagaimana

dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok

besar, yaitu teori biologis dan psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur

biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas

pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial

mencoba untuk menjelaskan bagaimana psoses tersebut dipandang dalam kaitan

(28)

a. Teori biologis

Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,

termaksuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia

dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan

molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan

tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring

dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki

komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman

tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun

tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang

telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu

definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat

diidentifikasikan oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk

menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang

berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur

panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan

seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat

memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko spesifik

dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu

untuk meminimalkan atau mehindari risiko dan memaksimalkan

(29)

b. Teori genetika

Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi

oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan

kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses

yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu

untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, peruban

rentang hidup dan panjang usiatelah ditentukan sebelumnya. Teori

genetika terdiri dari teori asam deokrisibonukleat (DNA), teori

ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.

Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler

menjadi tidak teratur karena adanya informasi yang tidak sesuai yang

diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan

(crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi

genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat

seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal

untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini termaksuk

perkembangan radikal bebas, kolagen, dan Lipofusin. Selain itu,

peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang

dihuubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi

atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan seluler (stanley,

(30)

2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara

memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

umur.

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.

b. Menurut Prof.Dr. Koesoemanto Setyonegoro

1. Usia dewasa muda (elderly adulhood) = 18/20-25 tahun.

2. Usia dewasa penuh (middle years) = 25-60/65 tahun.

3. Usia lanjut (geriatric age)= >65/70 tahun, terbagi:

- Untuk umur 70-75 tahun (young old)

- Untuk umur 75-80 tahun (old)

- Untuk umur >80 tahun (very old)

2.2.3 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia menurut Depkes RI, 2003 dalam Maryam (2008) ada lima

klasifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Pralansia (prasenalis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia

(31)

3. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial

Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia yang tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada orang lain.

2.2.4 Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik (Maryam, 2008) sebagai berikut.

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13

tentang Kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritua, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

2.2.5 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe

(32)

1. Tipe arif bijaksana

Karya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak

menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggub nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.

2.3 Penyakit Kronis

2.3.1 Definisi Penyakit Kronis

Penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup

lama, tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat

disembuhkan secara sempurna. Penyakit kronik ini sangat erat hubunganya

(33)

2001). Sedangkan menurut Barrow (1996) penyakit kronis merupakan suatu

penyakit yang cukup lama dan penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas dan

penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas dan umumnya penyembuah tidak

dapat diketahui secara jelas dan umumnya penyembuhan tidak dapat dilakukan

tujuannya hanya untuk mengontrol, menjaga supaya tidak terjadi komplikasi, dan

rehabilitasi. Penyakit kronik juga merupakan suatu kondisi yang berhubungan

dengan terganggunya fungsi kehidupan sehari-hari yang dialami selama tiga bulan

atau lebih dalam setahun yang disebabkan oleh karena mendapat perawatan atau

pengobatan di rumah sakit selama tiga puluh hari atau lebih dalam setahun

(Christianson dkk, 1998).

2.3.2 Kategori Penyakit Kronis

Menurut Conrad (1987, dikutip dari christianson dkk, 1998) ada beberapa

kategori penyakit kronis yaitu:

Lived with illness. Pada ketegori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup, dan biasanya mereka tidak

mengalami kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori

ini adalah diadetes, asma, asthritis dan epilepsi.

Mortal illness. Pada kategori ini secara jelas individu kehidupannya terancam dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan

gejala-gejala dari penyakitnya dan mengancam kematian. Penyakit yang termasuk dalam

kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.

(34)

resiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi,

dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hereditas.

2.3.3 Fase-Fase Penyakit Kronis

Ada sembilan fase dalam penyakit kronis yaitu

Fase pre trajectory. Individu beresiko terhadap penyakit kronis karena fakto-faktor genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan sesorang

terhadap penyakit kronis.

Fase trajectory. Adanya gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini sering tidak jelas karena gejala sedang dievaluasi dan pemeriksaan

diagnostic sering dilakukan.

Fase stabil. Terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol.

Fase tidak stabil. Adanya ketidakstabilan dari penyakit kronis, kekambuhan gejala-gejala dari penyakit.

Fase akut. Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau komplikasiyang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk

menanganinya.

Fase krisis. Ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.

(35)

Fase penurunan. Terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang dan disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi

gejala-gejala.

Fase kematian. Ditandai denganpenurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual (smeltzer & Bare, 2001)

2.4 Panti Sosial

Tujuan pelayanan ini adalah memberi arah dan memudahkan petugas

dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, dan perawatan lanjut usia, serta

meningkatkan mutu pelayanan bagi lanjut usia. Tujuan pelayanannya adalah :

1. Terpenuhinya kebutuhan lansia yang mencakup biologis, psikologis,sosial

dan spiritual.

2. Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktivitas lansia.

3. Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa tenang,tentram,

bahagiadan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tugas pelayanan meliputi:

1. Memberi pelayanan sosial kepada lansia yang meliputi pemenuhan

kebutuhan hidup,pembinaan fisik,mental, dan sosia, memberi pengetahuan

serta bimbingan keterampilan dalam mengisi kehidupan yang bermakna.

2. Memberi pengertian pada keluarga lanjut usia, masyarakat untuk mau dan

mampu menerima,merawat dan memenuhi kebutuhan lansia.

fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat

informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan sosial

(36)

lanjut usai potensial, yaitu lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas, masih mampu

melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.

Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas, tidak

berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain, keluarga

(37)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

spiritual lansia yang menderita penyakit kronis. Spiritualitas memiliki peran

penting dalam pembangunan kesejahteraan pada orang yang menderita penyakit

kronis, ia memberikan kepada penderita kemampuan untuk menanggulangi

kondisi kesehatan mereka. Spiritual digambarkan sebagai sumber kekuatan dan

harapan. Maslow mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi

diri seseorang berlimpah dengan kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih,

kedamaian, toleransi, kerendah-hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas.

Menurut Maslow, pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan

Maslow menyatakan bahwa pengalaman spiritual telah melewati hierarki

kebutuhan manusia. Adapun konsep spiritual terdiri dari dua konsep dimensi

spiritual adalah dimensi vertikal yaitu bagian dari elemen yang berhubungan

dengan Tuhan, dimensi horizontal yaitu bagian dari elemen yang berhubungan

(38)

Berdasarkan landasan teoritis yang telah di uraikan di bab 2 maka

kerangka konsep penlitian ini dapat di gambarkan sebagi berikut ini :

Skema 1. Kerangka Konsep Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis

Gambaran spiritual lansia yang menderita

penyakit kronis

• Hubungan dengan Diri Sendiri

• Hubungan dengan Alam

• Hubungan dengan Sesama

• Hubungan dengan Tuhan

• Baik

• Cukup Baik

• Kurang Baik

(39)

3.2Definisi Operasional

(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif,

yang bertujuan untuk mengetahui gambaran spiritual lansia yang menderita

penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai

dan Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah usia lanjut yang menderita penyakit

kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan

Medan yang berjumlah 180 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto, 2010).

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan besar sampel menurut Slovin

(2005), yaitu sebagai berikut :

� = N

1 + N (d2)

Keterangan n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

(41)

Maka:

� = 180

1 + 180 (0,12)

� = 180 1 + 1,8

� =180 2,8

n= 64,28 = 64

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 64 orang lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan

Anak Balita Wialayah Binjai dan Medan.

4.2.3 Tehnik Pengambilan Sampling

Tehnik pengambilan sampel dengan non probability jenis purposive

sampling yaitu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah) sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2003)

Kritaria sampel yang digunakan dalam yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Lanjut usia yang berumur ≥60 tahun

b. Lanjut usia dapat berbahasa Indonesia dan berkomunikasi dengan baik

(42)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita

Wialayah Binjai dan Medan, dengan pertimbangan bahwa di UPT ini terdapat

banyak lanjut usia dengan usia 60-80 tahun yang menderita penyakit kronis

sehingga memudahkan penelitian untuk mendapat data. Selain itu penelitian

tentang gambaran Spiritual lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial dan Anak Balita

Wilayah Binjai dan Medan belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini

dimulai November-Desember.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini di lakukan setelah permohonan izin diajukan kepada Fkep

USU, selanjutnya izin penelitian di sampaikan kepada Kepala Dinas UPT

Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wialayah Binjai. Pada pelaksanaan

penelitian, kepada calon responden diberikan penjelasan tentang informasi

esensial dari penelitian yang akan dilakukan antara lain tujuan, manfaat, kegiatan

penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Penelitian ini

memperhatikan, menghormati dan memberikan sepenuhnya hak-hak perlindungan

diri rresponden, yaitu hak atas privasi diri, kerahasian identitas diri dengan

perlakuan yang sama dalam penelitian.

Responden berhak untuk menentukan sendiri kesediaan berpartisipasi

sampai akhir penelitian ini selesai atau menarik diri dari penelitian walaupun

penelitian berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum dengan jelas

dalam informed consent yang berupa pernyataan persetujuan pertisipasi secara

(43)

Sebelum menandatangani informed consent tersebut, responden diberi waktu

hingga benar-benar paham sepenuhnya atas apa dijalaninya dalam penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang

disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada konsep dan tinjauan

pustaka. Instrumen terdiri dari 2 bagian: yang pertama kuesioner data demografi

yang meliputi: nama, usia, jenis kelamin, agam, status perkawinan, pendidikan.

Kuesioner kedua berupa kuesioner dalam bentuk skala likert untuk

mengidentifikasi gambaran spiritual lansia yang menderita penyakiit kronis yang

terdiri dari 20 pernyataaan, dengan pilihan jawaban yaitu: 1. Sangat tidak sering,

2. Tidak sering, 3. Sering , dan 4. Sangat sering, dengan skor tertinggi pada skala

ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1, dimana jawaban sangat sering bernilai 4,

sering bernilai 3, tidak sering bernilai 2, sangat tidak sering bernilai 1. Nilai

terendah yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 80.

Mengidentiikasi gambaran spiritual lansia yang mederita penyakit kronis

maka digunakan 4 kategori dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana

(2002), yaitu:

�= ������� �����������

P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai

terendah. Rentang kelas sebesar 60 dan banyak kelas 4. Sehingga di peroleh P=15.

Dengan P= 15 dan nilai terendah adalah 20 sebagai batas bawah kelas pertama,

maka penetahuan lanjut usia dikategorikan berdasarkan skor interval sebagai

(44)

65-80 = baik,

50-64 = cukup baik,

35-49 = kurang baik,

20-34 = tidak baik,

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalitan sesuatu instrumen dan bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana

instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Danim S, 2003). Jenis

validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang

bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Dalam

penelitian ini digunakan uji content validity, yang mana instrumen diujikan pada

dosen Departemen Jiwa dan Komunitas di Fakultas Keperawatan USU dan

dinyatakan valid.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauhmana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jila dilakukan pengukuran

dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Untuk diketahui bahwa

perhitungan/uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan

(45)

uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Sibagariang, dkk,

2010).

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data

kepada sampel yang memenuhi kriteria seperti sampel sebanyak 10 orang di UPT

Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Uji

reabilitas ini menggunakan Cronbach Alpha. Teknik Cronbach Alpha ini akan

menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila

memiliki koefisien reliabilitas atau alpha lebih dari 0.70. Dan hasil dari koefisien

reliabilitas gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis bernilai 0,71

maka dapat dikatakan reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanan

penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara setelah itu izin

penelitian tersebut diberikan ke Kepala Dinas UPT Pelayanan Sosial Lansia dan

Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan untuk mendapatkan izin penelitian.

Kemudian peneliti meminta izin agar peneliti dapat mengumpulkan data di UPT

Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan , selanjutnya

peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya

kemudian peneliti menjelaskan manfaat penelitian, dan menjelaskan bahwa

peneliti akan menjaga kerahasiaan jawaban pasien, bila calon responden bersedia

menjadi sampel penelitian maka responden diminta untuk menandatangani lembar

(46)

instrumen gambaran Spiritual lansia, responden dipersilahkan bertanya jika ada

yang kurang jelas setelah diberi penjelasan sebelumnya.

4.8 Analisa Data

Analisis data dilakukan setelah semua data sudah terkumpul, yang dimulai

dari editing (memeriksa kelengkapan data), coding (memberi kode), entering

(memasukan data) dan untuk mempermudah pengolahan data maka digunakan

teknik komputerisasi dengan menggunakan SPSS 16,0. Data demografi akan

disajikan dalam distribusi frekuensi dan persentase. Setelah gambaran Spiritual

setiap sampel telah didapat tahap selanjutnya peneliti akan mengolah data tersebut

untuk mendapatkan secara keseluruhan gambaran Spiritual pada lansia dan

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase, pada tahap selanjutnya

peneliti mengidentifikasi nilai rata-rata keseluruhan responden pada setiap

dimensi Spiritual yang selanjutnya disajikan dalam bentuk distribusi nilai rata-rata

(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian setelah pengumpulan data yang

dilakukan sejak 28 November sampai dengan 19 Desember 2014 di UPT

Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan yang

terdiri dari 64 responden. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang

karakteristik responden,dan gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit

kronis.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup umur,jenis kelamin, agama,

pendidikan terakhir, penyakit kronis yang di derita dan hal tersebut dapat di lihat

pada tabel 5.1.1.

Tabel distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (tabel 1)

menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada

wanita yaitu 33 responden (51,6%) sedangkan responden wanita berjumlah 31

responden (48,4%), dan umur responden paling banyak berada pada rentang 60-74

tahun sebanyak 37 responden (57,9%), kemudian berumur 75-90 tahun sebanyak

20 responden (31,2%) dan yang berumur >90 tanun sebanyak 7 responden

(10,9%). Responden mayoritas beragama islam yaitu sebanyak 61 responden

(48)

(4,7%). Berdasarkan status perkawinan, sebanyak 29 responden (45,2%) yang

berstatus duda, 25 responden (39,1%) yang berstatus janda dan yang lainnya 9

responden (14,1%) berstatus kawin, 1 responden (1,6%) yang tidak kawin.

Bedasarkan pendidikan responden, kebanyakan responden tidak sekolah yaitu 38

responden (59,4%), yang berpendidikan SD sebanyak 23 responden (35,9%),

responden yang menderita penyakit kronis yaitu ramatoid atrihtis 14 responden

(21,8%), asam urat 13 responden (20,3%), diabetes melitus 13 responden

(20,3%),dan penyakit stroke sebanyak 12 responden (18,8%).

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase

(49)

Total 64 100,0

5.1.2 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan Hubungan dengan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain, dan Tuhan

Hasil penelitian gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis

berdasarkan hubungan dengan diri sendiri, alam, orang lain, dan Tuhan tidak ada

responden dalam kategori tidak baik dan kurang baik, dan kategori cukup baik

sebanyak 56 responden (87,5%), serta dalam kategori baik ada 8 responden

(12,5%). Hasil penelitian gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit

kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan

(50)

Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan Hubungan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain, dan Tuhan (n=64)

Gambaran spiritual Frekuensi Persentase

- Tidak baik

Hasil dari penelitian yang diperoleh, pembahasan akan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran spiritual lansia yang menderita

penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai

dan Medan.

5.2.1 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

Berdasarkan penelitian didapat bahwa gambaran spiritual lansia yang

menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita

Wilayah Binjai Medan jika dilihat berdasarkan hubungan dengan diri sendiri,dari

64 responden menunjukkan bahwa 11 responden (17,2%) hubunganya kurang

baik, hubungan dengan diri sendiri cukup baik 42 responden (65,5%), dan

hubungan dengan diri sendiri termaksuk kategori baik ada 11 responden (17,2%)

hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi penyakit lansia yang kronis terhadap

(51)

sendiri,meyakini hikmah dari penyakit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Astaria (2010) hubungan dengan diri sendiri sangat dipengaruhi

oleh kondisi kesehatan seseorang, sehingga penerimaan akan kondisinya dapat

dilihat bagaimana seseorang meyakini hikmah dari penyakitnya. Dan sesuai

dengan teori Kozier Erb, Blains dan Wilkinson dalam Stanley (2007) kekuatan

yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan

hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman

yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadapmasa depan dan tujuan yang

semakin jelas.

Berdasarkan hubungan dengan alam dari 64 responden sebanyak 3

responden (4,7%) hubungan dengan alam kategori kurang baik, hubungan dengan

alam dalam kategori cukup baik sebanyak 52 responden (81,2%) dan ada 9

responden (14,1%) dalam kategori baik. Hubungan dengan alam dapat lihat

bagaimana perasaan senang seseorang dengan lingkungan dan menjaganya, dan

jika dilihat dari karakteristik demografi penyakit kronis yang di derita adalah

sebagian besar mengalami keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan

untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Hal ini sesuai dengan teori Adelman

(2004) penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat

permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau hilangnya suatu

kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan

organ pengindraan.

(52)

responden (3,1%) dalam kategori kurang baik, dan menunjukkan bahwa mayoritas

dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 39 responden (60,9%), dan sebanyak

23 responden (35,9%) dalam kategori baik. Hal ini bertentangan dengan penelitian

Widiastuti (2007) diketahui 40% dari lansia yang tinggal di suatu daerah mengaku

ada konflik dengan orang lain, dan sebagian kecilnya masih belum memahami

tujuan hidupnya, dan mengungkapkan keraguan dalam sistem keyakinannya. Dan

sesuai dengan pandangan hart dalam Sumiati (2009) keinginan untuk menjalin

dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan,

rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan

bantuan dan dukungan emosional untuk melewati banyak penyakit.

Berdasarkan hubungan dengan Tuhan dari 64 responden 1 responden

(6,1%) dalam kategori kurang baik, dan 43 responden (67,2) hubungan dengan

Tuhan dalam kategori cukup baik, kategori baik sebanyak 20 responden (31,2%)

.Hal ini juga sesuai dengan penelitian Destariana (2014) hubungan dengan Tuhan

adalah sumber koping yang biasanya digunakan oleh lansia ketika mengalami

kesedihan dan penyakit. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat spiritualitas,

maka lansia ada pada level dimana penyesalan dan tobat berperan dalam

penebusan dosa-dosa. Tobat dan pengampunan dapat mengurangi kecemasan

yang muncul dari rasa bersalah atau ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan

dan kenyamanan

Mengingat pentingnya kebutuhan spiritual bagi lansia yang menderita

(53)

dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan

sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat

berpartisipasi dalam kehidupan. Dengan terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu

spiritual maka seseorang memiliki kehidupan yang berkualitas, dengan demikian

sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan

(54)

BAB 6

KESIMPUALAN DAN SARAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan

dan saran mengenai gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di

UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

6.1 Kesimpulan

Gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT

Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dalam

kategori cukup baik. Hal. Dari data demografi terlihat karakteristik responden:

laki-laki , usia 60-70 tahun, agama Islam , tidak sekolah , berstatus duda ,

penyakit yang diderita rematoid artrhtis.

Gambaran spiritual lansia berdasarkan hubungan dengan diri sendiri,

alam,orang lain dan Tuhan sangat dipengaruhi kondisi kesehatan seorang

lansia,sehingga sangat mempengaruhi bagaimana seorang lansia memiliki

hubungan dengan dirinya sendiri seperti meyakini hikmah dari kondisinya,

memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri. Dan hubungan dengan

alam yang memiliki keterbatasan gerak akibat dari penyaki yang di derita, bahkan

hubungan dengan orang lain dengan cara bersosialisai dengan teman sebaya, dan

berbagi mengenai kondisinya, serta hubungan dengan Tuhan, bagaimana tetap

(55)

Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat

penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga,

pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat

menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati

keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan

kekuatan dalam menjalani kondisinya.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Lahan Penelitian

Petugas pengelolah dan pekerja sosial yang ada di UPT Pelayanan Sosial

Lansia dan Anak Balita hendaknya berupaya menciptakan sikap menghormati

orang tua dengan menanamkan sifat dan budaya dalam merawat orang tua

sebaik-baiknya, dengan segala keterbatasan yang melekat pada lansia, terlebih lansia

yang menderita penyakit kronis.

6.2.2 Bagi Masyarakat/ Keluarga

Keluarga sebagai orang terdekat bagi lansia hendaknya mencurahkan

segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia, khususnya pada kebutuhan

spiritualnya. Sentuhan kasih sayang dapat meningkatkan harga diri lansia.

Meluangkan waktu dengan lansia juga dapat menyampaikan kesan berharga dan

bernilai.

6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam mengkaji faktor-faktor yang

(56)

bahan kajian untuk menyusun intervensi keperawatan yang sesuai dengan

kebutuhan spiritual lansia. Penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan adalah

mencari atau mengidentifikasi faktor resiko distress spiritual pada lansia yang

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adelman, M., Alan., & Daly. P., Mel. (2001). 20 Common Problems In Geriatrics. USA: Mcgraw-Hill Medical Publishing Division.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astaria, R. (2010). Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia: Skripsi

Berger, J.K. & Williams, M.B (1992). Fundamentals of Nursing Collaborating for Optimal Health. Connecticut: Appleton & Lange

Christianson,dkk.1998. Restructuring Cronic llness Management. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Danim, S. (2003). Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi, Jakarta: EGC.

Dewi, Y, dkk. (2014). Gambaran Spiritualitas Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Diperoleh tanggal 10 oktober 2014 dari

Elderly Health Service. (2003). Healthy : Stress in the elderly.

Fatimah (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Hamid, A. Y. (2000). Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat. T. (2004). Kesehatan Jiwa Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

http://www.DepkesRI.com/portal/index.php?option=com_supas&task=&Itemid=5 2. Diperoleh 8 September 2014.

(58)

Nugroho, H. Wahjudi, B.Sc.,SKM. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Nursalam (2003). Konsep dan Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba.

Sibagariang, E. E., dkk. (2010). Buku Saku Metodologi Penelitian untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Smeltzer & Bare. (2004). Buku ajar kepepawatan medical bedah-Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Stanley, M., & Beare, P.G., Alih Bahasa Juniarti, N., Kurnianingsih, S. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Sudjana, (2002). Methode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sumiati, T. (2009). Pemahaman Perawat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien pada Lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Diperoleh tanggal 10 Oktober 2014 da

Watson, R. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.

Widiastuti. (2007). Dimensi spiritualitas dalam asuhan keperawatan. Diperoleh tanggal 28 Desember 2014 dari http://www.fik.ui.ac.id.

(59)

Lampiran 1 No. Responden: …………

Formulir Persetujuan Menjadi Responden

GAMBARAN SPIRITUAL LANSIA YANG MENDERITA PENYAKIT KRONIS DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA DAN BALITA

WILAYAH BINJAI DAN MEDAN Oleh

Hotliana Daely

Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu

kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran spiritual lansia yang

menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Balita Wilayah

Binjai dan Medan. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai

dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan

pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu, berikan hanya akan digunakan

untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan

tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu bebas

untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia

menjadi responden penelitian, silahkan menandatangi formulir ini.

Medan, Juni 2014

(60)

Lampiran 2 No. Responden:...

Kode :

Tgl/waktu :

Petunjuk Umum Pengisian

Bapak/Ibu (Responden) diharapkan:

1. Menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list

() pada setiap tempat yang disediakan.

2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

(61)

6. penyakit kronis yang di derita:

2. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lanjut usia

Pada bagian ini di harapkan kepada Bapak/Ibu dapat menjawab pernyataan di

bawah ini dengan cara memberikan tanda check list () pada setiap tempat yang

disediakan. Pernyataan berisi tentang bagaimana pengetahuan terhadap

diri-sendiri, hubungan dengan orang lain serta hubungan dengan lingkungan.

N o

Pernyataan SS S TS STS

1 Saya senang menyediakan waktu untuk menenangkan diri

2 Saya mengetahui kekurangan yang ada dalam diri

3 Saya menyadari bahwa masih bisa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah saya sendiri

4 Saya percaya dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan yang saya rasakan. 5 Saya percaya bahwa sakit yang saya derita

adalah pelajaran kehidupan untuk diri saya 6 Saya senang dengan alam sekitar saya

7 Ketika saya jenuh, saya senang memandangi alam sekitar saya

8 Udara yang segar membuat saya merasa tidak jenuh

9 Saya senang kalau disekitar saya banyak pohon 10 Saya menjaga lingkungan sekitar saya agar

tetap bersih

(62)

12 Saya meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya

13 Saya senang jika ada keluarga yang menjenguk saya

14 Saya senang berbicara kepada temam saya mengenai keadaan saya

15 Saya mempunyai banyak teman dan merasa senang berkomunikasi dengan mereka

16 Walaupun kondisi saya sakit,saya tetap bersyukur kepada Tuhan

17 Saya berdoa kepada Tuhan mengenai kondisi penyakit saya

18 Saya senang menbaca kitab suci

19 Dengan tetap bersyukur kepada Tuhan membuat saya lebih tenang dalam menjalani penyaki yang saya derita

(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

Lampiran 9 MASTER TABEL UJI RELIABELITAS

KODE P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20

1 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3

2 1 1 1 3 1 4 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3

3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3

4 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 1 3 3

5 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3

6 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3

7 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4

8 2 3 3 2 1 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4

9 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3

Gambar

Tabel 5.1.1 Distribusi  Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Referensi

Dokumen terkait

Dalam paradigma ini faktor-faktor produksi yang terdiri dari sumber daya alam, tenaga kerja, modal, keterampilan dan teknologi digunakan semaksimal mungkin untuk mengejar

NO NAMA

Lampiran Berita Acara Pembukaan Penawaran Nomor : BA- 03/WPJ.29/SPT-KANWIL/2012 Tanggal : 1 Oktober 2012.. CEKLIST DOKUMEN PENAWARAN HPS

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan pekerjaan Penggantian dan Penataan Lampu Taman di Pusat Penngelolaan Komplek Kemayoran, Nomor : BA.06/PPBJ/PJU.LT/10/2012 Tanggal 04

Pada globalisasi sekarang banyak sekali ibu rumah tangga yang berkarir dan melimpahkan kewajiban mengurus anak kepada pengasuh (baby sitter) sehingga sebagai pendidik kita

In the second meeting on August 15th, the teacher again informed the students about the goal of the teaching and learning process and that the technique that would be used was

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis berarap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan bentuk bahan ajar yang berbasis multi representasi dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual matematis,