• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembingkaian Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang (Analisis Framing Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Mengenai Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang Pada Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembingkaian Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang (Analisis Framing Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Mengenai Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang Pada Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

1

Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang Pada Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

NURFITRIANA

NIM. 41811104

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI

JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

2

Jabar daily morning) By :

NURFITRIANA NIM. 41811104

This research under the guidance of : Sangra Juliano Prakasa, M.I.Kom

This research aims to find out how journalists and editors of newspaper perspective when selecting issue and writing the news, determine the facts are taken, and which part will be highlighted on the Jatigede Reservoir indemnity Sumedang news on the Tribun Jabar daily morning and Pikiran Rakyat Daily News. To find out, researcher used four big structures. Syntax, script, thematic, and rhetoric.

This research used the qualitative methodology approach with Zhongdang Pan and Gerald M Kosicki framing analysis model. This model used to figure out how the journalist constructing event into the news, the way that used to narrate the event, used sentence, so it looks how the journalist emphasize the significance of the event that occurred. The data collecting technique for this research was used documentation, interviews, literature studies and internet searching.

The result of this research shows that Pikiran Rakyat Daily News and Tribun Jabar Daily Morning framing the Jatigede Reservoir indemnity news as:

From the syntax structure, Pikiran Rakyat Daily News reveal that the indemnity up to 220 days or about ten months. Whereas the Tribun Jabar Daily Morning mention to prioritize the indemnity. From the script structure, Pikiran Rakyat Daily News and Tribun Jabar Daily Morning accentuate 5W+1H element with their inverted pyramid scheme, but they

didn’t explained too much detail on their lead. For the thematic structure, Pikiran Rakyat Daily News was more exposing from the government’s views, whereas the Tribun Jabar Daily Morning was more exposing from the public views. For rhetoric structure, Pikiran Rakyat Daily News more exposing government activity, whereas the Tribun Jabar Daily Morning was describe the public complain.

Suggestions of researcher, the Pikiran Rakyat Daily News and Tribun Jabar daily Morning can maintain the balance of the news from the events that occured.

(3)

3

Program Penggenangan Waduk Jatigede Sumedang menimbulkan polemik baru, program yang direncanakan sejak zaman Bung Karno ini akhirnya terealisasikan pada Juli 2015. Presiden Jokowi mengatakan berfungsinya Waduk Jatigede ini akan memberikan manfaat besar bagi warga Sumedang dan sekitarnya, selain akan berfungsi sebagai infrastruktur irigasi, waduk ini bisa berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air.

Tuntasnya pembangunan Jatigede akan menjadi bagian dari program irigasi satu juta hektare pada 2015, yang akan menunjang program pencapaian Kedaulatan Pangan Nasional. Tetapi implementasinya masih banyak persoalan yang terjadi, diantaranya kendala relokasi (pemukiman kembali) yang tidak jelas, Kepala Keluarga (KK) yang belum menerima uang ganti rugi lahan dan rumah yang belum tuntas, ketidak jelasan penanganan pendidikan serta pemberkasan yang masih bermasalah. Adanya kendala tersebut membuat tersendatnya penggenangan.

(4)

4

lebih ditonjolkan dan lebih mudah dikenal, agar khalayak dengan mudah mengingat aspek –aspek tertentu yang disajikan oleh media.

Pemilihan mengenai berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang, menarik untuk peneliti teliti karena banyak melibatkan masyarakat yang tentu saja kurang diketahui oleh khalayak banyak,seperti adanya pro kontra, adanya hak yang belum terpenuhi serta warga yang merasa dirugikan dengan adanya program Waduk Jatigede, dan proyek pembangunan Jatigede ini merupakan proyek terlama.

Dari berbagai pemberitaan tentang Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang, peneliti memilih media cetak Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar untuk diteliti, didasari oleh media tersebut adalah media yang dianggap memiliki peranan yang kuat di Jawa Barat. Selain itu, wartawan dan redaksi di setiap media memiliki perspektif dan cara pandang yang berbeda ketika menseleksi isu dan menulis berita yang disajikan. Maka peneliti memilih kedua media cetak tersebut untuk diteliti pembingkaian beritanya pada berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

(5)

5

sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca.

Peneliti memakai analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki karena disini peneliti ingin mengetahui bagaimana media dan wartawan memakai suatu strategi atau cara untuk mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak. Selain itu, model ini juga dirasa cocok karena berita yang peneliti pilih merupakan termasuk masalah sosial politik, hal ini senada dengan model yang di perkenalkan oleh Pan dan Kosicki yang tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial politik.

(6)

6

peristiwa kedalam proporsisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Keempat, Struktur Retoris. Bagaimana wartawan menekankan arti tertentu di dalam berita.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1. RUMUSAN MASALAH MAKRO

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana Pembingkaian Berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang dalam Harian Umum Pikiran

Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September

2015?”

1.2.2. RUMUSAN MASALAH MIKRO

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan rumusan masalah makro, maka peneliti merumuskan masalah mikro sebagai berikut :

(7)

7

3. Bagaimana Tematik Pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015?

4. Bagaimana Retoris Pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015?

2. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikannya dan menyampaikannya kepada khalayak.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi, disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. (Eriyanto, 2002)

(8)

8

Menurut Pan dan Gerald M. Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing disini diliat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen – elemen yang diseleksi dari suatu isu/ peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

Kedua, konsepsi sosiologi. Bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologi lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.

(9)

9

secara bersama–sama konsepsi psikologi yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Bagi Pan dan Gerald M. Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan dan menyimpannya untuk dikomunikasi dengan khalayak yang kesemuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas dan praktik kerja professional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.

(10)

10

dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan.

3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.1. STUDI KEPUSTAKAAN

Peneliti coba mencari beberapa literatur yang dapat membantu dalam penelitian ini dengan mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan penelitian yang ada dalam beberapa karangan buku

3.2. STUDI LAPANGAN

3.2.1. Wawancara Mendalam 3.2.2. Dokumentasi

3.2.3. Internet Searching

4. TEKNIK ANALISIS DATA

4.1. Pengumpulan data (Data Collection) 4.2. Reduksi data (Data Reduction) 4.3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

5. UJI KEABSAHAN DATA

(11)

11

dihasilkan akan sama. Namun dari isi berita dan perspektif atau cara pandang setiap media menonjolkan dan memaknai peristiwa pasti berbeda penyampaiannya. Setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai gagasan dalam pengolahan informasi peristiwa, yang dihubungkan dalam teks berita.

Pemberitaan ganti rugi waduk Jatigede merupakan permasalahan yang sangat krusial, terbengkalainya waduk Jatigede itu gara – gara ganti rugi yang memang bermasalah dari 30 tahun sampai sekarang belum selesai, masih ada yang komplain bahkan masih banyak yang dalam proses penyelesaian, tetapi belum tuntas semuanya. Permasalahan tentang ganti rugi tersebut yang diberitakan di berbagai media massa akan menjadi penilaian tersendiri bagi masyarakat tergantung bagaimana media massa tersebut mengambil sudut pandang peristiwa itu. Bahkan beberapa pemberitaan media ada yang berpihak kepada salah satunya entah itu pihak pemerintah ataupun warganya.

Dari berita hasil penelitian dari dua media tersebut terlihat perbedaan yang menonjol dalam menjelaskan tentang permasalahan ganti rugi waduk Jatigede tersebut, mulai dari struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

(12)

12

headline itu untuk menegaskan kepada publik, bahwa pemerintah sudah berjanji, tinggal masyarakat yang menagih dan dari pihak pers akan mengawasi dalam 10 bulan dari waktu yang disebutkan apakah beres atau tidak, sedangkan pada pemberitaan di Harian Pagi Tribun Jabar lebih memaparkan kepada warga, bagaimana kondisi dan perkembangan ganti rugi tersebut, mengenai pencairan terhadap warga terdampak, karena posisi warga sumedang itu korban pembangunan waduk Jatigede. Pemanfaatan Jatigede itu bukan untuk warga sumedang, karena wilayahnya berada di bagian hulu, sehingga tidak mendapatkan manfaatnya, yang bisa menikmati hanya wilayah hilir, yaitu Indramayu, Majalengka, Cirebon. Dengan menuliskan headline

yang menyebutkan “Minta Ganti Rugi SegerA Dicairkan” itu menggambarkan masih ada biaya santunan ganti rugi yang belum mereka dapatkan sampai saat ini.

Penyampaian berita pada kedua surat kabar antara Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar jelas memiliki pandangan yang berbeda meskipun objek berita yang dimuatnya sama. Kedua media massa tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan dalam memberitakan ganti rugi waduk Jatigede.

(13)

13

Kosicki berikut simpulan yang dapat penulis peroleh :

1. Dari unsur Sintaksis, Harian Umum Pikiran Rakyat menyatakan ganti rugi sampai dengan 220 hari atau sekitar 10 bulan, sedangkan dalam Harian Pagi Tribun Jabar menyatakan prioritaskan ganti rugi karena tempat tinggal sudah dibongkar petugas, dengan masing-masing media, mewawancarai pihak-pihak yang dianggap penting sesuai dengan pemberitaan yang dibuat.

2. Dari unsur Skrip, Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar menonjolkan 5W+1H dengan pola piramida terbaliknya, namun pada lead di kedua media tidak terlalu detail menjelaskan unsur 5W+1H.

3. Dari unsur Tematik, Harian Umum Pikiran Rakyat lebih menonjolkan kepada pemerintah, sedangkan Harian Pagi Tribun Jabar mengedepankan terlebih dahulu kepada pandangan masyarakat atas dasar keadaan lapangan.

(14)

14

masalah Ganti Rugi Waduk Jatigede dibingkai dengan frame yang berbeda, terlihat perbedaan yang menonjol dalam menjelaskan tentang permasalahan ganti rugi waduk Jatigede dalam pemberitaan di Harian Pagi Tribun Jabar lebih berpihak kepada warga, bagaimana kondisi dan perkembangan ganti rugi tersebut, mengenai pencairan terhadap warga terdampak, sedangkan pemberitaan di Harian Umum Pikiran Rakyat lebih memaparkan potret kinerja pemerintah dalam menanggulangi permasalahan ganti rugi waduk Jatigede ini. Artinya, PR lebih cenderung berpihak kepada pemerintah.

8. DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. Lukiati Komalada Siti Karlinah. 2004.Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ardianto & Erdinaya, Lukiati Komala. 2005. Komunikasi massa: suatu pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Eriyanto, 2011. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKiS.

Eriyanto, 2001. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS.

(15)

15 Rosdakarya.

Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. Rajawali Pers.

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Cetakan Keenam, Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Website :

http://www.tribunnews.com/search?q=penggenangan+waduk+jati+gede&cx=part ner-pub

7486139053367666%3A4965051114&cof=FORID%3A10&ie=UTF-8&siteurl=www.tribunnews.com

http://www.tribunnews.com/search?q=ganti+rugi+waduk+jati+gede&cx=partner- pub-7486139053367666%3A4965051114&cof=FORID%3A10&ie=UTF-8&siteurl=www.tribunnews.com

Sumber lain :

(16)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut:

2.1.1.1. Skripsi Riska Khaerunnisya, Universitas Hasanuddin Makasar

2012

“Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia. (Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki di Media Online Goal.com Indonesia)”

2.1.1.2. Skripsi Feri Setiawan, UNIKOM 2014

“Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki pada

Pemberitaan “Bandung, The City Of Pig” Di Harian Umum Pikiran

Rakyat Dan Bandung Ekspres Edisi 5 Februari 2014”

2.1.1.3. Skripsi Desi Yoanita, Universitas Kristen Petra 2006

(17)
[image:17.595.106.519.142.740.2]

Tabel 2.1

Matrik Perbedaan Tinjauan Terdahulu

No. Nama dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Riska Khaerunnisya,

Universitas Hasanuddin

Makasar 2012 “Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia. (Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki di Media Online Goal.com Indonesia”.

- Pendekatan kualitatif dengan metode

analisis framing. - Pada desain penelitian

menggunakan konsep dari Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki.

- Pada berita yang dianalisis oleh Riska tentang Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia dalam media online, sedangkan peneliti menganalisis Pemberitaan Waduk Jati Gede Sumedang di media cetak (Koran). 2. Feri Setiawan,

UNIKOM 2014 “Analisis Framing

Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki Pada

Pemberitaan “Bandung, The City Of Pig” Di

Harian Umum Pikiran Rakyat Dan Bandung Ekspres Edisi 5 Februari

2014”.

- Pendekatan kualitatif dengan metode

analisis framing. - Objek Penelitian yang diteliti adalah pemberitaan di media cetak (Koran). - Pada desain penelitian

menggunakan konsep dari Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki.

Pada berita yang dianalisis oleh Feri tentang pemberitaan

“BANDUNG, THE CITY OF PIG”,

sedangkan peneliti menganalisis

(18)

3. Desi Yoanita, Universitas Kristen

Petra 2006

“Berita Tentang Tsunami di Harian Kompas dan Jawa Pos (Analisis

Framing Model Zhondang Pan Dan Gerald M.

Kosicki tentang Pemberitaan Tsunami pada Harian Kompas dan Jawa Pos).

- Pendekatan kualitatif dengan metode

analisis framing. - Pada desain penelitian

menggunakan konsep dari Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki.

- Pada berita yang dianalisis oleh Desi tentang pemberitaan Tsunami, sedangkan peneliti menganalisis pemberitaan Waduk Jati Gede Sumedang.

Sumber: Peneliti, 2016 2.1.2. Tinjauan Komunikasi

Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan di berbagai kalngan, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan dianut secara sama. (Deddy Mulyana, 2007: 45-46).

(19)

observasi (level of observation) atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller , yakni komunikasi sebagai

“situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi

perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan

kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses

yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.” Dimensi ketiga adalah penilaian normatif.

Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik disengaja atau tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan secara sengaja, namun ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.

(20)

mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab-akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/pengirim yang aktif untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima yang pasif.

2.1.3. Tinjauan Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah sebuah proses komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) untuk membatasi tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi massa memilki ciri tersendiri. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikais dari benrbagai sudut pandang, seperti halnya Effendy (1993) mengartikan komunikasi massa yaitu komunikasi melalui media massa modern, seperti surat kabar, radio, film dan televisi. Melalui media massa sebuah informasi atau pesan dapat disampaikan kepada komunikan yang beragam dan jumlah yang banyak secara serentak. Akibatnya terciptalah global village dimana setiap kejadian yang terjadi di suatu negara dalam beberapa saat bisa diketahui oleh masyarakat di dunia.

(21)

tersebut diterima dan ada kalanya proses komunikasi terjadi dengan menggunakan media.

2.1.4. Tinjauan Media Massa

Elvinaro mengatakan, media massa pada dasarnya dapat menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media massa elektronik meliputi televisi, radio siaranm film dan media on-line.

Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik Media massa menurut Cangara (2006) antara lain:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

(22)

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa

2.1.4.1. Media Cetak

Secara harfiah pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi yang memiliki dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Dari pengertian ini, kita bisa melihat bahwa media cetak adalah sebuah media yang didalamnya berisi informasi yang terkait dengan kepentingan masyarakat umum dan bukan terbatas pada kelompok tertentu saja.

Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media elektronik dan juga media digital. Dan ditengah dinamika masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya.1

Dan pengertian media cetak tersebut, maka ada keunggulan media ini dibandingkan dua pesaingnya tersebut. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih mengutamakan kecepatan informasi. Sehingga tak jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang.

1

(23)

2.1.4.2. Surat Kabar

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers. Namun, karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipui media massa tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah :

“Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa

tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan

manusia dari berbagai golongan dan kalangan”(Junaidi, 1991 :

105).

Definisi surat kabar menurut George Fox Mott yaitu :

1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target masing-masing.

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi.

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

(24)

5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat (Junaidi, 1991 : 105).

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Sementara pengertian surat kabar menurut Onong Uchjana Effendy adalah :

“Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di

masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak

pembaca”(Effendy, 1993 : 241).

Dari beberapa pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa surat kabar adalah sebuah lembaga penerbitan pers berupa lembaran cetak, memuat laporan yang terjadi di masyarakat secara periodik, bersifat umum dan mengandung nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

2.1.4.3. Karakteristik Surat Kabar

Berdasarkan ruang lingkupnya, terdapat surat kabar lokal, regional, dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, terdapat surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasanya, terdapat surat kabar berbahasa Indonesia, Inggris, dan daerah. Sebagai media massa, surat kabar mencakup publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan.

1. Publisitas : adalah penyebaran pada publik atau khalayak

(25)

3. Universalitas : menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia

4. Aktualitas : menunjuk pada keadaan yang “kini” dan

“sebenarnya”.

5. Terdokumentasikan : dari berbagai fakta yang disajikan surat kaar dalam bentuk berita atau artikel, dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan dan dibuat kliping.

2.1.5. Tinjauan Pers

Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sekarang kata pers atau press digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret dan nyata, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, dan menghidupi aspek pers.

Sumadiria dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Indonesia”

(26)

“Pers dalam arti sempit hanya merujuk kepada media cetak berkala

: surat kabar, tabloid, dan majalah. Sedangkan dalam arti luas, pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik audiovisual barkala yakni radio, televisi, film dan media on line internet. Pers dalam arti luas disebut media massa.” (Sumadiria, 2005:31)

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Pokok Pers No. 40/1999, yang

terdapat di buku Sumadiria yang berjudul “Jurnalistik Indonesia” menyatakan

bahwa pers adalah :

“Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis

saluran yang tersedia.” (Sumadiria, 2005:31)

Definisi di atas, bahwa Pers merupakan lembaga sosial sekaligus wahana komunikasi massa yang out put-nya berupa kegiatan jurnalistik yakni mencari, memperoleh, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, memberikan gambaran yang sangat jelas dimana ada keterkaitan antara jurnalistik dan pers. Sebenarnya kaitan antara pers dan jurnalistik adalah pers sebagai lembaga atau organisasi yang menyebarkan berita sedangkan jurnalistik lebih kepada praktek atau kegiatan menyebarkan berita.

2.1.6. Fungsi Pers

Mahi M. Hikmat di dalam bukunya yang berjudul “Etika dan Hukum

Pers” menjelaskan empat fungsi pers, yaitu :

1. Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

(27)

Penjelasan ke empat fungsi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Informatif

Fungsi informatif yaitu memberikan informasi, atau berita kepada khalayak dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak, kemudian menuliskanya dalam kata-kata, dan menyebarkanya ke publik. Setiap informasi yang disampaikan tentu harus memenuhi kriteria dasar suatu berita, yakni aktual, akurat, faktual, menarik atau penting, benar, lengkap-utuh, jelas, jernih, jujur, adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis, dan syarat berita lainnya. Dalam prinsip jurnalistik, syarat utama berita tersebut serring dirumuskan dalam 5W+1H (what, who, where, when, why, dan how). Sebuah berita atau informasi dianggap lengkap jika keenam pertanyaan tersebut sudah terjawab dengan komplit.

2. Mendidik

(28)

pada ranah kognitif, afektif, maupun psiomotorik pembaca, pendengar, dan penonton. Dengan fungsi ini pula, pers harus dapat berperan sebagai guru yang memberikan pencerahan terhadap muridnya (pembaca, pendengar, penonton). Pers setiap hari melaporkan berita, memberikan tinjauan atau analisis atas berbagai peristiwa dan kecendrungan yang terjadi, serta ikut berperan dalam mewariskan nilai – nilai luhur universal, nilai – nilai dasar nasional, dan kandungan budaya local dari satu generasi ke generasi berikutnya secara estafet.

3. Rekreasi/Penghibur

(29)

baik yang nyata dalam bentuk feature atau fiksi berupa cerpen atau cerita beersambung, puisi, berita acara hiburan, berita seputar selebritis, humor, komik, dan lain sebagainya.

4. Kontrol Social

(30)

Selain keempat fungsi utama pers tersebut, di jelaskan dalam buku Etika Hukum dan Pers oleh Mahi M. Hikmat (2011 : 57-59), masih terdapat fungsi-fungsi lain yang menjadi tambahan dalam konteks realitas yang dijalankan dengan baik oleh pers baik media cetak maupun elektronik. Fungsi-fungsi pers tambahan tersebut diantaranya :

1. Fungsi Ekonomi

Kehadiran pers di banyak Negara ikut mendukung berjalannya roda perekonomian. Pers ikut mengambil bagian dari upaya ikut membangun ekonomi Negara dengan tampil sebagai perusahaan perusahaan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi suatu Negara. Misalnya dengan ikut menciptakan lapangan pekerjaan, pembayaran pajak dan kegiatan ekonomi lainya.

2. Fungsi Sosial

(31)

ternyata disikapi oleh insan pers Indonesia dengan kematangan fungsi sosial yang mereka perankan.

3. Fungsi Mediator

Pers adalah lembaga media sehingga fungsi utama pers adalah sebagai mediator, dimana berfungsi sebagai penghubung atau fasilitator, dengan memediasi berbagai kepentingan dan berbagai elemen dalam masyarakat.

4. Fungsi Mempengaruhi

Pers memiliki fungsi dapat mempengaruhi karena mempunyai peranan penting didalam kehidupan. Hal itu disadari lama dengan dibuktikannya banyak teori yang mengungkapkan kehebatan pers dalam mempengaruhi individu maupun kelompok. Pers memiliki mata pisau yang tajam untuk mengubah kognisi, afeksi dan psikomotorik individu atau kelompok, apalagi dengan era teknologi informasi yang makin canggih. Daya rangsang televisi dan internet dapat memberikan pengaruh besar terutama kepada anak-anak dan remaja yang belum memiliki daya filter yang kuat.

5. Fungsi Sejarah

(32)

bagi masa kini dan catatan masa kini historis bagi masa depan. Bahkan, salah satu sumber otentik bagi catatan sejarah bagi para sejarawan adalah pers.

2.1.7. Jenis Berita

Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Sumadiria antara lain :

1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.

2. Depth news report, reporter menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.

3. Comprehensive merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

4. Interpretative report, biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.

5. Feature story, penulis mencari fakta yang menarik perhatian pembacanya.

6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistk yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwafenomenal atau aktual.

(33)

8. Editorial writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum.

2.1.7.1. Nilai Berita

Menurut Sumadiria, nilai berita terbagi menjadi 11 nilai, yaitu: 1. Keluarbiasaan, berita adalah sesuatu yang luar biasa. Semakin

besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkan.

2. Kebaruan, berita adalah sesuatu yang baru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti.

3. Akibat, dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal yaitu seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak. 4. Aktual, berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa saja yang

belum diketahui, tentang apa saja yang akan terjadi hari ini atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti.

5. Kedekatan, berita adalah kedekatan, baik secara geografis maupun psikologis.

(34)

7. Konflik, berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. 8. Orang penting.

9. Ketertarikan manusiawi.

10. Kejutan, berita bisa membawa sebuah kejutan yang tidak pernah terduga.

11. Seks. 2.1.7.2. Unsur Berita

Dalam proses pembelajaran memahami sebuah berita tentunya kita harus memahami unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita. Adapun unsur-unsur berita terdiri atas what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Berikut penjelasan yang lebih lengkap dari unsur-unsur berita, yaitu :

1. What

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa.

2. Who

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa.

3. When

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur when, yaitu menyebutkan waktu kejadian peristiwa.

4. Where

(35)

5. Why

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur why, yaitu disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa.

6. How

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan.

2.1.7.3. Struktur Berita

Susunan atau struktur berita, khususnya dalam berita langsung, pada umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik, yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan bagian berita yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting, dan seterusnya. Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita paling penting. Karenanya, bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca.

2.1.8. Konsep Framing

Menurut Sudibyo dalam Sobur. Pada awalnya framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh lagi oleh Ervin Goffman pada tahun 1974. Goffman mengandaikan framing sebagai kepentingan-kepentingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

(36)

oleh media massa. Framing dapat dipandangan sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu-isu tertentu mendapat alokasi lebih besar dari isu yang lain. Dengan kata lain analisis framing dapat dipakai untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandangan yang digunakan oleh wartawan atau media massa saat mengkonstruksi fakta, yaitu dengan mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti agar lebih diingat, untuk mengiringi interpretasi khalayak sesuai pespektifnya (Sobur, 2004 : 162).

[image:36.595.108.508.453.755.2]

Ada beberapa definisi mengenai framing yang disampaikan oleh berbagai ahli. Definisi ahli dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2

Definisi Framing para Ahli

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat alokasi lebih besar dari sisi lain.

(37)

disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, sumber informasi dan kalimat tertentu

Amy Binder Skema interpretasi yang digunkan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan membeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan hubungan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita

Sumber : Eriyanto. Analisis Framing: Kontruksi, ideologi dan politik media. Yogyakarta. LKIS. 2002

(38)

Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam. Menempatkan aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dibungkam dengan aspek budaya yang akrab di benak khalayak. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak. (Eriyanto, 2002:186)

Tahap awal framing tidak dilakukan oleh media. Manusia memiliki kemampuan untuk menafsirkan realitas yang terjadi di sekitarnya berdasarkan frame of reference dan field of experience yang dimilikinya. Eriyanto menyatakan, ada empat hal yang dilakukan manusia ketika menyusun bingkai konstruksi realitasnya sendiri, yaitu:

(39)

2. Klasifikasi, manusia menyadari bahwa dunia terdiri dari berbagai hal, sehingga secara psikologis manusia akan memisahkan hal-hal tersebut ke dalam beberapa kategori untuk memudahkan proses pemahaman. Manusia melekatkan ciri-ciri tertentu pada sebuah kategori tertentu, sehingga segala peristiwa yang terjadi dapat terlihat perbedaan-perbedaannya.

3. Generalisasi, klasifikasi membantu manusia melihat ciri-ciri peristiwa atau individu. Generalisasi merupakan kelanjutan dari proses tersebut, yang pada akhirnya membatasi ciri-ciri yang berdekatan atau mirip pada ciri-ciri yang didapat pada klasifikasi. Hal ini dapat menghasilkan prasangka.

4. Asosiasi, suatu peristiwa tidak hanya diidentifikasi atau dipahami, tetapi selanjutnya dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Keragaman dunia dianggap memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Menurut Eriyanto, dalam buku Analisis Framing :

“Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.” (Eriyanto, 2002:188).

Eriyanto juga menyebutkan framing sebagai berikut :

(40)

makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak, framing membuat dunia lebih diketahui dan dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu, bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian, membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti. Selain menonjolkan bagian dan aspek tertentu untuk mempermudah khalayak mengenal sebuah realitas. Framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dan redaksi. Yang pada akhirnya menentukan fakta mana yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing seperti yang dikatakan Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2002:67-68).

(41)

2.1.9. Model Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

[image:41.595.109.533.345.723.2]

Model framing yang dperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki memiliki perangkat framing untuk membatu dalam menganalisis teks media. Perangkat framing tersebut dapat di gambar dalam bentuk skema sebagai berikut :

Tabel 2.3

Skema Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS Cara Wartawan Menyusun Fakta

1. Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup. SKRIP Cara Wartawan Mengisahkan Fakta 2. Kelengkapan Berita

5W + 1H

TEMATIK Cara Wartawan Menulis Fakta

3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti

Paragraf, proposisi kalimat, hubungan antar kalimat

RETORIS Cara Wartawan Menekankan Fakta 7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora

Kata, idiom, gambar/foto, grafik

(42)

Teori ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah salah satu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Keempat perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Struktur Sintaksis

(43)

2. Struktur Skrip

Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak lapran berita yang berusaha menunjukan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+IH : who, what, where, why, dan how. Meskipun pola ini ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.

3. Struktur Tematik

Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.

4. Struktur Retoris

(44)

2.2. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah memberikan arah bagi proses penelitian dan terbentuknya persepsi yang sama antara peneliti dan orang lain (dalam hal ini pembaca, atau orang yang membaca hasil penelitian ini) terhadap alur-alur berpikir peneliti dalam rangka membentuk hipotesis riset secara logis. Analisis framing adalah metode untuk melihat cara media bercerita atas sebuah peristiwa, cara bercerita tersebut melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. Dalam analisis framing dijelaskan bagaimana cara media mengkonstruksikan sebuah realitas. Seperti yang dikutip Eriyanto dari Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian analisis framing. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruktionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukan realitas yang natural, akan tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma kontruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikontruksi, dengan cara apa kontruksi itu dibentuk. (Eriyanto,2005:27).

(45)

yang konstitusional dan yang inkonstitutional, kebijakan publik mana yang harus didukung dan tidak boleh didukung, dan sebagainya (Eriyanto, 2005:XV).

Dalam pembingkaian isi berita dilakukan menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ada dua konsepsi dari framing yang berkaitan yaitu, pertama konsepsi psikologi menekankan bagaimana sesorang memproses informasi dari dalam dirinya. Kedua konsepsi sosiologi dengan melihat kontruksi sosial atas realitas. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menggambarkan proses penyusunan dan pengemasan sebuah peristiwa serta realitas dengan cara 4 cara yaitu : Sintaksis, Skrip, Tematik, Retoris.

Berdasarkan konsep pembingkaian (framing) model Zhondang Pan dan Gerlad M. Konsicki inilah, yang menjadi kerangka pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian mengenai pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang pada edisi 3 September 2015 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar dari masing – masing media memiliki perbedaan dalam mengemas berita tersebut. Hal ini tergantung dari mana media tersebut mengkonstruksikan peristiwa menjadi aspek-aspek realitas, menjadi sebuah berita sehingga dapat dimaknai dan dimengerti oleh khalayak.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Realitas dimaknai melalui proses konstruksi. Seperti pada pemberitaan mengenai Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

(46)

Pagi Tribun Jabar dalam menyampaikan informasi dan membingkai berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang tersebut. Apakah kedua media tersebut memiliki ciri khas dalam bahasa yang digunakan. Pemilihan judul berita yang mampu menarik perhatian pembaca. Penggunaan foto yang dapat menjadikan sebuah ilustrasi dari berita yang disampaikan dan beberapa aspek lainnya. Melalui analisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Konsicki inilah peneliti berusaha mengkontruksi berita mengenai Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang edisi 3 September 2015.

2.3 Alur Model Penelitian

Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media massa surat kabar membingkai sebuah berita, meneliti isi dan pesan yang sengaja ditonjolkan dengan ciri khas masing – masing dari kedua media yang berbeda dengan menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dalam berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

(47)
[image:47.595.64.570.163.582.2]

Gambar 2.1

Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2015 Struktur

Sintaksis

Struktur Skrip

Harian Umum Pikiran Rakyat

Struktur Tematik

Harian Pagi Tribun Jabar

Struktur Retoris

Pembingkaian Berita di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015

HASIL ANALISIS

PEMBERITAAN GANTI RUGI WADUK JATI GEDE SUMEDANG

(48)

Dari gambar skema kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai gambar diatas adalah sebagai berikut :

1. Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang, merupakan bahan informasi dalam sebuah pemberitaan yang akan ditulis oleh wartawan.

2. Wartawan dari setiap masing–masing media memiliki perbedaan dalam sudut pandang penulisan beritanya.

3. Wartawan/Redaktur, yang berperan dalam pembuatan dan penyeleksian semua keputusan berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang melalui proses framing dari penonjolan berita, dimana pada proses ini penelitian untuk mengetahui kebijakan media massa di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar terhadap berita kasus Ganti Rugi melalui analisis teknik framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dengan membagi empat struktur besar, sebagai berikut :

(49)

4. Pada proses ini, berita merupakan hasil olahan dan bagaimana realitas di konstruksi oleh media, sehingga menjadi isu yang menarik dibandingkan dengan isu yang lainnya.

5. Pembaca sebagai proses akhir dari penyampaian informasi tentang berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

(50)

45 3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan secara kualitatif, untuk mengetahui dan mengamati suatu hal yang menjadi ciri khasnya.

“Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban”. (Mulyana, 2001)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, mengolah, menyajikannya dan menyampaikannya kepada khalayak.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi, disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. (Eriyanto, 2002).

(51)

3.1.1. Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Menurut Pan dan Gerald M. Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing disini diliat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen – elemen yang diseleksi dari suatu isu/ peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

Kedua, konsepsi sosiologi. Bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologi lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.

(52)

seseorang, disisi lain dipahami sebagai perangkat yang melekat dalam wacana sosial/ politik.

Pan dan Gerald M. Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan secara bersama–sama konsepsi psikologi yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Bagi Pan dan Gerald M. Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan dan menyimpannya untuk dikomunikasi dengan khalayak yang kesemuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas dan praktik kerja professional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.

(53)

berhadapan dengan publik yang kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis, dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan dari wartawan. Hal ini karena wartawan bukan menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan. (Eriyanto,2002:254)

Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berada dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) kedalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Kedua, struktur skrip. Ketiga, struktur tematik. Keempat, struktur retoris.

(54)

yang dipilih ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa tersebut.

Pendekatan penelitian ini menggunakan analisis framing Pan dan Gerald M. Kosicki, karena konsep ini dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan pula pada praktik jurnalistik, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain. Analisis terhadap teks berita bukan merupakan langkah akhir dari penelitian yang akan dilakukan tetapi juga bagaimana kecenderungan atau perbedaan bagaimana realitas itu dibentuk oleh media dalam memproduksi informasi.

3.1.2. Skema Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

(55)

Tabel 3.1

Skema Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Struktur Sintaksis Bagaimana skema berita itu dibuat dengan unit yang diamati, yaitu Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup

Struktur Skrip Melihat kelengkapan berita yang di amati melalui 5W+1H Struktur Tematik Bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas

peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur Retoris Bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam

berita.

Sumber: Eriyanto. Konstruksi, ideologi, dan politik media, 2004 : 188 1. Struktur Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah

(56)

2. Struktur Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak lapran berita yang berusaha menunjukan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+IH : who, what, where, why, dan how. Meskipun pola ini ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.

3. Struktur Tematik. Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil. 4. Struktur Retoris. Berhubungan dengan bagaimana wartawan

(57)

Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatkan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, generalisasi, dan lain-lain. Semua aspek itu diakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. (Eriyanto,2002:187)

Pendekatan penelitian ini menggunakan analisis framing Pan dan Gerald M. Kosicki karena konsep Pan framing didefinisikan sebagai sebagai proses membuat pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Dengan cara apa wartawan atau media menonjolkan pemaknaan atau penafsiran mereka atau suatu peristiwa, wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Perangkat itu dapat juga menjadi alat bagi peneliti untuk memahami bagaimana media mengemas peristiwa.

3.2. Informan Penelitian

(58)
[image:58.595.164.462.213.316.2]

Nantinya, data dari hasil analisis akan diklarifikasi dan diperiksa kembali bersama-sama informan. Langkah ini memungkinkan seluruh hasil analisis didiskusikan dan di cek derajat kebenarannya.

Tabel 3.2

Informan Penelitian

No Nama Pekerjaan / jabatan

1. Adang Jukardi Wartawan Pikiran Rakyat 2. Dedi Rustandi Wartawan Tribun Jabar

Sumber : Peneliti, 2015

Informan diatas peneliti ambil dikarenakan mereka adalah wartawan yang mencari, mewawancarai sejumlah narasumber di lapangan dan menuliskan pemberitaan mengenai isu ganti rugi waduk Jatigede pada edisi 3 September 2015, bagaimana mereka mengemas berita yang sama dalam versi yang berbeda sesuai dengan ideologi dari masing-masing media

.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diyakini sebagai cara serta langkah-langkah mendapatkan data yang ditempuh peneliti untuk keperluan penelitian dari berbagai sumber data terkait dengan pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang pada masing – masing media.

3.3.1. Studi Pustaka

(59)

Waduk Jatigede Sumedang yang dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.

3.3.2. Studi Lapangan

3.3.2.1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah bentuk interaksi langsung antara dua orang, wawancara dilakukan antara orang yang memberi informasi dan orang yang diberi informasi. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu. (Moleong:135)

Wawancara dalam penelitian ini di tujukan kepada wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar mengenai pemberitaan tentang pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang edisi 3 September 2015.

3.3.2.2. Dokumentasi

Dokumentasi ialah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, bahkan untuk meramalkan.

(60)

mengenai pemberitaan pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang edisi 3 September 2015.

3.3.2.3. Internet Searching

Internet searching dilakukan untuk memperoleh data tambahan bagi peneliti selain dari buku, tulisan, artikel, maupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis framing. Dalam internet terdapat berbagain pembahasan dan sumber data yang melengkapi dalam penelitian ini. Internet searching merupakan salah satu teknik pengambilan data yang digunakan peneliti. Terdapat website dan artikel-artikel yang digunakan oleh peneliti.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam metode kualitatif adalah mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber untuk menguji keabsahan data tersebut. Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2010:88).

Teknik analisa data juga merupakan suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian secara sistematik tentang suatu hal sebagai upaya untuk mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan.

(61)

1. Reduksi data. Peneliti mencoba untuk mengumpulkan informasi-informasi penting terkait masalah penelitian, lalu mengelompokan data tersebut sesuai dengan topik masalah.

2. Menyajikan data. Data yang telah terkumpul kemudian disajikan secara sistematis sehingga peneliti dapat menelaah dan mengamati komponenkomponen masalah.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada tahap ini peneliti menarik sebuah kesimpulan berdasarkan masalah yang diteliti.

3.5. Uji Keabsahan data

Uji keabsahan data merupakan beberapa langkah pengujian data yang dilakukan peneliti dalam penelitian kualitatif. Dalam uji keabsahan data, peneliti menggunakan uji credibility (validitas internal) atau uji kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

(62)

edisi 3 September 2015. Peneliti mewawancara wartawan kedua media massa tersebut yang terlibat didalam penulisan berita itu. Wawancara dilakukan peneliti untuk mengetahui terdapat perbedaan diantara pemberitaan tersebut. Pada penelitian ini triangualasi data dilakukan dengan cara membandingan jawaban yang disampaikan oleh informan untuk mendapatkan data yang cocok dan sesuai.

3.5.1. Member Check,

Selain menggunakan triangulasi data dalam melakukan uji keabsahan data, peneliti juga melakukan cara mengecek kredibiltas data dengan menggunakan bahan referensi dan member check. Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.

(63)

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap surat kabar Harian Umum Pikiran Rakyat yang berlokasi di Jalan Asia Afrika No. 77 Bandung dan Harian Pagi Tribun Jabar yang berlokasi di Jalan Sekelimus Utara No. 2-4 Bandung.

3.6.2. Waktu Penelitian

(64)
[image:64.595.116.511.147.626.2]

Tabel 3.3

Jadwal dan Waktu Penelitian

Kegiatan Tahun (2015 - 2016)

Oktober November Desember Januari Febuari

Studi Pendahuluan

Pengajuan Judul

Acc Judul

Penulisan BAB I

Bimbingan

Revisi BAB I

Penulisan BAB II

Bimbingan

Revisi BAB II

Penulisan BAB III

Bimbingan

Revisi BAB III

Sidang Seminar UP

Revisi UP

Penelitian Lapangan

Penulisan BAB IV

Bimbingan BAB IV

Revisi BAB IV

Penulisan BAB V

Bimbingan BAB V

Revisi BAB V

Penulisan Kelengkapan Bimbingan Kelengkapan Sidang Skripsi

(65)

Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang Pada Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

NURFITRIANA

NIM. 41811104

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(66)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.2.1. Rumusan Masalah Makro ... 7

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro ... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitan ... 8

1.3.1. Maksud Penelitan ... 8

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 9

(67)

x

2.1.1.1. Skripsi Riska Khaerunnisya, Universitas Hasanuddin

Makasar 2012 ... 11

2.1.1.2. Skripsi Feri Setiawan, UNIKOM 2014 ... 11

2.1.1.3. Skripsi Desi Yoani

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kemampuan media massa untuk mempengaruhi masyarakat dalam berbagai lapisan khalayak dipercaya sebagai referensi dan acuan masyarakat merupakan potensi yang terandalkan

Pada skripsi ini energi yang dihasilkan aliran air terjun tersebut dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik picohidro yang hasilnya nantinya dapat digunakan

Sesuai dengan fokus masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang menjadi penyebab mahasiswa IAIN Jember angkatan 2011

Tabel 6. Indikator Kebiasaan Positif untuk Show and Tell.. LQGLNDWRU GLNHPEDQJNDQ VHFDUD PRGL¿NDWLI yakni menggunakan media yang memiliki cerita yang bernilai social life

[r]

DAFTAR HARGA PENAWARAN PENGADAAN MESIN CETAK.. DPPKAD KABUPATEN

Corollary 6.1.6.1 (Wedderburn’s Theorem) A semisimple left Artinian ring is a direct sum of matrix rings over division rings.. Corollary 6.1.6.2 A semisimple left Artinian ring is