ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP
SECARA OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUK-UNG
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Oleh:
FARADIBA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : Analisis Pengelolaan Perikanan Tangkap Secara Optimal Dalam Upaya Mendukung Pembangunan Yang Berkelanjutan.
Nama : Faradiba
NRP : PO53020191
Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
1,'
Dr. 1r.Akhmad Fauzi Syam. M.Sc. Ketua
Prof. Dr. Affendi Anwar,- Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilnlu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
Prof.Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP SECARA
OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PEMBANGUANAN
BERKELANJUTAN
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenaranya.
ABSTRAK
FARADIBA. Analisis Pengelolaan Perikanan Tangkap Secara Optimal Dalam Upaya Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. (AK- FAUZI sebagai ~ e & a dan AFFENDI ANWAR sebagai Anggota Komisi Pembimbing ).
Jumlah hasil tangkapan ikan para nelayan di wilayah Teluk Palu dari waktu ke waktu tidak mengalami peningkatan jumlah yang berarti, bahkan yang cendemng terjadi adalah h a i l tangkapan mereka lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan, sehingga ha1 tersebut secara langsung berpengamh terhadap tingkat kesejahteraan nelayan. Tingkat kesejahteraan yang rendah mendorong para nelayan melakukan pencurian karang guna menambah penghasilan mereka, tindakan tersebut mengakibatkan keseimbangan eko-sistem menjadi terganggu dan ironisnya pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir Teluk Palu tidak memperhatikan ha1 ini. Tujuan penelitian ini untuk rnenganalisis tingkat kelestarian sumberdaya perikanan Teluk Paly dampaknya terhadap kesejahteraan nelayan, daya dukung dimensi bio-ekologis, dan arah pengembangannya serta peranan kelembagaan Pemerintah dan masyarakat. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif (bio- ekonomi, kesejahteraan, dan prime analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa te jadi economic ove$shing dalam pengolahan perikanan Teluk Palu oleh nelayan, disamping itu tingkat kesejahteraan nelayan rendah, dan pembangunan perikanan diarahkan pada economic driven, dan peranan lembaga masyarakat yang ada sangat kecil dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di wilayah ini.
ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP
SECARA OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUKUNG
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
OLEH:
F A R A D I B A
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi IImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAW PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah, SWT atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga tesis dengan judul "Analisis Pengelolaan Perikanan
Tangkap Secara Optimal Dalam Upaya Mendukung Pembangnnan
Berkelanjutan" ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir
Akhmad Fauzi Syam, MSc dan Prof. Dr. Ir. AfEendi Anwar, M.Sc selaku Komisi
Pembimbing, untuk segala arahan, bimbingan dan perhatian pada pelaksanaan
penelitian hingga penulisan tesis ini, serta kepada Bapak. Ir. Sahat Simandjuntak,
MSc selaku dosen penguji, untuk semua masukan dan sarannya. Selanjutnya, terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah selaku Ketua Program Studi PWD
Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan dukungan dan saran dalam
penyelesaian tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
institusi-institusi yang telah membantu selama pengumpulan data, seperti Dinas
Perikanan Sulawesi tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan, BPS dan BAPPEDA
Kota Palu, Nelayan Responden dan ternan-teman mahasiswa PWD-IPB 2002.
Ungkapan terima kasih kepada ayahanda Abdeli 1.A (Alm) dan Ibunda Nafisa
tercinta, Suamiku Jusri Jusuf dan Anakku Sarah Julia tersayang beserta kakak dan
Adik-adiku atas segala pengorbanan, curahan kasih sayang dan perhatian serta do'a
bagi penulis selama ini, serta kepada seluruh keluarga besar suamiku di Bogor atas
segala do'a dan dukungannya. Terima kasih yang tak terhingga untuk semua guru-
guruku yang telah mengantarkanku pada cakrawala ilmu yang luas. Terakhir,
terima kasih untuk Elis, Andre dan seluruh teman- teman kos UGM atas segala
Semoga kebaikan semuanya dijadikan ibadah dan diberikan balasan yang berlipat
ganda oleh Allah, SWT. Amin.
Penulis menyadari besarnya keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis
sehingga tesis ini menjadi banyak kekurangan. Semoga karya kecil ini dapat
memberikan manfaat dan kegunaan bagi yang membacanya
Bogor, September 2006
Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 24 Agustus !975
,
sebagai anak kelimadari delapan bersaudara dari pasangan Abdeli Inayat Ali (alm) dan Nafisah.
Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 1982 sampai 1987 di SD
Negeri 12 Palu Barat. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 3
Palu dan lulus tahun 1990, selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di
SMANegeri 4 Palu dan lulus pada tahun 1993.
Pendidikan Strata satu penulis tempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Tadulako Palu. dari tahun 1994 sampai dengan
tahun 2000. Pada bulan September 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke Program
Magister Sains Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Perencanaan
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR I
DAFTAR IS1 ... 11
. .
DAFTAR TABE vii DAFTAR GAMB Vlll
. . .
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Pennasalahan ... 71.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 8 1.3.1 Tujuan Penelitian 8
.
.
1.3.2 Manfaat Penelltlan .. . ...
. .. . .. ..
. . ..
. . 811. TINJAUAN PUSTAKA 9 2.1 Konsep Pembangunan Wilayah ... . . 10
2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Wilayah 11 2.3 Kondisi Perikanan Indonesia 13 2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Berkelanjutan ... 14
2.4.1 Nilai Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
...
... 152.5. Kelembagaan ... ... 18
2.5.1 Kelembagaan dan Hak Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. ... 19
2.5.2 Kendala dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... ... 20
111. KERANGKA PEMZKIRAN DAN HlPOTESIS
...
... ... ... .. 233.2 Kelembagaan dalam Pengeloiaan Sumberdaya Perikanan ...
3.2.1 Hak Kepemilikan
1.3 Pola Keterkaitan Sosial Ekonomi dalam Pengelolaan Sumberdaya
Perikana
3.4 Nilai Ekonomi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan ...
...
3.5 Hipotesis
IV . METODOLOGI PENELITIAN ... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2 Metode Pengumpulan Data ...
4.2.1 Studi Data Prime
4.2.2 Studi Data Sekunder
4.3 Metoda Analisis
. . .
... 4.3.1 Analls~s B~oekonomi
... 4.3.2 Analisis Keuntungan Ekonomi
... 4.3.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan
.
. ...4.3.4 Analisis Prime
... 4.3.5 Analisis Keiembagaan
... V . HASIL DAN PEMBAHASAN
...
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
...
5.2 Gambaran Umum Perikanan Teluk Palu
... 5.2.1. Karateristik Perikanan Teluk Palu
...
5.3 . Analisis Ekonomi
5.3.1. Biaya Penangkapa
5.3.2. Keterkaitan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dengan Fungsi
...
5.3.3. Keterkaitan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dengan
Kesejahteraa 54
5.3.4. Prime Analysis 55
5.3.5. Daya Dukung Dimensi Bio-Ekologis dan Ekonomi Terbadap
Kelestarian Sumberdaya Teluk Palu ... . 57
5.3.6. Peranan Kelembagaan Pemerintah dan Kelembagaan Tradisional
Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap ... ... 59
Kesimpulan 64
Sara 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR TABEL
Hal
Distribusi Persentase PDRB atas dasar harga konstan
...
Tahun 1993 Menumt Lapangan Usaha
Produksi Perikanan Laut di Teluk Palu ...
...
Produksi Perikanan Indonesia Tahun 1989-1998
...
Matriks Pengambilan Keputusan
...
Luas Wilayah Kota Palu
...
Jenis Alat Tangkap Nelayan Teluk Palu
Jenis Armada Penangkapan ...
Stmktur Biaya dalam Kegiatan Penangkapan ...
Hasil Olahan Optimasi Bio-Ekonomi ...
DAFTAR GAMBAR
Kerangka Berpikir Tentang Keberlanjutan
Stmktur Kepengumsan Lembaga Perikanan ...
Kerangka Pemikiran
Luas Wilayah Kota Palu ...
Tingkat Pendidikan Nelayan ... ... Tingkat Umur Nelayan
Hubungan Kuadratik Antara Effort dengan Hasil
- .
anmapan.
...
. . .. . . .
. . ..
. . .. . .
.Hubungan Kuadratik antara Effort, Produksi, Penerimaan dan Biava ...
Value Tree
Value Intervals ... ...
Weights Ekonomi ... .
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Berbagai aktifitas pembangunan di suatu wilayah secara signifikan memang
telah rnemberi kontribusi terhadap proses pembangunan namun perkembangan ini juga
turut memberikan dampak terhadap kelestarian dan daya dukung iingkungan maupun
perubahan-perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi di wilayah tersebut yang pada
gilirannya akan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang hidup
didalamnya.
Negara indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang sebagian besar wilayahnya
merupakan wilayah pantai dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian utama dari
sub sektor perikanan. Dengan demikian sumberdaya perikanan secara potensial dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk wilayah
pantai. Disamping itu sumberdaya perikanan dapat di ekspor untuk meningkatkan
sumber devisa maupun peluang baru di bidang ketenagakerjaan. Dengan
memperhatikan kenyataan ini sudah seyogyannya apabila potensi sumberdaya perikanan
tersebut dikembangkan sejalan dengan tujuan-tujuan pembangunan.
Dennan oerairan laut seluas total 5.8 iuta krn2 (berdasarkan konvensi PBB tahun
1982), Indonesia menyimpan sumber daya hayati dan non hayati yang melimpah
Apabila dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan potensi sumberdaya laut
indonesia dapat menjadi modal utama pembangunan nasional terutama sumberdaya
perikanan yang jenis dan jumlahnya sangat melimpah. Namun pengembangan dan
1. Mempertahankan Sustainability.
Sudah sejak lama diketahui bahwa sumberdaya alam laut dapat terkuras dan
species sasaran dapat punah. Hal ini menimbulkan pemikiran perlunya peluang
usaha yang menjamin kelestarian sumberdaya alam perikanan. Konsep
sustainability sendiri agak sulit didefenisikan secara tepat. Berbagai defenisi
diajukan oleh berbagai pihak (UNESCO, Ciriacy-Wantrup 1952, Pearce et al,
1989, Barbier dan Markandya ;1990, Pezzey ; 1992) sesuai dengan kepentingan
dan batasan wewenagnya masing-masing. Akan tetapi dasar konsepnya adalah
sama yaitu, "Penggunaan suatu sumberdaya alam sedemikian rupa sehingga
tidak terkuras atau rusak atau secara pemanen". Untuk itu kita hams
mengetahui batas kekuatan sumberdaya alam tersebut sampai seberapa jauh bisa
digunakan tanpa terkuras atau rusak secara permanen. , .
2. Meningkatkan pendapatn nelayan dan petani ikan.
Perikanan tangkap dan budidaya merupakan suatu sektor ekonomi dunia yan
cukup besar. Termasuk bagi Indonesia sekarang dan dimasa depan.
Pembangunan suatu sektor ekonomi mengbaruskan peningkatan pendapatan di
sektor tersebut sehingga pendapatan pelaku ekonomi dapat memenuhi biaya
operasi, biaya peningkatan usaha dan biaya peningkatan konsumsinya. Akan
tetapi pertumbuhan ini harus tetap dalam koridor sustainability tersebut diatas
sehingga peningkatan pendapatan dapat terus berkesinambungan.
Suatu pemerintahan dimana sumberdaya alam cukup besar, memerlukan
pemasukan dan penganggaran dari dan untuk sektor perikanan tersebut,
pemasukan dari sektor perikanan tersebut diperlukan untuk biaya:
a. Membantu membangun dengan penelitian dan pengaturan sehingga
penggunaan sumberdaya alarn perikanan dapat berkesinambungan dan
lestari (sustainable)
b. Membantu mernbangun dengan penyediaan jasa, prasarana, dan permodalan
(tennasuk peningkatan teknologi) yang tidak dapat dilakukan secara sendiri-
sendiri oleh para pelaku ekonomi di sektor perikanan.
c. Pemerintah juga hams mempunyai biaya yang dapat digunakan untuk
cadangan dalam membiayai kegiatan-kegiatan penyelamatan sumberdaya
alam perikanan yang telah mulai rusak (resource revovery activity).
d. Melaksanakan pengawasan dan penegakan aturan (monitoring, surveilance,
dan enforcement) yang menjamin terlaksananya batasan penibangunan
perikanan di atas.
Pada dasarnya tujuan pembangunan perikanan adalah mendapatkan manfaat
yang sebesar-besarnya dari sumberdaya perikanan bagi masyarakat terutarna masyarakat
perikanan secara berkesinambungan. Didalam pola urnum pembangunan tersirat bahwa
peningkatan produksi perikanan dilaksakan dengan sekaligus memperbaiki kehidupan
nelayan dan memajukan desa-desa pantai.
Wilayah desa pantai dengan berbagai macam karateristiknya dewasa ini masih
dihadapkan pada berbagai dalam upaya-upaya pengembangannya. Meskipun
bargaining position para nelayan didalam penentuan tingkat harga, ditambah resiko
usaha ynga relatif tinggi akibat sumberdaya perikana yang bersifat "open access"
khususnya yang menyangkut kegiatan sub sektor perikanan laut (Anwar,1985)
Kegiatan pengelolaan perikanan pada perairan laut wilayah Teluk Palu adalah
kegiatan penagkapan dan pemeliharaan. Namun umumnya kegiatan yang dilakukan
adalah penagkapan. Kegiatan penangkapan tersebut dilakukan dengan menggunakan
alat dan armada yang cukup sederhana.
Luas perairan laut di kawasan Teluk Palu berkisar 245,836 hektar dengan
produksi perikanan sebesar 39.253,9 ton pada tahun 2001 atau mengalami peningkatan
sebesar 6,28 persen dibanding produksi perikanan pada tahun 2000 yang hanya sebesar
36.369,30 ton adapun alat dan armada yang digunakan alat pancing, pukat pantai, pukat
cincin, jaring insang hanyut, jaring insang tetap dan jaring angkat. Sedangkan armada
yang digunakan adalah perahu tak bermotor (jukung dan papan), perahu motor tempel
dan kapal motor.
Hasil perikanan tangkap tersebut dijual dalam bentuk ikan segar karena jumlah
tangkapan nelayan lebih rendah dari pada jumlah permintaan pasar sehingga ikan hasil
tangkapan mereka selalu tejual habis dalam bentuk ikan segar. Usaha pengolahan
sumberdaya perikanan memegang peranan penting dalam upaya menyediakan gizi
masyarakat dan sumbangan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Madya Palu.
Dari sektor pertanian, perikanan merupakan sub sektor urutan ketiga yang memberikan
sumbangan terhadap PAD sebesar 3.95 persen berdasarkan harga konstan tahun 1993
Tabel. 1 Distribusi Presentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut
Sumber : Katalog BPS, 2001
Adapun produksi perikanan laut pada wilayah Teluk Palu kumn w a h 1997 -
2001 dapat dilihat pada tabel berikut :
Sulnber : Katalog BPS, 2001
Dengan potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar dapat memberikan
sumber pendapatan yang cukup besar bagi para nelayan, namun pada kenyataannya
sebagaian besar kehidupan ekonomi mmah tangga nelayan berada pada garis
kerniskinan. Penduduk dengan kemapuan yang rendah disertai dengan sifat "common
access" sumberdaya perikanan yang ada tampaknya semakin mengarah pada terjadinya
pengurasan sumberdaya perikanan sebagai akibat pengeksploitasian berlebihan.
[image:19.539.28.489.35.640.2]rendahnya tingkat teknologi yang digunakan serta kurangnya mobilitas yang ada makin
mendorong kearah keadaan yang pada hakekatnya sudah memprihatinkan. Demikian
juga kelembagaan ekonomi sering tidak memberi peluang untuk dapat memperbaiki
situasi ini.
Menurut Anwar (2000) dari sudut ekonomi meskipun pertumbuhan ekonomi
secara potensial dapat mendorong suatu wilayah guna mampu untuk mengatasi
permasalahan yang menyangkut pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
secara lebih efektif, tetapi kenyataannya yang tejadi menunjukkan lebih banyak
pengalaman yang memenuhi kegagalan dari pada yang mengalami keberhasilan.
Adanya bukti-bukti ini menimbulkan beberapa implikasi antara lain :
1) Diperkirakan ada akar yang menjadi penyebab dari permasalahan yang timbul,
meskipun adat dan kebudayaan antar daerah berbeda, tetapi dapat clisaksikan
adanya kesamaan-kesamaan terjadinya kegagalan dalam mengelola sumberdaya
alam dan lingkungan hidup
2) Pertumbuhan ekonomi sendiri sebenarnya bukan merupakan penyebab atau
akibat dari terjadinya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tetapi
menjadi hubungan-hubungan yang sangat kompleks.
Berdasarkan fenomena di atas maka diperlukan suatu kajian ilmiah untuk dapat
mengungkap berbagai permasalahan yang cukup kompleks yang menyangkut
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya Perikanan agar konsep kelestariamya dapat
te rjaga dengan baik.
Sebenarnya pengertian kelestarian masih diperdebatkan dan belum terdapat satu
dalam beberapa pandangan terdapat pengertian umum yang mengartikan sebagai konsep
multidisiplin sehingga hams memasukan dimensi social dan ekonomi (Hatfield and
Evans, 1996; Alder et al.., 2002) dalam Taryono ( 2003). Mc Goodwin (1990) dalam
Alder et a1,(2000) dalam Taryono, (2003) rnenyatakan bahwa dalam peniliaian system
rnanajemen perikanan, konsekuensi ekologis, social dan ekonomi juga perlu
dipertimbangkan secara seimbang seperti halnya konsekuensi teknologi dan etika.
Berdasarkan karateristik perikanan Teluk Palu yang telah disebutkan serta
adanya konsep penilaian kelestarian sumberdaya perikanan yang lebih luas, rnaka perlu
untuk melihat bagaimana interalsi factor ekonomis serta factor bio- ekologis terhadap
kondisi kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu.
1.2 Permasalahan
Berkembangnya konsep pembangunan berkelanjutan membawa perubahan
terhadap sudut pandang pembangunan secara luas, termas.uk didalamnya pola
pemanfaatan sumberdaya hayati perikanan. Konsep tersebut juga berimplikasi pada
perubahan penilian kelestarian sumberdaya perikanan. Oleh karena itu perlu dilakukan
penilian terhadap pola penangkapan yang ada. Kondisi tersebut dapat dinilai melalui
pendekatan beberapa indikator yang telah dikembangkan oleh F A 0 untuk dijadikan
acua karena telah diterima oleh masyarakat luas.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa Teluk Palu memiiiki potensi dan prospek di
bidang perikanan yang cukup besar. Hal tersebut didukung oleh kondisi alam dan letak
geografisnya yang cukup strategis, Teluk Palu memiliki kandungan berbagai jenis biota
Sebagian besar masyarakat menggantungkan mata pencahariaannya sehagai
nelayan, namun dilain pihak potensi sumberdaya tersebut akan terns berkurang baik
kualitas maupun kuantitasnya jika pemanfaatannya dilakukan secara berlebihan tanpa
adanya upaya pelestarian yang berakibat terancamnya persediaan pangan segenap
penduduk, distribusi pendapatan serta potensi pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan
datang.
Oleh karena itu maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana
status kelestarian sumberdaya perikanan diwilayah Teluk Palu berdasarkan dimensi
ekonomi dan bio- ekologis
Berdasarkan analisis diatas, maka permasalahan kelestarian sumberdaya
perikanan di Teluk Palu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi tingkat kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu
sebagai akibat dari adanya kegiatan penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya
perikanan.tersebut serta dampaknya terhadap kesejabteraan nelayan?
2. Bagaiman daya dukung dimensi bio- ekologis dan ekonomi terhadap kelestarian
sumberdaya perikanan di Teluk Palu serta arah kebijakan pengembangannya?
3 . Bagaimana peranan kelembagaan Pemerintah dan kelembagaan tradisional
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya Perikanan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1.3.1 Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisis tingkat kelestarian sumberdaya
2. Untuk mengetahui dan menganalisis daya dukung dimensi bio-ekologis dan
ekonomi terhadap kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu serta arah
kebijakan pengembangannya.
3 . Untuk mengetahui peran lembaga Pemerintah dan lembaga tradisional dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perencana maupun
pengambil keputusan khususnya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
dan upaya menjaga kelestariannya.
2. Dapat memberikan pencerahan terhadap perbaikan kehidupan ekonomi rumah
tangga nelayan.
3. Bagi Peneliti sebagai bahan kajian tentang sumberdaya perikanan dan
mengembangkan wawasan berpikir serta merupakan tambahan pengalaman
II.
TEVJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Pembangunan Wilayah.
Wilayah merupakan suatu kondisi geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan
merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Berdasarkan ha1
ini wilayah didefenisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau kandungan
area geografis tersebut. Oleh karena itu para ahli ekonomi dan pengembangan wilayah
sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk
mendefinisikan suatu masalah haruslah mencerminkan tujuan analisis atau tujuan
penyusunan pengembnga wilayah (Winoto, 2000).
Glasson (1990) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang
menggambarkan hubungan ekonomis, administrasi, formulasi dan implementasi dari
pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan diwilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah
merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk
kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi sosial masyarkat tersebut,
unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam
membuat suatu rencana sektoral, daerah serta program-program pembanguna wilayah.
Secara konseptual wilayah dapat dibedakan menjadi:
a. wilayah Homogen yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri 'baik yang
bersifat geografis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi
perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong tejadi perubahan
b. Wilayah Nodal yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas akan
tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur wilayah ini
dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu wilayah inti (pusat
metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi, hinterland) yang
merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer terhadap intinya dan
dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.
c. Wilayah Administrasi yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi politis
penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh derajat
interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.
d. Wilayah perencana yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional antar
bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistim), baik keterkaitan dalam
bentuk fisik-ekologis (ekosistim) maupun sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat
sifat-sifat tertentu yang alamiah sehingga perlu perencana secara integral dalam
pengembangan dan pembangunan sehingga dapat memberikan solusi dari
permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu
wilayah administrasi.
2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Wiiayah
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu
negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan halitas masyarakatnya. Dengan
adanya batasan tersebut menurut Arsyad, 1999 dalam Muhsin B, mendefinisikan bahwa
perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
sistim kelembagaan.
Selanjutnya menurut Anwar (1999) bahwa pembangunan ekonomi pada dasarnya
dicerminkan oleh tejadinya pembahan-perubahan aliran baru yang menyangkut arus
pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, reginal bahkan sampai
tingkat nasional. Implikasinya adalah bahwa berbagai proyek dan kegiatan
pembangunan hams mengundang inisiatif masyarakat lokai, karena mereka yang lebih
mengetahui secara baik kondisi wilayah yang berpengamh terhadap kegiatan
pembangunan tersebut.
Dari sudut pandang yang berbeda Todaro (1998) menggambarkan bahwa
pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan
proses sosial ekonomi dan institusional yang mencakup usaha-usaha untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik, sehingga pada akhirnya dapat mencapai 3 sasaran penting
yaitu: (1) Meningkatkan persediaan dan memperluas distribusi bahan-bahan pokok
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan keamanan, (2) meningkatkan taraf
hidup, penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, serta perhatian yang
lebih besar terhadap nilai-nilai sosial budaya.
Jhingan(l999), mencirikan perkembangan ekonomi suatu wilayah dalam 3 cara.
Pertama, perkembangan ekonomi suatu wilayah hams diukur dengan kenaikan
Pendapatn Domestik Regional Bruto (PDRB) yang nyata dalam suatu jangka waktu
yang panjang; kedua, berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata perkapita dalam
jangka panjang; dan ketiga, perkembangan ekonomi dipandang sebagai suatu proses
dan pemenuhan keinginan masyarakat secara keseluruhan. Dalam ha1 ini menurut
Dornbush dan Fischer (1977), kegunaan dari PDRB adalah sebagai suatu ukuran
kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) atau kesejahteraan penduduk,
dimana pada saat PDRB perkapita naik diasumsikan bahwa masyarakat secara materi
bertambah baik posisi kesejahteraannya. Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan
tertentu tetapi menurut Todaro(1999), PDRB perkaipta tetap relevan digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan di suatu wilayah.
2.3.Kondisi Perikanan Indonesia
Selama PIP I produksi ikan nasional tumbuh rata-rata 3.5 % pertahun.
Penyumbang utama terhadap pertumbuhan tersebut adalah dari sektor perikanan laut
yakni sekitar 75% pertahun. Sisanya dari perikanan perairan umum dan budidaya.
Sektor perikanan terakhir tumbuh sekitar 5.6% pertahun. Pada akhir PJP [ struktur
perikanan Indonesia telah mulai bergeser ke arah budidaya, yaitu dari komposisi 90%
hasil tangkapan dan 10% produksi budidaya pada tahun 1968 menjadi 84.5% hasil
tangkapan dan 15.5% produksi budidaya pada akhir tahun 1991. Berikut tabel produksi
Tabel 3 Produksi Perikanan tallun 1989 - 1998
--
Tahnn Perikanan Laut Perairrn U n ~ r ~ m Budidaya Total(ton) (ton) (ton) (ton)
1989 2.272.179 296.389 446.704 3.035.268
1990 2.370.107 292.537 499.825 3.162.469
1991 2.537.612 294.477 517 512 3.349.601
1992 2.692.068 300.896 550.368 3.543.332
1993 2.886289 308.469 600.384 3.795.322
1994 3.080 168 336.141 597.522 4.013.831
1995 3 292 930 3'29 710 640 947 4 263 587
1996 3 383.457 335.706 733.095 4.452.258
1997 3 612 961 304.258 662.547 4.579.766
1998 3.723.748 288.666 629.797 4.642.209
Sumbe1 - Stat~stlk Perikanan Itldones~a No 28 tahun 1998
- Produks~ bud~da>a laut mas111 kec~l. s e l u ~ ~ ~ g a d~gabungkan dala111 produks~ penkatlan laut
Pada tahun 1998 produksi ikan nasional telah mencapai 4.645.209 ton,
perikanan laut menimbang sebesar 80.21%. Dibanding dengan potensi yang besarnya
7.1 juta ton ikan pertahun, angka produksi perikanan laut nasional yang pada tahun
1998 dilaporkan telah mencapai 3.7 juta ton, ha1 ini menunjukkan bahwa pemanfaatan
kekayaan ikan dan hasil laut Indonesia masih tergolong rendah. Namun dari kenyataan
di lapangan di dapatkan bahwa banyak ikan yang tertangkap yang tidak tercatat dalam
buku statistik seperti ikan yang dikonsumsi langsung oleh nelayan, yang terbuang dan
yang dicuri nelayan asin. Sehingga jumlah ikan yang telah tertangkap diduga telah
mencapai 5 juta ton.
Pengembangan usaha perikanan laut sebaiknya dilaksanakan dengan pendekatan
prinsip kehati-hatian dengan menerapkan strategi :
1. Membatasi dan pengalokasian hak pengguna.
2. Tetapkan sasaran yang lebih rendah dari MSY
2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Seeara berkelanjutan
Sumberdaya perikanan termasuk jenis sumberdaya alam yang dapat pulih
kembali(renewable), karena kemampuan populasinya. Sumberdaya perikanan meliputi
perikanan darat dan perikanan laut. Sumberdaya perikanan laut mempunyai
keanekaragaman biota yang sangat besar baik dilihat dari segi jumlah spesies maupun
dari masing-masing jenis spesies.
Sesungguhnya terdapat dua pendekatan dalam pengelolaansumberdaya perikanan,
yaitu dari aspek ekonomi dan biologi. Aspek biologi berkaitan dengan keinampuan
sumberdaya perikanan untuk berpopulasi dan berproduksi. Kemampuan berpopulasi ini
dikaitkan dengan penagkapan ikan yang diarahkan pada tangkapan lestari (Maximzinz
Szistainable Yield). Pendekatan tangkapan maximum lestari mengasumsikan bahwa
setiap spesis memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi (Surplus) kapasitas
produksinya. Sehingga apabila surplus tersebut dipanen secara seimbang (tidak lebih
dan tidak kurang) maka stok akan bertahan secara berkelanjutan (Sustainable).
Akan tetapi pendekatan diatas banyak dikritik, yang didasarkan pada asumsi bahwa:
(1) perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah pada pengmsakan stok (stok
depletion); (2) tidak memperhitungkan nilai ekonomi apabila stok ikan tidak dipanen
(impzited values) dan (3) sulit diterapkan pada kondisi dimana sumberdaya perikanan
memiliki ciri keragaman jenis (multy-species), (Fauzi; 2000).
Evaluasi terhadap keberlanjutan (sustainability) adalah dengan mempertimbangkan
dampak dari aktivitas manajemen asset sumberdaya yang berimbang dengan
mempertimbangkan pentingnya aspek-aspek tingkat kesejahteraan manusia termasuk
hanya secara lokan untuk skala waktu masa kini saja, akan tetapi dalam sistim hirarki
yang lebih luas melalui lintas skala management (internasional, nasional, &an daerah
atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah dan jangka panjang) (Anwar;
2001).
Ketiga dimensi keberlanjutan dengan karateristiknya masing-masing dapat dilihat
pada gambar 1 berikut:
Skala spaliat Fang panlel )ang k r l ~ ~ ~ b u n ~ a n dengal1 lkarI.5. a d ~ ~ ~ u s t r a s i .
ekologi) Pailda~lganjauh ke del~au ille~l~erluho te jaduiya proses 1-ang krkembang
secara evolutil'?-allg dapat ~ l ~ e ~ l i p e ~ ~ g a m l t i kebeda~!iutan atall (sustaumbilih) Skala
i
pertimbangan uta~na. agar
[image:30.536.42.492.94.750.2]L o b 1 kebiiahn kebijal;sa~man
Gambar 1 Kerangka berfikir tiga di~nensi tentang keberlanjutan (.sustui/rahilin;)
2.4.1. Nilai Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya perikanan.
Pendekatan ekonomi sumberdaya perikanan beranjak dari fungsi produksi yang
dikenal dalam istilah biologi upaya penagkapan fishing effort). Effort didefenisikan
sebagai indeks dari berbagai input seperti; tenaga kerja, kapal, jaring, alat tangkap
lainnya yamh dibutuhkan dalam aktivitas penagkapan ikan, (Fauzi; 2002).
Pendekatan biologi dan ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
keduanya tetap mempertahankan keberlanjutannya. Menurut Hicks yang dikutip Anwar
dan Rustiadi, bahwa pemanfaatan sumberdaya alam yang menghasilkan pendapatan dan
kemudian dipergunakan untuk barang-barang konsumsi masa kini, jangan mengganggu
potensi pendapatan (dari sumberdaya modal) generasi mendatang terutama yang
menurunkan kapasitas sumberdaya tersebut perlu dihindari, (Anwar dan Rustiadi,2001).
Perolehan pendapatan melalui pengurasan modal seperti natural capital,
depletion, dan melemahnya social capital, tidak menciptakan pembangunan
berkelanjutan. Sedangkan modal dan pertumbuhan merupakan cara untuk menyediakan
kebutuhan generasi mendatang dengan menyediakan kesempatan yang sama atau lebih
besar dibandingkan masyarakat sekarang.
Terdapat beberapa karateristik yang membedakan antara usaha komersial besar
dengan nelayan kecil. Menurut Anwar, perbedaan kedua kelompok tersebut yaitu, (1)
berbentuk perusahaan joint ventura dengan perusahaan asing, (2) menggunakan kapal-
kapal pengakap ikan dan (3) menggunakan alat pemantau gelombang iakan melauyi
radar. Kedua; nelaya kecil adalah: (1)menjadi pemilik sekaligus operator; (2) tenaga
kerja dalam bentuk padat karya; (3) bermodal kecil; dan (4) jarang menggunakan
tehnologi modem. (Anwar, 1994).
Dalam perspektif ekonomi kelembagaan merupakan suatu sistim pengambilan
menyangkut alokasi sumberdaya serta w a pemanfaatannya guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Anwar (2001) bahwa dalam dunia nyata pada
dasrnya ada dua bentuk koordinasi yang utama, yaitu; (1) transaksi melalui pasar,
dimana harga menjadi panduan dalam mengkoordinasikan alokasi sumberdaya, dan (2)
transaksi melaui sistim organisasi berhirarki diluar sistim pasar, dimana otoritas dan
kewenangan berperan sebagai alat koordinasi dalam mengatur alokasi sumberdaya.
2.5 Kelembagaan
Kelembagaan secara umum diartikan sebagai aturan yang dianut dan ditaati atau
organisasi yang dibentuk oleh masyarakat total atau setempat yang menjadi pegangan
oleh masyarakat bersangkutan dalam melakukan transaksi satu sama lain (Hayami dan
Ruttan, 1984).
Pengertian lainnya mengenai kelembagaan yaitu organisasi atau kaidah-kaidah
baik formal maupun informal yang mengatur prilaku dan tindakan anggota masyarakat
tertentu, baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai
tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang bersifat asli dari adat
kebiasaan yang diperoleh secara turun-temurun dan ada juga yang baru diciptakan.
Suatu organisasi merupakan suatu susunan hirarki yang mempunyai aturan
kelembagaan dalam pengambilan keputusan yang dapat memakai sistem vooting atau
musyawarah untuk mufakat. Kelancaran kegiatan transaksi dalam organisasi ditentukan
siapa pemegang kekuasaan dalam setiap pengambilan keputusan (Anwar, 2001).
Dijelaskan kembali oleh Anwar bahwa institusi atau kelembagaan merupakan
manusia guna mengatur prilaku invidual anggotanya yang membangun interkasi antar
anggota-anggota dalam masyarakat tersebut.
2.5.1 Kelembagaan dan Hak Pengetolaan Sumberdaya Perikanan
Menurut Anwar (2002), masyarakat nelayan yang bermukim di wilayah pesisir mempunyai institusi tradisional yang telah lama dianut dan dipegang secara turun-
temurun hingga sekarang dalam ha1 pengelolaan perairan secara berkelanjutan,
sebagaimana kelembagaan adat pada kehutanan maupun perladangan.
Praktek institusi yang berdasarkan tradisi lokal tingkat desa ini terhegemoni
oleh pemerintah melalui peran kepala desanya yang melaksanakan campuran
kekuasaan. Kekuasaan ini merupakan perwakilan sebagai kepala desa yang mana tugas-
tugas diemban sering tidak konsisten dan bahkan selalu bersebrangan dengan peranan
institusi lokal yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya guna
peningkatan kesejahteraan anggota masyarakat sebagai upaya menuju pembangunan
berkelanjutan.
Sumberdaya perikanan mempunyai sifat yang spesifik yang dikenal dengan
akses terbuka (open acses) yang setiap orang atau individu merasa memiliki
sumberdaya tersebut secara bersama (commen proverty). Anggapan kepemilikan
bersama itulah yang menjadi aiasan semua pihak akan merasa mempunyai hak untuk
mengelolanya bahkan mengeksploitasinya sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki hingga nilai rent dari sumberdaya tersebut terbagi habis. Tetapi sebaliknya tidak
ada satupun pihak yang merasa bertanggung jawab akan kelestarian nilai dai
Terdapat kesulitan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan pesisir pantai
di daerah tropis karena berkaitan dengan persoalan ekologi, ekonomi, sosial antropologi
dan kultural. Kesulitan tersebut antara lain disebabkan karena: (1) para nelayan kecil
menangkap berbagai jenis ikan, binatang lunak, Vegetasi, mangrove, ganggang, rumput
laut dan sebagainnya; (2) penggunaan alat tangkap yang berbeda-beda, sehir~gga sulit
menilai fungsi hasil (yield function); (3) wilayah komunal pantai yang tersebar dan
terisolasi sehingga sulit menyediakan jasa-jasa pelayanan bagi mereka dan mereka
sering merana baik sosial maupun kultural; (4) sumberdaya perikanan dan pantai
mengalami penyusutan dan pengurasan, karena sifat akses terbuka yang juga
disebabkan tindakan para nelayan sendiri dan; (5) pengelolaan sumberdaya perikanan
yang terpusat sehingga biaya enforceme?zbzya mahal.
Menyadari berbagai kesulitan diatas, maka dalam pengelolaan su~nberdaya
perikanan diperlukan penyerahan kewenangan pengelolan yang dapat diberikan kepada
masyarakat komunal nelayan kecil (conzmonz properv right) atau kepada pemerintah
desa guna dapat melanjutkan keberlanjutan pernungutan dan pemanfaatannya.
Sungguhpun demikian agar pengelolaan sumberdaya memberikan manfaat yang
sekaligus tercapainya keberlanjutan maka diperlukan kelembagaan yang jelas, terarah
KEPALA KIMPUNGIDESA
Gambar 2. Struktur Kepengumsan Lembaga Pedesaan.
Menurut Feder dan Feeny dalam M.Saleh Oesman (2002) terdapat tiga kategori
dasar kelembagaan, yaitu peraturan perundang-undangan, tatanan kelembagaan dan
perilaku normatif. Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan mengorganisir
masyrakat. Tatanan kelembagaan merupakan pengaturan yang lebih spesifik, seperti
pengaturan ke jasama, kontrak dan hak-hak milik (property right). Sedangkan perilaku
normatif adalah nilai budaya yang melegitimasi tatanan dan kendala tingkah laku
Penerapan kelembagaan tradisional menunjukan pentingnya peranan komunitas
yang berkaitan dengan usaha-usaha konservasi sumberdaya pesisir dan penggunanaan
lokal dalam pengertian sempit, seperti perairan perikanan yang biasa disebut "local
common". Komunitas merupakan sekelompok orang-orang yang dicirikan oleh interaksi
sosial yang intensif diantara mereka,(Anwar, 2000).
Guana memahami mengenai kelembagaan nelayan dapat didekati dari 3 aspek
yaitu: batas yuridiksi, hak kepemilikan, dan aturan representasi (Pakpahan, 1989). Batas
yuridiksi berkaitan dengan kewenangan atau motoritas suatu lembaga. Hak
kepemiliklan berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban. Sedangkan ahran representasi
berkaitan denagn ketenvakilan seseorang dalam suatu organisasi.
2.5.2 Kendala Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.
Kesejahteraan Nelaym~
Kesejahteraan merupakan ukuran nilai tambah yang diperoleh nelayan dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan. Guna mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dapat didekati dari surplus produsen
(produsen's surplus), surplus konsumen (consumer's surplus), dan rente sumberdaya.
Pendekatan lain adalah dengan melihat optimasi kesejahteraan (walfare optimation)
yang ditinjau dari faktor output (yield).
Jika pengelolaan sumberdaya perikanan tidak memberikan kesejahteraan pada
masyarakat nelayan, maka memunculkan kondisi kemiskinan bagi mereka. Secara
filosofis, kemiskinan dapat dipandang sebagai "keadaan" yang menyebabkan seseorang
tidak mampu mentaati tata nilai dan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya, (Nasoetion: 1996, dalam M.Saleh 2002). Pengertian diatas menunjukan
Dengan demikian kemiskinan dapat didekati dari berbagai titik pandang, seperti dari
sudut ekonomi, sosial dan politik.
Menurur Anwar kemiskinan tejadi karena tindakan stratifikasi soaial yang
membedakan alokasi hak-hak (entitlement) secara menyolok dan terpusat pada
golongan-golongan yang h a t , berupa terbatasnya akses kepada sumberdaya-
sumberdaya, (Anwar,2001). Kelompok ini sangat h a t dan dan dekat dengan pusat
kekuasaan baik ditingkat pusat maupun daerah.
Karena terbatasnya akses, diperdesaan akses tentang sumberdaya pembangunan
tidak sampai pada masyarakat yang membutuhkannya. Seperti fesilitas kredit melalui
lemaga perbankkan dan organisasi ekonomi perdesaan yang banyak dinikmati
kelompok kecil elite, (a small elite). Menurut Wertheim, kenyataan tersebut hanya akan
memprkaya yang kaya dan yang miskin tetap miskin, (the rich grow richer and poor
grow poorer), (werheim; 1984 dalam M Saleh Oesman, 2002). Denagn demikian gejala
kemiskinan yang ditanggung bersama (shared poverty) tidak lagi merata diseluruh
masyarkat pedesaan, melainkan hanya terbatas pada lapisan termiskin yang paling
bawah.
Kemiskinan absolut (absolut poverty) merupakan konsep yang dikaitkan dengan
standar bidup minimum yang dihitung dengan uang. Pengertian dan pemahan tentang
kemiskinan kultural didasarka pada norma-norma masyarakat (sociel norm) pada setiap
waktu dan tempat. Akan tetapi untuk mengukur kemiskinan kultural mengalami
kesulitan, apakah pendekatannya tingkat pendapatan masyarakat atau defenisi kuiturai
sebagai suatu kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif mempunyai keterkaitan dengan
keuntungan karena dapat merefleksikan bahwa setiap individu cenderung merasa miskin
dibanding dengan yang lain,(Blair; 1998 dalam M Saleh 0,2002).
Terdapat beberapa faktor sebagai penyebab terjadinya kemiskinan, antara lain:
(1) fluktuasi agregat ekonomi (aggregat ecoi~ornic~zrctz~atio~i), (2) Produktivitas yang
rendah (low productivity), (3) Hambatan dan ketidak sempurnaan pasar (barriers arid
iniperfect niarket) (4) Budaya dan perilaku bawaan (czrltzrral a ~ d behavior traits),
III.
KERANGKA PEMlKIRAN DAN HIPOTESIS3.1. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dalam Pembangunan Wilayah
Kesalahan mengadopsi konsep pembangunan dari luar yang dilaksanakan di
masa Orde Baru terbukti telah menciptakan berbagai ketidak adilan. Model
pembangunan tersebut telah menyebabkan kesenjangan antar daerah, antar golongan
masyarakat dan antar sektor (zrt~balanced developn~et~t). Konsep pembangunan lebih
banyak mengadopsi konsep Lewis (Lewis fivo Sector Model) yang menekankan kepada
transformassi struktural (structural transfon?natiotz dari suatu perekonomian subsistem
menuju kepada ekonomi industri perKotaan. Paradigma pembangunan tersebut masih
bertumpu pada growth orientedpolicy dimana Growth Don~estic Product (GDI') masih
dijadikan sebagai indikator utama kinerja @erformance) pertumbuhan suatu negara.
Padahal indikator GDP bukan merupakan satu-satunya tolok ukur yang dapat
mencerminkan kesejahteraan suatu negara, selain itu indikator GDP belum mampu
mengukur secara tepat kinerja sektor ekonomi berbasis sumberdaya alam secara
konferhensif.
Kinerja sektor perikanan selama ini telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Indikator kemajuan tersebut dapat dilihat dari makin meningkatnya
konstribusi sektor perikanan terhadap ekonomi nasional secara keseluruhan. Meskipun
dari proporsi GDP konstribusi perikanan masih relatif kecil (sekitar dua persen) namun
sektor ini telah memberikan sumbangan devisa yang cukup berarti bagi ekonomi
Berubahnya politik di Indonesia yang ditandai dengan timbulnya era reformasi
telah memicu perubahan orientasi pembangunan di bidang perikanan, dimana
pembangunan pertanian secara orde baru lebih banyak bertumpu pada pertanian
tanaman pangan, secara tidak langsung membuat sektor perikanan kcrang banyak
berperan. Dengan lahirnya momentum reformasi tersebut pemerintah mulai
mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan sektor ini sebagai sektor unggulan
yang justru akan menjadiprime mover ekonomi khususnya di wilayah-wilayah pesisir.
Wilayah pesisir pantai memiliki keanekaragaman biota laut, disamping
kekayaan berupa hutan bakau (mangroove), pertambangan berupa minyak dan kekayaan
laut lainnya seperti mutiara, padang lamun, serta yang paling dominari adalab
sumberdaya perikanan. Termasuk pula sumberdaya alam yang berada di pesisir pantai
daratan, seperti tanaman perkebunan serta sumberdaya manusia yang bermukim dan
bermata pencaharian di pesisir pantai yaitu para nelayan kecil dan masyarakt pesisir.
Dalam pengembangan wilayah pesisir dan lautan ini masih menghadapi berbagai
kendala baik dari sumberdaya perikanan itu sendiri yang bersifat fugitive dan cenderung
berarah open access maupun yang ditimbulkan oleh pengembangan skala ekonomi
yang ditandai dengan lemahnya kapital di bidang perikanan dan sedikitnya investasi.
Secara spatial pengelolaan sumberdaya perikanan mempunyai keterkaitan mulai
dari persediaan stok (stock supply) sampai kepada wilayah pemasaran. Persediaan stok
yang dikelolah secara berkelanjutan akan memberikan kesejahteraan pada masyarakat
nelayan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (temporal). Jika pengelolaan
terbuka (tidak terkendali), tidak akan menjamin dapat memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat nelayan bahkan menimbulkan degradasi terhadap sumberdaya tersebut.
Guna memahami mengenai keterkaitan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan dengan dimensi keberlanjutan adalah dengan membandingkan
antara hasil tangkapan aktual dan akses terbuka dan tangkapan optimal. Jika tangkapan
optimal memberikan keuntungan yang lebih besar, maka pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan secara berkelanjutan akan memberikan manfaat yang lebih baik
untuk saat ini maupun dimasa datang.
Sifat dasar dari sumberdaya perikanan adalah sumberdaya milik bersama
(common property resource) yang berarti sumberdaya ini dapat di manfaatkan dalam
waktu yang bersamaan oleh siapa saja (terutama dengan tujuan ekonomi). Tak seorang
pun mempunyai hak khusus dalam menggunakan sumberdaya tersebut dan tak seorang
pun yang dapat melarang orang lain dalam memanfaatkannya (every one property is no
one's property). Salah satu argumen penting mengapa sumberdaya ini digolongkan
sebagai milik bersama adalah bahwa biaya untuk memperoleh dan mempertahankan hak
penggunaannya (enforcement) lebih tinggi daripada income ataupun resource rent yang
didapat dari pemilikan dari sumberdaya tersebut.
Sehubungan dengan sifat yang common property ini maka dikhawatirkan akan
tejadi pengurasan terhadap sumberdaya perikanan (tenrtama di laut) yarig akan
menimbulkan biaya eksternal (miss aliocation of resources) yang berimplikasi pada
bermunculnya berbagai permasalahan ekonomi dan biologi (biologi and economic
inefisiensi dalam penggunaan faktor produksi, hasil manfaat (resources rent) yang
rendah dan kecendrungan pengelolaan ke arah deflesi.
Sumberdaya perikanan laut yang bersifat open access akan menyebabkan :
1. Kesulitan dalam pengontrolan dan estimasi jumlah stok dari ikan pada setiap
musim atau periode karena dipengaruhi oleh faktor biologi dan ekoiogi dari
sumberdaya perikanan sebagai faktor alami serta berbagai upaya eksploitasi
yang di lakukan manusia (bertujuan memaksimumkan resource rent untuk
meningkatkan kesejahteraan) sehagai faktor non alami.
2. Usaha penangkapan ikan di wilayah perairan mengandung resiko dan
ketidakpastian yang relatif besar. Dalam ha1 ini sumberdaya perikanan bersifat
mobil fugitive, sehingga resikonya adalah kehilangan sejumlah penangkapan
dan resiko-resiko lainnya.
3 . Timbulnya pemanfaatan sumberdaya yang economic overfissing (total revenue
< total cost) dan biologi overfissing (laju penangkapan per catcha > potensi
pertumbuhan lestari (Marginal Sustainable Yield, MSY) yang akan mengarah
pada kelangkaan (scarcity) sumberdaya perikanan serta kepunahan beberapa
spesies tertentu.
3.2 Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Kelembagaan mencakup peraturan perundang-undangan, tatanan kelembagaan
dan prilaku normatif. Sesuai dengan kewenangan di sektor perikanan yang di serahkan
pada daerah, maka perlu ditinndak lanjuti dengan pembentukan aturan-atutan baik yang
berkaitan dengan pengelolaan-pengelolaan maupun institusinya. Pengaturan dan
meningkatkan nilai ekonomi dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan.
Sehingga dapat dihindari terjadinya kesalahan kebijaksanaan (nzissleadiizgpolicy) dan
kegagalan institusi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
Bersamaan dengan itu dalam pengelolaan sumberdaya perikanan perlu
mencermati nilai-nilai budaya masyarakat nelayan. Karena setiap masyarakat
mempunyai nilai yang tercermin dari perilaku hidup, bempa persepsi dan basis
preferensinya.
Berbagai bentuk aturan main baik yang bersifat formal maupun informal yang
mengatur hubungan antara masyarakat nelayan dapat dijumpai didesa pantai diseluruh
indonesia. Dari bentuk tersebut ada 4 sistem organisasilkelembagaan ekonomi yang
sering ditemui yaitu: kelembagaan sistim bagi hasil, kelembagaan hubungan kerja,
kelembagaan pemasaraan, dan kelembagaan perkreditan. Fakta menunjukan bahwa
keempat bentuk kelembagaan ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Pada umumnya masyarakat nelayan sering terlibat dalam hubungan ganda. Scott (1994)
menyatakan bahwa masyarakat petani termasuk nelayan mempunyai hubungan
paternalistik yang berlangsung sejak zaman dulu. Seseorang atau kelompok menjadi
pengikut (client) dari lapisan atasnya dan sekaligus menjadi pimpinan (patron) lapisan
bawahnya. Sebagai patron adalah yang berada dalam posisi membantu clientnya.
3.2.1 Hak Kepemilikan
Hak kepemilikan (property right) adalah hak yang dimiliki seseorang atau
masyarakat terhadap sumberdaya atau output tertentu yang diatur oleh suatu peraturan
adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur interaksi hubungan anggota masyarakat
hak penguasa apabila tanpa pengesahan dari masyarakt sekitarnya. Implikasi dari
konsep tersebut adalah : (1) hak seseorang adalah kewajiban orang lain, (2) hak yang tercermin oleh kepemilikan adalah sumber kekuasaan untuk memperoleh sumberdaya.
3.3 PoIa Keterkaitan Sosial Ekonomi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan
keadaan antar suatu wilayah. Perbedaan ini erat kaitannya dengan kondisi dan potensi
wilayah tersebut dilihat dari segi biogeofisik, sosial, ekonomi dan budaya, serta
kelembagaan, dan sekaligus mengindikasikan adanya keterbatasan yang dihadapi oleh
setiap wilayah dalam upaya memacu pembangunannya.
Pengelolaan sumberdaya perikanan mempunyai keterkaitan berbagai aspek baik
yang menyangkut biologi, ekonomi, sptial, sektor dan pelaku serta kelembagaannya.
Pengelolaan sumberdaya merupakan upaya-upaya untuk mencapai tujuan perikanan
melaui sistim pengendalian baik langsung maupun tidak langsun yang efektif terhadapa
usaha kegiatan penangkapan ikan atau beberapa dari komponen kegiata tersebut seperti
penentuan mata jaring, sistim lisensi perizinan, (Anwar, 1994).
Pembangunan sosial ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pesisir
dan laut memerlukan dukungan dari kegiatan-kegiatan seperti dapat masuknya sarana
input-input dan modal finansial maupun perbaikan infrastruktur (jalan dan pelabuhan)
yang menghubungkan lokasi tempat-tempat sumberdaya sehingga secara fungsional
kegiatan tersebut dapat berjalan dan mempunyai keterkaitan baik keterkaitan spatial,
Keterkaitan antara sektor merupakan indikator penting guna mengevaluasi
mengenai keberhasilan kebijaksanaan pembangunan wilayah. Karena keterkaitan antar
sektor akan memperlihatkan keseimbangan antara sisi penawaran dan sisi permintaan.
Keterkaitan antara perilaku dalam pengelolaan sumberdaya perikanan meliputi
keterkaitan antara pelaku ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam
bentuk kelembagaan tradisional dimana keterkaitannya dalam bentuk antara juragan,
nelayan dan konsumen.
3.4 Nilai Ekonomi dalam Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Salah satu tolak ukur yang relatif mudah digunakan dan bisa dijadikan persepsi
bersama dalam penilaian sumberdaya ekonomi perikanan adalah dengan memberikan
harga @rice tag) terbadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya dan
lingkungan. Dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut sebagai nilni
ckonomi dari sumberdaya alam.
Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai penpkuran jumlah
maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa lainnya, yang secara format
dikatakan sebagai keinginan untuk membayar (willingness to pay) seseorang terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut
Cuningham, nilai ekonomi produk perikanan adalah melalui pembelian dan penjualan di
pasar dengan harga sebagai ukuran nilai per unit. Jika harga ikan konstan, maka
permintaan ikan mengalami kenaikan. Sedangkan jika harga ikan mengalami
pemurunan, maka produk perikanan cenderung dialihkan ke wilayah yang mernpunyai
ekonomi produksi, pengelolaan sumberdaya perikanan membutuhkan faktor produksi,
seperti tenaga kerja, kapal, peralatan tangkap dan sebagainya.
3.5 Hipotesis
1. Diduga pengelolaan sumberdaya perikanan laut telah mengalami biologi dan
ekonomi overfishing
2. Diduga bahwa daya dukung dimensi Bio- ekologis dan ekonomi sangat
mempengaruhi kondisi sumberdaya perikanan di Teluk Palu.
3. Diduga terdapat pola keterkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan laut dengan
Keranaka
-
Pemikiran
Gambar 3 . Keranpka Pemikiran
IV.
METODOLOGI PENELITIAN4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Teluk Palu wilayah Kota Madya Palu yang
ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan (1) Teluk Palu merupakan
daerah yang mempunyai potensi yang besar di sektor perikanan laut, (2) Pada wilayah
Pesisir Teluk Palu secara kultural sebagian masyarakatnya merupakan masyarakat
nelayan, selain itu tingginya aktivitas pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir di
wilayah tersebut. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini kurang lebih lima bulan
sejak tahap persiapan hingga pelaporan.
4.2 Metode Pngumpulan Data
4.2.1 Studi Data Primer
Data primer (cross section) yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan
responden utama (nelayan) dan pilihan dengan menggunakan daftar pertanyaan dari
questionner yang terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian. Struktur questioner
dirancang berdasarkan aspirasi dan sikap nelayan terhadap pemanfaatadpenbwsahaan
sumberdaya perikanan secara lestari, baik formil (pemerintah) maupun nonformil
(masyarakatlswasta), skala usaha dan aspek efisiensi produksi, pendapatan, tenaga
kerja, permodalan, sosial budaya serta aspek lainnya yang berkaitan dengan implikasi
keberadaan kelembagaan terhadap pelestarian sumberdaya dan pengembangan
perekonomian wilayah pesisir (pertumbuhan pendapatan, kesempatan kerja, dan lain-
4.2.2 Studi Data Sekunder
Data yang digunakan berasal dari berbagai lembaga dan instansi terkait seperti
BPS, Bapeda, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindag, Kantor Bupati dan
Kecamatan serta Dinas lain yang berkompeten. Data sekunder yang diperlukan
berkaitan erat dengan kinerja ekonomi wilayah, keragaan perikanan wilayah, deskripsi
wilayah penelitian yang meliputi aspek fisik, sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan
lain (formillnon formil) yang mampu menjelaskan dinamika kelembagaan masyarakat
terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan secara lestari dan pembangungan wilayah
pesisir.
Adapun jenis data yang digunakan berupa data sosial demografi yang terbagi
atas demografi, ketenagakerjaan, pendidikan dan lainnya; data ekonomi yaitu PDRB,
perikanan, dan lainnya.
4.3 Metoda Analisis
4.3.1 Analisis Bioekonomi
Analisis bioekonomi yang digunakana adalah bioekonomi model Copes dengan
pendekatan statik, dimana perhitungan keluaran model bioekonomi menggunakan
software Minitab dan Maple versi 9.5.
Fungsi Produksi Lestari Perikanan Tangkaa
Fungsi lestari produksi perikanan tangkap mempakan hubungan antara tingkat
upaya penangkapan dengan produksi lestari, secara matematis sebagai berikut (Fauzi
2000 dalam Mukhsin 2003).
2
tingkat upaya penangkapan pada saat pp;roduksi maksimum lestari dari
persamaan di atas menjadi :
dimana : h = hasil tangkapan (ton) E = tingkat upaya penangkapan
a dan
p
merupakan parameter hngsi produksi lestari dari regresi liniersederhana (simple linear regresion) antara hasil tangkapan per unit tingkat
upaya (CPUE) pada berbagai tingkat upaya penangkapan (effort)
Mengingat sifat perikanan didaerah tropis termasuk indonesia multi
spesies dan multigear, maka perlu dilakukan standarisasi alat. Metode standarisasi alat
tangkap yang digunakan adalah metode langsung seperti yang diusulkan oleh Robson
(1966) dan Gulland (1983) dalam (Subhan A, 2003). Metode ini berdasarkan pada
konsep daya tangkap relatif.
4.3.2 Analisis Keuntungan Ekonomi
Tingkat keuntungan ekonomi dari pengusahaan sumberdaya perikanan dianaiisis
melalui pendekatan Gordon-Schaefer (analisis statik). Secara matematis dapat ditulis :
x
= p h - c . Edimana: p = harga rata-rata ikan (rupiah per ton)
h = hasil tangkapan (ton)
c = total biaya per satuan effort (rupiah per hari)
4.3.3 Analisa Tingkat Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan nelayan dapat digambarkan oleh besamya nilai surplus
konsumen dan produsen yang mereka peroleh dari pemanfaatan sumberdaya perikanan
laut. Dari kurva Avarage Cost (AC) dan kurva Marg.r~al Cost (MC) di dapat dari
surplus konsumen dan surplus produsen dengan menggunakan persamaan di bawah ini
.
1
SK =-alas x tinggi
2
Asumsi-asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi
model Gordon-Schaefer yaitu :
1) Populasi ikan menyebar merata
2) Tidak ada kejenuhan penggunaan unit alat tangkap ikan
3) Semua unit alat tangkap ikan aktif melakukan kegiatan penangkapan ikan
4) Setiap unit alat tangkap mempunyai kemampuan yang sama
5) Biaya total penangkapan ikan adalah konstan
6 ) Harga ikan per satuan tangkapan tidak konstan
4.3.4 Analisisprime
Analisis Prime adalah kerangka kerja (frame work) terstruktur untuk menelaah,
menganalisis dan memecahkan pengambilan keputusan yang terkendala oleh berbagai
tujuan dan kriteria dan merupakan teknik pengambilan keputusan berbasis non
parametrik.
Pada bentuk dasarya, model analisis Prime terdiri dari segugus kriteria
evaluatif, segugus pembobot yang menunjukkan tingkat kepentingan dari kriteria-
kriteria tersebut, segugus altematif, dan segugus ukuran-ukuran keragaan yang
menunjukkan keragaan tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing kriteria. Aspek-
Tabel 4. Tabel Matrix Pengambil Keputusan dalam Model Analisis Prime
(Kriteria- j) C1 C2 C3
...
c m(Bobot j ) W 1 W2 W3
...
~ r nI
an X n l X n 2 Xn3 ~~~~~~~ X n m
Tahap- tahap dalam Prime analisis adalah:
1. Mengidentifikasi konteks pengambilan keputusan
a. Menentukan tujuan analisis, mengidentifikasi pengambilan keputusan
dan stakeholder lain yang berperan.
b. Mendesain sistem teknik sosial untuk penerapan analisis multikriteria.
2. Mengidentifikasi berbagai pilihan untuk penilaian.
3. Mengidentifikasi tujuan (objective) dan kriteria.
a. Identifikasi kriteria untuk menilai konsekuensi tiap pilihan
b. Melakukan pengelompokan terhadap kriteria- kriteria dalam bentuk
hirarki tinggi- rendah.
4. Melakukan skoring, mengukur performance yang diharapkan unutk tiap pilihan.
Kemudian mengukur nilai yang berhubungan dengan konsekuensi unutk tiap
pilihan kriteria.
a. Menggambarkan konsekuensi dari tiap pilihan.
b. Skoring setiap pilihan pada kriteria.
c. Menilai konsistensi skor pada tiap kriteria.
6. Kombinasi pembobotan dan skoring unutk tiap pilihan unutk mendapatkan nilai
keseluruhan:
a. Menghitung keseluruhan skor pembobotan pada tiap tingkat hirarki.
b. Menghitung keseluruhan skor pembobotan.
7. Menentukan hasil
8. Analisis sensitivitas
9. Rekomendasi
4.3.5 Analisis Kelembagaan.
Untuk mengetahui bentuk partisipasi dari kelembagaan lokal yang ada dalam
mengelola sumberdaya pesisir dan kelautan maka analisis kelembagaan dilakukan
dengan metode wawancara kelompok, dimana kelembagaan lokal yang dimaksud
adalah kelompok-kelompok nelayan yang ada didesa atau kecamatan yang terpilih
sebagai wilayah penelitian.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba
(1985:266) dan disadur kembali oleh Moleong (2000) dalam Dwi.E.K 2002 antara lain:
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekontruksi kebulatan-kebulatan
demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan
demikian sebagai yamg dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah
dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan
manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan
oleh Patton (1980) daiam Dwi E.K (2002) yang didasarkan atas perencanaan
pertanyaannya adalah sebagai berikut: (a) wawancara pembicaraan formal, (b)
Wawancara kelompok yang akan dilakukan oleh peneliti ini termasuk dalam wawancara
baku terbuka karena menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
Wawancara kelompok ini menggunakan bentuk wawancara tak berstruktur
dengan tujuan agar dapat menggali informasi yang lebih mendalam dari masyarakat
dalam mengelola sumberdaya pesisir dan laut. Wawancara tak terstruktur
diselenggarakan menurut tahap-tahap tertentu yaitu pertama menentukan responden
yang dianggap tahu tentang permasalahan yang akan ditanyakan dalam ha1 ini ketua-
ketua kelompok nelayan dan beberapa anggotanya, kedua, menghubungi responden dan
mengadakan perjanjian tentang waktu pertemuan, ketiga, mempersiapkan bahan-bahan
dan tempat untuk wawancara, keempat, melaksanakan kegiatan wawancara. LKegiatan
kelompok wawancara ini bertujuan untuk mengetahui profil kelompok-kelompok, serta
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok-kelompok nelayan tersebut dalam
mengelola sumberdaya pesisir dan laut, juga permasalahan yang sering dihadapi serta
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum lokasi Penelitiat~
Kota Palu secara geografis berada pada 0,1 0,30 - 0,l 45'0" Lintang selatan dan
119' 30'20 - 119' 60'10" BT. Sedangkan secara adinistratif Kota Palu bekedudukan
sebagai Ibu Kota provinsi Sulawesi Tengah, berada pada kawasan Teluk Palu dan
daerah garis katulistiwa denangan luas wilayah sekitar 395,06 km2 yang di bagi dalam 4
(empat) kecamatan dan 43 (Empat puluh tiga ) kelurahan.
Kota Palu terletak pada ketingian 0- 700 meter dari permukaan laut.denagn topografi
datar hingga pegunungan, sedangkan dataran umumnya tersebar diekitar pantai dan
letaknya bervariasi. Adapun batas- batas wilayah Kota Palu sebagai berikut:
Sebelah Utara: Berbatasan dengan kecamatan Tawaeli dan kecamatan Banawa
Kab Donggala dan Teluk Palu
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Parigi Kabupaten Parimo
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Sigi Biromam dan Kecamatan
Dolo Kabupaten Donggala
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Banawa dan Kecamatan
Marawola Kab Donggala
Berdsarkan T