EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI
KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
HAFIFAH
S850907111
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PERSETUJUAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI
KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Disusun oleh :
HAFIFAH
S850907111
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal : ...
Pembimbing I
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017
Pembimbing II
Drs. Imam Sujadi, M.Si NIP. 132 320 663
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
PENGESAHAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI
KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Disusun oleh :
HAFIFAH
S850907111
Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada Tanggal : ...
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP. 130 794 455
. . .
Sekretaris Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D NIP. 131 791 750
. . .
Anggota Penguji 1. Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017 2. Drs. Imam Sujadi, M.Si
NIP. 132 320 663
. . .
. . .
Mengetahui Direktur PPS UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. NIP. 131 472 192
Surakarta, . . . Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya
Nama : Hafifah
NIM : S850907111
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009” adalah karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 9 Januari 2009 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Suranto,M.Sc,Ph.D Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.
2. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan, dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
3. Drs. Imam Sujadi, M.Si. selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Teman – teman mahasiswa angkatan 2007 Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan cepat.
Atas segala jasa dari semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, kiranya Allah memberikan limpahan pahala kepadanya. Amin
MOTTO
“Tak ada kehidupan yang berdasarkan kebahagiaan semata, namun kehidupan sebenarnya adalah hasrat dan kekuatan tekad”
(Kahlil Gibran)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Alam Nasyrah: 6)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berpegang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kokoh”
PERSEMBAHAN
Tesis penulis persembahkan kepada :
Suamiku tercinta, atas kasih sayang dan pengertiannya Anakku yang selalu jadi sumber motivasiku dan kehidupanku
Teman-teman Pend. Mat. PPs UNS angkatan 2007, terimakasih untuk tali ukhuwah dan kerjasamanya
Bp. Mardiyana dan Bp. Imam Sujadi dosen pembimbingku sekaligus sumber motivasiku
Dik Unggul terkasih sebagai sahabat dalam suka maupun duka dan juga yang setia mendampingi dan membantuku saat aku dalam kesulitan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9
1. Prestasi Belajar ... 9
2. Model Pembelajaran ... 11
3. Model Pembelajaran Langsung ... 12
4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
5. Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 19
6. Kreativitas Belajar Peserta didik ... 23
B. Penelitian yang Relevan ... 26
D. Perumusan Hipotesis ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ... 32
2. Waktu Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 33
2. Sampel ... 34
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian ... 35
2. Rancangan Penelitian ... 37
3. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen ... 37
E. Teknis Analisis Data 1. Uji Keseimbangan ... 45
2. Uji Homogenitas ... 46
3. Uji Normalitas ... 48
4. Pengujian Hipotesis ... 49
5. Uji Komparasi Ganda ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 56
B. Uji Keseimbangan ... 60
C. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas... 61
2. Uji Homogenitas ... 62
D. Pengujian Hipotesis ... 63
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis ... 68
2. Implikasi Praktis ... 69
C. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasar Nilai
... 21
Tabel 2 Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok ... 22
Tabel 3 Tabel Rancangan Penelitian ... 37
Tabel 4 Tabel Rangkuman Analisis ... 53
Tabel 5 Tabel Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64
Tabel 6 Tabel Analisi Uji Normalitas ... 61
Tabel 7 Tabel Analisis Uji Homogenitas ... 62
Tabel 8 Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 63
Tabel 9 Tabel Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom... 64
Tabel 10 Tabel Data Induk Penelitian... 165
Tabel 11 Tabel Uji Reliabilitas Angket ... 151
Tabel 12 Tabel Uji Konsistensi Internal Angket ... 154
Tabel 13 Tabel Uji Reliabilitas Tes Matematika ... 157
Tabel 14 Tabel Uji Konsistensi Internal Tes Matematika ... 160
Tabel 15 Tabel Uji Daya Pembeda Tes Matematika ... 163
Tabel 16 Tabel Uji Tingkat Kesukaran ... 164
Tabel 17 Tabel Mencari tobs Uji Keseimbangan ... 168
Tabel 18 Tabel Mencari Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 170
Tabel 19 Tabel Mencari Normalitas Model Pembelajaran STAD ... 174
Tabel 20 Tabel Mencari Normalitas Model Pembelajaran Langsung ... 176
Tabel 22 Tabel Mencari Normalitas Kreativitas sedang... 179
Tabel 23 Tabel Mencari Normalitas Kreativitas Rendah ... 181
Tabel 24 Tabel Homogenitas Model Pembelajaran ... 183
Tabel 25 Tabel Homogenitas angket Kreativitas ... 185
Tabel 26 Tabel Rangkuman Uji Normalitas ... 187
Tabel 27 Tabel Rangkuman Uji Homogenitas ... 187
Tabel 28 Tabel Uji Analisis Dua Jalan Sel Tak Sama ... 188
Tabel 29 Tabel Rataan dan Jumlah Rataan ... 189
Tabel 30 Tabel Besaran-besaran ... 190
Tabel 31 Tabel Jumlah Kuadrat dan Rataan Kuadrat ... 190
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 73
Lampiran 2 RPP ... 77
Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 121
Lampiran 4 Soal Tes Matematika ... 122
Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Penyelesaian... 128
Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Peserta didik,... 138
Lampiran 7 Angket Kreativitas Belajar Peserta didik ... 139
Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 143
Lampiran 9 Lembar Validasi Angket Kreativitas Belajar Peserta Didik ... 147
Lampiran 10 Uji Instrumen Angket Kreativitas Peserta Didik... 151
Lampiran 11 Uji Instrumen Soal Tes Matematika ... 157
Lampiran 12 Data Induk Penelitian ... 165
Lampiran 13 Persyaratan Analisis ... 168
ABSTRAK
Hafifah. “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009”. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran langsung. (2) Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas sedang dan rendah, peserta didik yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas rendah. (3) Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model pembelajaran konsisten pada masing-masing-masing-masing tingkat kreativitas belajar dan perbedaan prestasi belajar dari masing-masing tingkat kreativitas belajar konsisten pada masing-masing model pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Kota Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Sampel penelitian adalah peserta didik SMP Negeri 14 Surakarta yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, serta SMP Negeri 17 Surakarta yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Banyak anggota sampel seluruhnya adalah 150 peserta didik. Uji coba instrumen angket dan prestasi belajar matematika dilakukan di SMP Negeri 15 Surakarta dengan 36 responden.
penelitian dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t dan sebagai persyaratan analisis data dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan metode Bartlett.
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh hasil: (1) Ada perbedaan prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran langsung (Fa = 26,46 > 3,84 = F0.05; 1; 150 ) (2) Tidak terdapat perbedaan antara peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi, sedang dan rendah (Fb = 0,60 < 3,00 = F0.05; 2; 150) (3) Perbedaan prestasi dari masing-masing model pembalajaran yang digunakan tidak konsisten pada masing-masing kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi
belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV (Fab = 0,28 < 3,00 = F0.05; 2; 150). Dari hasil perhitungan analisis variansi dapat disimpulkan bahwa: (1)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia telah banyak disadari oleh
berbagai pihak, terutama oleh pemerhati pendidikan di Indonesia. Menurut survey
The Third International Mathematics and Science Study Repeat (TIM SS-R) pada
tahun 2006 yang diselenggarakan oleh TIAEEA (The International Association for
Evaluation Educational Achievement) kemampuan matematika anak SMP Indonesia
pada posisi 34 dari 38 negara. (dikutip dari www.kampungpos.com, tanggal 7 Juni
2007).
Sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan global, serta juga
sehubungan dengan kondisi tersebut, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali
melakukan berbagai pembaharuan dan penyempurnaan. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP diamanatkan adanya suatu pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme, yang mana belajar adalah lebih merupakan suatu proses
untuk menemukan sesuatu dari pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu.
Salah satu penyebab kesulitan belajar peserta didik dalam belajar
matematika adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau model
pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk suatu
kompetensi tertentu. Kadang guru sendiri belum menguasai berbagai jenis model
kecenderungan penggunaan model pembelajaran yang bersifat monoton, yaitu guru
menggunakan model yang sama hampir pada setiap kompetensi yang diajarkan.
Matematika merupakan cabang ilmu yang agak sulit cara mempelajarinya.
Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat dalam penyampaiannya. Sehingga guru
dituntut untuk harus berusaha sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, agar
menghasilkan peserta didik yang berkepribadian dan berkembang dengan mantap
sesuai dengan sikap ilmiah yang terkandung ketika mempelajari matematika.
Dalam proses pembelajaran yang biasa dilakukan, kebanyakan didominasi
oleh guru. Guruhanya mentransfer pengetahuan secara satu arah, peserta didik belajar
hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran, peserta didik tidak
memahami konsep karena peserta didik hanya menghafal rumus sehingga tidak ada
kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang sebenarnya banyak
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang menjamin
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran adalah pembelajaran Langsung (direct
instruction). Di dalam model pembelajaran ini, pembelajaran berpusat pada guru
tetapi dominasi guru sudah berkurang karena guru hanya memberi informasi pada
saat-saat yang diperlukan. Tetapi ternyata model pembelajaran Langsung inipun
masih kurang dapat mengaktifkan peserta didik secara optimal karena sebagian
peserta didik masih mengharapkan bantuan dari guru. Cara berkomunikasi guru pun
sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, cara berkomunikasi yang kaku
cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang
menyebutkan bahwa salah satu standar kompetensi lulusan untuk Matematika
SMP/MTs adalah memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama.
Kreativitas peserta didik dalam belajar berperan penting dalam meraih prestasi
belajar. Namun pada kenyataannya, berpikir kreatif dalam proses belajar mengajar di
sekolah-sekolah pada umumnya belum dikembangkan. Sebagai contoh belum
dikembangkannya proses berpikir kreatif yaitu: peserta didik tidak dirangsang untuk
mengajukan pertanyaan, peserta didik tidak dibiasakan untuk menggunakan daya
imajinasinya, peserta didik tidak terbiasa mengemukakan masalah dan mencari
berbagai pilihan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Apabila proses berpikir
kreatif dikembangkan dengan baik maka dapat mendukung prestasi yang optimal
karena berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang ada pada peserta didik
yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain kemampuan intelektual
umum. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan lebih mudah
memahami materi yang diajarkan. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi
akan lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan, berdiskusi dengan teman atau guru apabila mengalami
kesulitan, lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran yang sangat berguna untuk membantu peserta
didik menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dam kemampuan
membantu teman adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif STAD
didasarkan pada kebersamaan melalui proses gotong royong yang membantu peserta
STAD meliputi presentasi kelas, kerja tim, kuis skor perbaikan individual dan
penghargaan tim. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pembelajaran biasa
karena pada presentasi kelas tersebut peserta didik harus bekerja terlebih dulu untuk
menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri
sebelum pengajaran guru.
Selain itu pada presentasi kelas tersebut peserta didik harus benar-benar fokus
pada materi yang disampaikan karena akan membantu mereka mengerjakan kuis
dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor kelompoknya. Dalam metode ini
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 peserta
didik yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin dan
suku. Fungsi utama dari belajar kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar
berhasil dalam kuis dan peserta didik dapat mendiskusikan masalah bersama dan
membandingkan jawaban serta membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi
apabila teman satu kelompok berbuat kesalahan. Adanya kuis individu membuat
peserta didik bertanggung jawab untuk memahami materi tersebut. Skor
perkembangan individu untuk mengetahui adanya perbaikan dari tiap individu
penghargaan kelompok akan semakin memotivasi peserta didik untuk berbuat yang
terbaik.
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah materi pelajaran matematika
untuk peserta didik SMP kelas VIII semester II. Pada kompetensi ini membahas
tentang pembuatan model matematika dan cara penyelesaiannya. Pada kompetensi
SPLDV salah satu kesulitan yang dihadapi peserta didik adalah dalam memahami
peserta didik hanya diam dan tidak menanyakan kepada peserta didik lain atau guru
yang mengajar sehingga kesulitan tersebut semakin melekat pada diri peserta didik.
Oleh karena itu digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penekanan
kreativitas peserta didik selama proses belajar mengajar. Peserta didik yang cerdas
dapat membantu proses pemahaman bagi peserta didik yang lamban. Mengingat
pentingnya kreativitas peserta didik dalam memahami materi dalam proses belajar
mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat
menumbuhkan kreativitas peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan optimal.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Banyak guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran yang monoton, padahal ada beberapa kompetensi di mana model
tersebut kurang tepat untuk diterapkan, sehingga kemungkinan rendahnya prestasi
belajar matematika peserta didik disebabkan karena kurang tepatnya pemilihan
model pembelajaran yang sesuai dengan topik bahasan. Oleh karena itu akan
diteliti apakah penggunaan model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didik.
2. Pada umumnya prestasi belajar matematika peserta didik masih rendah. Hal ini
mungkin disebabkan karena guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang
yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan membosankan.
Untuk itu akan diteliti apakah kreativitas peserta didik dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika peserta didik.
3. Banyak peserta didik dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses
belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan peserta didik lain sehingga kemungkinan rendahnya
prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap topik bahasan
yang dipelajari.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Kreativitas belajar peserta didik dibatasi pada kreativitas belajar matematika pada
peserta didik kelas VIII semester gasal SMP kota Surakarta.
2. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar
peserta didik yang dicapai melalui proses belajar mengajar matematika pada akhir
penelitian untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan yang akan
1. Apakah prestasi pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
Langsung?
2. Apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih
baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas sedang, peserta didik
yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang
kreativitas rendah?
3. Apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model pembelajaran konsisten
pada masing-masing tingkat kreativitas belajar dan perbedaan prestasi belajar dari
masing-masing tingkat kreatifitas belajar konsisten pada masing-masing model
pembelajaran?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan
model pembelajaran Langsung.
2. Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai
sedang dan rendah, peserta didik yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik yang kreativitas rendah
3. Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model
pembelajaran konsisten pada masing-masing tingkat kreativitas belajar dan
perbedaan prestasi belajar dari masing-masing tingkat kreativitas belajar
konsisten pada masing-masing model pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan
teori pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran matematika yang dianggap sulit oleh peserta didik SMP.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini daharapkan dapat:
a. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam
menentukan model pembelajaran yang tepat, yang dapat digunakan sebagai
alternatif selain model yang biasa digunakan oleh guru dalam proses belajar
mengajar dalam rangka upaya peningkatan kualitas pendidikan.
b. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih
memperhatikan kreativitas belajar matematika sehingga dapat meningkatkan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar
a) Belajar dan Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi diri
seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan
seseorang secara optimal. Proses belajar merupakan suatu proses transformasi
masukan input menjadi output.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
Sedangkan H.J Gino (2000: 31) menyatakan bahwa, “Belajar adalah proses
perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui
pengamatan, melihat, mamahami sesuatu yang dipelajari”.
Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya
perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan kognitif, efektif, maupun
psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut
Prestasi belajar dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan setelah mengikuti proses pembelajaran. Karena hasil tes tersebut
menggambarkan capaian-capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti
suatu proses pembelajaran, maka tinggi rendahnya capaian tersebut sangat
dipengaruhi oleh terjadi tidaknya proses belajar pada diri peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/angka nilai yang diberikan oleh guru.
Jadi yang dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil usaha
yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap
berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dengan perubahan tingkah laku.
b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan kualitas
pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi belajar peserta didik
menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran makin baik pula.
Menurut Slameto (2003: 54 - 72) faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses belajar yaitu:
1) Faktor internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut.
b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, kreativitas,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.
2) Faktor eksternal
a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah yang meliputi model pembelajaran, kurikulum, relasi guru
dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Di antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, kreativitas
peserta didik dan model pembelajaran akan sangat menentukan tinggi rendahnya
prestasi belajar peserta didik. Makin tepat pemilihan model pembelajaran yang
digunakan akan memberikan pengaruh yang makin baik pula terhadap capaian
prestasi belajar peserta didik, demikian juga sebaliknya.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan
mencapai tujuan. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola
yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya
sebagai pembelajar. Model pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari
guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu yang dianggap paling
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa
memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan dan materi tersebut.
Untuk menentukan dan memilih model, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan
yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian model pembelajaran
yang dianggap paling efektif dan efisien dipilih. Jadi, pemilihan model pembelajaran
harus memenuhi kriteria efisiensi dan keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih
model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik.
Model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita
yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama
guru dan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran
yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah pembelajaran sehingga
dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi yang diajarkan. Agar
peserta didik lebih produktif dalam belajar, guru hendaknya memberikan kesempatan
kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kreativitas mereka
sendiri sehingga pemilihan model pembelajaran juga harus mengikuti kebutuhan atau
3. Model Pembelajaran Langsung
Soeparman Kardi dalam Agus Susanto (2007: 23) mengemukakan bahwa
pembelajaran Langsung adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah.
Dalam pembelajaran Langsung, guru tidak terus bicara, tetapi guru hanya
memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Misalnya, pada
permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contoh-contoh
soal dan sebagainya, selanjutnya murid diminta menyelesaikan soal-soal di papan
tulis atau di meja masing-masing. (Martinis Yamin dan Bansu Ansari, 2008: 66)
Pembelajaran ini berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya
keterlibatan peserta didik. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi
pada tugas-tugas yang harus diberikan pada peserta didik.
Killen dalam Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2008: 66) mengemukakan bahwa model pembelajaran Langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu.
Ciri-ciri pembelajaran Langsung adalah sebagai berikut : a) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar b) Adanya sintaksis atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar mendukung berLangsungnya terjadinya proses pembelajaran
Sebagaimana yang diungkapkan Kratochwill dan Cook dalam Agus Sutanto
(2007: 22), peserta didik dapat mencapai tahap yang lebih tinggi dalam kelas
bilamana mereka diajari secara Langsung oleh guru daripada mereka belajar sendiri.
With direct instruction, teachers tell, demonstrate, explain, and assume the major responsibility for a lesson’s progress and they adapt the work to their students age and abilities. Student achievement seems to be superior with direct instruction, particularly with regard to factual information.
(Pembelajaran Langsung guru bercerita, mendemonstrasikan, menerangkan, dan
memikul tanggung jawab utama pada kemajuan peserta didik dan mereka
menyesuaikan kegiatan/tugas sesuai dengan usia dan kemampuan peserta didik.
Prestasi peserta didik nampak lebih meningkat dengan menerapkan pembelajaran
Langsung terutama sekali dalam hal informasi yang faktual).
Adapun fase-fase pada model pembelajaran Langsung dalam Martinis Yamin
dan Bansu Ansari (2008: 67) adalah:
a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik b) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan c) Membimbing pelatihan
d) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik e) Memberikan latihan dan penerapan konsep
Selanjutnya Cruickshank, Bainer, dan Metcalf dalam Agus Susanto (2007: 22)
mengatakan:
Direct instruction teachers provide strong academic direction, have high expectations that students can and will learn, make students feel psychologically safe, urge them to cooperate hold them accountable for work and closely monitor and control students behaviour. Good leaders of direct instruction are enthusiastic, warm and accepting, humorous, supportive, encouraging, businesslike, adaptable or flexible and knowledgeable.
(Pembelajaran Langsung guru memberi petunjuk akademik yang kuat mempunyai
harapan tinggi terhadap apa yang dapat dan akan dipelajari peserta didik, membuat
mebuat mereka untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, mengawasi secara
dekat dan mengendalikan sikap peserta didik).
Beberapa keuntungan dari pembelajaran Langsung adalah :
a) Dengan pembelajaran Langsung kita dapat mengontrol isi dan urutan informasi
yang diterima peserta didik, sehingga kamu dapat mencapai suatu fokus hasil yang
dicapai peserta didik
b) Dapat digunakan secara efektif baik pada kelas besar maupun kelas kecil
c) Salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan konsep yang eksplisit
pada peserta didik yang lemah
d) Pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat
membantu peserta didik yang lebih suka belajar dengan cara ini
e) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ni guru dapat menentukan
arah dengan jalan sendiri apa yang akan dibicarakan
f) Organisasi kelas sederhana.
g) Model pembelajaran Langsung merupakan model pembelajaran sederhana.
Beberapa keterbatasan model pembelajaran Langsung adalah:
a) Agak berat bagi peserta didik untuk dapat mengasimilasi informasi melalui
mendengar, observasi, dan mencatat (note-taking), karena tidak semua peserta
didik mempunyai keterampilan ini
b) Sangat susah melayani perbedaan antara peserta didik, pengetahuan awal, tingkat
pemahaman, gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran
c) Pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh guru.
d) Peserta didik kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru
e) Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir.
Aspek kunci agar pembelajaran efektif:
a) Katakan pada peserta didik bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari
b) Sajikan materi pelajaran secara urutan logis
c) Berikan contoh yang tepat saat menjelaskan
d) Jelaskan kembali segala sesuatu jika peserta didik mendapatkan kebingungan
e) Jelaskan arti dari istilah-istilah baru
f) Jawablah pertanyaan peserta didik sampai mereka puas.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih
menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara bersama dalam suatu
kelompok sehingga terjadi interaksi antar peserta didik dalam kelompoknya untuk
memecahkan masalah belajar.
Hal ini sesuai yang dikemukaan oleh Robert slavin (1995:2) bahwa belajar
kelompok merupakan model pembelajaran yang mana peserta didik bekerja dalam
satu tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan
cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan. Pengelompokan
peserta didik didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kebanyakan
melibatkan peserta didik yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin dan
1. Prinsip-Prinsip pembelajaran kooperatif:
a. Keheterogenan kelompok
Pengelompokan peserta didik didasarkan pada perbedaan-perbedaan menurut
kemampuan, jenis kelamin dan suku. Adanya keheterogenan kelompok ini
proses belajar kooperatif dapat berjalan dengan efektif.
b. Keterampilan bekerja sama
Dalam suatu kerja sama dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan khusus
yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Keterampilan tersebut dapat
berupa keterampilan berkomuikasi, keterampilan berdiskusi, keterampilan
dalam memecahkan masalah dan sebagainya.
c. Sumbangan dari ketua kelompok
Ketua kelompok dipilih berdasarkan dari kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan anggota yang lain dalam kelompoknya. Adanya
sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi, pengetahuan,
keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada anggota
kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian
hasil belajar.
d. Ketergantungan pribadi yang positif
Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan
bekerjasama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap peserta didik
antar peserta didik dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
e. Otonomi kelompok
Setiap kelompok berusaha untuk menjadi yang terbaik. Sehingga setiap
anggota kelompok bertanggung jawab sepenuhnya terhadap nama
kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang mengalami
kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada
kelompok yang lain.
2. Kelebihan pembelajaran koooperatif:
a. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik.
b. Dapat meningkatkan rasa percaya diri dari peserta didik.
c. Dapat menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki peserta didik.
d. Dapat memperbaiki hubungan antar pribadi dari peserta didik.
e. Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif (kerjasama).
3. Kelemahan pembelajaran koooperatif:
a. Pelaksanaan memerlukan persiapan yang rumit.
b. Apabila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.
c. Apabila ada peserta didik yang malas atau yang ingin berkuasa dalam
kelompoknya menyebabkan kegiatan belajar kelompok tidak berjalan dengan
baik.
d. Adanya peserta didik yang tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
5. Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Ide utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memotivasi
peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama lain untuk
menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik menginginkan timnya
mendapat penghargaan mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari
bahan ajar/materi tersebut. Mereka bekerjasama dengan membandingkan jawaban,
berdiskusi apabila ada perbedaan atau kesulitan dan kesalahpahaman dan saling
membantu untuk memecahkan masalah dan untuk menguasai materi yang mereka
pelajari agar masing-masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis.
Tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Mohammad Nur (2005:20-22) antara lain meliputi:
a. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi
Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi
kelas. Presentasi kelas paling sering menggunakan pengajaran Langsung atau
suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat
meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada
kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau
mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru.
Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti yang dapat berisi
komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran.
Pendahuluan dengan mengatakan kepada peserta didik apa yang akan dipelajari
dan mengapa hal itu penting. Presentasi berupa penyampaian materi kepada
mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan guru.
b. Kerja Kelompok
Kelompok terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili
heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi
utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis.
Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok berkumpul mempelajari
lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika peserta didik mendiskusikan
masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja kelompok yang paling
sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesama
kelompok membuat kesalahan.
Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD. Pada
setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar melakukan yang
terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang
terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan
teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada
pembelajaran, dan kelompok yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal
itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan
antar tim, harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik.
c. Pelaksanaan Kuis Individual
Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua
periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikenai kuis individual.
ini menjamin agar peserta didik secara individual bertanggung jawab untuk
memahami bahan ajar tersebut.
d. Nilai Perkembangan Individual
Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada
kelompok nya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik pun
dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu.
Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja
rata-rata peserta didik pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian peserta didik
memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka
melampaui skor dasar mereka.
[image:36.612.119.519.429.633.2]Tabel 1
Tabel Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasar Nilai
Apabila suatu skor kuis adalah…… Seorang peserta didik mendapat……
Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasar.
30 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin diatas skor dasar. 30 poin perbaikan
Skor dasar sampai sepuluh poin diatas skor dasar.
20 poin perbaikan
Sepuluh poin dibawah sampai satu poin dibawah skor dasar.
10 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin dibawah skor perbaikan.
e. Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata
mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan
didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah:
[image:37.612.174.469.263.351.2]Tabel 2
Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok
Kriteria Rata-Rata Kelompok (X) Penghargan
X ≤ 20 TIM BAIK
20 < X ≤ 25 TIM HEBAT
X > 25 TIM SUPER
Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam
sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria diatas terpenuhi.
Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan kelompok
hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor dasar mereka, dan
untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar anggota kelompok paling
sedikit mendapatkan sepuluh poin diatas skor dasar mereka. Bila perlu kriteria ini
dapat diubah.
Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk
kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super. Penghargaan tersebut
dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk tim super dan yang lebih kecil
untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat diberikan sekedar ucapan selamat di
halaman, memberi peserta didik lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan
simpatik, atau bentuk apapun yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.
6. Kreativitas Belajar Peserta didik
a. Pengertian kreativitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 599), kreativitas diartikan
sebagai 1) kemampuan untuk mencipta, daya cipta 2) tentang kreasi.
Beberapa pendapat para ahli tentang kreativitas dalam Utami Munandar
(2004) adalah sebagai berikut :
1) Stenberg (2004: 19) mengungkapkan bahwa “kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif,
dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini
membantu apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif”.
2) Guilford (2004: 224) mengungkapkan bahwa, “Kreativitas merupakan
kemampuan berpikir yang meliputi kelancaran, keluwesan, atau flexibility,
orisinalitas dalam berpikir”.
3) Baron (2004: 21) berpendapat bahwa”Kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru”.
4) Haefele (2004: 21) menyatakan bahwa “Kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial”.
5) Utami Munandar (2004: 12) mengatakan bahwa “kreativitas adalah hasil dari
Utami Munandar (2004: 12) mengungkapkan bahwa “Kreativitas dapat pula
ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungannya yang mendorong (press) individu ke
perilaku kreatif”.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian dari
kreativitas dalam Utami Munandar (2004).
1) Kreativitas ditinjau dari segi pribadi
Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian
sebagai hasil interaksi individu dngan lingkungannya, dan yang tercermin dalam
pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif
mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan
norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.
2) Kreativitas sebagai proses
Torrance (2004: 27) mengemukakan bahwa “Kreativitas adalah proses
merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang
kekurangan (masalah) ini, manila dan manguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya”.
3) Kreativitas sebagai produk
Menurut Stein (2004: 21), suatu produk baru dapat disebut kreatif jika
mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.
S.C Utami Munandar (2004: 21) menyatakan bahwa, “Tidak keseluruhan
produk itu harus baru tetapi kombinasinya, unsru-unsurnya bisa saja sudah ada
Menurut Rogers (2004: 21-22), kriteria untuk produk kreatif adalah:
1) Produk itu harus nyata (observable)
2) Produk itu harus baru
3) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kretivitas
merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu yang unik,
baru atau suatu gagasan atau objek dalam suatu bentuk atau susunan baru dan original
dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Ciri-ciri Sikap Kreatif
Menurut Schaefer yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2004: 70), sikap
kreatif dioperasionalkan dalam dimensi sebagai berikut:
1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru.
2) Kelenturan dalam berpikir.
3) Kebebasan mengungkapkan diri.
4) Menghargai fantasi.
5) Minat terhadap kegiatan kreatif.
6) Kepercayaan terhadap gagasan sendiri.
Utami Munandar (2004: 35) mengatakan bahwa biasanya anak yang kreatif
selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan kreativitas
yang kreatif.
Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri sebagai berikut:
1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4) Bebas dalam menyatakan pendapat
5) Mempunyai rasa keindahan yang dalam
6) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut
7) Mempunyai daya imajinasi
8) Orisinal dalam ungkapan dan dalam pemecahan masalah
9) Memiliki dedikasi yang bergairah, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Henny Ekana Chrisnawati (2005) dalam tesisnya yang berjudul
Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team
Achievement Divisions) Terhadap Kemampuan Problem Solving Peserta didik SMK
(Teknik) Swasta di Surakarta kelas I Ditinjau dari Motivasi Belajar Peserta didik,
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Kedua metode yakni metode kooperatif tipe STAD dan metode konvensional
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan problem solving
2. Tingkat motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan problem solving
pada mata pelajaran matematika.
3. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan metode pengajaran dan motivasi
belajar matematika peserta didik mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
kemampuan problem solving pada mata pelajaran matematika.
Penelitian Sony Irianto (2006) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif STAD dan TGT Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau dari Kreativitas Peserta didik SMP di Purwokerto, diperoleh kesimpulan
bahwa:
1. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi balajar matematika
yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan
pembelajaran konvensional.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika
yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas.
3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar
matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT,
pembelajaran konvensional, dan tingkat kreativitas.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
dan penelitian yang telah disebutkan di atas menitikberatkan pada pengaruh
penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika peserta didik.
Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
penelitian yang telah disebutkan di atas adalah : penelitian yang telah disebutkan di
atas membandingkan model pembelajaran baru dengan model pembelajaran
konvensional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akan
membandingkan dua model pembelajaran yang baru, yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran Langsung.
C. Kerangka Berpikir
Berhasil atau tidaknya pencapaian prestasi belajar peserta didik ditentukan
oleh banyak faktor, diantaranya adalah model pembelajaran dan kreativitas peserta
didik. Untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu diperlukan model tertentu pula.
Dengan demikian, guru dituntut memiliki kemampuan untuk memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang
akan disampaikan. Dalam penelitian ini digunakan dua model yaitu model
pembelajaran Langsung (untuk kelas kontrol) dan model pembelajaran kooperatif
STAD (untuk kelas eksperimen). Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran
Langsung seringkali peserta didik mencoba untuk menyelesaikan kesulitan yang ada
sendiri tanpa mengkomunikasikannya dengan peserta didik lain atau guru. Sehingga
guru dan peserta didik lain juga tidak dapat membetulkan apabila terjadi kekeliruan
atau miskonsepsi tentang materi yang baru saja disampaikan. Selain itu pada model
sedang peserta didik mencatat materi dari guru tanpa harus mengembangkan materi
tersebut. Hal ini memerlukan suatu inovasi dalam suatu proses belajar mengajar yaitu
dengan belajar kelompok atau gotong- royong.
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat
memaksimalkan potensi peserta didik, dapat meningkatkan minat peserta didik untuk
ikut serta dalam proses membangun pengetahuan, dan mampu membuat semua
peserta didik dengan kemampuan yang beragam ikut berpatisipasi. Dalam hal ini
model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menjadi faktor yang
akan ikut meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik. Selain itu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang memungkinkan peserta didik untuk
berpartisipasi aktif diharapkan dapat mendorong peserta didik mengembangkan
kecerdasan yang dimilikinya.
Kreativitas adalah kemampuan berfikir untuk membuat kombinasi baru dalam
menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan berdasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah. Pada umumnya peserta didik
yang cerdas menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari peserta didik yang kurang
cerdas, peserta didik yang cerdas mempunyai lebih banyak gagasan-gagasan baru,
merumuskan lebih banyak penyelesaian masalah. Kreativitas yang dilakukan oleh
peserta didik saat proses belajar mengajar di kelas maupun kreativitas di rumah akan
mempengaruhi hasil belajar yang diperolehnya. Peserta didik yang melakukan
kreativitas belajar dengan mengulangi pelajaran yang diberikan guru di kelas,
mengerjakan tugas dan mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan menunjukkan
didik akan lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
proses belajar maupun dalam pemecahan masalah belajar matematika, sehingga
tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Tercapainya tujuan belajar dengan baik
akan memberikan prestasi belajar matematika yang baik pula.
Penggunaan model pembelajaran harus diperhatikan kesesuaiannya dengan
tujuan pembelajaran, karakteristik materi, keadaan peserta didik (tingkat intelektual,
karakteristik peserta didik, banyaknya peserta didik dalam kelas dan aktivitas peserta
didik), kesiapan guru dan ketersediaannya sarana dan prasarana sekolah. Cepat atau
lambatnya peserta didik dalam memahami penjelasan dari guru dipengaruhi oleh
kreativitas peserta didik. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram
[image:45.612.141.527.404.531.2]sebagai berikut :
Gambar 1
Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian Model Pembelajaran
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif STAD menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik dari pada model pembelajaran Langsung.
2. Peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas
belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas
belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembalajaran yang digunakan dan kreativitas
belajar peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik pada kompetensi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian di SMP Negeri Kota Surakarta dengan subyek
penelitian peserta didik kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun pelajaran 2008/2009.
adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
1. Bulan Februari 2008 : Konsultasi judul
2. Bulan Maret- April 2008 : Konsultasi Draf Proposal
3. Bulan April 2008 : Seminar Draf Proposal
4. Bulan Mei-Juni 2008 : Konsultasi Instrumen
5. Bulan Juni 2008 : Ujian Proposal
b. Tahap Pelaksanaan
1. Bulan Juli-Agustus 2008 : Ijin Penelitian dan melengkapi instrument.
2. Bulan Agustus-Oktober 2008: pelaksanaan penelitian dan konsultasi Bab I, II,
III.
Bulan November - Desember 2008 : pengolahan data hasil penelitian dan
penyusunan laporan penelitian
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu (quasi-experimental research). Hal ini dikarenakan peneliti tidak
memungkinkan untuk mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang
relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2004: 79) bahwa tujuan eksperimental
semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
relevan. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar
dari kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran Langsung.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2004:
115). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan
keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (2004: 117), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan
genelalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. Menurut Budiyono (2004: 34)
mengemukakan bahwa karena berbagai alasan, seperti tidak mungkin, tidak perlu,
atau tidak mungkin dan tidak perlu semua subyek atau hal lain yang ingin dijelaskan
atau diramalkan atau dikendalikan perlu diteliti (diamati), maka hanya perlu
mengamati sampel saja. Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 117), sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan
digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.
3. Teknik pengambilan sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan dua variabel bebas, yaitu :
a. Variabel Terikat
1. Prestasi Belajar Matematika
(i) Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha
peserta didik dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam
simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh
peserta didik pada periode tertentu.
(ii) Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika
(iii) Skala Pengukuran : skala interval
b. Variabel Bebas
Budiyono (2004: 29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel
independen atau variabel penyebab. Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Model Pembelajaran
(i) Definisi operasional : Model pembelajaran adalah suatu cara yang
dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks
untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas
kontrol.
(ii) Indikator : Pemberian perlakuan model pembelajaran STAD pada kelas
eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas kontrol.
(iii) Skala pengukuran : Skala nominal.
2. Kreativitas Belajar Matematika
(i) Definisi Operasional : Kreativitas belajar matematika adalah kemampuan
berfikir yang dimiliki pembelajaran untuk membuat kombinasi baru
dalam menghasilkan gagasan jawaban atau pertanyaan berdasarkan data,
informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah yang
ditunjukkan dengan kreativitas belajar pembelajaran tinggi, sedang dan
rendah.
(ii) Indikator : skor angket kreativitas belajar
(iii) Skala Pengukuran: skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal
yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.
kelompok tinggi : skor >X+
2 1
s,
kelompok sedang : X–
2 1
s < skor X+
2 1
s,
kelompok rendah : skor ≤ X–
2 1
s.
dengan: X: rata-rata nilai tes prestasi belajar peserta didik.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan maksud untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Tabel rancangan
penelitiannya adalah sebagai berikut :
[image:52.612.160.471.300.361.2]Tabel 3
Tabel Rancangan Penelitian
B
A b1 b2 b3
a1 a2
(ab)11 (ab)21
(ab)12 (ab)22
(ab)33 (ab)23
Keterangan :
A = Model pembelajaran
a1 = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a2 = Model pembelajaran Langsung
B = Kreativitas belajar peserta didik
b1 = Kreativitas belajar peserta didik kategori tinggi
b2 = Kreativitas belajar peserta didik kategori sedang
b3 = Kreativitas belajar peserta didik kategori rendah
3. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 236), metode dokumentasi digunakan
untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya. Metode Dokumentasi dalam penelitian ini adalah nilai rapor peserta
didik kelas VII semester 2 yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan
keadaan prestasi belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Metode Angket
Menurut Budiyono (2004: 34), metode angket adalah cara pengumpulan
data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden
atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda. Metode angket ini
digunakan untuk mengetahui kreativitas belajar Matematika peserta didik.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untk mengetahui kualitas
item angket. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji konsistensi
internal.
1. Uji Validitas Isi
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu
untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara
individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi,
isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Crocker dan
Algina dalam Budiyono (2004: 60) sebagai berikut :
a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi
dapat berupa serangkain tujuan pembelajaran atau
pokok-kompetensiyang diwujudkan dalam kisi-kisi),
b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam
domain-domain tersebut,
c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan
butir-butir soal dengan domain performans yang terkait.
d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang
diperoleh dari proses pencocokan pada langkah c).
Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur
(lembar validasi ) tanda ( ) lebih dari 3.
2. Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut
dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali
kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas
digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang
skornya bukan hanya 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :
22
11 1
1 t
i
s s
n n r
n = cacah butir instrumen
2 i
s = variansi skor butir ke-i, i = 1, 2, ..., n
2 t
s = variansi total (Budiyono, 2004 : 69)
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas
yang diperoleh telah melebihi 0,70 (r11 0,70)
3. Konsistensi Internal
Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus
korelasi momen produk Karl Pearson
2
2 2
2
Y Y
n X X
n
Y X XY
n rxy
Keterangan :
xy
r = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-i
Y = skor total ( dari subyek uji coba)
(Budiyono, 2004: 65)
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3
maka butir tersebut harus dibuang.
c. Metode Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 139), Tes adalah serentetan
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Sebelum digunakan untuk mengambil data
penelitian, instrumen tersebut duji terlebih dahulu dengan uji validitas