• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pola Asuh dan Kecerdasan Emosi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I Pola Asuh dan Kecerdasan Emosi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa kini bukan hal yang tabu lagi apabila banyak kenakalan remaja dan kasus bunuh diri yang terjadi di sekitar kita. Kenakalan remaja dan kasus bunuh diri saat ini merupakan akibat dari perubahan emosional pada diri mereka. Menurut Santrok (dalam Rachmawati, 2013) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

(2)

sebulan yang lalu dikabarkan dari situs online tribunnews.com pada 4 maret 2015 bahwa hanya karena rebutan kursi kelas, siswa SMA tusuk temannya dengan pisau. Kejadian ini terjadi pada hari Jum’at pagi, 27/2/15 keadaan salah satu ruangan kelas yang terletak di SMAN 19 Palembang sedang hening. Seorang guru sejarah bernama Abdurrahman tengah menjelaskan pelajarannya. Tiba-tiba ruangan berubah menjadi gaduh, ketika AK (15) salah satu siswa yang seharusnya belajar di ruangan tersebut datang dan langsung menusukkan pisau ke arah seorang pelajar lainnya bernama YS (16). AK mengatakan peristiwa itu ia lakukan lantaran dendam dengan YS setelah terjadi perebutan bangku di kelas sebelum jam pelajaran dimulai. Kasus lainnya masih terkait remaja dikabarkan oleh situs online merdeka.com pada rabu, 25 maret 2015 terkait dua sejoli N (20) dan YH (25) yang gantung diri karena hubungan mereka tidak direstui oleh kedua orang tua mereka. Kasus serupa terkait bunuh diri pada remaja juga dikabarkan dari situs online tempo.com yakni siswa kelas II SMP, Rangga (14) ditemukan tewas gantung diri di lemari pakaiannya. Perilaku- perilaku negatif ini menunjukkan bahwa remaja sekarang kurang memiliki kecerdasan emosional.

(3)

dengan orang lain. Sejalan dengan pendapat Goleman, menurut Santrock (dalam Saarni dan Agustin, 2012) mengemukakan kecerdasan emosional yang penting untuk dikembangkan remaja meliputi kemampuan untuk mengenali emosional diri, mengelola emosional, memotivasi diri, mengenali emosional orang lain, serta dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

Kecerdasan emosional merupakan suatu hal yang penting dimiliki oleh remaja. Kecerdasan emosional yang dimiliki remaja merupakan hasil dari pola asuh orang tua sebab orang tua adalah lingkungan pertama yang menjadi contoh bagi perilaku anaknya. Sebagaimana pendapat Kusumadewi (dalam Yuniartiningtyas, 2012) mengatakan bahwa dalam perilaku kekerasan, keluarga dan orang-orang terdekat menjadi referensi sentral pembentukan karakter pribadi seseorang. Jika orang tua atau yang bertindak sebagai pengasuh cenderung otoriter, maka keluarga dapat dikatan sebagai agen utama yang menciptakan sosok individu otoriter yang cenderung melakukan kekerasan.

(4)

internal dan orang tua melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Sedangkan ciri-ciri pola asuh permisif adalah kontrol orang tua kurang. Bersifat longgar dan bebas, anak kurang dibimbing dalam mengatur dirinya, orang tua hampir tidak menggunakan hukuman, dan anak diizinkan membuat keputusan sendiri serta dapat berbuat sekehendaknya sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2012) terkait kecerdasan emosional pada remaja SMA. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dan kecerdasan emosional remaja di SMA tersebut. Penelitian lain yang berhubungan dengan pola asuh sebagai faktor kecerdasan emosional remaja adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuniartiningtyas (2012) terkait pola asuh orang tua dan tipe kepribadian dengan perilakua bullying di sekolah pada siswa SMP dan hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variable pola asuh orang tua, variable tipe kepribadian dengan variable perilaku bullying di sekolah dengan p = 0,000 (p < 0,05). Serta penelitian

(5)

faktor pembentuk kecerdasan emosional saat anak memasuki masa remaja. Dari uraian diatas, maka topik terkait dengan hubungan antara pola asuh dan kecerdasan emosional pada remaja menjadi kajian yang menarik untuk diteliti lebih jauh.

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan pola asuh dan kecerdasan emosionalonal pada remaja.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya literatur mengenai kecerdasan emosional remaja dan hubungan antara pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional remaja bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis pendidikan, sehingga tenaga psikolog dan mahasiswa psikologi dapat menentukan tindakan yang perlu diberikan kepada orang tua dan calon orang tua tentang pola asuh dan sumbangannya terhadap kecerdasan emosional anak.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(6)

menerapkan pola asuh yang tepat terhadap remaja untuk mencapai kecerdasan emosional remaja yang juga merupakan elemen penting dalam mencapai kesuksesan.

b) Menambah wawasan masyarakat, baik remaja maupun institusi atau sekolah tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional remaja.

Untuk pengembangan penelitian, hasil dari penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional remaja ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait pola asuh sudah pernah dilakukan sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Yuniartiningtyas (2012) terkait pola asuh orang tua dan tipe kepribadian dengan perilaku bullying di sekolah pada siswa SMP dan hasil penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variable pola asuh orang tua, variable tipe kepribadian dengan variable perilaku bullying di sekolah. Sedangkan penelitian terkait kecerdasan emosi

(7)

dan kemampuan coping adaptif. Dan penelitian Siwi. W, Luthfi A & Pradana N (2011) tentang perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari persepi penerapan disiplin orang tua pada mahasiswa UIEU.

1. Keaslian Topik

Penelitian yang menggunakan pola asuh sebagai variabel bebas dan kecerdasan emosional sebagai variabel tergantung sudah pernah dilakukan oleh Siwi. W, Luthfi A & Pradana N (2011) tentang perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari persepsi penerapan disiplin orang tua pada mahasiswa UIEU. Sehingga, penelitian yang dilakukan peneliti memiliki topik yang sama dengan penelitian sebelumnya. Adapun penelitian mengenai pola asuh orang tua juga telah dilakukan oleh Joyo (2012) namun dihubungkan dengan perilaku konsumtif pada remaja.

2. Keaslian Teori

(8)

3. Keaslian Alat Ukur

Alat ukur dalam penelitian merujuk pada teori Goleman dan dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan teori tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan adalah asli.

4. Keaslian Subjek

Subjek dalam penelitian sebelumnya adalah mahasiswa (Siwi, Luthfi & Pradana, 2011), siswa SMP (Yuniartiningtyas, 2012), siswa SMA (Saptoto, 2010), dan mahasiswa (Joyo, 2012). Sedangkan pada penelitian ini akan menggunakan subjek remaja dengan rentang usia 14-20 tahun.

Daftar Pustaka:

(9)

Ningrum, D. A., Cinta tak direstui akhirnya dua sejoli bunuh diri, Rabu 25 Maret 2015. http://www.merdeka.com/peristiwa/cinta-tak-direstui-orangtua-sejoli-di-samarinda-gantung-diri.html diakses pada 09 April 2015.

Alfiyah, N., Rangga Bunuh Diri, Usia Galau Harus didampingi,

Minggu 18 Januari 2015.

http://www.tempo.co/read/news/2015/01/18/064635683/Rangga-Bunuh-Diri-Usia-Galau-Perlu-Didampingi diakses pada 09 April 2015.

Agustin, M. D. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Negeri 3 Padang. Jurnal. Tidak Diterbitkan. Padang : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang.

Widiana, A. A. dan Nugraheni, H. Tanpa Tahun. Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis dengan Kemandirian Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Tidak Diterbitkan. Surakarta : Universitas Setia Budi Surakarta.

Rachmawati, A. 2013. Kecerdasan Emosi Pada Siswa yang Bermasalah di Sekolah. Jurnal Psikologi. Tidak Diterbitkan. Malang : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Yuniartiningtyas, F. Tanpa Tahun. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Kepribadian dengan Perilaku Bullying di Sekolah pada Siswa SMP. Jurnal. Tidak Diterbitkan. Malang : Universitas Negeri Malang.

(10)

UIEU. Jurnal. Tidak Diterbitkan. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jakarta.

Saptoto, R. 2010. Hubungan kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Coping Adiptif. Jurnal. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi

Referensi

Dokumen terkait

Kata kunci: kecerdasan emosional, pola asuh. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penunjang prestasi belajar siswa yang sangat penting. Mereka yang memiliki

Penelitian ini berjudul “Hubungan Pola Asuh Otoriter Dengan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Di Kelurahan Rajabasa Raya Kebun Jeruk Bandar Lampung” Penelitian

Dengan diperolehnya pemahaman mengenai hubungan antara pola asuh demokratis dan kecerdasan emosional pada remaja yang akan digali melalui penelitian ini, diharapkan agar

Penelitian ini tidak terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional pada anak remaja yang ada di Kelurahan Soasio Kota Tidore Kepulauan bukan

Adapun pola asuh permisif pada penelitian ini menjadi pola asuh yang terbaik setelah pola asuh demokratis karena meskipun tidak menyumbangkan persentase kecerdasan emosional

Penelitian ini tidak terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional pada anak remaja yang ada di Kelurahan Soasio Kota Tidore Kepulauan bukan

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Taryono (2016) terkait pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kecerdasan emosional anak kelompok B di TK Aisyah 02 Beruk

Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya dalam mengetahui hubungan pola asuh otoritarian dan kecerdasan emosional dengan perilaku