• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DAN MEDIASI LEMBAGA OMBUDSMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DAN MEDIASI LEMBAGA OMBUDSMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA TAHUN 2015"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DAN MEDIASI LEMBAGA OMBUDSMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Gelar Sarjana Srata-1 Pada Fakultas Isipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH : Jepri Fardila Angga Prabowo

20120520194

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)
(3)

i

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DAN MEDIASI LEMBAGA OMBUDSMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Gelar Sarjana Srata-1 Pada Fakultas Isipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disususn Oleh :

Nama : Jepri Fardila Angga Prabowo NIM : 20120520194

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(4)

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dimanapun sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau yang pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diajukan dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila ada dikemudian hari skripsi ini terbukti terdapat duplikasi dan ada pihak lain yang merasa dirugikan, maka saya akan menyatakan bertanggungjawab dan menerima segala konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 11, agustus, 2016 Yang Membuat Pernyataan

Jepri Fardila Angga Prabowo

(5)

iii

Syukur Alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas semua karunia, nikmat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Aku persembahkan SKRIPSI ini kepada :

Kepada BapakKu ( Gelex Rusmadi) dan IbuKu (Ani Astuti) yang telah memberikanku do’a, nasehat dan dukungannya, Terima kasih Banyak. Semoga

kelak dengan ini Saya dapat membahagiakan Bapak dan IbuKu tersayang. Amin. Saya bersyukur dan berterima kasih mempunyai orang tua seperti Bapak

dan IbuKu.

Kepada Kakak-kakakKu dan AdikKu (okta dan putri) yang kusayangi, Terima Kasih Banyak telah memberikan dukungan do’a dan semangatnya serta segala

bentuk bantuanya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ku ucapkan terimakasih banyak kepada AlmamaterKu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, khususnya di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL). Terima Kasih Banyak atas segala bentuk bantuan, dukungan, kerjasama, saran dan kebersamaan.

Kepada Keluarga besarKu di Lampung Timur dan Teman SeperjuanganKu di Yogyakarta.

Terimakasih Banyak atas do’a dan dukungannya.

(6)

iv Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahrabil’alamiinm, dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan dan menganugerahkan kasih sayang, rezeki dan kesehatan serta atas berkah, ridho dan hidayah-Nya, sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DAN MEDIASI LEMBAGA OMBUDSMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA TAHUN 2015. Shalawat serta salam

penulis panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW yang mengantarkan kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang bederang sekarang ini serta yang telah menjadi tauladan untuk umat Islam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan sekaligus pertanggungjawaban akhir penulis sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih ada kekurangan dan kesalahan, maka dari itu, penulis dengan penuh kerendahan hati mengharapkan dan menerima saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk dijadiakan bahan masukan dan evaluasi untuk perbaikan dan kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya kerja keras, tanggung jawab untuk menyelesaikan skripsi ini dan tidak terlepas dari doa, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak serta kritik dan saran dari berbagai pihak dalam membantu terselesainya penulisan skripsi ini sampai selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam dan tak terkiranya kepada :

(7)

v

2) Bapak Ali Muhammad, S.IP., MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3) Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.

4) Bapak Suswanta, M.S.i selaku dosen pembimbing utama, terima kasih banyak atas bimbingannya yang diberikan dan kebijaksanaannya berkenan dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5) Ibu Dyah Mutiarin .M.Si selaku dosen penguji, terima kasih banyak atas bimbingan, kritik dan sarannya untuk perbaikan skripsi ini.

6) Ibu erni semagai penguji 2 terima kasih banyak ats bimbingan dan masukan untuk seripsi saya

7) Seluruh Dosen, Staf pengajaran dan Staf TU di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terima kasih banyak atas bimbingan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan dan pembelajaran.

8) BapakKu, IbuKu, KakakKu dan AdikKu yang telah memberikan doa dan segala dukungan serta saran sehingga saya mampu menyelesaikan kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9) Keluarga besar Ilmu Pemerintahan 2012, yang diantaranya Teman-TemanKu IP kelas D, Teman-TemanKu di GGM (Fahrurrozi, Muhammad Riski Vahlefy, Panca Setya Wardani, Adi Ahidul Fatih, dirlham mustafa, Gumilang Adi Pratama, Muhammad Al fatikh, Reza Akhmara, Singgi Dwi Narko, Andri Widianto, Gunawan Saputra). serta semuanya yang penulis tidak bisa sebutkan namanya satu persatu. Terimakasih banyak atas dukungan dan kebersamaannya.

(8)

vi

11)Terimakasih untuk mu yang selalu memeberidukungan untuk ku Terimkasih telah menemani mengerjakan sekripsi ini, untukmu

Bagi seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan rasa terima kasih banyak atas segala doa dan dukungannya serta memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga segala kebaikan, bantuan dan amal baik dari berbagai pihak tersebut diatas mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT dan penulis senantiasa berharap semoga skripsi yang dibuat ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Amiin...

Wassallamua’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 13, Mei 2016

(9)

vii MOTTO

Keyakinan yang membuat semua jelas bahwa

perlawanan dan perjuangan itu

sengpentingyakin

(10)

viii

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Tinjauan Pustaka ... 10

1.4.Asas Penyelenggaraan Negara dan Pengawasan... 20

2. Mediasi ... 21

2.1 Pengertian Mediasi ... 21

2.2.Prinsip-prinsip Mediasi ... 22

3. Lembaga Ombudsman ... 24

3.1.Pengertian Lembaga Ombudsman ... 24

3.2.Tujuan Ombudsman Republik Indonesia ... 25

F. Definisi Konsepsional ... 26

4. Sumber Data Penelitian ... 28

(11)

ix

6. Teknik Analisa Data ... 20

BAB II OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta ... 32

1. Sejarah Pendirian Lembaga Ombudsman DIY 2. Penggabungan Lembaga Ombudsman Swasta DIY dan Lembaga Ombudsman Daerah DIY sekaligus pembentukan Lembaga Ombudsman DIY ... 38

3. Tugas Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta ... 40

4. Visi dan misi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta ... 41

5. Fungsi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta ... 42

6. Tujuan Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta ... 43

7. Struktur Organisasi Lembaga Ombudsman D.I Yogyakarta ... 44

8. Data Konsultasi ... 45

BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan fungsi Pengawasan Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta (LO DIY) ... 48

a. Mekanisme dan pelaksanaan fungsi pengawasan ... 48

b. Objektifitas Pengawasan ... 52

c. Independensi pengawasan ... 54

d. Produk akhir ... 55

e. Own motion ... 58

f. Pengawasan Preventif ... 71

B. Pelaksaan fungsi Mediasi Lembaga Ombudsman Yogyakarta ... 72

a. mekanisme mediasi ... 72

b. voluntire mediasi ... 78

C. Faktor penghambat Pelaksanaan fungsi Pngawasan dan Mediasi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta………..79

1. Faktor Internal ………..82

2. FaktorEksternal………..83

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. kesimpulan ... 86

B. Saran ... 89

(12)

x

TabEL 1.1 instansi pemerintahan ... 6

Tabel 1.2 Triwulan 2014 ... 7

Tabel 1.3 Triwulan 2015 ... 7

Tabel 1.4 jumlah Konsultasi yang masuk berdasarkanBerdasarkan Tahun ... 46

Tabel 1.5 jumlah Konsultasi yang masuk berdasarkanBidang ... 46

Tabel 1.6 jumlah Konsultasi yang masuk berdasar kanBerdasarkan Tindak Lanjut 47 Tabel 1.6 Produk Akhir Penanganan Kasus Periode: Tahun 2015 (9 Januari– 25 Desember 2015) ... 57

Tabel 1.7 Total Kasus yang Ditangani Periode: 9 Januari–25 Desember 2015 ... 58

Tabel 1.8 faktor hambatan dan strategi ... 80

Tabel 1.9 temuan jenis produk akhir ... 85

Tabel 1.10. produk akhir ... 85

Daftar Gambar Gambar 1.1 sms warga ... 51

Gambar 1.2 sms warga ... 52

(13)
(14)

i

SINOPSIS

Pengawasan dijadikan suatu alat untuk mengontrol pelayanan publik pengawasan sendiri diarahkan untuk menghindari pelanggaran atau penyelewengan. Definisi pengawasan proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan recana yang telah di tentukan sebelumnya. Pengawasan ekstren merupakan pengawasan dari luar, di dalam pengawasan ekstern subyek pengawasan yaitu si pengawas berada dalam luang lingkup yang berbeda yaitu berada di luar susunan organisasi obyek yang diawasi.Pengawasan ekstern ini mengilhami terbentuknya Lembaga-lembaga pengawasan dan terbentuknya Lembaga Ombudsman pada tanggal 20 Maret 2000. Pergub No 69 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja LO DIY dengan penggabungan ini pasti ada perbedaan peningkatan pengawasan dari LO DIY sendiri baik di sektor publik maupun swasta oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti bagaiaman pelaksanaan fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta Tahun 2015

Bagaimana pelaksanaan fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta Tahun 2015 dan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta Tahun 2015 dengan tujuan Mampu memberikan masukan untuk meningkatkan pelayanan publik di lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta,.

Pelaksanaan fungsi pengawasan Lembaga Ombudsman akan meciptakan produk akhir yaitu rekomendasi, rekomendasi sendiri ditujukan untuk pihak yang dilaporkan seperti instansi pemerintahan atau pun instansi swasta. Hasil dari rekomendasi ini berupa evaluasi dan arahan mal fungsi apa saja yang sudah dilakukan oleh intansi yang berkaitan. Obyektifitas dalam pengawasan penanganan kasus, agar ombudsman tidak tergesagesa dalam menangani kasus yang dilaporkan. Dengan pelaksanaan fungsi tersebut Lembaga Ombudsman dapat memberhentikan atau meneruskan apabila kasus atau intansi yang dilaporkan tidak salah. Dalam mediasi, penyelesaian perselisihan atau sengketa lebih banyak muncul dari keinginan dan inisiatif para pihak, sehingga mediator berperan membantu mereka mencapai kesepakatan-kesepakatan, tidak semua kasus yang ditangani oleh ombudsman melalui jalur mediasi.

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dentuman kritik yang menghujani pemerintah daerah masih saja gencar terjadi. Di mana-mana gugatan itu tidak beringsut dari menumpuknya perkara korupsi, tidak adanya transparansi, hingga rendahnya pertanggungjawaban publik. Selain menyangkut koornya birokrasi, persoalan yang juga menyengat adaah kotornya birokrasi, persoalan yang juga menyengat adalah ketidakefisienan dan mahalnya ongkos pelayanan. Keuhan-keluhan ini telah ter akumulasi hingga membentuk setigma birokrasi kita mahal, berbelit-belit dan diskriminaif. Sungguh satu streotipe yang tidak menguntungkan, dan karenany perlu dilakukan pembenahan secepat mungkin.1

Di sisi lain, ada upaya untuk membentuk badan pengawas. Seperti seekor anjing pelacak, maka badan pengawa ini akan menguntit segala bentuk penyelewengan jenis apapun yang dilakukan dalam lingkup birokrasi. Lembaga pengawasinin biasanya akan menyiarkan semua jenis pelanggaran ke publik.

Tekanan opini diharapkan dapat membuat „malu‟ aparat sekaligus mendorong

perbaikan. Di mana samping itu, badan pengawasan akan menjadi kekuatan yang secara langsung berkomplot untuk melakukan pembenahan tegas dan lngsung.

1

(17)

Namun badan pengawas memang bukan seorang wasit, bahkan lebih tepatnya pihak luar yang memiliki kewenagan terbatas. Tak heran, rasa curiga masyarakat kadang timbul, seperti mengatakan badan pengawas kerapkali digunakan untuk kendaraan kepentingan.2

Di beberapa negara Eropa masyarakatnya masih percaya pada sistem hukum, namun sistem hukum yang dipilih biasanya kepada Ombudsman, bukan pengadilan. Di negara Skandinavia misalnya, tempat Ombudsman lahir pertama

kali, kedati terhadi ppsang surut‟kepercayaan‟ terhadap lembaga ini, namun

paada akhirnya (sejak awal abad ke-20) lembaga ini dianggap memiliki kekhasan tersendiri dalam membantu memecahkan keresahan masyarakat. Seperti dikemukakan Sir Guy Powles, di negeri-negeri common law umumnyan Ombudsma dianggap berguna ketika mereka berurusan dengan mesin birokrasi dan otoritas yang sangat berkuasa.3

Untuk beberapa negara yang sistem politiknya demokratis, plural dengan perbedaan latar belakang yang tajam, ombudsman sangat efektif digunakan. Sebagai contoh negara Cina, adanya Ombudsman sangat membantu program yang di canangkan ooleh PM Zhun Rongji dalam memberantas korupsi. 4

Di Indonesia konsepsi pelayanan administrasi pemerintahan seringkali dipergunakan secara bersama-sama atau dipakai sebagai sinonim dari konsepsi

2

Ibid hal 2 3

Ibid hal 4 4

(18)

pelayanan perijinan dan pelayanan umum, serta pelayanan publik. Keempat istilah tersebut dipakai sebagai terjemahan dari publik servis. Hal ini dapat dilihat dalam dokumen-dokumen pemerintah sebagaimana dipakai oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara5.

Pengawasan dijadikan suatu alat untuk mengontrol pelayanan publik pengawasan sendiri diarahkan untuk menghindari pelanggaran atau penyelewengan. Definisi pengawasan proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan recana yang telah di tentukan sebelumnya.6

Pengawasan ekstren merupakan pengawasan dari luar, di dalam pengawasan ekstern subyek pengawasan yaitu si pengawas berada dalam luang lingkup yang berbeda yaitu berada di luar susunan organisasi obyek yang diawasi. Pengawasan ekstern ini mengilhami terbentuknya Lembaga-lembaga pengawasan dan terbentuknya Lembaga Ombudsman pada tanggal 20 Maret 2000. lembaga ini baru secara lengkap bernama Komisi Ombudsman Nasional kemudian sekarang berganti nama sesuai Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 yaitu Ombudsman Republik Indonesia. Lembaga Ombudsman daerah (LOD) adalah sebuah lembaga yang bersifat mandiri dan diadakan untuk melakukan

5

Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm. 4

6

(19)

pengawasan terhadap pelayanan penyelenggaraan tugas pemerintah daerah, lembaga-lembaga penegak hukum dan lembaga-lembaga daerah yang berhubungan dengan pelayanan publik.7

Lembaga Ombudsman Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu lembaga Ombudsman yang terbilang memiliki kinerja yang baik, fungsi sebagai lembaga pengawasan, mediasi pelayanan masyarakat terhadap penyelanggaraan pemerintahan daerah dan praktik dunia usaha swasta.8 Kewenangan pengawasan LOD DIY berdasarkan SK Gubernur No. 134 tahun 2004, yang meliputi pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah, lembaga penegak hukum, dan lembaga-lembaga negara lainnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 1 ayat 7). Dalam perjalanannya aturan LOD dirubah menjadi Pergub DIY NO. 21 tahun 2008 kewenangan pengawasan LOD DIY hanya terbatas pada mal-administrasi yang dilakukan pemerintah daerah untuk mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dan perbuatan sewenang-wenang dari pemerintah daerah. Penanganan kasus LOD DIY yang berkaitan dengan korupsi hanya menangani masalah sebatas pungli, dalam kasus korupsi yang lebih tinggi LOD DIY tidak mempunyai kewenangan untuk menangani kasus tersebut. Adanya penguatan payung hukum dari SK Gubernur

7

http://www.ombudsman.go.id diakses tanggal 6 januari 2016 8

(20)

menjadi Pergub DIY adalah merupakan langkah yang tepat dalam penguatan daya dukung untuk melakukan investigasi terhadap kasus yang dilaporkan, namun dengan adanya penyempitan kewenangan LOD setelah peraturan dirubah menjadi pergub membuat munculnya rasa pesimis di kalangan masyarakat terhadap LOD.

Dalam pasal 3 Pergub No 21 Tahun 2008 menyatakan “ombudsman merupakan lembaga pengawasan pelayanan masyarakat yang bersifat non struktural dan mandiri serta bertanggung jawab kepada gubernur” maka kedudukan LOD DIY dibawah gubernur yang melakukan pengawasan terhadap gubernur. Kedudukan LOD secara hirarkis tidak ada hubungannya dengan Badan Pengawas Daerah meskipun kedua lembaga ini berada di bawah Gubernur dan bertanggung jawab kepada gubernur serta keduanya melaksanakan pengawasan kepada pemerintah daerah. Pembentukan LOD dengan pergub membuat lembaga ini dinilai kurang strategis dalam mengawasi jalannya pemerintahan daerah, yang tidak semestinya posisi LOD berada dibawah gubernur tetapi minimal sejajar dengan lembaga ekskutif.9

Di provinsi yogyakarta sendiri memiliki intansi pelayanan publik baik pemerintah Intansi pemerintahan di kota jogja memiliki 13 dinas10, kabupaten sleman memeiliki 13 dinas 6 badan 1 inpektorat 2 rumah sakit dan 4 kantor

9 Usisa Rohmah.”Analisis Pelaksanaan Kewenangan Lembaga Ombudsman Daerah

(Lod) Dalam Menangani Laporan/Keluhan Masyarakat Di Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY)” POLITIKA, Vol. 4, No. 1, April 2013 hlm. 76

10

(21)

bukan hanya intu sleman juga memiliki 1 satpolpp11, kabupaten bantul terdapat 17 dinas, 7 kantor, 6 badan 1 inspektorat, 1 rumah sakit, 1 pdam dan 1 rumah sakit umum12, kabupaten kulon progo terdapat 5 kantor, 5 badan 1 inspektorat, 13 dinas13, dan kabupaten gunung kidul terdapat 6 badan, 11 dinas, 5 kantor14. Banyaknya intansi pemerintahan di masing-masing kabupaten di provinsi Yogyakarta menuntut provinsi yogyakarta memberikan pelayanan publik yang memberi kepuasan terhadap masyarakat, dengan banyaknya intansi pemerintahan, pusat pengaduan dan pengawasan yang nyaman bagi masyarakat dan cepat tanggap sangat dibutuhkan oleh masyarakat yogyakarta, ini juga membuktikan bahwa kinerja Lembaga Ombudsman Daerah Provinsi Yogyakarta memiliki beban kerja yang begitu tinggi. Berikut intansi pemerintah sebagai pelayan publik yang berada di yogyakarta:

Tabel 1.1 instansi pemerintahan

SKPD Pelayan dasar SKPD non pelayan dasar

Yogyakarta 13

Bantul 17 17

Sleman 13 14

Kulon Pogo 13 11

11

www.slemankab.go.id diakses pada tangga 2 september 2016

12

www.bantulkab.go.id diakses pada tanggal 2 september 2016

13

www.kulonprogokab.go.id diakses pada tanggal 2 september 2016 14

(22)

Gunung Kidul 11 11

Jumlah 67 53

Tablle 1.2 Triwulan 2014

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwuran IV PT/perusahaan

Hotel

Perumahan/kos perbankkan

Table 1.3 Triwulan 2015

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwuran IV PT/perusahaan

Hotel

(23)

Rentang waktu 2014-2015 Laporan triwulan bidang pelayanan dan ivestigasi LO DIY selama tanggal 9 Januari 2015 – Maret 2015 untuk pengaduan bidang pemerintah berjumlah 37 undangan klarifikasi baik melalui surat undangan/telepon/media lain. Dalam periode waktu tersebut juga dihasilkan 17 kesimplan dan rekomendasi, 11 kesimpulan, dan 5 LKP (Laporan Penyelesaian Kasus).15 Pada Triwulan Ketiga 26 Juni 2015 – 25 September 2015 dihasilkan 4 kesimpulan dan rekomendasi, 1 kesimpulan, dan 8 LPK (Laporan Penghentian Kasus) serta 2 pendapat hukum. Pada Triwulan Ketiga 2015 telah menangani kasus sejumlah 240 kasus yang terdiri dari 49 kasus tinggalan periode yang lalu dan kasus baru berjumlah 68 kasus pada Triwulan Kesatu, 72 kasus pada Triwulan Kedua dan 51 kasus pada kasus Triwulan Ketiga.16 Pada Triwulan Keempat 2015 telah menangani kasus sejumlah 300 kasus yang terdiri dari 49 kasus tinggalan priode yang lalu dan kasus baru berjumlah 68 kasus pada Triwulan Kesatu, 72 kasus pada Triwulan Kedua dan 51 kasus pada Triwulan Ketiga serta 60 kasus pada Triwulan keempat. Triwulan Keempat ini dihasilkan 13 kesimpulan dan rekomendasi, 5 pendapat hukum, dan 4 LKP (Laporan Penghentian Kasus).17

Pada Tahun 2014 LO DIY sendiri terbagi menjadi 2 di sektor swasta dan publik kemudian muncul Pergub No 69 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata

15

Triwulan kesatu 2015 (januari-maret 2015)

16

Triwulan ketiga 2015 (jjuli-september 2015)

17

(24)
(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis mencoba merumuskan rumusan masalah :

1. Bagaimana pelaksanaan fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta Tahun 2015

2. faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta Tahun 2015

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan adanya keinginan penulis untuk mewujudkan pertanyaan pada perumusan masalah peneliti ini maka tujuan peneliti adalah untuk mengetahui pelaksanan fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Provinsi Daerah Isimewa Yogykarta

Adapun manfaat yang di harapkan oleh peneliti adalah :

1. Mampu memberikan masukan untuk meningkatkan pelayanan publik di lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta, dan juga peningkatan dalam melakukan pengawasan dan mediasi terhadap

(26)

Dalam penelitian kinerja pengawasan lembaga ombudsman ini selaku penulis memiliki beberapan acuan, sebagai berikut;

1. Tinjauan Hukum kewenangan Ombudsman dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan Publik Di Kota Makasar18 dalam penelitian tersebut kewenangan ombudsman dalam sektor pegawasan pelayanan publik diharapkan mampu mengemban amanat untuk memastikan bahwa hak masyarakat terutama hak

ekonomi, sosial dan budaya dalam konteks hak asasi manusia

dapat terlindungi dan terpenuhi, pembahasan berikutnya adalah

tentang ruang lingkup kewenangan Ombudsman Kota Makasar

yang telah diatur Peraturan Walikota Makassar Nomor 7 Tahun

2008 tentang Ombudsman Kota Makassar. Kelebihan penelitian ini

meliputi tinjauan tentang kewenangan ombudsman akan tetapi

memiliki kekurangan karena tidak ada bagaimana ombudsman

melakukan fungsi yang terdapat dalam kewenangan ombudsman

2. Analisis pelaksanaan kewenangan Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) dalam menangani laporan/keluhan masyarakat didaerah Istimewa Yogyakarta (DIY)19, pembahasan dari penelitian ini adalah Kewenangan pengawasan LOD DIY berdasarkan SK

18 Muhamad Ali Gandhi,”Tinjauan Hukum Kewenangan Ombudsman Dalam Mengawasi

Penyelenggaraan Pelayanan Publik Di Kota Makasar” Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassae 2012

19 Usisa Rohmah.”Analisis pelaksanaan kewenangan lembaga ombudsman daerah (lod) dalam menangani laporan/keluhan masyarakat di daerah

(27)

Gubernur No. 134 tahun 2004, yang meliputi pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah, lembaga penegak hukum, dan lembaga-lembaga negara lainnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 1 ayat 7) kemudian tindak lanjut dari hasil penangan kasus yang dikerjakan oleh Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta. Kekurangan dan kelebihan penelitian ini adalah study kasus dengan mengambil keputusan gubernur ini sudah tidak relefan karena untuk sekarang keputusan gubernur untuk lembaga ombudsman sudah terdapat pada Pergub No 69 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja LO DIY

3. Peran Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) DIY Dalam mediasi Hak-Hak Pendidikan Masyarakat Periode Tahun 2011-201220. Didalamnya adalah pengertian dari tugas Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi salah satu lembaga yang mewujudkan perlindungan hukum atas hak-hak yang perlu diterima oleh masyarakat selaku obyek dari pelayanan publik. Kelebihan memaparkan tentang proses mediasi, akan tetapi tahap pengawasan tidak begitu diteliti.

(28)

4. Demi terwujudnya Good Governance disuatu daerah harus bertumpuh pada tiga pilar yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Salah satu pilar terbentuknya good governance adalah adanya sektor swasta yang mampu meningkatkan produksi didaerah tersebut, membantu pemerintah mengurangi pengangguran atau menciptaka lapangan pekerajaan kepada masyarakat, membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pendapatan, menambah sumber devisa bagi pemerintah, meningkatkan sumber pendapatan melakui pajak demi menciptakan kesejahtraan. Dalam praktek pelaksanaan kinerja suatu pelaku usaha sering ditemukan adanya praktek usaha kurang sehat yang merugikan konsumen dan usaha lainnya. Oleh karena itu harus ada lembaga khusus yang mampu mengawasi dan membantu dunia usaha dalam memujudkan praktek usaha yang beretika dan mampu memberikan pelayanan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat, lembaga pengawas tersebut yaitu Lembaga Ombudsman.

(29)

yang khusus mengawasi pelaku usaha yang tedapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana pelaksanaan pengawasan LO DIY terhadap sektor swasta?. 2) Faktor yang mempengaruhi LO DIY dalam pelaksanaan pengawasan di sektor 14deskriptif kualitatif dengan data primer dan sekunder yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasn LO DIY terhadap sektor swasta. Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara dan dokumen. Unit analisis dalam penelitian ini dengan para pejabat di Lembaga Ombudsman D.I yogyakarta

Pelaksanaan pengawasan pada sektor swasta dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan preventif ialah dengan cara own motion atau mengangkat isu sendiri dan melakukan investigasi sampai rekomendasi dan pengawasan kuratif ialah pengawasan representasi dari pengawasan masyarakat atau aduan dari masyarakat. Dalam pelaksanaan kinerja LO DIY terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi baik internal seperti SDM dan Sarana Prasana maupun Eksternal.21

21

Dirlham, Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dan Mediasi Lembaga Ombudsma Provinsi Daerah

Istimewa Yogykarta Tahun 2015, IlmuPemerintahan Universitas Muhammadiyah Yohyakarta,

(30)

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan LO DIY terhadap sektor swasta tahun 2015 sudah berjalan sesuai harapan namun masih ada daerah atau kabupaten di DIY yang masih apatis terhadap pelaku usaha yang merugikan di daerahnya, oleh karena itu LO DIY terus melakukan sosialisasi yang lebih kepada daerah yang minim akan laporan maladministrasi yang dilakukan oleh sektor swasta.

Dari beberapa penelitian dan evaluasi kinerja Lembaga Ombudsman Daerah yang ada di Yogyakarta maupun Makasar. peneliti mampu memberikan hal berbeda dimana peneliti pengangkat topik pelaksanan fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Provinsi Daerah Isimewa Yogykarta, kemudian dengan adanya penelitian ini diharapkan Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta dapat memeberikan pertanggung jawaban dari pelaksaan pengawasan dan mediasi.

(31)

E. Kerangka Dasar Eori 1. Pengawasan

1.1.Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satufungsi yang sangat penting dalam pencapaian tujuan manajemen itu sendiri. Fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila fungsi pengawasan ini tidak dilakukan dengan baik. Demikian pula halnya dengan fungsi evaluasi terhadap pencapaian tujuan manajemen akan berhasil baik apabila fungsi pengawasan telah di lakukan dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari baik kalangan masyarakat maupun di lingkungan perusahaan swasta maupun pemerintahan makna pengawasan ini agaknya tidak terlalu sulit untuk di pahami. Akan tetapi untuk memberi batasan tentang pengawasan ini masih sulit untuk di berikan. Jadi dapat diartikan bahwa pengawasan adalah segala yang berkaitan dengan proses penilikan, penjagaan serta pengarahan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, agar objek yang diawasi berjalan menurut semestinya. Dalam kamus bahasa Indonesia, istilah Pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberilaporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi22.

22

(32)

Oleh karena pengawasan tersebut mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut:

a. Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentanpelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

b. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam:

1) Tujuan yang ditetapkan

2) Rencana kerja yang telah ditentukan

3) Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan 4) Perintah yang telah diberikan.

5) Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

(33)

d. Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

e. Efisiensi. Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.

f. Membimbing dan mendidik. Artinya “pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.”

Pengawasan adalah sebagai suatu proses untuk mengetahui pekerjaan yang telah dilaksanakan kemudian dikoreksi pelaksanaan pekerjaan tersebut agar sesuai dengan yang semestinya atau yang telah ditetapkan.23

1.2.Macam-Macam Pengawasan

a. Pengawasan Pengawasan internal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan atau organ yang secara organisatoris/struktural termasuk dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri. Misalnya pengawasan yang dilakukan pejabat atasan terhadap bawahannya sendiri. 24

b. Pengawasan eksternal dilakukan oleh organ atau lembagalembaga yang secara organisatoris/struktural berada di luar pemerintah dalam arti

23

Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hal 80

24

(34)

eksekutif. Misalnya pengawasan keuangan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).25

c. Pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat sesuai dengan pasa 112 ayat 2) UU No. Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan pasal 11 PP No. tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan atas penyeenggaraan Pemerintahan Daerah, maka unsur pengawasan pada Pemerintah Daerah yang semula di laksanakan oleh inspektur wilayah Propinsi/Kabupaten, inspektorat merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah di bidang Pengawasan yang di pimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui sekertaris daerah, isnpektoran memiliki fungsi

1) Perumusan kebijakan teknis dibidang pengawasan fungsional 2) Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraa Pemerintah

Daerah oleh perangkat Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dan Usaha Daerah lainnya,

3) Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan maupun pengaduan atau informasu dari berbagai pihak,

25

(35)

4) Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas inerja perangkat daerah dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daera Derah lainnya.

(36)

intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset negara/daerah;26

1.3.Pengawasan ekstern

Ekstern Secara harfiah pengawasan ekstren berarti “pengawasan dari luar”. Dalam pengawasan ekstren, subyek pengawasan, yaitu si pengawas, berada di luar susunan organisasi obyek yang di awasi,27

1.4. Asas Penyelenggaraan Negara dan Pengawasan

a. Asas kepentingan umum; adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengn cra aspiratif, akomodatif, dan selektif. b. Asa keterbukaan; adalah asas yang membuka diri terhadp hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tntang penyeenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

c. Asas akuntabilitas; adalah asa yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelengaraan negara harus dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

26

www.bpkp.go.id

27

(37)

pemegang kedaulatan tertinggi negara sesua denganketentuan peraturan perundang-undangan.28

2. Mediasi

2.1.Pengertian Mediasi

Dalam collins english dictionary and thesaurus disebutkan bahwa mediasi adalah kegiatan menjembatani antara dua pihak yang bersengketa guna menghasilkan kesepekatan (agreement). Kegiatan ini dilakukan oleh mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa. Posisi mediator dalam hal ini adalah mendorong para pihak untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan yang dapat mengakhiri perselisihan dan persengketaan. Ia tidak dapat memaksa para pihak untuk menerima tawaran penyelesaian sengketa darinya. Para pihaklah yang menentukan kesepakatan-kesepakatan apa yang mereka inginkan. Mediator hanya membantu mencari alternatif dan mendorong mereka secara bersama-sama ikut menyelesaiakan sengketa.29

Dalam mediasi, penyelesaian perselisihan atau sengketa lebih banyak muncul dari keinginan dan inisiatif para pihak, sehingga mediator berperan membantu mereka mencapai kesepakatan-kesepakatan. Dalam

28

Eko prasetyo, Fitria Agustin, suparman Marzuki, Ombudsman daerah, medorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, Pusham UII. Yogyakarta 2003, hal 72

29

(38)

membantu pihak yang bersengketa, mediator bersifat imparsial atau tidak memihak kedudukan mediator seperti ini amat penting, karena akan menumbuhkan kepercayaan yang memudahkan mediator melakukan kegiatan mediasi. Kedudukan mediator yang tidak netral, tidak hanya menyulitkan kegiatan mediasi tetapi dapat membawa kegagalan.30

2.2. Prinsip-prinsip Mediasi

a. kerahasiaan atau confidentiality. Kerahasiaan yang dimaksudkan dsini adalah bahawa segala sesuatu yang terjadi dalam pertemuan yang diselenggrakan oleh mediator dan pihal-pihak yang bersengketa tidak boleh disiarkan kepada publik atau pers oleh masing-masing pihak. Demikian juga sang mediator menjaga kerahasiaan dari isi mediasi tersebut, serta sebaiknya menghancurkan seluruh dokumen diakhir sesi yang ia lakukan. Mediator juga tidak dapat dipanggil sebagai saksi di pengadilan dalam kasus yang ia prakarsai penylesaiannya melalui mediasi. Masing-masing pihak yang bertikai diharpkan saling menghormati kerahasiaan tiap-tiap isu dan kepentingan masing-masing pihak, jaminan ini harus diberikan masing-masing-masing-masing pihak, sehingga mereka dapat mengungkapkan masalahnya secara

30

(39)

langsung dan terbuka. Hal penting untuk menemukan kebutuhan dan kepentingan mereka secara nyata.

b. Volunteer (sukarela). Masing-masing pihak yang bertikai datang kemediasi atas keinginan dan kemauan sendiri secara sukarela dan tidak ada paksaan dan tekanan dari pihak-pihak lain atau pihak luar. Prinsip sukarelaan dibangun atas dasar bahwa orang akan mau bekerja sama untuk menemukan jalan keluar dari persengketaan mereka, bila mereka datang ketempat perundinagan atas pilihan mereka sendiri.31

c. Pemberdayaan atau empowermeny. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang mau datang ke mediasi sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan masalah mereka sendiri dan dapat mencapai kesepakatan yang mreka inginkan. Kemampuan mereka dalam hal ini harus diakui dan dihargai dan oleh karena itu setiap solusi atau jalan penyelesaian sebaiknya tidak dipaksakan dari luar. Penyelesaian sengketa harus muncul dari pemberdayaan terhadap masing-masing pihak, karena hal itu akan memungkinkan para pihak untuk menerima solusinya. d. Netralitas (neutrality). Di dalam mediasi, peran seorang mediator

hanya menfasilitasi prosesnya saja dan isinya tetap menjadi milik para pihak yang bersengketa. Mediator hanyalah berwenang

31

(40)

mengontrol proses berjalan atau tidaknya mediasi. Dalam mediasi, seorang mediator tidak bertindak layaknya seorang hakim atau juri yang memutuskan salah atau benarnya salah satu pihak atau mendukung pendapat dari salah satunya atau memaksakan pendapat dan penyelesaiannya kepada kedua belah pihak.

e. Solusi yang unik (a unique solution) bahwasanya solusi yang dihasilkan dari proses mediasi tidak harus sesuai dengan standar legal, tetapi dapat dihasilkan dari poroses kreativitas. Oleh karena itu, hasil mediasi mungkin akan lebih banyak mengikuti keinginan kedua belah pihak, yang terkait erat dengan konsep pemberdayaan masing-masing pihak.32

3. Lembaga Ombudsman

3.1. Pengertian Lembaga Ombudsman

Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan penyelenggara negara maupun pemerintah. Termasuk di sini pelayanan publik yang diselenggarakan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan hukum milik negara, serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik

(41)

tertentu, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sebagai lembaga, Ombudsman bersifat independen dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yang mengandungazas kebenaran, keadilan, non diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, transparansi, keseimbangan dan kerahasiaan.33

3.2. Tujuan Ombudsman Republik Indonesia

Pasal 4 UU RI No. 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia dijelaskan tentang tujuan Ombudsman:

a. Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;

b. Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efesien, jujur, terbuka,bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

c. Meningkatkan mutu pelayanan negaradi segala bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik; d. Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk

pemberantasan dan pencegahan praktek-praktek

33

(42)

maladministrasi, diskriminasi, kolusi, kolusi, serta nepotisme;

e. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan.

Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas

dari campur tangan kekuasaan lainnya”.34

F. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional merupakan suatu pengertian dari gejala yang menjadi pokok perhatian. Definisi konsepsional dimaksud menjadi gambaran yang jelas untuk mengetahui pengertian atau batasan tentang istilah yang ada dalam kelompok permasalahan. Adapun batas pengertian konsepsional dalam pembahasan ini adalah:

1. Pengawasan Suatu tindakan pengujian pekerjaan/kinerja apakah berlangsung secara terencana sesuai dengan pedoman rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2. Pengawasan ekstern pengawasan yang di lakukan dari luar obyek yang di awasi.

34

(43)

3. Mediasi adalah kegiatan menjembatani anatara dua pihak yang bersengketa guna menghasilkan kesepekatan (agreement). Kegiatan ini dilakukan oleh mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa

(44)

G. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur sutau variabel. dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk bagaiamana mengukur suatu variabel. dan parameter definisi operasional dalam skripsi ini fungsi pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman dengan indikator dan poin-poin sebagai berikut:

Indikator Pengawasan

1. Pelaksanaan fungsi pengawasan a. mekanisme pengawasan b. Objektivitas pengawasan c. Independensi pengawas e. Own motion

f. Pengawasan preventif

2. pelaksanaan fungsi mediasi

(45)

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian dengan cara pengumpulan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan – kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan

tersebut. Laporan tersebut berupa laporan triwulan dan laporan akhir tahun dan naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta, letak kantor Lembaga Ombudsman Daerah Itimewa Yogyakarta yang bersebelahan dengan kantor Sar Daerah Itimewa Yogyakarta

3. Unit Analisa

Yang menjadi obyek penelitian pada skripsi ini adalah Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogkyakarta (LOD DIY) dan anggota pengurus struktur organisasi

4. Sumber Data Penelitian

(46)

yang mengadu ke pengawasan Lembaga Ombudsman D.I Yogyakarta (LO DIY) yang meliputi laporan triwulan dan laporan akhir tahun

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penelitian dari orang lain atau sumber sekunder dapat juga melalui dokumen – dokumen yang mencatat keadaan konsep penelitiian (atau yang terkait dengannya) didalam unit analisa yang dijadikan obyek penelitian. Dokumen Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta (LO DIY)

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari lapangan dalam penelitian ini, penyusunan menggunakan metode-metode penggalian data sebagai berikut:

a. Observasi

Metode observasi ini digunakan penyusun guna pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan cermat dilapangan atau lokasi penelitian. Observasi sendiri adalah suatu alat pengumpulan data yang akan dibutuhkan untuk penulisan karya ilmiah ini.

(47)

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan lainsebagainya. Dokumen ini akan penulis dapatkan dengan cara pra riset sebagai upaya umtuk mengumpulkan data-data awal dipengawasan Lembaga Ombudsman D.I Yogyakarta (LO DIY).

c. Wawancara

Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung dengan mendaptkan data melalui perorangan yang bersangkutan secara lisan, yang diperoleh dari pegawai Ombudsman Daerah Itimewa Yogyakarta.

6. Teknik Analisa Data

(48)

(49)

BAB II

OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Sejarah Pendirian Lembaga Ombudsman DIY

(50)

diperlukan dan dibutuhkan masyarakat. Untuk mengkristalkan gagasan, pada September 2003 diselenggarakan workshop yang melibatkan partisipasi eksekutif daerah, parlemen daerah, pemuka masyarakat, pemikir/akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat/ masyarakat sipil. Pada tanggal 10 Juni 2004, ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Pemprov DIY dengan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dengan muatan bahwa kedua lembaga sepakat untuk saling mendukung untuk pelembagaan ombudsman sektor publik yang kemudian disebut sebagai Lembaga Ombudsman Daerah, serta kegiatan lain dalam rangka tata pelayanan publik di bidang hukum, pemerintahan, dan kemasyarakatan DIY, dengan melibatkan sebanyak mungkin stakeholders. Kesepakatan kerjasama ini berlangsung selama 3 tahun sejak ditandatangani.

(51)

pelayanan kepada setiap anggota masyarakat, maka perlu pemberdayaan masyarakat melalui peran-serta untuk melakukan pengawasan terhadap praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah termasuk lembaga-lembaga penegak hukum. Ketiga, bahwa ombudsman merupakan salah satu kelembagaan anti-korupsi yang direkomendasikan oleh Ketetapan MPR No. VIII Tahun 2001 tentang arah kebijakan Negara yang bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Tujuan pembentukan ombudsman disebutkan sebagai upaya dalam rangka mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintah daerah yang bersih dan bebas KKN, penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan, dan perbuatan sewenang-wenang dari aparatur negara dan pemerintah daerah, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan umum dan perlindungan hukum kepada masyarakat di Daerah.

Dua definisi terpenting pada Keputusan ini adalah definisi tentang

“Ombudsman” yang menyebutkan bahwa ombudsman daerah adalah sebuah

lembaga yang bersifat mandiri dan diadakan untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah, Lembaga Penegak Hukum, dan Lembaga-Lembaga Negara lainnya dalam memberikan

pelayanan masyarakat. Definisi tentang “Pelayanan Umum” yang

(52)

oleh Pemerintah Daerah, Lembaga Penegak Hukum, dan Lembaga-Lembaga Negara lainnya kepda masyarakat berkaitan dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya sebagai aparatur atau pejabat negara atau pejabat daerah.

Definisi ombudsman daerah di sini menunjukkan bahwa peran dari ombudsman daerah DIY melakukan pengawasan juga terhadap lembaga-lembaga Pusat yang melakukan tugas di daerah, yaitu lembaga-lembaga lembaga-lembaga yang menjalankan urusan-urusan pusat, yaitu urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama, yang terjadi di daerah DIY. Definisi ini dipertegas dengan pasal tentang kedudukan ombudsman daerah yang menyebutkan bahwa ombudsman merupakan lembaga non-struktural yang bersifat mandiri yang tidak memiliki hubungan struktural dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(53)

Ombudsman DIY juga mempunyai peran hingga pengusulan kepada DPRD dan Gubernur untuk membentuk atau menyempurnakan Peraturan Daerah, Keputusan Gubernur, atau Keputusan DPRD. Ombudsman DIY juga dapat menyampaikan saran kepada Gubernur mengenai perbaikan atau penyempurnaan organisasi Pemerintahan Daerah dan tata cara penyelenggaraan pelayanan pemerintahan daerah. Sebagai lembaga ombudsman yang dibentuk oleh lembaga Pemerintah Daerah, ombudsman DIY dibiayai sepenuhnya oleh anggaran belanja daerah atau APBD.

Pada tanggal 8 juni 2005, Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta mengukuhkan Ombudsman Daerah dan Ombudsman Swasta DIY. Pada sambutannya disampaikan bahwa tugas utama dari kedua ombudsman ini adalah untuk melakukan kontrol terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat Pemerintah maupun Swasta.

“Namun, karena ombudsman merupakan lembaga yang belum banyak dikenal, diperlukan sosialisasi secara luas kepada masyarakat, terutama bagaimana ombudsman beroperasi, sehingga masyarakat memperoleh

informasi pelayanan yang baik,” kata Gubernur.

(54)

kemungkinan terjadinya penyimpangan yang dilakukan sebuah instansi, untuk

kemudian membuat rekomendasi. “Dalam kapasitas selaku Gubernur, saya

memberikan jaminan bahwa rekomendasi ini akan ditindaklanjuti dengan

semestinya,” kata Gubernur. Sebagai pejabat tertinggi di DIY , Gubernur Hamengkubuwono X menyadari bahwa kehadiran ombudsman di tingkat daerah tidak akan ada gunanya jika rekomendasinya akhirnya tidak bisa

melahirkan perbaikan pelayanan publik. “Peningkatan pelayanan publik sudah

menjadi tekad seluruh jajaran Pemerintah Propinsi DIY,” tegas Sultan.

Pada pengukuhan tersebut Sultan HB X juga mewejang, karena rekomendasi yang dikeluarkan akan mempunyai dampak terhadap pejabat publik yang bertanggungjawab, maka kerja pekerja ombudsman sendiri hendaknya juga dilakukan secara cermat dan penuh kehati-hatian. “Oleh sebab itu, untuk memperoleh kepercayaan publik, langkah pertama yang ditempuh sebaiknya persuasif low profile, tetapi memiliki landasan prinsip

yang kukuh.”

(55)

kehadirannya memang memberikan manfaat kepada publik karena didukung oleh figur yang profesional, mengerti hukum, dan memiliki integritas.1

2. Penggabungan Lembaga Ombudsman Swasta DIY dan Lembaga Ombudsman Daerah DIY sekaligus pembentukan Lembaga Ombudsman DIY

Pada perkembangannya, pada tahun 2015 adalah periode pertama penggabungan 2 lembaga yakni Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) Daerah Istimewa Yogyakarta dan Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta (LO DIY). Penggabungan ini didasarkan pada Peraturan Gubernur No. 69 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengukuhkan anggota Lembaga Ombudsman (LO) DIY periode 2015-2018 di Gedung Pracimosono Kompleks Kepatihan, Kamis 08 Januari 2015. Sultan berharap keberadaan Lembaga Ombudsman harus bisa menjadi alat kontrol bagi pelayanan publik. Untuk bisa mewujudkan itu, anggota LO DIY dituntut bekerja keras dan mengedepankan sikap profesional. Hal itu penting, karena

1

(56)

saat ini masyarakat semakin bersikap cerdas dan kritis. Menurut Sultan HB X, LOD dan LOS sengaja digabungkan menjadi lembaga ombudsman dengan pertimbangan efisiensi walaupun ada yang menilai penggabungan LOD dan LOS tidak sesuai dengan Perda layanan publik. Ketua Tim Seleksi Lembaga Ombudsman (LO) DIY, Dr Achiel Suyanto SH MBA MH telah menetapkan 10 besar calon yang lolos seleksi tahap selanjutnya. Dari 10 nama ditentukan 7 orang anggota LO DIY periode 2015-2018. Komposisi Tim LO DIY tersebut terdiri atas Nur Wening, Hanum Aryani, Sutrisnowati, Mohammad Imam Santoso, Hartoto Adi Mulyo, Mohamad Saleh Tjan, Wijaya Kusuma2.

Dari 112 orang pendaftar seleksi administrasi tersaring 77 calon, dengan catatan yang tidak lolos berusia di bawah 30 tahun dan di atas 55 tahun. Selanjutnya 77 orang calon tersebut mengikuti ujian tertulis yang lolos 20 orang yang dilanjutkan dengan tes psikologi, uji publik dan tes wawancara yang akhirnya terpilih 10 orang calon komisioner LO DIY. Kemudian Gubernur DIY memilih 7 orang untuk dikukuhkan. Sebagai lembaga baru, LO DIY memerlukan waktu untuk berproses, baik dari segi manajemen pengelolaan kantor, administrasi, sistem dan prosedur kelembagaan, sumber daya manusia, penguatan kelembagaan dan semua unsur yang mendukung lembaga baru ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu perlu dukungan dari semua pihak agar LO DIY bisa mewujudkan dan mengoptimalkan capaian

2

(57)

kerja yang lebih baik. Kritik dan saran yang membangun sangat bermanfaat untuk perbaikan kinerja lembaga ini. Terutama bimbingan dan arahan dari Bapak Gubernur DIY sangat diharapkan untuk memberikan kemanfaatan yang lebih baik3

3. Tugas Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

Tugas Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut :

a) Menyusun program kerja LO DIY sesuai fungsinya.

b) Menyebarluaskan pemahaman mengenai kedudukan, fungsi, tugas, dan wewenang dan program kerja LO DIY kepada seluruh masyarakat di daerah; Melakukan koordinasi dan/ atau kerja sama dengan berbagai lembaga, baik pemerintah maupun badan usaha, dalam rangka mendorong dan mewujudkan pemerintahan daerah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang, atau jabatan, tindakan sewenang-wenang dan penyimpangan usaha.

c) Menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat atas keputusan dan/ atau tindakan penyelenggara pemerintahan daerah dan

3

(58)

pengusaha dalam memberikan pelayanan kepada masyakarakat yang dirasakan tidak adil, diskriminastif, tidak patut, merugikan atau bertentangan dengan hukum.

d) Menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat atas dugaan penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik dunia usaha.

e) Atas prakarsa sendiri melakukan tindak lanjut terhadap dugaan penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik dunia usaha, tetapi dalam pelaksanaannya harus prosedural dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

f) Membangun jaringan kerja dalam upaya pencegahan penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik usaha.

g) Membuat penelitian dan review kebijakan atas persoalan –persoalan publik.

h) Membuat laporan triwulan dan tahunan kepada Gubernur terhadap pelaksanaan tugas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangn yang berlaku4.

4. Visi dan misi LembagaOmbudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam menjalankan amanat itu LO DIY menetapkan tujuan besar atau visi yaitu menjadi lembaga pengawasan pelayanan publik yang mendorong

4

(59)

terwujudnya tata kelola usaha yang beretika dan berkelanjutan oleh usaha sektor swasta yang berupa badan usaha maupun usaha informal di DIY

Selanjutnya visi tersebut dijabarkan dalam dalam misi, yaitu:

1. Mendorong anggota masyarakat agar berpartisipasi aktif dan kritis dalam pengawasan praktik penyelenggaraan usaha.

2. Mendorong pelaku usaha agar etis.

3. Mendesakkan perbaikan kebijakan dan peraturan pemerintah agar kondusif.

(60)

bisnis pada para pelaku usaha, diharapkan penyimpangan pengelolaan bisnis bisa dicegah sedini mungkin5.

5. Fungsi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebagai lembaga pengawasan, mediasi pelayanan masyarakat terhadap penyelanggaraan pemerintahan daerah dan praktik dunia usaha swasta6

6. Tujuan Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

Pasal 6 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 69 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta :

a) mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintah daerah yang baik dan bersih serta bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang, atau jabatan, dan tindakan sewenang-wenang.

b) Membantu setiap warga masyarakat memperoleh pelayanan yang baik, berkualitas, profesional berdasarkan asas kepastian hukum, keadilan, dan persamaan dari pemerintahan daerah.

c) Meninngkatkan mutu penyelenggaraan pemerintah daerah agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan semakin baik.

5

www.los-diy.or.id

6

(61)

d) Memfasilitasi dan memberikan mediasi untuk mendapatkan perlindungan hukum kepada setiap warga masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang baik, berkualitas, profisionalitas berdasarkan asas kepastian hukum, keadilan, dan persamaan dalam segala bidang penyelenggaraan pemerintah daerah.

e) Mendorong terwujudnya penyelenggaraan usaha yang baik dan bersih. f) Memfasilitasi dan memberikan mediasi untuk mendapatkan perlindungan

hukum kepada setiap warga masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang baik, berkualitas, profesionalitas dan proporsional dalam praktek usaha.

g) Mendorong terwujudnya etika usaha yang baik dan berkelanjutan.7

7. Struktur Organisasi Lembaga Ombudsman D.I Yogyakarta

(62)

Uraian dan pembagian tugas bidang-bidang dan para asisten ditentukan oleh ketua, para wakil ketua dan para anggota LO DIY. Lebih lanjut pada pasal 15 dijelaskan :

(63)

d) Keanggotaan LO DIY sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Gubernur8.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat seluruh kasus terselesaikan pada tahun 2014 dan 10 kasus dalam proses dan 17 kasus selesai pada tahun 2015 laporan.

8. Data Konsultasi

Adapun konsultasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pelayanan publik atau etika bisnis yang buruk dapat diklarifikasi berdasarkan Tahun, Bidang, Status pengadu, Tindak lanjut, Jenis Kasus dan Institusi yang sering diadukan.

Tabel 1.4. jumlah Konsultasi yang masuk berdasarkanBerdasarkan Tahun

NO Tahun Jumlah

1 2015 57

Sumber : Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta 2014-2015

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 jumlah konsultasi masyarakat berjumlah 57 konsultasi.

Tabel 1.5 jumlah Konsultasi yang masuk berdasarkanBidang

NO Bidang Jumlah

8

(64)

1 Kesehatan 1

2 Pertanahan 2

3 Transportasi 2

4 Keuangan 17

5 Properti/Hotel 3

6 Ketenagakerjaan 19

7 Teknologi/Komunikasi 5

8 Perizinan 0

9 Sosial Budaya 1

10 Pendididkan 2

11 Jasa 1

12 Bisnis / Perdagangan 2

13 Penegakan Hukum 2

14 Kependudukan 0

15 Pertambangan 0

16 Pariwisata 0

Sumber : Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta 2014-2015

(65)

Tabel 1.5 jumlah Konsultasi yang masuk berdasar kanTindak Lanjut

NO

Jumlah Kasus Konsultasi

Tahun

Pengaduan Ke LO

DIY (Daerah)

Pengaduan ke ORI

Pengaduan ke Isntansi

Lian

Pertimbangan pengaduan ke

LO DIY

Penyelesaian sendiri kasus oleh pelapor

1 2015 14 5 5 23 7

Sumber : Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta 2014-2015

Berdasarkan data tebel diatas dapat dilihat jumlah konsultasi yang ditindak lanjuti

(66)

BAB III

Pelaksanaan fungsi Pengawasan dan mediasi Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta (LO DIY)

a. Mekanisme pengawasan

Pengawasan adalah salah satu bentuk dari fungsi lembaga ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta yang dinilai sangat penting, bagaimana peroses mekanisme ataupun pelaksanaan fungsi pengawasan yang telah tertera dalam pergub No 69 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai lembaga pengawasan, mediasi pelayanan masyarakat terhadap penyelanggaraan pemerintahan daerah dan praktik dunia usaha swasta1,

Dari keterangan komisioner Hartoto Adi Mulyo Ketua Bidang dan evaluasi dan monitoring mekanisme pengawasan fungsi ombudsman sendiri tidak hanya mengacu kepada aduan masyarakat akan tetapi lembaga ombudsman sendiri memiliki kebijakan sendiri untuk mengawasi SKPD yang ada di Yogyakarta pengawasan ini disebut ownmosion, menarik sekali jadi lembaga Ombudsman tidak hanya menunggu datangnya aduan mal fungsi dari masyarakat untuk melakukan fungsinya sebagai lembaga pengawasan akan tetapi lembaga Ombudsman memiliki langkah untuk mengawasi langsung sendiri.

1

(67)

Pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan Lembaga

“Ombudsman menjadi lembaga yang bersifat mengawasi

melakukan advokasi. Perogram ownmosion adalah pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga Ombudsman daerah tanpa adanya pengaduan. Pelaksanaan fungsi pengawasan diambil alih oleh bidang monitoring dan evaluasi, produk akhir dari pelaksaan fungsi pengawasan adalah rekomendasi, dari 103 produk akhir pada tahun 2015 63 di antaranya adalah rekomendasi, 40 penyelesaian kasus, rekomendasi adalah ketentuan yang harus di perbaiki oleh lembaga yang dilaporkan, dari 63 tinggal 3 khasus yang masih belum ditindak lanjuti oleh intansi terkait tingkat keberhasilan sangat tinggi. Pelaksanaan pengawasan Lembaga Ombudsman bukan hanya mengeluarkan output tapi juga tetap melakukan kinerja agar kasus yang telah diselesaikan ini tuntas sampai akhir hingga lembaga terkait

melakukan rekomendasi dari Lembaga Ombudsman,”2

Pelaksanaan fungsi pengawasan Lembaga Ombudsman akan menciptakan produk akhir yaitu rekomendasi, rekomendasi sendiri ditujukan untuk pihak yang dilaporkan seperti instansi pemerintahan atau pun instansi swasta. Hasil dari rekomendasi ini berupa evaluasi dan arahan mal fungsi apa saja yang sudah dilakukan oleh intansi yang berkaitan. Rekomendasi yang diberikan kepada instansi sebaiknya dilakasanakan, ada pun intansi yang tidak melaksanakan rekomendasi dari Ombudsman, pihak Ombudsman sendiri

2

(68)

tidak dapat memberikan sanksi berikut peryataan Ketua Bidang Evaluasi dan Monitoring bapak Hartoto Adi Mulyo

Lembaga Ombudsman bukan seperti Lemabaga Superior yang dapat melakukan pengawasan begitu saja Ombudsman sendiri memiliki batasan dalam melakukan penanganan kasus. Pelaksanaan fungsi pengawasan Lembaga Ombudsman yang tertuang di perbug NO 69 Tahun 2014.

Mekanisme dan pelaksanaan fungsi pengawasan Lembaga ombudsman memiliki mekanisme untuk melaksanakan fungsi mekanisme pengawasan sebagai berikut;

a. Masyarakat datang atau melalui surat/email/telepon/fax ke LO DIY untuk konsultasi dan atau melaporkan ke anggota ombudsman/asisten, pelaksanaan pelaporan dapat dilakukan jika peapor terlebih dahulu melakukan pelaporan internal terlebih dahulu kepada intansi terkait, dengan hal tersebut mempermudah masyarakat dan intansi memperbaiki kesalahan malfungsi sendiri. b. Anggota-asisten mengkaji dan merencanakan tindak lanjut

pengaduan.

(69)

d. Diperoleh data/fakta, perolehan data berupa foto atau secara langsung mendapatkan pengakuan dari intansi terlapor.

e. Data/fakta lengkap sebagai kasus dan memenuhi unsur-unsur mal administrasi publik

f. Kasus dibahas

g. Diputuskan apakah melalui mekanisme mediasi dan atau langsung kelangkah berikutnya

h. Rekomendasi keintansi terkait atau atasan yang berwenang

Dalam tahapan perolehan data jika data/atau fakta tidak memenuhi unsur-unsur mal administrasi publik maka diambil kesimpulan bahwa kasus pelapor di proses melalui pendapat hukum dan rekomendasi lalu di berikan ke pelapor dan terlapor, maka pengawasan tidak dilanjutkan

(70)

Gambar 1.2 sms warga3

Dengan mudahnya masyarakat melakukan tahap pelaporan contoh pelaporan melalui sms yang dilakukan oleh masyarakat ini dapat di lihat di websitenya Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta hal ini merupakan strategi untuk memberikan kesadaran untuk masyarakat begitu mudahnya melakukan pelaporan, Lembaga Ombudsman juga membuktikan bahwa identitas pelapor dijaga kerahasiaanya,

b. Objektifitas Pengawasan

3

(71)

Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebaigai lembaga pengawasan Lembaga Ombudsman harus dapat melakukan pengawasan secara obyektif tidak ada keberpihakan atau pun melakukan interfensi kepada salah satu pihak

Obyektifitas sangat diperlukan untuk mewujudkan pengawasan yang bersih dan tidak berkepihakan serta dapat membantu dalam melakukan klafikasi data. yang dilakukan oleh ombudsman dengan mengundang kedua belah pihak adalah upaya agar ombudsman dapat menimbang dari kesaksian pelapor ataupun intansi yang dilaporkan, obyektifitas juga sangat penting dalam melakukan fungsi pengawasan.

“dan berikutnya kita melakukan verivikasi oleh yang di

adukan jika yang di adukan dapat memeberikan bukti bahwa mereka tidak melakukan mal fungsi karena mereka sudah melakukan pelayanan sesuai regulasi, maka kasus yang di laporkan pun dianggap bersih. Dari hasil rekomendasi pun tiak semua di berikan untuk pihak yang diadukan akan tetapi juga ada untuk pihak pengadu agar pengadu tidak

tergesa-gesa dan melakukan anilisis untuk memberikan bukti”

(72)

memberhentikan atau meneruskan apabila kasus atau intansi yang dilaporkan tidak salah.

Selain verivikasi yang dilakukan oleh Ombudsman untuk memperoleh bukti mal fungsi ada pula alat-alat yang dipakai oleh Ombudsman untuk melakukan pengawasan seperti payung hukum atau regulasi yang dimiliki oleh intansi pemerintah, jika di intansi swasta maka verivikasi diambil dari SOP intansi swasta tersebut.

Melihat pernyatan komisioner Lembaga Ombudsman telah melakukan langkah untuk menciptakan pengawasan yang obyekif dengan mengundang kedua belah pihak, yang pasti tidak dengan bebaengan karena ditakutkan hal ini dapat memberikan interfensi dari kedua belah pihak

“Dalam hal pelaksanaan fungsi pengawasan, kita harus

mengundang kedua belah pihak, jadi ketika pengadu kita verivikasi identitas dan memberikan bukti pengaduan penyimpangan.

c. Independensi pengawasan

Gambar

Tabel 1.1 instansi pemerintahan
Table 1.3 Triwulan 2015
Tabel 1.4. jumlah Konsultasi yang masuk berdasarkan Berdasarkan Tahun
Tabel 1.5 jumlah Konsultasi yang masuk berdasar kan Tindak Lanjut
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam berbagai sosialisasi tersebut, Lembaga Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan mengenai kewenangan, peran, tugas, dan fungsinya dalam mengupayakan secara

Judul : PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PENGAWASAN YANG DILAKSANAKAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI TERHADAP APARATUR PEMERINTAH DAERAH PENYELENGGARA

IRANA DEWI, D1514054, PELAYANAN LEMBAGA OMBUDSMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENINDAKLANJUTI ADUAN TERKAIT ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KABUPATEN BANTUL (Penjaringan

Sambutan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional yang dibacakan oleh Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi

Lembaga Penyiaran Publik Lokal yang selanjutnya disingkat LPPL adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah, menyelenggarakan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi peraturan daerah nomor 1 tahun 2014 tentang tugas dan fungsi Lembaga Adat Melayu

Sedangkan Pendekatan sosiologi digunakan untuk mendeskripsikan data yang ditemukan di lapangan tentang Analisis Hukum pidana Islam Terhadap Peran Lembaga

Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut ORI adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang