• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KAPASITAS SABO DAM DALAM USAHA MITIGASI BENCANA SEDIMEN MERAPI (Studi Kasus : Sabo Dam PU-C Seloiring, Kali Putih, Merapi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KAPASITAS SABO DAM DALAM USAHA MITIGASI BENCANA SEDIMEN MERAPI (Studi Kasus : Sabo Dam PU-C Seloiring, Kali Putih, Merapi)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus : Sabo Dam PU-C Seloiring, Kali Putih, Merapi)

Disusun oleh : SENA ANDI SATRIA

NIM:20120110289

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

TUGAS AKHIR

EVALUASI KAPASITAS SABO DAM DALAM USAHA MITIGASI BENCANA SEDIMEN MERAPI

(Studi Kasus : Sabo Dam PU-C Seloiring, Kali Putih, Merapi)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai

Jenjang Strata-1 (S1), Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : SENA ANDI SATRIA

NIM:20120110289

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)

Segala puja puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Ta’ala. Tidak lupa sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad

“hallahu’alaihi wa salla beserta keluarga dan para sahabat. Setiap kemudahan dan kesabaran yang telah diberikan-Nya kepada saya akhirnya saya selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kapasitas Sabo Dam Dalam Usaha Mitigasi Bencana Sedimen Merapi sebagai salah satu syarat u tuk e dapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, penyusun sangat membutuhkan kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran-saran dari berbagai pihak, terima kasih penyusun haturkan kepada :

1. Bapak Jazaul Ikhsan, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan selaku dosen pembimbing I. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.

2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Puji Harsanto, S.T., M.T., Ph.D. Selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Burhan Barid, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.

(4)

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak dan Ibu, serta segenap keluarga besarku. 8. Para staf dan karyawan Fakultas Teknik yang banyak membantu dalam

administrasi akademis.

9. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2012, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya, kalian luar biasa.

Demikian semua yang disebut di muka yang telah banyak turut andil dalam kontribusi dan dorongan guna kelancaran penyusunan tugas akhir ini, semoga menjadikan amal baik dan mendapat balasan dari Allah Ta’ala. Meskipun demikian dengan segala kerendahan hati penyusun memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.

Akhirnya hanya kepada Allah Ta’ala jugalah kami serahkan segalanya, sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan akan penyusun terima segala saran dan kritik yang membangun demi baiknya penyusunan ini, sehingga sang Rahim masih berkenan mengulurkan petunjuk dan bimbingan-Nya.

Amin.

Yogyakarta, September 2016

(5)

Orang tua saya Ambar Herawati yang tidak ada berhentinya memberikan

dukungan serta do

a dalam menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini.

Kakak-kakak saya Meirvan Andi Prima dan Yuca Ardi Prakasa serta

adik saya Priastika Ardini Putri yang juga memberikan dukungan dan do

a

yang tiada hentinya. Dan untuk kedua keponakan saya Julisabelle Vanaya

Jasmine dan Jeanne Azlea Prakasa yang sudah menjadi penyemangat

dalam memngerjakan tugas akhir ini.

Dosen pembimbing Jazaul Ikhsan, S.T.,M.T.,Ph.D, Burhan Barid

S.T.,M.T , dan Nursetiawan S.T.,M.T.,Ph.D. yang sudah memberikan

pelajaran, masukan, dan telah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

(6)

MOTTO

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value”

(7)

Halaman Motto dan Persembahan ... iii

Intisari ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Masalah ... 3

F. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi ... 14

B. Erosi ... 16

C. Sedimen ... 24

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 30

B. Bagan Alir ... 31

C. Pengumpulan Data ... 32

D. Analisis Data dan Tahap Penelitian ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analasis Hidrologi ... 45

(8)

C. Analisis Sedimen ... 51 D. Kapasitas Sabo Dam ... 54 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

Lampiran

(9)

Gambar 2.1 Bagan Alir Proses Terjadinya Bencana Sedimen ... 8

Gambar 2.2 Sabo Dam Tipe Tertutup ... 11

Gambar 2.3 Sabo Dam Tipe Terbuka (Slit) ... 12

Gambar 2.4 Sabo Dam Tipe Terbuka (Grid) ... 12

Gambar 2.5 Potongan Melintang Sabo Dam ... 11

Gambar 3.1 Metode Poligon Thiessen ... 15

Gambar 3.2 Metode Isohyet ... 16

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian ... 30

Gambar 4.2 Bagan Alir Penelitian ... 31

Gambar 4.3 Bagan Alir Analisis Erosi dan Sedimen ... 33

Gambar 4.3 Lanjutan ... 34

Gambar 4.5 Peta Lokasi Stasiun Hujan ... 37

Gambar 4.5 Peta Kontur Sub-DAS Kali Putih ... 38

Gambar 4.6 Peta Kemiringan Lahan Sub-DAS Kali Putih ... 39

Gambar 4.7 Peta Landuse Sub-Das Kali Putih ... 40

Gambar 4.8 Peta Jenis Tanah Sub-Das Kali Putih ... 41

Gambar 4.9 Peta Lokasi Sabo dam Sub-DAS Kali Putih ... 42

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Faktor Erodibilitas Tanah (K) ... 20

Tabel 3.2 Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP) ... 24

Tabel 4.1 Kapasitas Sabo Dam Di Sub-DAS Kali Putih ... 43

Tabel 4.1 Lanjutan ... 44

Tabel 5.1 Rata-rata Curah Hujan Bulanan ... 45

Tabel 5.2 Perhitungan Nilai Energi Kinetik ... 46

Tabel 5.3 Faktor Erodibilitas Tanah ... 47

Tabel 5.4 Perhitungan Nilai Faktor Ls ... 48

Tabel 5.5 Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP) ... 49

Tabel 5.6 Tataguna Lahan Pada Daerah Penelitian Sub-DAS Kali Putih ... 49

Tabel 5.6 Lanjutan ... 50

Tabel 5.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Erosi dan Sedimen ... 53

(11)

LAMPIRAN II DATA CURAH HUJAN

LAMPIRAN III DATA SABO DAM KALI PUTIH

LAMPIRAN IV SHOP DRAWING PU-C SELOIRING

LAMPIRAN V FOTO LOKASI

(12)
(13)
(14)

v INTISARI

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bencana sedimen merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di daerah gunung berapi. Sedimentasi dari letusan gunung berapi merupakan hal serius yang perlu diperhatikan, karena hal ini dapat menimbulkan daya rusak yang cukup tinggi. Sabo dam merupakan bangunan pengendali sedimen yang dibangun untuk mengendalikan dan mengurangi dampak kerusakan akibat lahar dingin. Sabo dam juga berfungsi untuk menampung sedimen dalam kapasitas tertentu. PU-C Seloiring merupakan sabo dam yang dibangun pada tahun 2015 di Kali Putih, Merapi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui laju erosi potensial dengan menggunakan metode USLE, mengetahui besar volume sedimen dan kemampuan bangunan sabo dam PU-C Seloiring dalam menampung sedimen.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Analisis data menggunakan rumus-rumus empiris dengan metode USLE dan program ArcGIS. Hasil analisis data menggunakan program ArcGIS merupakan peta-peta dan nilai faktor-faktor yang dibutuhkan dalam menganalisis volume sedimen.

Hasil penilitian ini menunjukan bahwa (1) 1. Laju erosi potensial di Sub-DAS Kali Putih dengan menggunakan perhitungan metode USLE adalah 104.935,97 ton/ha/tahun,(2) Besar volume sedimen potensial di Sub-DAS Kali Putih sebesar 2.823.875,218 m3/tahun (3) Sabo dam PU-C Seloiring mampu menampung 3,2 % sedimen per tahun.

.

(15)

1

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bahaya yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi ada dua macam yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer adalah bahaya yang langsung dihadapi, disebabkan karena bahan material yang keluar pada waktu terjadi letusan. Bahaya tersebut berupa lahar panas, awan panas dan bahan-bahan lepas yang berjatuhan, berupa lapili, pasir dan abu. Bahaya sekunder yaitu dampak tidak langsung dari letusan gunung berapi, seperti banjir lahar dingin.

Bencana sedimen merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di daerah gunung berapi, pada dasarnya kawasan rawan bencana sedimen umumnya memiliki kesuburan yang tinggi dan mudah mendapatkan mata pencaharian seperti kawasan sepanjang bantaran sungai, daerah pegunungan, pantai, lembah dan lereng gunungapi, sehingga senantiasa menggoda manusia secara turum temurun untuk berdomisili pada kawasan tersebut sekalipun mereka menyadari bahwa daerah tersebut rawan bencana.

Perkembangan penduduk yang lajunya sangat cepat menyebabkan lahan-lahan rawan berubah menjadi tempat tinggal dan lahan-lahan usaha, menjadikan resiko bencana semakin bertambah besar. Salah satunya akan menyebabkan bencana sedimen, sedimentasi merupakan proses mengendapnya hasil erosi di daerah hilirnya, yang dapat menyebabkan pendangkalan sungai yang dapat mengakibatkan banjir. Bencana yang diakibatkan erosi dan sedimentasi sifatnya tidak langsung dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

(16)

2

kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun erosi yang terjadi di sungai dapat mengakibatkan rusak atau tidak berfungsinya bangunan-bangunan yang berada di sepanjang sungai seperti bendung, instalasi pembakit listrik, jembatan dan lain lain.

Sedimentasi dan erosi adalah dua kejadian yang tidak dapat dipisahkan. Tanah yang tererosi akan terbawa arus sehingga menimbulkan suatu endapan. Namun angkutan sedimen pada daerah sungai gunung berapi berbeda dengan sungai biasa karena mengandung material dari letusan gunung. Sedimentasi dari letusan gunung berapi merupakan hal serius yang perlu diperhatikan, karena hal ini dapat menimbulkan daya rusak yang cukup tinggi.

Banyak upaya - upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi bencana sedimen, salah satunya adalah dengan membangun sabo dam. Sabo dam merupakan bangunan pengendali sedimen yang dibangun untuk mengendalikan dan mengurangi dampak kerusakan akibat lahar dingin. Sabo dam juga berfungsi untuk menampung sedimen dalam kapasitas tertentu.

PU-C Seloiring merupakan sabo dam yang dibangun pada tahun 2015 di Kali Putih. Sabo dam ini merupakan sabo dam tipe terbuka yang juga berfungsi untuk menghambat aliran debris sekaligus mencegah gerakan laju sedimen agar tidak membahayakan dan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu tugas akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi kapasitas sabo dam dalam mengendalikan volume sedimen potensial.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dikaji dalam upaya evaluasi kapasitas sabo dam ini adalah sebagai berikut :

(17)

3. Bagaimana kemampuan sabo dam PU-C Seloiring dalam menampung volume sedimen ?

C. Tujuan Penilitian

Tujuan penilitian ini adalah :

1. Mengetahui laju erosi potensial dengan metode U.S.L.E. 2. Mengetahui besar volume sedimen potensial.

3. Mengetahui kemampuan sabo dam PU-C Seloiring dalam menampung sedimen.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan :

1. Memberikan informasi tentang estimasi erosi dan sedimen yang terjadi pada Sub-DAS Kali Putih.

2. Informasi kemampuan sabo dam PU-C Seloiring dalam menampung sedimen.

3. Menjadi masukan, refrensi dan informasi dalam penelitian mengenai erosi dan sedimen atau dalam mengevaluasi kapasitas sabo dam bagi peneliti-peneliti lainnya.

E. Batasan Masalah

Sebagaimana pokok dari pembahasan Tugas Akhir ini yaitu evaluasi kapasitas sabo dam dalam usaha mitigasi bencana sedimen Merapi, menyangkut aspek yang luas, sehingga diperlukan batasan batasan dan asumsi tertentu agar dicapai hasil yang optimal. Batasan-batasan dan asumsi awal tersebut, antara lain :

(18)

4

Lokasi Penelitian

(sumber : www.sipr.jogjaprov.go.id)

(19)

2. Sub-DAS yang dibuat dengan batas hilir DAS merupakan sabo dam PU-C Seloiring yang terletak pada koordinat UTM X=424382.634 Y=9159566.854, ditunjukan pada Gambar 1.2.

(sumber : ArcGIS , 2016)

Gambar 1.2 Sub-DAS Kali Putih

3. Data curah hujan didapatkan di stasiun sekitar Sub-DAS kali Putih, yaitu stasiun hujan Ngandong dan stasiun hujan Pucanganom yang menggunakan data curah hujan bulanan dari tahun 2010-2015. Data yang hilang atau eror tidak diperhitungkan.

4. Kondisi dan kapasitas daya tampung sabo dam dianggap dalam kondisi baik atau daya tampung sesuai rencana.

5. Total volume sedimen potensial diasumsikan masuk atau tertampung keseluruhan di sabo dam.

Lokasi Sabo Dam PU-C

(20)

6

F. Keaslian Penilitian

Penilitian yang membahas tentang sedimen dan sabo dam di Kali Putih, Merapi sudah pernah dilakukan, salah satunya oleh Andre Wisoyo (2012) pada tesisnya yang berjudul “ANALISIS UNJUK KERJA SABO DAM SEBAGAI

BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN DI KALI PUTIH, MERAPI”. Andre

(21)

7

kerusakan baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan, melalui suatu skala besar pergerakan tanah dan batuan (Hasnawir, 2012). Menurut Ministry of Land, Infrastructure and Transport-Japan

(2004), Kerusakan akibat bencana ini dapat terjadi kerugian dalam 4 bentuk : 1. Bangunan dan lahan pertanian hilang akibat tanah longsor atau erosi.

2. Rumah-rumah hancur oleh daya rusak tanah dan batuan selama pergerakan tanah atau batuan.

3. Rumah dan lahan pertanian terkubur di bawah tanah oleh akumulasi skala besar sedimen.

4. Peningkatan endapan pada dasar sungai dan penguburan waduk disebabkan oleh sedimen sepanjang sungai yang dapat mengundang datangnya banjir, gangguan fungsi penggunaan air, dan kerusakan lingkungan.

Menurut Hasnawir (2012) bencana sedimen merupakan salah satu bentuk hasil dari daya rusak air, dimana bencana sedimen memiliki potensi daya rusak yang besar dan bersifat masif secara langsung atau tidak langsung yang memiliki tingkat kerusakan, kerugian dan fatalitas tinggi. Menilik dari pengalaman bencana sedimen berpotensi merusak struktur dan infrastruktur serta memiliki potensi kerugian ekonomi tinggi. Tingkat fatalitas bencana sedimen cukup tinggi dimana potensi timbulnya korban jiwa dan kerusakan sangat tinggi.

(22)

8

Bahkan dalam kasus seperti jika (A) lebih besar dari (B), hasilnya tidak disebut bencana jika tidak ada rumah, masyarakat, atau fasilitas umum yang terlibat.

(Sumber : Hasnawir, Balai Penelitian Kehutanan Makassar, 2012)

Gambar 2.1 Bagan Alir Proses Terjadinya Bencana Sedimen

Bencana sedimen dapat dibedakan berdasarkan sumber sedimen (on site)

(23)

Daerah gunung berapi termasuk kedalam daerah yang rawan terhadap bencana sedimen salah satunya Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang paling aktif di Indonesia. Erupsi tahun 2010 merupakan erupsi yang paling besar bila dibandingkan dengan bencana serupa pada kejadian sebelumnya, yaitu pada tahun 1994, 1997, 1998, 2001 dan 2006, atau terbesar sejak 150 tahun, tepatnya tahun 1872 (BNPB, 2001).

Jazaul Ikhsan (2015) mengatakan pasca letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 terjadi lahar dingin dengan frekuensi yang cukup tinggi, terutama ketika terjadi intensitas hujan yang tinggi. Di Gunung Merapi, potensi banjir lahar cukup besar disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (a) curah hujan yang cukup tinggi, antara 2600-3000mm (b) endapan sedimen yang besar, sebagai contoh menurut BPPTK, letusan tahun 2010 menghasilkan material tidak kurang dari 100 juta m3 dan (c) kemiringan sungai yang mencukupi, dimana diatas elevasi 1000 bervariasi antara 1/1–1/6.

Orang-orang yang bermukiman di Gunung Merapi terutama pada daerah

upstream masih terancam oleh bencana sedimen, disamping mereka juga menggunakan itu sebagai sumber daya (Jazaul Ikhsan, 2010). Menurut Jazaul Ikhsan (2010) diperlukan kebijakan dalam pengelolaan sedimen, antara lain : 1. Perlunya menyediakan volume pada sabo dam untuk melawan pelepasan

sedimen berlebih.

2. Penambang pasir diperlukan untuk mendukung pengembangan daerah dan untuk mengkosongkan bangunan sabo sebagai bagian dari pengelolaan bencana sedimen , tetapi diperlukan pengawasan ketat.

3. Perlu menstabilkan dasar sungai dan membuat penanggulangan untuk degradasi dasar sungai di daerah hilir.

(24)

10

penanggunalangan (prevention). Teknik sabo dam diperkenalkan oleh Tomoaki Yokata dari Jepang. Jadi sabo mempunyai arti penanggulangan bencana akibat pergerakan tanah atau sedimen yang dibawa aliran air.

Sabo dam merupakan salah satu bagian dari bangunan penanggulangan sedimen yang bekerja adalah suatu sistem “SABO WORKS” pada suatu daerah.

Yang bertujuan untuk mengendalikan produksi sedimen, mencegah runtuhnya dan erosi tanah, mengendalikan dan menangkap sedimen yang terbawa aliran banjir sehingga dapat menjaga stabilitas dasar sungai dan dapat mencegah bencana akibat produksi sedimen yang berlebih. Yudhistiro (2012) mengatakan bangunan sabo dam merupakan suatu konstruksi bangunan air yang fungsinya sebagai penahan, penampung dan pengendali sedimen yang larut pada aliran sungai, sehingga sedimen tersebut tidak mengganggu kinerja dam yang ada. Adapun empat fungsi pokok Sabo dam (Sumaryono, 1993), adalah :

1. Membuat dasar sungai lebih landai sehingga dapat mencegah erosi vertikal dasar sungai.

2. Mengatur arah aliran untuk mencegah erosi lateral dasar sungai. 3. Menstabilkan kaki bukit untuk menghindari terjadinya longsoran. 4. Menahan dan mengendalikan sedimen yang akan mengalir ke arah hilir.

Pada suatu sungai dengan jumlah produksi sedimen sangat besar yang berarti jumlah sedimen yang merusakkan juga sangat besar maka perlu usaha untuk menurunkan jumlah kelebihan aliaran sedimen yang dapat merusakkan tersebut dengan menerapkan pekerjaan terasiring dan kanalisasi (hill side works and channel works). Dengan demikian jelas bahwa bangunan sabo dam diperlukan tidak saja untuk menstabilkan dasar sungai, akan tetapi juga sebagai dasar untuk kegiatan pekerjaan yang langsung, dan merupakan bagian yang penting dalam system sabo work.

(25)

konfigurasi palung sungai, (sempit, lebar, dalam atau dangkal) dan jenis material sedimen (pasir, kerikil, batu atau tanah). Berdasarkan bentuknya, sabo dam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Sabo dam tipe tertutup.

Sabo dam tipe tertutup merupakan suatu bentuk dinding tertutup, tipe sabo dam ini sangat efektif dalam menahan, menampung dan mengurangi aliran sedimen. Namun apabila daya tampung sudah penuh dengan sedimen, fungsi utama sabo dam hanya sebagai penahan laju debit puncak sedime. Contoh bentuk sabo dam tipe tertutup dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(sumber : www.jamesthoengsal.blogspot.com)

Gambar 2.2 Sabo Dam Tipe Tertutup 2. Sabo dam tipe terbuka

(26)

12

(sumber : www.jamesthoengsal.blogspot.com)

Gambar 2.3 Sabo Dam Tipe Terbuka (Slit)

(sumber : www.iwanmaros.blogspot.com)

Gambar 2.4 Sabo Dam Tipe Terbuka (Grid)

(27)

kemarau sedimen terendap di atas tampungan mati kemudian saat musim hujan tampungan tersebut terbawa arus banjir. Kapasitas sabo dam dihitung dengan menggunakan rumus (Wahyono, 2000) :

Tampungan mati/tetap:

Va= 1,5 (0,67 . i . h2 . B) ... (2.7)

Tampungan kontrol :

Vb = 1,5 (0,4 . i . h2 . B) ... (2.8)

Dengan :

Va : Tampungan mati /tetap (m3) Vb : Tampungan kontrol (m3) i : Kemiringan dasar sungai h : Tinggi efektif dam (m) B : Lebar efektif dam (m)

(28)

14 BAB III LANDASAN TEORI

A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah

Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengamatan tersebut. Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun pengukuran yang ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat dimasing-masing stasiun dapat tidak sama. Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah tersebut, yang dapat dilakukan dengan tiga metode berikut ini :

a. Metode Rerata Aritmatika (Aljabar)

Cara ini adalah cara yang paling sederhana. Metode rata-rata hitung dengan menjumlahkan curah hujan dari semua tempat pengukuran selama satu periode tertentu dan membaginya dengan banyaknya tempat pengukuran. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003) :

Rrata-rata = ... (3.1)

Dengan :

Rrata-rata : Curah hujan rata-rata (mm)

R1,...,Rn : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm)

(29)

b. Metode Poligon Thiesen

Metode ini memperhitungkan luas daerah yang mewakili dari stasiun-stasiun hujan yang bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor bobot dalam perhitungan curah hujan rata-rata. Daerah pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua stasiun terdekat, dapat dilihat pada gambar 3.1. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003) :

Rrata-rata =

... (3.2)

Dengan :

Rrata-rata :Curah hujan rata-rata (mm)

R1,...,Rn : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) A1,...,An : Luas daerah yang mewakili masing-masing stasiun

n : Banyaknya stasiun hujan

(30)

16

c. Metode Isohyet

Isohyet adalah garis lengkung yang merupakan nilai curah hujan yang sama. Umumnya sebuah garis lengkung menunjukan. Dapat dilihat pada gambar 3.2. Dan digunakan persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono dan Takeda, 2003) :

Rrata-rata =

... (3.3)

Dengan :

Rrata-rata : Curah hujan rata rata (mm)

R1,R2,...,Rn : Curah hujan di garis Isohyet (mm) A1,A2,...,An : Luas bagian yang dibatasi oleh Isohyet

Gambar 3.2 Metode Isohyet (Sosrodarsono dan Takeda, 2003)

B. Erosi

1. Pengertian Erosi

(31)

2.Proses Erosi

Mekanisme terjadinya erosi oleh Schwab (1999) diidentifikasikan menjadi tiga tahap yaitu:

a. Detachment (penghancuran tanah dari agregat tanah menjadi partikel tanah).

b. Transportation (pengangkutan partikel tanah oleh limpasan hujan). c. Sedimentation (sedimentasi/pengendapan tanah tererosi). Tanah-tanah

tererosi akan terendapkan pada cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah bagian bawah. Cekungan-cekungan yang menampung partikel-partikel tanah akibat top soil yang tergerus akan menjadi area pertanian yang subur.

Dua peristiwa utama erosi, yaitu pelepasan dan pengangkutan merupakan penyebab erosi tanah yang penting. Dalam proses erosi, pelepasan butir tanah mendahului peristiwa pengangkutan, tetapi pengangkutan tidak selalu diikuti oleh pelepasan. Agen pelepasan tanah yang penting adalah tetesan butir hujan yang jatuh di permukaan tanah. Tetesan air hujan akan memukul permukaan tanah, mengakibatkan gumpalan tanah menjadi butir-butir yang lebih kecil dan terlepas.

3. Faktor-Faktor Penyebab Erosi

Secara keseluruhan terdapat lima faktor yang menyebabkan erosi dan mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu iklim, tanah, topografi atau bentuk wilayah, vegetasi penutup tanah dan manusia. Erosi potensial dihitung dengan mempertimbangkan besarnya erosi dilihat dari dua faktor yaitu erosivitas hujan dan erodibilitas (Gabriel, 1974). Erosivitas merupakan kekuatan hujan untuk menimbulkan erosi, sedangkan erodibilitas adalah kepekaan tanah untuk ter-erosi.

(32)

18

a. Kemiringan lereng, semakin miring atau curam keadaan lereng akan semakin besar erosinya dan sebaliknya.

b. Keadaan vegetasi atau tumbuhan, semakin banyak tumbuhan atau vegetasi ataupun tanaman suatu tempat, akan semakin kecil erosi yang terjadi.

c. Volume air, sebagai tenaga erosi, semakin besar volume air akan semakin kuat daya atau kekuatan erosinya, dan sebagainya.

4. Prediksi Erosi

Asdak (1995) mengemukakan bahwa untuk prakiraan besarnya erosi dapat memanfaatkan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE). Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa metode yang umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode USLE. Metode USLE mempunyai kelebihan yaitu pengolahan datanya yang sederhana, sehingga mudah dihitung secara manual maupun menggunakan alat bantu program komputer (software). Adapun persamaan ini adalah :

A = R . LS . K. CP ... (3.4)

Dengan :

A : Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun (ton/ha/tahun). R : Faktor Erosivitas hujan.

K : Faktor Erodibilitas Tanah.

LS : Faktor panjang lereng dan kemiringan lereng. CP : Faktor penutup tanah dan pengelolaan tanah

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

(33)

berperan dalam menentukan erosi. Energi kinetik hujan merupakan penyebab utama dalam penghancuran agregat-agregat tanah besarnya tergantung pada diameter butir hujan, sudut datang dan kecepatan jatuhnya. Besarnya potensi atau kemampuan hujan menimbulkan erosi tanah tersebut dapat di ukur dengan menghitung energi kinetik hujan (Hudson, 1971). Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

E = 14,374 R1,075 ... (3.5)

Dengan :

E : Energi kinetik (ton.M/ha.Cm) R : Curah hujan rata-rata bulanan (mm)

Sementara Bowles (1978) dalam asdak (2014) dalam menentukan besarnya erosivitas hujan tahunan rata-rata menggunakan persamaan :

EI = 6,21(RAIN)1,21(DAYS)-0,47(MAXP)0,53 ... (3.6) Dengan :

EI : Erosivitas hujan rata rata tahunan

RAIN : Curah hujan rata rata tahunan (cm)

DAYS : Jumlah hari hujan rata-rata pertahun (hari)

MAXP : Curah hujan maks rata-rata dalam 24 jam perbulan

Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lain adalah dengan menggunakan metode matematis berdasarkan hubungan R dengan besarnya hujan tahunan menggunakan persamaan :

R = 237,4+2,61Y ... (3.7)

(34)

20

R : Erosivitas hujan rata rata tahunan Y : Besarnya curah hujan tahunan (mm)

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah (K) merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun per satuan indeks daya erosi curah hujan. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu+pasir halus), bahan organik, struktur, dan permeabilitas tanah. Makin tinggi nilai K maka tanah makin peka terhadap erosi. Nilai K (erodibilitas tanah) dapat diperoleh dari Tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Faktor Erodibilitas Tanah (k)

(Sumber : Puslitbang Pengairan Bandung, 1985)

`No Jenis Tanah Nilai K

1. Alluvial 0,156

2. Andosol 0,278

3. Andosol coklat kekuningan 0,298

4. Andosol oklat dan regosol coklat kemerahan 0,271

5. Grunosol 0,176

6. Latosol 0,075

7. Latosol coklat 0,175

8. Latsol coklat dan latosol coklat kekuningan 0,091

9. Latosol coklat dan regosol 0,186

10. Latosol coklat kemerahan 0,062

11. Latosol coklat kemerahan dan latosol coklat 0,067

12. Latosol coklat kemerahan dan latosol merah 0,061

13. Latosol coklat kemerahan, latosol merah kekuningan dan litosol

0,046

14. Regosol kelabu 0,271

(35)

Atau dapat diperoleh dari persamaan :

100 K = 1,292 [ 2,1 M1,14 (10-4)(12-x) ] + 3,25 ( y-2 ) + 2,5 (z-3) .... (3.8)

Dengan :

K : Erodibilitas tanah

M : Persentase pasir sangat halus dan debu (%) x : Persentase BO

y : Kode struktur tanah z : Kelas permabilitas tanah

c. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Kemiringan dan panjang lereng dapat ditentukan melalui peta topografi. Baik panjang lereng (L) maupun curamnya lereng (S) mempengaruhi banyaknya tanah yang hilang karena erosi. Faktor LS merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak dengan panjang dan curam lereng tertentu. Nilai LS dapat dihitung dengan rumus :

... (3.9)

Dengan S :

... (3.10)

Dengan :

LS : Faktor kemiringan lereng (m) L : Panjang lereng (m)

(36)

22

Faktor panjang lereng (L) didefinisikan secara matematik sebagai berikut (Schwab et al.,1981) :

L

= (

l

/22,1)

m

... (3.11)

Dengan :

L : Panjang kemiringan lereng (m)

l : Panjang lereng (m)

m : Angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan kemiringan lereng dan dapat juga oleh karakteristik tanah, tipe vegetasi. Angka eksponen tersebut bervariasi dari 0,3 untuk lereng yang panjang dengan kemiringan lereng kurang dari 0,5 % sampai 0,6 untuk lereng lebih pendek dengan kemiringan lereng lebih dari 10 %. Angka eksponen rata-rata yang umumnya dipakai adalah 0,5.

Faktor kemiringan lereng S didefinisikan secara matematis sebagai berikut (Schwab et al.,1981):

S = (0,43+ 0,30s + 0,04s 2 ) / 6,61 ... (3.12) Dengan :

S : Kemiringan lereng aktual (%)

Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan persamaan USLE

komponen panjang dan kemiringan lereng (L dan S) diintegrasikan menjadi faktor LS dan dihitung dengan :

(37)

Dengan :

L : Panjang lereng (m)

S : Kemiringan lereng (%)

Rumus diatas diperoleh dari percobaan dengan menggunakan plot erosi pada lereng 3 - 18 %, sehingga kurang memadai untuk topografi dengan kemiringan lereng yang terjal. Harper (1988) menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan lereng lebih besar dari 20 %, pemakaian persamaan 3.12 akan diperoleh hasil yang overestimate. Untuk lahan berlereng terjal disarankan untuk menggunakan rumus berikut ini (Foster and Wischmeier, 1973).

LS = (l / 22)mC(cosα )1,50 [0,5(sinα )1,25 + (sinα )2,25 ] ... (3.14) Dengan :

m : 0,5 untuk lereng 5 % atau lebih : 0,4 untuk lereng 3,5 – 4,9 % : 0,3 untuk lereng 3,5 %

C : 34,71

Α : Sudut lereng

l : Panjang lereng (m)

d. Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP)

Merupakan faktor kriteria penggunaan lahan dan pengelolaan tanah, dimana C adalah faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa tanaman.

(38)

24

dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah dengan lereng dalam keadaan yang identik. Jika nilai faktor C dan P digabungan maka kriteria penggunaan lahan dan besarnya nilai CP dapat dilihat pada table 3.2.

Tabel 3.2 Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP)

NO Penggunaan Lahan Faktor CP

1 Pemukian 0,60

2 Kebun campuran 0,30

3 Sawah 0,05

4 Tegalan 0,75

5 Perkebunan 0,40

6 Hutan 0,03

7 Padang rumput 0,07

(sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah), 1986)

C. Sedimen

1. Pengertian Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses mengendapnya hasil erosi atau terbawanya material oleh angin atau air, yang dapat menyebabkan pendangkalan sungai yang dapat mengakibatkan banjir. Bencana yang diakibatkan erosi dan sedimentasi sifatnya tidak langsung dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

2. Jenis Sedimen

Jenis sedimen dapat dibedakan menjadi 2, berdasarkan tempat asalnya dan berdasarkan proses terjadinya.

a. Jenis sedimen berdasarkan tempat asalnya, terdiri dari :

(39)

2) Sedimen yang berasal dari daerah aliran sungai (DAS) adalah sedimen yang berasal dari hasil erosi air hujan yang terjadi dalam suatu daerah aliran sungai dan oleh aliran permukaan (surface run off) kemudian terbawa masuk ke sungai dan tercampur dengan material yang berasal dari sungai itu sendiri.

3) Sedimen yang berasal dari alur sungai adalah sedimen yang berasal dari hasil erosi, dapat berupa gerusan tebing maupun gerusan dasar sepanjang alur sungai. Sedimen alur sungai ini berdasarkan gerak angkutnya terbagi menjadi 3 macam yaitu:

a) Bed load (angkutan dasar), yaitu gerakan partikel-partikel yang bergerak pada dasar sungai dengan cara menggelinding (rolling), bergeser (sliding) dan berloncat-loncat (jumping). b) Suspended load (angkutan melayang), yaitu sedimen dimana

partikel-pertikelnya bergerak melayang di atas dasar sungai dalam air terbawa aliran.

c) Wash load, angkutan ini hanya sedikit yang berasal dari dasar, material disuplai dari sumber luar (erosi) dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan kondisi lokal yang ada (hanya dapat diangkut sebagai angkutan melayang, umumnya material halus).

b. Jenis sedimen berdasarkan proses terjadinya, terdiri dari :

1) Sediman hasil erosi adalah semua sedimen yang berasal dari hasil erosi oleh air hujan dan aliran air yang terjadi pada suatu DAS atau alur sungai.

(40)

26

3. Penyebab Sedimen

a. Letusan gunung berapi

Sungai-sungai yang bersumber atau berhulu di gunung berapi merupakan jalur transportasi aliran material hasil letusan gunung berapi yang biasa disebut lava. Material letusan gunung berapi yang besar berupa batu, kerikil dan pasir meluncur di lereng-lereng bagian puncak, kemudian sebagian material tersebut ada yang mengendap di lereng-lereng gunung dan sebagiannya mengalir di permukaan lahan sebagai aliran lahar yang pada akhirnya akan terbawa ke alur sungai-sunga. Timbunan material yang mengendap di bagian lereng gunung tersebut sangat mudah terlepas,dengan adanya hujan deras maka material tadi mudah tererosi dan terbawa air hujan mengalir ke bawah dan juga akan terbawa ke alur sungai. Material-material gunung berapi inilah yang merupakan salah satu sedimen berada di sungai tersebut. b. Erosi akibat aliran air

1) Erosi permukaan

Erosi oleh air pada permukaan tanah ini adalah suatu proses yang dimulai oleh percikan (splash) dan pukulan (impact) oleh jatuhnya air hujan, sehingga mengakibatkan terlepas dan berpindahnya butiran-butiran tanah permukaan (top soil) dari suatu tempat oleh tenaga erosi (air, angin, dsb) atau oleh karena berbagai sebab alam, manusia, atau kombinasi alam dan manusia. Hasil erosi permukaan ini diangkut oleh air dengan gaya beratnya sendiri, yang pada akhirnya terangkut ke sungai dan akan menjadi sedimen yang tercampur dengan material lain di sungai tersebut

2) Erosi alur sungai

(41)

4. Tipe Aliran Sedimen

Tipe aliran sedimen pada alur sungai dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, berdasarkan kemiringan dasar sungai dan tinggi aliran relatif :

a.Aliran debris, terjadi apabila kemiringan dasar sungai lebih besar atau sama dengan kemiringan kritik terjadinya aliran kritik terjadinya aliran

debris (tan θ ≥ tan θd).

tan d= s

( s- )

... (3.15)

b.Aliran sedimen hiperkonsentrasi, terjadi pada kemiringan dasar sungai lebih kecil dari kemiringan dasar kritik terjadinya aliran debris, tetapi lebih besar dari atau sama dengan kemiringan dasar kritik untuk aliran hiperkonsentrasi.

tanθh= s ( s- ) . 0

... (3.16)

c.Aliran sedimen individu, terjadi apabila kemiringan dasar sungai lebih kecil dari kemiringan dasar kritik aliran hiperkonsentrasi atau gaya

geser yang bekerja lebih besar daripada gaya geser kritik (tan θ < tan θh, τ*> τ*c)

Proses sedimentasi meliputi proses erosi, angkutan (transportation),

(42)

28

sebagian akan tertinggal di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen. Bentuk, ukuran dan beratnya partikel tanah tersebut akan menentukan jumlah besarnya angkutan sedimen. Maka angkutan sedimen berkaitan erat dengan proses erosi.

5. Sediment Delivery Ratio (SDR)

Sediment Delivery Ratio merupakan perkiraan rasio tanah yang diangkut akibat erosi lahan saat terjadinya limpasan (Wischmeier dan Smith, 1978). Butir-butir tanah yang tererosi di permukaan lahan (on-farm), setelah mengalir dalam suspensi aliran permukaan (run off) secara gravitasi, akhirnya akan masuk ke alur sungai di ujung bawah lembah yang paling rendah. Akan tetapi disepanjang proses perjalanan itu, akan banyak dijumpai hambatan dan rintangan, karena adanya cekungan retensi (sementara atau permanen) di lembah-lembah pada kaki-kaki bukit dan di tempat-tempat cekungan atau lekukan topografi yang lain, yang menahan sebagian produk erosi tersebut, sehingga tidak seluruh hasil erosi akan terangkut seluruhnya dan langsung mengalir ke lembah yang lebih rendah. Sebagian, sementara atau permanen, akan tinggal atau mengisi cekungan-cekungan retensi tersebut. Perbandingan antara produk erosi yang terjadi di lahan dengan konsentrasi suspensi sedimen di aliran sungai yang mengalir di ujung bawah lembah, disebut

sediment delivery ratio (SDR). Nilai SDR sangat dipengaruhi oleh bentuk muka bumi dan faktor lingkungan. Menurut Boyce (1975), Sediment Delivery Ratio dapat dirumuskan dengan :

SDR = 0,41 Adas-0,3 ... (3.19)

Dengan :

SDR : Sediment Delivery Ratio

(43)

Atau digunakan kemiringan aliran utama untuk memprediksi rasio pengiriman sedimen (Williams dan Bernrd, 1972), dengan persamaan sebagai berikut :

SDR = 0,627 S 0,403 ... (3.20)

Dengan :

SDR : Sediment Delivery Ratio

S : Kemiringan lereng (%)

6. laju Sedimen Potensial

Hubungan antara erosi lahan, angkutan sedimen dan sediment delivery ratio dapat diformulasikan sebagai berikut :

SY = SDR x A ... (3.21)

Dengan :

SY : Angkutan Sedimen (ton/ha/tahun) SDR : Sediment Delivery Ratio

A : Erosi Lahan (ton/ha/tahun)

7. Volume Sedimen Potensial

Mengkonfersikan laju sedimen menjadi volume sedimen dapat menggunakan persamaan, berikut :

Vs=

... (3.22)

Dengan :

Vs : Volume sedimen (m3/tahun ) SY : Angkutan sedimen (ton/ha/tahun)

(44)

30 Lokasi Penelitian

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penilitan tentang evaluasi kapasitas sabo dam dalam usaha mitigasi bencana sedimen Merapi ini dilakukan di Kali Putih, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dengan meninjau sabo dam PU-C Seloiring yang terletak pada koordinat UTM, X : 424382.634 dan Y : 9159566.854 yang ditunjukan pada Gambar 4.1.

(45)

Studi literatur

Pengumpulan Data

 Data Topografi

 Data Curah Hujan

 Data Tata Guna Lahan

 Data Kapasitas Sabo Dam

 Data Jenis Tanah

Analisis data

1. Hidrologi

2. Erosi ( metode USLE) 3. Sedimentasi

4. Kapasitasita Sabo Dam

Kesimpulan dan Saran

Selesai Mulai B. Bagan Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan analisis dengan rumus empiris (metode USLE) dan menggunakan Software ArcGIS 10.1. Terhadap parameter yang digunakan yaitu dari data topografi, data jenis tanah, data curah hujan dan data tataguna lahan yang berlokasi di Sub-DAS Kali Putih. Bagan alir penelitian ditunjukan pada Gambar 4.2 sebagai berikut :

(46)

32

C. Pengumpulan Data

Dalam melakukan analisis laju erosi dan sedimentasi potensial diperlukan beberapa data. Data yang diperoleh berupa data sekunder, yang mana data sekunder merupakan data yang didapat dari berbagai instansi instansi terkait diantaranya sebagai berikut:

1. Data curah hujan

Data curah hujan diperoleh dari Balai Sabo Yogyakarta. Data yang didapat merupakan data curah hujan harian pada stasiun hujan Ngandong dan Stasiun hujan Pucanganom, Lokasi stasiun hujan Ngandong dan Pucanganom dapat dilihat pada Gambar 4.4.

2. Data topografi

Data topografi diperoleh dari PPK Merapi (Penjabat Pembuat Komitmen Merapi), dimana peta topografi tersebut digunakan untuk mengetahui kemiringan lereng. Peta topografi dan kemiringan lahan dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan 4.6.

3. Data tataguna lahan

Data tataguna lahan diperoleh dari PPK Merapi (Penjabat Pembuat Komitmen Merapi). Data yang diperoleh merupakan sebuah peta penutup tanah dan pengolaan tanah pada masing-masing penggunaan lahan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 4.7.

4. Data jenis tanah

Data jenis tanah diperoleh dari BPDAS Progo-Serayu-Opak. Data yang diperoleh merupakan data peta jenis tanah pada DAS progo. Peta jenis tanah dapat dilihat pada Gambar 4.8.

5. Data sabo dam

(47)

FAKTOR

 Data Kapasitas Sabo Dam

 Data Jenis Tanah

untuk menampung dan mengaliran sedimen. Kapasitas sabo dam adalah daya tampung tetap dan kontrol terhadap aliran sedimen. Peta lokasi sabo dam dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan daya tampung sabo dam dapat dilihat pada Tabel 4.1.

D. Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan analisis data, dapat dilihat pada Gambar 4.3 bagan alir analisis erosi dan sedimen, yang mana menjelaskan setelah mendapatkan data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis, lalu dilakukan analisis hidrologi, analisis erosi, analisis sedimen dan analisis sabo dam.

Gambar 4.3 Bagan Alir Analisis Erosi dan Sedimen

(48)

34

Gambar 4.3 Lanjutan

1. Analisis data hidrologi

Analisis hidrologi meliputi menentukan stasiun hujan yang digunakan dan metode dalam menganalisis curah hujan rata-rata bulanan, dalam penelitian ini digunakan metode rerata aritmatika atau aljabar yang dapat dilihat dalam persamaan 3.1. Dimana curah hujan setiap stasiun dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah stasiun, maka akan didapat hasil curah hujan rata rata bulanan.

2. Analisis erosi menggunakan metode USLE

Pada analisis erosi menggunakan metode USLE dilakukan analisis dari berbagai faktor yaitu :

a. Faktor erosivitas (R)

Faktor erosivitas pada penilitian ini menggunakan rumus energi kinetik, dapat dilihat pada persamaan 3.5. Dimana data yang digunakan merupakan hasil analisis hidrologi yaitu curah hujan rata-rata bulanan.

SEDIMENT DELIVERY RATIO

SDR = 0.41 Adas-0,3

VOLUME SEDIMEN SPOT = A x SDR

Analisis kapasitas sabo dam terhadap volume sedimen

(49)

b. Faktor erodibilitas (K)

Dalam menentukan nilai faktor erodibilitas (k) pada penelitian ini digunakan data jenis tanah yang kemudian dicari nilai faktor K pada tabel yang bersumber dari Puslitbang Pengairan Bandung,1985, yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

c. Faktor panjang dan kemiringan lereng (Ls)

Menentukan nilai faktor panjang dan kemiringan lereng ini menggunakan data topografi yang kemudian diolah menggunakan ArcGIS untuk mendapatkan nilai panjang lereng lalu dianalisis secara empiris dengan menggunakan persamaan 3.9.

d. Faktor penggunaan lahan dan pengelolaan tanah (Cp)

Dalam menentukan nilai faktor Cp atau faktor penggunaan lahan dan pengelolaan tanah digunakan data tataguna lahan yang kemudian diolah menggunakan ArcGIS untuk mendapatkan penggunaan lahan serta luas lahan atau (catchment area), lalu dicari nilai faktor Cp dalam Tabel 3.2 yang bersumber dari RLKT (Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah,1986).

Setelah semua faktor dianalisis, semua faktor tersebut dimasukan kedalam persamaan 3.4 atau persamaan metode USLE.

3. Analisis sedimen

(50)

36

4. Analisis kapasitas sabo dam

(51)
(52)

38

(53)
(54)

40

(55)
(56)

42

(57)

Tabel 4.1 Kapasitas Sabo Dam Di Sub-DAS Kali Putih

Nama Bangunan Sabo

Daya Tampung

Tampungan mati

Tampungan

kontrol Total

m3 m3 m3

PU-D5 (Salamsari) 34.188 17.325 51.513

PU-D4 (Salamsari) 196.617 96.786 293.403

PU-D3 (Salamsari) 82.176 41.422 123.598

PU-C14 (Gejugan I) 3.219 1.610 4.829

PU-C13 (Gejugan II) 2.312 1.156 3.468

PU-D2 (Mranggen) 47.873 23.936 71.809

PU-D1 (Mranggen) 25.721 12.796 38.517

PU-C11/12 (Gremeng) 28.796 14.576 43.371

PU-C10 (Ngepos) 7.461 3.762 11.223

PU-C9 (Cabe Lor) 16.484 8.316 24.800

PU-RD1 4.309 46.660 50.969

PU-RD2 3.697 46.387 50.085

PU-RD3 3.015 19.718 22.733

PU-RD4 24.249 12.044 36.293

(58)

44

Tabel 4.1 Lanjutan

PU-RD5 24.621 12.229 36.849

PU-C8A (Srumbung) 1.784 10.373 12.157

PU-RD6 73.440 36.720 110.160

PU-RD7 73.440 36.720 110.160

PU-C8 (Ngaglik) 989 506 1.495

PU- C Seloiring

Total 756.815 494.253 1.097.423

(sumber : Balai Sabo Yogyakarta)

Data dimensi sabo dam PU-C Seloiring adalah sebagai berikut (Sumber : PT.Pembangunan Perumahan) :

Lebar dam : 85,5 m

Tinggi : 14,15 m

Tinggi efektif dam (Tampungan tetap) : 9 m

Kemiringan sungai : 10 %

(59)

45 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hidrologi

Analasis hidrologi untuk mencari nilai curah hujan bulanan rata-rata. Contoh perhitungan yang diambil adalah rata rata curah hujan tahun 2010-2015 bulan januari pada stasiun Ngandong adalah 601,4 mm dan stasiun Pucanganom adalah 195,93 mm, jadi total curah hujan pada bulan januari adalah 797,3mm kemudian dibagi dengan banyaknya stasiun hujan, maka didapat hasilnya sebesar 398,67 mm. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Rata-rata Curah Hujan Bulanan

BULAN Sta.Ngandong Sta.Pucanganom R rata rata

JAN 601,40 195,93 398,66

FEB 400,20 133,80 267,00

MAR 512,00 187,63 349,81

APR 402,94 108,86 255,90

MEI 334,80 82,20 208,50

JUNI 71,580 72,86 72,22

JULI 51,90 33,06 42,48

AGT 39,02 14,20 26,61

SEP 118,30 68,00 93,15

OKT 214,80 101,26 158,03

NOV 516,96 88,20 302,58

DES 670,36 106,46 388,41

Total 2563,39

Rata rata 213,62

(60)

46

B. Analisi Erosi

Pada analisis erosi menggunakan metode USLE yang menggunakan parameter-parameter sebagai berikut :

1. Analisis Faktor Erosivitas

Faktor erosivitas menjadi salah satu faktor penentu nilai erosi dan sedimentasi. Yang dianalisis dengan rumus energi kinetik dengan Persamaan 3.4. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan contoh perhitungan energi kinetik di ambil pada bulan januari sebagai berikut :

E = 14,374 R1,075

= 14,374 x 398,671,075

= 8979.110369 ton.M/ha cm.

Tabel 5.2 Perhitungan Nilai Energi kinetik

BULAN R rata rata (mm) E ( ton.M/ha.Cm)

JAN 398,66 8979,11

FEB 267,00 5835,48

MAR 349,81 7802,00

APR 255,90 5575,18

MEI 208,50 4473,18

JUNI 72,22 1431,05

JULI 42,48 808,93

AGT 26,61 489,21

SEP 93,15 1881,26

OKT 158,03 3320,72

NOV 302,58 6675,53

DES 388,41 8731,17

Total 2563,38 56002,86

Rata rata 213,61 4666,90

(61)

2. Analisis Faktor Erodibilitas

Faktor erodibilitas tanah menggunakan prakiraan besarnya nilai K untuk jenis tanah di daerah tangkapan air (Lembaga Ekologi, 1979) besarnya nilai K berdasarkan jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut :

Tabel 5.3 Faktor Erodibilitas Tanah Sub DAS Kali Putih

No Jenis Tanah K

1 Association Brown Andosol and Red-Brown Latosol 0,271 2 Complex Grey Regosol and Lithosol 0,172

3 Grey-Brown Regosol 0,271

(sumber : BPDAS Serayu-Opak-Progo)

3. Analisi Faktor Ls

Faktor kemiringan lahan (Ls) membutuhkan data topografi. Sebagai contoh diambil perhitungan dengan elevasi 500-600, diambil panjang rata rata (L) antara elevasi tersebut yaitu sebesar 737,5 m sehingga :

S = interval / L

S = 100 / 737,5 = 0,135

Untuk nilai S = 13,5 %, maka nili Ls adalah :

( ) ( )

= 0.0204

(62)

48

Tabel 5.4 Perhitungan Nilai Faktor Ls No Elevasi Panjang

(m) S S (%) LS

1 > 1755 737,5 0,1355 13,55 12,90

2 1755-1700 131 0,4198 41,98 22,26

3 1700-1600 240 0,4166 41,66 31,68

4 1600-1500 235 0,4255 42,55 32,22

5 1500-1400 397 0,2518 25,18 21,18

6 1400-1300 617 0,1620 16,20 14,88

7 1300-1200 619 0,1615 16,15 14,84

8 1200-1100 677 0,1477 14,77 13,82

9 1100-1000 738,5 0,1354 13,54 12,89

10 1000-900 980 0,1020 10,20 10,28

11 900-800 1303,5 0,0767 7,67 8,18

12 700-800 1554 0,0643 6,43 7,10

13 600-700 1880 0,0531 5,31 6,10

14 500-600 2315,5 0,0431 4,31 5,16

15 417.5-500 2305 0,0357 3,57 3,96

(63)

4. Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP)

Faktor CP pada penelitian ini diambil dari data tataguna lahan. Jika Faktor C dan P digabungan maka kriteria penggunaan dan besarnya nilai CP dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan tataguna lahan pada daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.6, sebagai berikut:

Tabel 5.5 Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP)

NO Penggunaan Lahan Faktor CP

1 Pemukian 0,60

(sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah), 1986)

Dan contoh perhitungan nilai CP’, sebagai berikut :

CP’ = =

1

Tabel 5.6 Tataguna Lahan pada Daerah Penelitian Sub-DAS Kali Putih No Elevasi Tataguna lahan Catchment

(64)

50

Tabel 5.6 Lanjutan

(sumber : Balai Sabo Yogyakarta) 8

1200-IRRIGATED PADDY FIELD 121,68 0,05 6,08

0,29

RESIDENTIAL AREA 74,12 0,60 44,47

PLANTATION YARD 49,41 0,40 19,76

15 417.5-500

IRRIGATED PADDY FIELD 205,98 0,05 10,30

0,26

RESIDENTIAL AREA 106,38 0,60 63,83

(65)

Keterangan :

Bushes = Kebun campuran

Bareland = Tegalan

Residential area = Pemukiman

Irrigated paddy field = Sawah

Dry land = Tegalan

Plantation = Perkebunan

Forest = Hutan

Grass = Padang rumput

Setelah parameter-parameter dihitung dan ditentukan, kemudian faktor-faktor tersebut dihitung menggunakan rumus dari metode USLE, dengan contoh perhitungan pada elevasi > 1755, sebagai berikut :

A = E x K x Ls x CP

= 4.666,9 x 0,271 x 12,91 x 0,41 = 6696,07 ton/ha/th

C. Analisis Sedimen

Pada analisis sedimen ini menghitung nilai SDR dan volume sedimen potensial.

1. Sediment deliveri ratio (SDR)

Dihitung dengan menggunakan metode (Williams dan Bernrd, 1972). Dengan contoh perhitungan sebagai berikut :

SDR = 0,41 Adas-0,3

= 0,41 x 1594,257-0,3 = 0,0448

2. Laju sedimen potensial

(66)

52

Spot = A x SDR

= 104.935,97 x 0,0448 = 4711,62 ton/ha/tahun

Jadi, total laju sedimen potensial yang terjadi pada Sub-DAS Kali Putih dengan luas DAS 1.594,26 ha sebesar 7.511.508,08 ton/tahun. Lalu diasumsikan sedimen berupa tanah, pasir dan kerikil dengan berat jenis rata rata 2,66. Maka, volume total sedimen adalah :

Volume sedimen =

=

= 2.823.875,218 m3/tahun

(67)

Tabel 5.7 Rekapitulasi Perhitungan Erosi dan Sedimen

No Elevasi Luas LS K E CP Erosi SDR Sedimen

(ha) ton.M/ha.cm ton/ha/tahun ton/ha/tahun

1 > 1755 10,28 12,91 0,271 4666,9 0,41 6696,07

0,0449 4711,62

2 1755-1700 49,38 22,27 0,271 4666,9 0,64 17994,77

3 1700-1600 10,54 31,69 0,271 4666,9 0,41 16311,32

4 1600-1500 24,98 32,22 0,271 4666,9 0,43 17692,16

5 1500-1400 31,1 21,18 0,271 4666,9 0,36 9587,27

6 1400-1300 41,26 14,89 0,271 4666,9 0,32 5960,02

7 1300-1200 59,7 14,85 0,271 4666,9 0,32 6017,22

8 1200-1100 124,97 13,82 0,271 4666,9 0,26 4630,95

9 1100-1000 99,74 12,89 0,271 4666,9 0,30 4886,47

10 1000-900 87,69 10,28 0,172 4666,9 0,49 4020,27

11 900-800 114,94 8,18 0,172 4666,9 0,39 2565,90

12 700-800 152,94 7,11 0,172 4666,9 0,44 2496,12

13 600-700 186,99 6,11 0,271 4666,9 0,38 2916,87

14 500-600 245,21 5,17 0,271 4666,9 0,29 1875,11

15 417.5-500 354,52 3,96 0,271 4666,9 0,26 1285,44

TOTAL 1594,25 104.935,97 ton/tahun 7.511.508,08

(68)

54

D. Kapasitas Sabo Dam

Kapasitas sabo dam pada Sub-DAS Kali Putih, sebagai berikut :

Tabel 5.8 Kapasitas Bangunan Sabo di Kali Putih

Nama

Bangunan Sabo

Daya Tampung

Tetap/mati Kontrol Total

m3 m3 m3

PU-D5 (Salamsari) 34.188 17.325 51.513

PU-D4 (Salamsari) 196.617 96.786 293.403

PU-D3 (Salamsari) 82.176 41.422 123.598

PU-C14 (Gejugan I) 3.219 1.610 4.829

PU-C13 (Gejugan II) 2.312 1.156 3.468

PU-D2 (Mranggen) 47.873 23.936 71.809

PU-D1 (Mranggen) 25.721 12.796 38.517

PU-C11/12 (Gremeng) 28.796 14.576 43.371

PU-C10 (Ngepos) 7.461 3.762 11.223

PU-C8A (Srumbung) 1.784 10.373 12.157

PU-RD6 73.440 36.720 110.160

PU-RD7 73.440 36.720 110.160

PU-C8 (Ngaglik) 989 506 1.495

Total 654.391 443.041 1.097.432

(69)

Dan kapasitas PU-C Seloiring adalah :

Tampungan tetap / mati : Va = 1,5 (0,67 . i . h2 . B) = 1,5 (0,67 .10. 92 . 85,5) = 69,601 m3

Tampungan kontrol : Va = 1,5 (0,40 . i . h2 . B) = 1,5 (0,4 . 10 . 92 . 85,5) = 41.553 m3

Total volume PU-C Seloiring : Va + Vb = 69,601 + 41.553 = 111.154 m3

Dan volume sedimen yang terlimpas ke sabo dam PU-C Seloiring adalah :

Vol.sedimen limpasan = Vol.sedimen potensial – Daya tampung mati sabo dam = 2.823.875,218 – 654.391

= 2.169.484,22 m3/tahun

Maka ,

=

/tahun

(Sumber : PT.PP)

(70)

56 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data serta hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Laju erosi potensial di Sub-DAS Kali Putih dengan menggunakan perhitungan metode USLE adalah 104.935,97 ton/ha/tahun.

2. Besar volume sedimen potensial di Sub-DAS Kali Putih sebesar 2.823.875,218 m3/tahun

3. Sabo dam PU-C Seloiring mampu menampung 3,2 % sedimen per tahun. B. Saran

1. Perlunya penambahan sabo dam pada hilir PU-C Seloiring untuk mengatasi limpasan sedimen yang tidak mampu ditampung sabo dam PU-C Seloiring.

2. Melakukan rehabilitasi dan pengerukan berkala untuk menjaga kondisi dan daya tampung sabo dam agar tetap dalam kondisi baik dan mampu menampung sedimen.

3. Melakukan penelitian lebih mendalam dalam usaha mitigasi bencana sedimen.

(71)

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Cahyono, Joko. 2000. Pengantar Teknologi Sabo.

Gunawan, Rizal dan Darmono. 2015. Studi Kasus Imbangan Angkutan Sedimen di Kali Putih. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Ikhsan, Jazaul. 2012. A New Approach for Effect Evaluation of Sediment Management. Jurnal, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Ikhsan, Jazaul. Dan Fahmi, Arizal A. 2015. Studi Pengaruh Banjir Lahar Dingin Terhadap Perubahan Karakteristik Material Dasar Sungai. Jurnal, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Junaidi, Aprisal. 2010. Prediksi Erosi dan Sedimentasi Pada Berbagai Penggunaan Lahan di sub DAS Danau Limau Manis pada DAS Kuranji Kota Padang. Jurnal, Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

(72)

Muchlis, Hendra. 2013. Kajian Sedimentasi Rencana Bangunan Penahan Sedimen Sungai Kapur Kecil. Jurnal. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Riau

Rahman, Abdul. 2008. Prediksi Erosi dengan Menggunakan Metode USLE dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Pixel di Daerah Tangkapan Air Danau Buyan. Universitas Udayana, Denpasar.

Setyadi, Hartomo. 2012. Analisis Kemampuan Bangunan Sabo Dalam Mengendalikan Sedimen di Sungai Pabelan. Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

(73)
(74)

TAHUN STA.NGANDONG

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 jumlah rata rata BULAN

JAN 306 0 533,2 510 475,5 441,5 933 647 NR 3007 601,4 FEB 77,5 0 423 550 384,5 549,5 9 508 NR 2001 400,2

MAR 584 0 272,5 684,5 564,5 289 NR 510 NR 2048 512

APR 534,5 0 526,5 447,5 401 275 NR 398 493,2 2014,7 402,94 MEI 143 21,5 170,5 650,5 550,5 80 NR 268 125 1674 334,8 JUNI 165,5 0 0 109,5 16,5 55,5 NR 169 7,4 357,9 71,58

JULI 121,5 0 7,5 120,5 43 1 NR 95 0 259,5 51,9

AGT 0 0 0 169 8,5 0 17 NR 0,6 195,1 39,02

SEP 66 0 16,5 548,5 18 4 21 NR 0 591,5 118,3

OKT 622,5 0 365 458,5 120,5 220 275 NR 0 1074 214,8 NOV 354,5 0 351,5 299,5 746,5 968 592 205,4 290,4 3101,8 516,9667 DES 0 0 406,5 617 537 975 746 644,2 503 4022,2 670,3667

(75)

MAR 171,4 233 144,2 NR NR 193,5 NR 225,2 562,9 187,6333 APR 205 162 52,4 NR NR 47,2 NR 227 326,6 108,8667

MEI 135 56,4 49,2 NR NR 127,4 NR 70 246,6 82,2

JUNI 16 26 117 NR NR 89,8 NR 11,8 218,6 72,86667

JULI 6,8 0 39,2 NR NR 59,8 NR 0,2 99,2 33,06667

AGT 0 0 42,4 NR NR 0,2 NR 0 42,6 14,2

SEP 5,2 0 201,8 NR NR 2,2 NR 0 204 68

OKT 0 237,2 205 NR NR 98,8 NR 0 303,8 101,2667

NOV 384 292,8 87,2 NR NR 55,2 NR 122,2 264,6 88,2

(76)
(77)

x y Initial Static Dynamic Static Dynamic Static Dynamic Dead Storage

Control Volume Total

% % % % % % % m3 m3 m3

1 PU-D5 (Salamsari) 7 33 55,9876 110 23 15,2539 432440 9163683 8,065 4,032 5,377 148,000 223,000 0,000 0,000 34.188 17.325 51.513

2 PU-D4 (Salamsari) 7 34 2,8116 110 23 5,1934 432132 9163473 8,065 4,032 5,377 285,000 427,000 0,000 0,727 196.617 96.786 293.403

3 PU-D3 (Salamsari) 7 34 12,2655 110 22 49,7119 431658 9163182 6,888 3,444 4,592 246,000 370,000 0,000 0,000 82.176 41.422 123.598

4 PU-C14 (Gejugan I) 7 34 20,7181 110 22 40,1057 431364 9162922 6,888 3,444 4,592 58,000 87,000 0,000 0,000 3.219 1.610 4.829

5 PU-C13 (Gejugan II) 7 34 21,7366 110 22 23,6571 430860 9162890 5,882 2,941 3,921 68,000 102,000 0,000 0,000 2.312 1.156 3.468

6 PU-D2 (Mranggen) 7 34 40,8291 110 22 8,5528 430398 9162303 5,882 2,941 3,921 234,000 351,000 0,000 0,000 47.873 23.936 71.809

7 PU-D1 (Mranggen) 7 34 51,5767 110 21 47,5211 429754 9161972 5,525 2,763 3,683 199,000 298,000 0,000 0,000 25.721 12.796 38.517

8 PU-C11/12 (Gremeng) 7 34 59,0102 110 21 31,5848 429266 9161743 5,525 2,763 3,683 162,000 244,000 0,000 0,000 28.796 14.576 43.371

9 PU-C10 (Ngepos) 7 35 3,6456 110 21 17,3822 428831 9161600 5,525 2,763 3,683 119,000 179,000 0,000 0,000 7.461 3.762 11.223

10 PU-C9 (Cabe Lor) 7 35 9,3862 110 21 1,9378 428358 9161423 5,388 2,694 3,592 111,000 167,000 0,000 0,000 16.484 8.316 24.800

11 PU-RD1 7 35 12,6578 110 20 50,4457 428006 9161322 3,970 1,985 2,647 60,000 453,000 0,000 1,104 4.309 46.660 50.969

12 PU-RD2 7 35 15,6749 110 20 42,9679 427777 9161229 3,970 1,985 2,647 60,000 453,000 0,000 2,603 3.697 46.387 50.085

13 PU-RD3 7 35 22,17 110 20 31,4056 427423 9161029 3,970 1,985 2,647 50,000 377,000 0,000 0,000 3.015 19.718 22.733

14 PU-RD4 7 35 26,5862 110 20 23,3382 427176 9160893 3,970 1,985 2,647 151,000 226,000 0,000 0,000 24.249 12.044 36.293

15 PU-RD5 7 35 32,4044 110 20 16,4435 426965 9160714 3,970 1,985 2,647 151,000 226,000 0,000 0,000 24.621 12.229 36.849

16 PU-C8A (Srumbung) 7 35 40,6603 110 19 45,428 426015 9160459 4,600 2,300 3,067 43,000 293,000 0,000 0,000 1.784 10.373 12.157

17 PU-RD6 7 35 50,0154 110 19 30,6626 425563 9160171 3,470 1,735 2,313 288,000 432,000 0,000 0,000 73.440 36.720 110.160

18 PU-RD7 7 35 59,0475 110 19 17,6272 425164 9159893 3,470 1,735 2,313 288,000 432,000 0,000 0,000 73.440 36.720 110.160

19 PU-C8 (Ngaglik) 7 36 7,8767 110 18 59,9578 424623 9159621 4,600 2,300 3,067 43,000 65,000 0,000 0,000 989 506 1.495

20 PU-C2 (Gempol) 7 36 14,8446 110 17 58,4296 422738 9159404 2,100 1,050 1,400 523,000 785,000 0,452 2,137 21.142 5.984 27.126

21 PU-C0 (Sukowati) 7 36 34,2688 110 16 49,309 420621 9158804 1,800 0,900 1,200 222,000 1.249,000 0,000 0,000 8.325 38.513 46.838

22 PU-GS (Gebayan) 7 37 30,45 110 15 58,074 419054 9157076 2,730 1,365 1,820 73,000 109,000 0,000 0,000 511 252 763

23 PU- C1 (Nabin) 1.495

Coordinate Coordinate Riverbed Gradient Sediment Length Depth of Design Daya Tampung

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)

Gambar 3 Foto Tampak Depan (Hulu)

(85)

1

Jazaul Ikhsan2 Burhan Barid3

ABSTRAK

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bencana sedimen merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di daerah gunung berapi. Sedimentasi dari letusan gunung berapi merupakan hal serius yang perlu diperhatikan, karena hal ini dapat menimbulkan daya rusak yang cukup tinggi. Sabo dam merupakan bangunan pengendali sedimen yang dibangun untuk mengendalikan dan mengurangi dampak kerusakan akibat lahar dingin. Sabo dam juga berfungsi untuk menampung sedimen dalam kapasitas tertentu. PU-C Seloiring merupakan sabo dam yang dibangun pada tahun 2015 di Kali Putih, Merapi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui laju erosi potensial dengan menggunakan metode USLE, mengetahui besar volume sedimen dan kemampuan bangunan sabo dam PU-C Seloiring dalam menampung sedimen.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Analisis data menggunakan rumus-rumus empiris dengan metode USLE dan program ArcGIS. Hasil analisis data menggunakan program ArcGIS merupakan peta-peta dan nilai faktor-faktor yang dibutuhkan dalam menganalisis volume sedimen.

Hasil penilitian ini menunjukan bahwa (1) 1. Laju erosi potensial di Sub-DAS Kali Putih dengan menggunakan perhitungan metode USLE adalah 104.935,97 ton/ha/tahun,(2) Besar volume sedimen potensial di Sub-DAS Kali Putih sebesar 2.823.875,218 m3/tahun (3) Sabo dam PU-C Seloiring mampu menampung 3,2 % sedimen per tahun.

Kata Kunci : Erosi, Sedimen, USLE, Kali Putih, Sabo dam

1

2012010289 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Dosen Pembimbing 1

3

Gambar

Gambar 3.2 Metode Isohyet (Sosrodarsono dan Takeda, 2003)
Tabel 3.1 Faktor Erodibilitas Tanah (k)
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian
Gambar 4.2 Bagan Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh kerana keputusan ujian korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan, maka dengan ini dapat dirumuskan bahawa terdapat hubungan yang signifikan antara kesan gangguan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Gaya hidup, Nilai Alamiah Manusia, Harga dan Kelompok Acuan signifikan mempengaruhi keputusan pembelian,

Subyek penelitian disini dilakukan dengan pemilihan informan mengunakan pemilihan secara snowball (bola salju), subjek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang berasal

Saran secara praktis yang dapat diberikan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh agar manajemen Zara Galaxy Mall di Surabaya dapat meningkatkan

Hal ini kontradiktif dengan beberapa orangtua muslim yang lebih cenderung menyekolahkan anaknya di sekolah non muslim, padahal di sekolah tersebut, anak tidak akan

Dalam rangka mendialogkan atau mengadakan pendekatan teks, baik yang menjadi media (dalam hal ini Serat Kalatidha) maupun teks alkitab yang akan ditafsir (kitab

Komposisi serat rami 30% dengan bahan pengisi 15% menghasilkan lembaran dengan sifat kekuatan yang tinggi, sedangkan komposisi serat rami lebih besar dari 20% nilai daya serap

Ciri khas ini tidak didapatkan dalam versi Office 97 versi umum (Inggris). Berbeda dengan pendahulunya, Office 2000, Office XP dan Office 2003 telah mengintegrasikan dukungan