• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalanicum. L) DI KECAMATAN TANJUNG-BREBES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalanicum. L) DI KECAMATAN TANJUNG-BREBES"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN

PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

BAWANG MERAH (

Allium ascalanicum.

L) DI KECAMATAN

TANJUNG-BREBES

SKRIPSI

Oleh:

Vidya Mar’atusholikha 20120210070

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

SKRIPSI

Oleh:

Vidya Mar’atusholikha 20120210070

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)

KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

(Allium ascalanicum. L) DI KECAMATAN TANJUNG-BREBES

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :

Vidya Mar’atusholikha 20120210070

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(4)

iv

Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh tim pembimbing.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan saya ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan

(5)

v MOTTO

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan

boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal hal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)

“Disiplin adalah Kunci Keberhasilan (Andreas Untung.P)”

(6)

vi

2. Muhammad SAW pahlawan revolusi peradaban.

3. Bapak Sanawi dan Ibu Sri Hidayati. Semoga penulis selalu menjadi Birrul

(7)

vii

SEKAPUR SIRIH

Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Sang Maha Penguasa alam jagat raya. Dia yang menjadikan insan sebagai raja di bumi persada, dan menyerahkan pengelolaan alam kepada seluruh umat manusia, semoga amanah sebagai khalifah terlaksana, ilmu agama menjadi pondasi utama, sehingga

baldatun toyyibatun segera terwujud dalam kehidupan yang nyata. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, seorang reformis sejati, pembawa syariat sesuai dengan hati nurani.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba merangkai untaian kata yang manakala tiada waktu untuk bertatap pandang, hendaklah dapat terbaca. Dengan segala hormat penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Teman-teman angkatan 2012. Jangan lupa untuk saling mendoakan dan saling semangat satu sama lain. Teruntuk Agroteknologi B 2012, Glad to be part of you.

2. Rumah ke dua, tempat untuk berpulang mencurahkan segala suka, duka lara, dan cita. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Pertanian UMY. Tak sekadar merah yang memerahkan segala warna. 3. Almamaterku, teristimewa kepada Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, gerbang membuka cakrawala peradaban. Terimakasih atas segala kesempatan yang diberikan.

4. Teh Livi Takliviyah partner dari awal hingga akhir skripsi ini selesai.

Hatur nuhun nyak.

5. Penyemangat sekaligus pembelajar, semoga menjadi penyemangat hingga akhir waktu, dan senantiasa dalam lindunganNya.

(8)

viii

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Paket Pemupukan Di

Tingkat Petani dan Pupuk Anjuran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Bawang Merah di Kecamatan Tanjung-Brebes”. Sholawat serta salam penulis

senantiasa haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membebaskan kita

dari zaman penuh kegelapan ke zaman yang penuh cahaya seperti saat ini. Skripsi

ini disusun guna memenuhi syarat menyelesaikan pendidkan S-1 untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam mencapai semua penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan

banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M. P. selaku pembimbing utama yang telah

berkenan memberikan waktu luangnya, arahan, motivasi yang sangat gigih

serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Bambang Heri Isnawan, M. P. selaku pembimbing pendamping yang

dengan penuh kesabaran selalu membimbing penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

3. Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku dosen penguji yang telah

(9)

ix

4. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

tidak pernah bosan memberikan bimbingan dan mendengar keluh kesah.

5. Ir. Sarjiyah, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P., Ph.D. selaku Kaprodi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

7. Kepala KESBANGLINMAS Yogyakarta, Kepala BPMD Semarang ,

Kepala KESBANGPOL Kabupaten Brebes, Kepala Dinas Pertanian

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes, Kepala BP3K Kecamatan

Tanjung beserta jajaran staffnya yang telah bersedia membantu perijinan

dan segala informasinya selama penelitian.

8. Team International Tropical Farming Summer School (ITFSS) #1 semoga

semakin melesat jauh menjelajah dunia.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Juni 2016

(10)

x

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Studi ... 4

F. Kerangka Berfikir ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Bawang Merah ... 8

B. Pemupukan ... 11

III. TATA CARA PENELITIAN ... 14

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

B. Metode penelitian dan Analisis Data ... 14

C. Luaran Penelitian ... 16

D. Jenis Data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes ... 18

B. Kondisi Sumberdaya Lahan Kabupaten Brebes ... 20

C. Kondisi Eksisting Wilayah, Petani dan Penyuluh di Kecamatan Tanjung 23 D. Komparasi Paket Pemupukan Bawang Merah ... 30

(11)

xi

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(12)

xii

Tabel 4. Jenis Data Penelitian ... 17

Tabel 5. Temperatur 2010 - 2014 ... 21

Tabel 6. Curah Hujan 2010-2014 ... 22

Tabel 7. Hasil Survey Lapangan ... 23

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 7

Gambar 2. Morfologi Bawang Merah ... 8

Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Brebes ... 18

(14)

xiv

Lampiran 4. Paket Pemupukan di Tingkat Petani ... 53

Lampiran 5. Paket Pemupukan di Tingkat Penyuluh ... 56

Lampiran 6. Hasil T-test Bahan Organik ... 57

Lampiran 7. Hasil T-test N... 58

Lampiran 8. Hasil T-test P ... 59

Lampiran 9. Hasil T-test K... 60

Lampiran 10. Hasil T-tes S ... 61

Lampiran 11. Hasil T-test Panjang Tanaman 1 ... 62

Lampiran 12. Hasil T-test Panjang Tanaman 2 ... 63

Lampiran 13. Hasil T-test Umbi ... 64

Lampiran 14. Hasil T-Test Produksi ... 65

Lampiran 15. Analisis Regresi ... 66

(15)

xv

INTISARI

Penelitian berjudul Komparasi Paket Pemupukan di Tingkat Petani dan

Pupuk Anjuran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium

ascalonicum) di Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes telah dilaksanakan pada

bulan Januari sampai Maret 2016. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

manfaat berupa informasi tentang perbandingan pemberian paket pemupukan

bawang merah ditingkat petani dan penyuluh.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Teknis

pelaksanaanya dengan melakukan observasi, kuisioner, dan pengumpulan data

sekunder maupun primer yang dianalisis secara Deskriptif, Uji T dan Regresi.

Pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemupukan di tingkat petani tidak

dipengaruhi oleh anjuran. Beberapa faktor mempengaruhi petani dalam

menggunakan paket pemupukan, seperti modal, pengetahuan dan sumberdaya

manusia.

(16)
(17)

xvi

ABSTRACT

A research about Comparison Fertilizing Package of Farmer level and

agriculture instructor level to Growth and Production of Shallot at Sub Distric

Tanjung, Regency Brebes has been done from Januari until March 2016.

This research used survey method consist of observation, primary and

secondary data collecting that analyzed using Descriptive, T-test, and Regression.

The sample was taken by Stratified Random Sampling.

The result indicated that the farmers were not influenced by agriculture

instructor in the other way farmers were influenced by cost, knowledge, culture

and the number of the farmer.

Keyword : Fertilizing package, farmer fertilizing, agriculture instructor and

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki

nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber

penghasilan petani dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1. Data Proyeksi Kebutuhan Bawang Merah

Tahun Kebutuhan (Ton)

Konsumsi Benih Industri Ekspor Total 2015 952.335 102.900 40.000 100.000 1.195.235 2020 1.067.527 107.000 50.000 110.000 1.335.427 2025 1.197.837 116.000 80.000 150.000 1.541.737 Sumber data : Deptan 2013 Diakses pada September 2015

Bawang Merah adalah salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di

Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan

beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Umbi Bawang Merah sebagian

besar mengandung air. Dari 100 gram umbi, kandungan air mencapai sekitar

80-85 %, protein r 1,5%, lemak 0,3% dan karbohidrat 9,2% (Wibowo, 2006)

Menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2008), konsumsi Bawang Merah

penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan Bawang Merah

akan terus meningkat karena adanya pertambahan jumlah penduduk, semakin

berkembangnya industri makanan siap saji dan pengembangan pasar ekspor

Bawang Merah. Kebutuhan Bawang Merah yang semakin meningkat merupakan

peluang pasar yang potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk

meningkatkan produksi Bawang Merah. Salah satu sentra produksi Bawang

(19)

2

Luas panen dan produksi Bawang Merah di Kabupaten Brebes selama beberapa

tahun disajikan dalam tabel 2 berikut :

Tabel 2. Data Produksi Bawang Merah

Tahun Luas Panen

Sumber data : Dinas Pertanian Pangan dan Hortikulutura Kabupaten Brebes, 2010

Adanya faktor alam yang serasi dengan faktor pertumbuhan tanaman,

menjadikan Bawang Merah cocok dibudidayakan di Brebes. Petani Bawang

Merah di Kabupaten Brebes memiliki kecenderungan untuk menggunakan pupuk

seadanya. Artinya, dosis yang diberikan untuk pemupukan disesuaikan dengan

modal utama yang dimiliki dari petani Bawang Merah tersebut, sehingga

seringkali petani mengabaikan dosis pupuk standar yang diberikan pada tanaman

Bawang Merah.

Desa Pejagan yang berada di Kecamatan Tanjung, salah satu penghasil

Bawang Merah di Kabupaten Brebes menghasilkan Bawang Merah sebanyak 7

ton/hektar Bawang Merah pada tahun 2015. Paket pemupukan yang dilakukan

sebanyak tiga kali tanpa pemupukan dasar. Pemupukan pertama dilakukan pada

umur 12 hari setelah tanam, pemupukan kedua dilakukan 21 hari setelah tanam

dan pemupukan ketiga dilakukan 35 hari setelah tanam menggunakan pupuk TS

dan NPK. Lain halnya di desa Lemahabang, paket pemupukan yang dilakukan

sebanyak 2 kali, sebelum tanam petani tidak memberikan pupuk dasar, melainkan

(20)

selanjutnya pemupukan dilakukan menggunakan Urea dan pemupukan kedua

menggunakan ZA.

Menurut Balitsa (2005), pemberian pupuk standar yang diberikan adalah

pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk

organik yang berasal dari pupuk kandang sapi dengan dosis 10 – 20 ton/hektar.

Selain itu, pupuk P (SP-36) dengan dosis 200 – 250kg/hektar. Macam dan jumlah

pupuk N dan K yang diberikan adalah sebagai berikut : N sebanyak 150 –

200kg/hektar dan K sebanyak 50 – 100 kg K2O/hektar atau 100 – 200 kg

KCl/hektar. Kualitas Bawang Merah pada umumnya dapat dilihat dari warna

umbi dan aroma yang khas. Warna umbi sangat erat kaitannya dengan kandungan

air yang dimilikinya. Kandungan air pada Bawang Merah dipengaruhi oleh

ketersediaan Kalium, sedangkan aroma yang khas berkaitan dengan ketersediaan

kandungan Sulfur (Universitas Sumatera Utara, 2015).

B. Perumusan Masalah

Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Jawa tengah dengan area

pertanaman Bawang Merah terbesar di Indonesia. Kecamatan Tanjung yang

berada di Kabupaten Brebes merupakan salah satu area penghasil Bawang Merah.

Paket pemupukan Bawang Merah yang dilakukan oleh petani Bawang Merah di

Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes masih menggunakan paket yang belum

memenuhi standar. Artinya, usaha untuk memenuhi kebutuhan pupuk Bawang

Merah disesuaikan dengan modal para petani itu sendiri, sehingga penerapan

(21)

4

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini memiliki permasalahan :

1. Bagaimana paket pemupukan di tingkat petani Bawang Merah dan hasilnya?

2. Bagaimana kecenderungan hasil di tingkat petani jika dibandingkan dengan

hasil potensial?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan dapat memberikan informasi tentang perbandingan

pemberian paket pemupukan Bawang Merah ditingkat petani dan penyuluh.

2. Mengevaluasi paket pemupukan Bawang Merah bagi petani di Kabupaten

Brebes.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

karakteristik, memberikan informasi mengenai paket pemupukan untuk tanaman

Bawang Merah, serta dapat melakukan komparasi pemupukan antara petani dan

penyuluh di Kabupaten Brebes Jawa Tengah, sehingga produksi Bawang Merah

dalam mengatasi kebutuhan masyarakat dapat tercukupi.

E. Batasan Studi

Penelitian dilakukan di lingkup Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes,

Jawa Tengah yang terdiri dari 2 Desa yaitu Lemahabang dan Pejagan sebagai

salah satu daerah penyumbang produksi Bawang Merah, yaitu daerah dengan

penggunaan lahan budidaya komoditi bawang merah cukup besar. Desa

(22)

memiliki lahan sawah dengan luas 96,97 hektar (Kecamatan Tanjung dalam

Angka 2014)

F. Kerangka Berfikir

Kabupaten Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah

penghasil Bawang Merah di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya faktor

alam yang cocok untuk melakukan budidaya bawang merah, sehingga kabupaten

Brebes sangat berpotensi dalam mengembangkan produksi bawang merah untuk

mencukupi kebutuhan baik di Jawa Tengah sendiri maupun daerah lain.

Sejak dimulai dari pertumbuhannya, tanaman telah bergantung pada

lingkungan dan tingkat ketergantungan ini semakin besar mengikuti umur.

Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman ditentukan oleh faktor-faktor

pertumbuhan. Unsur hara merupakan kebutuhan mutlak tanaman untuk dapat

hidup, karena sejak awal pertumbuhan telah bergantung pada peranan sejumlah

unsur hara. Ketersedian unsur hara yang cukup dan seimbang memberi peluang

kelangsungan hidup tanaman. Hukum minimum Leibig, menyatakan bahwa

takaran pertumbuhan tanaman diatur oleh faktor yang ada dalam takaran minimal

dan naik atau turunnya sesuai dengan peningkatan atau penyusutan takarannya.

Peningkatan pertumbuhan akibat penambahan takaran faktor pembatas akan terus

terjadi sampai pembatas ini berhenti membatasi, kemudian pertumbuhan menjadi

tidak tergantung pada faktor ini, dan jika penambahan faktor ini terus dilakukan

terus hingga tercapai suatu titik yang menjadikannya bersifat meracun maka

(23)

6

Bawang merah merupakan tanaman dataran rendah. Hasil bawang merah

adalah umbi. Setiap siung bawang merah dapat membentuk umbi baru sekaligus

umbi samping sehingga terbentuk rumpun yang terdiri dari 3-8 umbi baru (Hesti,

2014). Kualitas bawang merah yang disukai pasar adalah berwarna merah atau

kuning mengilap, bentuknya padat,aromanya harum saat digoreng dan tahan lama

(Universitas Sumatera Utara, 2015)

Budidaya Bawang Merah, tidak lepas dari pemberian pupuk sebagai

asupan hara yang dibutuhkan oleh Bawang Merah. Petani akan memberikan

pupuk untuk tanaman Bawang Merah dengan tujuan agar tanaman dapat

berproduksi dan menghasilkan benefit atau keuntungan bagi petani itu sendiri.

Akan tetapi, seringkali petani kurang memperhatikan aspek kebutuhan unsur hara

tanaman, sehingga pemberian pupuk dilakukan hanya sekadarnya saja tanpa

memandang kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri.

Pertumbuhan dan hasil potensial dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

genetika, iklim, keadaan fisika tanah dan unsur hara (Poerwowidodo, 1992).

Untuk hasil potensial tanaman bawang merah, harus diketahui syarat pemupukan.

Persyaratan tersebut meliputi, dosis standar, waktu pemupukan dan jumlah pupuk

yang diberikan bagi tanaman Bawang Merah.

Pembandingan data yang didapatkan dari hasil survey (data primer) dengan

data yang diperoleh dari instansi terkait (data sekunder) dilakukan untuk

mendapat gambaran pola produksi bawang merah di tingkat petani dan produksi

yang diakibatkan oleh adanya penerapan paket berupa pupuk anjuran sebagaimana

(24)

KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

KECAMATAN TANJUNG

PAKET PEMUPUKAN

DI TINGKAT PENYULUH

PAKET PEMUPUKAN PETANI

PRODUKSI

KOMPARASI

KESIMPULAN

DESA LEMAHABANG & PEJAGAN

PRODUKSI

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Merah

Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk

rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

serabut, batang Bawang Merah merupakan batang semu yang terbentuk dari

kelopak-kelopak daun. Daun pada Bawang Merah hanya memiliki satu

permukaan yang berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa.

(Bina Karya Tani, 2008)

Gambar 2. Morfologi Bawang Merah

Tanaman Bawang Merah tumbuh baik di daerah beriklim kering, peka

terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut.

Tanaman Bawang Merah membutuhkan penyinaran cahaya matahari hingga 70%

penyinaran, suhu udara yang dibutuhkan 25°-32°C. Di Indonesia, Bawang Merah

dapat ditanam di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.000 meter di atas

permukaan laut. Tanah yang sesuai untuk Bawang Merah adalah tanah yang

(26)

organik, pH tanah 5,6-6,5. Tanah paling cocok adalah jenis tanah Alluvial atau

kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol. Di pulau Jawa, Bawang

Merah banyak ditanam pada tipe iklim D3 atau E3 yaitu antara (0-5) bulan basah

dan (2-4) bulan kering. Waktu tanam yang cocok untuk Bawang Merah adalah

pada musim kemarau dengan ketersediaan air yang cukup, yaitu pada bulan April

atau Mei setelah panen padi dan pada bulan Juli atau Agustus (Nani, 2005)

Untuk bisa tumbuh berkembang dengan baik, tanaman membutuhkan

unsur hara yang tercukupi, tidak terkecuali Bawang Merah. Rekomendasi pupuk

untuk tanaman Bawang Merah yang dianjurkan oleh Balitsa adalah pupuk organik

(kompos) sebanyak 5 ton/hektar yang diberikan bersama pupuk TSP/SP-36.

Pemupukan susulan I berupa N dan K dilakukan pada umur 10-15 hari setelah

tanam dan susulan ke II pada umur satu bulan setelah tanam, masing-masing ½

dosis. Macam dan jumlah pupuk N dan K yang diberikan adalah sebagai berikut :

N sebanyak 150-200 kg/hektar dan K sebanyak 50-100 kg K2O/hektar atau

100-200 kg KCl/hektar.

Di Sumatera Utara, pemberian stimulan pada Bawang Merah diberikan

tiga kali dalam masa tanam Bawang Merah, yaitu pada waktu tanaman berumur

15 hari, 30 hari dan 38 hari. Pemberian stimulan yang pertama, yaitu saat umur 15

hari menggunakan 1 ml Atonik dan 0,3 ml Metalik dicampur dengan 1 liter air

bersih, kemudian ditambah 1 ml pestisida Antracol. Lima hari setelah

penyemprotan yang pertama ini, kemudian diberikan pupuk Urea (9 kg/hektar)

dan ZK (1,5 kg/hektar). Penyemprotan stimulan yang kedua, yaitu saat tanaman

(27)

10

pestisidanya dinaikkan sedikit yaitu menjadi 2 ml. Seminggu kemudian,

penyemprotan ketiga dapat dilakukan dengan cara dan ukuran yang sama seperti

pemberian stimulan ke dua. Ukuran tersebut digunakan untuk 0,1 hektar tanaman.

Dengan perlakuan tersebut, diperoleh hasil sekitar 2 ton per hektar.

Di Tegal Jawa Tengah, penggunaan stimulan tidak hanya pada tanaman

saja tetapi juga dengan merendam umbi bibitnya ke dalam larutan Atonik selama

sekitar 8 jam, dengan konsentrasi 1 ml Atonik dalam 2 liter air bersih. Ternyata

hasil lebih meningkat lagi (Wibowo, 2006)

Pada dasarnya, Bawang Merah dapat membentuk bunga tetapi biasanya

sulit menghasilkan biji. Bunga Bawang Merah merupakan bunga majemuk

berbentuk tandan yang bertangkai 50-200 kuntum bunga. Tangkai tandan bunga

ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm.

Sedang kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm. Bunga

Bawang Merah merupakan bunga sempurna dimana memiliki benang sari dan

putik. Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok

yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh

akar-akar serabut yang tidak terlalu panjang. Sedang di bagian atas cakram, di antara

lapisan kelopak daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh

menjadi tanaman baru. Di bagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang

nantinya dari bagian ini dapat muncul bunga. Tunas yang akan menjadi tempat

tumbuhnya bunga ini disebut tunas apikal, sedangkan tunas-tunas lain yang dapat

tumbuh menjadi tanaman baru disebut tunas lateral. Dalam tiap umbi,

(28)

tunas-tunas lateral ini dapat pula membentuk cakram baru dan dari cakram baru

ini dapat tumbuh kelopak-kelopak daun sehingga dapat terbentuk umbi baru.

Dengan demikian, tiap umbi lapis Bawang Merah dapat menjadi beberapa umbi

(Wibowo, 2008)

B. Pemupukan

Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah, tetapi jumlah total hara

yang tersedia untuk tanaman pada periode tertentu tidak dapat diduga berdasarkan

jumlah yang dikandung tanah tersebut. Menurut Buckman dan Brady (1961)

dalam Rismunandar (1990), tanah yang mempunyai susunan terbaik untuk

pertumbuhan tanaman adalah mengandung 45% mineral dalam bentuk benda

besar dan halus, 25% udara, 25% air dan 5% bahan organik. Untuk

mempertahankan keadaan tersebut, dapat dilakukan pemupukan.

Pupuk adalah unsur dalam bentuk senyawa kimia organik maupun

anorganik yang berfungsi untuk mengembalikan unsur hara tanah dan

memberikan nutrisi pada tanaman. Pemupukan merupakan usaha memasukkan zat

hara kedalam tanah dengan maksud memberikan atau menambahkan zat tersebut

untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil yang diharapkan (Mulyani,

2010)

Berdasarkan kandungan unsur hara, dibagi menjadi pupuk tunggal dan

pupuk majemuk. Pupuk tunggal atau single fertilizer merupakan pupuk yang

hanya mengandung satu unsur hara saja, misalnya Urea (N), ZK (K) dan TSP (P).

Pupuk Majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,

(29)

12

kandungan unsur haranya, dibagi menjadi yang berkadar hara tinggi

(concentrated), berkadar hara sedang dan berkadar hara rendah (ordinary).

Berdasarkan kandungan hara yang tinggi, memiliki kandungan unsur hara lebih

dari 30 % misalnya TSP mengandung 46% P2O5, ZK mengandung 50% K2O dan

Urea mengandung 46% N. Berdasarkan kandungan hara sedang, memiliki

kandungan unsur hara 20 – 30% misalnya Abu dapur mengandung 10 – 30% K2O.

Sedangkan yang berkadar hara rendah, memiliki kandungan unsur haranya 20%,

misalnya MFP mengadung 19% K. Berdasarkan pembuatannya, pupuk dibagi

menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam yaitu pupuk yang tidak dibuat

di pabrik. Pupuk ini bersifat organik, dicirikan dengan kelarutan unsur haranya

yang rendah di dalam tanah. Meskipun unsur hara rendah, akan tetapi bila sifat

fisik telah diperbaiki maka sifat kimianya pun bisa berubah. Contohnya : pupuk

kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos. Pupuk alam mengandung humus.

Pupuk organik mempunyai fungsi penting yaitu untuk menggemburkan lapisan

tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi

daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan

kesuburan tanah. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik. Pupuk ini

bersifat anorganik, kandungan unsur hara dan kelarutannya tinggi, berguna untuk

memperbaiki sifat kimia tanah, contohnya : Urea, TSP dan DAP.

Pemupukan yang dilakukan pada satu tanaman, akan berbeda untuk

masing-masing jenis tanah, hal ini karena setiap jenis tanah memiliki karakter

dan susunann kimia tanah yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan suatu anjuran

(30)

hara tanaman. Pemberian pupuk anjuran adalah menyediakan zat hara yang

cukup, sehingga tanaman mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan

pendapatan petani, oleh karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus

sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Dengan demikian

jenis dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan akan tetapi harus

memiliki spesifik lokasi. Tujuan pemberian pupuk anjuran ini adalah petani dapat

memupuk lebih efisien karena dosis dan jenis pupuk disesuaikan dengan

(31)

14

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes Jawa

Tengah dengan daerah studi terdiri dari 2 Desa yakni Pejagan dan Lemahabang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.

B. Metode penelitian dan Analisis Data 1. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi melalui

pelaksanaan survei. Menurut Widyatama (2010) dalam Adhi Sudibyo (2011)

metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk mendapatkan

fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.

2. Metode pemilihan lokasi

Observasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi

yang sebenarnya di wilayah yang menggambarkan keadaan asal tersebut.

Pemilihan lokasi observasi dengan cara purposive yaitu dengan pengambilan

sampel yang secara sengaja dipilih berdasarkan tujuan penelitian (Masri

Singarimbun, 1989)

3. Metode penentuan sampel responden

Sampel responden dipilih pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang

merupakan masyarakat dalam desa, hal ini dilakukan supaya sampel responden

yang diambil merupakan sampel yang akan mewakili responden pada

(32)

Pemilihan sampel responden dilakukan dengan cara Cluster Sampling yaitu,

untuk menentukan sampel responden yang akan dijadikan sumberdata, maka

pengambilan sampelnya berdasarkan dengan daerah atau lokasi populasi yang

telah ditetapkan, dan dilanjutkan dengan cara Stratified Random Sampling

yaitu teknik untuk menentukan responden secara proporsional (Sugiyono,

2012)

Dilihat dari keadaan sarana transportasi, wilayah kecamatan Tanjung

berada di jalur pantura yang mana merupakan jalur transportasi yang

menghubungkan jawa dan Cibitung untuk pendistribusisan Bawang Merah,

sehingga lebih cepat untuk mengirim Bawang Merah.

Menurut Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2015)

Desa Lemahabang dan Desa Pejagan masyarakatnya banyak yang

membudidayakan Bawang Merah seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Responden Petani Bawang Merah

No Desa Gapoktan Ketua Jumlah Petani

Bawang Merah

1 Pejagan Rejo Mukti Bp. Rajad 115

2 Lemahabang Barokah Bp. Umar Said 65

Berdasarkan tabel 4 di atas, maka sampel responden ditentukan dengan

cara proporsional sekitar 30% dari jumlah populasi petani bawang merah, serta

responden penyuluh yang ada di Kecamatan Tanjung sebanyak 5 orang.

4. Analisis data

Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif, uji T dan

regresi. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran,

(33)

16

berdasarkan fakta dan fenomena yang ditemui di lapangan. Analisis regresi

digunakan untuk mencari pola hubungan antara penerapan dosis pupuk anjuran

dan dosis di tingkat petani dengan tingkat produksi yang diperoleh.

C. Luaran Penelitian

Bentuk luaran penelitian berupa laporan penelitian, serta naskah akademik.

D. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara

langsung dan hasil wawancara langsung di lapangan. Data sekunder merupakan

data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke berbagai instansi

terkait dengan penelitian.

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

penyelidikan di lapangan, seperti kondisi lapangan saat pengambilan

sampel, jawaban kuissioner responden.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pustaka dan juga data

dari dinas atau instansi terkait sebagai pendukung dan pelengkap dari

data-data primer. Data-data-data tersebut meliputi, hasil percobaan sebelumnya dan

buku-buku literatur lainnya. Tabel jenis data-data yang akan digunakan

(34)

Tabel 4. Jenis Data Penelitian 2 Ketersediaan air Curah

(35)

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes

Karakteristik wilayah Kabupaten Brebes yang diperoleh dalam penelitian

disajikan dalam data berikut

a. Geografi

Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah,

di antara koordinat 108°41'37,7"-109°11'28,92" Bujur Timur dan 6°44'56'5" -

7°20'51,48” Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah

Provinsi Jawa Barat. Di bawah ini adalah gambar letak batas-batas wilayah

Kabupaten Brebes. Kecamatan Tanjung berada di ujung barat Kabupaten

Brebes setelah Kecamatan Losari.

Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Brebes

Sumber gambar. Brebes news diakses pada 02 Oktober 2015

Kabupaten Brebes merupakan kawasan yang memiliki iklim tropis dengan

dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, curah hujan rata-rata

(36)

kelembapan udara berkisar 77-80%. Luas wilayah Kabupaten Brebes 1.662,96

km2. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk

pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan,

perikanan, peternakan dan sebagainya (Universitas Diponegoro, 2015)

Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah di Jawa tengah yang

memiliki potensi pertanian cukup besar. Bawang Merah merupakan komoditi

sayuran unggulan yang sejak lama diusahakan oleh petani Kabupaten Brebes dan

sudah menjadi trademark sebagai penghasil Bawang Merah tersbesar di tingkat

nasional. Dari keseluruhan total kebutuhan Bawang Merah, sebesar 23% disuplai

dari Kabupaten Brebes. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura (2010), sentra Bawang Merah banyak tersebar di seluruh kecamatan

yang ada di Kabupaten Brebes, salah satunya yaitu kecamatan Tanjung

(Apriyanto,2015 )

Desa Pejagan memiliki lahan sawah dengan luas 96,97 hektar sedangkan

Desa Lemahabang memiliki lahan sawah dengan luas 97,27 hektar. Pada tahun

2012, desa lemahabang produksi bawang merah sebanyak 10.537,90 kuintal

dengan luas panen 106,54 hektar dan di desa Pejagan produksi bawang merah

sebanyak 7.648,40 kuintal dengan luas panen 79,65 hektar (Kecamatan Tanjung

dalam angka 2014)

b. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Brebes berdasarkan Brebes dalam angka 2012

sebanyak 1.763.941 jiwa, kepadatan penduduk rata-rata 1.283 jiwa/km2 dengan

(37)

20

Kecamatan Tanjung dalam angka 2014 sebanyak 75.457 jiwa, kepadatan

penduduk rata-rata 657,67 jiwa/km2 dengan luas area kecamatan 149,08 km2.

Mata pencaharian petani dan peternak Kecamatan Tanjung rata-rata adalah

berjumlah 15.952 (Kecamatan Tanjung dalam angka 2014).

B. Kondisi Sumberdaya Lahan Kabupaten Brebes

Sumberdaya lahan merupakan aset penting dalam kehidupan, khususnya untuk

proses budidaya tanaman. Inventarisasi sumberdaya lahan adalah kegiatan yang

sangat penting, mengingat ketersediaan di alam yang langka sehingga dibutuhkan

informasi yang akurat supaya sumberdaya lahan dapat dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya. Menurut Gunawan Budiyanto (2014), sumberdaya lahan

merupakan modal dasar bagi pertanian. Sumberdaya lahan merupakan sediaan

alam yang dimanfaatkan selain sebagai medium tumbuh, juga sebagai sumber

hara dan air. Karakteristik terhadap kualitas lahan pertanaman Bawang Merah

yang mempengaruhi produksi Bawang Merah disajikan dalam data berikut

a. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

Bawang Merah. Hasil survey di lapangan menyatakan bahwa rerata suhu di

kabupaten Brebes dalam kurun waktu lima tahun berturut-turut adalah 27,9° C;

27,5° C; 27,6° C; 27,9° C; dan 27,9° C. Hal ini berarti suhu udara telah sesuai

dengan kebutuhan iklim bawang merah. Temperatur atau suhu udara rata-rata

(38)

Tabel 5. Temperatur 2010 - 2014

Bulan Suhu Udara (◦C)

2010 2011 2012 2013 2014

Januari 27 26,9 26,9 27,0 26,6

Februari 27,8 26,8 27,4 27,9 26,8

Maret 28,0 27,2 27,2 28,2 27,8

April 28,7 27,8 28,1 28,4 28,3

Mei 28,5 27,9 28,2 28,4 28,7

Juni 27,9 27,5 27,6 28,0 28,5

Juli 27,8 27,2 26,9 27,3 27,6

Agustus 27,9 26,9 26,9 27,5 27,3

September 27,8 27,5 27,8 27,8 27,7

Oktober 27,9 28,2 28,5 28,6 28,6

Nopember 28,0 27,8 28,4 28,3 28,4

Desember 27,0 27,7 27,6 27,5 27,9

Rata-rata 27,9 27,5 27,6 27,9 27,9

Minimum 27,0 26,8 26,9 27,0 26,6

Maksimum 28,7 28,19 28,54 28,6 28,7

Sumber : BMKG Wilayah Karesidenan Pekalongan (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan) 2015

Menurut hasil survey yang dilaksanakan, diperoleh informasi bahwa keadaan

umbi pada suhu rendah lebih kecil dibandingkan pada suhu tinggi. Sebagaimana

didukung oleh Dinarti (2011) bahwa suhu yang tinggi (26°-36°C) dibutuhkan saat

tanaman memasuki fase pembentukan umbi menyebabkan peningkatan akumulasi

karbohidrat ke bagian umbi serta aktivitas enzimatik yang meningkatkan proses

translokasi sukrosa ke dalam organ penyimpanan.

b. Ketersediaan air

Kualitas ketersediaan air pertanaman Bawang di Kabupaten Brebes

(39)

22

Tabel 6. Curah Hujan 2010-2014

No Tahun Curah Hujan Rerata

Maksimum Minimum

1 2010 308,2 91,9 200,05

2 2011 450,2 0 225,1

3 2012 335,5 0 167,75

4 2013 425,1 0 212,55

5 2014 439,8 0 219,9

Total 1958,8 91,9 1025,35

Rata-rata 391,76 18,38 205,07

Sumber : BMKG Wilayah Karesidenan Pekalongan (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan) 2015

Masa tanam bawang di Kecamatan Tanjung, ditentukan oleh ketersediaan

air. Menurut pemaparan responden, pada musim kemarau responden

mengusahakan air yang didatangkan dari waduk Malahayu dengan sistem

membeli, sedangkan pada musim hujan ketersediaan air sepenunhnya ada pada

hujan karena sawah yang dimiliki merupakan sawah tadah hujan. Berdasarkan

tabel curah hujan, menerangkan bahwa rata-rata curah hujan maksimum dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir sebesar 391,76 mm sedangkan curah hujan

minimum sebesar 18,38 mm. Dari hasil survey lapangan, ketersediaan air untuk

pertanaman bawang merah belum berjalan dengan baik. Bawang merah

menghendaki jumlah curah hujan antara 300 – 2500 mm, sedangkan ketersediaan

air maksimum hanya sebesar 391,76 artinya, kemungkinan kekurangan air untuk

(40)

C. Kondisi Eksisting Wilayah, Petani, dan Penyuluh di Kecamatan Tanjung

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Tanjung

Kecamatan Tanjung merupakan salah satu kecamatan penghasil Bawang

Merah di Kabupaten Brebes. Tanaman Bawang merah dapat tumbuh baik di

daerah dengan suhu 25° - 32°C, iklim yang cocok untuk bawang merah adalah

iklim kering atau panas, tanah yang cocok untuk bertanam bawang merah adalah

Alluvial, derajat keasaman tanah (pH) 6 -7 dan ketinggian kurang dari 200 meter

di atas permukaan air laut (Nani dan Sunarjono 2005). Berikut adalah kondisi

wilayah sesuai lokasi penelitian dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 7. Hasil Survey Lapangan

Jenis tanah Suhu Ketinggian Derajat

Keasaman (pH) Alluvial 26°– 32°C 0 – 11 mdpl 5,5 – 6,2

(41)

24

a. Tanah

Berdasarkan tabel hasil survey, jenis tanah di kabupaten Brebes sudah

sesuai dengan syarat tumbuh tanaman bawang merah yaitu tanah Alluvial. Tanah

alluvial merupakan tanah yang banyak tersebar di dataran rendah, cocok untuk

melakukan kegiatan pertanian karena teksturnya yang lembut dan mudah digarap,

sehingga tidak memerlukan banyak waktu untuk menggarapnya. Hal ini didukung

oleh Maya (2015) yang menerangkan bahwa tanah Alluvial banyak mengandung

pasir dan liat serta Rachman (2005) menerangkan bahwa tanah Alluvial atau tanah

Luvisol merupakan tanah yang memiliki horison B argilik dengan kejenuhan basa

50% atau lebih. Horison B agrilik yaitu yaitu horison yang paling sedikit

mengandung lempung 1,2 kali lipat lebih banyak daripada horizon atasnya.

Didukung pula oleh Mega (2010) yang menjelaskan tentang pembentukan tanah

Alluvial yaitu terbentuk dari endapan-endapan aliran sungai yang berlapis-lapis,

bahan organik jumlahnya tidak beraturan menurut kedalaman tanahnya.

Mengingat tanah ini sedikit akan bahan organik, maka untuk memperbaiki

tanah tersebut diperlukan upaya perbaikan dengan menambahkan bahan organik

seperti kompos atau pupuk kandang. Bawang merah adalah tanaman yang

memiliki umbi lapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun

yang membesar dan bersatu. Perkembangan umbi bawang merah tergantung pada

keadaan tanah. Semakin tanah gembur, semakin mudah umbi bawang merah

(42)

b. Suhu dan Ketinggian

Tanaman bawang merah menghendaki suhu antara 25° – 32° C. Suhu di

bawah 25° C hanya cocok untuk bawang putih dan bawang bombay. Selain itu,

akan menyebabkan pertumbuhan umbi tumbuh kecil atau tidak optimal dan juga

menyebabkan tumbuhnya berbagai macam penyakit yang menyerang. Suhu di

Kabupaten Brebes telah sesuai dengan syarat iklim tanaman bawang merah,

ditambah dengan adanya ciri khas daerah pesisir yaitu angin kumbang. Hal

tersebut didukung oleh Adam (2014) tentang salah satu keistimewaan daerah

Brebes berupa, adanya angin fohn atau yang dikenal dengan angin kumbang.

Angin kumbang merupakan angin kencang tipe fohn yang sifatnya panas dan

kering. Angin fohn disebut juga angin kumbang. Angin kumbang terjadi karena

daerah bayangan hujan pada daerah atas pegunungan terhadap angin yang

meluncur menuruni daerah pegunungan tersebut, apabila angin turun 100 m maka

suhunya akan naik 1 derajat celcius dan jika sudah mencapai dibawah

pegunungan angin akan menjadi panas. Hembusan angin kencang dan

panas-kering bermanfaat untuk mengusir hama seta meningkatkan kesehatan tanaman

Bawang.

Ketinggian tempat adalah suatu keadaan ketinggian dari permukaan air

laut. Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi

suatu tempat, semakin rendah suhu udaranya. Semakin rendah daerahnya semakin

(43)

26

c. pH

Sifat kimia tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu

tanaman. Sifat kimia yang berpengaruh adalah derajat keasamaan atau pH.

Pengaruh pH berkaitan dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, terutama

unsur hara Pospor (P). Unsur hara P banyak tersedia pada pH antara 6,0 – 7,5.

Pada tanah masam unsur hara P difiksasi oleh alumunium dan besi, sedangkan

pada tanah alkalis unsur hara P difiksasi oleh kalsium. Hasil survey menunjukkan

derajat keasaman atau pH yang dimiliki kecamatan tanjung 5,5 -6,2 artinya tanah

di Kecamatan Tanjung merupakan tanah masam. Kelarutan Alumunium dalam

pertumbuhan tanaman dibutuhkan sangat sedikit sehingga, apabila kelarutan

Alumunium terlalu banyak akan menyebabkan keracunan bagi tanaman itu

sendiri. Ditinjau dari segi fisiologi, keracunan dapat diartikan sebagai suatu

gangguan fisiologis pada tanaman tersebut atau disebut sebagai berkurangnya

potensi tumbuh dari suatu tanaman. Menurut Clarkson (1969) dalam Dirjen Dikti

(1991) menerangkan bahwa keberadaan Al menyebabkan hambatan pembentukan

heksosa fosfat. Sedangkan gula 6-fosfat ini merupakan titik masuk dari substrat

karbohidrat ke dalam proses respirasi. Gangguan tersebut akan mengakibatkan

gangguan metabolisme dan akhirnya gangguan terhadap produksi.

Dalam melaksanakan usahatani Budidaya Bawang Merah, petani dihadapkan

pada beberapa masalah-masalah untuk memenuhi kebutuhan selama bertani.

Unsur-unsur yang mempengaruhi usahatani berdasarkan survey disajikan dalam

(44)

a. Ketersediaan Lahan

Ketersediaan lahan, jumlah pengguna dan tenaga kerja disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 8. Luasan lahan, Jumlah Pengguna, Tenaga Kerja dan Status Lahan Luas lahan

Berdasarkan hasil survey, menunjukkan bahwa rata-rata lahan yang

diusahakan petani untuk melakukan budidaya pertanian sebesar 0,01 – 0,05

Hektar. Lahan tersebut merupakan lahan garapan dengan sistem membeli lahan

untuk beberapa jangka waktu tertentu atau sewa. Lahan yang dimiliki responden

merupakan lahan yang dimiliki oleh orang tertentu yang kemudian disewakan

untuk membudidayakan bawang merah. Keadaan ini mempengaruhi masyarakat

atau petani untuk tidak melakukan perawatan terhadap lahan yaitu pemberian

pupuk organik. Pemberian pupuk organik akan memberikan dampak baik dalam

jangka waktu yang panjang sedangkan sewa lahan petani tersebut tidak menentu

batasan sewanya. Penggunaan lahan juga berpengaruh terhadap jumlah tenaga

kerja. Berdasarkan hasil survey, luasan lahan berpengaruh terhadap tenaga kerja.

Tenaga kerja yang dibutuhkan bergantung pada jenis kegiatan budidaya bawang

merah seperti persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, dan panen.

Hasil survey di lapangan menunjukkan adanya kecenderungan tenaga kerja pada

(45)

28

menggunakan tenaga kerja dengan cara bergantian antara petani yang satu dengan

yang lain serta dipengaruhi oleh waktu yang ditargetkan sehingga tenaga kerja

tidak dapat diprediksi berapa jumlahnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor

seperti jumlah sumberdaya manusia yang beralih profesi menjadi pedagang di luar

kota dibandingkan dengan buruh tani.

b. Bahan tanam dan Varietas

Benih yang digunakan oleh responden merupakan benih yang diperoleh

dari penangkar benih dan benih yang diperoleh dari hasil panen sebelumnya

kemudian dirawat sendiri oleh responden. Benih yang diperoleh dari penangkar,

biasanya dibeli oleh responden sesuai dengan kebutuhan lahan yang akan

ditanami bawang merah. Responden menerima bawang merah sesuai dengan

harga dan ukuran. Menurut responden, kekurangan dari membeli bahan tanam

adalah ketidak sesuaian atau tidak standarnya bahan tanam yang akan digunakan,

sehingga akan berpengaruh terhadap perawatan selama budidaya dan produsksi.

Benih yang ditangkar sendiri oleh petani memiliki keunggulan antara lain umur

yang sesuai (2-3 bulan), pemberian treatment yang tepat dan keseragaman ukuran.

Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kabupaten

Brebes (2011), menyatakan bahwa benih yang disiapkan hendaknya berasal dari

varietas yang unggul dan bermutu agar dapat menjamin benih yang ditanam

berkualitas dalam artian memiliki keseragaman, kekuatan tumbuh dan sehat.

Varietas bawang merah yang digunakan responden adalah Varietas

Bawang Merah Bima Curut. Varietas Bima Curut merupakan varietas andalan

(46)

survey melalui wawancara, responden memilih Varietas Bima Curut karena kultur

petani di kabupaten Brebes khususnya di kecamatan Tanjung telah mengenal

varietas Bima Curut terlebih dahulu dibandingkan dengan varietas lain.

Penyuluhan pertanian dilakukan dalam upaya perubahan sikap dan

perilaku petani melalui peningkatan pengertahuan serta keterampilannya,

sehingga petani dapat melaksanakan teknologi anjuran yang diterima. Agar upaya

yang dilakukan memperoleh hasil yang optimal, maka diperlukan suatu kegiatan

penyuluhan. Kegiatan agribisnis menuntut keterlibatan secara langsung antara

pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Untuk itu, pembinaan sumberdaya

manusia harus digalakan untuk meningkatkan dinamika masyarakat pertanian.

Disini merupakan peran dari penyuluh pertanian untuk keberhasilan pembaharuan

dan pembangunan pertanian, sebagaimana dikemukakan oleh Badan Penyuluhan

Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Tanjung bahwa sasaran

bagi penyuluh pertanian adalah petani dan keluarganya, masyarakat tani dan

pelaku agribisnis lainya sebagai pelaku utama pembangunan sistem pertanian

yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Di Kecamatan Tanjung terdapat Badan Penyuluhan, Perikanan, Pertanian

dan Kehutanan yang selanjutnya disingkat menjadi BP3K merupakan salah satu

badan yang menaungi bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Menurut

Badan Penyuluhan Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (BP3K) pada tahun 2016,

luas binaan BP3K Kecamatan Tanjung adalah 6.772,02 Ha yang meliputi 18 Desa

yaitu, Sarireja, Kubangputat, Luwunggede, Mundu, Luwungbata, Karangraja,

(47)

30

Kemurang Wetan, Kemurang Kulon, Pejagan, Krakahan dan Pengaradan. Untuk

bidang pertanian sendiri, terdapat penyuluh di BP3K yang membawahi desa-desa

di Kecamatan Tanjung.

D. Komparasi Paket Pemupukan Bawang Merah

Pemupukan yang dilakukan pada suatu tanaman, akan berbeda tergantung jenis

tanaman dan jenis tanah. Oleh karena itu, diperlukan suatu anjuran pemupukan

yang berimbang berdasarkan kemampuan tanah dan kesuburan tanah. Untuk dapat

tumbuh dan produksi secara optimal, tanaman Bawang Merah memerlukan

pemberian pupuk Nitrogen (N), Phospor (P), Sulfur (S) dan Kalium (K) dalam

jumlah yang cukup dan berimbang. Salah satu pemula penyusun hipotesis untuk

menunjukkan hubungan takaran hara tanaman dengan pertumbuhan atau hasil

tanaman adalah hukum Leibig. Hukum minimum Leibig menyatakan bahwa

takaran pertumbuhan tanaman, diatur oleh faktor yang ada dalam takaran minimal

dan naik atau turunnya sesuai dengan peningkatan atau penyusutan takarannya.

Berdasarkan analisis regresi pada lampiran 15 halaman 63 menunjukkan

bahwa nilai R2 atau koefisien determinasi sebesar 0,721. Hal ini menunjukkan

bahwa kemampuan variabel Bahan Organik, Nitrogen, Phospor, Kalium dan

Sulfur dalam mempengaruhi produksi Bawang Merah sebesar 72,1% dan masih

terdapat 27,9% variabel lain yang mempengaruhi produksi. Berdasarkan regresi,

persamaan model regresi untuk model fungsi produksi adalah sebagai berikut :

Y= 0,896 + 0,00013466X1 + 0,01101X2 + 0,01509X3 + 0,02100X4 + 0,04748X5

Keterangan :

(48)

X2 = Nitrogen (Kg)

X3 = Phospor (Kg)

X4 = Kalium (Kg)

X5 = Sulfur (Kg)

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa semua variabel X1

hingga X5 bernilai positif artinya, pola yang dihasilkan dalam persamaan regresi

tersebut adalah bernilai positif atau satu arah. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi pemberian paket pemupukan, semakin tinggi juga produksi

bawang merah yang diperoleh.

Pemberian paket pemupukan oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain ketersediaan pupuk di toko saprodi, keterbatasan pengetahuan tentang

fungsi pupuk, modal budidaya bawang merah serta kebiasaan petani dalam

memberikan pupuk terhadap bawang merahnya. Kebiasaan petani dalam

penberian pupuk antara lain, tidak berubahnya jenis pupuk yang digunakan untuk

memupuk bawang merah dari dulu hingga sekarang, jumlah yang diberikan

berdasarkan keinginan petani bukan berdasarkan kebutuhan tanaman, adanya

keadaan statis pada matapencaharian petani yang dilakukan petani yang sama

menjadikan kegiatan budidaya bawang merah juga bersifat statis, artinya petani

tidak dapat mengubah sebuah kebiasaannya dalam budidaya bawang merah meski

telah diberikan arahan tentang budidaya yang baik dan benar oleh penyuluh.

Menurut hemat petani, pengalaman yang telah menjadikan petani sukar untuk

mengikuti prosedur dari penyuluh. Pengalaman dianggap aturan yang sesuai

(49)

32

Penggunaan pupuk terhadap tanaman bawang merah haruslah seimbang

sesuai dengan nutrisi tanamannya. Seimbang dalam artian tidak terlalu banyak,

dan tidak terlalu seidikit. Terlalu banyak unsur hara akan menjadikan unsur hara

bersifat racun bagi tanaman, sebaliknya jika kekurangan unsur hara akan

menjadikan tanaman tumbuh tidak optimal. Hal ini sejalan dengan sebagaimana

dijelaskan dalam Poerwowidodo bahwa ketersediaan unsur hara yang seimbang

dan cukup memberi peluang bagi kelangsungan hidup tanaman.

Berikut ini adalah hasil survey paket pemupukan di tingkat petani dan

pupuk anjuran yang dilaksanakan di Desa Pejagan dan Lemahabang Kecamatan

Tanjung Brebes

a. Bahan Organik

Data statistik pada lampiran 5 menunjukkan rata-rata pemberian paket Bahan

Organik petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 170

kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 2.525 kg/hektar. Dari hasil T-test

menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam

pemberian Bahan Organik, artinya pemberian teknologi dari petani berbeda

dengan anjuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian bahan organik di

tingkat petani antara lain adalah adanya kecenderungan petani dalam penggunaan

lahan dengan sistem sewa, artinya petani yang menyadari tentang manfaat bahan

organik dapat memperbaiki tanah, tidak melakukannya pada lahan yang sedang

digarapnya karena status sewa yang nanti akan habis pada waktunya dan akan

digunakan oleh petani yang lain, sehingga pemberian bahan organik tidak akan

(50)

saat itu juga, melainkan pada waktu yang akan datang dimana lahan tersebut telah

habis waktu dan akan digunakan oleh petani yang lain. Disamping manfaat yang

dirasakan dari bahan organik cukup lama, keterbatasan modal dalam pengadaan

usaha tani bawang merah juga mempengaruhi pemberian bahan organik. Bahan

organik di Kecamatan Tanjung khususnya di desa Lemahabang dan Pejagan sukar

ditemukan secara langsung, artinya bahan organik diperoleh dengan membeli di

daerah lain dengan jarak tempuh yang cukup lama dan memakan waktu serta

biaya transportasi. Hal tersebut menjadikan petani beralih ke pupuk anorganik

sebagai penyuplai unsur hara yang cepat dan efisien. Kesalah fahaman tentang

fungsi bahan organik juga menjadi salah satu faktor karena, tidak semua petani

menyadari bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah akan memberikan

manfaat yang besar dalam jangka waktu yang panjang yaitu dapat memperbaiki

struktur tanah dan kandungan hara tanah.

Semakin sering tanah digunakan berarti tanah kehilangan kekuatannya

baik sebagai penyedia unsur hara maupun kesehatan. Salah satu cara memperbaiki

kesehatan tanah adalah dengan cara memberikan bahan organik kedalam tanah.

Bahan organik bisa berupa pupuk kandang, pupuk kompos maupun hasil limbah

organik lainnya, sebagaimana didukung oleh Hieronymus (2010) bahwa bahan

organik tanah sangat penting bagi tanah, sumber energi bagi organisme tanah baik

hewan maupun mikroorganisme tanah. Di dalam tanah, bahan organik berfungsi

sebagai perekat yang bisa menstabilkan pori-pori tanah, struktur tanah dan

(51)

34

b. Nitrogen

Data statistik pada lampiran 6 menunjukkan rata-rata pemberian paket

Nitrogen petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 29,86

kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 129,01 kg/hektar. Dari hasil T-test

menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam

pemberian paket nitrogen, artinya pemberian teknologi paket nitrogen dari petani

tidak dipengaruhi oleh anjuran.

Pemberian paket Nitrogen di tingkat petani dipengaruhi oleh ketersediaan

Nitrogen yang ada di toko saprodi beserta jumlah kandungannya. Nitrogen yang

tersedia di toko saprodi merupakan pupuk tunggal dan majemuk dengan unsur

lain. Berdasarkan survey, terdapat berbagai jenis pupuk majemuk yang dipasarkan

dengan harga yang bervariasi. Penggunaan Nitrogen yang dilakukan oleh petani

seringkali dilakukan dengan berbagai cara seperti Petani cenderung menggunakan

pupuk yang banyak digunakan oleh petani-petani sebelumnya dan juga pupuk

yang sedang menjadi pilihan sebagian petani pada saat itu. Pemberian Nitrogen

juga bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani. Menurut hemat

petani, pemberian nitrogen diberikan dengan dasar melihat kondisi tanaman

sebelum di pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri.

Rerata pemberian Nitrogen menurut anjuran menunjukkan Nitrogen pada

tanaman Bawang Merah sebesar 198,5 kilogram/hektar sebagaimana didukung

oleh Balitsa (2015) menjelaskan bahwa nitrogen yang diberikan pada tanaman

bawang merah sebesar 150 – 200 kilogram/hektar. Pemberian nitrogen oleh

(52)

pengaruhnya terhadap penggunaan karbohidrat di dalam tanaman. Apabila pupuk

N diberikan dalam jumlah besar maka akan menurunkan level karbohidrat. Akan

tetapi, apabila suplai N terbatas, maka level karbohidrat di dalam tanaman akan

meningkat. Penggunaan N juga berpengaruh langsung terhadap sintesis

karbohidrat di dalam tanaman dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap vigor

tanaman.

Unsur N memiliki kemampuan merangsang pertumbuhann tanaman secara

keseluruhan, merupakan bagian dari sel tanaman itu sendiri, berfungsi untuk

sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan

vegetatif (warna hijau) seperti daun. Kekurangan unsur N dapat mengakibatkan

warna hijau pada daun menjadi kekuning-kuningan dan jaringan daun mati,

pertumbuhan tanaman menjadi lambat, perkembangan buah tidak sempurna

masak sebelum waktunya dan menimbulkan daun penuh dengan serat karena

menebalnya membran sel daun sedangkan selnya berukuran kecil-kecil.

c. Phospor

Data statistik pada lampiran 7 menunjukkan rata-rata pemberian paket

Phospor petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 16,80

kg/hektar sementara paket anjuran sebanyak 115,84 kg/hektar. Dari hasil T-test

menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam

pemberian paket Pospor, artinya pemberian teknologi paket pospor dari petani

berbeda dengan penyuluh.

Paket phospor yang diberikan petani pada tanaman bawang merah

(53)

36

yang tersedia di toko saprodi merupakan pupuk tunggal dan majemuk dengan

unsur lain dengan kandungan yang bervariasi. Menurut hemat petani, pemberian

pupuk pospor diberikan dengan dasar melihat kondisi tanaman sebelum di pupuk

tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri. Pemberian paket

pupuk phospor yang dilakukan oleh petani setara dengan pemberian unsur N

karena, pupuk yang bersifat majemuk yang cenderung digunakan oleh petani.

Adapun jenis pupuk tunggal yang digunakan petani merupakan pupuk dianggap

sebagai pelengkap saja.

Paket pospor yang diberikan anjuran memilki tujuan yaitu untuk

memberikan kekuatan terhadap bawang merah agar tidak mudah rebah, memberi

energi pada tanaman bawang merah berupa reaksi biokimia, reaksi fotosintesis

dan glikolisis pada tanaman serta memberikan produksi buah yang yang optimal.

Hal ini di dukung oleh Soepardi (1983) dalam Mitalom (2015) bahwa peranan

Pospor sangat penting terhadap pertumbuhan sel, pertumbuhan akar, memperkuat

jerami agar tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan

buah, dan biji serta memperkuat terhadap daya tahan terhadap penyakit.

d. Kalium

Data statistik pada lampiran 8 menunjukkan rata-rata pemberian paket

Kalium petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 34,12

kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 58,80 kg/hektar. Dari hasil T-test

menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam

pemberian paket Kalium, artinya pemberian teknologi paket kalium dari petani

(54)

Pemberian paket Kalium di tingkat petani dipengaruhi oleh kebiasaan

petani. Berdasarkan survey penggunaan paket Kalium yang dilakukan petani

menunjukkan adanya kecenderungan pemberian diawal dan diakhir pemupukan,

dengan ukuran sedikit. Menurut hemat petani, pemberian kalium diakhir budidaya

tanam bawang merah dianggap sebagai pelengkap dalam proses pemupukan

terakhir dan hanya menitikberatkan pada hasil akhir berupa umbi agar menjadi

besar dan padat. Pemberian paket kalium yang dianggap sebagai pelengkap ini,

menjadikan paket kalium hanya diberikan alakadarnya karena dianggap paket

pupuk sebelumnya sudah mampu memberikan nutrisi pada tanaman bawang

merah. Bawang merah sendiri membutuhkan transport air untuk pembentukan

jaringan tanaman hingga mencapai bentuk umbi.

Pemberian paket kalium di tingkat anjuran bertujuan untuk memberikan

kebutuhan unsur hara yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman terutama pada

proses fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan,

memperkuat batang, sebagaimana didukung oleh Poerwowidodo (1992) tentang

fungsi kalium antara lain : sebagai pengaktif beberapa enzim, berhubungan

dengan pengaturan air dan energi, berperan dalam sintesis protein dan pati, serta

pemindahan fotosintat. Untuk bawang merah sendiri, kalium bermanfaat

memberikan hasil umbi yang optimal. Sebagaimana dijelaskan oleh Gunadi

(2009) yang menerangkan bahwa umbi yang baik, mutu dan daya simpan umbi

bawang merah lebih tinggi dan umbi tetap padat meskipun sudah disimpan lama

(55)

38

e. Sulfur

Data statistik pada lampiran 9 menunjukkan rata-rata pemberian paket

Sulfur petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 7,46

kg/hektar sementara paket anjuran sebanyak 15,12 kg/hektar. Dari hasil T-test

menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam

pemberian paket Sulfur, artinya pemberian teknologi paket Sulfur petani berbeda

dengan penyuluh.

Berdasarkan survey yang dilakukan pada responden, petani telah

menggunakan sulfur sebagai salah satu unsur hara yang diperlukan, akan tetapi

petani tidak menyadari perihal keberadaan Sulfur tersebut. Pemberian sulfur

bersamaan dengan N, P dan K diberikan berdasarkan dengan keadaan tanaman

Bawang Merah sebelum di pupuk. Adanya Sulfur jarang diketahui oleh petani

Bawang Merah, karena petani terbiasa menggunakan istilah merek dagang atau

menyebut pupuk dengan nama yang sudah familiar.

Penggunaan Sulfur ditingkat petani dan tingkat anjuran terdapat

perbedaan. Anjuran menyarankan pemberian unsur hara yang sesuai karena unsur

hara mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan

dengan beberapa parameter penentu kualias nutrisi tanaman, salah satunya adalah

ketajaman dan aroma khas Bawang Merah. Parameter ketajaman dan aroma khas

bawang merah ini yang dipengaruhi oleh adanya pemberian unsur hara, salah

satunya adalah sulfur yang sebagaimana didukung oleh Balitsa (2005) bahwa

penggunaan sulfur yang dianjurkan bertujuan untuk meningkatkan ketajaman

(56)

tanaman yang biasanya membutuhkan sulfur adalah jenis legun dan lili (bawang),

oleh karena itu pertumbuhannya yang baik perlu ditanaman pada tanah dengan

kandungan sulfur yang mencukupi.

f. Tinggi tanaman

Data statistik pada lampiran 10 dan 11 menunjukkan rata-rata panjang

tanaman umur 15 hari petani dan anjuran. Panjang tanaman petani rata-rata 19,88

cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 20,00 cm. Dari hasil T-test

menunjukkan bahwa tidak beda nyata antara panjang tanaman petani dan anjuran

pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 15 hari dari petani tidak

berbeda dengan penyuluh. Panjang tanaman pada umur 30 hari di tingkat petani

rata-rata 36,22 cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 42,24 cm. Dari

hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara panjang tanaman petani

dan anjuran pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 30 hari dari

petani berbeda dengan penyuluh.

Pada umur ke 15 hari, panjang tanaman bawang di tingkat petani sama

dengan di tingkat anjuran dan pada umur 30 hari terdapat perbedaan antara

panjang tanaman di tingkat petani dan anjuran. Hal ini dikarenakan oleh beberapa

faktor seperti bahan tanam, faktor lingkungan dan pemberian unsur hara. Umur 15

hari merupakan fase vegetatif dimana tanaman memulai perkembangannya. Di

dalam vase vegetatif, suplai unsur hara sangat diperlukan untuk tumbuh kembang

tanaman tak terkecuali panjang tanaman. Unsur hara sangat diperlukan pada fase

ini karena, pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif merupakan fase awal untuk

Gambar

Tabel 1. Data Proyeksi Kebutuhan Bawang Merah
Tabel 2. Data Produksi Bawang Merah
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Gambar 2. Morfologi Bawang Merah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merevisi adalah kegiatan pemeriksaan atau peninjauan yang bertujuan untuk memperbaiki suatu pengamatan yang belum tepat pada teks laporan hasil obeservasi baik dari

Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan pendapat Supranto (2001) bahwa untuk memperoleh hasil baik dari suatu analisis faktor, maka jumlah responden yang diambil

Pengenceran tersebut dimaksudkan agar parameter fisika kimia yang ada telah sesuai dengan syarat kondisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Kangkung Air (Ipomoea aquatica),

Interaksi Antara lama perendaman dengan konsentrasi etanol juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai rendemen, pH, viskositas, kekuatan gel serta kadar lemak

Menurut pendapat Muhaimin (2008), Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari