GAMBARAN SPIRITUAL LANSIA YANG MENDERITA
PENYAKIT KRONIS DI UPT PELAYANAN SOSIAL
LANSIA DAN ANAK BALITA WILAYAH
BINJAI DAN MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Hotliana Daely
131121105
PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan skyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini tepat waktu pada waktunya dengan judul “Gambaran
Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia
dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari
bantuan bimbingan, dorongan serta do’a dari berbagai pihak. Penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
bapak Ismayadi S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan masukan dan arahan, selama penyusunan
proposal ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I dan Ketua Program Studi
S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Luthfiani S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama melaksanakan perkuliahan
6. Bapak Ismayadi S.Kep,Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam
pembuatan skripsi ini, yang telah mengarahkan dan membimbing saya dalam
pembuatan skripsi ini.
7. Ibu Nunung F. Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku Penguji I yang telah
memberikan masukan dalam penulisan proposal ini.
8. Ibu Wardiah daulay, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Penguji II yang telah
memberikan masukan dalam penulisan proposal ini.
9. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
10.Rekan-rekan Program S-1 Keperawatan Ekstensi 2013 atas kekompakan,
bantuan, dan kerjasama selama mengikuti pendidikan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
11.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak dari kekurangan dan
kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masuka, saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan proposal ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Januari 2015
DAFTAR ISI
2.1.2 Elemen-elemen Pokok Spiritual ... 6
2.1.3 Karekteristik Spiritua ... 7
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritual ... 8
2.1.4 Dimensi Spiritual ... 10
2.1.5 Perkembangan Spritual Lansia ... 12
2.2 Lansia ... 13
2.3.1 Definisi Penyakit Kronis ... 18
2.3.2 Kategori Penyakit Kronis ... 19
2.3.3 Fase-fase Penyakit Kronis ... 20
2.4 Panti Sosial. ... 21
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 23
3.1 Kerangka Konseptual ... 23
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 26
4.1 Desain Penelitian ... 26
4.2 Populasi dan Sampel ... 26
4.2.1 Populasi ... 26
4.2.2 Sampel ... 26
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampling ... 27
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 28
4.5 Instrumen Penelitian ... 29
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden... 33
5.1.2 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis berdasarkan hubungan dengan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain,Tuhan ... 35
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
6.1 Kesimpulan ... 40
6.2 Saran ... 41
6.2.1 Bagi Lahan Penelitian ... 41
6.2.2 Bagi Masyarakat/Keluarga ... 42
6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Operasional ... 24
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 34
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan dengan
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ... 45
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 46
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Validitas ... 49
Lampiran 4. Persetujuan Komisi Etik Penelitian ... 50
Lampiran 5. Surat Reliabilitas Kuesioner ... 51
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian ... 52
Lampiran 7. Surat Pengambilan Data ... 53
Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian ... 54
Lampiran 9. Master Tabel Reliabilitas ... 55
Lampiran 10. Master Tabel Penelitian ... 56
Lampiran 11. Hasil Reliabilitas ... 59
Lampiran 12. Hasil Analisis Data ... 60
Lampiran 13. Rincian Biaya Penelitian ... 69
Lampiran 14. Jadwal Tentatif Penelitian ... 70
Lampiran 15. Daftar Riwayat Hidup ... 71
Judul : Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis Di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilyah Binjai dan Medan
Nama : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2015
Abstrak
Pada saat ini banyak lansia yang menderita penyakit kronis sehingga kebutuhan akan spiritualnya perlu di perhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 64 orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 November sampai dengan19 Desember 2014. Karakteristik responden dan gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis dideskripsikan dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik responden laki-laki 51,6%, usia 60-70 tahun 57,8%, agama Islam 95,3%, tidak sekolah 59,4% Gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis adalah cukup baik (56 orang, 87,5%), lansia yang mengatakan baik (8 orang, 12,5%). Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dalam menjalani kondisinya.
Title : Spritual Description of The Elderly People Who Suffer From Chronic Deseases In UPT Social Service For Elderly And Toddlers In Binjai And Medan
Name : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Program : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2015
Abstract
Nowadays many elderly people suffer from chronic deseases that is the reason why their spiritual needs are necessary to be concerned. The aim of this research is to getermine the spiritual description of the elderly people who seffer from chronic deseases in UPT Social Service for elderly and toddlers in Binjai and Medan. The research design used is descriptive with a large semple of 64 persons by using purposive Sampling Methode, the instrument used was questionnaire which were prepared using Likert Scale. The research was conducted from November 28 until December 2014. The characteristics of respondents and the spiritual description of the elderly people who suffer from chronic deseases were described with descriptive analysis to determine the percentage and the result. The result of this research shows that characreristics of male respondents are 51,6%, age 60-70 years 57,8%, moslems 95.3%, school drop out 59,4%. Spiritual description of elderly people who suffer from chronic deseases is good enough (56 persons, 87,5%) and the other said good (8 person, 12,5%). To be able to live a decreasing medical condition due to deseases suffered by elderly, all of family members as well as paramedics are suggested to understand the spiritual needs of the elderly. Therefore they can accept their conditions, able to socialize with people around them, enjoy the beauty of nature and also belive that God will give them strength to live their conditions.
Judul : Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis Di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilyah Binjai dan Medan
Nama : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2015
Abstrak
Pada saat ini banyak lansia yang menderita penyakit kronis sehingga kebutuhan akan spiritualnya perlu di perhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 64 orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 November sampai dengan19 Desember 2014. Karakteristik responden dan gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis dideskripsikan dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik responden laki-laki 51,6%, usia 60-70 tahun 57,8%, agama Islam 95,3%, tidak sekolah 59,4% Gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis adalah cukup baik (56 orang, 87,5%), lansia yang mengatakan baik (8 orang, 12,5%). Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dalam menjalani kondisinya.
Title : Spritual Description of The Elderly People Who Suffer From Chronic Deseases In UPT Social Service For Elderly And Toddlers In Binjai And Medan
Name : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Program : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2015
Abstract
Nowadays many elderly people suffer from chronic deseases that is the reason why their spiritual needs are necessary to be concerned. The aim of this research is to getermine the spiritual description of the elderly people who seffer from chronic deseases in UPT Social Service for elderly and toddlers in Binjai and Medan. The research design used is descriptive with a large semple of 64 persons by using purposive Sampling Methode, the instrument used was questionnaire which were prepared using Likert Scale. The research was conducted from November 28 until December 2014. The characteristics of respondents and the spiritual description of the elderly people who suffer from chronic deseases were described with descriptive analysis to determine the percentage and the result. The result of this research shows that characreristics of male respondents are 51,6%, age 60-70 years 57,8%, moslems 95.3%, school drop out 59,4%. Spiritual description of elderly people who suffer from chronic deseases is good enough (56 persons, 87,5%) and the other said good (8 person, 12,5%). To be able to live a decreasing medical condition due to deseases suffered by elderly, all of family members as well as paramedics are suggested to understand the spiritual needs of the elderly. Therefore they can accept their conditions, able to socialize with people around them, enjoy the beauty of nature and also belive that God will give them strength to live their conditions.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Penuaan
merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari
rentang kehidupan (Fatimah, 2010). Perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi
sosial masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup, peningkatan usia
harapan hidup tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia sekitar 18,55 juta
jiwa atau 7,78% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012). Jumlah lansia tahun
2014 di Sumatera Utara berjumlah 631.604 jiwa dan jumlah lansia di Medan
tahun 2014 adalah 77.837 jiwa (Data Statistik Indonesia, 2014).
Peningkatan jumlah lanjut usia akan diikuti dengan peningkatan risiko
lansia yang menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, osteoatritis, gout,
hipertensi, dan penyakit paru. Sekitar 50%-80% lansia yang berusia ≥60 tahun
akan menderita lebih dari satu penyakit kronis. Di Indonesia pada tahun 2008
jumlah penderita penyakit diabetes melitus mencapai 17 juta jiwa, dan lansia yang
menderita hipertensi berkisar 15 juta jiwa, sedangkan lansia yang menderita
penyakit rematod athritis berkisar 56,2% dari jumlah lansia (Fatimah, 2010)
Penyakit kronis yang berkepanjangan dan sangat jarang sembuh sempurna
spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang
untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi penyakit
fisik (Hamid, 2000). Spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu berfokus
pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi :
dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang
menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan (Young,
2007).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Astaria tahun 2010 mengenai
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di Tanjung Gusta Kecamatan Medan
Helvetia menyatakan bahwa 32,2% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam
kategori baik, 61,3% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori cukup
baik, 6,5% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori kurang baik dan
0% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori tidak baik. Data ini
menunjukan bahwa lansia sangat mementingkan kebutuhan spiritualnya. Sehingga
penting juga dilakukan penelitian mengenai spiritual lansia yang menderita
penyakit kronis. Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini membuat
lansia mampu merumuskan arti personal yang positip tentang tujuan keberadan di
dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu
keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu membina
integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan yang
terharah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar
manusia yang positif (Hamid, 2000).
Spiritualitas memiliki peran penting dalam pembangunan kesejahteraan
pada orang yang menderita penyakit kronis, spiritualitas memungkinkan
seseorang “untuk berdamai dengan masa lalu, menerima keadaan saat ini,
menjaga pandangan hidup yang positif, dan mencapai kepuasan hidup (Young,
2007).
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di UPT Pelayanan Sosial Lansia
dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan bahwa terdapat 180 orang lansia yang
tinggal di tempat tersebut dan semua lansia memiliki keluhan menderita penyakit
kronis. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
gambaran spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan
Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran spiritual
pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai
dan Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui gambaran spiritual
lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan
Dari hasil penelitian ini perawat dapat memperhatikan kebutuhan spiritual
lansia dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperehensif untuk klien
lanjut usia khususnya yang menderita penyakit kronis.
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan
gerontik tentang kebutuhan spiritual pada lansia, sehingga dapat dikembangkan
dalam praktek belajar lapangan keperawatan.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan untuk penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan spiritual lansia dengan permasalahan kesehatan yang lebih
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Spiritual
2.1.1 Definisi Spiritual
Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha
Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu, yang
berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman, inspirasi, dan
yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual dapat juga
didefinisikan sebagai dimensi integral dari kesehatan dan kesejahteraan setiap
manusia (Skokan dan Bader, dalam Stenley, 2008). Spiritualitas adalah konsep
dua dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan
Tuhan, dan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan orang lain. Spiritual
digambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan. Maslow mendefinisikan
spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi diri seseorang berlimpah dengan
kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi,
kerendah-hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut Maslow, pengalaman
spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan Maslow menyatakan bahwa
pengalaman spiritual telah melewati hierarki kebutuhan manusia.
Spiritual mecakup aspek non fisik dan immaterial dari keberadaan
seseorang manusia. Ia dilengkapi dengan energi, inti jiwa, dan bagian-bagian yang
lain akan tetap bereksistensi setelah terpisah dari tubuh. Seluruh gambaran tentang
keyakinan keagamaan atau tidak, ia dapat menghayati hidup dan menyelidiki
pengaruh spiritualitasnya untuk kesehatan (Young, 2007).
2.1.2 Elemen-Elemen Pokok Spiritual
Pusat hubungan antara diri sendiri, sesama dan Tuhan selalu menjadi
perhatian utama dalam diskusi tentang spiritual dan juga menjadi tema utama
dalam pelbagai macam literatur.
1. Diri sendiri, jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang
fundamental dan eksplorasi atau penyelidikan spiritual.
2. Sesama, hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri
sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan kesaling
terhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman
manusiawi.
3. Tuhan, pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan
secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan
tetapi, dewasaini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas.
Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau
hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam bentuk
dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain.
Manusia mengalami Tuhan dalam banyak cara seperti dalam relasi, alam,
musik, seni, dan hewan peliharaan. Misalnya merawat bayi atau menyiangi
tanaman dan merawat binatang dapat memberi perasaan puas akan diri
2.1.3Karakteristik Spiritualitas
Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yang meliputi hubungan
dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan
hubungan dengan Tuhan.
a. Hubungan dengan Diri Sendiri.
Maksudnya adalah kekuatan dari dalam diri sendiri dan self reliance. Hal
ini meliputi pengetahuan diri yakni siapa diri, apa yang akan dilakukan,
dan sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa
depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri
(Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Jiwa seseorang dan daya jiwa
merupakan hal yang menjadi fundamental dalam eksplorasi atau
penyelidikan spiritualitas (Young, 2007).
b. Hubungan dengan Alam
Harmoni yang menggambarkan hubungan dengan seseorang dengan
alam yang meliputi minat dan ketertarikan terhadap tanaman, pohon,
margasatwa dan iklim, kesenangan dan keinginan menikmati
pemandangan alam, melakukan meditasi, yoga, reatret serta melindungi
alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
c. Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan
kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut
akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan sebagainya.
sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan
kesalingtergantungan telah lama diakui sebagai bagian pokok
pengalaman manusiawi (Young, 2007).
d. Hubungan dengan Tuhan
Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan
secara tradisional dipahami dalam rangka hidup keagamaan. Akan
tetapi, dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak
terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup
dan hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam
bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan
yang lain (Young, 2007).
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual
Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Young (2007),
faktor-faktor mempengaruhi Spiritual seseorang adalah :
a. Tahap perkembangan
Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus
memiliki beberapa kemampuaan berfukir abstrak sebelum mulai
mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha
Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi
seseorang.
b. Peran keluarga dalam perkembangan spiritual individu.
Tidak begitu banyak yangdiajarka keluarga tentang Tuhan dan agama,
tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan
lingkungan terdekat dan dunia pertama dimanaindividu mempunyai
pandangan, pengalaman terhadap dunia yang yangdiwarnai oleh
pengalaman keluarganya.
c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nlai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama
dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan
agama, termaksuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta
dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang dan sebaliknya juga mempengaruhi
oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman
tersebut. Peristiwa dalam kehidupan seseorangdianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia yang menguji imannya.
e. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika sesorang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan, kehilangan dan kematian, khususnya pada pasien
dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan
dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat kronik, sering kali membuat
individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem
dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain
tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan .
g. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukkan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama
yang menolak intervensi pengobatan.
2.1.5 Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual dibedakan menjadi tiga dimensi yaitu :
1. Dimensi psikologis (jiwa) mencakup kesadaran diri (self consciousness)
dan identitas diri (self identity). Inilah aspek kepribadian yang
berhubungan dengan masalah interaksi antarmanusia (dan berkaitan
dengan emosi seperti rasa duka cita, rasa kehilangan, dan rasa bersalah)
dan dialami jauh di lubuk jiwa (Young, 2007).
2. Dimensi fisik (tubuh) merupakan kesadaran akan alam (world conscions).
Aspek inilah yang memungkinkan seseorang merasa, melihat, mendengar,
membau, meraba, dan disentuh orang lain (Young, 2007).
3. Dimensi rohani (spirit) dideskripsikan sebagai daya yang menyatukan
dalam diri manusia, mengintegrasikan, dan mengatasi dimensi lainnya.
cosciousness) atau berkaiatan dengan kedawatan atau nilai-nilai mutlak.
Dimensi ini menyangkut makna hidup, pemahaman manusia akan iman,
dan berhubungan intim pribadi manusia dengan Tuhan (Young, 2007) .
2.1.6 Perkembangan Spiritual Lansia
Pertumbuhan spiritual mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan
pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan ilahi, menghargai alam,
dan mengembangkan suatau kesadaran transendetal. Perkembangan spiritual
berawal sejak dini: “Berawal dengan tangisan bayi saat dilahirkan, jiwa manusia
rindu akan kebersatuan” (Young, 2007)
Tujuan-tujuan spiritual anak, remaja, dan dewasa awal berpusat pada
pencapaian keterampilan dan pengetahuan yang mengarahkan mereka pada
produktivitas dan mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka. Paruh kedua dari
kehidupan mereka mencakup perjalan spiritual yang berbeda. Spiritualitas pada
paruh kedua kehidupan mencakup kemampuan berfikir abstrak, toleransi terhadap
ambiguitas dan pertentangan, mengalami fleksibilitas emosional, dan komitmen
terhadap nilai-nilai universal yang sejati. Meski demikian, tak seorang pun dapat
mencapai tingkat integrasi dengan diri mereka sendiri, dengan orang lain, atau
dengan alam, atau mencapai transendensi (Young, 2007).
Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan makna
dan kepenuhan di dalam hidup dan menjelajahi aspek-aspek positif dari
kehidupan. Tugas-tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut (Young, 2007)
1. Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri.
3. Mewujudkan gaya hidup sehat.
4. Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman.
5. Menghadapi realitas tak terelakan dari kematian dan kematian dari orang
yang dicintai.
Teoritikus perkembangan psikososial Erik Erikson menyebutkan
tugas-tugas perkembangan pada tahap kehidupan ini sebagai integritas ego
versus keputusasaan. Tugas-tugas ini mencakup intgrasi dari semua
elemen masa lalu dan penerimaan bahwa hanya hidup semacam inilah
yang mesti dihidupi. Tujuan pada tahap ini adalah kemampuan untuk
melihat kembali hidup secara penuh makna dan memuaskan. Aspek-aspek
positif dari hidup perlu dijelajahi dengan orang-orang perlu melihat
kontribusi mereka bagi orang lain dan lingkungan sekitar mereka. Jika
orang gagal untuk mencapai tugas ini, mereka akan menghadapi perasaan
sis-sis dan tanpa pengharapan bahwa mereka telah gagal menyelesaikan
apa yang mereka inginkan di dalam kehidupan. Kemarahan, kedengkian,
dan perasaan ketidakmampuan dan tak berharga dapat muncul (Young,
2007).
James Fowler, yang memgembangkan tahapan perkembangan
spiritual dari orang dewasa sebagai proses universal iman (Young, 2007).
Fase ini menghadirkan titik puncak dari seluruh karya dari tahap iman
sebelumnya dan diwujudkan dengan perasaan akan cinta dan keadilan yng
absolut bagi semua orang. Bagi seorang individu pada tahap ini adalah
kebutuhan orang lain”. Tahap ini sulit untuk dicapai dan hanya sedikit
orang yang pernah mencapainya. Seseorang yang sungguh berada pada
tahap ini menjawab otoritas lebih daripada yang dikenal oleh dunia dan
sering terlihat sebagai pribadi subvertif (Young, 2007).
2.2 Lansia
2.2.1 Definisi Lansia
Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari enam puluh tahun (UU No. 13 Tahun 1998). Penuaan adalah suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan
berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001).
Penuan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu.teori-teori yang menjelaskan bagaimana
dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu teori biologis dan psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur
biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas
pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bagaimana psoses tersebut dipandang dalam kaitan
a. Teori biologis
Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termaksuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia
dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan
molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan
tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring
dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki
komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman
tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun
tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang
telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu
definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat
diidentifikasikan oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk
menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang
berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur
panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan
seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat
memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko spesifik
dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu
untuk meminimalkan atau mehindari risiko dan memaksimalkan
b. Teori genetika
Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi
oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan
kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses
yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu
untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, peruban
rentang hidup dan panjang usiatelah ditentukan sebelumnya. Teori
genetika terdiri dari teori asam deokrisibonukleat (DNA), teori
ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler
menjadi tidak teratur karena adanya informasi yang tidak sesuai yang
diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan
(crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi
genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat
seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal
untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini termaksuk
perkembangan radikal bebas, kolagen, dan Lipofusin. Selain itu,
peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang
dihuubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi
atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan seluler (stanley,
2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara
memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.
b. Menurut Prof.Dr. Koesoemanto Setyonegoro
1. Usia dewasa muda (elderly adulhood) = 18/20-25 tahun.
2. Usia dewasa penuh (middle years) = 25-60/65 tahun.
3. Usia lanjut (geriatric age)= >65/70 tahun, terbagi:
- Untuk umur 70-75 tahun (young old)
- Untuk umur 75-80 tahun (old)
- Untuk umur >80 tahun (very old)
2.2.3 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Depkes RI, 2003 dalam Maryam (2008) ada lima
klasifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Pralansia (prasenalis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia yang tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada orang lain.
2.2.4 Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik (Maryam, 2008) sebagai berikut.
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritua, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
2.2.5 Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe
1. Tipe arif bijaksana
Karya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggub nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
2.3 Penyakit Kronis
2.3.1 Definisi Penyakit Kronis
Penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup
lama, tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat
disembuhkan secara sempurna. Penyakit kronik ini sangat erat hubunganya
2001). Sedangkan menurut Barrow (1996) penyakit kronis merupakan suatu
penyakit yang cukup lama dan penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas dan
penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas dan umumnya penyembuah tidak
dapat diketahui secara jelas dan umumnya penyembuhan tidak dapat dilakukan
tujuannya hanya untuk mengontrol, menjaga supaya tidak terjadi komplikasi, dan
rehabilitasi. Penyakit kronik juga merupakan suatu kondisi yang berhubungan
dengan terganggunya fungsi kehidupan sehari-hari yang dialami selama tiga bulan
atau lebih dalam setahun yang disebabkan oleh karena mendapat perawatan atau
pengobatan di rumah sakit selama tiga puluh hari atau lebih dalam setahun
(Christianson dkk, 1998).
2.3.2 Kategori Penyakit Kronis
Menurut Conrad (1987, dikutip dari christianson dkk, 1998) ada beberapa
kategori penyakit kronis yaitu:
Lived with illness. Pada ketegori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup, dan biasanya mereka tidak
mengalami kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori
ini adalah diadetes, asma, asthritis dan epilepsi.
Mortal illness. Pada kategori ini secara jelas individu kehidupannya terancam dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan
gejala-gejala dari penyakitnya dan mengancam kematian. Penyakit yang termasuk dalam
kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.
resiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi,
dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hereditas.
2.3.3 Fase-Fase Penyakit Kronis
Ada sembilan fase dalam penyakit kronis yaitu
Fase pre trajectory. Individu beresiko terhadap penyakit kronis karena fakto-faktor genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan sesorang
terhadap penyakit kronis.
Fase trajectory. Adanya gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini sering tidak jelas karena gejala sedang dievaluasi dan pemeriksaan
diagnostic sering dilakukan.
Fase stabil. Terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol.
Fase tidak stabil. Adanya ketidakstabilan dari penyakit kronis, kekambuhan gejala-gejala dari penyakit.
Fase akut. Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau komplikasiyang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
menanganinya.
Fase krisis. Ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
Fase penurunan. Terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang dan disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi
gejala-gejala.
Fase kematian. Ditandai denganpenurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual (smeltzer & Bare, 2001)
2.4 Panti Sosial
Tujuan pelayanan ini adalah memberi arah dan memudahkan petugas
dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, dan perawatan lanjut usia, serta
meningkatkan mutu pelayanan bagi lanjut usia. Tujuan pelayanannya adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan lansia yang mencakup biologis, psikologis,sosial
dan spiritual.
2. Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktivitas lansia.
3. Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa tenang,tentram,
bahagiadan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas pelayanan meliputi:
1. Memberi pelayanan sosial kepada lansia yang meliputi pemenuhan
kebutuhan hidup,pembinaan fisik,mental, dan sosia, memberi pengetahuan
serta bimbingan keterampilan dalam mengisi kehidupan yang bermakna.
2. Memberi pengertian pada keluarga lanjut usia, masyarakat untuk mau dan
mampu menerima,merawat dan memenuhi kebutuhan lansia.
fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat
informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan sosial
lanjut usai potensial, yaitu lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas, masih mampu
melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas, tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain, keluarga
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
spiritual lansia yang menderita penyakit kronis. Spiritualitas memiliki peran
penting dalam pembangunan kesejahteraan pada orang yang menderita penyakit
kronis, ia memberikan kepada penderita kemampuan untuk menanggulangi
kondisi kesehatan mereka. Spiritual digambarkan sebagai sumber kekuatan dan
harapan. Maslow mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi
diri seseorang berlimpah dengan kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih,
kedamaian, toleransi, kerendah-hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas.
Menurut Maslow, pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan
Maslow menyatakan bahwa pengalaman spiritual telah melewati hierarki
kebutuhan manusia. Adapun konsep spiritual terdiri dari dua konsep dimensi
spiritual adalah dimensi vertikal yaitu bagian dari elemen yang berhubungan
dengan Tuhan, dimensi horizontal yaitu bagian dari elemen yang berhubungan
Berdasarkan landasan teoritis yang telah di uraikan di bab 2 maka
kerangka konsep penlitian ini dapat di gambarkan sebagi berikut ini :
Skema 1. Kerangka Konsep Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis
Gambaran spiritual lansia yang menderita
penyakit kronis
• Hubungan dengan Diri Sendiri
• Hubungan dengan Alam
• Hubungan dengan Sesama
• Hubungan dengan Tuhan
• Baik
• Cukup Baik
• Kurang Baik
3.2Definisi Operasional
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif,
yang bertujuan untuk mengetahui gambaran spiritual lansia yang menderita
penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai
dan Medan.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah usia lanjut yang menderita penyakit
kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan
Medan yang berjumlah 180 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto, 2010).
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan besar sampel menurut Slovin
(2005), yaitu sebagai berikut :
� = N
1 + N (d2)
Keterangan n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
Maka:
� = 180
1 + 180 (0,12)
� = 180 1 + 1,8
� =180 2,8
n= 64,28 = 64
Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 64 orang lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan
Anak Balita Wialayah Binjai dan Medan.
4.2.3 Tehnik Pengambilan Sampling
Tehnik pengambilan sampel dengan non probability jenis purposive
sampling yaitu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah) sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya (Nursalam, 2003)
Kritaria sampel yang digunakan dalam yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
a. Lanjut usia yang berumur ≥60 tahun
b. Lanjut usia dapat berbahasa Indonesia dan berkomunikasi dengan baik
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita
Wialayah Binjai dan Medan, dengan pertimbangan bahwa di UPT ini terdapat
banyak lanjut usia dengan usia 60-80 tahun yang menderita penyakit kronis
sehingga memudahkan penelitian untuk mendapat data. Selain itu penelitian
tentang gambaran Spiritual lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial dan Anak Balita
Wilayah Binjai dan Medan belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini
dimulai November-Desember.
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini di lakukan setelah permohonan izin diajukan kepada Fkep
USU, selanjutnya izin penelitian di sampaikan kepada Kepala Dinas UPT
Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wialayah Binjai. Pada pelaksanaan
penelitian, kepada calon responden diberikan penjelasan tentang informasi
esensial dari penelitian yang akan dilakukan antara lain tujuan, manfaat, kegiatan
penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Penelitian ini
memperhatikan, menghormati dan memberikan sepenuhnya hak-hak perlindungan
diri rresponden, yaitu hak atas privasi diri, kerahasian identitas diri dengan
perlakuan yang sama dalam penelitian.
Responden berhak untuk menentukan sendiri kesediaan berpartisipasi
sampai akhir penelitian ini selesai atau menarik diri dari penelitian walaupun
penelitian berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum dengan jelas
dalam informed consent yang berupa pernyataan persetujuan pertisipasi secara
Sebelum menandatangani informed consent tersebut, responden diberi waktu
hingga benar-benar paham sepenuhnya atas apa dijalaninya dalam penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang
disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada konsep dan tinjauan
pustaka. Instrumen terdiri dari 2 bagian: yang pertama kuesioner data demografi
yang meliputi: nama, usia, jenis kelamin, agam, status perkawinan, pendidikan.
Kuesioner kedua berupa kuesioner dalam bentuk skala likert untuk
mengidentifikasi gambaran spiritual lansia yang menderita penyakiit kronis yang
terdiri dari 20 pernyataaan, dengan pilihan jawaban yaitu: 1. Sangat tidak sering,
2. Tidak sering, 3. Sering , dan 4. Sangat sering, dengan skor tertinggi pada skala
ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1, dimana jawaban sangat sering bernilai 4,
sering bernilai 3, tidak sering bernilai 2, sangat tidak sering bernilai 1. Nilai
terendah yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 80.
Mengidentiikasi gambaran spiritual lansia yang mederita penyakit kronis
maka digunakan 4 kategori dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana
(2002), yaitu:
�= ������� �����������
P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai
terendah. Rentang kelas sebesar 60 dan banyak kelas 4. Sehingga di peroleh P=15.
Dengan P= 15 dan nilai terendah adalah 20 sebagai batas bawah kelas pertama,
maka penetahuan lanjut usia dikategorikan berdasarkan skor interval sebagai
65-80 = baik,
50-64 = cukup baik,
35-49 = kurang baik,
20-34 = tidak baik,
4.6 Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalitan sesuatu instrumen dan bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana
instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Danim S, 2003). Jenis
validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang
bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Dalam
penelitian ini digunakan uji content validity, yang mana instrumen diujikan pada
dosen Departemen Jiwa dan Komunitas di Fakultas Keperawatan USU dan
dinyatakan valid.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauhmana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Untuk diketahui bahwa
perhitungan/uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan
uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Sibagariang, dkk,
2010).
Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data
kepada sampel yang memenuhi kriteria seperti sampel sebanyak 10 orang di UPT
Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Uji
reabilitas ini menggunakan Cronbach Alpha. Teknik Cronbach Alpha ini akan
menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila
memiliki koefisien reliabilitas atau alpha lebih dari 0.70. Dan hasil dari koefisien
reliabilitas gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis bernilai 0,71
maka dapat dikatakan reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanan
penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara setelah itu izin
penelitian tersebut diberikan ke Kepala Dinas UPT Pelayanan Sosial Lansia dan
Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan untuk mendapatkan izin penelitian.
Kemudian peneliti meminta izin agar peneliti dapat mengumpulkan data di UPT
Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan , selanjutnya
peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya
kemudian peneliti menjelaskan manfaat penelitian, dan menjelaskan bahwa
peneliti akan menjaga kerahasiaan jawaban pasien, bila calon responden bersedia
menjadi sampel penelitian maka responden diminta untuk menandatangani lembar
instrumen gambaran Spiritual lansia, responden dipersilahkan bertanya jika ada
yang kurang jelas setelah diberi penjelasan sebelumnya.
4.8 Analisa Data
Analisis data dilakukan setelah semua data sudah terkumpul, yang dimulai
dari editing (memeriksa kelengkapan data), coding (memberi kode), entering
(memasukan data) dan untuk mempermudah pengolahan data maka digunakan
teknik komputerisasi dengan menggunakan SPSS 16,0. Data demografi akan
disajikan dalam distribusi frekuensi dan persentase. Setelah gambaran Spiritual
setiap sampel telah didapat tahap selanjutnya peneliti akan mengolah data tersebut
untuk mendapatkan secara keseluruhan gambaran Spiritual pada lansia dan
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase, pada tahap selanjutnya
peneliti mengidentifikasi nilai rata-rata keseluruhan responden pada setiap
dimensi Spiritual yang selanjutnya disajikan dalam bentuk distribusi nilai rata-rata
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian setelah pengumpulan data yang
dilakukan sejak 28 November sampai dengan 19 Desember 2014 di UPT
Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan yang
terdiri dari 64 responden. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang
karakteristik responden,dan gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit
kronis.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup umur,jenis kelamin, agama,
pendidikan terakhir, penyakit kronis yang di derita dan hal tersebut dapat di lihat
pada tabel 5.1.1.
Tabel distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (tabel 1)
menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada
wanita yaitu 33 responden (51,6%) sedangkan responden wanita berjumlah 31
responden (48,4%), dan umur responden paling banyak berada pada rentang 60-74
tahun sebanyak 37 responden (57,9%), kemudian berumur 75-90 tahun sebanyak
20 responden (31,2%) dan yang berumur >90 tanun sebanyak 7 responden
(10,9%). Responden mayoritas beragama islam yaitu sebanyak 61 responden
(4,7%). Berdasarkan status perkawinan, sebanyak 29 responden (45,2%) yang
berstatus duda, 25 responden (39,1%) yang berstatus janda dan yang lainnya 9
responden (14,1%) berstatus kawin, 1 responden (1,6%) yang tidak kawin.
Bedasarkan pendidikan responden, kebanyakan responden tidak sekolah yaitu 38
responden (59,4%), yang berpendidikan SD sebanyak 23 responden (35,9%),
responden yang menderita penyakit kronis yaitu ramatoid atrihtis 14 responden
(21,8%), asam urat 13 responden (20,3%), diabetes melitus 13 responden
(20,3%),dan penyakit stroke sebanyak 12 responden (18,8%).
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi Persentase
Total 64 100,0
5.1.2 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan Hubungan dengan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain, dan Tuhan
Hasil penelitian gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis
berdasarkan hubungan dengan diri sendiri, alam, orang lain, dan Tuhan tidak ada
responden dalam kategori tidak baik dan kurang baik, dan kategori cukup baik
sebanyak 56 responden (87,5%), serta dalam kategori baik ada 8 responden
(12,5%). Hasil penelitian gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit
kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan
Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan Hubungan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain, dan Tuhan (n=64)
Gambaran spiritual Frekuensi Persentase
- Tidak baik
Hasil dari penelitian yang diperoleh, pembahasan akan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran spiritual lansia yang menderita
penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai
dan Medan.
5.2.1 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan
Berdasarkan penelitian didapat bahwa gambaran spiritual lansia yang
menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita
Wilayah Binjai Medan jika dilihat berdasarkan hubungan dengan diri sendiri,dari
64 responden menunjukkan bahwa 11 responden (17,2%) hubunganya kurang
baik, hubungan dengan diri sendiri cukup baik 42 responden (65,5%), dan
hubungan dengan diri sendiri termaksuk kategori baik ada 11 responden (17,2%)
hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi penyakit lansia yang kronis terhadap
sendiri,meyakini hikmah dari penyakit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Astaria (2010) hubungan dengan diri sendiri sangat dipengaruhi
oleh kondisi kesehatan seseorang, sehingga penerimaan akan kondisinya dapat
dilihat bagaimana seseorang meyakini hikmah dari penyakitnya. Dan sesuai
dengan teori Kozier Erb, Blains dan Wilkinson dalam Stanley (2007) kekuatan
yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan
hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman
yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadapmasa depan dan tujuan yang
semakin jelas.
Berdasarkan hubungan dengan alam dari 64 responden sebanyak 3
responden (4,7%) hubungan dengan alam kategori kurang baik, hubungan dengan
alam dalam kategori cukup baik sebanyak 52 responden (81,2%) dan ada 9
responden (14,1%) dalam kategori baik. Hubungan dengan alam dapat lihat
bagaimana perasaan senang seseorang dengan lingkungan dan menjaganya, dan
jika dilihat dari karakteristik demografi penyakit kronis yang di derita adalah
sebagian besar mengalami keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan
untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Hal ini sesuai dengan teori Adelman
(2004) penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat
permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau hilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan
organ pengindraan.
responden (3,1%) dalam kategori kurang baik, dan menunjukkan bahwa mayoritas
dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 39 responden (60,9%), dan sebanyak
23 responden (35,9%) dalam kategori baik. Hal ini bertentangan dengan penelitian
Widiastuti (2007) diketahui 40% dari lansia yang tinggal di suatu daerah mengaku
ada konflik dengan orang lain, dan sebagian kecilnya masih belum memahami
tujuan hidupnya, dan mengungkapkan keraguan dalam sistem keyakinannya. Dan
sesuai dengan pandangan hart dalam Sumiati (2009) keinginan untuk menjalin
dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan,
rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan
bantuan dan dukungan emosional untuk melewati banyak penyakit.
Berdasarkan hubungan dengan Tuhan dari 64 responden 1 responden
(6,1%) dalam kategori kurang baik, dan 43 responden (67,2) hubungan dengan
Tuhan dalam kategori cukup baik, kategori baik sebanyak 20 responden (31,2%)
.Hal ini juga sesuai dengan penelitian Destariana (2014) hubungan dengan Tuhan
adalah sumber koping yang biasanya digunakan oleh lansia ketika mengalami
kesedihan dan penyakit. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat spiritualitas,
maka lansia ada pada level dimana penyesalan dan tobat berperan dalam
penebusan dosa-dosa. Tobat dan pengampunan dapat mengurangi kecemasan
yang muncul dari rasa bersalah atau ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan
dan kenyamanan
Mengingat pentingnya kebutuhan spiritual bagi lansia yang menderita
dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan
sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat
berpartisipasi dalam kehidupan. Dengan terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu
spiritual maka seseorang memiliki kehidupan yang berkualitas, dengan demikian
sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan
BAB 6
KESIMPUALAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan
dan saran mengenai gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di
UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
6.1 Kesimpulan
Gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT
Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dalam
kategori cukup baik. Hal. Dari data demografi terlihat karakteristik responden:
laki-laki , usia 60-70 tahun, agama Islam , tidak sekolah , berstatus duda ,
penyakit yang diderita rematoid artrhtis.
Gambaran spiritual lansia berdasarkan hubungan dengan diri sendiri,
alam,orang lain dan Tuhan sangat dipengaruhi kondisi kesehatan seorang
lansia,sehingga sangat mempengaruhi bagaimana seorang lansia memiliki
hubungan dengan dirinya sendiri seperti meyakini hikmah dari kondisinya,
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri. Dan hubungan dengan
alam yang memiliki keterbatasan gerak akibat dari penyaki yang di derita, bahkan
hubungan dengan orang lain dengan cara bersosialisai dengan teman sebaya, dan
berbagi mengenai kondisinya, serta hubungan dengan Tuhan, bagaimana tetap
Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat
penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga,
pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat
menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati
keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan
kekuatan dalam menjalani kondisinya.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Lahan Penelitian
Petugas pengelolah dan pekerja sosial yang ada di UPT Pelayanan Sosial
Lansia dan Anak Balita hendaknya berupaya menciptakan sikap menghormati
orang tua dengan menanamkan sifat dan budaya dalam merawat orang tua
sebaik-baiknya, dengan segala keterbatasan yang melekat pada lansia, terlebih lansia
yang menderita penyakit kronis.
6.2.2 Bagi Masyarakat/ Keluarga
Keluarga sebagai orang terdekat bagi lansia hendaknya mencurahkan
segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia, khususnya pada kebutuhan
spiritualnya. Sentuhan kasih sayang dapat meningkatkan harga diri lansia.
Meluangkan waktu dengan lansia juga dapat menyampaikan kesan berharga dan
bernilai.
6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam mengkaji faktor-faktor yang
bahan kajian untuk menyusun intervensi keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan spiritual lansia. Penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan adalah
mencari atau mengidentifikasi faktor resiko distress spiritual pada lansia yang
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, M., Alan., & Daly. P., Mel. (2001). 20 Common Problems In Geriatrics. USA: Mcgraw-Hill Medical Publishing Division.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Astaria, R. (2010). Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia: Skripsi
Berger, J.K. & Williams, M.B (1992). Fundamentals of Nursing Collaborating for Optimal Health. Connecticut: Appleton & Lange
Christianson,dkk.1998. Restructuring Cronic llness Management. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi, Jakarta: EGC.
Dewi, Y, dkk. (2014). Gambaran Spiritualitas Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Diperoleh tanggal 10 oktober 2014 dari
Elderly Health Service. (2003). Healthy : Stress in the elderly.
Fatimah (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Hamid, A. Y. (2000). Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat. T. (2004). Kesehatan Jiwa Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.DepkesRI.com/portal/index.php?option=com_supas&task=&Itemid=5 2. Diperoleh 8 September 2014.
Nugroho, H. Wahjudi, B.Sc.,SKM. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Nursalam (2003). Konsep dan Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba.
Sibagariang, E. E., dkk. (2010). Buku Saku Metodologi Penelitian untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
Smeltzer & Bare. (2004). Buku ajar kepepawatan medical bedah-Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Stanley, M., & Beare, P.G., Alih Bahasa Juniarti, N., Kurnianingsih, S. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Sudjana, (2002). Methode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sumiati, T. (2009). Pemahaman Perawat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien pada Lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Diperoleh tanggal 10 Oktober 2014 da
Watson, R. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Widiastuti. (2007). Dimensi spiritualitas dalam asuhan keperawatan. Diperoleh tanggal 28 Desember 2014 dari http://www.fik.ui.ac.id.
Lampiran 1 No. Responden: …………
Formulir Persetujuan Menjadi Responden
GAMBARAN SPIRITUAL LANSIA YANG MENDERITA PENYAKIT KRONIS DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA DAN BALITA
WILAYAH BINJAI DAN MEDAN Oleh
Hotliana Daely
Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran spiritual lansia yang
menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Balita Wilayah
Binjai dan Medan. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai
dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan
pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu, berikan hanya akan digunakan
untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan
tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu bebas
untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia
menjadi responden penelitian, silahkan menandatangi formulir ini.
Medan, Juni 2014
Lampiran 2 No. Responden:...
Kode :
Tgl/waktu :
Petunjuk Umum Pengisian
Bapak/Ibu (Responden) diharapkan:
1. Menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list
(√) pada setiap tempat yang disediakan.
2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
6. penyakit kronis yang di derita:
2. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lanjut usia
Pada bagian ini di harapkan kepada Bapak/Ibu dapat menjawab pernyataan di
bawah ini dengan cara memberikan tanda check list (√) pada setiap tempat yang
disediakan. Pernyataan berisi tentang bagaimana pengetahuan terhadap
diri-sendiri, hubungan dengan orang lain serta hubungan dengan lingkungan.
N o
Pernyataan SS S TS STS
1 Saya senang menyediakan waktu untuk menenangkan diri
2 Saya mengetahui kekurangan yang ada dalam diri
3 Saya menyadari bahwa masih bisa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah saya sendiri
4 Saya percaya dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan yang saya rasakan. 5 Saya percaya bahwa sakit yang saya derita
adalah pelajaran kehidupan untuk diri saya 6 Saya senang dengan alam sekitar saya
7 Ketika saya jenuh, saya senang memandangi alam sekitar saya
8 Udara yang segar membuat saya merasa tidak jenuh
9 Saya senang kalau disekitar saya banyak pohon 10 Saya menjaga lingkungan sekitar saya agar
tetap bersih
12 Saya meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya
13 Saya senang jika ada keluarga yang menjenguk saya
14 Saya senang berbicara kepada temam saya mengenai keadaan saya
15 Saya mempunyai banyak teman dan merasa senang berkomunikasi dengan mereka
16 Walaupun kondisi saya sakit,saya tetap bersyukur kepada Tuhan
17 Saya berdoa kepada Tuhan mengenai kondisi penyakit saya
18 Saya senang menbaca kitab suci
19 Dengan tetap bersyukur kepada Tuhan membuat saya lebih tenang dalam menjalani penyaki yang saya derita
Lampiran 9 MASTER TABEL UJI RELIABELITAS
KODE P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
1 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3
2 1 1 1 3 1 4 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3
4 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 1 3 3
5 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3
6 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3
7 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4
8 2 3 3 2 1 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4
9 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3