ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE
(Empirical Study on All Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2014-2015)
Oleh
NURITA MIATU ZULFI 20130420432
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE
(Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015)
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE
(Empirical Study on All Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2014-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
NURITA MIATU ZULFI 20130420432
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Nurita Miatu Zulfi
Nomor Mahasiswa : 20130420432
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE (Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Yogyakarta, 4 Mei 2017
MOTTO
”Waman jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi innallaha laghanii-yun
'anil 'aalamiin.”
”Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.”
-QS Al-Ankabut 29 : 6-
“Sebaik-baik hidup manusia adalah yang bermanfaat bagi orang
lain”
-HR. Bukhari dan
Muslim-“We make a living by what we get, but we make a life by what we give”
-Winston Churchill-
“Fighter who lost it usually is a fighter who already think not deserve to win”
-Napoleon Bonaparte-
“The lion looks the most handsome when looking for prey”
-Jalaluddin Rumi-
“A person who never make a mistake never tried anything new”
-Albert Einstein-
“Do the best and pray. God will take care of the rest”
-Me-
“Belajar dari masa lalu, hidup untuk sekarang, berjuang untuk
masa depan”
PERSEMBAHAAN Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi
nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia
yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan
ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita
besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa
dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah
karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya
selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta
pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan
yang ada didepanku.,,Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai hadiah
keseriusanku dalam membalas semua pengorbananmu.. demi hidupku kalian ikhlas
mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh
nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda
menyusahkanmu..
Ya Allah ya Rahman ya Rahim... Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga
terbenam.. seraya tangaku menadah selalu kuucapkan syukur karena telah kau
tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,,
mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal
syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa
api nerakamu..
Untukmu Ayah (Masruri)...Ibu (Nur Hidayah)...Terima Kasih...
We always loving you (ttd. Anakmu)
Teruntuk kedua brothers ku Firza dan Ikmal,, kalian adalah obat pelipur lara hatiku
yang selalu menghiburku dalam keadaan terjatuh..
Love you my bro..
Terimakasih tak lupa aku sampaikan kepada Dosen Pembimbingku Ibu Barbara
Gunawan yang dengan sabar membimbingku hingga skripsi ini selesai disusun,, tiada
Spesial buat kalian Girl’s Generation (Mella, Qya, Fida, Lely, Desi),, selama 4 tahun ini kita saling menjaga dan saling berbagi,, walau banyak ujian persahabatan kita hadapi
tapi kita berenam tetap bertahan demi menjaga satu kata penuh makna “Persahabatan”,, terima kasih karena kalian selalu menjadi kekuatanku, senyumku, keluargaku, sahabatku..
Love you gengs..:*
Banyak terima kasih buat anak-anak geng seperjuanganku sekaligus ciwi-ciwi
kontrakan aku yang kece.. (Desi & Herlina),, terima kasih telah mendengar segala keluh
kesahku dalam menyelesaikan skripsi ini,, susah senang kita lewati bareng-bareng..
kalian penopang dalam keputusasaanku.. kalian memberiku motivasi untuk berjuang
demi memperoleh gelar S.E. ini
Wish you all the best guys..
Buat Keluarga Macam Apa.. (Herlince, Qeyong, Nendong, Nenong, Endrance, Kawan
Ahlun, Bebeb Yogai, Dariyan Ugal) berkat kalian aku menghabiskan sisa waktuku di
kota teristimewa (Yogyakarta) dengan sejuta kebahagiaan yang tak terlupakan..
terima kasih atas support kalian..
Thanks to teman semisi dan seperjuanganku KKN 40..
Untuk kalian keluarga pertamaku di kampus,, Accounting K..
Untuk Accounting 2013 dan Almamaterku..
Untuk kota bernaungku selama 4 tahun.. kota yang istimewa Yogyakarta..
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk
sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus
sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk
menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang” Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan..
Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,
kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.
Skripsi ini kupersembahkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
INTISARI ... x
BAB III. METODE PENELITIAN ... 28
B. Jenis Data ... 28
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
E. Definisi Operasional Variabel ... 29
F. Uji Kualitas Data ... 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 37
B. Uji Statistik Deskriptif ... 38
C. Uji Asumsi Klasik ... 41
D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 44
E. Pembahasan (Intrepretasi) ... 47
BAB V. SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ... 63
A. Simpulan ... 63
B. Saran ... 64
C. Keterbatasan ... 64
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1 RINGKASAN HASIL PENGAMBILAN SAMPEL ... 37
TABEL 4.2 HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF ... 38
TABEL 4.3 HASIL UJI NORMALITAS ... 41
TABEL 4.4 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS ... 42
TABEL 4.5 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS ... 43
TABEL 4.6 HASIL UJI AUTOKORELASI ... 43
TABEL 4.7 HASIL UJI DETERMINASI ADJUSTED ... 44
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Perusahaan Sampel Penelitian
Lampiran 2. Daftar Item Intellectual Capital Disclosure
Lampiran 3. Ceklis item Intellectual Capital Disclosure
Lampiran 4. Kepemilikan Manajerial
Lampiran 5. Kepemilikan Institusional
Lampiran 6. Kepemilikan Asing
Lampiran 7. Tingkat Modal Intelektual
Lampiran 8. Ukuran Perusahaan
Lampiran 9. Profitabilitas
Lampiran 10. Leverage
Lampiran 11. Statistik Deskriptif
Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 13. Hasil Uji Multikolinieritas
Lampiran 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 15. Hasil Uji Autokorelasi
Lampiran 16. Hasil Uji Determinasi Adjusted
x
ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap intellectual capital disclosure. Penelitian ini menggunakan variabel independen antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual dan ukuran perusahaan serta variable kontrol profitabilitas dan leverage. Sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu intellectual capital disclosure.
Sampel yang dipakai dalam penelitian adalah 92 data dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014 sampai 2015. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 23.0.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap intellectual capital disclosure dengan tingkat signifikansi 0,000. Kepemilikan manjerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, profitabilitas, dan leverage tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.
xi
used independent variable such as management ownership, institutional ownership, foreign ownership, level of intellectual capital, and size of firm also control variables such as profitability and leverage. The dependent variables is Intellectual Capital Disclosure (ICD).
The sample used in this research are 92 observations of all companies listed on Indonesian Stock Exchange during the period 2014 to 2015. The technique of sampling with a purposive sampling method. Methods of analysis used is multiple regression using SPSS 23.0 program.
The results of this research show that the positive effect of size of firm on ICD
with a level of significance of 0.000. Management ownership, institutional ownership, foreign ownership, level of intellectual capital, profitability, and leverage has no effect significantly with ICD.
1 A. Latar Belakang Penelitian
Masuknya era globalisasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara yang
ditandai dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), telah
mendorong timbulnya persaingan bisnis yang cukup ketat antar perusahaan.
Indonesia sebagai salah negara di kawasan Asia Tenggara tentu harus memiliki
denyut bisnis yang kuat agar dapat bertahan ditengah persaingan tersebut. Untuk
dapat bertahan dan bersaing, setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki
diri dan berinovasi khususnya di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.
Marisanti dan Kiswara (2012) menyatakan bahwa untuk dapat bertahan,
perusahaan harus mengubah strategi bisnisnya dari bisnis yang didasarkan pada
tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan
(knowledge based business). Ketika perusahaan menerapkan ekonomi berbasis
pengetahuan, yaitu dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berarti
perusahaan sedang melakukan upaya untuk meningkatkan kompetensi yang
dimilikinya yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Perusahaan yang diimbangi dengan tenaga kerja yang terdidik dan
ditengah persaingan MEA. Selain itu, dengan diterapkannya knowledge based
business perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara
efisien dan efektif sehingga kelak dapat menciptakan keunggulan kompetitif.
Dilihat dari sudut pandang Islam, menuntut ilmu merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh setiap muslim. Allah SWT melalui Surat Al-Mujadaalah
ayat 11 menjelaskan tentang keutamaan dari orang yang berilmu. Berikut bunyi
dari Q.S. Al-Mujaadalah 58:11
Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang -lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadalah 58:11)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan meninggikan beberapa
derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan di surga kelak. Ilmu pengetahuan
yang berlandaskan pada iman kepada Allah SWT akan mampu membawa
Intellectual capital (IC) merupakan salah satu bentuk intangible asset
berupa pengetahuan, teknologi, dan jaringan informasi yang dimiliki oleh suatu
organisasi (Aisyah dan Sudarno, 2014). Pengungkapan IC penting bagi investor
karena dalam pengungkapan tersebut dijelaskan berbagai macam aktivitas
perusahaan, terutama bagi perusahaan dilingkungan ekonomi yang intens
berkompeti sisecara global (Arifah, 2012). Intellectual capital yang dimiliki
perusahaan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi oleh investor.
Oleh karenanya, perusahaan harus melakukan pengungkapan terhadap ICnya agar
pihak yang berkepentingan dapat memeroleh informasi yang cukup mengenai
sumber daya perusahaan.
Intellectual capital juga dibuat guna menciptakan nilai bagi perusahaan.
Selain itu, pengungkapan terhadap IC perusahaan juga membantu dalam
mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pengguna.
Pengungkapan yang dilakukan perusahaan terhadap ICnya dapat meningkatkan
kepercayaan investor sehingga memengaruhi pengambilan keputusan
investasinya.
Arifah (2012) menyebutkan bahwa pengungkapan terhadap IC perusahaan
penting bagi investor karena melalui pengungkapan tersebut investor dapat
mengetahui berbagai aktivitas perusahaan, terutama pada perusahaan yang berada
di lingkungan ekonomi yang intens berkompetisi secara global. Investor akan
lebih mudah dalam memberi penilaian pada perusahaan mengenai tingkat
Di Indonesia, pengungkapan terhadap IC masih dilakukan secara sukarela
(voluntary disclosure). Oleh karena itu pengungkapan item-item IC masih cukup
terbatas. Intellectual capital mulai mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang
berkepentingan setelah pemerintah mengeluarkan peraturan IAS 38 atau PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi keuangan) pasal 19. PSAK pasal 19 tersebut telah
mengalami beberapa kali perubahan.
Saat ini di Indonesia telah diterapkan PSAK pasal 19 (revisi 2009) tentang
aset tak berwujud. Dalam PSAK pasal 19 tersebut, dijelaskan tentang perlakuan
dan pengungkapan terhadap aset tak berwujud. Akan tetapi didalam PSAK
tersebut belum dijelaskan item-item apa saja yang wajib diungkapkan sehingga
pengungkapan masih bersifat voluntary.
Berdasarkan peneltian yang dilakukan Utama dan Khafid (2015), rata-rata
pengungkapan IC di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 36,38% dari total 64
item intellectual capital. Hal ini disebabkan belum adanya peraturan yang
mengatur item-item intangible asset apa saja yang harus dilaporkan dalam
laporan keuangan.
Pengungkapan terhadap IC perusahaan perlu dilakukan guna menghindari
penilaian buruk investor terhadap perusahaan. Pengungkapan ini mengindikasikan
bahwa perusahaan saat ini telah berinvestasi pada modal intelektual (Intellectual
Capital) yang diharapkan dapat mendatangkan manfaat ekonomi dimasa
mendatang baik bagi pihak perusahaan maupun pihak eksternal. Cahya (2013)
meningkatkan akuntabilitas perusahaan dan kesadaran perusahaan akan
transparansi dan pengungkapan. Akuntabilitas perusahaan dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan tanggung jawab terhadap stakeholders.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure. Mengacu pada beberapa penelitian
sebelumnya peneliti mengambil variabel independen kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, dan
ukuran perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diambil dari seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 sampai 2015.
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak manajer (Utama dan Khafid, 2015). Manajer akan
cenderung terlibat dalam aktivitas penciptaan nilai yang dapat meningkatkan
keunggulan kompetitif jangka panjang bagi perusahaan karena mereka merasa
memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan tersebut. Aisyah dan Sudarno
(2014) serta Mahardika et al. (2014) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari kepemilikan manajerial terhadap intellectual capital
disclosure. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Khafid (2015)
serta Bathia dan Agarwal (2015) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure.
Kepemilikan Institusional merupakan proporsi kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi (Utama dan Khafid, 2015). Menurut Sudarno dan
oleh pihak luar terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh
sebab itu perusahaan dengan kepemilikan institusional tinggi akan terdorong
untuk melaporkan kegiatan bisnisnya secara lebih luas dan transparan. Aisyah dan
Sudarno (2014) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure. Akan tetapi hasil penelitian tersebut tidak
sejalan dengan hasil penelitian Utama dan Khafid (2015) yang menyatakan bahwa
intellectual capital disclosure berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital
disclosure.
Kepemilikan asing menunjukkan proporsi kepemilikan saham perusahaan
oleh pihak asing (Utama dan Khafid, 2015). Menurut Aisyah dan Sudarno (2014)
kepemilikan asing menuntut standar corporate yang tinggi sehingga dapat
menjadi monitor yang efektif bagi manajer dalam pasar yang sedang tumbuh.
Investor asing biasanya lebih menunjukkan dukungannya terhadap aktivitas yang
mendukung penciptaan nilai bagi perusahaan. Aisyah dan Sudarno (2014)
menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan positif terhadap
intellectual capital disclosure. Namun hasil penelitian tersebut berlawanan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahardika et al. (2014) serta Utama
dan Khafid (2015).
Tingkat modal intelektual menggambarkan jumlah modal intelektual yang
dimiliki oleh perusahaan (Utama dan Khafid, 2015). Perusahaan dengan kinerja
yang baik selalu mengirimkan sinyal positif ke pasar (Ferreira et al., 2012).
perusahaan dimata stakeholder. Penelitian Ferreira et al. (2012) menunjukkan
bahwa variabel tingkat modal intelektual tidak berpengaruh terhadap intellectual
capital disclosure. Namun hasil tersebut tidak didukung oleh Utama dan Khafid
(2015).
Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan
(Haryanto dan Kurniawan, 2014). Perusahaan yang besar memiliki tanggung
jawab yang lebih besar pula dalam menyampaikan atau melaporkan laporan
keuangannya kepada stakeholders sebagai bentuk keterbukaan informasi dan
pertanggung jawaban manajemen dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan besar akan mengungkapkan informasinya
secara lebih luas. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ferreira et al.
(2012), Kateb (2014), serta Astuti dan Wirama (2016) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.
Selain kelima variabel independen tersebut, terdapat pula dua variabel
kontrol dalam penelitian ini yang disinyalir turut berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure yaitu profitabilitas dan leverage. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas
diukur dengan Return on Asset (ROA). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan
bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola atau memanfaatkan aset yang
dimilikinya baik begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Utama dan Khafid (2015) menunjukkan bahwa variable profitabilitas berpengaruh
ditunjukkan oleh penelitian Taliyang et al. (2011) serta Stephani dan Yuyetta
(2011) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure.
Leverage merupakan pengukur besarnya aset yang dibiayai oleh hutang.
Rasio leverage merupakan proporsi total utang terhadap total aset perusahaan.
Rasio ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan perusahaan
(Stephani dan Yuyetta, 2011). Utama dan Khafid (2015) menyatakan bahwa
leverage berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Akan
tetapi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Taliyang et al. (2011) menyatakan
bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.
Berdasarkan ulasan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul
“Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Intellectual Capital Disclosure”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Utama dan Khafid (2015) yang
meneliti pengaruh variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, tingkat modal intelektual,
profitabilitas dan leverage terhadap luas pengungkapan modal intelektual.
Kontribusi yang diberikan dalam peneltian ini yaitu dengan menambah variabel
serta mengganti sampel dan periode penelitihan. Variabel yang ditambahkan
B. Batasan Masalah
Beberapa penelitian terkait intellectual capital disclosure (ICD) telah
dilakukan. Akan tetapi masih terdapat hasil yang tidak konsisten. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan kembali untuk memperoleh hasil yang konsisten. Namun
variabel dalam penelitian hanya dibatasi oleh beberapa variabel independen yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat
modal intelektual, dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan
leverage. Selain itu sampel dalam penelitian ini juga terbatas pada periode
penelitian yang hanya meneliti selama dua periode yaitu 2014 sampai 2015.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat ditarik beberapa
permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Intellectual Capital
Disclosure?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Intellectual Capital
Disclosure?
3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap Intellectual Capital
Disclosure?
4. Apakah tingkat modal intelektual berpengaruh terhadap Intellectual Capital
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Intellectual Capital
Disclosure?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memeroleh bukti empiris
tentang:
1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap Intellectual Capital Disclosure.
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap Intellectual Capital Disclosure.
3. Pengaruh kepemilikan asing terhadap Intellectual Capital Disclosure.
4. Pengaruh tingkat modal intelektual terhadap Intellectual Capital Disclosure.
5. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Intellectual Capital Disclosure.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai
intellectual capital disclosure (ICD) serta memberikan kontribusi dalam
2. Manfaat Praktis
Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi, terutama
memberikan pengetahuan kepada manajer bahwa variabel Independen
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat
modal intelektual dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas
dan leverage berpengaruh terhadap ICD sehingga dapat dijadikan sebagai
dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
modal intelektual. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat
12 A. Landasan Teori
1. Teori Agency
Dalam suatu kontrak kerja, terdapat suatu pemisah atau konflik yang
melibatkan pihak pemilik modal (principal) dengan pihak menajer (agent)
selaku pelaksana fungsi pengelolaan. Konflik keagenan terjadi ketika
pemegang saham tidak mampu memastikan apakah manajer bertindak untuk
kepentingan mereka (Andika, 2014). Menurut Utama dan Khafid (2015)
konflik keagenan terjadi karena adanya asimetri informasi dimana pihak agent
lebih paham dengan kondisi internal perusahaan yang dikelolanya
dibandingkan dengan pihak principal yang memiliki keterbatasan informasi.
Sebagai konsekuensi dari konflik yang melibatkan kedua pihak ini,
maka akan timbul biaya agensi. Untuk mengurangi biaya tersebut maka
perusahaan melakukan pengungkapan terhadap IC yang dimilikinya karena
ketika perusahaan melakukan pengungkapan maka pihak principal akan
memperoleh informasi mengenai kondisi internal perusahaan sehingga tidak
terjadi konflik yang disebabkan karena perbedaan fungsi pengelolaan
(manajer) dengan fungsi kepemilikan dan kontrol perusahaan (principal). Hal
(2011) yang menyatakan bahwa agen (manajer) akan termotivasi untuk
menyediakan pengungkapan yang lebih banyak untuk mengurangi biaya
agency.
2. Teori Legitimasi
Teori legitimasi merupakan suatu gagasan tentang kontrak sosial
antara perusahaan dengan masyarakat. Teori Legitimasi menyatakan bahwa
organisasi harus secara terus menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa
mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma
masyarakat (Rustiarini, 2010). Menurut Rosiana et al. (2013) perusahaan
harus melaksanakan dan mengungkapkan aktivitas CSR semaksimal mungkin
agar aktivitas perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Caranya adalah
dengan mengadakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan kepada
masyarakat di sekitar kegiatan operasional perusahaan.
Ketika perusahaan mengabaikan tanggung jawab sosialnya terhadap
masyarakat maka perusahaan telah dianggap gagal dalam memenuhi harapan
masyarakat yang akan berdampak pada hilangnya legitimasi serta dukungan
masyarakat terhadap perusahaan. Pengungkapan informasi perusahaan
termasuk ppengungkapan IC melalui annual report merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengomunikasikan
masyarakat diharapkan dapat memberikan kepercayaan atau legitimasi kepada
perusahaan.
Menurut Suhardjanto dan Wardhani (2010) perusahaan tidak dapat
melegitimasi status mereka hanya lewat “hard” asset yang diakui sebagai simbol kesuksesan tradisional perusahaan sehingga perusahaan sehingga
mereka melaporkan intangible asset mereka.
3. Teori Stakeholder
Teori stakeholder menekankan bahwa organisasi akan lebih memilih
untuk secara sukarela (voluntary) mengungkapkan informasi tentang kinerja
lingkungan, sosial dan intelektualnya, melebihi kewajibanya, untuk memenuhi
ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder (Rafinda et al.,
2011).
Stakeholder sebagai pemegang kendali memberikian wewenang
kepada manajer untuk mengelola serta melaporkan sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif sehingga dapat
menciptakan nilai bagi perusahaan. Ketika nilai yang dimiliki oleh perusahaan
tinggi maka reputasi perusahaan tersebut akan naik sehingga akan
menigkatkan kepercayaan stakeholder selaku pemberi wewenang manajer.
Selain hal tersebut, stakeholder juga memiliki hak atas informasi potensi serta
Andika (2014) menyatakan bahwa teori stakeholder lebih
mempertimbangkan posisi dari para stakeholder perusahaan yang terdiri dari
pemegang saham, kreditur, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat,
analis dan pihak lainyang dianggap powerfull.
4. Intellectual Capital
Intellectual capital merupakan sumber daya intelektual dan
pengetahuan dalam sebuah organisasi. Intellectual capital meliputi sumber
daya yang dimiliki perusahaan pada saat itu maupun cara untuk mengelola
dan interaksi sumber daya tersebut dengan sumber daya lain baik secara
intelektual dan secara fisik guna mencapai tujuan organisasi (Ricceri dalam
Sirait dan Siregar, 2012).
Beberapa penelitian terkait IC telah menyebabkan timbulnya berbagai
definisi yang menjelaskan tentang IC. Aisyah dan Sudarno (2014)
mendefinisikan IC sebagai salah satu bentuk intangible asset berupa
pengetahuan, teknologi, serta jaringan informasi dari suatu organisasi.
Adapun Hunter et al. dalam Chahal dan Bakhsi (2016)
mendefinisikan IC sebagai berikut:
“Intellectual capital is conceptualized as intangible resources that generate value for an organization.”
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa IC merupakan salah satu bentuk intangible asset atau aset tak
Intellectual capital terdiri atas beberapa komponen dimana
komponen-komponen tersebut akan dijadikan dasar oleh perusahaan dalam menentukan
strateginya. Dengan memahami komponen-komponen tersebut, perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan nilai serta daya saingnya apabila
dibandingkan dengan perusahaan lain (Setianto, 2014).
Terdapat beberapa versi terkait komponen-komponen dalam IC.
Bruggen et al. dalam Setianto (2014) mengklasifikasikan IC kedalam tiga
kategori, meliputi:
a. Human Capital
Modal manusia berkaitan dengan tacit knowledge yang melekat di
dalam pikiran (mind) para karyawan perusahaan.
b. Structural Capital
Modal struktural berkaitan dengan rutinitas organisasional
perusahaan dalam bisnis.
c. Relational Capital
Modal relasional berkaitan dengan knowledge yang melekat dalam
hubungan yang mapan dengan lingkungan eksternal.
5. Intellectual Capital Disclosure
Pengungkapan IC dilakukan guna menambah nilai serta reputasi
perusahaan dimata stakeholder. Hal ini dapat terjadi karena pengungkapan
sehingga perusahaan dinilai akan menghasilkan laba yang cukup besar dimasa
mendatang.
Selain itu, pengungkapan terhadap IC juga dapat membantu dalam
mengurang asimetri informasi antara perusahaan dengan pengguna. Menurut
Utama dan Khafid (2015), berkurangnya asimetri informasi dapat
meningkatkan kepercayaan investor serta loyalitas karyawan. Melalui
pengungkapan IC, perusahaan dapat terhidar dari rumor maupun gosip yang
tidak menguntungkan bagi perusahaan (Setianto, 2014).
6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Intellectual Capital Disclosure
Penelitian ini menguji pengaruh variabel independen kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal
intelektual, dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan
leverage terhadap intellectual capital disclosure pada seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015.
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial menunjukkan proporsi kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak manajer (Utama dan Khafid, 2015). Manajer akan
cenderung terlibat dalam aktivitas penciptaan nilai yang dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif jangka panjang bagi perusahaan
karena mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan
manajemen terkait dengan kelangsungan perusahaan dan sebagai
pemegang saham disajikan dalam bentuk pengungkapan pada laporan
keuangan.
Menurut Utama dan Khafid (2015) kepemilikan manajerial yang
tinggi dapat mengurangi konflik antara principal dan agen karena dengan
demikian manajer akan berusaha untuk mengurangi tindakan
oportunistiknya guna mencapai kepentingan yang sama dengan pemegang
saham.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional menunjukkan proporsi kepemilikan
saham perusahaan oleh institusi (Utama dan Khafid, 2015). Sementara
Fatmawati (2016) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai
kepemilikan saham oleh institusi yang meliputi perusahaan investasi,
bank, perusahaan asuransi maupun lembaga dan perusahaan lain.
Fatmawati (2016) juga berpendapat bahwa kepemilikan institusional dapat
meningkatkan pengawasan oleh pihak luar terhadap aktivitas bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan.
Sudarno dan Nurrahman (2013) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional yang besar dapat meningkatkan kontrol investor terhadap
perusahaan. Oleh karena itu kepemilikan saham institusional dapat
c. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing menunjukkan proporsi kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak asing (Utama dan Khafid, 2015). Dalam
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pasal 1 angka 6 dinyatakan bahwa
kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha
asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di
wilayah Republik Indonesia.
Aisyah dan Sudarno (2014) menyatakan bahwa investor asing
membawa teknik manajemen baru, mekanisme corporate governance
serta teknologi informasi yang tinggi. Aisyah dan Sudarno (2014) juga
mengungkapkan bahwa kepemilikan asing menuntut standar corporate
yang tinggi sehingga dapat menjadi monitor yang efektif bagi manajer
dalam pasar yang sedang tumbuh. Selain itu, investor asing biasanya juga
lebih menunjukkan dukungannya terhadap aktivitas yang mendukung
penciptaan nilai bagi perusahaan.
d. Tingkat Modal Intelektual
Tingkat modal intelektual merupakan jumlah modal intelektual
yang dimiliki oleh perusahaan (Utama dan Khafid, 2015). Tingkat modal
atau pemanfaatan aset berwujud dan aset tidak berwujud dalam
meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan dengan kinerja yang baik selalu mengirimkan sinyal
positif ke pasar (Ferreira et al., 2012). Sinyal positif yang dikirimkan oleh
perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang
baik. Dengan dikirimkannya sinyal tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan nilai serta reputasi perusahaan dimata stakeholder.
e. Ukuran Perusahaan
Menurut Haryanto dan Kurniawan (2014), ukuran perusahaan
menggambarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan
berskala besar umumnya akan lebih dikenal oleh masyarakat dan
informasi mengenai perusahaan berskala besar lebih mudah dicari
dibandingkan perusahaan kecil. Hal tersebut sejalan dengan teori
keagenan.
Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa semakin besar suatu
perusahaan maka semakin besar pula biaya keagenan yang timbul.
Perusahaan yang besar memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula
dalam menyampaikan atau melaporkan laporan keuangannya kepada
stakeholders sebagai bentuk keterbukaan informasi dan pertanggung
jawaban manajemen dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi
B. Penurunan Hipotesis
1. Kepemilikan Manajerial dan Intellectual Capital Disclosure
Kepemilikan manajerial merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa
selain bertindak sebagai pengelola, manajer juga bertindak sebagai pemilik
atau pemegang saham perusahaan (Rustiarini, 2010). Adanya kepemilikan
saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong berkurangnya
konflik yang terjadi antara principal dan agen (Utama dan Khafid, 2015).
Dengan kata lain kepemilikan manajerial akan mendorong manajer untuk
mengurangi tindakan oportunistiknya guna mencapai kepentingan yang sama
dengan pemegang saham yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Sehingga
manajer akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemegang saham
dan manajer akan berusaha untuk menyelaraskan kepentingannya sebagai
manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham.
Namun hal ini hanya dapat terjadi apabila manajer bertindak sebagai
investor minoritas. Menurut Utama dan Khafid (2015) ketika kepemilikan
manajerial dalam perusahaan terlalu tinggi atau manajer berperan sebagai
investor mayoritas, justru luas pengungkapan informasi perusahaan termasuk
IC cenderung rendah. Hal ini dikarenakan manajer akan bertindak
berdasarkan keinginanya. Manajer merasa memiliki informasi yang banyak
tentang kondisi perusahaan secara lebih rinci sehingga tidak tergantung pada
Mahardika et al. (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Namun Aisyah dan
Sudarno (2014), Utama dan Khafid (2015), serta Batia dan Agarwal (2015),
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap modal
intelektual pada perusahaan. Semakin rendah tingkat kepemilikan manajerial
maka semakin luas pengungkapan intellectual capitalnya. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis pertama yaitu:
H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap
intellectual capital disclosure.
2. Kepemilikan Institusional dan Intellectual Capital Disclosure
Menurut Gunawan dan Wantoro (2014) kepemilikan institusional yang
tinggi akan mendorong aktivitas monitoring. Hal ini disebabkan karena
besarnya pengaruh institusi dalam kebijakan manajemen. Selain itu
keberadaan kepemilikan institusional akan menyebabkan mekanisme
monitoring dalam pengambilan keputusan oleh manajer menjadi lebih efektif.
Menurut Sudarno dan Nurrahman (2013) kepemilikan institusional
yang besar dapat meningkatkan kontrol investor terhadap perusahaan. Oleh
karena itu kepemilikan saham institusional dapat menjadi salah satu alasan
dilakukannya pengungkapan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional
yang tinggi akan termotivasi untuk mengomunikasikan informasi mengenai
dianggap memiliki power dan experience serta bertanggungjawab dalam
menerapkan prinsip corporate governance guna melindungi kepentingan
pemegang saham (Maulidra, 2015). Pernyataan ini didukung oleh Aisyah dan
Sudarno (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan
institusional perusahaan maka semakin luas pengungkapan intelektualnya
karena manajer akan termotivasi untuk mengungkapkan modal intelektual
guna memberikan sinyal positif kepada investor sehingga dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
Aisyah dan Sudarno (2014) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual.
akan tetapi hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Utama dan Khafid (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual.
Semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka semakin
luas pula pengungkapan IC yang dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut
maka dapat diturunkan hipotesis kedua yaitu:
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap
intellectual capital disclosure.
3. Kepemilikan Asing dan Intellectual Capital Disclosure
Menurut Rustiarini (2010) kepemilikan asing merupakan pihak yang
Sedangkan menurut Putri (2011) kepemilikan asing dalam sebuah perusahaan
merupakan monitor efektif bagi manajer dalam pasar yang sedang tumbuh.
Hal ini disebabkan kepemilikan asing meminta standar corporate governance
yang tinggi.
Di Eropa isu sosial seperti hak asasi manusia, pendidikan, tenaga
kerja, dan lingkungan seperti efek rumah kaca, pembalakan liar, serta
pencemaran air sangatlah diperhatikan. Hal ini menjadikan perusahaan
multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi demi
menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Fauzi, 2006).
Menurut Utama dan Khafid (2015) kepemilikan asing yang tinggi
dalam sebuah perusahaan bukan merupakan sebuah jaminan bahwa
perusahaan tersebut melakukan pengungkapan modal intelektual yang lebih
luas. Perusahaan dengan kepemilikan asing yang tinggi cenderung
melaporkan informasi mengenai perusahaannya secara terbatas karena
perusahaan merasa bahwa tanpa dilakukannya pengungkapan mereka sudah
mendapatkan kepercayaan dari investor asing. Sementara perusahaan dengan
kepemilikan asing yang rendah justru akan melakukan pengungkapan secara
lebih luas terlebih mengenai isu sosial guna meningkatkan nilai serta reputasi
mereka dihadapan investor asing. Melalui pengungkapan yang lebih luas
perusahaan dapat memperoleh kepercayaan dari investor asing.
Penelitian Aisyah dan Sudarno (2014) menemukan bahwa
tersebut berbeda dengan penelitian Utama dan Khafid (2015) yang
menyatakan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap intellectual
capital disclosure. Sehingga semakin rendah tingkat kepemilikan asing maka
semakin luas pengungkapan modal intelektual. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka dapat diturunkan hipotesis ketiga yaitu:
H3: Kepemilikan asing berpengaruh signifikan negatif terhadap intellectual
capital disclosure.
4. Tingkat Modal Intelektual dan Intellectual Capital Disclosure
Menurut Utama dan Khafid (2015), tingkat modal intelektual
merupakan efisiensi pendayagunaan aset berwujud dan tidak berwujud dalam
proses penciptaan nilai perusahaan. Berdasarkan teori sinyal, perusahaan akan
berupaya untuk mengirimkan sinyal positif kepada investor. Sinyal tersebut
diberikan dalam upaya untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata
publik. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat modal intelektual tinggi
akan termotivasi untuk melakukan pengungkapan yang lebih dibanding
perusahaan dengan tingkat modal intelektual yang rendah (Ferreira et al.,
2012).
Ferreira et al. (2012) menemukan bahwa tingkat modal intelektual
tidak mempengaruhi intellectual capital disclosure. Akan tetapi, hipotesis ini
didukung oleh penelitian Utama dan Khafid (2015) yang menunjukan bahwa
intelektual. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis
keempat yaitu:
H4: Tingkat modal intelektual berpengaruh signifikan positif terhadap
intellectual capital disclosure.
5. Ukuran Perusahaan dan Intellectual Capital Disclosure
Ukuran perusahaan mengindikasikan kinerja perusahaan. Ukuran
perusahaan diukur dengan besarnya logaritma natural dari total aset yang
dimiliki perusahaan. Aset yang besar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
biaya operasional dan investasi perusahaan (Priyanti, 2015). Semakin besar
aset yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan IC yang
dilakukan karena perusahaan sedang berupaya untuk menunjukkan kinerjanya
guna meningkatkan nilai dan reputasinya dihadapan investor.
Perusahaan berskala besar cenderung akan lebih termotivasi untuk
mengungkapkan informasi mengenai perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan berskala kecil. Hal tersebut dilakukan guna mengurangi agency
conflict. Pada perusahaan besar, agency conflict seringkali terjadi karena
banyaknya shareholders (Stephani dan Yuyetta, 2011).
Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Stephani dan Yuyetta (2011), Ousama et al. (2012), Ferreira et al. (2012), dan
Kateb (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif
ukuran perusahaan maka semakin luas pengungkapan modal intelektual.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis kelima
yaitu:
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap intellectual
capital disclosure.
C. Model Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi
intellectual capital disclosure. Faktor-faktor tersebut terdiri atas lima variabel
independen meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kepemilikan asing, tingkat modal intelektual dan ukuran perusahaan. Selain
kelima variable independen tersebut, terdapat pula dua variabel kontrol yaitu
profitabilitas dan leverage.Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
H5 (+)
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2017
GAMBAR 2.1. MODEL PENELITIAN Variabel Independen
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Asing
Tingkat Modal Intelektual Intellectual
Capital Disclosure
(ICD) Ukuran Perusahaan
Variabel Kontrol Profitabilitas
29 A. Obyek/Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2015. Sampel dalam penelitian ini yaitu
populasi yang memenuhi kriteria berdasarkan teknik purposive sampling.
B. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder sehingga data diperoleh secara langsung melalui
laporan keuangan (annual report) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2014-2015.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling,
dimana pengambilan sampel dilakukan atas pertimbangan atau kriteria-kriteria
tertentu yang dipandang berkaitan dengan tujuan penelitian meliputi:
a. Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2014-2015.
c. Perusahaan yang masuk kedalam kategori IC intensive.
d. Ketersediaan data untuk menghitung semua variabel penelitian.
e. Perusahaan dengan profitabilitas yang positif untuk periode 2014-2015
Perusahaan dengan intensif teknologi yang tinggi cenderung lebih banyak
melakukan pengungkapan IC dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
intensif teknologi yang rendah.Woodcock dan Whiting (2009) mengategorikan
beberapa perusahaan yang termasuk dalamIC intensive yaitu: perusahaan
otomotif, kabel, elektronik, obat-obatan, kosmetik, real estate & properti,
telekomunasi, bank,institusi keuangan, sekuritas, asuransi,penanaman modal,
iklan & media, serta pelayanan komputer.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan
mencari serta menelaah laporan keuangan tahunan (annual report) pada seluruh
perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode 2014-2015 yang telah terpilih
sebagai sampel penelitian. Data tersebut dapat diperoleh melalui situs web resmi
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian adalah intellectual capital
disclosure yang diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan IC yang
dikembangkan oleh Bukh et al.(2005) yang terdiri dari 78 item IC yang perlu
diungkapkan. Ke-78 item tersebut digolongkan kedalam 6 kategori besar,
antaralain adalah (1) Employees; (2) Customer; (3) IT; (4) Process; (5)
Research and development, dan(6) Strategic statements. Menurut Cahya
(2013) indeks pengungkapan pada penelitian Bukh et al. (2005) mengacu
pada kriteria penelitian yang digunakan dalam Indonesia Sustainability
Reporting Awards (ISRA) dan Annual Reporting Awards (ARA), dimana
penilaian ISRA mengacu pada penilaian dalam Global Reporting Intiative
(GRI) Sustainability Reporting Guidelines.
Item-item pengungkapan tersebut dapat ditemukan pada laporan
tahunan perusahaan (annual report). Pengungkapan IC dilakukan dengan cara
memberi skor sesuai dengan jumlah item yang diungkapkan dalam annual
report. Skor 1 akan diberikan apabila ditemukan item pengungkapan IC
sementara skor 0 diberikan apabila item tidak diungkapkan. Selanjutnya ICD
index diperoleh dengan membagi jumlah skor yang diungkapkan dengan total
Perhitungan ICD Index dapat dirumuskan sebagai berikut:
2. Variabel Independen
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial proporsi kepemilikan saham perusahaan
oleh pihak manajer.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi.
c. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi kepemilikan saham
d. Tingkat Modal Intelektual
Tingkat modal intelektual menggambarkan jumlah modal
intelektual yang dimiliki oleh perusahaan. Variabel ini diukur dengan
rasio kapitalisasi pasar (market to book ratio) yaitu dengan membagi
market price dengan book value ekuitas. Kemudian, nilai market to book
ratio yang diperoleh dikonversikan ke dalam bentuk logaritma natural.
Dengan demikian, perumusan variabel ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
e. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai
logaritma natural dari total aset.
3. Variabel Kontrol a. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
b. Leverage
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai
oleh hutang.
F. Uji Kualitas Data 1. Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan deskripsi atau gambaran dari data
terkait penelitian yang telah dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan melihat
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum
(Setianto, 2014). Melalui analisis ini dapat dilihat gambaran tentang tingkat
pengungkapan modal intelektual, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, dan ukuran
perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan leverage ukuran
perusahaan dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan
minimum.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Dimana
klasik. Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji
normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menguji data yang dikumpulkan dan
diteliti dalam penelitian telah terdistribusi secara normal (Nazaruddin dan
Basuki, 2016). Dalam penelitian ini digunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) test untuk menguji normalitas data. Apabila nilai
probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Nazaruddin dan Basuki (2016) menyatakan bahwa uji
multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar
variabel independen dalam model regresi. Model regresi dikatakan baik
apabila tidak terdapat korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011).
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance
atau nilai Variance Inflation Factors (VIF). Suatu model regresi dikatakan
bebes dari multikolinieritas jika memiliki nilai tolerance ≥ 0,01 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.maka telah terjadi multikolinieritas. Sebaliknya,
apabila suatu model regresi memiliki nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama
c. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik dalam model regresi.
Model regresi harus memenuhi syarat bebas dari heteroskedastisitas
(Nazaruddin dan Basuki, 2016). Pendeteksian heteroskedastisitas dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan uji gletser. Apabila nilai absolut
residual terhadap variabel independen secara statistik signifikan maka
dapat dikatakan bahwa terdapat indikasi terjadinya heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi antara residual pengamatan satu
dengan yang lain dalam suatu model regresi. Apabila terjadi korelasi maka
ada masalah autokorelasi, padahal penelitian yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi (Santoso, 2010).
Pengujian terhadap keberadaan autokorelasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1)Angka D-W dibawah – 2 berarti ada autokorelasi positif.
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen. Sementara pengolahan data dilakukan
menggunakan software IBM Statistical Package for Social Science (SPSS)
Statistic Version 23.0. Berikut model regresi dalam penelitian ini:
Keterangan :
ICD : Intellectual Capital Disclosure
α :Konstanta
β1 –β8 :Koefisien regresi
MANOWN : Kepemilikan manajerial perusahaan
INSOWN : Kepemilikan institusional perusahaan
FOROWN : Kepemilikan asing perusahaan
ICL : Tingkat modal intelektual
SIZE : Ukuran Perusahaan
PROF : Profitabilitas
LEV : Leverage
ε : error
1. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen
(Nazaruddin dan Basuki, 2016). Menurut Ghozali (2011) nilai koefisien
determinasi berada diantara 0 dan 1. Apabila nilai R² kecil maka kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel sangat kecil, begitu pula
sebaliknya.Variabel independen dikatakan memberikan seluruh informasi
yang dibutuhkan dalam memprediksi variasi variabel independen.
2. Uji Parsial (Uji Statistik T)
Uji statistik T digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji T
dilaukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Hipotesis diterima apabila sig < alpha 0,05 yang berarti secara parsial variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Sementara hipotesis
ditolak apabila nilai sig > alpha 0,05 yang berarti secara parsial variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Nazaruddin dan
39 A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2015. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dengan beberapa kriteria yang telah
dicantumkan pada bab III. Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah
92 sampel. Berikut ringkasan dari hasil pengambilan sampel yang ditunjukkan
pada Tabel 4.1.
TABEL 4.1.
RINGKASAN HASIL PENGAMBILAN SAMPEL
No Keterangan Jumlah
1 Seluruh Perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014-2015 1074
2 Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan
tahunan periode 2014-2015 1026
3 Perusahaan yang tidak termasuk kedalam kategori IC
Intensive periode 2014-2015 (464)
4 Perusahaan dengan data yang tidak lengkap periode untuk
2014-2015 (452)
5 Perusahaan dengan profitabilitas yang negatif untuk periode
2014-2015 (18)
6 Total sampel 92
B. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menjelaskan tentang nilai minimum, nilai maksimum,
rata-rata dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian yang disajikan pada
Tabel 4.2.
SIZE 92 268877 910063409 10288572 2,014115
PROF 92 ,001 3,035 ,18751 ,535298
LEV 92 ,001 ,930 ,51572 ,262424
Valid N (listwise) 92
Sumber: Hasil olah data, 2017
Hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 4.2 memerlihatkan bahwa
banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah 92 data dengan analisis
deskriptif sebagai berikut:
1. Intellectual Capital Disclosure
Variabel ICD memiliki nilai minimum 0,103; nilai maksimum
0,526; nilai rata-rata sebesar 0,28342 dan standar deviasi sebesar
0,107307. Nilai minimum 0,103 menandakan bahwa perusahaan yang
memiliki indeks ICD sebesar 0,103; dan perusahaan yang paling banyak
melakukan pengungkapan terhadap modal intelektualnya memiliki indeks
ICD sebesar 0,526.
2. Kepemilikan Manajerial
Variabel kepemilikan manjerial memiliki nilai minimum 0,001;
nilai maksimum 0,584; nilai rata-rata sebesar 0,04611; dan standar deviasi
sebesar 0,109215. Nilai minimum sebesar 0,001 menandakan bahwa
perusahaan yang memiliki kepemilikan saham manajerial paling sedikit
sebesar 0,1% dan kepemilikan saham manajerial paling banyak sebesar
58,4 %.
3. Kepemilikan Institusional
Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai minimum 0,001;
nilai maksimum 0,966; nilai rata-rata sebesar 0,33904; dan standar deviasi
sebesar 0,264236. Nilai minimum sebesar 0,001 menandakan bahwa
perusahaan yang memiliki kepemilikan saham institusional paling sedikit
sebesar 0,1% dan kepemilikan saham institusional paling banyak sebesar
96,6 %.
4. Kepemilikan Asing
Variabel kepemilikan asing memiliki nilai minimum 0,001; nilai
sebesar 0,260476. Nilai minimum sebesar 0,001 menandakan bahwa
perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing paling sedikit sebesar
0,1% dan kepemilikan saham asing paling banyak sebesar 96,7 %.
5. Tingkat Modal Intelektual
Variabel tingkat modal intelektual memiliki nilai minimum 0,5;
nilai maksimum 148,5; nilai rata-rata sebesar 7,3; dan standar deviasi
sebesar 1,350538. Nilai minimum sebesar 0,5 menandakan bahwa saham
dari perusahaan yang memiliki tingkat modal intelektual paling rendah
diperdagangkan pada harga 0,5 kali dan paling tinggi sebesar 148,5 kali.
6. Ukuran Perusahaan
Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai minimum (dalam
jutaan) sebesar Rp 268.877,-; nilai maksimum Rp 910.063.409,-; nilai
rata-rata sebesar Rp10.288.572,-; dan nilai standar deviasi sebesar
2,014115. Nilai minimum sebesar Rp 268.877,- menunjukkan bahwa
perusahaan dengan ukuran terkecil memiliki total aset sebesar Rp
268.877,-; dan nilai maksimum Rp 910.063.409,- menunjukkan bahwa
perusahaan dengan ukuran terbesar memiliki total aset sebesar Rp
7. Profitabilitas
Variabel profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar 0,001; nilai
maksimum 3,035; nilai rata-rata 0,18751; dan nilai standar deviasi sebesar
0,535298. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio profitabilitas
perusahaan yang diukur menggunakan ROA memiliki nilai rasio
profitabilitas terendah sebesar 0,1% dan nilai rasio profitabilitas tertinggi
sebesar 30,35%.
8. Leverage
Variabel Leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,001; nilai
maksimum 0,930; nilai rata-rata 0,51572; dan nilai standar deviasi sebesar
0,262424. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio leverage perusahaan
yang diukur menggunakan DAR memiliki nilai rasio leverage terendah
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3.
TABEL 4.3.
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation ,07686351
melalui uji One -Sample Kolmogorof Smirnov (KS) sebesar 0,145 > α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi
2. Uji Multikolinieritas
Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.7.
TABEL 4.4.
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
Sumber: Hasil olah data, 2017
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Tolerance dari seluruh variabel >
0,01 sementara nilai VIF dari seluruh variabel independen < 10. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini terbebas
dari multikolinieritas.
Model Variabel Independen Colinearity Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
1 MANOWN 0,887 1,127 Non Multikolinieritas
INSOWN 0,620 1,613 Non Multikolinieritas
FOROWN 0,626 1,596 Non Multikolinieritas
ICL 0,701 1,427 Non Multikolinieritas
SIZE 0,438 2,285 Non Multikolinieritas
PROF 0,770 1,298 Non Multikolinieritas
3. Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.5.
TABEL 4.5.
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Model Variabel
Independen Sig. Kesimpulan
1 MANOWN 0,194 Non Heteroskedastisitas INSOWN 0,245 Non Heteroskedastisitas FOROWN 0,555 Non Heteroskedastisitas ICL 0,593 Non Heteroskedastisitas SIZE 0,650 Non Heteroskedastisitas PROF 0,546 Non Heteroskedastisitas LEV 0,653 Non Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil olah data, 2017
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari seluruh variabel
besarnya > α (0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh variabel
dalam penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.6.