DEP
FAKULT
INS
LISA P H
PARTEME
TAS EKON
STITUT P
OLEH PERMATA H14070043
EN ILMU
NOMI DA
ERTANIA
2011
ASARI
U EKONO
AN MANA
AN BOGO
OMI
RINGKASAN
LISA PERMATASARI. Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).
Peningkatan pembangunan dapat dilihat dengan berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi. Salah satu cara yang menjadi tolak ukur untuk menilai peningkatan pembangunan adalah dengan melihat tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya, laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB. Sektor perdagangan telah dianggap sebagai salah satu sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) serta penerimaan devisa . Selain itu, upaya pemerintah untuk mengembangkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri dinilai efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat termasuk bagi usaha kecil dan menengah. Namun, potensi dalam pengembangan di sektor perdagangan ini melalui investasi belum diperhatikan dengan baik oleh pemerintah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari investasi di sektor perdagangan terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Input Output serta jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008, klasifikasi 66 sektor yang diagregasi menjadi sepuluh sektor. Analisis yang dilakukan mencakup analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, analisis pengganda dan analisis dampak penambahan investasi.
ANALISIS DAMPAK INVESTASI PADA SEKTOR
PERDAGANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN
INDONESIA
(ANALISIS INPUT-OUTPUT)
Oleh
LISA PERMATASARI H14070043
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Perdagangan
Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis
Input-Output)
Nama Mahasiswa : Lisa Permatasari
NIM : H14070043
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si NIP. 19620816 198701 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 1964 1022 1989031003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 18 Mei 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Lisa Permatasari lahir pada tanggal 26 september 1989 di
Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari
pasangan April Liswar dan Hasnah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa
hambatan, penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar pada SD Al-Kautsar,
kemudian melanjutkan ke SMP Al-Kautsar dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun
yang sama penulis diterima di SMA Al-Kautsar dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis memutuskan untuk melanjutkan jenjang
pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Pilihan tersebut didasarkan oleh kualitas
Institut Pertanian Bogor sebagai universitas yang baik dan tempat yang cocok
untuk mengembangkan pola pikir penulis sehingga dapat berguna bagi
masyarakat. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Judul skripsi ini
adalah “Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output)”. Perdagangan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian
seperti halnya dalam penyumbang devisa bagi negara. Karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terkait dengan perdagangan, khususnya di Indonesia.
Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Bapak April Liswar dan Ibu Hasnah, yang telah
memberikan doa dan restu kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Tensa Pretty Oktavia dan Cahaya Intan Fitri selaku kakak dan adik, yang
telah memberikan semangat dan dorongannya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
3. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan semangat kepada penulis selama
proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
4. Bapak Dr. Sri Hartoyo selaku dosen penguji utama yang telah memberikan
banyak saran yang membangun demi kebaikan skripsi ini.
5. Ibu Tanti Novianti, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang turut
memberikan saran atas berbagai penulisan skripsi.
6. Robby Muslihat yang telah memberikan semangat dan bantuan terhadap
penyelesaian skripsi ini.
7. Dedi Budiman Hakim, Ph.D sebagai ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
8. Seluruh staf TU Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB atas bantuan yang
diberikan demi kelancaran seminar dan siding skripsi ini.
9. Teman- teman IE 44 untuk kebersamaannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Besar harapan penulis agar penelitian ini memiliki manfaat bagi
pembaca.
Bogor, Mei 2011
Lisa Permatasari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Pengertian Perdagangan ... 11
2.1.1. Perdagangan Besar ... 12
2.1.2. Perdagangan Eceran ... 13
2.2. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 14
2.3. Tabel Input Output ... 15
2.3.1. Struktur Tabel Input Output………17
2.3.2. Keterbatasan Tabel Input Output………... 19
2.3.3. Analisis Input Output………..20
2.4. Penelitian Terdahulu………..25
2.5. Kerangka Pemikiran………..26
III. METODE PENELITIAN ... 29
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 29
3.2. Metode Analisis ... 29
3.3.1. Analisis Keterkaitan ... 31
3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33
3.3.3. Analisis Multiplier ... 35
3.4. Definisi Operasional Data……….38
IV. GAMBARAN UMUM ... 42
4.1. Sejarah Perdagangan di Indonesia ... 42
4.2. Hubungan Sektor Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 43
4.3. Strategi Pengembangan Perdagangan ... 44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
5.1. Peranan Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian……….47
5.1.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir ... 47
5.1.2. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah ... 48
5.1.3. Ekspor dan Impor ... 49
5.1.4. Investasi ... 50
5.1.5. Nilai Tambah Bruto ... 51
5.1.6. Output Sektoral ... 52
5.2. Analisis Keterkaitan ... 53
5.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 53
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 55
5.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 56
5.2.3.1. Koefisien Penyebaran ... 56
5.2.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 58
5.3. Analisis Multiplier ... 59
5.4.1. Multiplier Output ... 59
5.4.2. Multiplier Pendapatan ... 60
5.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 61
5.4. Analisis Dampak Investasi ... 62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
6.1. Kesimpulan ... 66
6.2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha ... 2
2. Tenaga Kerja Yang Bekerja di Indonesia Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (Februari 2007- Agustus 2009) ... 3
3. Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia ... 4
4. Ilustrasi Tabel Input Output ... 18
5. Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ... 35
6. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perekonomian Indonesia ... 48
7. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Indonesia Tahun 2008 ... 49
8. Struktur Ekspor dan Impor Sektor Perekonomian Indonesia ... 50
9. Pembentukan Modal Tetap, Struktur Perubahan Stok dan Investasi Sektor Perekonomian Indonesia ... 51
10. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 ... 52
11. Output Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 ... 53
12. Keterkaitan Output Langsung serta Langsung dan Tak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 54
13. Keterkaitan Output Langsung serta Langsung dan Tak Langsung ke Belakang Sektor-sektor Perekonomian Indonesia ... 55
14. Koefisien Penyebaran Sektor Perekonomian di Indonesia ... 57
15. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 58
16. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 60
17. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 61
18. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ... 62
19. Dampak Investasi Sektor Perdagangan Sebesar 1 Triliun terhadap Perubahan Pembentukan Output ... 63
20. Dampak Investasi Sektor Perdagangan Sebesar 1 Triliun terhadap
Perubahan Tenaga Kerja ... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Nilai PMDN dan PMA Sektor Perdagangan……….5
2. Pengaruh Peningkatan Investasi Pemerintah terhadap
Pendapatan Nasional Rill………..15
3. Kerangka Pemikiran ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Agregasi 10 Sektor Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008…………...72
2 Klasifikasi 10 Sektor Tabel IO Indonesia Tahun 2008 ... 74
3 TransaksiTotal Atas Harga Produsen 2008 Klasifikasi 10 Sektor ... 76
4 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 ... 78
5 Matriks Koefisien Teknis ... 79
6 Matriks Kebalikan Leontief ... 80
7 Multiplier Output………...81
8 Multiplier Pendapatan……….. 81
9 Multiplier Tenaga Kerja ………...82
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda,
yaitu pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita yang
terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan
salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Pembangunan ekonomi
merupakan usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah
kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,
penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan,
penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen (Sukirno, 1987).
Peningkatan pembangunan dapat dilihat dengan berbagai macam cara dan
tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non
ekonomi. Salah satu cara yang menjadi tolak ukur untuk menilai peningkatan
pembangunan tersebut adalah dengan melihat tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada
umumnya, laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditunjukkan melalui tingkat
pertumbuhan PDB.
Sektor perdagangan merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap perekonomian Indonesia melalui Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) dapat dilihat pada Tabel 1 tahun 2009, kontribusinya sebesar 13,9
persen. Secara garis besar perdagangan terbagi menjadi dua bagian yaitu
Table 1 Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam Persen)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan 14,9 14,5 14,2 13,8 13,6 13,6
2. Pertambangan dan Penggalian 9,6 9,4 9,1 8,7 8,3 8,3 3. Industri Pengolahan 28,4 28,1 27,8 27,4 26,8 26,1 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,65 0,66 0,66 0,68 0,72 0,78
5. Konstruksi 5,8 5,9 6,1 6,2 6,3 6,43
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,3 16,8 16,9 17,3 17,5 16,9 a. Perdagangan Besar dan Eceran 13,4 13,8 13,9 14,36 14,5 13,9
b. Hotel 0,7 0,7 0,7 0,7 0,68 0,68
c. Restoran 2,2 2,3 2,3 2,24 2,32 2,32
7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,8 6,2 6,76 7,25 7,97 8,8 8. Keuangan, Real Estate & Jasa
Perusahaan 9,1 9,2 9,2 9,3 9,5 9,6
9. Jasa-jasa 9,45 9,24 9,28 9,37 9,31 9,49
PDB 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Indonesia, 2009
Tabel 1 memperlihatkan kontribusi dari sektor perdagangan terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun 2004 sampai 2009 berdasarkan harga
konstan 2000. Data tersebut menunjukan bahwa kontribusi PDB pada subsektor
perdagangan besar dan eceran dari tahun 2004 sampai 2008 mengalami
peningkatan, tetapi pada tahun 2009 mengalami sedikit penurunan. Walaupun
demikian sektor perdagangan masih menjadi salah satu sektor yang memberikan
kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor perdagangan juga mampu
menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa dari
tahun 2007 sampai 2009 jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor perdagangan
merupakan lapangan kerja yang relatif lebih sesuai dengan tingkat kualifikasi
pekerja di Indonesia walaupun angkanya masih berada di bawah sektor pertanian.
Tabel 2 Tenaga Kerja Yang Bekerja di Indonesia Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (Februari 2007- Agustus 2009) (dalam Juta orang)
Lapangan Pekerjaan Utama
Tenaga Kerja Yang Bekerja di Indonesia Menurut Lapangan Kerja Utama
2007 2008 2009 Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 42,61 41,21 42,69 41,33 43,03 41,61
Industri 12,09 12,37 12,44 12,55 12,62 12,84
Konstruksi 4,4 5,25 4,73 5,44 4,61 5,49
Perdagangan 19,43 20,55 20,68 21,22 21,84 21,95
Transportasi 5,56 5,96 6,01 6,18 5,95 6,12
Keuangan 1,26 1,4 1,44 1,46 1,48 1,49
Jasa
Kemasyarakatan 10,96 12,02 12,78 13,10 13,61 14,00
Lainnya 1,27 1,17 1,27 1,27 1,35 1,39
Sumber : BPS, 2007- 2009 (Diolah Pusdatinaker)
Upaya pemerintah untuk mengembangkan perdagangan dalam negeri dan
luar negeri dinilai efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
termasuk bagi usaha kecil dan menengah. Kegiatan perdagangan dalam negeri
yang paling penting untuk ditangani pemeritah adalah menyangkut pengadaan dan
penyaluran barang kebutuhan pokok masyarakat. Barang kebutuhan masyarakat
harus sampai ke masyarakat dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, mutu yang
baik dan harga yang terjangkau.
Disamping itu perdagangan luar negeri juga memiliki peranan yang
penting dalam menggerakkan perekonomian, karena disamping penghasil devisa
juga merupakan penyedia lapangan kerja. Selain itu perdagangan luar negeri juga
negeri dalam perekonomian, maka kegiatan perdagangan luar negeri menjadi
salah satu tulang punggung perekonomian nasional (Depdag, 2005).
Tabel 3 Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia (dalam Juta US$)
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
I
EKSPOR 100.798,6 114.100,9 137.020,4 116.510,0 157.779,1 Migas 21.209,5 22.088,6 29.126,3 19.018,3 28.039,6 Non migas 79.589,1 92.012,3 107.894,2 97.491,7 129.739,5
II
IMPOR 61.065,5 74.473,4 129.197,3 96.829,2 135.663,3 Migas 18.962,9 21.932,8 30.552,9 18.980,7 27.412,7 Non migas 42.102,6 52.540,6 98.644,4 77.848,5 108.250,6 III Total 161.864,1 188.574,3 266.217,7 213.339,3 293.442,4 Sumber : BPS, 2006- 2010 (diolah Kemendag)
Tabel 3 menunjukan perkembangan ekspor impor Indonesia. Terlihat pada
tahun 2009 ekspor Indonesia mengalami tekanan sejalan dengan krisis ekonomi
dunia sehingga ekspor migas menurun sebagai akibat dari menurunnya harga
minyak dan gas di pasar internasional. Selain itu, ekspor nonmigas Indonesia juga
mengalami penurunan. Secara umum, penurunan nilai ekspor nonmigas
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu turunnya permintaan dan harga secara
bersamaan. Tetapi pada tahun 2010 ekspor Indonesia mengalami peningkatan
yang begitu pesat.
Dalam hal impor, Kementerian Perdagangan berupaya mengelola impor
yang berorientasi pada kepentingan nasional, yaitu sesuai standar kesehatan,
keamanan, keselamatan, lingkungan, dan moral bangsa. Pengelolaan impor juga
diarahkan untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat dan transparan di
dalam negeri, sehingga tidak terjadi perdagangan yang tidak adil dan memastikan
impor yang masuk melalui perjanjian perdagangan bebas memenuhi syarat
Jika dilihat dari sisi penanaman modal, PMDN (Penanaman Modal Dalam
Negeri) sektor perdagangan pada tahun 2006 adalah sekitar Rp. 345,8 milyar,
pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi sekitar Rp. 143 milyar. Pada
tahun 2008 itu mengalami peningkatan sebesar Rp. 594,8 milyar. Sementara itu,
dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor perdagangan pada tahun 2006
adalah sekitar Rp. 4.092 milyar, pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar
Rp. 4.250 milyar. Untuk tahun 2008 juga mengalami peningkatan sebesar Rp.
5.123 milyar. Sehingga dapat dilihat yang banyak berperan terhadap sektor
perdagangan adalah pada (PMA) Penanaman Modal Asing (Gambar 1).
Gambar 1 Nilai PMDN dan PMA Sektor Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)
Sumber : Depdag, 2009
Sektor perdagangan penting dalam perekonomian nasional, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, pentingnya sektor perdagangan
terlihat dari peningkatan kontribusi PDB Sektor Perdagangan. Nilai tambah
Sektor Perdagangan selama periode 2004-2008 menunjukkan peningkatan positif.
Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari
kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung 0
1000 2000 3000 4000 5000 6000
2006 2007 2008
PMA
sektor industri, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan
lain-lain.
Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap
meningkatnya kontribusi sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain
meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor-
impor seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern, penyediaan
kebutuhan pokok, dan stabilisasi harga serta sinergi pengembangan UKM dan
petani di bidang perdagangan.
Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan
pembangunan perdagangan nasional. Kenaikan harga minyak mentah, krisis
keuangan global, sampai kepada bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia,
turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan di dalam
negeri Indonesia. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencari sumber- sumber
pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari
luar negeri. Investasi merupakan salah satu sumber yang menjadi sasaran dalam
membantu meningkatkan pengembangan pada sektor perdagangan.
Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
nasional, maka peranan dan sumbangan sektor perdagangan menjadi semakin
penting pula. Peranan sektor perdagangan antara lain memperlancar arus barang
dan jasa, mengusahakan dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil dan
cukup besar karena sektor perdagangan dapat memperluas kesempatan kerja dan
kesempatan usaha bagi seluruh anggota masyarakat dengan imbalan berupa
penghasilan atau pendapatan (Lemhanas, 1997).
Berdasarkan argumentasi diatas, perdagangan merupakan salah satu sektor
yang berpengaruh cukup besar pada pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
Dengan demikian, sektor perdagangan dapat dipandang sebagai suatu alat yang
paling tepat dalam membantu proses transformasi perekonomian Indonesia. Selain
itu dapat dikaitkan dengan peran sektor perdagangan itu sendiri dalam mendorong
pembangunan Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan akan
berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan ekonomi. Sektor
perdagangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap PDB Indonesia
yaitu sebesar 13,9 persen. Selain itu sektor perdagangan memiliki peranan
terhadap penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam jumlah yang cukup besar pula yaitu sebesar 21,95 persen. Hal tersebut
dipengaruhi juga dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan.
Kebijakan di suatu sektor bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari
sektor tersebut. Namun demikian, karena di dalam suatu ekonomi, sektor-sektor
ekonomi saling terkait satu dengan lainnya, langsung dan tidak langsung
(misalnya kemampuan Indonesia dalam menarik investasi dari luar sangat
dari suatu kebijakan terhadap kinerja dari sektor bersangkutan sangat ditentukan
oleh kebijakan-kebijakan lain di sektor-sektor lainnya. Misalnya, efektivitas dari
kebijakan investasi riil sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan perdagangan
luar negeri, industri, perburuhan, dll. Oleh karena itu dapat terlihat seberapa besar
pengaruh kebijakan-kebijakan yang ada dalam perkembangan untuk perdagangan
itu sendiri.
Namun pada saat terjadi krisis ekonomi, sektor perdagangan menunjukan
ketidakmampuan dalam mengangkat perekonomian secara berkesinambungan.
Terlihat pada PDB atas dasar harga konstan 2000 (Tabel 1) menunjukan besarnya
persentasi sektor perdagangan terhadap PDB dari tahun 2004 sampai tahun 2008
mengalami peningkatan yang kontinuitas. Akan tetapi, pada tahun 2009
mengalami penurunan yang cukup berarti. Oleh karena itu diperlukan suatu
strategi yang lebih baik lagi dalam pengembangan sektor perdagangan di
Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana peranan sektor perdagangan terhadap perekonomian Indonesia ?
2. Bagaimana keterkaitan ke depan dan ke belakang serta dampak penyebaran
sektor perdagangan dengan sektor lain dalam perekonomian Indonesia ?
3. Berapa besar multiplier effect dari sektor perdagangan terhadap output dan pendapatan ?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya investasi pada sektor
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian ini antara lain :
1. Menganalisis bagaimana struktur permintaan, struktur konsumsi, struktur
ekspor dan impor, struktur investasi serta struktur nilai tambah bruto sektor
perdagangan.
2. Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang serta dampak penyebaran
sektor perdagangan dengan sektor lain dalam perekonomian Indonesia.
3. Menganalisis besar multiplier effect dari sektor perdagangan terhadap output dan pendapatan.
4. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari adanya investasi pada sektor
perdagangan terhadap output dan pendapatan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai
pihak sebagai :
1. Pemahaman yang lebih mendalam bagi masyarakat mengenai peran sektor
perdagangan dalam perekonomian Indonesia.
2. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan
prioritas kebijakan pengembangan sektor perdagangan yang efektif untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
3. Bahan informasi dan masukan bagi yang berminat melakukan studi tentang
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Analisis peran sektor perdagangan dalam penelitian ini difokuskan pada
analisis aspek makroekonomi dengan model Input Output tahun 2008, dengan
analisis menggunakan IOAP (Input Output Analysis for Practitioners). Tabel Input Output yang digunakan adalah Tabel Input Output 2008 atas dasar transaksi
total berdasarkan harga produsen. Model ini digunakan untuk menganalisis
peranan sektor perdagangan dalam pembentukan output dan perannya dalam
meningkatkan pendapatan sektor-sektor lain dalam perekonomian nasional
Indonesia. Keterbatasan utama dari penelitian ini terutama berkaitan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perdagangan
Perdagangan diartikan sebagai suatu kegiatan meliputi pembelian dan
penjualan barang, baik barang baru maupun barang bekas untuk tujuan penyaluran
atau pendistribusian kepada konsumen tanpa merubah bentuk barang tersebut
(BPS, 2008). Perdagangan hanya akan terjadi apabila ada pihak yang memperoleh
keuntungan/ manfaat akibat pertukaran itu, dan tidak ada pihak yang merasa
dirugikan diantara pihak- pihak yang melakukan pertukaran. Jadi motif atau
dorongan yang ada bagi kedua belah pihak yang melakukan pertukaran adalah
adanya kemungkinan memperoleh manfaat akibat adanya perdagangan (gains from trade) (Limbong dan Sitorus, 1987).
Perdagangan tidak akan dapat berkembang apabila tidak didukung oleh
sektor atau faktor lain secara bersamaan. Untuk meningkatkan sektor perdagangan
suatu negara/daerah salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan investasi.
Dengan dilakukannya investasi pada sektor perdagangan diharapkan sektor
perdagangan di masa yang akan datang dapat berkembang dengan lebih baik.
2.1.1 Perdagangan Besar
Perdagangan besar adalah perdagangan barang baru maupun bekas dalam
partai besar kepada pedagang eceran, perusahaan industri, kantor, rumah sakit,
kepada konsumen rumah tangga. Kegiatan perdagangan besar meliputi (BPS
Pusat, 2008) :
1. Perdagangan besar (eksportir) adalah perusahaan atau usaha yang melakukan
kegiatan penjualan barang atau jasa dari dalam ke luar wilayah Indonesia.
2. Perdagangan besar (importir) adalah perusahaan atau usaha yang melakukan
kegiatan penjualan barang atau jasa dari luar ke dalam wilayah Indonesia.
3. Distributor atau penyalur adalah perusahaan atau usaha yang berdiri sendiri
yang menjual barang perusahaan lain dan pada umumnya mempunyai daerah
kerja. Termasuk juga distributor atau penyalur tunggal. Meliputi : hasil
pertanian, pertambangan dan penggalian, dan barang- barang hasil industry
olahan. Contoh : distributor hasil bumi.
4. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa (service fee) atau kontrak (contract
fee) adalah usaha yang dilakukan atas perusahaan atau usaha lain atas dasar
kontrak atau fee. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa atau kontrak
meliputi :
a. Agen adalah perusahaan atau usaha perantara yang berdiri sendiri,
bertindak (membuat perjanjian-perjanjian) atas nama perusahaan yang
memberikan keagenan (principal) dan biasanya diangkat dengan
perjanjian dan tidak boleh mengadakan kegiatan yang sifatnya
menyaingi principal. Termasuk dalam hal ini agen tunggal dan wakil
perusahaan. Contoh : agen sepatu bata.
b. Makelar adalah perdagangan perantara yang berusaha melakukan
tidak ada hubungan tetap dan mendapat balas jasa yang disebut kurtase
dari transaksi yang berhasil dilaksanakan. Contoh : makelar motor atau
mobil.
c. Komisioner atau pedagang komisi adalah perusahaan (pihak pertama)
yang melakukan transaksi atau persetujuan dengan pihak ketiga atas
nama perusahaan sendiri tetapi atas nama amanat perusahaan lain
(pihak kedua) dan mendapat balas jasa yang disebut komisi.
Komisioner bertanggung jawab kepada pihak kedua dan pihak ketiga.
2.1.2 Perdagangan Eceran
Perdagangan eceran adalah usaha perdagangan yang melakukan penjualan
kembali (tanpa perubahan teknis) barang-barang baru maupun bekas dalam partai
kecil, umumnya kepada konsumen rumah tangga. Usaha perdagangan eceran
meliputi :
1. Perdagangan eceran barang-barang baru yang utamanya makanan, minuman
atau tembakau di dalam bangunan seperti waserba, toko kelontong dan
sejenisnya.
2. Perdagangan eceran barang-barang baru yang utamanya bukan makanan atau
minuman atau tembakau di bangunan.
3. Perdagangan eceran komoditi makanan, minuman atau tembakau yang sejenis
di dalam bangunan seperti perdagangan eceran hasil pertanian, hasil industri.
4. Perdagangan eceran komoditi baru bukan makanan, minuman atau tembakau
2.2 Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses terjadinya peningkatan
output atau produksi barang dan jasa per kapita pada suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi sangat erat kaitannya dengan output total (GDP) negara yang
bersangkutan. GDP digunakan untuk mengukur nilai pasar total dari output negara
yang bersangkutan. Dalam struktur tabel input output, investasi merupakan
komponen yang termasuk ke dalam permintaan akhir, yang didapat dari
penjumlahan antara pembentukan modal tetap dan perubahan stok.
Pengeluaran agregat menunjukan besarnya output yang digunakan pada
suatu negara, komponen pengeluaran agregat terdiri dari Konsumsi (C), Investasi
(I), Pengeluaran Pemerintah (G), dan Net ekspor (X-M). Peningkatan pengeluaran
yang terjadi bisa disebabkan karena respon terhadap pendapatan nasional atau
meningkatnya pengeluaran yang diinginkan, yakni dengan meningkatnya
konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor (Lipsey et al, 1995).
Gambar 2 menunjukkan peningkatan pengeluaran agregat akibat peningkatan
investasi pemerintah.
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa kenaikan nilai investasi
pemerintah mengakibatkan pergeseran kurva pengeluaran agregat ke atas, dari
keseimbangan E1 menuju keseimbangan E2. Peningkatan pengeluaran agregat
menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan nasional riil dari Y1 menjadi Y2,
AE
E2 AE2 = C+I+G+(X-M)
E1 AE1 = C+I+G+(X-M)
Y1 Y2 Y
Gambar 2 Pengaruh Peningkatan Investasi Pemerintah terhadap Pendapatan Nasional Rill
Sumber : Lipsey et al, 1995
Investasi pemerintah di sektor perdagangan dapat dilihat dari berbagai
macam bentuk melingkupi usaha-usaha untuk merevitalisasi pasar tradisional,
mempercepat distribusi barang dalam rangka menstabilkan harga. Hal tersebut
juga ditujukan untuk memperluas pangsa pasar dalam konteks menambah
pendapatan pelaku perdagangan, melindungi konsumen dengan cara tera ulang
dan kalibrasi alat ukur, takar serta timbangan, dan perluasan akses informasi.
Selain itu, untuk memperkuat daya saing nasional, meningkatkan transparansi dan
efisiensi pasar di berlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) (BKPM, 2009).
2.3 Tabel Input Output
Tabel I-O adalah uraian statistik dalam bentuk matriks yang berisikan
informasi tentang barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsektor dalam suatu
wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Dengan menggunakan Tabel I-O dapat
ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang
diperlukan dari sektor lainnya (BPS, 2008).
Semenjak dirilis oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, Tabel Input Output
telah berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya
untuk mendeskripsikan struktur suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara
untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977).
Leontief mengemukakan bahwa Tabel I-O termasuk dalam model general
equilibrium. Sifat keseimbangan ini yang merupakan salah satu kelebihan dari
Tabel I-O dibandingkan dengan alat analisa lainnya.
Tabel I-O bersifat statis dan terbuka, adapun asumsi dasar penyusunan
Tabel I-O adalah :
1. Keseragaman (Homogenity), yaitu asumsi bahwa suatu sektor hanya
menghasilkan barang melalui satu cara dengan satu susunan input.
2. Kesebandingan (Proportionality), yaitu asumsi bahwa perubahan suatu tingkat
output selalu didahului oleh perubahan penggunaan input yang seimbang,
artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan
kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.
3. Penjumlahan (Additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan
produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada
masing-masing sektor tersebut.
(1)Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai
tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai
sektor produksi.
(2)Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa
terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya.
(3)Untuk mengetahui sektor-sektor yang mempengaruhinya paling dominan
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap
pertumbuhan perekonomian.
(4)Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi
karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
2.3.1 Struktur Tabel Input Output
Struktur dari tabel Input Output terdiri dari angka kerangka matriks yang
berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran
menjelaskan suatu hubungan tertentu. Tabel menyajikan hubungan yang terjadi
antar sektor. Dalam tabel tersebut, sektor asal (sektor produksi) disajikan
disebelah kiri dan sektor tujuan disajikan di sebelah atas tabel. Input masing-
masing sektor disajikan searah kolom, baik input antara maupun input primer.
Baris menunjukan output yang diproduksi masing- masing sektor. Untuk
memberikan gambaran yang lebih lengkap, maka disajikan struktur Tabel Input
Tabel 4 Ilustrasi Tabel Input Output
Alokasi Output Permintaan Antara
Permintaan Akhir
Jumlah Output
Sektor Produksi
Susunan Output 1 2 ….. N
Input Antara
Sektor Produksi
1 X11 X12 …. X1n
Y
1
X
12 X21 X22 …. X2n
Y
2
X
2. . . …. .
.
.
. . . …. .
. .
n Xn1 Xn2 …. Xnn
Y
n
X
nJumlah Input Primer
V
1V
2… V
nJumlah Input
X
1
X
2… X
nSumber : BPS Pusat, 2008
Kuadran pertama (Intermediate Quadran) menunjukan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor di dalam suatu
perekonomian. Kuadran ini menunjukan distribusi penggunaan barang dan jasa
untuk suatu produksi. Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa di sini adalah
penggunaan untuk diproses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan
penolong. Karenanya transaksi yang digambarkan dalam kuadran pertama ini
disebut juga transaksi antara (X11,…., Xnn ).
Secara matematis, transaksi pembelian dalam Tabel I-O adalah sebagai
berikut :
X11+ X12+ …..+ X1j+ …..+X1n+
Y
1= X
1X21+ X22+ …..+ X2j+ …..+X2n+
Y
2= X
2.
Xi1 + Xi2 + …..+ Xij + …..+ Xin +
Y
i= X
i.
Secara umum dapat dirumuskan menjadi :
n
∑ Xij
+ Y
i= X
i ………...……….. (2.2) j=1Kuadran kedua (Final Demand Quadran) menunjukkan permintaan akhir. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai
permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor.
Kuadran ketiga (Primary Input Quadran) memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi. Input ini dikatakan primer karena bukan merupakan
bagian dari output suatu sektor produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua.
Input primer adalah semua balas jasa faktor produksi dan meliputi upah dan gaji,
surplus usaha ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Kuadran keempat ( Primary Input- Final Demand Quadran) memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor- sektor
permintaan akhir. Informasi dalam kuadran keempat ini bukan merupakan tujuan
pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel Input Output kadang- kadang
keberadaannya diabaikan.
2.3.2 Keterbatasan Tabel Input Output
Permasalahan pokok lainnya yang dihadapi dalam melakukan penyusunan
1. Bagaimana mencatat dan menyajikan berbagai kegiatan ekonomi yang sangat
beraneka ragam sifatnya, cara berproduksi serta cara untuk memindahkan
transaksi ke dalam suatu tabel yang lengkap dan komprehensif.
2. Koefisien input (koefisien teknis) konstan selama periode analisa atau
proyeksi, sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor- sektor ekonomi
dalam produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan
harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga
output.
3. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel Input Output
dengan metode survei.
4. Semakin besarnya agregasi yang dilakukan terhadap sektor- sektor yang ada
akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap
asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang
terperinci tidak terungkap dalam analisanya.
2.3.3 Analisi Input Output 2.3.3.1 Analisis Keterkaitan
Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem
perekonomian (Priyarsono, et al. 2007). Konsep keterkaitan ini dirumuskan
keterkaitan ke belakang (backward linkage) sedangkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya
diperlihatkan dalam keterkaitan ke depan (forward linkage).
Berdasarkan konsep keterkaitan ini kita dapat mengetahui besarnya
pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya
melalui mekanisme industri. Koefisien langsung akan menunjukan keterkaitan
langsung dan tidak langsungnya. Matriks kebalikan Leontief (α) disebut matriks
koefisien keterkaitan karena matriks ini mengandung informasi penting tentang
struktur antar perekonomian.
2.3.3.2 Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran merupakan gambaran dari analisis
keterkaitan terutama keterkaitan langsung dan tidak langsung, karena analisis ini
membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah
dikalikan dengan sejumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung disemua sektor.
Ada dua macam analisis dampak penyebaran, yaitu koefisien penyebaran
dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran (daya penyebaran ke
belakang/daya menarik) bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari
pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor- sektor lainnya
melalui mekanisme transaksi pasar input. Sedangkan kepekaan penyebaran (daya
kepekaan suatu sektor terhadap sektor- sektor lainnya melalui mekanisme pasar
output.
2.3.3.3 Analisis Multiplier
a) Multiplier Output
Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek
awal ( initial effect) yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) menunjukan total pembelian input baik langsung atau tidak langsung dari suatu
sektor yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor
sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir.
b) Multiplier Pendapatan
Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Dalam tabel input output yang dimaksud
dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.
Pengertian pendapatan di sini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan
yang umum diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga
deviden dan bunga bank.
c) Multiplier Tenaga Kerja
Multiplier tenaga kerja menunjukan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak
diperoleh dari elemen-elemen dalam tabel input output pada multiplier output dan
yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga
kerja maka pada tabel input output harus ditambahkan baris yang menunjukan
jumlah tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu
wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga
kerja, cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi
setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah
atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.
d) Multiplier Tipe I dan Tipe II
Multiplier Tipe I dan Tipe II digunakan untuk mengukur efek dari output,
pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang
disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan
tenaga kerja yang ada di suatu wilayah atau negara. Efek multiplier ini dapat
diklasifikasikan pada lima bagian :
(i) Dampak awal (Initial Impact), dampak ini merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan
penjualan dalam satu unit satuan moneter, dari sisi output dampak awal ini
diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu
unit satuan moneter, peningkatan output tersebut akan memberikan efek
terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.
(ii) Efek putaran pertama (First Round Effect), efek ini menunjukan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan
output sebesar satu unit satuan moneter, dari sisi output efek putaran
pertama dari sisi pendapatan menunjukan adanya peningkatan pendapatan
dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output,
demikian juga efek putaran pertama sisi tenaga kerja menunjukan
peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama
sisi output.
(iii) Efek dukungan industri (Industrial Support Effect), efek dukungan industri dari sisi output menunjukan efek dari peningkatan output putaran kedua dan
selanjutnya yang diakibatkan oleh adanya stimulus ekonomi, dari sisi
pendapatan dan tenaga kerja, efek ini menunjukan adanya efek peningkatan
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya
akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.
(iv) Efek induksi konsumsi (Consumption Induced Effect), efek ini jika dilihat dari sisi output menunjukan adanya suatu pengaruh induksi atau peningkatan
konsumsi rumah tangga akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat.
Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh
masing-masing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan
koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.
(v) Efek lanjutan (Flow-on Effect), efek ini merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sector perekonomian
dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari
suatu sector. Efek lanjutan ini diperoleh dari pengurangan efek total dengan
2.4 Penelitian Terdahulu
Triastuti (2010) menganalisis dampak revitalisasi di sektor agroindustri
terhadap perekonomian Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah Input
Output Indonesia tahun 2008 dan diolah dengan bantuan software GRIMP. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sektor agroindustri berperan dalam pembentukan
struktur permintaan, konsumsi, ekspor dan impor serta investasi. Serta sektor
agroindustri ternyata lebih mampu mempengaruhi atau mendorong pertumbuhan
atau pembentukan output sektor-sektor yang menjadi penyedia input sector
agroindustri (sektor hulu) dibandingkan terhadap sektor-sektor yang
menggunakan outputnya (sektor hilirnya). Kemampuan sektor agroindustri
mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja di seluruh
perekonomian juga sangatlah besar.
Pratama (2010) menganalisis keterkaitan sektor pertanian terhadap
sektor-sektor lain dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia. Alat analisis yang
digunakan adalah Input Output Indonesia tahun 2005. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sektor pertanian bukan hanya memiliki kontribusi terhadap
struktur permintaan output, ekspor impor. Akan tetapi sektor pertanian juga
berperan dalam penyediaan input antara bagi sektor-sektor lain. Selain itu sektor
pertanian memiliki keterkaitan ke depan secara langsung yang tinggi pada sektor
industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dan keterkaitan ke
depan secara langsung dan tidak langsung yang tinggi terhadap sektor industri
Pertiwi (2007) menganalisis dampak permintaan akhir pada sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan terhadap distribusi sektoral dan
perekonomian di Kota Cilegon. Alat analisis yang digunakan adalah Input Output
Kota Cilegon tahun 2000-2004. Hasilnya menunjukan bahwa sektor ini
memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan permintaan antara,
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, ekspor dan impor, nilai
tambah bruto dan output sektor perekonomian di Kota Cilegon. Selain itu, sektor
in merupakan penyedian input dan pengguna input terbesar karena memiliki nilai
keterkaitan ke depan dan ke belakang paling besar baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Ramli (2006) menganalisis peranan industri kertas dalam perekonomian
Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah Input Output Indonesia tahun
2000. Hasil penelitian menunjukan bahwa industri kertas memiliki keterkaitan
yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya.
2.5 Kerangka Pemikiran
Strategi pembangunan nasional diarahkan pada peningkatan pembangunan
dan pertumbuhan seluruh sektor perekonomian. Dimana menganggap bahwa
kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat melalui peningkatan
satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output sektor kunci
tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui proses
penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan pendapatan berbagai golongan masyarakat di negara (wilayah) bersangkutan.
Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat (Setyawan, 2005).
Kegiatan perdagangan pada saat ini memiliki pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan
besarnya peran sektor perdagangan terhadap penyerapan tenaga kerja. Fokus
penelitian ini adalah pada sektor perdagangan, terutama peningkatan pengeluaran
pemerintah di sektor perdagangan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Tabel Input Output
Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor, kemudian diagregasikan menjadi 10
sektor. Pengolahan data analisis Input Output dengan menggunakan software
IOAP (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel serta menggunakan asumsi keterbatasan model Input Output. Dari analisis I-O akan
didapatkan suatu hasil apakah sektor perdagangan akan mempengaruhi sektor
lain, yang akan dilihat melalui hasil analisis keterkaitan, analisis multiplier, dan
analisis dampak penyebaran. Kemudian analisis dilanjutkan guna melihat
seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan terhadap perekonomian akibat
kenaikan pengeluaran pemerintah di sektor perdagangan terhadap perubahan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis danSumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
digunakan antara lain berasal dari Tabel Input Output (I-O) transaksi domestik
atas dasar harga produsen tahun 2008 klasifikasi 66 sektor dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Pusat yang kemudian diagregasi oleh penulis menjadi 10 sektor
dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait lainnya.
Penggunaan tabel I-O Indonesia tahun 2008 tersebut dikarenakan tabel I-O
tersebut merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung. Pengolahan
data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel 2007.
3.2Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari dampak investasi pada
sektor perdagangan terhadap kinerja perekonomian Indonesia adalah Input Output
(I-O). Pengaruhnya terhadap output dan pendapatan dengan model Input Output
dapat diketahui berdasarkan matriks permintaan akhir. Disamping itu, dampak
penyebaran terhadap sektor perekonomian lainnya dapat dikaji berdasarkan
koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang dapat diketahui berdasarkan
Melalui tabel I-O, pengaruh sektor perdagangan dalam pembentukan
output, permintaan antara dan permintaan akhir dapat diketahui secara langsung
karena sudah tersaji di dalam tabel. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
perekonomian Indonesia yang dianalisis melalui pendekatan multiplier.
Jika diketahui matriks koefisien teknis :
xij ai j =
Xj (1)
maka didapat persamaan (2) sebagai berikut :
X1 = a11X1 + a12X2 + … + a1nXn +Y1
X2 = a21X1 + a22X2 + … + a2nXn +Y2
.
Xn = an1X1 + an2X2 + … + annXn + Yn
(2)
Jika dituliskan dalam bentuk matriks, persamaan (2) menjadi:
a11 a12 … a13 X1 Y1
A = a21 a22 … a23 X = X2 Y = Y2
. . . . .
an1 an2 … ann Xn Yn
dimana I merupakan matriks identitas berukuran n x n, sehingga dari persamaan
tersebut dapat dituliskan dalam notasi matriks sebagai berikut:
(I-A) X = Y (3)
Maka :
yang mana (I-A)-1 sering dikenal dengan nama matriks kebalikan Leontief.
dimana :
I = Matriks identiras yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya
dan nol pada selainnya.
Y = Permintaan Akhir
X = Jumlah Output
(I-A) = Matriks Leontief
(I-A)-1 = Matriks kebalikan Leontief Terbuka
Pada persamaan (4) ini terlihat bahwa output setiap sektor memiliki
hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1 sebagai koefisien
antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis
ekonomi karena adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir
terhadap tingkat produksi. Dengan memasukkan berbagai nilai Y, maka besarnya
X dapat ditentukan.
3.2.1 Analisis Keterkaitan
3.2.1.1Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan memperlihatkan akibat dari suatu sektor
terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan ini dirumuskan sebagai
berikut:
F(d)
i=
∑ a
aij = unsur matriks koefisien teknis
3.2.1.2Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan jenis ini memperlihatkan akibat dari suatu sektor terhadap
sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung
per unit kenaikan permintaan total. Dinyatakan dalam rumus berikut :
B(d)
j=
∑
a
B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i
aij = unsur matriks koefisien teknis
3.2.1.3Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Jensen (1986), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan
memperlihatkan akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang
menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung
per unit kenaikan permintaan total. Dirumuskan sebagai berikut :
F(d + i)
i=
∑
F(d + i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sector i
αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
3.2.1.4Keterkaitan langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan jenis ini menyatakan akibat dari suatu sektor terhadap
maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total (Jensen, 1986).
Dirumuskan sebagai berikut :
B(d + i)
j=
∑ α
B(d + i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sector i
αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
3.2.2 Dampak Penyebaran
Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke
belakang seperti telah diuraikan, belum memadai untuk dipakai sebagai landasan
pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan
antarsektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena
itu, kedua indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan
rata-rata yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata-rata-rata seluruh sektor.
Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi menjadi dua
yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. Sektor yang memiliki nilai
kepekaan penyebaran tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut memiliki
keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat terhadap sektor lainya.
Sebaliknya sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran tinggi berarti sektor
tersebut memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lainnya.
Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari
pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input.
Konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan kemampuan industri hulunya. Suatu sektor mempunyai kaitan ke
belakang yang tinggi jika koefisien penyebaran (Bdj) mempunyai nilai lebih dari
satu atau sebaliknya jika nilai Bdj lebih kecil dari satu.
∑
Bdj =
∑ ∑
dimana: Bdj = koefisien penyebaran sektor j (belakang)
αij = unsur matriks kebalikan Leontief Terbuka
3.2.2.2Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering
juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan
produksi sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan
mempunyai penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu, dan
sebaliknya jika nilai Sdi lebih kecil dari satu.
∑
Sdi =
∑ ∑
dimana: Sdi = kepekaan penyebaran sector i (depan)
3.3 Analisis Multiplier
Analisis pengganda dalam Input Output terbagi menjadi dua model yaitu
model terbuka dan tertutup. Analisis pengganda model terbuka, faktor rumah
tangga diperlakukan sebagai faktor eksogen, angka pengganda yang dihasilkan
disebut sebagai angka pengganda biasa. Sedangkan analisis pengganda dengan
model tertutup, rumah tangga diperlakukan sebagai faktor endogen.
Angka pengganda yang dihasilkan disebut dengan angka pengganda total.
Pengganda ini selain memperhitungkan dampak langsung dan tidak langsung juga
[image:48.612.131.508.391.532.2]memperhitungkan dampak tambahan berupa induced effect, akibat masuknya rumah tangga sebagai suatu sektor dalam perekonomian.
Tabel 5 Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja
Nilai Multiplier
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Efek Awal 1 hi ei
Efek Putaran Pertama ∑iaij ∑iaijhi ∑iaijei Efek Dukungan
Industri ∑iαij-1-∑iaij ∑iαijhi-hj- ∑iaijhi ∑iαijei-ej- ∑iaijei Efek Induksi Konsumsi ∑iα*ij-∑iαij ∑iα*ijhi-∑iαijhi ∑iα*ijei-∑iαijei Efek Total ∑iα*ij ∑iα*ijhi ∑iα*ijei Efek Lanjutan ∑iα*ij-1 ∑iα*ijhi- hi ∑iα*ijei- ei
Sumber : Priyarsono et al, 2007
Nilai-nilai multiplier biasa dan multiplier total ini dapat ditentukan dengan
mendasarkan perhitungan dari matriks kebalikan Leontief. Nilai multiplier tipe I
dan tipe II dari multiplier output dan pendapatan didapatkan dengan membagi
nilai multiplier biasa dan multiplier total dengan dampak awal awal (koefisien
3.4 Analisis Dampak Investasi
Dalam penelitian ini, untuk rumus perhitungan mengenai dampak investasi
dapat dilihat dibawah ini :
a. Dampak terhadap pembentukan output
∆X = (I-A)-1∆Y
b. Dampak terhadap pendapatan rumah tangga
∆I = h(I-A)-1∆Y
c. Dampak terhadap tenaga kerja
∆L = e(I-A)-1∆Y
dimana :
∆X = dampak terhadap pembentukan output
∆I = dampak terhadap pendapatan rumah tangga
∆Y = investasi sektoral
(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief terbuka
h = koefisien pendapatan
e = koefisien tenaga kerja
3.4.1 Koefisien Pendapatan (
Koefisien pendapatan adalah suatu bilangan yang menunjukan besarnya
jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk
menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari
dampak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan pendapatan.
h
i=
X
idimana:
hi =Koefisien pendapatan sektor i
Ui = Jumlah upah dan gaji sektor i
Xi = Jumlah output total sektor i
3.4.2 Koefisien Tenaga Kerja (e)
Koefisien tenaga kerja adalah suatu bilangan yang menunjukan besarnya
jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output.
Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan permintaan
akhir terhadap pembentukan tenaga kerja.
L
ie
i=
X
idimana:
ei =Koefisien tenaga kerja sektor i
Li = Jumlah upah dan gaji sektor i
Xi = Jumlah output total sektor i
3.5 Definisi Operasional Data
Berdasarkan Tabel Input Output, output adalah output domestik, yaitu nilai
dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam
negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul yang melakukan produksi barang
dan jasa tersebut. Pelaku produksi dapat berupa perusahaan dan perorangan baik
dari dalam negeri maupun asing. Bagi unit usaha yang produksinya berupa
barang, maka output merupakan hasil kali kuantitas produksi barang yang
bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Sedangkan bagi
unit usaha yang bergerak dibidang jasa maka outputnya merupakan nilai
penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.
b. Transaksi Antara
Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan
sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau
sektor produksi merupakan sektor pada masing- masing baris, sedangkan sektor
yang berperan sebagai konsumen merupakan sektor pada setiap kolom. Transaksi
antara hanya meliputi transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya
dalam proses produksi. Isisan sepanjang baris pada transaksi antara
memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input
sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan
antara. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukan input barang dan jasa yang
digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan
rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan
netto barang bekas. Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup konsumsi
yang dilakukan di dalam dan di luar negeri.
d. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang
dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan
pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
e. Pembentukan Modal Tetap
Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian
barang-barang modal baru baik dalam negeri maupun impor, termasuk barang
modal bekas dari luar daerah.
f. Perubahan Stok
Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir
tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat
digolongkan menjadi perubahan stok barang jadi dan setengah jadi, perubahan
stok bahan mentah dan bahan baku, dan perubahan stok di sektor perdagangan
yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.
g. Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa
daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang
dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya.
h. Upah dan Gaji
Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun
barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain
pekerja keluarga yang tidak dibayar.
i. Surplus usaha
Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas
pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum
dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pemdapatan atas
hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai
tambah bruto dikurangi dengan upah atau gaji, penyusutan dan pajak tak langsung
netto.
j. Penyusutan
Penyusutan yang dimaksud adalah penyusutan barang-barang modal tetap
yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian
terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses
produksi.
k. Pajak Tak Langsung Netto
Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan
subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk,
l. Subsidi
Subsidi adalah bantuan yang diberikan kepada produsen. Subsidi pada
dasarnya adalah tambahan pendapatan bagi produsen. Oleh karena itu subsidi
disebut juga sebagai pajak tak langsung negative.
m. Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud
dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain.
n. Perdagangan Dalam Negeri
Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara di negaranya
sendiri atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antarperorangan (individu dengan individu).
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Sejarah Perdagangan di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai
17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11
derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur
timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia. Posisi ini
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan
ekonomi.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik, sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran niaga
antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalan sutra laut, adalah dari Tiongkok dan
Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Perdagangan laut antara India, Tiongkok
dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga
hubungan Indonesia dengan daerah-daerah di barat. Terdapatnya hubungan
antarpulau dan hubungan dengan dunia luar ada kecenderungan hubungan
perdagangan. Pada khususnya perdagangan itu terjadi karena pertukaran antara
berbagai hasil daerah. Hubungan dagang antarpulau lambat laun berkembang
menjadi perdagangan yang lebih luas.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa,
termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia adalah
menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk
beras, teh, kopi, rempah-rempah dan karet. Rekan perdagangan terbesar Indonesia
adalah Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara tetangganya yaitu Malaysia,
Singapura dan Australia.
4.2 Hubungan antara Sektor Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi
Perdagangan merupakan orientasi kebijakan yang perlu terus dipersiapkan
dalam rangka mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat dan negara. Ancaman krisis ekonomi global akan mendorong
negara-negara untuk lebih memperhatikan kepentingan masing-masing. Dalam rangka
mengoptimalkan nilai manfaat dalam pembangunan perekonomian Indonesia,
maka perlu dilakukan upaya untuk memberi ruang bisnis lebih kondusif bagi
pelaku bisnis di dalam negeri termasuk dengan tidak mempercepat liberalisasi
perdagangan. Sudah waktunya dilakukan penataan menyeluruh atas sistem
perdagangan di Indonesia.
Pengelolaan kebijakan perdagangan perlu lebih menekankan pada
pembukaan akses pasar yang memang benar-benar bisa dimanfaatkan oleh
produsen eksportir Indonesia. Promosi ekspor perlu didorong keberlanjutan dan
sinerginya dengan mengoptimalkan potensi produksi dalam negeri terutama yang
terkait dengan ekspor dari UKM. Peningkatan daya saing menjadi syarat mutlak
untuk meningkatkan ekspor Indonesia, dan karenanya perlu di programkan upaya
impor perlu mengedepankan kepentingan nasional, khususnya keberlanjutan
produksi di dalam negeri.
Kebijakan perdagangan dalam negeri Indonesia perlu ditunjukkan dengan
memberikan jaminan tersedianya kebijakan bagi perusahaan dan produk
Indonesia. Usaha dagang dalam bentuk ritel, grosir, waralaba, keagenan, distribusi
dan usaha dagang lainnya perlu diprioritaskan bagi pelaku usaha Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan daya saing, pemerintah dan pelaku usaha perlu
memberi perhatian pada pengembangan merek dan promosi, termasuk dengan
menyediakan anggaran dan merumuskan program yang tepat. Perubahan gaya
belanja konsumen Indonesia perlu direspon oleh peritel tradisional dengan
melakukan modernisasi dengan fasilitasi dari pemerintah dan dukungan peritel
modern.
4.3 Strategi Pengembangan Perdagangan
Dalam rangka pengembangan sektor perdagangan dan daya saing
Indonesia di masa mendatang, direkomendasikan beberapa butir pemikiran
sebagai berikut (Kadin, 2008) :
1. Peningkatan daya saing perlu mendapat perhatian lebih serius dari pemerintah
dan dunia usaha, terutama dalam menghadapi peningkatan kompetisi di
masa-masa mendatang. Untuk maksud tersebut perlu dipertimbangkan untuk
membentuk lembaga peningkatan daya saing yang memadukan unsur
2. Ruang gerak bagi perusahaan nasional cenderung semakin sempit sejalan
dengan peningkatan kompetisi dan semakin banyaknya pesaing global dipasar
Indonesia. Dalam rangka percepatan pembangunan perekonomian nasional
diperlukan kehadiran perusahaan global, khususnya untuk jenis usaha yang
membutuhkan penguasaan teknologi tinggi dan sistemmanajemen yang belum
mampu dilakukan oleh pelaku usaha padaumumnya di Indonesia. Untuk jenis
usaha perdagangan yang umumny