KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN
PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
BAWANG MERAH (
Allium ascalanicum.
L) DI KECAMATAN
TANJUNG-BREBES
SKRIPSI
Oleh:
Vidya Mar’atusholikha 20120210070
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
Vidya Mar’atusholikha 20120210070
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH
(Allium ascalanicum. L) DI KECAMATAN TANJUNG-BREBES
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Oleh :
Vidya Mar’atusholikha 20120210070
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
iv
Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh tim pembimbing.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan saya ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan
v MOTTO
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal hal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)
“Disiplin adalah Kunci Keberhasilan (Andreas Untung.P)”
vi
2. Muhammad SAW pahlawan revolusi peradaban.
3. Bapak Sanawi dan Ibu Sri Hidayati. Semoga penulis selalu menjadi Birrul
vii
SEKAPUR SIRIH
Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Sang Maha Penguasa alam jagat raya. Dia yang menjadikan insan sebagai raja di bumi persada, dan menyerahkan pengelolaan alam kepada seluruh umat manusia, semoga amanah sebagai khalifah terlaksana, ilmu agama menjadi pondasi utama, sehingga
baldatun toyyibatun segera terwujud dalam kehidupan yang nyata. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, seorang reformis sejati, pembawa syariat sesuai dengan hati nurani.
Pada kesempatan ini, penulis mencoba merangkai untaian kata yang manakala tiada waktu untuk bertatap pandang, hendaklah dapat terbaca. Dengan segala hormat penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Teman-teman angkatan 2012. Jangan lupa untuk saling mendoakan dan saling semangat satu sama lain. Teruntuk Agroteknologi B 2012, Glad to be part of you.
2. Rumah ke dua, tempat untuk berpulang mencurahkan segala suka, duka lara, dan cita. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Pertanian UMY. Tak sekadar merah yang memerahkan segala warna. 3. Almamaterku, teristimewa kepada Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, gerbang membuka cakrawala peradaban. Terimakasih atas segala kesempatan yang diberikan.
4. Teh Livi Takliviyah partner dari awal hingga akhir skripsi ini selesai.
Hatur nuhun nyak.
5. Penyemangat sekaligus pembelajar, semoga menjadi penyemangat hingga akhir waktu, dan senantiasa dalam lindunganNya.
viii
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Paket Pemupukan Di
Tingkat Petani dan Pupuk Anjuran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Bawang Merah di Kecamatan Tanjung-Brebes”. Sholawat serta salam penulis
senantiasa haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membebaskan kita
dari zaman penuh kegelapan ke zaman yang penuh cahaya seperti saat ini. Skripsi
ini disusun guna memenuhi syarat menyelesaikan pendidkan S-1 untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam mencapai semua penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan
banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M. P. selaku pembimbing utama yang telah
berkenan memberikan waktu luangnya, arahan, motivasi yang sangat gigih
serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ir. Bambang Heri Isnawan, M. P. selaku pembimbing pendamping yang
dengan penuh kesabaran selalu membimbing penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
3. Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku dosen penguji yang telah
ix
4. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
tidak pernah bosan memberikan bimbingan dan mendengar keluh kesah.
5. Ir. Sarjiyah, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
6. Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P., Ph.D. selaku Kaprodi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.
7. Kepala KESBANGLINMAS Yogyakarta, Kepala BPMD Semarang ,
Kepala KESBANGPOL Kabupaten Brebes, Kepala Dinas Pertanian
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes, Kepala BP3K Kecamatan
Tanjung beserta jajaran staffnya yang telah bersedia membantu perijinan
dan segala informasinya selama penelitian.
8. Team International Tropical Farming Summer School (ITFSS) #1 semoga
semakin melesat jauh menjelajah dunia.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Juni 2016
x
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
INTISARI ... xv
ABSTRACT ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Studi ... 4
F. Kerangka Berfikir ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Bawang Merah ... 8
B. Pemupukan ... 11
III. TATA CARA PENELITIAN ... 14
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
B. Metode penelitian dan Analisis Data ... 14
C. Luaran Penelitian ... 16
D. Jenis Data ... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
A. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes ... 18
B. Kondisi Sumberdaya Lahan Kabupaten Brebes ... 20
C. Kondisi Eksisting Wilayah, Petani dan Penyuluh di Kecamatan Tanjung 23 D. Komparasi Paket Pemupukan Bawang Merah ... 30
xi
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
xii
Tabel 4. Jenis Data Penelitian ... 17
Tabel 5. Temperatur 2010 - 2014 ... 21
Tabel 6. Curah Hujan 2010-2014 ... 22
Tabel 7. Hasil Survey Lapangan ... 23
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 7
Gambar 2. Morfologi Bawang Merah ... 8
Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Brebes ... 18
xiv
Lampiran 4. Paket Pemupukan di Tingkat Petani ... 53
Lampiran 5. Paket Pemupukan di Tingkat Penyuluh ... 56
Lampiran 6. Hasil T-test Bahan Organik ... 57
Lampiran 7. Hasil T-test N... 58
Lampiran 8. Hasil T-test P ... 59
Lampiran 9. Hasil T-test K... 60
Lampiran 10. Hasil T-tes S ... 61
Lampiran 11. Hasil T-test Panjang Tanaman 1 ... 62
Lampiran 12. Hasil T-test Panjang Tanaman 2 ... 63
Lampiran 13. Hasil T-test Umbi ... 64
Lampiran 14. Hasil T-Test Produksi ... 65
Lampiran 15. Analisis Regresi ... 66
xv
INTISARI
Penelitian berjudul Komparasi Paket Pemupukan di Tingkat Petani dan
Pupuk Anjuran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium
ascalonicum) di Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes telah dilaksanakan pada
bulan Januari sampai Maret 2016. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
manfaat berupa informasi tentang perbandingan pemberian paket pemupukan
bawang merah ditingkat petani dan penyuluh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Teknis
pelaksanaanya dengan melakukan observasi, kuisioner, dan pengumpulan data
sekunder maupun primer yang dianalisis secara Deskriptif, Uji T dan Regresi.
Pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemupukan di tingkat petani tidak
dipengaruhi oleh anjuran. Beberapa faktor mempengaruhi petani dalam
menggunakan paket pemupukan, seperti modal, pengetahuan dan sumberdaya
manusia.
xvi
ABSTRACT
A research about Comparison Fertilizing Package of Farmer level and
agriculture instructor level to Growth and Production of Shallot at Sub Distric
Tanjung, Regency Brebes has been done from Januari until March 2016.
This research used survey method consist of observation, primary and
secondary data collecting that analyzed using Descriptive, T-test, and Regression.
The sample was taken by Stratified Random Sampling.
The result indicated that the farmers were not influenced by agriculture
instructor in the other way farmers were influenced by cost, knowledge, culture
and the number of the farmer.
Keyword : Fertilizing package, farmer fertilizing, agriculture instructor and
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bawang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki
nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber
penghasilan petani dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1. Data Proyeksi Kebutuhan Bawang Merah
Tahun Kebutuhan (Ton)
Konsumsi Benih Industri Ekspor Total 2015 952.335 102.900 40.000 100.000 1.195.235 2020 1.067.527 107.000 50.000 110.000 1.335.427 2025 1.197.837 116.000 80.000 150.000 1.541.737 Sumber data : Deptan 2013 Diakses pada September 2015
Bawang Merah adalah salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di
Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan
beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Umbi Bawang Merah sebagian
besar mengandung air. Dari 100 gram umbi, kandungan air mencapai sekitar
80-85 %, protein r 1,5%, lemak 0,3% dan karbohidrat 9,2% (Wibowo, 2006)
Menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2008), konsumsi Bawang Merah
penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan Bawang Merah
akan terus meningkat karena adanya pertambahan jumlah penduduk, semakin
berkembangnya industri makanan siap saji dan pengembangan pasar ekspor
Bawang Merah. Kebutuhan Bawang Merah yang semakin meningkat merupakan
peluang pasar yang potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk
meningkatkan produksi Bawang Merah. Salah satu sentra produksi Bawang
2
Luas panen dan produksi Bawang Merah di Kabupaten Brebes selama beberapa
tahun disajikan dalam tabel 2 berikut :
Tabel 2. Data Produksi Bawang Merah
Tahun Luas Panen
Sumber data : Dinas Pertanian Pangan dan Hortikulutura Kabupaten Brebes, 2010
Adanya faktor alam yang serasi dengan faktor pertumbuhan tanaman,
menjadikan Bawang Merah cocok dibudidayakan di Brebes. Petani Bawang
Merah di Kabupaten Brebes memiliki kecenderungan untuk menggunakan pupuk
seadanya. Artinya, dosis yang diberikan untuk pemupukan disesuaikan dengan
modal utama yang dimiliki dari petani Bawang Merah tersebut, sehingga
seringkali petani mengabaikan dosis pupuk standar yang diberikan pada tanaman
Bawang Merah.
Desa Pejagan yang berada di Kecamatan Tanjung, salah satu penghasil
Bawang Merah di Kabupaten Brebes menghasilkan Bawang Merah sebanyak 7
ton/hektar Bawang Merah pada tahun 2015. Paket pemupukan yang dilakukan
sebanyak tiga kali tanpa pemupukan dasar. Pemupukan pertama dilakukan pada
umur 12 hari setelah tanam, pemupukan kedua dilakukan 21 hari setelah tanam
dan pemupukan ketiga dilakukan 35 hari setelah tanam menggunakan pupuk TS
dan NPK. Lain halnya di desa Lemahabang, paket pemupukan yang dilakukan
sebanyak 2 kali, sebelum tanam petani tidak memberikan pupuk dasar, melainkan
selanjutnya pemupukan dilakukan menggunakan Urea dan pemupukan kedua
menggunakan ZA.
Menurut Balitsa (2005), pemberian pupuk standar yang diberikan adalah
pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
organik yang berasal dari pupuk kandang sapi dengan dosis 10 – 20 ton/hektar.
Selain itu, pupuk P (SP-36) dengan dosis 200 – 250kg/hektar. Macam dan jumlah
pupuk N dan K yang diberikan adalah sebagai berikut : N sebanyak 150 –
200kg/hektar dan K sebanyak 50 – 100 kg K2O/hektar atau 100 – 200 kg
KCl/hektar. Kualitas Bawang Merah pada umumnya dapat dilihat dari warna
umbi dan aroma yang khas. Warna umbi sangat erat kaitannya dengan kandungan
air yang dimilikinya. Kandungan air pada Bawang Merah dipengaruhi oleh
ketersediaan Kalium, sedangkan aroma yang khas berkaitan dengan ketersediaan
kandungan Sulfur (Universitas Sumatera Utara, 2015).
B. Perumusan Masalah
Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Jawa tengah dengan area
pertanaman Bawang Merah terbesar di Indonesia. Kecamatan Tanjung yang
berada di Kabupaten Brebes merupakan salah satu area penghasil Bawang Merah.
Paket pemupukan Bawang Merah yang dilakukan oleh petani Bawang Merah di
Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes masih menggunakan paket yang belum
memenuhi standar. Artinya, usaha untuk memenuhi kebutuhan pupuk Bawang
Merah disesuaikan dengan modal para petani itu sendiri, sehingga penerapan
4
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini memiliki permasalahan :
1. Bagaimana paket pemupukan di tingkat petani Bawang Merah dan hasilnya?
2. Bagaimana kecenderungan hasil di tingkat petani jika dibandingkan dengan
hasil potensial?
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan dapat memberikan informasi tentang perbandingan
pemberian paket pemupukan Bawang Merah ditingkat petani dan penyuluh.
2. Mengevaluasi paket pemupukan Bawang Merah bagi petani di Kabupaten
Brebes.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik, memberikan informasi mengenai paket pemupukan untuk tanaman
Bawang Merah, serta dapat melakukan komparasi pemupukan antara petani dan
penyuluh di Kabupaten Brebes Jawa Tengah, sehingga produksi Bawang Merah
dalam mengatasi kebutuhan masyarakat dapat tercukupi.
E. Batasan Studi
Penelitian dilakukan di lingkup Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes,
Jawa Tengah yang terdiri dari 2 Desa yaitu Lemahabang dan Pejagan sebagai
salah satu daerah penyumbang produksi Bawang Merah, yaitu daerah dengan
penggunaan lahan budidaya komoditi bawang merah cukup besar. Desa
memiliki lahan sawah dengan luas 96,97 hektar (Kecamatan Tanjung dalam
Angka 2014)
F. Kerangka Berfikir
Kabupaten Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah
penghasil Bawang Merah di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya faktor
alam yang cocok untuk melakukan budidaya bawang merah, sehingga kabupaten
Brebes sangat berpotensi dalam mengembangkan produksi bawang merah untuk
mencukupi kebutuhan baik di Jawa Tengah sendiri maupun daerah lain.
Sejak dimulai dari pertumbuhannya, tanaman telah bergantung pada
lingkungan dan tingkat ketergantungan ini semakin besar mengikuti umur.
Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman ditentukan oleh faktor-faktor
pertumbuhan. Unsur hara merupakan kebutuhan mutlak tanaman untuk dapat
hidup, karena sejak awal pertumbuhan telah bergantung pada peranan sejumlah
unsur hara. Ketersedian unsur hara yang cukup dan seimbang memberi peluang
kelangsungan hidup tanaman. Hukum minimum Leibig, menyatakan bahwa
takaran pertumbuhan tanaman diatur oleh faktor yang ada dalam takaran minimal
dan naik atau turunnya sesuai dengan peningkatan atau penyusutan takarannya.
Peningkatan pertumbuhan akibat penambahan takaran faktor pembatas akan terus
terjadi sampai pembatas ini berhenti membatasi, kemudian pertumbuhan menjadi
tidak tergantung pada faktor ini, dan jika penambahan faktor ini terus dilakukan
terus hingga tercapai suatu titik yang menjadikannya bersifat meracun maka
6
Bawang merah merupakan tanaman dataran rendah. Hasil bawang merah
adalah umbi. Setiap siung bawang merah dapat membentuk umbi baru sekaligus
umbi samping sehingga terbentuk rumpun yang terdiri dari 3-8 umbi baru (Hesti,
2014). Kualitas bawang merah yang disukai pasar adalah berwarna merah atau
kuning mengilap, bentuknya padat,aromanya harum saat digoreng dan tahan lama
(Universitas Sumatera Utara, 2015)
Budidaya Bawang Merah, tidak lepas dari pemberian pupuk sebagai
asupan hara yang dibutuhkan oleh Bawang Merah. Petani akan memberikan
pupuk untuk tanaman Bawang Merah dengan tujuan agar tanaman dapat
berproduksi dan menghasilkan benefit atau keuntungan bagi petani itu sendiri.
Akan tetapi, seringkali petani kurang memperhatikan aspek kebutuhan unsur hara
tanaman, sehingga pemberian pupuk dilakukan hanya sekadarnya saja tanpa
memandang kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri.
Pertumbuhan dan hasil potensial dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
genetika, iklim, keadaan fisika tanah dan unsur hara (Poerwowidodo, 1992).
Untuk hasil potensial tanaman bawang merah, harus diketahui syarat pemupukan.
Persyaratan tersebut meliputi, dosis standar, waktu pemupukan dan jumlah pupuk
yang diberikan bagi tanaman Bawang Merah.
Pembandingan data yang didapatkan dari hasil survey (data primer) dengan
data yang diperoleh dari instansi terkait (data sekunder) dilakukan untuk
mendapat gambaran pola produksi bawang merah di tingkat petani dan produksi
yang diakibatkan oleh adanya penerapan paket berupa pupuk anjuran sebagaimana
KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH
KECAMATAN TANJUNG
PAKET PEMUPUKAN
DI TINGKAT PENYULUH
PAKET PEMUPUKAN PETANI
PRODUKSI
KOMPARASI
KESIMPULAN
DESA LEMAHABANG & PEJAGAN
PRODUKSI
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bawang Merah
Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk
rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar
serabut, batang Bawang Merah merupakan batang semu yang terbentuk dari
kelopak-kelopak daun. Daun pada Bawang Merah hanya memiliki satu
permukaan yang berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa.
(Bina Karya Tani, 2008)
Gambar 2. Morfologi Bawang Merah
Tanaman Bawang Merah tumbuh baik di daerah beriklim kering, peka
terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut.
Tanaman Bawang Merah membutuhkan penyinaran cahaya matahari hingga 70%
penyinaran, suhu udara yang dibutuhkan 25°-32°C. Di Indonesia, Bawang Merah
dapat ditanam di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.000 meter di atas
permukaan laut. Tanah yang sesuai untuk Bawang Merah adalah tanah yang
organik, pH tanah 5,6-6,5. Tanah paling cocok adalah jenis tanah Alluvial atau
kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol. Di pulau Jawa, Bawang
Merah banyak ditanam pada tipe iklim D3 atau E3 yaitu antara (0-5) bulan basah
dan (2-4) bulan kering. Waktu tanam yang cocok untuk Bawang Merah adalah
pada musim kemarau dengan ketersediaan air yang cukup, yaitu pada bulan April
atau Mei setelah panen padi dan pada bulan Juli atau Agustus (Nani, 2005)
Untuk bisa tumbuh berkembang dengan baik, tanaman membutuhkan
unsur hara yang tercukupi, tidak terkecuali Bawang Merah. Rekomendasi pupuk
untuk tanaman Bawang Merah yang dianjurkan oleh Balitsa adalah pupuk organik
(kompos) sebanyak 5 ton/hektar yang diberikan bersama pupuk TSP/SP-36.
Pemupukan susulan I berupa N dan K dilakukan pada umur 10-15 hari setelah
tanam dan susulan ke II pada umur satu bulan setelah tanam, masing-masing ½
dosis. Macam dan jumlah pupuk N dan K yang diberikan adalah sebagai berikut :
N sebanyak 150-200 kg/hektar dan K sebanyak 50-100 kg K2O/hektar atau
100-200 kg KCl/hektar.
Di Sumatera Utara, pemberian stimulan pada Bawang Merah diberikan
tiga kali dalam masa tanam Bawang Merah, yaitu pada waktu tanaman berumur
15 hari, 30 hari dan 38 hari. Pemberian stimulan yang pertama, yaitu saat umur 15
hari menggunakan 1 ml Atonik dan 0,3 ml Metalik dicampur dengan 1 liter air
bersih, kemudian ditambah 1 ml pestisida Antracol. Lima hari setelah
penyemprotan yang pertama ini, kemudian diberikan pupuk Urea (9 kg/hektar)
dan ZK (1,5 kg/hektar). Penyemprotan stimulan yang kedua, yaitu saat tanaman
10
pestisidanya dinaikkan sedikit yaitu menjadi 2 ml. Seminggu kemudian,
penyemprotan ketiga dapat dilakukan dengan cara dan ukuran yang sama seperti
pemberian stimulan ke dua. Ukuran tersebut digunakan untuk 0,1 hektar tanaman.
Dengan perlakuan tersebut, diperoleh hasil sekitar 2 ton per hektar.
Di Tegal Jawa Tengah, penggunaan stimulan tidak hanya pada tanaman
saja tetapi juga dengan merendam umbi bibitnya ke dalam larutan Atonik selama
sekitar 8 jam, dengan konsentrasi 1 ml Atonik dalam 2 liter air bersih. Ternyata
hasil lebih meningkat lagi (Wibowo, 2006)
Pada dasarnya, Bawang Merah dapat membentuk bunga tetapi biasanya
sulit menghasilkan biji. Bunga Bawang Merah merupakan bunga majemuk
berbentuk tandan yang bertangkai 50-200 kuntum bunga. Tangkai tandan bunga
ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm.
Sedang kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm. Bunga
Bawang Merah merupakan bunga sempurna dimana memiliki benang sari dan
putik. Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok
yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh
akar-akar serabut yang tidak terlalu panjang. Sedang di bagian atas cakram, di antara
lapisan kelopak daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh
menjadi tanaman baru. Di bagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang
nantinya dari bagian ini dapat muncul bunga. Tunas yang akan menjadi tempat
tumbuhnya bunga ini disebut tunas apikal, sedangkan tunas-tunas lain yang dapat
tumbuh menjadi tanaman baru disebut tunas lateral. Dalam tiap umbi,
tunas-tunas lateral ini dapat pula membentuk cakram baru dan dari cakram baru
ini dapat tumbuh kelopak-kelopak daun sehingga dapat terbentuk umbi baru.
Dengan demikian, tiap umbi lapis Bawang Merah dapat menjadi beberapa umbi
(Wibowo, 2008)
B. Pemupukan
Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah, tetapi jumlah total hara
yang tersedia untuk tanaman pada periode tertentu tidak dapat diduga berdasarkan
jumlah yang dikandung tanah tersebut. Menurut Buckman dan Brady (1961)
dalam Rismunandar (1990), tanah yang mempunyai susunan terbaik untuk
pertumbuhan tanaman adalah mengandung 45% mineral dalam bentuk benda
besar dan halus, 25% udara, 25% air dan 5% bahan organik. Untuk
mempertahankan keadaan tersebut, dapat dilakukan pemupukan.
Pupuk adalah unsur dalam bentuk senyawa kimia organik maupun
anorganik yang berfungsi untuk mengembalikan unsur hara tanah dan
memberikan nutrisi pada tanaman. Pemupukan merupakan usaha memasukkan zat
hara kedalam tanah dengan maksud memberikan atau menambahkan zat tersebut
untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil yang diharapkan (Mulyani,
2010)
Berdasarkan kandungan unsur hara, dibagi menjadi pupuk tunggal dan
pupuk majemuk. Pupuk tunggal atau single fertilizer merupakan pupuk yang
hanya mengandung satu unsur hara saja, misalnya Urea (N), ZK (K) dan TSP (P).
Pupuk Majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,
12
kandungan unsur haranya, dibagi menjadi yang berkadar hara tinggi
(concentrated), berkadar hara sedang dan berkadar hara rendah (ordinary).
Berdasarkan kandungan hara yang tinggi, memiliki kandungan unsur hara lebih
dari 30 % misalnya TSP mengandung 46% P2O5, ZK mengandung 50% K2O dan
Urea mengandung 46% N. Berdasarkan kandungan hara sedang, memiliki
kandungan unsur hara 20 – 30% misalnya Abu dapur mengandung 10 – 30% K2O.
Sedangkan yang berkadar hara rendah, memiliki kandungan unsur haranya 20%,
misalnya MFP mengadung 19% K. Berdasarkan pembuatannya, pupuk dibagi
menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam yaitu pupuk yang tidak dibuat
di pabrik. Pupuk ini bersifat organik, dicirikan dengan kelarutan unsur haranya
yang rendah di dalam tanah. Meskipun unsur hara rendah, akan tetapi bila sifat
fisik telah diperbaiki maka sifat kimianya pun bisa berubah. Contohnya : pupuk
kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos. Pupuk alam mengandung humus.
Pupuk organik mempunyai fungsi penting yaitu untuk menggemburkan lapisan
tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi
daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik. Pupuk ini
bersifat anorganik, kandungan unsur hara dan kelarutannya tinggi, berguna untuk
memperbaiki sifat kimia tanah, contohnya : Urea, TSP dan DAP.
Pemupukan yang dilakukan pada satu tanaman, akan berbeda untuk
masing-masing jenis tanah, hal ini karena setiap jenis tanah memiliki karakter
dan susunann kimia tanah yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan suatu anjuran
hara tanaman. Pemberian pupuk anjuran adalah menyediakan zat hara yang
cukup, sehingga tanaman mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan
pendapatan petani, oleh karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus
sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Dengan demikian
jenis dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan akan tetapi harus
memiliki spesifik lokasi. Tujuan pemberian pupuk anjuran ini adalah petani dapat
memupuk lebih efisien karena dosis dan jenis pupuk disesuaikan dengan
14
III. TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes Jawa
Tengah dengan daerah studi terdiri dari 2 Desa yakni Pejagan dan Lemahabang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.
B. Metode penelitian dan Analisis Data 1. Jenis penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi melalui
pelaksanaan survei. Menurut Widyatama (2010) dalam Adhi Sudibyo (2011)
metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk mendapatkan
fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.
2. Metode pemilihan lokasi
Observasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
yang sebenarnya di wilayah yang menggambarkan keadaan asal tersebut.
Pemilihan lokasi observasi dengan cara purposive yaitu dengan pengambilan
sampel yang secara sengaja dipilih berdasarkan tujuan penelitian (Masri
Singarimbun, 1989)
3. Metode penentuan sampel responden
Sampel responden dipilih pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang
merupakan masyarakat dalam desa, hal ini dilakukan supaya sampel responden
yang diambil merupakan sampel yang akan mewakili responden pada
Pemilihan sampel responden dilakukan dengan cara Cluster Sampling yaitu,
untuk menentukan sampel responden yang akan dijadikan sumberdata, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan dengan daerah atau lokasi populasi yang
telah ditetapkan, dan dilanjutkan dengan cara Stratified Random Sampling
yaitu teknik untuk menentukan responden secara proporsional (Sugiyono,
2012)
Dilihat dari keadaan sarana transportasi, wilayah kecamatan Tanjung
berada di jalur pantura yang mana merupakan jalur transportasi yang
menghubungkan jawa dan Cibitung untuk pendistribusisan Bawang Merah,
sehingga lebih cepat untuk mengirim Bawang Merah.
Menurut Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2015)
Desa Lemahabang dan Desa Pejagan masyarakatnya banyak yang
membudidayakan Bawang Merah seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3. Responden Petani Bawang Merah
No Desa Gapoktan Ketua Jumlah Petani
Bawang Merah
1 Pejagan Rejo Mukti Bp. Rajad 115
2 Lemahabang Barokah Bp. Umar Said 65
Berdasarkan tabel 4 di atas, maka sampel responden ditentukan dengan
cara proporsional sekitar 30% dari jumlah populasi petani bawang merah, serta
responden penyuluh yang ada di Kecamatan Tanjung sebanyak 5 orang.
4. Analisis data
Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif, uji T dan
regresi. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran,
16
berdasarkan fakta dan fenomena yang ditemui di lapangan. Analisis regresi
digunakan untuk mencari pola hubungan antara penerapan dosis pupuk anjuran
dan dosis di tingkat petani dengan tingkat produksi yang diperoleh.
C. Luaran Penelitian
Bentuk luaran penelitian berupa laporan penelitian, serta naskah akademik.
D. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara
langsung dan hasil wawancara langsung di lapangan. Data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke berbagai instansi
terkait dengan penelitian.
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui
penyelidikan di lapangan, seperti kondisi lapangan saat pengambilan
sampel, jawaban kuissioner responden.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pustaka dan juga data
dari dinas atau instansi terkait sebagai pendukung dan pelengkap dari
data-data primer. Data-data-data tersebut meliputi, hasil percobaan sebelumnya dan
buku-buku literatur lainnya. Tabel jenis data-data yang akan digunakan
Tabel 4. Jenis Data Penelitian 2 Ketersediaan air Curah
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes
Karakteristik wilayah Kabupaten Brebes yang diperoleh dalam penelitian
disajikan dalam data berikut
a. Geografi
Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah,
di antara koordinat 108°41'37,7"-109°11'28,92" Bujur Timur dan 6°44'56'5" -
7°20'51,48” Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah
Provinsi Jawa Barat. Di bawah ini adalah gambar letak batas-batas wilayah
Kabupaten Brebes. Kecamatan Tanjung berada di ujung barat Kabupaten
Brebes setelah Kecamatan Losari.
Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Brebes
Sumber gambar. Brebes news diakses pada 02 Oktober 2015
Kabupaten Brebes merupakan kawasan yang memiliki iklim tropis dengan
dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, curah hujan rata-rata
kelembapan udara berkisar 77-80%. Luas wilayah Kabupaten Brebes 1.662,96
km2. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk
pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan dan sebagainya (Universitas Diponegoro, 2015)
Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah di Jawa tengah yang
memiliki potensi pertanian cukup besar. Bawang Merah merupakan komoditi
sayuran unggulan yang sejak lama diusahakan oleh petani Kabupaten Brebes dan
sudah menjadi trademark sebagai penghasil Bawang Merah tersbesar di tingkat
nasional. Dari keseluruhan total kebutuhan Bawang Merah, sebesar 23% disuplai
dari Kabupaten Brebes. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura (2010), sentra Bawang Merah banyak tersebar di seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Brebes, salah satunya yaitu kecamatan Tanjung
(Apriyanto,2015 )
Desa Pejagan memiliki lahan sawah dengan luas 96,97 hektar sedangkan
Desa Lemahabang memiliki lahan sawah dengan luas 97,27 hektar. Pada tahun
2012, desa lemahabang produksi bawang merah sebanyak 10.537,90 kuintal
dengan luas panen 106,54 hektar dan di desa Pejagan produksi bawang merah
sebanyak 7.648,40 kuintal dengan luas panen 79,65 hektar (Kecamatan Tanjung
dalam angka 2014)
b. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Brebes berdasarkan Brebes dalam angka 2012
sebanyak 1.763.941 jiwa, kepadatan penduduk rata-rata 1.283 jiwa/km2 dengan
20
Kecamatan Tanjung dalam angka 2014 sebanyak 75.457 jiwa, kepadatan
penduduk rata-rata 657,67 jiwa/km2 dengan luas area kecamatan 149,08 km2.
Mata pencaharian petani dan peternak Kecamatan Tanjung rata-rata adalah
berjumlah 15.952 (Kecamatan Tanjung dalam angka 2014).
B. Kondisi Sumberdaya Lahan Kabupaten Brebes
Sumberdaya lahan merupakan aset penting dalam kehidupan, khususnya untuk
proses budidaya tanaman. Inventarisasi sumberdaya lahan adalah kegiatan yang
sangat penting, mengingat ketersediaan di alam yang langka sehingga dibutuhkan
informasi yang akurat supaya sumberdaya lahan dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Menurut Gunawan Budiyanto (2014), sumberdaya lahan
merupakan modal dasar bagi pertanian. Sumberdaya lahan merupakan sediaan
alam yang dimanfaatkan selain sebagai medium tumbuh, juga sebagai sumber
hara dan air. Karakteristik terhadap kualitas lahan pertanaman Bawang Merah
yang mempengaruhi produksi Bawang Merah disajikan dalam data berikut
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Bawang Merah. Hasil survey di lapangan menyatakan bahwa rerata suhu di
kabupaten Brebes dalam kurun waktu lima tahun berturut-turut adalah 27,9° C;
27,5° C; 27,6° C; 27,9° C; dan 27,9° C. Hal ini berarti suhu udara telah sesuai
dengan kebutuhan iklim bawang merah. Temperatur atau suhu udara rata-rata
Tabel 5. Temperatur 2010 - 2014
Bulan Suhu Udara (◦C)
2010 2011 2012 2013 2014
Januari 27 26,9 26,9 27,0 26,6
Februari 27,8 26,8 27,4 27,9 26,8
Maret 28,0 27,2 27,2 28,2 27,8
April 28,7 27,8 28,1 28,4 28,3
Mei 28,5 27,9 28,2 28,4 28,7
Juni 27,9 27,5 27,6 28,0 28,5
Juli 27,8 27,2 26,9 27,3 27,6
Agustus 27,9 26,9 26,9 27,5 27,3
September 27,8 27,5 27,8 27,8 27,7
Oktober 27,9 28,2 28,5 28,6 28,6
Nopember 28,0 27,8 28,4 28,3 28,4
Desember 27,0 27,7 27,6 27,5 27,9
Rata-rata 27,9 27,5 27,6 27,9 27,9
Minimum 27,0 26,8 26,9 27,0 26,6
Maksimum 28,7 28,19 28,54 28,6 28,7
Sumber : BMKG Wilayah Karesidenan Pekalongan (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan) 2015
Menurut hasil survey yang dilaksanakan, diperoleh informasi bahwa keadaan
umbi pada suhu rendah lebih kecil dibandingkan pada suhu tinggi. Sebagaimana
didukung oleh Dinarti (2011) bahwa suhu yang tinggi (26°-36°C) dibutuhkan saat
tanaman memasuki fase pembentukan umbi menyebabkan peningkatan akumulasi
karbohidrat ke bagian umbi serta aktivitas enzimatik yang meningkatkan proses
translokasi sukrosa ke dalam organ penyimpanan.
b. Ketersediaan air
Kualitas ketersediaan air pertanaman Bawang di Kabupaten Brebes
22
Tabel 6. Curah Hujan 2010-2014
No Tahun Curah Hujan Rerata
Maksimum Minimum
1 2010 308,2 91,9 200,05
2 2011 450,2 0 225,1
3 2012 335,5 0 167,75
4 2013 425,1 0 212,55
5 2014 439,8 0 219,9
Total 1958,8 91,9 1025,35
Rata-rata 391,76 18,38 205,07
Sumber : BMKG Wilayah Karesidenan Pekalongan (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan) 2015
Masa tanam bawang di Kecamatan Tanjung, ditentukan oleh ketersediaan
air. Menurut pemaparan responden, pada musim kemarau responden
mengusahakan air yang didatangkan dari waduk Malahayu dengan sistem
membeli, sedangkan pada musim hujan ketersediaan air sepenunhnya ada pada
hujan karena sawah yang dimiliki merupakan sawah tadah hujan. Berdasarkan
tabel curah hujan, menerangkan bahwa rata-rata curah hujan maksimum dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir sebesar 391,76 mm sedangkan curah hujan
minimum sebesar 18,38 mm. Dari hasil survey lapangan, ketersediaan air untuk
pertanaman bawang merah belum berjalan dengan baik. Bawang merah
menghendaki jumlah curah hujan antara 300 – 2500 mm, sedangkan ketersediaan
air maksimum hanya sebesar 391,76 artinya, kemungkinan kekurangan air untuk
C. Kondisi Eksisting Wilayah, Petani, dan Penyuluh di Kecamatan Tanjung
Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Tanjung
Kecamatan Tanjung merupakan salah satu kecamatan penghasil Bawang
Merah di Kabupaten Brebes. Tanaman Bawang merah dapat tumbuh baik di
daerah dengan suhu 25° - 32°C, iklim yang cocok untuk bawang merah adalah
iklim kering atau panas, tanah yang cocok untuk bertanam bawang merah adalah
Alluvial, derajat keasaman tanah (pH) 6 -7 dan ketinggian kurang dari 200 meter
di atas permukaan air laut (Nani dan Sunarjono 2005). Berikut adalah kondisi
wilayah sesuai lokasi penelitian dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 7. Hasil Survey Lapangan
Jenis tanah Suhu Ketinggian Derajat
Keasaman (pH) Alluvial 26°– 32°C 0 – 11 mdpl 5,5 – 6,2
24
a. Tanah
Berdasarkan tabel hasil survey, jenis tanah di kabupaten Brebes sudah
sesuai dengan syarat tumbuh tanaman bawang merah yaitu tanah Alluvial. Tanah
alluvial merupakan tanah yang banyak tersebar di dataran rendah, cocok untuk
melakukan kegiatan pertanian karena teksturnya yang lembut dan mudah digarap,
sehingga tidak memerlukan banyak waktu untuk menggarapnya. Hal ini didukung
oleh Maya (2015) yang menerangkan bahwa tanah Alluvial banyak mengandung
pasir dan liat serta Rachman (2005) menerangkan bahwa tanah Alluvial atau tanah
Luvisol merupakan tanah yang memiliki horison B argilik dengan kejenuhan basa
50% atau lebih. Horison B agrilik yaitu yaitu horison yang paling sedikit
mengandung lempung 1,2 kali lipat lebih banyak daripada horizon atasnya.
Didukung pula oleh Mega (2010) yang menjelaskan tentang pembentukan tanah
Alluvial yaitu terbentuk dari endapan-endapan aliran sungai yang berlapis-lapis,
bahan organik jumlahnya tidak beraturan menurut kedalaman tanahnya.
Mengingat tanah ini sedikit akan bahan organik, maka untuk memperbaiki
tanah tersebut diperlukan upaya perbaikan dengan menambahkan bahan organik
seperti kompos atau pupuk kandang. Bawang merah adalah tanaman yang
memiliki umbi lapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun
yang membesar dan bersatu. Perkembangan umbi bawang merah tergantung pada
keadaan tanah. Semakin tanah gembur, semakin mudah umbi bawang merah
b. Suhu dan Ketinggian
Tanaman bawang merah menghendaki suhu antara 25° – 32° C. Suhu di
bawah 25° C hanya cocok untuk bawang putih dan bawang bombay. Selain itu,
akan menyebabkan pertumbuhan umbi tumbuh kecil atau tidak optimal dan juga
menyebabkan tumbuhnya berbagai macam penyakit yang menyerang. Suhu di
Kabupaten Brebes telah sesuai dengan syarat iklim tanaman bawang merah,
ditambah dengan adanya ciri khas daerah pesisir yaitu angin kumbang. Hal
tersebut didukung oleh Adam (2014) tentang salah satu keistimewaan daerah
Brebes berupa, adanya angin fohn atau yang dikenal dengan angin kumbang.
Angin kumbang merupakan angin kencang tipe fohn yang sifatnya panas dan
kering. Angin fohn disebut juga angin kumbang. Angin kumbang terjadi karena
daerah bayangan hujan pada daerah atas pegunungan terhadap angin yang
meluncur menuruni daerah pegunungan tersebut, apabila angin turun 100 m maka
suhunya akan naik 1 derajat celcius dan jika sudah mencapai dibawah
pegunungan angin akan menjadi panas. Hembusan angin kencang dan
panas-kering bermanfaat untuk mengusir hama seta meningkatkan kesehatan tanaman
Bawang.
Ketinggian tempat adalah suatu keadaan ketinggian dari permukaan air
laut. Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi
suatu tempat, semakin rendah suhu udaranya. Semakin rendah daerahnya semakin
26
c. pH
Sifat kimia tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu
tanaman. Sifat kimia yang berpengaruh adalah derajat keasamaan atau pH.
Pengaruh pH berkaitan dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, terutama
unsur hara Pospor (P). Unsur hara P banyak tersedia pada pH antara 6,0 – 7,5.
Pada tanah masam unsur hara P difiksasi oleh alumunium dan besi, sedangkan
pada tanah alkalis unsur hara P difiksasi oleh kalsium. Hasil survey menunjukkan
derajat keasaman atau pH yang dimiliki kecamatan tanjung 5,5 -6,2 artinya tanah
di Kecamatan Tanjung merupakan tanah masam. Kelarutan Alumunium dalam
pertumbuhan tanaman dibutuhkan sangat sedikit sehingga, apabila kelarutan
Alumunium terlalu banyak akan menyebabkan keracunan bagi tanaman itu
sendiri. Ditinjau dari segi fisiologi, keracunan dapat diartikan sebagai suatu
gangguan fisiologis pada tanaman tersebut atau disebut sebagai berkurangnya
potensi tumbuh dari suatu tanaman. Menurut Clarkson (1969) dalam Dirjen Dikti
(1991) menerangkan bahwa keberadaan Al menyebabkan hambatan pembentukan
heksosa fosfat. Sedangkan gula 6-fosfat ini merupakan titik masuk dari substrat
karbohidrat ke dalam proses respirasi. Gangguan tersebut akan mengakibatkan
gangguan metabolisme dan akhirnya gangguan terhadap produksi.
Dalam melaksanakan usahatani Budidaya Bawang Merah, petani dihadapkan
pada beberapa masalah-masalah untuk memenuhi kebutuhan selama bertani.
Unsur-unsur yang mempengaruhi usahatani berdasarkan survey disajikan dalam
a. Ketersediaan Lahan
Ketersediaan lahan, jumlah pengguna dan tenaga kerja disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 8. Luasan lahan, Jumlah Pengguna, Tenaga Kerja dan Status Lahan Luas lahan
Berdasarkan hasil survey, menunjukkan bahwa rata-rata lahan yang
diusahakan petani untuk melakukan budidaya pertanian sebesar 0,01 – 0,05
Hektar. Lahan tersebut merupakan lahan garapan dengan sistem membeli lahan
untuk beberapa jangka waktu tertentu atau sewa. Lahan yang dimiliki responden
merupakan lahan yang dimiliki oleh orang tertentu yang kemudian disewakan
untuk membudidayakan bawang merah. Keadaan ini mempengaruhi masyarakat
atau petani untuk tidak melakukan perawatan terhadap lahan yaitu pemberian
pupuk organik. Pemberian pupuk organik akan memberikan dampak baik dalam
jangka waktu yang panjang sedangkan sewa lahan petani tersebut tidak menentu
batasan sewanya. Penggunaan lahan juga berpengaruh terhadap jumlah tenaga
kerja. Berdasarkan hasil survey, luasan lahan berpengaruh terhadap tenaga kerja.
Tenaga kerja yang dibutuhkan bergantung pada jenis kegiatan budidaya bawang
merah seperti persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, dan panen.
Hasil survey di lapangan menunjukkan adanya kecenderungan tenaga kerja pada
28
menggunakan tenaga kerja dengan cara bergantian antara petani yang satu dengan
yang lain serta dipengaruhi oleh waktu yang ditargetkan sehingga tenaga kerja
tidak dapat diprediksi berapa jumlahnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
seperti jumlah sumberdaya manusia yang beralih profesi menjadi pedagang di luar
kota dibandingkan dengan buruh tani.
b. Bahan tanam dan Varietas
Benih yang digunakan oleh responden merupakan benih yang diperoleh
dari penangkar benih dan benih yang diperoleh dari hasil panen sebelumnya
kemudian dirawat sendiri oleh responden. Benih yang diperoleh dari penangkar,
biasanya dibeli oleh responden sesuai dengan kebutuhan lahan yang akan
ditanami bawang merah. Responden menerima bawang merah sesuai dengan
harga dan ukuran. Menurut responden, kekurangan dari membeli bahan tanam
adalah ketidak sesuaian atau tidak standarnya bahan tanam yang akan digunakan,
sehingga akan berpengaruh terhadap perawatan selama budidaya dan produsksi.
Benih yang ditangkar sendiri oleh petani memiliki keunggulan antara lain umur
yang sesuai (2-3 bulan), pemberian treatment yang tepat dan keseragaman ukuran.
Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kabupaten
Brebes (2011), menyatakan bahwa benih yang disiapkan hendaknya berasal dari
varietas yang unggul dan bermutu agar dapat menjamin benih yang ditanam
berkualitas dalam artian memiliki keseragaman, kekuatan tumbuh dan sehat.
Varietas bawang merah yang digunakan responden adalah Varietas
Bawang Merah Bima Curut. Varietas Bima Curut merupakan varietas andalan
survey melalui wawancara, responden memilih Varietas Bima Curut karena kultur
petani di kabupaten Brebes khususnya di kecamatan Tanjung telah mengenal
varietas Bima Curut terlebih dahulu dibandingkan dengan varietas lain.
Penyuluhan pertanian dilakukan dalam upaya perubahan sikap dan
perilaku petani melalui peningkatan pengertahuan serta keterampilannya,
sehingga petani dapat melaksanakan teknologi anjuran yang diterima. Agar upaya
yang dilakukan memperoleh hasil yang optimal, maka diperlukan suatu kegiatan
penyuluhan. Kegiatan agribisnis menuntut keterlibatan secara langsung antara
pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Untuk itu, pembinaan sumberdaya
manusia harus digalakan untuk meningkatkan dinamika masyarakat pertanian.
Disini merupakan peran dari penyuluh pertanian untuk keberhasilan pembaharuan
dan pembangunan pertanian, sebagaimana dikemukakan oleh Badan Penyuluhan
Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Tanjung bahwa sasaran
bagi penyuluh pertanian adalah petani dan keluarganya, masyarakat tani dan
pelaku agribisnis lainya sebagai pelaku utama pembangunan sistem pertanian
yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Di Kecamatan Tanjung terdapat Badan Penyuluhan, Perikanan, Pertanian
dan Kehutanan yang selanjutnya disingkat menjadi BP3K merupakan salah satu
badan yang menaungi bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Menurut
Badan Penyuluhan Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (BP3K) pada tahun 2016,
luas binaan BP3K Kecamatan Tanjung adalah 6.772,02 Ha yang meliputi 18 Desa
yaitu, Sarireja, Kubangputat, Luwunggede, Mundu, Luwungbata, Karangraja,
30
Kemurang Wetan, Kemurang Kulon, Pejagan, Krakahan dan Pengaradan. Untuk
bidang pertanian sendiri, terdapat penyuluh di BP3K yang membawahi desa-desa
di Kecamatan Tanjung.
D. Komparasi Paket Pemupukan Bawang Merah
Pemupukan yang dilakukan pada suatu tanaman, akan berbeda tergantung jenis
tanaman dan jenis tanah. Oleh karena itu, diperlukan suatu anjuran pemupukan
yang berimbang berdasarkan kemampuan tanah dan kesuburan tanah. Untuk dapat
tumbuh dan produksi secara optimal, tanaman Bawang Merah memerlukan
pemberian pupuk Nitrogen (N), Phospor (P), Sulfur (S) dan Kalium (K) dalam
jumlah yang cukup dan berimbang. Salah satu pemula penyusun hipotesis untuk
menunjukkan hubungan takaran hara tanaman dengan pertumbuhan atau hasil
tanaman adalah hukum Leibig. Hukum minimum Leibig menyatakan bahwa
takaran pertumbuhan tanaman, diatur oleh faktor yang ada dalam takaran minimal
dan naik atau turunnya sesuai dengan peningkatan atau penyusutan takarannya.
Berdasarkan analisis regresi pada lampiran 15 halaman 63 menunjukkan
bahwa nilai R2 atau koefisien determinasi sebesar 0,721. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan variabel Bahan Organik, Nitrogen, Phospor, Kalium dan
Sulfur dalam mempengaruhi produksi Bawang Merah sebesar 72,1% dan masih
terdapat 27,9% variabel lain yang mempengaruhi produksi. Berdasarkan regresi,
persamaan model regresi untuk model fungsi produksi adalah sebagai berikut :
Y= 0,896 + 0,00013466X1 + 0,01101X2 + 0,01509X3 + 0,02100X4 + 0,04748X5
Keterangan :
X2 = Nitrogen (Kg)
X3 = Phospor (Kg)
X4 = Kalium (Kg)
X5 = Sulfur (Kg)
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa semua variabel X1
hingga X5 bernilai positif artinya, pola yang dihasilkan dalam persamaan regresi
tersebut adalah bernilai positif atau satu arah. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi pemberian paket pemupukan, semakin tinggi juga produksi
bawang merah yang diperoleh.
Pemberian paket pemupukan oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain ketersediaan pupuk di toko saprodi, keterbatasan pengetahuan tentang
fungsi pupuk, modal budidaya bawang merah serta kebiasaan petani dalam
memberikan pupuk terhadap bawang merahnya. Kebiasaan petani dalam
penberian pupuk antara lain, tidak berubahnya jenis pupuk yang digunakan untuk
memupuk bawang merah dari dulu hingga sekarang, jumlah yang diberikan
berdasarkan keinginan petani bukan berdasarkan kebutuhan tanaman, adanya
keadaan statis pada matapencaharian petani yang dilakukan petani yang sama
menjadikan kegiatan budidaya bawang merah juga bersifat statis, artinya petani
tidak dapat mengubah sebuah kebiasaannya dalam budidaya bawang merah meski
telah diberikan arahan tentang budidaya yang baik dan benar oleh penyuluh.
Menurut hemat petani, pengalaman yang telah menjadikan petani sukar untuk
mengikuti prosedur dari penyuluh. Pengalaman dianggap aturan yang sesuai
32
Penggunaan pupuk terhadap tanaman bawang merah haruslah seimbang
sesuai dengan nutrisi tanamannya. Seimbang dalam artian tidak terlalu banyak,
dan tidak terlalu seidikit. Terlalu banyak unsur hara akan menjadikan unsur hara
bersifat racun bagi tanaman, sebaliknya jika kekurangan unsur hara akan
menjadikan tanaman tumbuh tidak optimal. Hal ini sejalan dengan sebagaimana
dijelaskan dalam Poerwowidodo bahwa ketersediaan unsur hara yang seimbang
dan cukup memberi peluang bagi kelangsungan hidup tanaman.
Berikut ini adalah hasil survey paket pemupukan di tingkat petani dan
pupuk anjuran yang dilaksanakan di Desa Pejagan dan Lemahabang Kecamatan
Tanjung Brebes
a. Bahan Organik
Data statistik pada lampiran 5 menunjukkan rata-rata pemberian paket Bahan
Organik petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 170
kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 2.525 kg/hektar. Dari hasil T-test
menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam
pemberian Bahan Organik, artinya pemberian teknologi dari petani berbeda
dengan anjuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian bahan organik di
tingkat petani antara lain adalah adanya kecenderungan petani dalam penggunaan
lahan dengan sistem sewa, artinya petani yang menyadari tentang manfaat bahan
organik dapat memperbaiki tanah, tidak melakukannya pada lahan yang sedang
digarapnya karena status sewa yang nanti akan habis pada waktunya dan akan
digunakan oleh petani yang lain, sehingga pemberian bahan organik tidak akan
saat itu juga, melainkan pada waktu yang akan datang dimana lahan tersebut telah
habis waktu dan akan digunakan oleh petani yang lain. Disamping manfaat yang
dirasakan dari bahan organik cukup lama, keterbatasan modal dalam pengadaan
usaha tani bawang merah juga mempengaruhi pemberian bahan organik. Bahan
organik di Kecamatan Tanjung khususnya di desa Lemahabang dan Pejagan sukar
ditemukan secara langsung, artinya bahan organik diperoleh dengan membeli di
daerah lain dengan jarak tempuh yang cukup lama dan memakan waktu serta
biaya transportasi. Hal tersebut menjadikan petani beralih ke pupuk anorganik
sebagai penyuplai unsur hara yang cepat dan efisien. Kesalah fahaman tentang
fungsi bahan organik juga menjadi salah satu faktor karena, tidak semua petani
menyadari bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah akan memberikan
manfaat yang besar dalam jangka waktu yang panjang yaitu dapat memperbaiki
struktur tanah dan kandungan hara tanah.
Semakin sering tanah digunakan berarti tanah kehilangan kekuatannya
baik sebagai penyedia unsur hara maupun kesehatan. Salah satu cara memperbaiki
kesehatan tanah adalah dengan cara memberikan bahan organik kedalam tanah.
Bahan organik bisa berupa pupuk kandang, pupuk kompos maupun hasil limbah
organik lainnya, sebagaimana didukung oleh Hieronymus (2010) bahwa bahan
organik tanah sangat penting bagi tanah, sumber energi bagi organisme tanah baik
hewan maupun mikroorganisme tanah. Di dalam tanah, bahan organik berfungsi
sebagai perekat yang bisa menstabilkan pori-pori tanah, struktur tanah dan
34
b. Nitrogen
Data statistik pada lampiran 6 menunjukkan rata-rata pemberian paket
Nitrogen petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 29,86
kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 129,01 kg/hektar. Dari hasil T-test
menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam
pemberian paket nitrogen, artinya pemberian teknologi paket nitrogen dari petani
tidak dipengaruhi oleh anjuran.
Pemberian paket Nitrogen di tingkat petani dipengaruhi oleh ketersediaan
Nitrogen yang ada di toko saprodi beserta jumlah kandungannya. Nitrogen yang
tersedia di toko saprodi merupakan pupuk tunggal dan majemuk dengan unsur
lain. Berdasarkan survey, terdapat berbagai jenis pupuk majemuk yang dipasarkan
dengan harga yang bervariasi. Penggunaan Nitrogen yang dilakukan oleh petani
seringkali dilakukan dengan berbagai cara seperti Petani cenderung menggunakan
pupuk yang banyak digunakan oleh petani-petani sebelumnya dan juga pupuk
yang sedang menjadi pilihan sebagian petani pada saat itu. Pemberian Nitrogen
juga bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani. Menurut hemat
petani, pemberian nitrogen diberikan dengan dasar melihat kondisi tanaman
sebelum di pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri.
Rerata pemberian Nitrogen menurut anjuran menunjukkan Nitrogen pada
tanaman Bawang Merah sebesar 198,5 kilogram/hektar sebagaimana didukung
oleh Balitsa (2015) menjelaskan bahwa nitrogen yang diberikan pada tanaman
bawang merah sebesar 150 – 200 kilogram/hektar. Pemberian nitrogen oleh
pengaruhnya terhadap penggunaan karbohidrat di dalam tanaman. Apabila pupuk
N diberikan dalam jumlah besar maka akan menurunkan level karbohidrat. Akan
tetapi, apabila suplai N terbatas, maka level karbohidrat di dalam tanaman akan
meningkat. Penggunaan N juga berpengaruh langsung terhadap sintesis
karbohidrat di dalam tanaman dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap vigor
tanaman.
Unsur N memiliki kemampuan merangsang pertumbuhann tanaman secara
keseluruhan, merupakan bagian dari sel tanaman itu sendiri, berfungsi untuk
sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan
vegetatif (warna hijau) seperti daun. Kekurangan unsur N dapat mengakibatkan
warna hijau pada daun menjadi kekuning-kuningan dan jaringan daun mati,
pertumbuhan tanaman menjadi lambat, perkembangan buah tidak sempurna
masak sebelum waktunya dan menimbulkan daun penuh dengan serat karena
menebalnya membran sel daun sedangkan selnya berukuran kecil-kecil.
c. Phospor
Data statistik pada lampiran 7 menunjukkan rata-rata pemberian paket
Phospor petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 16,80
kg/hektar sementara paket anjuran sebanyak 115,84 kg/hektar. Dari hasil T-test
menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam
pemberian paket Pospor, artinya pemberian teknologi paket pospor dari petani
berbeda dengan penyuluh.
Paket phospor yang diberikan petani pada tanaman bawang merah
36
yang tersedia di toko saprodi merupakan pupuk tunggal dan majemuk dengan
unsur lain dengan kandungan yang bervariasi. Menurut hemat petani, pemberian
pupuk pospor diberikan dengan dasar melihat kondisi tanaman sebelum di pupuk
tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri. Pemberian paket
pupuk phospor yang dilakukan oleh petani setara dengan pemberian unsur N
karena, pupuk yang bersifat majemuk yang cenderung digunakan oleh petani.
Adapun jenis pupuk tunggal yang digunakan petani merupakan pupuk dianggap
sebagai pelengkap saja.
Paket pospor yang diberikan anjuran memilki tujuan yaitu untuk
memberikan kekuatan terhadap bawang merah agar tidak mudah rebah, memberi
energi pada tanaman bawang merah berupa reaksi biokimia, reaksi fotosintesis
dan glikolisis pada tanaman serta memberikan produksi buah yang yang optimal.
Hal ini di dukung oleh Soepardi (1983) dalam Mitalom (2015) bahwa peranan
Pospor sangat penting terhadap pertumbuhan sel, pertumbuhan akar, memperkuat
jerami agar tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan
buah, dan biji serta memperkuat terhadap daya tahan terhadap penyakit.
d. Kalium
Data statistik pada lampiran 8 menunjukkan rata-rata pemberian paket
Kalium petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 34,12
kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 58,80 kg/hektar. Dari hasil T-test
menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam
pemberian paket Kalium, artinya pemberian teknologi paket kalium dari petani
Pemberian paket Kalium di tingkat petani dipengaruhi oleh kebiasaan
petani. Berdasarkan survey penggunaan paket Kalium yang dilakukan petani
menunjukkan adanya kecenderungan pemberian diawal dan diakhir pemupukan,
dengan ukuran sedikit. Menurut hemat petani, pemberian kalium diakhir budidaya
tanam bawang merah dianggap sebagai pelengkap dalam proses pemupukan
terakhir dan hanya menitikberatkan pada hasil akhir berupa umbi agar menjadi
besar dan padat. Pemberian paket kalium yang dianggap sebagai pelengkap ini,
menjadikan paket kalium hanya diberikan alakadarnya karena dianggap paket
pupuk sebelumnya sudah mampu memberikan nutrisi pada tanaman bawang
merah. Bawang merah sendiri membutuhkan transport air untuk pembentukan
jaringan tanaman hingga mencapai bentuk umbi.
Pemberian paket kalium di tingkat anjuran bertujuan untuk memberikan
kebutuhan unsur hara yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman terutama pada
proses fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan,
memperkuat batang, sebagaimana didukung oleh Poerwowidodo (1992) tentang
fungsi kalium antara lain : sebagai pengaktif beberapa enzim, berhubungan
dengan pengaturan air dan energi, berperan dalam sintesis protein dan pati, serta
pemindahan fotosintat. Untuk bawang merah sendiri, kalium bermanfaat
memberikan hasil umbi yang optimal. Sebagaimana dijelaskan oleh Gunadi
(2009) yang menerangkan bahwa umbi yang baik, mutu dan daya simpan umbi
bawang merah lebih tinggi dan umbi tetap padat meskipun sudah disimpan lama
38
e. Sulfur
Data statistik pada lampiran 9 menunjukkan rata-rata pemberian paket
Sulfur petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 7,46
kg/hektar sementara paket anjuran sebanyak 15,12 kg/hektar. Dari hasil T-test
menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam
pemberian paket Sulfur, artinya pemberian teknologi paket Sulfur petani berbeda
dengan penyuluh.
Berdasarkan survey yang dilakukan pada responden, petani telah
menggunakan sulfur sebagai salah satu unsur hara yang diperlukan, akan tetapi
petani tidak menyadari perihal keberadaan Sulfur tersebut. Pemberian sulfur
bersamaan dengan N, P dan K diberikan berdasarkan dengan keadaan tanaman
Bawang Merah sebelum di pupuk. Adanya Sulfur jarang diketahui oleh petani
Bawang Merah, karena petani terbiasa menggunakan istilah merek dagang atau
menyebut pupuk dengan nama yang sudah familiar.
Penggunaan Sulfur ditingkat petani dan tingkat anjuran terdapat
perbedaan. Anjuran menyarankan pemberian unsur hara yang sesuai karena unsur
hara mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan
dengan beberapa parameter penentu kualias nutrisi tanaman, salah satunya adalah
ketajaman dan aroma khas Bawang Merah. Parameter ketajaman dan aroma khas
bawang merah ini yang dipengaruhi oleh adanya pemberian unsur hara, salah
satunya adalah sulfur yang sebagaimana didukung oleh Balitsa (2005) bahwa
penggunaan sulfur yang dianjurkan bertujuan untuk meningkatkan ketajaman
tanaman yang biasanya membutuhkan sulfur adalah jenis legun dan lili (bawang),
oleh karena itu pertumbuhannya yang baik perlu ditanaman pada tanah dengan
kandungan sulfur yang mencukupi.
f. Tinggi tanaman
Data statistik pada lampiran 10 dan 11 menunjukkan rata-rata panjang
tanaman umur 15 hari petani dan anjuran. Panjang tanaman petani rata-rata 19,88
cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 20,00 cm. Dari hasil T-test
menunjukkan bahwa tidak beda nyata antara panjang tanaman petani dan anjuran
pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 15 hari dari petani tidak
berbeda dengan penyuluh. Panjang tanaman pada umur 30 hari di tingkat petani
rata-rata 36,22 cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 42,24 cm. Dari
hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara panjang tanaman petani
dan anjuran pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 30 hari dari
petani berbeda dengan penyuluh.
Pada umur ke 15 hari, panjang tanaman bawang di tingkat petani sama
dengan di tingkat anjuran dan pada umur 30 hari terdapat perbedaan antara
panjang tanaman di tingkat petani dan anjuran. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor seperti bahan tanam, faktor lingkungan dan pemberian unsur hara. Umur 15
hari merupakan fase vegetatif dimana tanaman memulai perkembangannya. Di
dalam vase vegetatif, suplai unsur hara sangat diperlukan untuk tumbuh kembang
tanaman tak terkecuali panjang tanaman. Unsur hara sangat diperlukan pada fase
ini karena, pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif merupakan fase awal untuk