• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPESTAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABELDITINJAU DARI REATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPESTAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABELDITINJAU DARI REATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

HAFIFAH

S850907111

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PERSETUJUAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh :

HAFIFAH

S850907111

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal : ...

Pembimbing I

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017

Pembimbing II

Drs. Imam Sujadi, M.Si NIP. 132 320 663

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

(3)

PENGESAHAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Disusun oleh :

HAFIFAH

S850907111

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada Tanggal : ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP. 130 794 455

. . .

Sekretaris Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D NIP. 131 791 750

. . .

Anggota Penguji 1. Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017 2. Drs. Imam Sujadi, M.Si

NIP. 132 320 663

. . .

. . .

Mengetahui Direktur PPS UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. NIP. 131 472 192

Surakarta, . . . Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

(4)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya

Nama : Hafifah

NIM : S850907111

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 adalah karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 9 Januari 2009 Yang membuat pernyataan

(5)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto,M.Sc,Ph.D Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.

2. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan, dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

3. Drs. Imam Sujadi, M.Si. selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Teman – teman mahasiswa angkatan 2007 Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan cepat.

Atas segala jasa dari semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, kiranya Allah memberikan limpahan pahala kepadanya. Amin

(6)

MOTTO

Tak ada kehidupan yang berdasarkan kebahagiaan semata, namun kehidupan sebenarnya adalah hasrat dan kekuatan tekad”

(Kahlil Gibran)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Alam Nasyrah: 6)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berpegang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kokoh”

(7)

PERSEMBAHAN

Tesis penulis persembahkan kepada :

 Suamiku tercinta, atas kasih sayang dan pengertiannya  Anakku yang selalu jadi sumber motivasiku dan kehidupanku

 Teman-teman Pend. Mat. PPs UNS angkatan 2007, terimakasih untuk tali ukhuwah dan kerjasamanya

 Bp. Mardiyana dan Bp. Imam Sujadi dosen pembimbingku sekaligus sumber motivasiku

 Dik Unggul terkasih sebagai sahabat dalam suka maupun duka dan juga yang setia mendampingi dan membantuku saat aku dalam kesulitan

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Prestasi Belajar ... 9

2. Model Pembelajaran ... 11

3. Model Pembelajaran Langsung ... 12

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

5. Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 19

6. Kreativitas Belajar Peserta didik ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 26

(9)

D. Perumusan Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 34

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian ... 35

2. Rancangan Penelitian ... 37

3. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen ... 37

E. Teknis Analisis Data 1. Uji Keseimbangan ... 45

2. Uji Homogenitas ... 46

3. Uji Normalitas ... 48

4. Pengujian Hipotesis ... 49

5. Uji Komparasi Ganda ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 56

B. Uji Keseimbangan ... 60

C. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas... 61

2. Uji Homogenitas ... 62

D. Pengujian Hipotesis ... 63

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 65

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis ... 68

2. Implikasi Praktis ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasar Nilai

... 21

Tabel 2 Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok ... 22

Tabel 3 Tabel Rancangan Penelitian ... 37

Tabel 4 Tabel Rangkuman Analisis ... 53

Tabel 5 Tabel Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 6 Tabel Analisi Uji Normalitas ... 61

Tabel 7 Tabel Analisis Uji Homogenitas ... 62

Tabel 8 Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 63

Tabel 9 Tabel Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom... 64

Tabel 10 Tabel Data Induk Penelitian... 165

Tabel 11 Tabel Uji Reliabilitas Angket ... 151

Tabel 12 Tabel Uji Konsistensi Internal Angket ... 154

Tabel 13 Tabel Uji Reliabilitas Tes Matematika ... 157

Tabel 14 Tabel Uji Konsistensi Internal Tes Matematika ... 160

Tabel 15 Tabel Uji Daya Pembeda Tes Matematika ... 163

Tabel 16 Tabel Uji Tingkat Kesukaran ... 164

Tabel 17 Tabel Mencari tobs Uji Keseimbangan ... 168

Tabel 18 Tabel Mencari Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 170

Tabel 19 Tabel Mencari Normalitas Model Pembelajaran STAD ... 174

Tabel 20 Tabel Mencari Normalitas Model Pembelajaran Langsung ... 176

(11)

Tabel 22 Tabel Mencari Normalitas Kreativitas sedang... 179

Tabel 23 Tabel Mencari Normalitas Kreativitas Rendah ... 181

Tabel 24 Tabel Homogenitas Model Pembelajaran ... 183

Tabel 25 Tabel Homogenitas angket Kreativitas ... 185

Tabel 26 Tabel Rangkuman Uji Normalitas ... 187

Tabel 27 Tabel Rangkuman Uji Homogenitas ... 187

Tabel 28 Tabel Uji Analisis Dua Jalan Sel Tak Sama ... 188

Tabel 29 Tabel Rataan dan Jumlah Rataan ... 189

Tabel 30 Tabel Besaran-besaran ... 190

Tabel 31 Tabel Jumlah Kuadrat dan Rataan Kuadrat ... 190

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 73

Lampiran 2 RPP ... 77

Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 121

Lampiran 4 Soal Tes Matematika ... 122

Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Penyelesaian... 128

Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Peserta didik,... 138

Lampiran 7 Angket Kreativitas Belajar Peserta didik ... 139

Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 143

Lampiran 9 Lembar Validasi Angket Kreativitas Belajar Peserta Didik ... 147

Lampiran 10 Uji Instrumen Angket Kreativitas Peserta Didik... 151

Lampiran 11 Uji Instrumen Soal Tes Matematika ... 157

Lampiran 12 Data Induk Penelitian ... 165

Lampiran 13 Persyaratan Analisis ... 168

(14)

ABSTRAK

Hafifah. “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009”. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran langsung. (2) Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas sedang dan rendah, peserta didik yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas rendah. (3) Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model pembelajaran konsisten pada masing-masing-masing-masing tingkat kreativitas belajar dan perbedaan prestasi belajar dari masing-masing tingkat kreativitas belajar konsisten pada masing-masing model pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Kota Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Sampel penelitian adalah peserta didik SMP Negeri 14 Surakarta yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, serta SMP Negeri 17 Surakarta yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Banyak anggota sampel seluruhnya adalah 150 peserta didik. Uji coba instrumen angket dan prestasi belajar matematika dilakukan di SMP Negeri 15 Surakarta dengan 36 responden.

(15)

penelitian dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t dan sebagai persyaratan analisis data dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan metode Bartlett.

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh hasil: (1) Ada perbedaan prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran langsung (Fa = 26,46 > 3,84 = F0.05; 1; 150 ) (2) Tidak terdapat perbedaan antara peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi, sedang dan rendah (Fb = 0,60 < 3,00 = F0.05; 2; 150) (3) Perbedaan prestasi dari masing-masing model pembalajaran yang digunakan tidak konsisten pada masing-masing kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi

belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV (Fab = 0,28 < 3,00 = F0.05; 2; 150). Dari hasil perhitungan analisis variansi dapat disimpulkan bahwa: (1)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia telah banyak disadari oleh

berbagai pihak, terutama oleh pemerhati pendidikan di Indonesia. Menurut survey

The Third International Mathematics and Science Study Repeat (TIM SS-R) pada

tahun 2006 yang diselenggarakan oleh TIAEEA (The International Association for

Evaluation Educational Achievement) kemampuan matematika anak SMP Indonesia

pada posisi 34 dari 38 negara. (dikutip dari www.kampungpos.com, tanggal 7 Juni

2007).

Sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan global, serta juga

sehubungan dengan kondisi tersebut, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali

melakukan berbagai pembaharuan dan penyempurnaan. Salah satu upaya yang

dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP diamanatkan adanya suatu pembelajaran dengan

pendekatan konstruktivisme, yang mana belajar adalah lebih merupakan suatu proses

untuk menemukan sesuatu dari pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu.

Salah satu penyebab kesulitan belajar peserta didik dalam belajar

matematika adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau model

pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk suatu

kompetensi tertentu. Kadang guru sendiri belum menguasai berbagai jenis model

(17)

kecenderungan penggunaan model pembelajaran yang bersifat monoton, yaitu guru

menggunakan model yang sama hampir pada setiap kompetensi yang diajarkan.

Matematika merupakan cabang ilmu yang agak sulit cara mempelajarinya.

Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat dalam penyampaiannya. Sehingga guru

dituntut untuk harus berusaha sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, agar

menghasilkan peserta didik yang berkepribadian dan berkembang dengan mantap

sesuai dengan sikap ilmiah yang terkandung ketika mempelajari matematika.

Dalam proses pembelajaran yang biasa dilakukan, kebanyakan didominasi

oleh guru. Guruhanya mentransfer pengetahuan secara satu arah, peserta didik belajar

hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran, peserta didik tidak

memahami konsep karena peserta didik hanya menghafal rumus sehingga tidak ada

kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang sebenarnya banyak

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang menjamin

keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran adalah pembelajaran Langsung (direct

instruction). Di dalam model pembelajaran ini, pembelajaran berpusat pada guru

tetapi dominasi guru sudah berkurang karena guru hanya memberi informasi pada

saat-saat yang diperlukan. Tetapi ternyata model pembelajaran Langsung inipun

masih kurang dapat mengaktifkan peserta didik secara optimal karena sebagian

peserta didik masih mengharapkan bantuan dari guru. Cara berkomunikasi guru pun

sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, cara berkomunikasi yang kaku

cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang

(18)

menyebutkan bahwa salah satu standar kompetensi lulusan untuk Matematika

SMP/MTs adalah memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan

kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama.

Kreativitas peserta didik dalam belajar berperan penting dalam meraih prestasi

belajar. Namun pada kenyataannya, berpikir kreatif dalam proses belajar mengajar di

sekolah-sekolah pada umumnya belum dikembangkan. Sebagai contoh belum

dikembangkannya proses berpikir kreatif yaitu: peserta didik tidak dirangsang untuk

mengajukan pertanyaan, peserta didik tidak dibiasakan untuk menggunakan daya

imajinasinya, peserta didik tidak terbiasa mengemukakan masalah dan mencari

berbagai pilihan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Apabila proses berpikir

kreatif dikembangkan dengan baik maka dapat mendukung prestasi yang optimal

karena berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang ada pada peserta didik

yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain kemampuan intelektual

umum. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan lebih mudah

memahami materi yang diajarkan. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi

akan lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan

dengan materi yang diajarkan, berdiskusi dengan teman atau guru apabila mengalami

kesulitan, lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Salah satu model pembelajaran yang sangat berguna untuk membantu peserta

didik menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dam kemampuan

membantu teman adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif STAD

didasarkan pada kebersamaan melalui proses gotong royong yang membantu peserta

(19)

STAD meliputi presentasi kelas, kerja tim, kuis skor perbaikan individual dan

penghargaan tim. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pembelajaran biasa

karena pada presentasi kelas tersebut peserta didik harus bekerja terlebih dulu untuk

menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri

sebelum pengajaran guru.

Selain itu pada presentasi kelas tersebut peserta didik harus benar-benar fokus

pada materi yang disampaikan karena akan membantu mereka mengerjakan kuis

dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor kelompoknya. Dalam metode ini

kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 peserta

didik yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin dan

suku. Fungsi utama dari belajar kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar

berhasil dalam kuis dan peserta didik dapat mendiskusikan masalah bersama dan

membandingkan jawaban serta membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi

apabila teman satu kelompok berbuat kesalahan. Adanya kuis individu membuat

peserta didik bertanggung jawab untuk memahami materi tersebut. Skor

perkembangan individu untuk mengetahui adanya perbaikan dari tiap individu

penghargaan kelompok akan semakin memotivasi peserta didik untuk berbuat yang

terbaik.

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah materi pelajaran matematika

untuk peserta didik SMP kelas VIII semester II. Pada kompetensi ini membahas

tentang pembuatan model matematika dan cara penyelesaiannya. Pada kompetensi

SPLDV salah satu kesulitan yang dihadapi peserta didik adalah dalam memahami

(20)

peserta didik hanya diam dan tidak menanyakan kepada peserta didik lain atau guru

yang mengajar sehingga kesulitan tersebut semakin melekat pada diri peserta didik.

Oleh karena itu digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penekanan

kreativitas peserta didik selama proses belajar mengajar. Peserta didik yang cerdas

dapat membantu proses pemahaman bagi peserta didik yang lamban. Mengingat

pentingnya kreativitas peserta didik dalam memahami materi dalam proses belajar

mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat

menumbuhkan kreativitas peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai

dengan optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyak guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran yang monoton, padahal ada beberapa kompetensi di mana model

tersebut kurang tepat untuk diterapkan, sehingga kemungkinan rendahnya prestasi

belajar matematika peserta didik disebabkan karena kurang tepatnya pemilihan

model pembelajaran yang sesuai dengan topik bahasan. Oleh karena itu akan

diteliti apakah penggunaan model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi

belajar peserta didik.

2. Pada umumnya prestasi belajar matematika peserta didik masih rendah. Hal ini

mungkin disebabkan karena guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang

(21)

yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan membosankan.

Untuk itu akan diteliti apakah kreativitas peserta didik dapat meningkatkan

prestasi belajar matematika peserta didik.

3. Banyak peserta didik dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses

belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa

mengkomunikasikan dengan peserta didik lain sehingga kemungkinan rendahnya

prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap topik bahasan

yang dipelajari.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan

dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Kreativitas belajar peserta didik dibatasi pada kreativitas belajar matematika pada

peserta didik kelas VIII semester gasal SMP kota Surakarta.

2. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar

peserta didik yang dicapai melalui proses belajar mengajar matematika pada akhir

penelitian untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan yang akan

(22)

1. Apakah prestasi pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan

peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

Langsung?

2. Apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih

baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas sedang, peserta didik

yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang

kreativitas rendah?

3. Apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model pembelajaran konsisten

pada masing-masing tingkat kreativitas belajar dan perbedaan prestasi belajar dari

masing-masing tingkat kreatifitas belajar konsisten pada masing-masing model

pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan

model pembelajaran Langsung.

2. Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai

(23)

sedang dan rendah, peserta didik yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan

dengan peserta didik yang kreativitas rendah

3. Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model

pembelajaran konsisten pada masing-masing tingkat kreativitas belajar dan

perbedaan prestasi belajar dari masing-masing tingkat kreativitas belajar

konsisten pada masing-masing model pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan

teori pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran matematika yang dianggap sulit oleh peserta didik SMP.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini daharapkan dapat:

a. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam

menentukan model pembelajaran yang tepat, yang dapat digunakan sebagai

alternatif selain model yang biasa digunakan oleh guru dalam proses belajar

mengajar dalam rangka upaya peningkatan kualitas pendidikan.

b. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih

memperhatikan kreativitas belajar matematika sehingga dapat meningkatkan

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar

a) Belajar dan Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi diri

seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan

seseorang secara optimal. Proses belajar merupakan suatu proses transformasi

masukan input menjadi output.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).

Sedangkan H.J Gino (2000: 31) menyatakan bahwa, “Belajar adalah proses

perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui

pengamatan, melihat, mamahami sesuatu yang dipelajari”.

Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya

perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan kognitif, efektif, maupun

psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut

(25)

Prestasi belajar dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan untuk

mengukur sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan setelah mengikuti proses pembelajaran. Karena hasil tes tersebut

menggambarkan capaian-capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti

suatu proses pembelajaran, maka tinggi rendahnya capaian tersebut sangat

dipengaruhi oleh terjadi tidaknya proses belajar pada diri peserta didik selama proses

pembelajaran berlangsung.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/angka nilai yang diberikan oleh guru.

Jadi yang dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil usaha

yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap

berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dengan perubahan tingkah laku.

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan kualitas

pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi belajar peserta didik

menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran makin baik pula.

Menurut Slameto (2003: 54 - 72) faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan proses belajar yaitu:

1) Faktor internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut.

(26)

b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, kreativitas,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.

2) Faktor eksternal

a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah yang meliputi model pembelajaran, kurikulum, relasi guru

dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin

sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat,

mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Di antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, kreativitas

peserta didik dan model pembelajaran akan sangat menentukan tinggi rendahnya

prestasi belajar peserta didik. Makin tepat pemilihan model pembelajaran yang

digunakan akan memberikan pengaruh yang makin baik pula terhadap capaian

prestasi belajar peserta didik, demikian juga sebaliknya.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan

(27)

mencapai tujuan. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola

yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya

sebagai pembelajar. Model pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari

guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu yang dianggap paling

efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa

memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan dan materi tersebut.

Untuk menentukan dan memilih model, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan

yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian model pembelajaran

yang dianggap paling efektif dan efisien dipilih. Jadi, pemilihan model pembelajaran

harus memenuhi kriteria efisiensi dan keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih

model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik.

Model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita

yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama

guru dan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran

yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah pembelajaran sehingga

dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi yang diajarkan. Agar

peserta didik lebih produktif dalam belajar, guru hendaknya memberikan kesempatan

kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kreativitas mereka

sendiri sehingga pemilihan model pembelajaran juga harus mengikuti kebutuhan atau

(28)

3. Model Pembelajaran Langsung

Soeparman Kardi dalam Agus Susanto (2007: 23) mengemukakan bahwa

pembelajaran Langsung adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu

peserta didik mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat

diajarkan selangkah demi selangkah.

Dalam pembelajaran Langsung, guru tidak terus bicara, tetapi guru hanya

memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Misalnya, pada

permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contoh-contoh

soal dan sebagainya, selanjutnya murid diminta menyelesaikan soal-soal di papan

tulis atau di meja masing-masing. (Martinis Yamin dan Bansu Ansari, 2008: 66)

Pembelajaran ini berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya

keterlibatan peserta didik. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi

pada tugas-tugas yang harus diberikan pada peserta didik.

Killen dalam Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2008: 66) mengemukakan bahwa model pembelajaran Langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu.

Ciri-ciri pembelajaran Langsung adalah sebagai berikut : a) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar b) Adanya sintaksis atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar mendukung berLangsungnya terjadinya proses pembelajaran

Sebagaimana yang diungkapkan Kratochwill dan Cook dalam Agus Sutanto

(2007: 22), peserta didik dapat mencapai tahap yang lebih tinggi dalam kelas

bilamana mereka diajari secara Langsung oleh guru daripada mereka belajar sendiri.

(29)

With direct instruction, teachers tell, demonstrate, explain, and assume the major responsibility for a lesson’s progress and they adapt the work to their students age and abilities. Student achievement seems to be superior with direct instruction, particularly with regard to factual information.

(Pembelajaran Langsung guru bercerita, mendemonstrasikan, menerangkan, dan

memikul tanggung jawab utama pada kemajuan peserta didik dan mereka

menyesuaikan kegiatan/tugas sesuai dengan usia dan kemampuan peserta didik.

Prestasi peserta didik nampak lebih meningkat dengan menerapkan pembelajaran

Langsung terutama sekali dalam hal informasi yang faktual).

Adapun fase-fase pada model pembelajaran Langsung dalam Martinis Yamin

dan Bansu Ansari (2008: 67) adalah:

a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik b) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan c) Membimbing pelatihan

d) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik e) Memberikan latihan dan penerapan konsep

Selanjutnya Cruickshank, Bainer, dan Metcalf dalam Agus Susanto (2007: 22)

mengatakan:

Direct instruction teachers provide strong academic direction, have high expectations that students can and will learn, make students feel psychologically safe, urge them to cooperate hold them accountable for work and closely monitor and control students behaviour. Good leaders of direct instruction are enthusiastic, warm and accepting, humorous, supportive, encouraging, businesslike, adaptable or flexible and knowledgeable.

(Pembelajaran Langsung guru memberi petunjuk akademik yang kuat mempunyai

harapan tinggi terhadap apa yang dapat dan akan dipelajari peserta didik, membuat

(30)

mebuat mereka untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, mengawasi secara

dekat dan mengendalikan sikap peserta didik).

Beberapa keuntungan dari pembelajaran Langsung adalah :

a) Dengan pembelajaran Langsung kita dapat mengontrol isi dan urutan informasi

yang diterima peserta didik, sehingga kamu dapat mencapai suatu fokus hasil yang

dicapai peserta didik

b) Dapat digunakan secara efektif baik pada kelas besar maupun kelas kecil

c) Salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan konsep yang eksplisit

pada peserta didik yang lemah

d) Pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat

membantu peserta didik yang lebih suka belajar dengan cara ini

e) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ni guru dapat menentukan

arah dengan jalan sendiri apa yang akan dibicarakan

f) Organisasi kelas sederhana.

g) Model pembelajaran Langsung merupakan model pembelajaran sederhana.

Beberapa keterbatasan model pembelajaran Langsung adalah:

a) Agak berat bagi peserta didik untuk dapat mengasimilasi informasi melalui

mendengar, observasi, dan mencatat (note-taking), karena tidak semua peserta

didik mempunyai keterampilan ini

b) Sangat susah melayani perbedaan antara peserta didik, pengetahuan awal, tingkat

pemahaman, gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran

c) Pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh guru.

(31)

d) Peserta didik kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru

e) Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

berpikir.

Aspek kunci agar pembelajaran efektif:

a) Katakan pada peserta didik bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari

b) Sajikan materi pelajaran secara urutan logis

c) Berikan contoh yang tepat saat menjelaskan

d) Jelaskan kembali segala sesuatu jika peserta didik mendapatkan kebingungan

e) Jelaskan arti dari istilah-istilah baru

f) Jawablah pertanyaan peserta didik sampai mereka puas.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih

menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara bersama dalam suatu

kelompok sehingga terjadi interaksi antar peserta didik dalam kelompoknya untuk

memecahkan masalah belajar.

Hal ini sesuai yang dikemukaan oleh Robert slavin (1995:2) bahwa belajar

kelompok merupakan model pembelajaran yang mana peserta didik bekerja dalam

satu tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan

cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan. Pengelompokan

peserta didik didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kebanyakan

melibatkan peserta didik yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin dan

(32)

1. Prinsip-Prinsip pembelajaran kooperatif:

a. Keheterogenan kelompok

Pengelompokan peserta didik didasarkan pada perbedaan-perbedaan menurut

kemampuan, jenis kelamin dan suku. Adanya keheterogenan kelompok ini

proses belajar kooperatif dapat berjalan dengan efektif.

b. Keterampilan bekerja sama

Dalam suatu kerja sama dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan khusus

yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Keterampilan tersebut dapat

berupa keterampilan berkomuikasi, keterampilan berdiskusi, keterampilan

dalam memecahkan masalah dan sebagainya.

c. Sumbangan dari ketua kelompok

Ketua kelompok dipilih berdasarkan dari kemampuan yang lebih

dibandingkan dengan anggota yang lain dalam kelompoknya. Adanya

sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi, pengetahuan,

keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada anggota

kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian

hasil belajar.

d. Ketergantungan pribadi yang positif

Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan

bekerjasama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap peserta didik

(33)

antar peserta didik dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

e. Otonomi kelompok

Setiap kelompok berusaha untuk menjadi yang terbaik. Sehingga setiap

anggota kelompok bertanggung jawab sepenuhnya terhadap nama

kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang mengalami

kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada

kelompok yang lain.

2. Kelebihan pembelajaran koooperatif:

a. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik.

b. Dapat meningkatkan rasa percaya diri dari peserta didik.

c. Dapat menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan

keahlian yang dimiliki peserta didik.

d. Dapat memperbaiki hubungan antar pribadi dari peserta didik.

e. Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif (kerjasama).

3. Kelemahan pembelajaran koooperatif:

a. Pelaksanaan memerlukan persiapan yang rumit.

b. Apabila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.

c. Apabila ada peserta didik yang malas atau yang ingin berkuasa dalam

kelompoknya menyebabkan kegiatan belajar kelompok tidak berjalan dengan

baik.

d. Adanya peserta didik yang tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya

(34)

5. Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Ide utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memotivasi

peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama lain untuk

menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik menginginkan timnya

mendapat penghargaan mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari

bahan ajar/materi tersebut. Mereka bekerjasama dengan membandingkan jawaban,

berdiskusi apabila ada perbedaan atau kesulitan dan kesalahpahaman dan saling

membantu untuk memecahkan masalah dan untuk menguasai materi yang mereka

pelajari agar masing-masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis.

Tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

Mohammad Nur (2005:20-22) antara lain meliputi:

a. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi

kelas. Presentasi kelas paling sering menggunakan pengajaran Langsung atau

suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat

meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada

kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau

mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru.

Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti yang dapat berisi

komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran.

Pendahuluan dengan mengatakan kepada peserta didik apa yang akan dipelajari

dan mengapa hal itu penting. Presentasi berupa penyampaian materi kepada

(35)

mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan guru.

b. Kerja Kelompok

Kelompok terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili

heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi

utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis.

Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok berkumpul mempelajari

lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika peserta didik mendiskusikan

masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja kelompok yang paling

sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesama

kelompok membuat kesalahan.

Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD. Pada

setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar melakukan yang

terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang

terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan

teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada

pembelajaran, dan kelompok yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal

itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan

antar tim, harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik.

c. Pelaksanaan Kuis Individual

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua

periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikenai kuis individual.

(36)

ini menjamin agar peserta didik secara individual bertanggung jawab untuk

memahami bahan ajar tersebut.

d. Nilai Perkembangan Individual

Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada

kelompok nya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik pun

dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu.

Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja

rata-rata peserta didik pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian peserta didik

memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka

melampaui skor dasar mereka.

[image:36.612.119.519.429.633.2]

Tabel 1

Tabel Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasar Nilai

Apabila suatu skor kuis adalah…… Seorang peserta didik mendapat……

Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasar.

30 poin perbaikan

Lebih dari sepuluh poin diatas skor dasar. 30 poin perbaikan

Skor dasar sampai sepuluh poin diatas skor dasar.

20 poin perbaikan

Sepuluh poin dibawah sampai satu poin dibawah skor dasar.

10 poin perbaikan

Lebih dari sepuluh poin dibawah skor perbaikan.

(37)

e. Penghargaan Kelompok

Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata

mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan

didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah:

[image:37.612.174.469.263.351.2]

Tabel 2

Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok

Kriteria Rata-Rata Kelompok (X) Penghargan

X ≤ 20 TIM BAIK

20 < X ≤ 25 TIM HEBAT

X > 25 TIM SUPER

Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam

sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria diatas terpenuhi.

Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan kelompok

hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor dasar mereka, dan

untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar anggota kelompok paling

sedikit mendapatkan sepuluh poin diatas skor dasar mereka. Bila perlu kriteria ini

dapat diubah.

Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk

kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super. Penghargaan tersebut

dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk tim super dan yang lebih kecil

untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat diberikan sekedar ucapan selamat di

(38)

halaman, memberi peserta didik lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan

simpatik, atau bentuk apapun yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.

6. Kreativitas Belajar Peserta didik

a. Pengertian kreativitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 599), kreativitas diartikan

sebagai 1) kemampuan untuk mencipta, daya cipta 2) tentang kreasi.

Beberapa pendapat para ahli tentang kreativitas dalam Utami Munandar

(2004) adalah sebagai berikut :

1) Stenberg (2004: 19) mengungkapkan bahwa “kreativitas merupakan titik

pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif,

dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini

membantu apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif”.

2) Guilford (2004: 224) mengungkapkan bahwa, “Kreativitas merupakan

kemampuan berpikir yang meliputi kelancaran, keluwesan, atau flexibility,

orisinalitas dalam berpikir”.

3) Baron (2004: 21) berpendapat bahwa”Kreativitas adalah kemampuan untuk

menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru”.

4) Haefele (2004: 21) menyatakan bahwa “Kreativitas adalah kemampuan untuk

membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial”.

5) Utami Munandar (2004: 12) mengatakan bahwa “kreativitas adalah hasil dari

(39)

Utami Munandar (2004: 12) mengungkapkan bahwa “Kreativitas dapat pula

ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungannya yang mendorong (press) individu ke

perilaku kreatif”.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian dari

kreativitas dalam Utami Munandar (2004).

1) Kreativitas ditinjau dari segi pribadi

Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian

sebagai hasil interaksi individu dngan lingkungannya, dan yang tercermin dalam

pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif

mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan

norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.

2) Kreativitas sebagai proses

Torrance (2004: 27) mengemukakan bahwa “Kreativitas adalah proses

merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang

kekurangan (masalah) ini, manila dan manguji dugaan atau hipotesis, kemudian

mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya”.

3) Kreativitas sebagai produk

Menurut Stein (2004: 21), suatu produk baru dapat disebut kreatif jika

mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.

S.C Utami Munandar (2004: 21) menyatakan bahwa, “Tidak keseluruhan

produk itu harus baru tetapi kombinasinya, unsru-unsurnya bisa saja sudah ada

(40)

Menurut Rogers (2004: 21-22), kriteria untuk produk kreatif adalah:

1) Produk itu harus nyata (observable)

2) Produk itu harus baru

3) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kretivitas

merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu yang unik,

baru atau suatu gagasan atau objek dalam suatu bentuk atau susunan baru dan original

dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Ciri-ciri Sikap Kreatif

Menurut Schaefer yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2004: 70), sikap

kreatif dioperasionalkan dalam dimensi sebagai berikut:

1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru.

2) Kelenturan dalam berpikir.

3) Kebebasan mengungkapkan diri.

4) Menghargai fantasi.

5) Minat terhadap kegiatan kreatif.

6) Kepercayaan terhadap gagasan sendiri.

(41)

Utami Munandar (2004: 35) mengatakan bahwa biasanya anak yang kreatif

selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan kreativitas

yang kreatif.

Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri sebagai berikut:

1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam

2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

4) Bebas dalam menyatakan pendapat

5) Mempunyai rasa keindahan yang dalam

6) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut

7) Mempunyai daya imajinasi

8) Orisinal dalam ungkapan dan dalam pemecahan masalah

9) Memiliki dedikasi yang bergairah, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Henny Ekana Chrisnawati (2005) dalam tesisnya yang berjudul

Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team

Achievement Divisions) Terhadap Kemampuan Problem Solving Peserta didik SMK

(Teknik) Swasta di Surakarta kelas I Ditinjau dari Motivasi Belajar Peserta didik,

diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Kedua metode yakni metode kooperatif tipe STAD dan metode konvensional

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan problem solving

(42)

2. Tingkat motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan problem solving

pada mata pelajaran matematika.

3. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan metode pengajaran dan motivasi

belajar matematika peserta didik mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap

kemampuan problem solving pada mata pelajaran matematika.

Penelitian Sony Irianto (2006) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif STAD dan TGT Terhadap Prestasi Belajar Matematika

Ditinjau dari Kreativitas Peserta didik SMP di Purwokerto, diperoleh kesimpulan

bahwa:

1. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi balajar matematika

yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan

pembelajaran konvensional.

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika

yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas.

3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar

matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT,

pembelajaran konvensional, dan tingkat kreativitas.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian

(43)

dan penelitian yang telah disebutkan di atas menitikberatkan pada pengaruh

penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika peserta didik.

Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian yang telah disebutkan di atas adalah : penelitian yang telah disebutkan di

atas membandingkan model pembelajaran baru dengan model pembelajaran

konvensional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akan

membandingkan dua model pembelajaran yang baru, yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran Langsung.

C. Kerangka Berpikir

Berhasil atau tidaknya pencapaian prestasi belajar peserta didik ditentukan

oleh banyak faktor, diantaranya adalah model pembelajaran dan kreativitas peserta

didik. Untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu diperlukan model tertentu pula.

Dengan demikian, guru dituntut memiliki kemampuan untuk memilih dan

menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang

akan disampaikan. Dalam penelitian ini digunakan dua model yaitu model

pembelajaran Langsung (untuk kelas kontrol) dan model pembelajaran kooperatif

STAD (untuk kelas eksperimen). Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran

Langsung seringkali peserta didik mencoba untuk menyelesaikan kesulitan yang ada

sendiri tanpa mengkomunikasikannya dengan peserta didik lain atau guru. Sehingga

guru dan peserta didik lain juga tidak dapat membetulkan apabila terjadi kekeliruan

atau miskonsepsi tentang materi yang baru saja disampaikan. Selain itu pada model

(44)

sedang peserta didik mencatat materi dari guru tanpa harus mengembangkan materi

tersebut. Hal ini memerlukan suatu inovasi dalam suatu proses belajar mengajar yaitu

dengan belajar kelompok atau gotong- royong.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat

memaksimalkan potensi peserta didik, dapat meningkatkan minat peserta didik untuk

ikut serta dalam proses membangun pengetahuan, dan mampu membuat semua

peserta didik dengan kemampuan yang beragam ikut berpatisipasi. Dalam hal ini

model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menjadi faktor yang

akan ikut meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik. Selain itu model

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang memungkinkan peserta didik untuk

berpartisipasi aktif diharapkan dapat mendorong peserta didik mengembangkan

kecerdasan yang dimilikinya.

Kreativitas adalah kemampuan berfikir untuk membuat kombinasi baru dalam

menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan berdasarkan data, informasi atau

unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah. Pada umumnya peserta didik

yang cerdas menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari peserta didik yang kurang

cerdas, peserta didik yang cerdas mempunyai lebih banyak gagasan-gagasan baru,

merumuskan lebih banyak penyelesaian masalah. Kreativitas yang dilakukan oleh

peserta didik saat proses belajar mengajar di kelas maupun kreativitas di rumah akan

mempengaruhi hasil belajar yang diperolehnya. Peserta didik yang melakukan

kreativitas belajar dengan mengulangi pelajaran yang diberikan guru di kelas,

mengerjakan tugas dan mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan menunjukkan

(45)

didik akan lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam

proses belajar maupun dalam pemecahan masalah belajar matematika, sehingga

tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Tercapainya tujuan belajar dengan baik

akan memberikan prestasi belajar matematika yang baik pula.

Penggunaan model pembelajaran harus diperhatikan kesesuaiannya dengan

tujuan pembelajaran, karakteristik materi, keadaan peserta didik (tingkat intelektual,

karakteristik peserta didik, banyaknya peserta didik dalam kelas dan aktivitas peserta

didik), kesiapan guru dan ketersediaannya sarana dan prasarana sekolah. Cepat atau

lambatnya peserta didik dalam memahami penjelasan dari guru dipengaruhi oleh

kreativitas peserta didik. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram

[image:45.612.141.527.404.531.2]

sebagai berikut :

Gambar 1

Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian Model Pembelajaran

(46)

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam

penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif STAD menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik dari pada model pembelajaran Langsung.

2. Peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas

belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas

belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih

baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembalajaran yang digunakan dan kreativitas

belajar peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik pada kompetensi

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian di SMP Negeri Kota Surakarta dengan subyek

penelitian peserta didik kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun pelajaran 2008/2009.

adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

1. Bulan Februari 2008 : Konsultasi judul

2. Bulan Maret- April 2008 : Konsultasi Draf Proposal

3. Bulan April 2008 : Seminar Draf Proposal

4. Bulan Mei-Juni 2008 : Konsultasi Instrumen

5. Bulan Juni 2008 : Ujian Proposal

b. Tahap Pelaksanaan

1. Bulan Juli-Agustus 2008 : Ijin Penelitian dan melengkapi instrument.

2. Bulan Agustus-Oktober 2008: pelaksanaan penelitian dan konsultasi Bab I, II,

III.

(48)

Bulan November - Desember 2008 : pengolahan data hasil penelitian dan

penyusunan laporan penelitian

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (quasi-experimental research). Hal ini dikarenakan peneliti tidak

memungkinkan untuk mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang

relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2004: 79) bahwa tujuan eksperimental

semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang

relevan. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar

dari kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran Langsung.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2004:

115). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan

keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri

(49)

2. Sampel

Suharsimi Arikunto (2004: 117), sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan

genelalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. Menurut Budiyono (2004: 34)

mengemukakan bahwa karena berbagai alasan, seperti tidak mungkin, tidak perlu,

atau tidak mungkin dan tidak perlu semua subyek atau hal lain yang ingin dijelaskan

atau diramalkan atau dikendalikan perlu diteliti (diamati), maka hanya perlu

mengamati sampel saja. Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 117), sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan

digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.

3. Teknik pengambilan sampel

(50)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan dua variabel bebas, yaitu :

a. Variabel Terikat

1. Prestasi Belajar Matematika

(i) Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha

peserta didik dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam

simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh

peserta didik pada periode tertentu.

(ii) Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika

(iii) Skala Pengukuran : skala interval

b. Variabel Bebas

Budiyono (2004: 29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel

independen atau variabel penyebab. Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini,

yaitu:

1. Model Pembelajaran

(i) Definisi operasional : Model pembelajaran adalah suatu cara yang

dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu

kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis

melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks

(51)

untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas

kontrol.

(ii) Indikator : Pemberian perlakuan model pembelajaran STAD pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas kontrol.

(iii) Skala pengukuran : Skala nominal.

2. Kreativitas Belajar Matematika

(i) Definisi Operasional : Kreativitas belajar matematika adalah kemampuan

berfikir yang dimiliki pembelajaran untuk membuat kombinasi baru

dalam menghasilkan gagasan jawaban atau pertanyaan berdasarkan data,

informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah yang

ditunjukkan dengan kreativitas belajar pembelajaran tinggi, sedang dan

rendah.

(ii) Indikator : skor angket kreativitas belajar

(iii) Skala Pengukuran: skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal

yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

kelompok tinggi : skor >X+

2 1

s,

kelompok sedang : X–

2 1

s < skor  X+

2 1

s,

kelompok rendah : skor ≤ X–

2 1

s.

dengan: X: rata-rata nilai tes prestasi belajar peserta didik.

(52)

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan maksud untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Tabel rancangan

penelitiannya adalah sebagai berikut :

[image:52.612.160.471.300.361.2]

Tabel 3

Tabel Rancangan Penelitian

B

A b1 b2 b3

a1 a2

(ab)11 (ab)21

(ab)12 (ab)22

(ab)33 (ab)23

Keterangan :

A = Model pembelajaran

a1 = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a2 = Model pembelajaran Langsung

B = Kreativitas belajar peserta didik

b1 = Kreativitas belajar peserta didik kategori tinggi

b2 = Kreativitas belajar peserta didik kategori sedang

b3 = Kreativitas belajar peserta didik kategori rendah

3. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

(53)

a. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 236), metode dokumentasi digunakan

untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya. Metode Dokumentasi dalam penelitian ini adalah nilai rapor peserta

didik kelas VII semester 2 yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan

keadaan prestasi belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Metode Angket

Menurut Budiyono (2004: 34), metode angket adalah cara pengumpulan

data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden

atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda. Metode angket ini

digunakan untuk mengetahui kreativitas belajar Matematika peserta didik.

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut

diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untk mengetahui kualitas

item angket. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji konsistensi

internal.

1. Uji Validitas Isi

Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu

untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara

individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi,

(54)

isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Crocker dan

Algina dalam Budiyono (2004: 60) sebagai berikut :

a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi

dapat berupa serangkain tujuan pembelajaran atau

pokok-kompetensiyang diwujudkan dalam kisi-kisi),

b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam

domain-domain tersebut,

c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan

butir-butir soal dengan domain performans yang terkait.

d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang

diperoleh dari proses pencocokan pada langkah c).

Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur

(lembar validasi ) tanda ( ) lebih dari 3.

2. Reliabilitas

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut

dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali

kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas

digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang

skornya bukan hanya 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :

    

  

      

2

2

11 1

1 t

i

s s

n n r

(55)

n = cacah butir instrumen

2 i

s = variansi skor butir ke-i, i = 1, 2, ..., n

2 t

s = variansi total (Budiyono, 2004 : 69)

Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas

yang diperoleh telah melebihi 0,70 (r11  0,70)

3. Konsistensi Internal

Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus

korelasi momen produk Karl Pearson

  

 

 

2

2 2

2

Y Y

n X X

n

Y X XY

n rxy

Keterangan :

xy

r = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n = cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)

X = skor untuk butir ke-i

Y = skor total ( dari subyek uji coba)

(Budiyono, 2004: 65)

Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3

maka butir tersebut harus dibuang.

c. Metode Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 139), Tes adalah serentetan

(56)

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok. Sebelum digunakan untuk mengambil data

penelitian, instrumen tersebut duji terlebih dahulu dengan uji validitas

Gambar

Tabel Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasar Nilai
Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok
Gambar 1Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel Rancangan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan metode mendongeng dengan media scrabble dapat me- ningkatkan keterampilan menulis siswa kelas I

 Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah maupun swasta,

Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan Sarana dal Prasarana PuskesmaslPuskesmas Pembantu dan Jaringarurya (Pembangunan Ruang Spesialistik Fuskesmas Rawat Inap

Permasalahan utama adalah kelemahan-kelemahan yang ada, baik dari intern maupun ekstern, yang dimaksud dengan kelemahan intern yaitu kelemahan yang timbul dari dalam perusahaan

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan Surat Ijin Usaha Jasa

kumpulan gambar dan suara yang telah selesai dilakukan dalam kegiatan produksi,. sehingga menjadi sebuah tayangan yang utuh dan bermakna sesuai dengan

b) PVC atau polivinilklorida, juga merupakan plastik yang digunakan pada pembuatan pipa pralon dan pelapis lantai... c) Etanol, merupakan bahan yang sehari-hari dikenal dengan

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM KALIMANTAN TIMUR JL..