• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN

A. Pengembangan Diri (tinjauan dari Sudut Teori dan Praktik) 1. Pendahuluan

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, baangsa, dan negara (Bab I, Pasal 1).

Seiring dengan itu ditetapkan pula fungsi dan tujuan pendidikan nasional:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Bab II, Pasal 3).

2. Urgensi Pengembangan Diri

Tiga pilar utama pendidikan adalah intelektual, mental-spiritual dan keterampilan, adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Pendidikan yang

bertujuan untuk membangun manusia seutuhmya, mestilah diberikan kepada peserta didik ketiga pilar tersebut berimbang secara proposional. Manusia dalam hidupnya memerlukan kecerdasan intelektual. Pendidikan intelektual diperlukan oleh manusia karena dengan pendidikan itulah manusia menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan kealaman, sosial maupun humaniora.

Pendidikan mental-spiritual diperlukan manusia, karena dapat berfungsi untuk mengenal Tuhannya dan untuk melaksanakan kewajibannya kepada Sang Khalik yang menciptakan alam semesta dan dirinya sendiri, mengetahui kea rah mana hidup ini di bawa, memiliki tanggung jawab kemanusiaan, serta untuk meningkatkan kecerdasan emosional.

Pendidikan keterampilan diperlukan manusia karena ia akan mengaktualkan dan mengaktifkan potensi yang ada pada manusia tersebut. Potensi yang ada itu apabila tidak diberdayakan akan terpendam dan tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam

(2)

Pendidikan pengembangan ini sangat diperlukan oleh manusiaa, karena berbagai potensi yang pada walnya pasif dan laten dapat diberdayakan. Keunikan manusia sebagai mahkluk Allah terletak pada adanya daya dan potensi yang dimiliki oleh manusia

tersebut. Potensi dan daya itu akan tetap laten dan pasif apabila tidak dikembangkan lewat pendidikan dan pelatihan.

3. Problem Pendidikan Pengembangan Diri

Ada beberapa hal yang menjadi problema di dalam melaksanakan pendidikan pengembangan diri tersebut di anataranya ialah : pendidik (guru, pelatih, pembimbing), untuk melaksanakan pendidikan pengembangan diri yang efektif diperlukan tenaga pendidik yang menguasai bidang tersebut, sarana dan prasarana. Pendidikan

pengembangan memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Kurikulum yang berkenaan dengan materi “pengembangan diri” yang harus diberikan kepada peserta didik.

4. Dana

Tujuan dana harus jelas ke mana arahnya, apakah pengembanagan diri itu untuk menyiapkan peserta didik dengan sebuah keterampilan, yang dengan itu dia bisa

menciptakan lapangan kerja setelah tamat sekolah, atau pengembangan diri itu bertujuan untuk mendalami sejumlah pada pelajaran yang telah diajarkan selama ini di sekolah sebagai tambahan dari jam pelajran yang telah diberikan pada extra kurikuler, misalnya olah raga, kesenian, agama, nahasa, praktikum IPA dan lain-lain.

5. Menyikapi Pendidikan Pengembangan Diri

Salah satu aspek yang disentuh dalam tujuan pendidikan nasional adalah

berkembangnya potensi peserta didik. Potensi peserta didik dapat dikategorikan pada tiga hal; potensi intelektual, mental spiritual berkenaan dengan ilmu pengetahuan, potensi mental spiritual berkenaan dengan bagaimana seseorang menyikapi hidup, potensi minat dan bakat terkait dengan keterampilan. Ketiga hal tersebut sangat penting untuk

dikembangkan kepada peserta didik. Cara mengembangkannya itu tergantung kepada sekolah masing-masing. Teknik pelaksanaannya dapat dilakukan sore hari pada hari-hari tertentu dan juga bisa dilaksanakan pada jhari yang khusus.

6. Penutup

(3)

secra efektif selasa ini, kecuali sekolah-sekolah tertentu, dikarenakan kondisi sekolah dan kesiapan sekolah-sekolah uyang masih mkinim. Dengan demikian kita optimis bahwa berbagai problema di dalam penerapan pendidikan pengembangan diri kan dapat diatasi.

B. Issu dan Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia 1. Pendahuluan

Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. hakikat pendidikan itu ialah pembentukan manusia ke arah yang di cita-citakan. Dengan demikian pendidikan Islam adalah proses pembentukan manusia kea rah yang dicita-citakan Islam.

Esensi dari pendidikan itu ialah dengan melihat unsur dasar pendidikan. Unsur dasar pendidikan ada lima, adanya unsur pemberi dan penerima. Unsur ketiga ialah adanya tujuan baik. Unsur keempat cara atau jalan yang baik, dan unsur kelima adanya konteks positif (muhadjir 1987:15).

Melihat kepada kegiatan pendidikan Islam di Indonesia, maka dapat dilihat bahwa pendidikan Islam tersebut telah banyak memainkan peranannya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu yang amat sangat strategis dalam dinamika tersebut ialah masuknya pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan nasional. Makna yang terkandung di dalamnya bahwa pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan nasional, dan dibagi dalam tiga hal. Pertama pendidikan Islam sebagai lembaga. Kedua pendidikan Islam sebagai mata pelajaran, dan Ketiga pendidikan Islam sebagai nilai.

2. Tinjauan Historis

Kajian historis tentang pendidikan Islam di Indonesia sejak awal masuknya Islam ke Indonesia dapat dibagi dalam tiga fase. Fase pertama sejak mulai tumbuhnya pendidikan islam sejak awal masuknya Islam ke Indonesia sampai munculnya zaman pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. fase kedua sejak masuknya ide-ide pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. fase ketiga sejak diundangkannya Undang-Undang tentang sistem pendidikan Nasional (UU No.2 Tahun 1989 dan dilanjutkan dengan UU No. 20 Tahun 2003).

(4)

Fase kedua ialah fase ketika masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia. Sejak abad ke 19 Masehi telah berkumandang ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke seluruh dunia Islam. Khusus pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh dua faktor penting. Pertama faktor intern yakni kondisi masyarakat Muslim Indonesia yang terjajah dan terbelakang beberapa orang pemuka-pemuka masyarakat Indonesia untuk memulai gerakan pembaharuan

pendidikan tersebut. Kedua, faktor ektern yakni sekembalinya pelajar dan mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu agama keTimur Tengah, dan setelah mereka kembali ke Indonesia mereka memulai gerakan-gerakan pembaharuan tersebut. Tokoh yang berpengaruh menggerakan pembaharuan tersebut adalah Syekh Muhammad Jamil Jambek, H. Karim amrullah, H. Abdullah ahmad, Ibrahim Musa Parabek di Sumatera Barat. Di Jawa muncul tokoh H. Ahmad Dahlan, dengan gerakan Muhammadiyahnya, H.Hasan dengan gerakan Persis, H. abdul Halim dengan gerakan Perserikatan Ulama, K.H. Hasyim Asy’ary dengan organisasi Nahdatul Ulama. (Daulay, 2001:47).

Perkembangan adalah fase ketiga, yakni setelah diundangkannya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 yang diikuti dengan lahirnya sejumlah peraturan pemerintah tentang pendidikan, selanjutnya diikuti pula dengan lahirnya UU. No. 20 tahun 2003. Selanjutnya lahirlah Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Ada beberapa pasal dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang menyinggung tentang pendidikan Islam. Didalam aturan tersebut setidaknya ada tiga hal yang terkait dengan pendidikan Islam. Pertama, kelembagaan formal, nonformal, dan informal didudukannya lembaga madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang diakui keberadaannya setara dengan lembaga pendidikan sekolah. Dan dipertegas pula tentang kedudukannya sebagai sekolah yang berciri khas agama islam, selanjutnya diakui majelis taklim sebagai pendidikan nonformal dan masukan Raudhatul Athfal sebagai lembaga pendidikan anak usia dini, dan dipertegas pula tentrang pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan. Kedua, Dikokohkannya mata pelajaran agama Islam sebagai nilai, terdapat seperangkat nilai-nilai Islami dalam sistem pendidikan nasional.

3. Sitem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk

(5)

Undang-undang Dasar 1945 mengamanahkan bahwa pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai suatu “Sistem Penmdidikan Nasional”.

Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu: semesta dalam arti terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku diseluruh wilayah negara; menyeluruh dalam arti kata mencakup semua jalur, jenjang dan jenis

pendidikan dan terpadu dalam arti adanya saling terkait antara pendidikan nasional dengan seluruh usaha pembangunan nasional.

Pendidikan Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang berubah.

Dengan visi tersebut, Pendidikan Nasional mempunyai misi sebagai berikut :

a. Mempunyai perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sejak akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. c. Mempersiapkan kesiapan masukan dan kualitas masukan dan kualitas proses

pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai

pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.

e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003).

Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Untuk meletakan kedudukan pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional perlu diklasifikasikan pada tiga hal :

Pendidikan Islam Sebagai Lembaga

a. Lembaga Pendidikan Formal

1) Pendidikan Dasar (Pasal 17) menyebutkan :

Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

(6)

Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

3) Pendidikan Tinggi (Pasal 20)

Pendidikan Tinggi dapat berbentuk akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.

4) Lembaga Pendidikan Nonformal (Pasal 26):

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelonpok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis.

b. Lembaga Pendidikan Informal (Pasal 27)

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

1) Pendidikan Usia dini (Pasal 28)

Pendidikan Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudathul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

2) Pendidikan Keagamaan (Pasal 30)

a) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh permintaan dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

b) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nili-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli agama.

c) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.

d) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaya samena, dan bentuk lain yang sejenis.

e) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), Ayat ($) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Inti dari hakikat nilai-nilai Islami itu adalah nilai yang membawa kemaslahatan dan kesejahteraaan bagi seluruh makhluk (sesuai konsep rahmtan lil’alamin),

demokratis, egalitarian dan humanis. Di antara nilai-nilai tersebut adalah :

(7)

b. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

c. Pendidikan Nasional bersifat demokratis dan berkeadilan serta diskriminatif.

d. Memberikan perhatian keapada peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa.

e. Menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup.

f. Pendidikan merupakan kewajiban bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah.

4. Issu-Issu dan Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia a. Mutu (Kualitas)

Menurut teori pendidikan, mutu pendidikan ditentukan oleh berbagi faktor, meliputi anatara lain tenaga pendidik, sarana fasilitas, proses pembelajaran,

manajemen kelembagaan, sistem evaluasi, dan lain-lain.

b. Kurikulum

Ada beberapa persoalan berkenaan dengan ini. Pertama, beban kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan Islam lebih berat daripada beban lembaga pendidikan lainnya. Sebab ada keinginan agar peserta didik dapat memiliki bekal ilmu

pengetahuan umum dan agama secara seimbang. Kedua, isi kurikulumnya agar dapat membentuk manusia profesionalis guna memiliki keterampilan tertentu sebgai bekal dalam memasuki dunia kerja.

a. Structural dan Kultural

(8)

b. Integrasi Keilmuan

Dilihat dari segi pengembangan Pendidikan Islam ke depan ada masalah-masalah yang bersifat epistimologi keilmuan, yakni bagaimana merancangkan terintegrasinya ilmu-ilmu yang selam ini digolongkan kepada perennial knowledge dan acquired knowledge. Upaya ini telah dilakukan langkah-langkahnya. Pertama, memasukkan mata pelajaran agama ke sekolah-sekolah umum. Kedua, sekolah umum plus madrasah diniyah. Ketiga, memasukkan mata pelajaran umum ke madrasah dan pesantren. Keempat, Madrasah SKB Tiga Menteri tahun 1975. Kelima, program IDI (Islam untuk Disiplin Ilmu). Keenam, madrasah sebgai sekolah yang berciri khas agama Islam. Langkah-langkah yang belum selesai adalah soal Islamisasi ilmu atau setidaknya ilmu yang berwawasan Islam. Pada tingkat perguruan tinggi melahirkan Universita Islam Negri.

Sebagai sebuah universitas maka ilmu yang dikembangkan adalah meliputi ilmu eksakta, sosial, humaniora dan ilmu-ilmu keagamaan, yang selanjutnya akan dirancang integrated di antara ilmu-ilmu yang bersumber dari wahyu dengan ilmu yang bersumberdari nonwahyu.

Pendidikan Islam semakin kukuh kedudukam]nnya setelah masuk dan inklusif dalam sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989 yang selanjutnya diatur pula serangkaian, peraturan pemerintah yang berkenaan dengan pendidikan yang relevan dengan UU No. 20 Tahu n 2003.

Untuk mengkukuhkan eksistensi pendidikan Islam di Indonesia, maka usaha ke depan ialah bagaimana memperdayakannya dan mengembangkannya.

C. Relevansi Peningkatan dana Pendidikan dengan Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Pendidikan

1. Pendahuluan

Salah satu perubahan yang besar setelah reformasi ialah meningkatnya perhatian terhadap pendidikan, salah satu indikasinya ialah meningkatnya dana pendidikan yang bersumber dari APBN dan APBD.

(9)

Berdasarkan alur pikiran logis sangat mendukung pendapat bahwa dana pendidikan sangat berpengaruh bagi meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan, sebab dengan anggaran yang cukup akan bisa dibenahi berbagai permasalah pendidikan yang menyangkut dana, seperti melengkapi berbagai sarana dan fasilitas pembelajaran, mulai dari ruang belajar, media pembelajaran, laboratorium, perpustakaan dan lain sebagainya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Pendidikan

Menurut teori pendidikan ada beberapa faktor utama yang mendukung lahirnya output yang berkualitas.

Pertama, input (masukan). Peserta didik, pendidik, sarana prasarana, kurikulum dan sumber sana. Kedua, proses yang mencakup tata pamong (governance),

kepemimpinan, pengelolaan program, proses pembelajaran, suasana akademik. Ketiga, lingkungan (environment), mencakup, lingkungan sosial dan alam.

Berkenaan dengan itu perlu dilakukan analisis. Lewat anaslis dapat

diklasifikasikan pada tiga hal. Pertama, faktor yang memerlukan dana yang banyak. Kedua, faktor yang memerlukan dana sedikit. Ketiga, faktor yang tidak memerlukan pendanaan

3. Penutup

Tidak bisa dipungkiri bahwa dana pendidikan adalah salah satu yang amat penting dalam meperdayakan pendidikan, dan merupakan salah satu dari intrumen input pendidikan. Menyikapi dana pendidikan, kebutuhan dana prendidikan ini bisa saja tak terbatas, artinya sebanyak mana pun masih juga akan terasa kurang, tetapi disinilah diperlukan sebuah kebijakan yang mengatur priorita. Prioritas yang terlihat saat sekarang ini berkisar di sekitar pendidik, peserta didik, serta sarana dan fasilitas pendidikan. Prioritas ini pun bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, untuk itu perlu dilakukan kajian yang mendalam terus menerus, dengan asumsi bahwa mungkin sifat keburuhan berkembang dan tergantung pada situasi, kondisi, tempat dan waktu.

D. Pendidikan Islam dan Tantangan Masa Depan dalam Menghadapi Modernisasi dan Globalisasi

1. Pendahuluan

(10)

perangkat-perangkatnya, seperti tujuan, lemabag, kurikulum, pendidik, metode, sarana, evaluasi. Maka jadilah semuanya dikaitkan dengan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, maka tercakuplah semua apa yang disebutkan terdahulu, karena kesemuanya itu adalah bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan Islam secra menyeluruh.

2. Masyarakat di Era Globalisasi

Ciri-ciri Masyarakat Global

Pertama, abad ini adalah abad yang mengedepankan ilmu pengetahuan sebagai handalan manusia untuk memecahkan probela kehidupannya dengan demikian abad ini akan melahirkan masyarakat belajar atau masyarakat ilmu pengetahuan.

Kedua, di era ini akan muncul dunia tanpa batas. Sekat-sekat geografis menjadi semu sebagai akibat dari kemajuan ilmu komunikasi dan informasi.

Ketiga, era ini juga akan memunculkan persaingan global, akan muncul era kompetitif. Apabila era persaingan muncul maka diperlukan manusia-manusia unggul, sebab kompetitif akan menuntut munculnya manuisia-manusia unggul.

Keempat, era ini akan memunculkan teknologoi pembelajaran jarak jauh seperti teleconference, internet, serta media-media komunikasi teknologi pembelajaran modern lainnya, dalam bentuk global education.

Kelima, era ini akan memunculkan pergaulan manusia yang berdasarkan multicultural. Manusia hidup dalam lintas buadaya, ras, etnik, bahasa, dan agama.

3. Peluang dan Tantangan Globalisasi

Peluang era globalisasi adalah semakin mudahnya komunikasi dan informasi, akan makin mempermudah hubungan antara sesame manusia, sehungga dengan demikian transformasi ilmu dan peradban manusia menjadi sangat mudah pula. Tantangan :

Pertama, tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat disangkal bahwa dunia ini masih saja dibagi pada dua kelompok besar, yaitu negara-negara maju dan negara-negara-negara-negara berkembang.

(11)

Ketiga, tantangan budaya. Persainagn budaya pun tidak bisa dihindarkan, dari berbagai hal yang berkenaan dengan gaya hidup, model pakaian, makanan, dan seterusnya akan muncul di arena global. Di sini biasanya budaya-budaya yang berasal dari negara-negara maju akan mendominasi.

4. Pendidikan Islam di Era Global

Era Global menuntut manusia untuk memiliki kualitas global pula, manusia yang mendunia. Karena itu pendidikan Islam harus diarahkan ke hal tersebut. Sekolah-sekolah Islam, madrasah, dan pesantren serta perguruan tinggi Islam harus diarahkan untuk terciptanya manusia yang dapat hidup mendunia. Untuk itu perlu dibuat rancangan pendidikan islam yang meliputi :

a. Pendidikan berkualitas. Era global adalah identic dengan kompetitif. Dengan demikian pendidikan bermutulah yang akan membawa manusia untuk survive di masa yang akan datang.

b. Membangun pendidikan integrated fisik nonfisik (akal, qalb, nafs) dan

keterampilan sehingga muncul kecerdasan intelektual , emosional dan spiritual. c. Memanfaatkan pengajaran teknologi globalisasi, teknologi pembelajaran jarak

jauh, penggunaan computer internet dan lain-lain. d. Memperluas jaringan kerjasama internaasional.

5. Penutup

Era globalisasi tidak bisa dihindari, memiliki dua dampak, yaitu positif dan negative. Dampak positifnya mempermudah kehidupan manusia dengan

memanfaatkan teknologi komunikasi dan transportasi, memperpendek jarak yang jauh. Dampak negatifnya akan terjadi persaingan budaya dan kompetisi dalam berbagai bidang kehidupan. Kompetensi akan dimenangkan oleh yang kuat. Budaya-buadaya kuat akan mengalahkan budaya yang lemah. Termasuk dalam bidang ekonomi.

(12)

BAB V

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN

A. Pemberdayaan Pendidikan Melalui Partisipasi Masyarakat 1. Pendahuluan

Dari catatan sejarah dapat dilihat bahwa pada tahun 1946, Pemerintah telah membentuk satu badan yang disebut Panitia Penyelidik Pendidikan dan Pengajaran, yang bertugas untuk mengkaji berbagai masalah pendidikan di Indonesia. pada tahun 1947 Pemerintah melaksanakan Kongres Pendidikan I di Solo. Tahun 1948 melahirkan Panitia Pembentukan Rancangan Undang-Undang Pendidikan. Tahun 1949

Mengadakan Konggres Pendidikan II di Yogyakarta dan Tahun 1950 lahirnya Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 dengan nama Undang-Undang-Undang-Undang tentang Dasar-Dasar

Pendidikan dan Pengajaran (UUP). Setelah itu lahirlah berbagai Undang-Undang peraturan pemerintah berkenaan dengan pendidikan di Indonesia dan terakhir lahirnya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Garis besar kronologis tersebut perlu

diungkapkan untuk melihat betapa sesungguhnya Pemerintah di awal kemerdekaan sangat menaruh perhatian yang serius dalam membenahi pendidikan di Indonesia.

2. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan terkait erat dengan berbagai aspek yang setidaknya meliputi aspek sumber daya pengelola, sarana dan prasarana, proses pembelajaran, finansial, atmosfir akademik, dan manajemen pengelolaan sekolah. Sumber daya pengelola yang terpenting adalah tenaga pendidik. Dalm bidang sarana dan prasarana, pokok tema kekurangan, apa lagi sarana penunjang berupa media pembelajaran modern.

Relevansi pendidikan terkait erat dengan kurikulum. Kurikulum yang

bagaimanakah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga out put dari sebuah lembaga pendidikan match dengan kebutuhan masyarakat? Dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi, merupakan sebuah jawaban untuk itu.

3. Pemerataan Pendidikan dan Perluasan Pendidikan

(13)

SLTA. Kedua, pemerataan guru belum terwujud. Guru banyak menumpuk di perkotaan sedangkan di desa, apalagi desa terpencil, kekurangan guru. Ketiga, pemerataan dan perluasan sarana dan prasarana pendidikan.

4. Menggalang Partisipasi Masyarakat untuk Pengembangan Pendidikan

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia telah lama memperkenalkan apa yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan (rumah tangga, sekolah dan masyarakat). Pembagin ini inklusif di dalamnya tentang tanggung jawab masyarakat. Dengan demikian peningkatan peran masyarakat didalam pendidikan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya memberdayakan pendidikan.

Sesungguhnya masyarakat Indonesia telah menunjukkan peranan mereka di dunia pendidikan dengan membuka berbagai lembaga pendidikan swasta, membayar uang sekolah, pembangunan gedung sekolah, dan lain sevagainya. Akan tetapi sesuai dengan tuntutan zaman, terlebih-lebih di era otonomi daerah maka peran masyarakat harus lebih ditingkatkan dari apa yang sudah dilakukan mereka selama ini.

5. Penutup

Dunia pendidikan kita masih jauh dari yang diharapkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk itu perlu dicarikan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang sedang menimpa pendidikan tersebut. Salah satu strategi adalah dengan memberdayakan masyarakat, sebab kondisi pendidikan Indonesia hari ini tidak bisa hanya diserahkan semata-mata kepada Pemerintah saja.

Peranan masyarakat perlu ditingkatkan dari yang sudah ada selama ini, lewat lembaga swadaya masyarakat, organisasi pendidikan, dewan pendidikan dan komite sekolah yang memiliki peranan sebagai Badan Pertimbangan, Badan Pendukung, Badan Pengontrol dan Badan Mediator.

Telah tiba saatnya agar Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan perhatian yang lebih sungguh-sungguh dalam bidang pendidikan.

B. Peranan Organisasi Islam dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia 1. Pendahuluan

(14)

Ketika para pelajar dan mahasiswa Indonesia itu kembali ke Indonesia, mereka membawa ide-ide yang berkembang di Timur Tengah ke kalangan masyarakat

Indonesia. mulailah muncul pembaruan dalam berbagai bidang seperti agama, memunculkan ide-ide modernisasi keagamaan. Muncullah ketika itu pemikiran keagamaan yang berorientasi pada kemajuan zaman serta berpegang kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dalam bidang pendidikan, munculnya ide pembaruan terhadap pendidikan tradisional yang dilaksanakan di pesantren, surau, dan dayah, munculnya ideb untuk memperbarui kurikulum, metode, sistem, lembaga, serta manajemen. Pada ketika itu muncul sebuah lembaga baru yang bernama Madrasah. Madrasah

merupakan bentuk baru lembaga pendidikan yang diperkenalkan di Indonesia sebagai salah satu perwujudan dari ide pembaruan tersebut. Dalam upaya modernisasi

pesantren, muncul berbagai organisasi massa Islam, dianataranya Jamiat Khair (1905), Sarikat Dagang Islam (SDI) (1911) yang kemudian berubah menjadi Sarikat Dagang Islam (1912), Muhammadiyah (1912), Al-Irsyad (1915), Persatuan Islam (1920), Nahdiatul Ulama (1926), al-Washliyah (1930), dan Al-Ittihadiyah (1935). Organisai-organisasi ini telah banyak menunjukkan kiprahnya di masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan yang terkait erat dengan peningkatan sumber daya manusia.

2. Gerakan Pembaruan Pemikiran di Dunia Islam

Kondisi umat Islam Indonesia pada masa era colonial juga cukup

memprihatinkan, mayoritasnya bergelut dengan kebodohan dan kemiskinan. Banyak masyarakat Muslim yang tidak terdidik dan tidak memiliki akses ke dunia pendidikan. Pendidikan yang dapat dinikmatinya hanya pada level Sekolah Desa. Dalam bidang ekonomi juga demikian, kebanyakan berada di bawah garis kemiskinan.

Kondisi umat Islam di belahan dunia lain pun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh masyarakat Muslim Indonesia. Kenyataan-kenyataan yang menimpa umat islam itu membuat masyarakat Muslim menyadari beta mereka harus bangkit dan mengubah diri. Mulailah muncul gerakan pembaruan di Dunia Islam. Di Mesir tibullah gerakan pembaruan pendidikan yang dipelopori oleh

(15)

upaya pembaruan di bidang pendidikan dilaksanakan dengan mendirikan madrasah serta memasukkan mata pelajaran umum ke pesantren.

3. Pembaruan di Indonesia

Upaya-upaya pembaruan di Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek.

a. Aspek agama, munculnya ide untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, men jauhi khurafat dan bid’ah, di samping munculnya pemikiran modernis dalam bidang agama. b. Aspek pendidikan, pembaruan pendidikan dilaksanakan dalam 4 aspek, yaitu

kurikulum, metode, sistem klasikal, dan manajemen pendidikan.

c. Aspek ekonomi, berdirinya rganisasi Serikat Dagang Islam (SDI), sebuah organisasi yang berupaya untuk menggalang persatuan dan kesatuan di kalangan pedagang batik Muslim di Solo, agar dapat mempertahankan eksistensi mereka bersaing dengan pedagang lain.

d. Aspek politik, tidak bisa diingkari bahwa awal abad kedua puluh telah muncul kecerdasan Bangsa Indonesia tentang nasionalisme dan keinginan untuk lepas dari penjajahan Belanda; maka lahirlah dikalangan masyarakat Indonesia gerakan politik untuk mencapai Indonesia merdeka, khusus di kalangan umat Islam lahirlah Sarikat Islam (SI) seba\gai kelanjutan dari SDI (Sarikat Dagang Islam).

e. Aspek sosial, yakni lahirnya sejumlah organisasi Islam. Seperti yang telah diuraikan terdahulu, dalam kegiatannya Islam Melaksanakan beberapa aktifitas.

1) Kegiatan keagamaan 2) Kegiatan sosial 3) Kegiatan dakwah 4) Kegiatan pendidikan

4. Kaitan Organisasi Islam dengan Peningkatan Sumber Daya Manusia

Organisasi-organisasi Islam sejak berdirinya telah melaksanakan aktifitas di bidang pendidikan, bahkan pendidikan dijadikan sebagai aktifitas utama. berdirilah madrasah, se4kolah, pesantren, selanjutnya setelah Indonesia merdeka disempurnakan dengan mendirikan perguruan tinggi Islam.

Dengan melaksanakan berbagai ktifitas pendidikan maka organisasi-organisasi Islam tersebut telah memiliki andil yang besar dalam pembentukan manusia Indonesia.

5. Peranan Al-Ittihadiyah dalam Pembentukkan Sumber Daya Manusia

Lembaga Pendidikan Al-Ittinhadiyah telah melahirkan sejumlah alumni

(16)

Pertama, mengkordinasi seluruh aktifitas pendidikan yang berada dalam naungan Al-Ittihadiyah dalam sebuah sistem.

Kedua, membangun lembaga pendidikan unggulan, baik lembaga pendidikan yang akan mempersiapkan kader ulama maupun intelektual.

Ketiga, membangun pendidikan tinggi yang diawali dengan membangun sekolah tinggi selanjutnya menuju terwujudnya sebuah universitas.

Keempat, membangun ciri kahas pendidikan Al-ittihadiyah yang memiliki karakteristik yang berbasis pada pendidikan watak.

6. Penutup

Awal abad kedua puluh merupakan starting point kesadaran umat Islam Indonesia untuk memperbaiki diri dalam berbagai aspek kehidupan, meliputi aspek keagamaan, sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Khusus dalam bidang

pendidikan, munculnya upaya-upaya pembaruan yang meliputi pembaruan manajemen, kurikulum, sistem, metode dan lembaga.

Dalam mengoprasionalkan kegiatan pendidikan tersebut, maka organisasi-organisasi Islam memiliki peranan yang besar. Sejak lahirnya organisasi-organisasi Islam di awal dan di pertengahan abad kedua puluh sampai saat sekarang, sudah jutaan orang yang menikmati pendidikan dari jasa yang dilaksanakan oleh organisasi Islam tersebut. Hal ini bermakna bahwa organisasi-organisasi Islam telah mempunyai andil yang besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun sumber daya manusia Indonesia, termasuk Al-Ittihadiyah.

Sesuai dengan arus perkembangan zaman, peranan itu harus lebih ditingkatkan pada masa yang akan datang, karena tantangan kehidupan global yang menghendaki lahirnya manusia unggul yang memiliki daya saing tinggi. Salah satu ciri kehidupan global itu ialah kompetitif. Untuk menghadapi era kompetitif tidak boleh tidak pendidikan Islam harus berorintasi pada kualitas.

C. Konsep Pendidikan Al-Jam’iatul Wasliyah 1. Pendahuluan

Salah satu organisasi Islam yang muncul di Indonesia setelah abad kedua puluh adalah Jam’iatul Washliyah. Lahir di Medan pada tanggal 30 November 1930. Al-Jam’iatul Washliyah bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, dan dakwah Islamiyah.

(17)

Setelah Indonesia merdeka, mendirikan sekolah-sekolah umum dan universitas. Berkenaan dengan itu perlu ditelusuri bagaimanakah sebetulnya konsep pendidikan Al-Washliyah dan pemikiran kependidikannya.

2. Gerakan Modernis Islam di Indonesia

Faktor yang tidak bisa diabaikan bahwa latar belakang munculnya ide pembaruan itu juga muncul dari dalam umat Islam Indonesia. berdasarkan fakta sejarah bahwa pada awal abad kedua puluh di Indonesia telah tumbuh semangat untuk memunculkan sebuah gerakan dan gagasan yang belum pernah muncul sebelumnya, seperti munculnya gerakan dan gagasan Boedi Oetomo. Khusus dikalangan Islam munculnya organisasi Sarikat Dagang Islam (SDI) yang lahir di Solo, kelihatannya adalah murni sebagai gerakan yang muncul dari dalam masyarakat Islam Indonesia, bukan pemikiran “impor”.

Selain dari itu, kondisi tanah air juga membuat masyarakat Muslim Indonesia ingin melakukan perubahan. Masyarakat Muslim Indonesia yang merasa terpinggirkan dan diskriminaatif ingin membuat sebuah gerakan perubahan agar keluar dari kemelut tersebut. Telah lama dirasakan oleh Masyarakat Muslim Indonesia adanya upaya-upaya pendiskriminasian, misalnya diberlakukannya ordonasi guru pada tahun 1905 yang menetapkan bahwa guru-guru agama harus mendapat izin mengajar dari pemerintah, baru diperbolehkan mengajar. Kemudian ordonasi itu diperlonggar dengan lahirnya ordonasi 1925, bahwa guru agama tidak perlu memperoleh izin, cukup melaporkan saja. Untuk memperoleh akses pendidikan ketika itu masyarakat Indonesia kelihtannya dibagi dalam tiga strata, pertama strata tertinggi yaitu orang-orang Belanda dan Eropa lainnya, mereka mempunyai sekolah khusus seperti ELS, HBS. Strata menengah, yaitu untuk ank-anak Indonesia yang orang tuanya memiliki posisi kedudukan dan ekonomi yang baik, untuk merekaa dipersiapkan sekolah seperti HIS, MULO, AMS, terakhir untuk orang kebanyakan disediakan Sekolah Desa tiga tahun dan paling tinggi Sekolah Kelas Dua selama lima tahun, mak bergabunglah pengaruh intern dan ekstern di kalangan masyarakat Muslim Indonesia di awal abad kedua puluh sehingga melahirkan gerakan pembaruan.

3. Al-Jam’iatul Washliyah sebagai Organisasi Sosial, Agama, Dan Pendidikan

(18)

kemudian tepatnya pada tahun 1928 murid-murid MIT kelas tertinggi membentuk sebuah perhimpunan pelajar yang diberi nama dengan “Debating Club”, dipimpin oleh Abdurrahman Syihab. Pada mulanyaa kegiatan organisasi ini merupakan kelompok diskusi disekitar pelajaran, tetapin kemudian meluas ke masalah sosial dan juga menyinggung tentang adanya paham baru yang muncul ketika itu di Medan, yang namanya Muhammadiyah.

Debating Club ingin berperan dalam hal ini dan mencoba menjadi penengah. Akhirnya mereka memperluas peranan perhimpunan tersebut dengan mendirikan sebuah organisasi baru di tahun 1930 dengan nama Al-Jam’iatul Washliyah.

4. Al-Washliyah dan Pendidikan a. Sistem Pendidikan Al-Washliyah 1) Lembaga

Lembaga pendidikan yang dibangun oleh al-Washliyah yang pertama adalah Madrasah pada tahun 1932, terletak di jalan Sinagar Petisah, Medan. Selanjutnya Madrasah Al-Washliyah berkembang karena benberapa Madrasah milik pribadi bergabung menjadi Madrasah Al-Washliyah. Perkataan Madrasah baru baru popular di kalangan masyarakat Muslim Indonesia, pada awal kedua puluh bersamaan dengan masuknya ide-ide pembaruan pemikiran islam ke Indonresia. Sebelumnya memakai perkataaan pesantren, dayah, surau ataupun maktab, peristilaahan madrasah yang pertama adalah Madrasah Adabiyah di Padang pada tahun 1909. Sejak itru berkembanglah nama madrasah di Indonesia. tingkatan pendidikan di Madrasah al-Washliyah ini adalah tajhiziyah, tsanawiyah dan qismu’ali.

2) Kurikulum

Kurikulum pendidikan di Madrasah Al-Washliyah adalah seperti yang disebutkan dalam maklumat pengumuman penerimaan siswa yang bersifat kurikulum sentralistik terdiri dari :

a) Membaca al-Qur’an, mulai dari permulaan sampai dapat membaca dengan baik,

b) Nahwu dan Sharaf, c) Bayan dan Ma’ani, d) Fiqh,

(19)

Pendanaan bersumber dari uang sekolah murid, yang bersama tergantung pada keadaan dan kondisi setempat. Uang ini pula dipergunakan untuk membayar gaji guru, iauran wajib kepada Pengurus Besar serta keperluan lainnya. Pengawasan dan

administrasi keuangan tersebut dipantau oleh Pengurus Besar. 2) Pengawas

Madrasah dan sekolah Al-Washliyah diawasi oleh sebuah badan yang disebut komisi/pengawas/mufattisy yang bertugas untuk mengawasi kurikulum, pengelolaan sekolah, alat-alat sekolah dan keadaan guru.

3) Tata Kelola

Tata kelola pendidikan di koordionasi oleh pengurus besatr bagian Tarbiyah, beberapa aturan diterapkan, seperti kurukulum sentralisasi, adanya pengawas

(mufattisy) masalah ujian (imtihan), setoran keuanagan ke Pengurus Besar dari jumlah yang telah ditetapkan atas hasil pungutan uang sekolah, serta pengaturan sisten pendidikan.

a. Pemikiran Pendidikan

Corak pemikiran pendidikan Al-Wasliyah semakin kelihatan setelah Indonesia merdeka. Corak pemikiran tersebut terlihat bagaimana Al-Wasliyah membagi bentuk dan jenis pendidikan. Ada pendidikan yang mempersiapkan kader ulama, yaitu lembaga pendidikan yang disebut dengan Qismul ‘Ali.

Crak kedua adalah konsentrasi dalam mata pelajaran umum lewat lembaga pendidikan sekolah SD, SMP, SMA Al-Wasliyah. Di lembaga pendidikan ini

konsentrasi pembelajaran adalah pengetahuan umum berbasis keagamaan, sehingga membedakannya dengan sekolah-sekolah negeri.

Dua jenis keilmuan itu, yaitu ilmu-ilmu agama (perennial knowledge) dan acquired knowledge, menyatu dalam muara Universitas Al-Washliyah yang mengasuih kedua jenis keilmuan tersebut, seperti adanya Fakultas agama Islam di samping Fakultas Ekonomi, Hukum, Teknik dan lain-lain.

5. Penutup

Uraian yang telah dikemukakan tersebut menunjukkan bahwa Al-Washliyah adalah organisas Islam yang telah banyak berkiprah di dunia pendidikan, dalam usianya ke 79 tahun sekarang telah banyak memberikan sumbangan yang besar bagi mencerdaskan bangsa. Corak pemikiran kependidikannya jelas terlihat, ingin

(20)

Kiprah Al-Washliyah kedepan diharapkan konsisten terhadap visinya selama ini yang bergerak di bidang sosial, agama, pendidikan, dan dakwah. Pada bagiamn-bagian tersebutlah dilakukan konsentrasi kegioatan. Khusus di dalam dunia

Referensi

Dokumen terkait

Bank adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis

Beberapa hambatan tersebut sudah tergambar pada analisis dan penyajian data di atas seperti adanya keengganan masyarakat untuk menggunakan fasilitas public

pada bagian atas lateral dari uterus, caudal dari tuba, kedua lig ini melalui canalis. inguinalis ke bagian cranial

Analisis terhadap konsumen sayuran segar ini dilatarbelakangi oleh penjualan sayuran lokal dan sayuran impor di supermarket Foodmart yang cenderung tidak stabil,

Suatu proses pembelajaran dengan tidak menerapkan pembelajaran demokratis khususnya pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas dua MTsN Model Meulaboh, MTsN

Pembinaan sautu cabang olahraga tentunya perlu memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh erat untuk meningkatkan suatu presatsi olahraga tersebut. Dalam penelitian

Dari uraian di atas, penelitian tentang kepuasan pasien ditinjau dari persepsi kualitas pelayanan bimbingan kerohanian Islam patut untuk dilaksanakan dengan harapan

diakibatkan kesalahan yang dilakukan subjek pada tahap sebelumnya, sedangkan untuk subjek dengan kecerdasan visual rendah melakukan kesalahan pada 4 tahapan NEA, yaitu pada