• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Level Radar Transmitter Pada Pengontrolan Level Air Tangki Boiler Batu Bara (Aplikasi PT. Soci)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Level Radar Transmitter Pada Pengontrolan Level Air Tangki Boiler Batu Bara (Aplikasi PT. Soci)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN LEVEL RADAR TRANSMITTER

PADA PENGONTROLAN LEVEL AIR TANGKI BOILER

BATUBARA (APLIKASI PT. SOCI)

OLEH :

IRWAN WIRA PERDANA NIM. 02 523 035

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM DIPLOMA-IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGGUNAAN LEVEL RADAR TRANSMITTER

PADA PENGONTROLAN LEVEL AIR TANGKI BOILER

BATUBARA (APLIKASI PT. SOCI)

Oleh :

IRWAN WIRA PERDANA NIM. 02 5203 035

Disetujui Dan Disahkan Oleh :

Dosen Pembimbing Karya Akhir

Ir. Mustafrind Lubis Nip. 131 353 117

Diketahui Oleh :

Ketua Program Studi Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik

(3)

ABSTRAK

Pada suatu pabrik atau industri agar suatu proses dipabrik tersebut dapat berjalan dengan baik harus didukung dengan peralatan yang baik pula. Salah satu diantara peralatan tersebut adalah alat ukur, karena alat ini berguna untuk membantu mengontrol jalannya proses pada suatu pabrik agar dapat berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan.

Sebagai salah satu contoh pada suatu pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat dipabrik PT.SOCI, untuk mengatur tinggi rendahnya level air pada tangki boiler batubara, diperlukan suatu alat ukur yang dapat membantu mengontrol tinggi rendahnya level air pada tangki boiler batubara. Yang apabila level air pada tangki dibawah level yang telah ditentukan, dapat berakibat pada terhentinya suplai energi listrik dan proses pengolahan pada pabrik.

Maka untuk itu diperlukan suatu alat ukur yang berguna untuk membantu proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara. Sehingga proses pada tangki dapat berjalan dengan seharusnya dan suplai energi listrik serta proses pengolahan pada pabrik dapat berjalan dengan lancar.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualikum, puji dan sukur Penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Dan tidak lupa juga seiring salawat dan salam penulis ucapakan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.

Adapun penulisan pada karya akhir ini adalah berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang penulis dapatkan tentang penggunaan Level Radar Transmitter pada proses pengontrolan level air yang terdapat pada tangki boiler batubara, yang mana merupakan bagian pembangkit listrik tenaga uap di PT.SOCI Medan. Karena hal tersebut diatas maka Penulis memilih judul untuk karya akhir ini dengan judul “Penggunaan Level radar Transmitter Pada Pengontrolan Level Air Tangki Boiler Batubara”.

Selama penulisan karya akhir ini penulis mendapat dukungan, dan banyak bantuan serta masukan dari beberapa pihak. Maka pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapakan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Keluargaku yaitu kedua orang tua yaitu ayahku Alm.Indra Hadi Kesuma dan ibuku Rahmawati Dalimunthe, serta kedua adikku Julia Dwi Kartika dan Erwin Novtriansyah. Yang telah memberikan semagat, dukungan moril dan meteril serta do’a kepadaku.

2. Bapak Ir.Mustafrind Lubis selaku Dosen Pembimbing Karya Akhir. 3. Bapak Ir. Nasrul Abdi. MT selaku Ketua Program Diploma-IV

(5)

4. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan selaku Koordinator Program Diploma-IV Teknologi Instrumentasi Pabrik.

5. Bapak Rahmat Fauzi. ST. MT selaku Sekretaris Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik.

6. Seluruh staf pengajar serta pegawai administrasi di Fakultas Teknik USU. 

7. Seluruh teman – temanku di Program Teknologi Instrumentasi Pabrik, khususnya stambuk 2002.

8. Seluruh staf/karyawan PT.SOCI, khususnya Bapak Roberto, Rihot, dan Irvan, yang telah bayak membantu Penulis pada penulisan Karya Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Disebabkan terbatasnya pengetahuan penulis. Maka untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan sarannya sehingga Karya Akhir ini dapat sempurna sesuai apa yang diharapkan. Selain itu Penulis berharap karya akhir ini dapat bermamfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak ……….. i

Kata pengantar ………. ii

Daftar Isi ..………. iv

Daftar Gambar ………. vii

Daftar Tabel ……….. ix

BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Masalah ...………. 1

I.2. Tujuan Karya Akhir ……… 2

I.3. Tinjauan Umum ……….. 2

I.4. Rumusan Masalah ………... 4

I.5. Batasan Masalah ………. 4

I.6. Metode Penulisan ……… 5

I.7. Sistematika Penulisan ……….. 5

BAB II Landasan Teori II.1. Teori Pengukuran Level ………. 7

II.2. Alat – alat Ukur Level ……… 8

II.2.1 Gelas Penunjuk ……… 8

II.2.2 Pelampung ………..…….. 9

II. 3. Teori Level Radar Transmitter ……… 10

(7)

II.3.2. Level Radar Transmitter Micropilot M FMR 240

(Endress Hauser) ………. 15

II.3.3. Transmitter ……… 21

1. Transmitter Pneumatik ……… 21

2. Transmitter elektrik ………. 22

II.3.4. Alat – Alat Pendukung Pengontrolan ……… 24

1. Digital Indicating Controler (Yokogawa UT – 351) …………... 24

2. Control Valve ( Yamatake Top guide Single Seated Control Valve (Model HTS/ Yamatake – Honeywell)) ………. 30

II.3.6 Teori Kontrol ………... 35

1. Mamfaat Sistem Kontrol ……….. 35

2. Pengelompokan Sistem Kontrol ………... 35

BAB III LEVEL RADAR TRANSMITTER III.1. Prinsip kerja ……….. 39

III.2. Kontruksi Alat Dan Keterpasangan ……….. 40

III.2.1 Kontruksi Alat ………... 40

III.2.2 Keterpasangan Micropilot M FMR 240 .………... 44

III.3 Cara Kerja Micropilot M FMR 240 ……….. 45

III.4 Data Teknis ………... 46

III.5 Data pengukuran ………... 47

(8)

BAB IV Proses Pengontrolan Level

IV.1 Penggunaan Level Radar Transmitter Pada Pengontrolan Level Air

Tangki Boiler Batubara……….... 53

IV.2 Proses Pengontrolan Level ……….. 53

IV.2.1 Settingan Parameter ……….. 54

a. LRT Micropilot M FMR 240 ………. 54

b. Digital Indicating Controler (DIC) UT 351 ……….. 56

IV.2.2 Proses Pengisian Air Pada Tangki ……… 57

IV.2. Proses Pengontrolan Level ……….. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ……… 63

V.2 Saran ……….. 64 Daftar Pustaka

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gelas Penunjuk ……… 8

Gambar 2.2 Pelampung ………... 9

Gambar 2.3 Spectrum Gelombang Elektromagnettik ………. 11

Gambar 2.4 Micropilot M FMR 240 ……….. 16

Gambar 2.5 Pengukuran Level Pada Tangki ……….. 17

Gambar 2.6 Beam Diameter ………... 19

Gambar 2.7 Sistem Konektivitas FMR 240 Dengan Beberapa Peralatan …….. 20

Gambar 2.8 Force Balancing Transmitter Tipe Pneumatik ……… 21

Gambar 2.9 Force Balancing Transmitter Tipe Elektrik ……… 23

Gambar 2.10 Digital Indicating Controler Tipe UT – 351 ……… 24

Gambar 2.11 Wiring Terminal Digital Indicating Controller UT – 351 ……… 27

Gambar 2.12 Input Wiring Dari UT – 351 ………. 28

Gambar 2.13 Control Valve Model HTS ………... 32

Gambar 2.14 Terminal Connection Control Valve Model HTS ……… 33

Gambar 3.1 Kontruksi Micropilot M FMR 240 ………. 41

Gambar 3.2 Terminal Modul /Power Supply Board ……….. 42

Gambar 3.3 Display Micropilot M FMR 240 ……… 43

Gambar 3.4 Keterpasangan Micropilot M FMR 240 ………. 44

Gambar 4.1 P& ID Peralatan Pada Proses Pengontrolan Level Air Pada Tangki Boiler Batubara ……….... 58

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Radar Frekuensi Band ……… 12

Tabel 2.2. Ukuran Antena Pada FMR 240 ………. 18

Tabel 2.3. Beam Angel ……… 20

Tabel 3.1. Pengukuran Level ………... 47

Tabel 4.1. Settingan Parameter LRT Micropilot M FMR 240 ……… 54

(12)

ABSTRAK

Pada suatu pabrik atau industri agar suatu proses dipabrik tersebut dapat berjalan dengan baik harus didukung dengan peralatan yang baik pula. Salah satu diantara peralatan tersebut adalah alat ukur, karena alat ini berguna untuk membantu mengontrol jalannya proses pada suatu pabrik agar dapat berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan.

Sebagai salah satu contoh pada suatu pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat dipabrik PT.SOCI, untuk mengatur tinggi rendahnya level air pada tangki boiler batubara, diperlukan suatu alat ukur yang dapat membantu mengontrol tinggi rendahnya level air pada tangki boiler batubara. Yang apabila level air pada tangki dibawah level yang telah ditentukan, dapat berakibat pada terhentinya suplai energi listrik dan proses pengolahan pada pabrik.

Maka untuk itu diperlukan suatu alat ukur yang berguna untuk membantu proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara. Sehingga proses pada tangki dapat berjalan dengan seharusnya dan suplai energi listrik serta proses pengolahan pada pabrik dapat berjalan dengan lancar.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Pada suatu industri penggunaaan peralatan instrumentasi merupakan hal

yang sangat penting dalam mendukung jalannya proses dalam suatu pabrik. Untuk

itu peralatan tersebut harus dapat memghasilkan hasil pengukuran dengan baik.

Beberapa parameter yang menjadi dasar bahan pengukuran dalam jalannya proses

yaitu pressure (tekanan), temperature (suhu), level (tinggi permukaan), flow (aliran).

Salah satu dari keempat parameter diatas adalah pengukuran level. Yang

dimaksud dengan pengukuran level disini adalah untuk mengetahui volume atau

berat dari cairan yang ada didalam suatu tangki. Untuk mendapatkan hasil

pengukuran level yang baik, peralatan instrumentasi harus memiliki ketelitian

yang tinggi sehingga hasil pengukuran yang didapatkan betul – betul presisi.

Selain itu hasil pengukuran level tesebut akan berguna untuk proses pengaturan

level tersebut dan masukan bagi peralatan kontrol.

Maka untuk itu digunakan Level Radar Transmitter (Micropilot M/ FMR

240), disini Level Radar Transmitter digunakan untuk mengukur level pada tangki air boiler batubara. dan sebagai salah satu bagian dari komponen pengontrolan

level. Agar pengontrolan level dapat dilakukan, maka Level Radar Transmitter

harus didukung dengan peralatan lain, sehingga pengontrolan level dapat

(14)

I.2. Tujuan Karya Akhir

Adapun tujuan dari karya akhir ini adalah

1. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan masa studi sebagai mahasiswa

program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Industri.

2. Mengetahui dan memahami cara kerja Level Radar Transmitter dan

penggunaannya sebagai alat ukur, serta penggunaannya pada proses

pengontrolan level air pada tangki boiler batubara.

I.3. Tinjauan Umum

Level Radar Transmitter merupakan salah satu dari perkembangan teknologi dibidang instrumentasi, khususnya pada pengukuran level fluida.

Dengan menggunakan Level Radar Transmitter hasil pengukuran yang didapat

lebih presisi dan dalam melakukan pengukuran, alat ukur tidak perlu berhubungan

langsung dengan objek yang akan diukur.

Perbedaan Level Radar Transmitter dengan alat ukur lainnya adalah pada

alat ini menggunakan metode pengukuran dengan menggunakan gelombang

mikro, untuk mendeteksi ketinggian level air yang terdapat pada tangki boiler

batubara. Disini Level Radar Transmitter berfungsi sebagai alat ukur, yang hasil

pengukurannya berupa sinyal elektrik (4 mA – 20 mA), sehingga dapat langsung

diteruskan keperalatan kontrol yang menggunakan sinyal elektrik sebagai sinyal

inputnya.

Pada alat ini mengaplikasi sistem radar pada proses pemancaran dan

penerimaan gelombang yang digunakan untuk mendeteksi level air. Dimana

(15)

yang akan diukur, ketika gelombang yang dipancarkan tadi menjangkau objek

yang akan diukur dengan suatu tetapan dielektrik yang berbeda, dan sebagian dari

gelombang tersebut dipantulkan kembali ke pemancar dan diterima oleh sistem

radar melalui antenna dengan waktu yang berbeda dan sebanding dengan jarak

pancaran gelombangnya terhadap objek yang akan diukur. Dan selanjutnya

gelombang tersebut diteruskan kebagian elektronik dan diproses oleh

mikroprosesor berdasarkan tingkatan gema yang dihasilkan dari refleksi

gelombang yang diterimanya, dan hasilnya berupa arus listrik sebesar 4 mA – 20

mA yang mewakili pengukuran 0% -100%.

Dan alat ini dapat beroperasi dengan suplai tegangan yang kecil yaitu

24Volt DC, yang mana suplai tegangan dari power supply dihubungkan ke

terminal conection yang terdapat pada bagian housing. Dan menghasilkan gelombang pada frekuensi gelombang sekitar 26 GHz. Pada alat ini terdiri dari

beberapa bagian besar yaitu antena (berbentuk corong), antena conection, dan

housing (pada bagian ini terdapat display yang berupa tampilan digital beberapa komponen lainya).

Hasil pengukuran level radar transmitter ini nantinya akan diteruskan ke

DIC (Digital Indicating Controler) UT – 351, dimana alat ini akan mengatur

bukaan contol valve berdasarkan hasil pengukuran yang diterima dari level radar

transmitter. Disini DIC UT – 351 mempunyai batasan nilai minimum level sesuai dengan settingan yang telah ditentukan. Sehingga proses pengontrolan level dapat

(16)

I.4. Rumusan Masalah

 Bagaimana metoda pengukuran level fluida menggunakan Level Radar

Transmitter (Micropilot M/FMR 240)

 Bagaimana cara kerja Level Radar Transmitter (Micropilot M/FMR 240).

sebagai alat ukur dan penggunaanya pada proses pengontrolan level.

 Bagaimana proses pengontrolan level pada tangki boiler batubara.

I.5. Batasan Masalah

Mengigat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir ini mempunyai

ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasi masalah karya akhir ini

pada :

 Hanya membahas prinsip kerja, cara kerja Level Radar Transmitter.

 Bentuk keterpasangan alat dan P&ID (Piping & Instrument Diagram).

 Tidak membahas secara mendetail alat – alat pendukung proses

pengontrolan dan fungsi peralatan tersebut pada pengontrolan level

 Hanya membahas penggunaan Level Radar Transmitter pada proses

pengontrolan level air.

(17)

I.6. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipergunakan dalam penulisan Karya Akhir ini

antara lain sebagai berikut:

1. Dengan mempelajari teori dan pengamatan langsung di lapangan serta

melakukan diskusi dengan pembimbing dilapangan dan juga operator di

bagian pembangkit listrik tenaga uap sewaktu melaksanakan kerja praktek

di PT.SOCI Medan.

2. Melakukan diskusi dengan Dosen Pembimbing Fakultas.

3. Dengan mencari buku-buku referensi dari beberapa pustaka yang dapat

menunjang penyusunan Karya Akhir.

I.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan karya akhir ini, maka

penulis membuat suatu sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini

merupakan urutan bab demi bab termasuk isi dari sub – sub babnya. Adapun

sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, tujuan

karya akhir, Tinjauan umum, rumusan dan batasan masalah,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori level, alat-alat ukur level,

(18)

M/FMR 240), dan teori alat-alat pendukung dalam proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara.

BAB III : Level Radar Transmitter (Micropilot M/FMR 240)

Bab ini berisikan penjelasan mengenai Level Radar Transmitter

(Micropilot M/ FMR 240), prinsip kerja, kontruksi alat, gambar ketepasangan peralatan, cara kerja alat, data teknis.

BAB IV : PROSES PENGONTROLAN LEVEL

Bab ini menjelaskan proses pengontrolan level, gambar P&ID,

flowchart, penggunaan Level Radar Transmitter (Micropilot M/ FMR 240) pada pengontrolan level air pada tangki boiler batubara, settingan parameter.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat

diambil penulis dari pengamatan dilapangan dan pada waktu

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Teori Pengukuran Level

Maksud dari pengukuran level adalah untuk mengetahui volume atau berat

dari suatu cairan yang ada didalam tangki tersebut. Ada dua cara utama untuk

mengukur tinggi permukaan cairan, yaitu :

a. Pengukuran langsung

b. Pengukuran tidak langsung

Selain itu untuk menentukan tinggi permukaan cairan dapat juga dipergunakan

cara :

a. Listrik

b. Isotop

c. Ultrasonik dll.

Adapun yang dimaksud dengan pengukuran secara langsung adalah untuk dapat

mengetahui level dari objek yang akan diukur, kita harus berada dekat dengan

objek yang akan diukur selain itu alat ukur yang digunakan harus kontak langsung

dengan objek yang akan diukur. Sebagai contoh : Gelas penunjuk dan pelampung.

Dan yang dimaksudkan dengan pengukuran tidak langsung yaitu kebalikan dari

pengukuran secara langsung, disini untuk mengetahui tinggi level objek yang

akan diukur alat ukur tidak kontak langsung dengan objek yang akan diukur tetapi

(20)

Contoh dari pengukuran tidak langsung adalah sistem gelembung udara, sistem

kotak difragma, sistem jebakan udara, manometer pipa U.

II.2. Alat – Alat Ukur Level

II.2.1 Gelas Penunjuk

Pada Gambar 2.1 menunjukkan penggunaan gelas penunjuk pada

pengukuran level. Dimana gelas penunjuk ini berhubungan dengan cairan didalam

tangki dan diletakkan disamping tangki yang berisi cairan. Menurut hukum bejana

berhubungan, tinggi tangki dan gelas penunjuk selalu sama. Untuk dapat melihat

tinggi permukaan ini, cairan yang akan diukur harus bening tidak boleh

keruh karena akan mengganggu penglihatan pada gelas penunjuk. Yang sangat

dihindari dari pengggunaan alat ukur ini adalah apabila gelas penunjuk ini pecah

maka air dalam tangki akan tumpah keluar. Selain itu biasanya batas ukurnya

hanya sampai kira – kira satu meter.

(21)

II.2.2 Pelampung

Seperti pada Gambar 2.2 penggunaan pelampung merupakan salah satu

cara dari pengukuran level cairan. Disini pelampung yang ringan selalu bergerak

mengikuti permukaan cairan. Karena adanya berat maka katrol berputar

menggerakkan jarum penunjuk. Dengan kalibrasi maka tentunya angka – angka

pada skala merupakan tinggi cairan atau sudah langsung menunjukkan volume

atau massa dari cairan tersebut. Ada banyak cara pengukuran dengan pelampung,

tetapi pada dasarnya mempunyai prinsip – prinsip yang sama, yaitu gerakan

permukaan diikuti dengan gerakan pelampung. Yang selanjutnya dihubungkan

pada jarum berskala. Hubungan antara jarum penunjuk dan pelampung bisa

berupa tali, kawat dengan katrol atau batang kaku dengan suatu engsel. Dengan

menggunakan pelampung daerah kerja dapat diperbesar (lebih dari satu meter).

Skala pembacaan dapat ditaruh pada tempat tinggi atau rendah, atau terpisah dari

tangki cairan. Untuk memperoleh ketelitian yang baik, pelampung harus tercelup

sampai batas penampang yang terbesar.

(22)

II. 3. Teori Level Radar Transmitter

II.3.1 Radar

Beberapa pencipta, ilmuwan, dan insinyur mendukung pengembangan dari

radar. Untuk yang pertama menggunakan Gelombang radio untuk mendeteksi

kehadiran dari object metalik jauh melaui gelombang radio adalah Cristian

Hulsmeyer, April 1904, mendeteksi kehadiran dari suatu kapal di kabut yang

tebal/ padat. Ia menerima Reichspatent Nr. 165546 untuk alat radar sebelumnya,

dan mendapat paten 169154 di 11 November untuk perkembangannya. Ia juga

menerima suatu hak paten ( GB13170) di Inggris untuk telemobiloscopenya pada

22 September 1904. Nikola Tesla, pada Agustus 1917, lebih dulu untuk

pemapaman prinsip tingkatan power dan frekuensi dari unit radar.

Radar adalah suatu sistem yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengidentifikasi objek yang ditetapkan, beberapa cakupan yaitu

ketinggian, arah, atau kecepatan objek yang bergerak seperti pesawat terbang,

kapal, kendaraan bermotor, formasi cuaca, dll. Dimana gelombang yang di

pancarkan ke objek melaui antena, akan direfleksikan kembali oleh objek ke radar

melalui antena. Dan diproses oleh sistem radar hingga objek tersebut dapat

dideteksi.

Berdasarkan panjang gelombang dan frekuensi gelombang

elektromagnetik, maka gelombang tersebut dapat dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok. Seperti pada Gambar 2.3 yang menunjukkan spectrum

radiasi elektromagnetik. Kecepatan dari pekembangan pancaran gelombang

elektromagnetik yang menyebar melalui suatu ruang vacum pada suatu

(23)

Dalam hal ini, kecepatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

C =

λ

. f

……… (1)

Dimana : C = Kecepatan cahaya (2,998x 108m/s ≈ 3x 108m/s)

λ = Panjang gelombang (meter)

f = Frekuensi dalam hertz (Hz) atau (s-1)

Gambar 2.3 Spectrum Gelombang Elektromagnetik

Sinyal radar beroperasi pada gelombang 3 MHz – 110 GHz dengan

panjang gelombang 10 m – 4 mm. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 yaitu yang

menunjukkan pengelompokan gelombang radar berdasar frekuensi dan

aplikasinya. Frekuensi pulsa radar yang dibentuk, dan luas dari antenna ditentukan

oleh objek apa yang akan diamati. Refleksi gelombang elektromagnetik menyebar

(24)

dielektrik atau diamagnetik yang tetap. Ini berarti bahwa pada umumnya

gelombang radio dari radar ke suatu objek yang padat di udara atau suatu ruang

hampa, atau perubahan lain pada konsentrasi atomis antara suatu obyek dan apa

melingkupinya. Dasar pengukuran radar terhadap jarak dari suatu objek dapat dilihat pada rumus berikut :

2

Berdasarkan frekuensinya radar dapat dibagi pada beberapa kelompok

frekuensi, dan masing – masing mempunyai panjang gelombang yang berbeda

dan aplikasi yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 radar frekuensi

band berikut.

Tabel 2.1 Radar Frequency Band

No

HF (high frekuensi), pada Sistem

radar pantai

2. P < 300 MHz ± 1 m

Digunakan pada awal penerapan

(25)

3. VHF 50 –330 MHz 0.9-6 m Frekwensi yang sangat tinggi.

4. UHF

300 –1000

MHz

0.3 - 1 m

Digunakan pada peringatan awal

pada sistem balistik dari suatu

missil.

5. L 1–2 GHz 15–30 cm

Panjang batasan kontrol pada lalu

lintas udara dan pengawasan.

6. S 2 – 4 GHz 7.5 – 15 cm

Untuk control terminal lalu lintas

udara, panjang batasan dari

pengamatan cuaca, radar angkatan

laut, (S yang berarti short).

7. C 4 – 8 GHz 3.75-7.5 cm

Berada diantara X dan S band,

untuk sistem pengamatan cuaca,

Satelit transponders.

8. X 8 –12 GHz 2.5-3.75 cm

Pemanduan missil, radar angkatan

laut, cuaca, pengawasan landasan,

pemetaan resolusi-medium,

pelabuhan udara. Yang dinamai X

band sebab frekwensi adalah suatu

rahasia selama perang dunia ke 2.

9. Ku 12–18 GHz 1.67-2.5 cm

Pemetaan resolusi-tinggi,

pengukuran tinggi satelit,

(26)

10. K 18–27 GHz 1.11-1.67 cm

Dari kurz Jerman,yang berarti

pendek, penggunaan yang terbatas

dan berkaitan dengan penyerapan

uap air, mendeteksi awan pada

bidang meteorologi, mendeteksi

pengendara motor melampaui batas

kecepatan. radar meriam.

11. Ka 27– 40 GHz 0.75 -1.11 cm

Batasan yang pendek, pengawasan

pelabuhan udara, frekwensi sedikit

di atas K band (karenanya 'a')

untuk radar photo, trigger kamera

agar mengambil gambar dari plat

lisensi dari kendaraan yang

melewati lampu merah.

12. mm 40 –300 GHz

7.5 mm -

1mm

Millimeter band dibagi lagi atas

beberapa band frekuensi seperti

Untuk mendesain suatu surat yang

nampak acak, dan frekwensi

bergantung pada ukuran dari

(27)

14. V 50–75 GHz 6.0 – 4 mm

Gelombang yang sangat kuat

diserap oleh atmosfir.

15. W 60 –110 GHz 2.7 - 4.0 mm

Digunakan sebagai suatu sensor

yang visual untuk sarana (angkut)

bersifat percobaan yang otonomi,

pengamatan pada resolusi-tinggi

untuk pengamatan cuaca, dan

imaging.

II.3.2 Level Radar Transmitter Micropilot M FMR 240 (Endress Hauser)

Micropilot M FMR 240 adalah satu dari beberapa tipe dari Level Radar Transmitter yang diproduksi oleh Endress Hauser Company, contoh alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4. Level Radar Transmitter menggunakan metode

pengukuran level secara tidak langsung yaitu peralatan tidak berhubungan

langsung dengan objek yang akan diukur tetapi dengan menggunakan gelombang

mikro sebagai perantaranya. Pengukuran dengan Level Radar Transmitter tersebut

berbeda dengan pengukuran menggunakan gelombang ultrasonik. Sebab

gelombang mikro tidak memerlukan medium pengangkut apapun.

Micropilot M adalah suatu pemancar tingkat radar yang ringkas untuk pengukuran secara kontinu, pengukuran yang dilakukan tanpa berhubungan langsung dengan

objek yang akan diukur, Pengukuran tidaklah terpengaruh dengan perubahan

media, dan temperatur yang berubah – ubah. Yang dimaksud dengan micropilot

(28)

disebabkan gangguan dari luar maupun yang disebabkan manusia pada

saat pemasangan peralatan.

Gambar 2.4 Micropilot M FMR240

Pada teknologi pengukuran radar berdasarkan pada pengukuran time of

flight (waktunya dari penerbangan sinyal yang dipancarkan kepada sinyal hasil). Dari waktu dan jarak yang ditentukan. Bila suatu sinyal menjangkau suatu titik

sepanjang gelombang dimana terjadi perubahan dari tetapan dielektrik ketika

sinyal menjangkau titik tersebut, pada umumnya sebagian dari isyarat ini

dicerminkan pada permukan media. Jumlah cerminan/ pemantulan sinyal dari

media sebanding pada perbedaan tetapan dielektrik antara panduan gelombang

dan media. Untuk menentukan level pada suatu tangki dapat dilihat pada pada

Gambar 2.5 berikut, dimana Jarak permukaan produk ke referensi point dari

pengukuran (D) sebanding dengan waktu (t) dari penerbangan impuls sinyal.

Dan level dari produk (L) merupakan pengurangan dari empty calibration (E)

(29)

Gambar 2.5 Pengukuran level pada tangki

Hal ini dapat dilihat pada rumus berikut ini :

L = E – D

Dimana D diperoleh dari :

2

T

.

C

D

Dimana : L = Level dari produk atau cairan (m).

E = Empty calibration (m).

F = Jarak pengukuran penuh (m).

D = Jarak permukaan produk ke referensi point dari pengukuran (m)

A = Jarak aman untuk Micropilot M FMR 240 minimal 50 mm dari

jarak pengukuran penuh ke corong antenna, agar tidak

menimbulkan korosi pada antenna.

(30)

T = Time of flight/ waktu penerbangan dari sinyal yang dipancarkan

kepada sinyal hasil (s).

Alat ini beroperasi pada frekwensi sekitar 26 GHz dengan panjang

gelombang ± 0,0115 m, pancaran pulsa energi maksimum dari 1mW (dengan

keluaran daya merata 1 µW), kelompok gelombang radarnya yang digunakan

pada K – band. Untuk dapat beroperasi Micropilot M (FMR240) harus disuplai

dengan tegangan 24 Volt DC, output keluaran pada terminal 4 mA – 20 mA.FMR

240 yang kecil (1½") antena corong adalah idealnya cocok untuk vessel yang

kecil. Pada alat ini terdiri atas dua bagian besar yaitu:

1. Antena yang berbentuk corong.

2. LCD yang berupa tampilan digital yang terdapat pada housing display.

Untuk FMR 240 memiliki beberapa ukuran antenna yang dapat digunakan hal ini

dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Ukuran antena pada FMR 240

Diameter Antena (D) 40 mm 50 mm 80 mm 100 mm

L (mm) 86 115 211 282

Range Pengukuran (m) 5 7,5 10 12,5

Adapun panjang antenna tergantung pada batas pengukurannya semakin

besar antenna maka semakin besar jarak dan sudut gelombang yang dibentuk pada

(31)

dibentuk gelombang mikro pada pengukuran, di mana rapat energi dari jangkauan

gelombang radar separuh nilai dari rapat energi maksimum (3dB). Gelombang

mikro yang dipancarkan pada antenna tidak dapat dicerminkan/ dipantulkan jika

betentangan dengan dengan instalasinya. Garis tengah W (beam diameter) yang

terbentuk dari pancaran gelombang kepermukaan produk ditentukan oleh diameter

antena dan sudut yang dibentuk gelombang tersebut, hal ini dapat dilihat pada

Gambar 2.6 dan Tabel 2.3 berikut ini.

(32)

Tabel 2.3 Beam Angel

FMR 240 40 mm 50 mm 80 mm 100 mm

FMR 244 40 mm

Antena size

(Horn Diameter)

FMR 245 50 mm 80 mm

Beam Angle α 23o 18o 10o 8o

Selain itu Micropilot M FMR 240 mempunyai konektivitas yang umum

atau dapat terhubung dengan beberapa jenis alat seperti PLC, atau alat – alat

control lainnya hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.7. Selain itu untuk mendeteksi

kerusakan atau melakukan perawatan dapat dilihat dengan komputer yang telah

terinstal TOF Tools Software .

(33)

II.3.3 Transmitter

Transmitter merupakan salah satu bagian penting dari proses pengontrolan. Transmitter dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang berfungsi

untuk mengirimkan sinyal proses yang berasal dari alat pendeteksi (sensor) ke

bagian pengendali, yang mana sebelumnya sinyal proses tersebut diubah ke

bentuk sinyal pneumatik atau sinyal elektrik, sesuai dengan jenis transmitter itu

sendiri.

Karena input sinyal kontroler pada umumnya adalah berupa sinyal

pneumatik dan sinyal elektrik. Maka transmitter dapat dibedakan atas :

1. Transmitter Pneumatik

Pada sistem ini sinyal proses diubah menjadi sinyal pneumatik yang

berupa udara instrument dengan tekanan 3 psi sampai dengan 15 psi.

sebagai salah satu contoh dari transmitter ini adalah Force Balancing

Transmitter (transmitter gaya seimbang) tipe pneumatik yang dapat dilihat pada Gambar 2.8 dibawah ini.

Keterangan

1. Penyetel Titik Nol 2. Pengimbang Kedua 3. Kapsul Pengimbang Balik 4. Nozzel

5. Keran Penutup 6. Pembatas Beban Balik Berlebih

7. Pengimbang Utama

8. Pipa Kapsul Pengimbang Balik

9. Pipa Untuk Nozzel 10. Penyetel Batasan Lebar 11. Penyetel Batasan Sempit 12. Relai Pilot

13. Pegas Peninggi Atau Penekan

(34)

Dimana pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan pergerakan

maju mundur pada pengimbang utama. Pergerakan ini akan mengubah

kedudukan pembalik sehingga menjauhi nozzle, bila menjauhi nozzle maka

tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relai pilot akan

berkurang dari sebelumnya dan begitu pula sebaliknya. Berubahnya

tekanan tekanan balik tersebut akan akan mengubah kedudukan kerangan

pilot pada relai untuk membuka atau menutup. Bila kerangan pilot

membuka maka tegangan udara instrument output bertambah dan begitu

juga bila terjadi sebaliknya. Udara instrument output juga dikirimkan ke

kapsul pengimbang balik. Tekanan udara instrumen output akan terus

bertambah atau berkurang sampai pengimbang mendapat gaya balas yang

sama besar dari kapsul pengimbang balik melaui pengimbang utama.

Sekali gaya pengimbang utama sama dengan pengimbang kedua maka

tekanan udara instrumen output tidak berubah lagi.

2. Transmitter elektrik

Pada transmitter elektrik sinyal proses diubah menjadi besaran elektrik

berupa arus 4 mA – 20 mA. Sebagai salah satu contoh dari transmitter

elektrik ini dapat kita lihat pada Gambar 2.9 berikut ini menunjukkan

(35)

Keterangan :

1. Pengimbang Utama

2. Pegas Peninggi Dan

Pegas Titik Nol

3. Peredam

4. Penyetel Batasan

5. Pengimbang Kedua

6. Pembatas Langkah

7. Kesatuan Magnet

8. Pegas Biaas

9. Detektor

10. Kesatuan Detektor Daya Osilator

11. Penunjuk Output

Gambar 2.9 Force Balancing Transmitter Tipe Elektrik.

Batang pemuntir dari detektor (bagian perasa) disambungkan

dengan pengimbang utama dari bagian pengirim, sehingga pergerakan dari

batang pemuntir menghasilkan pergerakan pada pengimbang utama.

Pergerakan dari pengimbang utama mengubah jarak antara kedua ferrite

dari detektor bagian pengirim. Berubahnya jarak antara kedua ferrite

menghasilkan perubahan pada induktansi dari pick-up coil. Perubahan

induktansi pick-up coil menghasilkan perubahan pada output osilator dari

kesatuan OPD (oscillator power detector). Perubahan pada output osilator

menghasilkan perubahan nilai arus listrik yang keluar dari transmitter.

Dengan demikian, perubahan pada variabel proses yang dirasakan oleh

detektor dapat menghasilkan perubahan pada nilai arus listrik yang keluar dari bagian pengirim. Dengan demikian akan dihasilkan kedudukan

dimana perubahan jarak antara kedua ferrite akan sebanding dengan

(36)

II.3.4 Alat – Alat Pendukung Pengontrolan

1. Digital Indicating Controller (Yokogawa UT-351)

a. Defenisi Digital Indicating Controller (Yokogawa UT – 351)

Digital Indicating kontroller (Yokogawa UT- 351) merupakan suatu alat control yang dilengkapi dengan indikator yang berupa tampilan digital. Disini

terdapat tampilan berupa PV (Proces Value) dan tampilan setpoint. Alat ini juga

dilengkapi dengan pembacaan yang cukup luas, input dan output yang yang

universal serta dapat memantau sistem operasi utama dengan Auto/ Manual switch yang terdapat pada sisi depan alat tersebut. Yang mana contoh alat tersebut dapat

kita lihat pada Gambar 2.10 bawah ini.

Gambar 2.10 Digital Indicating Controller tipe UT – 351

Input dan output yang universal memungkinkan pengguna untuk

mensetting UT-351 atau mengubah secara bebas jenis dari input masukan

(termokopel, RTD, atau DC volt dll), range pengukuran, tipe dari output control (4

(37)

parameter – parameter control UT- 351 dapat di atur dengan menggunakan

komputer (PC) (peralatan pengaturan parameter (model LL100)). Selain itu

tersedia pula komunikasi fungsi yang bervariasi, yaitu peralatan ini dapat

berkomunikasi dengan PC (Personal Computer), PLC, dan peralatan control

lainnya. Adapun fungsi operasi tombol pada panel depan UT – 351 yaitu :

1. Tombol dan berfungsi untuk menambahkan atau mengurangkan

nilai dari set point dan variasi parameter.

2. Tombol SET/ ENT ( ) berfungsi untuk menggunakan data data yang

telah disetting atau memilih satu dari berbagai parameter yang akan

disetting.

3. Tombol A/M berfungsi untuk menswitch mode operasi auto atau manual.

b. Spesifikasi Peralatan

Penggunaan Digital Indicating Kontroller UT-351 pada pengontrolan

level air pada tangki boiler batubara adalah untuk mengatur bukaan control valve

sesuai dengan settingan kontrol yang dibutuhkan pada proses. Untuk itu

diperlukan wiring yang sesuai dengan letak – letak dari terminal yang menjadi standart acuan untuk pemasangan peralatan ini. Kesalahan pada pemasangan

dapat mengakibatkan peralatan tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan

settingan yang telah ditentukan, dan secara langsung dapat berakibat fatal pada

pada jalannya proses pembangkit listrik. Disini DIC (Digital Indicating

Controller) UT – 351 memiliki 30 terminal wiring yang mana terdiri terminal input dan output yang masing – masing memiliki fungsi masing – masing,

(38)

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.11 berikut ini yang menunjukkan susunan

(39)
(40)

Pada Gambar 2.11 terdapat gambar keterpasangan dari input sinyal

terhubung dengan sensor atau transmitter 2 wire dengan power supply 24 V DC,

yang menjadi input pada UT-351 seperti yang terlihat pada Gambar 2.12 berikut

yang memperlihatkan keterpasangan dari UT-351 dengan peralatan sensor atau

transmitter 2 wire. Penempatan resistor 250 Ω antara input kontroller dan transmitter 2 wire adalah untuk mengkonversi suatu sinyal arus ke suatu sinyal voltase pada PV input sinyal alat ini yang berupa input tegangan 1 sampai 5 V

DC.

Gambar 2.12 Input Wiring Dari UT – 351

Input :

Input UT-351 : 220VAC

Frekuensi : 50/ 60 Hz

Input sinyal : 4 mA – 20 mA (1 – 5 V DC)

Konsumsi power : 20 VA

(41)

Humidity : 20 to 90% (kelembaban rata –rata).

Output control :

Output sinyal : 4 mA – 20 mA.

(42)

2. Control Valve ( Yamatake Top guide Single Seated Control Valve

(Model HTS/ Yamatake – Honeywell )

a. Pengertian dan fungsi dari control valve

Control valve yang disebut juga katup pengatur adalah suatu katup yang berfungsi untuk mengatur catu materi atau energi untuk suatu proses bukaan

katup, melalui mana materi itu. Jadi kerangan control adalah orifice yang

ditempatkan pada suatu pipa proses. Disini dapat dilihat bahwa bidang bukaan

kerangan berubah – ubah sesuai dengan persen langkah kerangan sedangkan,

sedangkan tekanan jatuh melalui kerangan berubah – ubah sesuai dengan kondisi

hilir kerangan. Suatu kerangan ditentukan oleh proses yang bersangkutan, seperti

keaadaan pipa, bejana dan peralatan lainnya dalam proses itu ditempatkan.

Kapasitas melalui sebuah kerangan kontrol dinyatakan dengan kependekan Cv.

Untuk cairan : Cv = Q. G/∆P

Untuk gas : Cv = G/1360 . Tf .G/∆P(P2)

Untuk uap : Cv =G/63,3 .V/∆P

Dimana : Q atau W = laju aliran cairan (gpm), gas (scfh), uap(lb/h)

G = berat jenis

Tf = Suhu aliran dalam derajat rankine

P = Pressure drop dalam psi (P1 − P2)

P1 = Tekanan mutlak (psia) upstream kerangan

P2 = tekanan mutlak (psia) downstream kerangan

(43)

Kerangan kontrol terdiri atas dua bagian pokok :

a. Actuator (pengggerak)

Disini actuator dapat dibedakan pada beberapa tipe yaitu

1. Actuator tipe elektrik

Memerlukan input sinyal electrik (4 mA sampai 20 mA) agar dapat

membuka kerangan.

2. Actuator tipe pneumatik

Memerlukan input sinyal pneumatik (udara dengan tekanan 3 psi

sampai 15 psi) agar dapat membuka kerangan.

3. Actuator tipe hidrolik

b. Badan kerangan (valve body)

Terdiri dari sumbat kerangan dan valve body. Dan berdasarkan aksi

kerangannya dibedakan atas :

1. Air to Close (direct action)

Memerlukan aksi udara untuk menutup sumbat kerangan.

2. Air to Open (reverse action)

Dimana memerlukan aksi udara untuk membuka sumbat kerangan.

b. Electric Top Guide Single Seated Control Valve (Model HTS/

Yamatake – Honeywell).

Top Guide single seated control valve model HTS didesain untuk perawatan yang mudah, dengan valve body yang ringkas, memiliki suatu S- shape

alur aliran yang menandakan kerugian aliran yang rendah. Kapasitas aliran yang

(44)

tinggi, yang memiliki area peluncuran katup yang kecil. Contoh dari alat ini dapat

kita lihat pada Gambar 2.13 yang memperlihatkan gambaran secara fisik dari

control valve model HTS Yamatake – Honeyweell.

Gambar 2.13 Control valve type HTS

Model HTS valve adalah suatu tipe control valve yang menggunakan

actuator tipe elektrik, input masukan yang diterima dari terminal input berupa sinyal elektrik 4 mA sampai 20 mA atau 1 sampai 5 volt DC. Sinyal elektrik pada

input masukan merupakan acuan dari bukaan katup pada control valve tersebut,

dimana 4 mA sampai 20 mA sama dengan 0 % sampai 100% dari bukaan katup.

Disamping itu untuk dapat beroperasi alat ini memerlukan tegangan sebesar 100

V AC. Seperti pada Gambar 2.14 yang merupakan terminal connection dari

(45)

Gambar 2.14 Terminal Conection Control Valve Model HTS

Specification

Model : HTS

Description : top guide single seated control valve

Valve size : 2 inchi

Port or CV value : 1- ½ inchi (40 mm)

Body rating : J I S 1O K

End conection : RF

Body material : FC 200

Flow characteristic : %CF

Bonnet type : Plain type

Actuator : Electric Actuator

Valve action : Direct Action (air to close)

Air supply : 2744 N/m2

Spring range : 784 – 2352 N/m2

(46)

Operating condition

Flow rate maximum : 7000 Kg/ H

Flow rate normal : 4000Kg/ H, min 2000 Kg/H

Pressure P1 : 1960 N/m2

Pressure P2 : 1666 N/m2

Cv selected : 24

Cv calculated : 8,5

(47)

II.3.6 Teori Kontrol

1. Manfaat Sistem Kontrol

Pada proses industri sering dibutuhkan besaran – besaran yang

memerlukan kondisi atau persyaratan khusus seperti ketelitian yang tinggi, harga

yang bervariasi dalam suatu rangkuman tertentu, perbandingan yang tetap antara

variabel/ besaran, atau suatu besaran sebagai fungsi dari pada variabel, sehingga

berada pada suatu harga atau dalam suatu batasan (range) harga tertentu. Ditinjau

dari segi peralatan, sistem kontrol terdiri dari berbagai susunan komponen fisis

yang digunakan untuk mengarahkan aliran energi ke suatu mesin atau proses agar

dapat menghasilkan prestasi yang diinginkan. Tujuan dari pengontrolan adalah

untuk mendapatkan optimisasi dimana hal ini dapat diperoleh berdasarkan fungsi

daripada sistem kontrol itu sendiri, yaitu pengukuran, membandingkan,

pencatatan perhitungan, dan perbaikan.

2. Pengelompokan Sistem Kontrol

Pengelomokan sistem control dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Dengan operator manual dan otomatik

Pengontrolan secara manual adalah pengontrolan yang dilakukan

oleh manusia yang bertindak sebagai operatornya. Sedangkan

pengontrolan secara otomatis adalah pengontrolan yang dilakukan oleh

mesin/ peralatan yang bekerja secara otomatis dan operasinya dibawah

(48)

b. Closed loop (jaringan tertutup) dan open loop (jaringan terbuka).

Open loop adalah sistem pengontrolan dimana besaran keluaran dikontrol dapat dibandingkan terhadap harga yang diinginkan melalui alat

pencatat atau recorder dan hasil dari pengontrolan tidak dikembalikan ke

kontroler. Closed loop adalah hasil pengaturan besaran atau parameter

yang akan dikembalikan ke kontroler sebagai umpan balik (feed back).

c. Kontinu (analog)

Pengontrolan secara kontinu dapat dibedakan atas beberapa bagian

diantaranya :

1. Kontroler aksi proportional

Aksi controller terhadap output kontroler adalah bias berbanding

lurus atau berbanding terbalik, untuk sebagian kontroler, aksi

proportional diatur melalui hasil sedangkan sebagian lagi diatur oleh

proportional band. Secara matematik dapat ditentukan dengan rumus :

Dimana : Mp = persen output controller

PB = proportional band

r = persen set point

c = persen variable proses

bias = persen dari span controller

(49)

2. Kontroler aksi integral

Aksi integral disebut juga aksi reset , bila kontroler mengadakan

perbaikan dengan membuka kembali kerangan, maka akan menutup

kerangan dalam waktu sesaat dengan tujuan untuk menyamakan

variabel proses dengan setpoint. Secara matematis dapat ditentukan

dengan rumus :

Dimana : Mi = persen output controler integral

PB = persen dari proportional band

R = waktu reset

e = error (e – r)

dt = lamanya aksi reset berlangsung

3. Kontroller aksi derivative

Aksi ini disebut juga aksi rate (laju) karena aksi derivative mendahului

perubahan pada masukan (variable proses) kontrol itu sendiri. Secara

matematis dapat ditemtukan dengan rumus :

Dimana : P(t) = persen output controler derivative

Kd = gain derivative

= laju perubahan error

4. Gabungan dari ketiga aksi kontoller tersebut yaitu P (proportional) + I

(integral), P + D (derivative), atau gabungan dari ketiga aksi tersebut

(50)

d. Diskrit (diskontinu)

Pengontrolan ini dapat dilakukan oleh komponen komponen diskrit

dapat dibagi atas :

a. Pengontrolan dengan dua posisi (mis : relai, thermostat, level, sakelar

On – Off , dll. Bersifat osilasi.

b. Posisi ganda misalnya saklar pemilih (selector switch)

c. Floating : pada posisi yang relatif tak terbatas. Dalam jenis ini

pemindahan energi dapat dilakukan melalui salah satu dari beberapa

(51)

BAB. III

LEVEL RADAR TRANSMITTER

Level Radar Transmitter adalah suatu alat yang berfungsi untuk menentukan tinggi permukaan (level) suatu fluida dengan menggunakan metode

pengukuran radar dan mengubah hasil pengukuran tersebut ke dalam bentuk

besaran listrik. Adapun Level Radar Transmitter yang digunakan adalah tipe

Micropilot M FMR 240. Pengukuran yang dilakukan pada oleh Micropilot M FMR 240 adalah tanpa kontak langsung dengan objek yang akan diukur, tetapi melalui gelombang mikro. Adapun hasil pengukuran level adalah berupa besaran

listrik antara 4 – 20 mA. Karena output keluarannya yang berupa besaran listrik

maka alat ini dapat langsung dikoneksikan dengan peralatan kontrol yang pada

umumnya memerlukan input sinyal yang berupa besaran listrik. Karena alasan

tersebut diatas maka hingga sekarang ini telah banyak industri yang menggunakan

Micropilot M FMR 240 sebagi salah satu komponen yang terdapat pada proses industrinya.

III.1. Prinsip kerja

Level Radar Transmitter bekerja berdasarkan prinsip metode time of flight. Yaitu teknologi pengukuran radar dengan mengukur waktu penerbangan dari sinyal yang dipancarkan kepada sinyal hasil refleksi dari pancaran gelombang

terhadap permukaan objek yang akan diukur. Teknologi radar tidak memerlukan

suatu perjalanan dan medium pengangkut di kelajuan cahaya (3×108 m/s).

(52)

pulsa sebesar 1 mW (output power rata – rata 1 µW). Waktu yang dibutuhkan

untuk penerbangan sinyal yang dipancarkan terhadap sinyal hasil adalah terukur

pada satuan nanosecond.

III.2. Kontruksi Alat Dan Keterpasangan

III.2.1 Kontruksi Alat

Agar dapat bekerja sesuai dengan fungsinya maka Micropilot M FMR 240

harus didukung oleh beberapa komponen yang masing – masing saling

mendukung antara satu dengan lainnya. Untuk dapat mengetahui komponen

komponen yang menyusun Micropilot M FMR 240, maka untuk itu dapat kita

lihat pada Gambar 3.1 berikut ini yang merupakan gambar konstruksi dari

(53)

Gambar 3.1 Kontruksi Micropilot M FMR 240.

Keterangan :

10 : Housing

Rumah atau tempat dudukan seluruh komponen yang terdapat pada

Micropilot M FMR 240 (terbuat dari bahan alminium).

11 : Hood for terminal compartment

(54)

12 : Screw set (tempat pengatur dudukan baut )

20 : Cover

Tebuat dari bahan almunium dan terdiri dari window dan gasket.

30 : Electronics

Tempat pengolahan data pengukuran.

31 : HF modul

HF (High Frekuensi) modul Micropilot M, 26 GHz

35 : Terminal module /power supply board

Terminal tempat dudukan kabel power yang dapat dilihat Gambar 3.2

berikut.

Gambar 3.2 Terminal Modul /Power Supply Board

40 : Display

Adapun display yang terdapat pada Micropilot M FMR 240 berupa

(55)

Gambar 3.3 Display Micropilot M FMR 240.

50 : Antenna conection

Penghubungkan antenna dengan housing.

55 : Horn antenna

Antena yang digunakan adalah dengan panjang 86 mm dan dengan

diameter 40 mm.

(56)

III.2.2 Keterpasangan Mikropilot M FMR 240

Pada proses pengontrolan level air Micropilot M FMR 240 terpasang pada

tangki horizontal selinder dengan panjang (L) yaitu 5,5 m, dan dengan diameter

(D) yaitu 2,370 m serta dengan ketebalan dinding tangki yaitu 7,4 cm,

sebagaimana yang dapat kita lihat pada Gambar 3.4 berikut ini.

Gambar 3.4 Keterpasangan Micropilot M FMR 240

Pada Gambar 3.4 dapat dilihat jarak keterpasangan Micropilot M FMR

240 dari dinding tangki yang dinotasikan dengan simbol X adalah 6 1

dari panjang

tangki (untuk tangki horizontal selinder) yang dinotasikan dengan (L) sedangkan

untuk tangki jenis vertical selinder adalah 6 1

dari diameter tangki (D). Untuk itu

jarak antara Micropilot M FMR 240 dengan dinding tangki dapat ditentukan

(57)

Micropilot M FMR 240 bukan merupakan hasil refleksi dari dinding tangki, selain itu pemasangan alat ini tidak berdekatan dengan pipa aliran masuk fluida

ke dalam tangki, karena dapat menyebabkan gelombang yang dipancarkan

kepermukaan objek yang akan diukur terputus, sehingga gelombang tidak dapat

direfleksikan objek yang akan diukur.

III.3 Cara Kerja Micropilot M FMR 240

Gelombang mikro dihasilkan oleh HF Modul akan dipancarkan melalui

antena kepermukaan objek pada frekuensi 26 GHz, akan direfleksikan oleh objek

ke antena berdasarkan gema hasil refleksi gelombang mikro yang dipancarkan

kepermukaan objek. Yang selanjutnya gema hasil refleksi gelombang tadi akan

diteruskan ke HF Modul Micropilot M yang terdapat pada housing yang berfungsi

untuk menindas gema gangguan yang terdapat pada gema hasil pantulan untuk

diteruskan ke bagian elektronik. Dimana pada bagian elektronik terdapat suatu

mikroprosesor, yang berfungsi untuk mengevaluasi sinyal yang dihasilkan oleh HF Modul Micropilot M berdasarkan tingkatan gema yang disebabkan hasil

refleksi gelombang pada permukaan permukaan produk. Yang mana output

evaluasi tersebut berupa besaran listrik antara 4 – 20 mA yang mewakili

pengukuran 0 – 100 %. Yang mana hasil pengukuran dapat dilihat dari display

(58)

III.4 Data Teknis

Adapun data – data teknis Micropilot M FMR 240 adalah sebagai berikut:

1. Input

a. Input Power : 24 VDC

b. Range pengukuran : 2 m

c. Operating Frekuensi : 26 GHZ

d. Band Frekuensi : K- Band

2. Output : 4 – 20 mA

4. Ukuran horn antena yang digunakan : Panjang : 86 mm

Diameter : 40 mm

(59)

III.5 Data pengukuran

Pada tangki boiler batubara jenis fluida yang digunakan adalah air, dengan

range pengukuran Level Radar Transmitter (Micropilot M FMR 240) antara 0 – 2

m. Yang berarti apabila level dalam keadaan 0 m (kosong) maka keluarannya

adalah 4 mA, dan apabila level pada tangki 2 m maka keluarannya adalah 20 mA.

Untuk itu dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Pengukuran Level

(60)
(61)
(62)

D = Jarak permukaan produk ke referensi point dari

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

2

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

(63)

D = 1,87 m

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

2

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

2

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

(64)

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

2

Untuk itu dapat ditentukan nilai T yaitu :

2

(65)

2

Range pengukuran pengukuran pada Mikropilot M FMR 240

adalah 0 – 2 m, dengan range arus keluaran (I) 4 – 20 mA.

Maka didapat:

I1 = 4 mA, L1 = 0 m

I2 = 20 mA L2 = 2 m

Untuk mentukan Iout dapat digunakan rumus sebagai berikut :

(66)
(67)
(68)

BAB. IV

PROSES PENGONTROLAN LEVEL

IV.1 Penggunaan Level Radar Transmitter Pada Pengontrolan Level Air

Tangki Boiler Batubara

Penggunaan LRT (Level Radar Transmitter) Micropilot M FMR 240 pada

proses pengontrolan level pada tangki boiler batubara adalah berfungsi untuk

mengukur level air yang terdapat pada tangki tersebut. Dan hasil pengukurannya

berupa berupa sinyal elektrik 4 – 20 mA pada pengukuran level air 0 – 2 m, yang

nantinya sinyal elektrik tersebut akan diteruskan ke DIC (Digital Indicating

Controler) UT – 351. Maka untuk dapat bekerja alat ini perlu dilakukan penyetingan pada parameter yang terdapat pada alat tersebut.

IV.2 Proses Pengontrolan Level

Proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara merupakan salah

satu bagian proses yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga uap dengan

berbahan bakar batubara, yang bertujuan untuk menjaga agar air didalam tangki

boiler batubara tidak dalam keaadaan kosong sewaktu proses pada tanki boiler

sedang berjalan. Yang dapat berakibat pada terhentinya proses pada pembangkit

listrik tersebut. Selain itu untuk menjaga agar level air tidak melewati batas level

maksimum seperti yang ditentukan pada proses pengontrolan. Adapun proses

yang terjadi pada tangki boiler adalah proses pemanasan air hingga menjadi uap

air dengan menggunakan bahan bakar batubara, yang nantinya uap air tersebut

(69)

langkah yang dilakukan pada proses pengontrolan level pada tangki boiler

batubara adalah sebagai berikut :

1. Settingan parameter

2. Proses pengisian air pada tangki boiler

3. Proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara.

Selanjutnya setelah dilakukan proses pengontrolan air pada tangki boiler,

maka air diteruskan ke superheater.

IV.2.1 Settingan Parameter

Settingan parameter merupakan hal yang pertama dilakukan pada proses

pengontrolan level air pada tangki boiler batubara. Alat – alat yang dilakukan

settingan adalah sebagai berikut :

a. LRT Micropilot M FMR 240

Untuk dapat melakukan pengukuran pada level air yang terdapat pada

tangki boiler batubata, maka LRT Micropilot M FMR 240 perlu dilakukan

settingan seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Settingan Parameter LRT Micropilot M FMR 240

00. Basic Setup

Parameter Posisi

indicator

Hasil pengaturan

Tank shape (bentuk tangki) 002 Horizontal cylinder

Medium property (konstanta

dielektrik pada cairan yang ada di

tangki)

(70)

Process condition 004 Turbulent Surface

Empty calibration 005 2.370 mm

Full calibration 006 2.000 mm

01. Safety setting

Parameter Posisi

indicator

Hasil pengaturan

Output alarm 010 Max (22 mA) digunakan jika

terhubung dengan alarm

Output echo loss 012 Hold

Delay time 014 30 s

04. Linearisation

Parameter Posisi

indicator

Hasil pengaturan

Level/ ullage 040 Level cu

Linearisation 041 Linear (kenaikan nilai level

yang terukur sama dengan

output keluaran (mA)

Costumer unit (satuan yang

digunakan)

042 mm

Maximum scale 046 2.000 mm

05. Extended calibration

Parameter Posisi

indicator

Hasil pengaturan

Selection 050 Common

(71)

09. Display

Format display (bentuk tampilan

hasil pengukuran)

094 Desimal

No. of decimal (jumlah angka

pada tampilan)

095 x.xxx

Adapun keterangan dari settingan yang terdapat pada Tabel 4.1 dapat dilihat pada

lampiran.

b. DIC (Digital Indicating Controler) UT – 351

Adapun settingan parameter untuk DIC UT-351 pada proses pengontrolan

level air pada tangki boiler dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Settingan Pada DIC UT – 351

Harga input maksimum 5 V

Harga input minimum 1 V

Skala harga input proses maksimum 2,0 m

Skala harga input proses minimum 0,0 m

Batas output tertinggi 100 %

Batas output terendah 0%

Alaram 1 1,5 m

(72)

Alaram 3 0

Nilai setpoint pada pengontrolan dapat diatur melalui alarm 1 yang terdapat pada

display UT – 351. Memasukkan nilai setpoint ini dilakukan setelah proses pengisian air pada tangki.

IV.2.2 Proses Pengisian Air Pada Tangki

Air yang digunakan pada proses pengontrolan level air pada tangki boiler

adalah air yang berasal dari bagian pemurnian air atau yang disebut water

treatment, disini air akan diisi pada tangki boiler batubara telah mengalami proses pemisahan terhadap logam atau mineral – mineral yang terkandung didalam air

tersebut yang dapat menyebabkan korosi pada peralatan. sehingga air yang

digunakan disini adalah air lunak (soft water). Proses pengisian air pada tangki

boiler batubara adalah dengan menutup katup V1 pada pipa pembuangan air yang

terdapat pada tangki, yang mana katup ini berfungsi untuk membuang kotoran dan

air yang tersisa pada tangki sewaktu proses tidak sedang berlangsung (pembangkit

dalam keaadaan tidak aktif). Seperti yang terlihat pada gambar P & ID (Piping &

(73)

Gambar 4.1 P &ID Peralatan Pada Proses Pengontrolan Level Air Pada

Tangki Boiler Batubara.

Selanjutnya hasil pengukuran pada LRT Micropilot M FMR 240 akan

menujukkan bahwa level pada tangki dalam keaadan 0 % (kosong), maka LRT

Micropilot M FMR 240 akan mengirimkan hasil pengukuran berupa sinyal elektrik sebesar 4 mA tersebut ke DIC UT – 351. Yang nantinya DIC UT – 351

akan mengirimkan sinyal elektrik ke control valve sebesar 4 mA. Yang berarti

control valve harus membuka sebesar 100 % dan pompa P1 dapat diaktifkan. Setelah tangki berisi penuh maka LRT akan memberikan sinyal ke DIC UT – 351,

dan selanjutnya DIC UT – 351 akan memberikan sinyal elektrik ke control valve

sebesar 20 mA yang berarti control valve harus dalam keadaan menutup 100%.

Hal ini mengakibatkan pompa P1 dalam keaadan tidak aktif. Setelah proses ini

(74)

IV.2.3 Proses Pengontrolan Level

Langkah selanjutnya setelah dilakukan proses pengisian pada tangki

adalah proses pengontrolan pada level air yang terdapat pada tangki boiler

batubara. disini control valve berada dalam keadaan tertutup dan pompa P1 dalam

keaadaan aktif. Selanjutnya adalah memasukkan nilai setpoint pada pada DIC UT

– 351, yaitu dengan memasukkan nilai setpoint pada A1 (Alarm 1) yang terdapat

pada parameter operasi yang terdapat pada DIC UT – 351. Adapun blok diagram

proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara dapat dilihat pada

Gambar 4.2 berikut yang merupakan blok diagram pengontrolan level air pada

tangki boiler batubara.

Gambar 4.2 Blok Diagram Proses Pengontrolan.

Pada Gambar 4.2 dimana input pada DIC UT – 351 merupakan setpoint

dari pengontrolan level air pada tangki boiler batubara. Yang dimaksud dengan

(75)

Setpoint pada proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara adalah 1,5 m. Yang selanjutnya DIC UT – 351 akan mengatur bukaan pada

control valve berdasarkan selisih setpoint dengan hasil pengukuran level air yang diberikan oleh LRT Micropilot M FMR 240 pada tangki tersebut. Dan selanjutnya

uap akan dikirim ke superheater untuk dipanaskan kembali. Hasil pengukuran

yang diberikan LRT Micropilot M FMR 240 ke DIC UT – 351 adalah berupa

sinyal elektrik (4 mA – 20 mA). Pada proses pengontrolan ini tinggi rendahnya

level air pada tangki diatur oleh besarnya aliran air yang masuk pada tangki

boiler batubara, dan besarnya aliran air ini ditentukan oleh besarnya bukaan pada

control valve yang terdapat pada pipa aliran masuk air pada tangki boiler batubara. Yang mana jalannya proses pengontolan level air pada tangki boiler

batubara dapat dilihat pada Gambar 4.3 dibawah ini yang merupakan flowchart

dari jalannya proses pengontrolan yang dimulai pada langkah proses pengisian air

(76)

Gambar 4.3 Flowchart Proses pengontrolan Level Air Pada Tangki.

Untuk hubungan input terminal dan output terminal pada peralatan elektrik

seperti LRT Micropilot M FMR 240, DIC UT – 351 dan control valve yang

terdapat pada proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara dapat

(77)

Gambar 4.4 Wiring Diagram Peralatan Pada Proses Pengontrolan.

Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa untuk dapat bekerja LRT Micropilot

M FMR 240 harus disuplai dengan tegangan 24 V DC yang terhubung pada terminal positip LRT Micropilot M FMR240. Selanjautnya terminal negatipnya

terhubung dengan input terminal positip (terminal 12) pada DIC UT – 351, pada

terminal inilah masuknya sinyal elektrik hasil pengukuran pada LRT Micropilot M

FMR 240. Dan terminal output positip (terminal 16) dan negatif (terminal 17) nantinya terhubung dengan terminal input sinyal pada control valve.

(78)

BAB.V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan mengenai penggunaan

Level Radar Transmitter (Micropilot M FMR 240) pada proses pengontrolan level air pada tangki boiler batubara adalah sebagai berikut :

1. Level Radar Transmitter Micropilot M FMR 240 adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur level cairan, dengan menggunakan gelombang

mikro yang dipancarkan ke permukaan cairan dengan prinsip time of

flight.

2.

Hasil pengukuran level air 0 m – 2 m pada tangki akan menghasilkan

keluaran berupa sinyal elektrik dalam besaran arus 4 mA – 20 mA, yang

apabila level yang terukur 0 m maka arus keluarannya 4 mA dan apabila

yang terukur 2 m maka arus keluarannya 20 mA.

3.

Makin besar level yang terukur maka semakin besar arus keluaran yang

masuk ke DIC (Digital Indicating Controler) UT – 351.

4.

Langkah – langkah proses pada pengontrolan level air yang terdapat pada

tangki boiler batubara adalah

a. Settingan parameter

b. Proses pengisian air pada tangki

(79)

V.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis pada penulisan Karya Akhir

ini yaitu :

1. Antena yang akan digunakan pada LRT Micropilot M FMR 240 sebaiknya

disesuaikan dengan level cairan yang akan diukur.

2. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan Level Radar

Transmitter adalah jarak keterpasangan dan letak Level Radar Transmitter pada tangki yang digunakan, karena dapat menyebabkan kesalahan pada

pengukuran level cairan yang ada pada tangki tersebut.

3. Untuk mengawasi agar proses pengontrolan level air pada tangki boiler

batubara dapat berjalan dengan baik, maka sebaiknya diperlukan operator

yang bertugas untuk mengawasi jalannya proses pada pengontrolan level

(80)

68   

DAFTAR PUSTAKA

1. Endress Hauser Company. Technical Information for Level Radar

Transmiter Micropilot M FMR 230/231/240/245. (Katalog 2007).

2. Endress Hauser Company. Operation Instruction Micropilot M FMR 240

(Level Radar Transmitter). (Katalog 2007).

3. Curtis D. Johnson, Process Control Instrumentation Technology, Fifth

Edition (University Of Huston : Prentice – Hall International, Inc, 1997).

4. Mansyur, Instrumentasi Pabrik I, (Medan : PTKI,2004).

5. Mansyur, Instrumentasi Dan Proses Kontrol. (Medan : PTKI 2005).

6. Yustianus.G, Roberto.P, Maintenance Produksi PT.SOCI Medan

(Medan 2007)

7. General Specification Contol Level UT – 351.

(WWW.Yokogawa.com.2007).

Gambar

Gambar  2.1. Gelas Penunjuk
Gambar 2.2  Pelampung
Gambar 2.3  Spectrum Gelombang Elektromagnetik
Tabel 2.1 Radar Frequency Band
+7

Referensi

Dokumen terkait