• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengelolaan perikanan tangkap secara optimal dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengelolaan perikanan tangkap secara optimal dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

SECARA OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUK-UNG

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Oleh:

FARADIBA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul Penelitian : Analisis Pengelolaan Perikanan Tangkap Secara Optimal Dalam Upaya Mendukung Pembangunan Yang Berkelanjutan.

Nama : Faradiba

NRP : PO53020191

Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

1,'

Dr. 1r.Akhmad Fauzi Syam. M.Sc. Ketua

Prof. Dr. Affendi Anwar,- Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilnlu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan

Prof.Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D

(4)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP SECARA

OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PEMBANGUANAN

BERKELANJUTAN

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan

sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan dapat diperiksa kebenaranya.

(5)

ABSTRAK

FARADIBA. Analisis Pengelolaan Perikanan Tangkap Secara Optimal Dalam Upaya Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. (AK- FAUZI sebagai ~ e & a dan AFFENDI ANWAR sebagai Anggota Komisi Pembimbing ).

Jumlah hasil tangkapan ikan para nelayan di wilayah Teluk Palu dari waktu ke waktu tidak mengalami peningkatan jumlah yang berarti, bahkan yang cendemng terjadi adalah h a i l tangkapan mereka lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan, sehingga ha1 tersebut secara langsung berpengamh terhadap tingkat kesejahteraan nelayan. Tingkat kesejahteraan yang rendah mendorong para nelayan melakukan pencurian karang guna menambah penghasilan mereka, tindakan tersebut mengakibatkan keseimbangan eko-sistem menjadi terganggu dan ironisnya pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir Teluk Palu tidak memperhatikan ha1 ini. Tujuan penelitian ini untuk rnenganalisis tingkat kelestarian sumberdaya perikanan Teluk Paly dampaknya terhadap kesejahteraan nelayan, daya dukung dimensi bio-ekologis, dan arah pengembangannya serta peranan kelembagaan Pemerintah dan masyarakat. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif (bio- ekonomi, kesejahteraan, dan prime analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa te jadi economic ove$shing dalam pengolahan perikanan Teluk Palu oleh nelayan, disamping itu tingkat kesejahteraan nelayan rendah, dan pembangunan perikanan diarahkan pada economic driven, dan peranan lembaga masyarakat yang ada sangat kecil dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di wilayah ini.

(6)

ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

SECARA OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUKUNG

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

OLEH:

F A R A D I B A

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi IImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAW PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah, SWT atas limpahan Rahmat

dan Karunia-Nya, sehingga tesis dengan judul "Analisis Pengelolaan Perikanan

Tangkap Secara Optimal Dalam Upaya Mendukung Pembangnnan

Berkelanjutan" ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir

Akhmad Fauzi Syam, MSc dan Prof. Dr. Ir. AfEendi Anwar, M.Sc selaku Komisi

Pembimbing, untuk segala arahan, bimbingan dan perhatian pada pelaksanaan

penelitian hingga penulisan tesis ini, serta kepada Bapak. Ir. Sahat Simandjuntak,

MSc selaku dosen penguji, untuk semua masukan dan sarannya. Selanjutnya, terima

kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah selaku Ketua Program Studi PWD

Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan dukungan dan saran dalam

penyelesaian tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada

institusi-institusi yang telah membantu selama pengumpulan data, seperti Dinas

Perikanan Sulawesi tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan, BPS dan BAPPEDA

Kota Palu, Nelayan Responden dan ternan-teman mahasiswa PWD-IPB 2002.

Ungkapan terima kasih kepada ayahanda Abdeli 1.A (Alm) dan Ibunda Nafisa

tercinta, Suamiku Jusri Jusuf dan Anakku Sarah Julia tersayang beserta kakak dan

Adik-adiku atas segala pengorbanan, curahan kasih sayang dan perhatian serta do'a

bagi penulis selama ini, serta kepada seluruh keluarga besar suamiku di Bogor atas

segala do'a dan dukungannya. Terima kasih yang tak terhingga untuk semua guru-

guruku yang telah mengantarkanku pada cakrawala ilmu yang luas. Terakhir,

terima kasih untuk Elis, Andre dan seluruh teman- teman kos UGM atas segala

(8)

Semoga kebaikan semuanya dijadikan ibadah dan diberikan balasan yang berlipat

ganda oleh Allah, SWT. Amin.

Penulis menyadari besarnya keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis

sehingga tesis ini menjadi banyak kekurangan. Semoga karya kecil ini dapat

memberikan manfaat dan kegunaan bagi yang membacanya

Bogor, September 2006

(9)

Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 24 Agustus !975

,

sebagai anak kelima

dari delapan bersaudara dari pasangan Abdeli Inayat Ali (alm) dan Nafisah.

Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 1982 sampai 1987 di SD

Negeri 12 Palu Barat. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 3

Palu dan lulus tahun 1990, selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di

SMANegeri 4 Palu dan lulus pada tahun 1993.

Pendidikan Strata satu penulis tempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen,

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Tadulako Palu. dari tahun 1994 sampai dengan

tahun 2000. Pada bulan September 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke Program

Magister Sains Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Perencanaan

(10)

DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANTAR I

DAFTAR IS1 ... 11

. .

DAFTAR TABE vii DAFTAR GAMB Vlll

. . .

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Pennasalahan ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 8 1.3.1 Tujuan Penelitian 8

.

.

1.3.2 Manfaat Penelltlan .. . .

..

. .. . .

. ..

. . .

.

. . 8

11. TINJAUAN PUSTAKA 9 2.1 Konsep Pembangunan Wilayah ... . . 10

2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Wilayah 11 2.3 Kondisi Perikanan Indonesia 13 2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Berkelanjutan ... 14

2.4.1 Nilai Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

...

... 15

2.5. Kelembagaan ... ... 18

2.5.1 Kelembagaan dan Hak Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. ... 19

2.5.2 Kendala dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... ... 20

111. KERANGKA PEMZKIRAN DAN HlPOTESIS

...

... ... ... .. 23
(11)

3.2 Kelembagaan dalam Pengeloiaan Sumberdaya Perikanan ...

3.2.1 Hak Kepemilikan

1.3 Pola Keterkaitan Sosial Ekonomi dalam Pengelolaan Sumberdaya

Perikana

3.4 Nilai Ekonomi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan ...

...

3.5 Hipotesis

IV . METODOLOGI PENELITIAN ... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2 Metode Pengumpulan Data ...

4.2.1 Studi Data Prime

4.2.2 Studi Data Sekunder

4.3 Metoda Analisis

. . .

... 4.3.1 Analls~s B~oekonomi

... 4.3.2 Analisis Keuntungan Ekonomi

... 4.3.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan

.

. ...

4.3.4 Analisis Prime

... 4.3.5 Analisis Keiembagaan

... V . HASIL DAN PEMBAHASAN

...

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

...

5.2 Gambaran Umum Perikanan Teluk Palu

... 5.2.1. Karateristik Perikanan Teluk Palu

...

5.3 . Analisis Ekonomi

5.3.1. Biaya Penangkapa

5.3.2. Keterkaitan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dengan Fungsi

...

(12)

5.3.3. Keterkaitan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dengan

Kesejahteraa 54

5.3.4. Prime Analysis 55

5.3.5. Daya Dukung Dimensi Bio-Ekologis dan Ekonomi Terbadap

Kelestarian Sumberdaya Teluk Palu ... . 57

5.3.6. Peranan Kelembagaan Pemerintah dan Kelembagaan Tradisional

Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap ... ... 59

Kesimpulan 64

Sara 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(13)

DAFTAR TABEL

Hal

Distribusi Persentase PDRB atas dasar harga konstan

...

Tahun 1993 Menumt Lapangan Usaha

Produksi Perikanan Laut di Teluk Palu ...

...

Produksi Perikanan Indonesia Tahun 1989-1998

...

Matriks Pengambilan Keputusan

...

Luas Wilayah Kota Palu

...

Jenis Alat Tangkap Nelayan Teluk Palu

Jenis Armada Penangkapan ...

Stmktur Biaya dalam Kegiatan Penangkapan ...

Hasil Olahan Optimasi Bio-Ekonomi ...

(14)

DAFTAR GAMBAR

Kerangka Berpikir Tentang Keberlanjutan

Stmktur Kepengumsan Lembaga Perikanan ...

Kerangka Pemikiran

Luas Wilayah Kota Palu ...

Tingkat Pendidikan Nelayan ... ... Tingkat Umur Nelayan

Hubungan Kuadratik Antara Effort dengan Hasil

- .

anmapan

.

.

..

. . .

. . . .

. . .

.

. . .

. . .

.

Hubungan Kuadratik antara Effort, Produksi, Penerimaan dan Biava ...

Value Tree

Value Intervals ... ...

Weights Ekonomi ... .

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Berbagai aktifitas pembangunan di suatu wilayah secara signifikan memang

telah rnemberi kontribusi terhadap proses pembangunan namun perkembangan ini juga

turut memberikan dampak terhadap kelestarian dan daya dukung iingkungan maupun

perubahan-perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi di wilayah tersebut yang pada

gilirannya akan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang hidup

didalamnya.

Negara indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang sebagian besar wilayahnya

merupakan wilayah pantai dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian utama dari

sub sektor perikanan. Dengan demikian sumberdaya perikanan secara potensial dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk wilayah

pantai. Disamping itu sumberdaya perikanan dapat di ekspor untuk meningkatkan

sumber devisa maupun peluang baru di bidang ketenagakerjaan. Dengan

memperhatikan kenyataan ini sudah seyogyannya apabila potensi sumberdaya perikanan

tersebut dikembangkan sejalan dengan tujuan-tujuan pembangunan.

Dennan oerairan laut seluas total 5.8 iuta krn2 (berdasarkan konvensi PBB tahun

1982), Indonesia menyimpan sumber daya hayati dan non hayati yang melimpah

Apabila dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan potensi sumberdaya laut

indonesia dapat menjadi modal utama pembangunan nasional terutama sumberdaya

perikanan yang jenis dan jumlahnya sangat melimpah. Namun pengembangan dan

(16)

1. Mempertahankan Sustainability.

Sudah sejak lama diketahui bahwa sumberdaya alam laut dapat terkuras dan

species sasaran dapat punah. Hal ini menimbulkan pemikiran perlunya peluang

usaha yang menjamin kelestarian sumberdaya alam perikanan. Konsep

sustainability sendiri agak sulit didefenisikan secara tepat. Berbagai defenisi

diajukan oleh berbagai pihak (UNESCO, Ciriacy-Wantrup 1952, Pearce et al,

1989, Barbier dan Markandya ;1990, Pezzey ; 1992) sesuai dengan kepentingan

dan batasan wewenagnya masing-masing. Akan tetapi dasar konsepnya adalah

sama yaitu, "Penggunaan suatu sumberdaya alam sedemikian rupa sehingga

tidak terkuras atau rusak atau secara pemanen". Untuk itu kita hams

mengetahui batas kekuatan sumberdaya alam tersebut sampai seberapa jauh bisa

digunakan tanpa terkuras atau rusak secara permanen. , .

2. Meningkatkan pendapatn nelayan dan petani ikan.

Perikanan tangkap dan budidaya merupakan suatu sektor ekonomi dunia yan

cukup besar. Termasuk bagi Indonesia sekarang dan dimasa depan.

Pembangunan suatu sektor ekonomi mengbaruskan peningkatan pendapatan di

sektor tersebut sehingga pendapatan pelaku ekonomi dapat memenuhi biaya

operasi, biaya peningkatan usaha dan biaya peningkatan konsumsinya. Akan

tetapi pertumbuhan ini harus tetap dalam koridor sustainability tersebut diatas

sehingga peningkatan pendapatan dapat terus berkesinambungan.

(17)

Suatu pemerintahan dimana sumberdaya alam cukup besar, memerlukan

pemasukan dan penganggaran dari dan untuk sektor perikanan tersebut,

pemasukan dari sektor perikanan tersebut diperlukan untuk biaya:

a. Membantu membangun dengan penelitian dan pengaturan sehingga

penggunaan sumberdaya alarn perikanan dapat berkesinambungan dan

lestari (sustainable)

b. Membantu mernbangun dengan penyediaan jasa, prasarana, dan permodalan

(tennasuk peningkatan teknologi) yang tidak dapat dilakukan secara sendiri-

sendiri oleh para pelaku ekonomi di sektor perikanan.

c. Pemerintah juga hams mempunyai biaya yang dapat digunakan untuk

cadangan dalam membiayai kegiatan-kegiatan penyelamatan sumberdaya

alam perikanan yang telah mulai rusak (resource revovery activity).

d. Melaksanakan pengawasan dan penegakan aturan (monitoring, surveilance,

dan enforcement) yang menjamin terlaksananya batasan penibangunan

perikanan di atas.

Pada dasarnya tujuan pembangunan perikanan adalah mendapatkan manfaat

yang sebesar-besarnya dari sumberdaya perikanan bagi masyarakat terutarna masyarakat

perikanan secara berkesinambungan. Didalam pola urnum pembangunan tersirat bahwa

peningkatan produksi perikanan dilaksakan dengan sekaligus memperbaiki kehidupan

nelayan dan memajukan desa-desa pantai.

Wilayah desa pantai dengan berbagai macam karateristiknya dewasa ini masih

dihadapkan pada berbagai dalam upaya-upaya pengembangannya. Meskipun

(18)

bargaining position para nelayan didalam penentuan tingkat harga, ditambah resiko

usaha ynga relatif tinggi akibat sumberdaya perikana yang bersifat "open access"

khususnya yang menyangkut kegiatan sub sektor perikanan laut (Anwar,1985)

Kegiatan pengelolaan perikanan pada perairan laut wilayah Teluk Palu adalah

kegiatan penagkapan dan pemeliharaan. Namun umumnya kegiatan yang dilakukan

adalah penagkapan. Kegiatan penangkapan tersebut dilakukan dengan menggunakan

alat dan armada yang cukup sederhana.

Luas perairan laut di kawasan Teluk Palu berkisar 245,836 hektar dengan

produksi perikanan sebesar 39.253,9 ton pada tahun 2001 atau mengalami peningkatan

sebesar 6,28 persen dibanding produksi perikanan pada tahun 2000 yang hanya sebesar

36.369,30 ton adapun alat dan armada yang digunakan alat pancing, pukat pantai, pukat

cincin, jaring insang hanyut, jaring insang tetap dan jaring angkat. Sedangkan armada

yang digunakan adalah perahu tak bermotor (jukung dan papan), perahu motor tempel

dan kapal motor.

Hasil perikanan tangkap tersebut dijual dalam bentuk ikan segar karena jumlah

tangkapan nelayan lebih rendah dari pada jumlah permintaan pasar sehingga ikan hasil

tangkapan mereka selalu tejual habis dalam bentuk ikan segar. Usaha pengolahan

sumberdaya perikanan memegang peranan penting dalam upaya menyediakan gizi

masyarakat dan sumbangan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Madya Palu.

Dari sektor pertanian, perikanan merupakan sub sektor urutan ketiga yang memberikan

sumbangan terhadap PAD sebesar 3.95 persen berdasarkan harga konstan tahun 1993

(19)

Tabel. 1 Distribusi Presentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut

Sumber : Katalog BPS, 2001

Adapun produksi perikanan laut pada wilayah Teluk Palu kumn w a h 1997 -

2001 dapat dilihat pada tabel berikut :

Sulnber : Katalog BPS, 2001

Dengan potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar dapat memberikan

sumber pendapatan yang cukup besar bagi para nelayan, namun pada kenyataannya

sebagaian besar kehidupan ekonomi mmah tangga nelayan berada pada garis

kerniskinan. Penduduk dengan kemapuan yang rendah disertai dengan sifat "common

access" sumberdaya perikanan yang ada tampaknya semakin mengarah pada terjadinya

pengurasan sumberdaya perikanan sebagai akibat pengeksploitasian berlebihan.

[image:19.539.28.489.35.640.2]
(20)

rendahnya tingkat teknologi yang digunakan serta kurangnya mobilitas yang ada makin

mendorong kearah keadaan yang pada hakekatnya sudah memprihatinkan. Demikian

juga kelembagaan ekonomi sering tidak memberi peluang untuk dapat memperbaiki

situasi ini.

Menurut Anwar (2000) dari sudut ekonomi meskipun pertumbuhan ekonomi

secara potensial dapat mendorong suatu wilayah guna mampu untuk mengatasi

permasalahan yang menyangkut pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup

secara lebih efektif, tetapi kenyataannya yang tejadi menunjukkan lebih banyak

pengalaman yang memenuhi kegagalan dari pada yang mengalami keberhasilan.

Adanya bukti-bukti ini menimbulkan beberapa implikasi antara lain :

1) Diperkirakan ada akar yang menjadi penyebab dari permasalahan yang timbul,

meskipun adat dan kebudayaan antar daerah berbeda, tetapi dapat clisaksikan

adanya kesamaan-kesamaan terjadinya kegagalan dalam mengelola sumberdaya

alam dan lingkungan hidup

2) Pertumbuhan ekonomi sendiri sebenarnya bukan merupakan penyebab atau

akibat dari terjadinya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tetapi

menjadi hubungan-hubungan yang sangat kompleks.

Berdasarkan fenomena di atas maka diperlukan suatu kajian ilmiah untuk dapat

mengungkap berbagai permasalahan yang cukup kompleks yang menyangkut

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya Perikanan agar konsep kelestariamya dapat

te rjaga dengan baik.

Sebenarnya pengertian kelestarian masih diperdebatkan dan belum terdapat satu

(21)

dalam beberapa pandangan terdapat pengertian umum yang mengartikan sebagai konsep

multidisiplin sehingga hams memasukan dimensi social dan ekonomi (Hatfield and

Evans, 1996; Alder et al.., 2002) dalam Taryono ( 2003). Mc Goodwin (1990) dalam

Alder et a1,(2000) dalam Taryono, (2003) rnenyatakan bahwa dalam peniliaian system

rnanajemen perikanan, konsekuensi ekologis, social dan ekonomi juga perlu

dipertimbangkan secara seimbang seperti halnya konsekuensi teknologi dan etika.

Berdasarkan karateristik perikanan Teluk Palu yang telah disebutkan serta

adanya konsep penilaian kelestarian sumberdaya perikanan yang lebih luas, rnaka perlu

untuk melihat bagaimana interalsi factor ekonomis serta factor bio- ekologis terhadap

kondisi kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu.

1.2 Permasalahan

Berkembangnya konsep pembangunan berkelanjutan membawa perubahan

terhadap sudut pandang pembangunan secara luas, termas.uk didalamnya pola

pemanfaatan sumberdaya hayati perikanan. Konsep tersebut juga berimplikasi pada

perubahan penilian kelestarian sumberdaya perikanan. Oleh karena itu perlu dilakukan

penilian terhadap pola penangkapan yang ada. Kondisi tersebut dapat dinilai melalui

pendekatan beberapa indikator yang telah dikembangkan oleh F A 0 untuk dijadikan

acua karena telah diterima oleh masyarakat luas.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa Teluk Palu memiiiki potensi dan prospek di

bidang perikanan yang cukup besar. Hal tersebut didukung oleh kondisi alam dan letak

geografisnya yang cukup strategis, Teluk Palu memiliki kandungan berbagai jenis biota

(22)

Sebagian besar masyarakat menggantungkan mata pencahariaannya sehagai

nelayan, namun dilain pihak potensi sumberdaya tersebut akan terns berkurang baik

kualitas maupun kuantitasnya jika pemanfaatannya dilakukan secara berlebihan tanpa

adanya upaya pelestarian yang berakibat terancamnya persediaan pangan segenap

penduduk, distribusi pendapatan serta potensi pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan

datang.

Oleh karena itu maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana

status kelestarian sumberdaya perikanan diwilayah Teluk Palu berdasarkan dimensi

ekonomi dan bio- ekologis

Berdasarkan analisis diatas, maka permasalahan kelestarian sumberdaya

perikanan di Teluk Palu dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi tingkat kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu

sebagai akibat dari adanya kegiatan penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya

perikanan.tersebut serta dampaknya terhadap kesejabteraan nelayan?

2. Bagaiman daya dukung dimensi bio- ekologis dan ekonomi terhadap kelestarian

sumberdaya perikanan di Teluk Palu serta arah kebijakan pengembangannya?

3 . Bagaimana peranan kelembagaan Pemerintah dan kelembagaan tradisional

dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya Perikanan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1.3.1 Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisis tingkat kelestarian sumberdaya

(23)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis daya dukung dimensi bio-ekologis dan

ekonomi terhadap kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu serta arah

kebijakan pengembangannya.

3 . Untuk mengetahui peran lembaga Pemerintah dan lembaga tradisional dalam

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perencana maupun

pengambil keputusan khususnya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan

dan upaya menjaga kelestariannya.

2. Dapat memberikan pencerahan terhadap perbaikan kehidupan ekonomi rumah

tangga nelayan.

3. Bagi Peneliti sebagai bahan kajian tentang sumberdaya perikanan dan

mengembangkan wawasan berpikir serta merupakan tambahan pengalaman

(24)

II.

TEVJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Wilayah.

Wilayah merupakan suatu kondisi geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan

merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Berdasarkan ha1

ini wilayah didefenisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau kandungan

area geografis tersebut. Oleh karena itu para ahli ekonomi dan pengembangan wilayah

sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk

mendefinisikan suatu masalah haruslah mencerminkan tujuan analisis atau tujuan

penyusunan pengembnga wilayah (Winoto, 2000).

Glasson (1990) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang

menggambarkan hubungan ekonomis, administrasi, formulasi dan implementasi dari

pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan diwilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah

merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk

kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi sosial masyarkat tersebut,

unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam

membuat suatu rencana sektoral, daerah serta program-program pembanguna wilayah.

Secara konseptual wilayah dapat dibedakan menjadi:

a. wilayah Homogen yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri 'baik yang

bersifat geografis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi

perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong tejadi perubahan

(25)

b. Wilayah Nodal yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas akan

tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur wilayah ini

dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu wilayah inti (pusat

metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi, hinterland) yang

merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer terhadap intinya dan

dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.

c. Wilayah Administrasi yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi politis

penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh derajat

interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.

d. Wilayah perencana yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional antar

bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistim), baik keterkaitan dalam

bentuk fisik-ekologis (ekosistim) maupun sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat

sifat-sifat tertentu yang alamiah sehingga perlu perencana secara integral dalam

pengembangan dan pembangunan sehingga dapat memberikan solusi dari

permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu

wilayah administrasi.

2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Wiiayah

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu

negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan halitas masyarakatnya. Dengan

adanya batasan tersebut menurut Arsyad, 1999 dalam Muhsin B, mendefinisikan bahwa

(26)

perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

sistim kelembagaan.

Selanjutnya menurut Anwar (1999) bahwa pembangunan ekonomi pada dasarnya

dicerminkan oleh tejadinya pembahan-perubahan aliran baru yang menyangkut arus

pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, reginal bahkan sampai

tingkat nasional. Implikasinya adalah bahwa berbagai proyek dan kegiatan

pembangunan hams mengundang inisiatif masyarakat lokai, karena mereka yang lebih

mengetahui secara baik kondisi wilayah yang berpengamh terhadap kegiatan

pembangunan tersebut.

Dari sudut pandang yang berbeda Todaro (1998) menggambarkan bahwa

pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan

proses sosial ekonomi dan institusional yang mencakup usaha-usaha untuk memperoleh

kehidupan yang lebih baik, sehingga pada akhirnya dapat mencapai 3 sasaran penting

yaitu: (1) Meningkatkan persediaan dan memperluas distribusi bahan-bahan pokok

seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan keamanan, (2) meningkatkan taraf

hidup, penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, serta perhatian yang

lebih besar terhadap nilai-nilai sosial budaya.

Jhingan(l999), mencirikan perkembangan ekonomi suatu wilayah dalam 3 cara.

Pertama, perkembangan ekonomi suatu wilayah hams diukur dengan kenaikan

Pendapatn Domestik Regional Bruto (PDRB) yang nyata dalam suatu jangka waktu

yang panjang; kedua, berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata perkapita dalam

jangka panjang; dan ketiga, perkembangan ekonomi dipandang sebagai suatu proses

(27)

dan pemenuhan keinginan masyarakat secara keseluruhan. Dalam ha1 ini menurut

Dornbush dan Fischer (1977), kegunaan dari PDRB adalah sebagai suatu ukuran

kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) atau kesejahteraan penduduk,

dimana pada saat PDRB perkapita naik diasumsikan bahwa masyarakat secara materi

bertambah baik posisi kesejahteraannya. Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan

tertentu tetapi menurut Todaro(1999), PDRB perkaipta tetap relevan digunakan untuk

mengukur tingkat kesejahteraan di suatu wilayah.

2.3.Kondisi Perikanan Indonesia

Selama PIP I produksi ikan nasional tumbuh rata-rata 3.5 % pertahun.

Penyumbang utama terhadap pertumbuhan tersebut adalah dari sektor perikanan laut

yakni sekitar 75% pertahun. Sisanya dari perikanan perairan umum dan budidaya.

Sektor perikanan terakhir tumbuh sekitar 5.6% pertahun. Pada akhir PJP [ struktur

perikanan Indonesia telah mulai bergeser ke arah budidaya, yaitu dari komposisi 90%

hasil tangkapan dan 10% produksi budidaya pada tahun 1968 menjadi 84.5% hasil

tangkapan dan 15.5% produksi budidaya pada akhir tahun 1991. Berikut tabel produksi

(28)

Tabel 3 Produksi Perikanan tallun 1989 - 1998

--

Tahnn Perikanan Laut Perairrn U n ~ r ~ m Budidaya Total

(ton) (ton) (ton) (ton)

1989 2.272.179 296.389 446.704 3.035.268

1990 2.370.107 292.537 499.825 3.162.469

1991 2.537.612 294.477 517 512 3.349.601

1992 2.692.068 300.896 550.368 3.543.332

1993 2.886289 308.469 600.384 3.795.322

1994 3.080 168 336.141 597.522 4.013.831

1995 3 292 930 3'29 710 640 947 4 263 587

1996 3 383.457 335.706 733.095 4.452.258

1997 3 612 961 304.258 662.547 4.579.766

1998 3.723.748 288.666 629.797 4.642.209

Sumbe1 - Stat~stlk Perikanan Itldones~a No 28 tahun 1998

- Produks~ bud~da>a laut mas111 kec~l. s e l u ~ ~ ~ g a d~gabungkan dala111 produks~ penkatlan laut

Pada tahun 1998 produksi ikan nasional telah mencapai 4.645.209 ton,

perikanan laut menimbang sebesar 80.21%. Dibanding dengan potensi yang besarnya

7.1 juta ton ikan pertahun, angka produksi perikanan laut nasional yang pada tahun

1998 dilaporkan telah mencapai 3.7 juta ton, ha1 ini menunjukkan bahwa pemanfaatan

kekayaan ikan dan hasil laut Indonesia masih tergolong rendah. Namun dari kenyataan

di lapangan di dapatkan bahwa banyak ikan yang tertangkap yang tidak tercatat dalam

buku statistik seperti ikan yang dikonsumsi langsung oleh nelayan, yang terbuang dan

yang dicuri nelayan asin. Sehingga jumlah ikan yang telah tertangkap diduga telah

mencapai 5 juta ton.

Pengembangan usaha perikanan laut sebaiknya dilaksanakan dengan pendekatan

prinsip kehati-hatian dengan menerapkan strategi :

1. Membatasi dan pengalokasian hak pengguna.

2. Tetapkan sasaran yang lebih rendah dari MSY

(29)

2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Seeara berkelanjutan

Sumberdaya perikanan termasuk jenis sumberdaya alam yang dapat pulih

kembali(renewable), karena kemampuan populasinya. Sumberdaya perikanan meliputi

perikanan darat dan perikanan laut. Sumberdaya perikanan laut mempunyai

keanekaragaman biota yang sangat besar baik dilihat dari segi jumlah spesies maupun

dari masing-masing jenis spesies.

Sesungguhnya terdapat dua pendekatan dalam pengelolaansumberdaya perikanan,

yaitu dari aspek ekonomi dan biologi. Aspek biologi berkaitan dengan keinampuan

sumberdaya perikanan untuk berpopulasi dan berproduksi. Kemampuan berpopulasi ini

dikaitkan dengan penagkapan ikan yang diarahkan pada tangkapan lestari (Maximzinz

Szistainable Yield). Pendekatan tangkapan maximum lestari mengasumsikan bahwa

setiap spesis memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi (Surplus) kapasitas

produksinya. Sehingga apabila surplus tersebut dipanen secara seimbang (tidak lebih

dan tidak kurang) maka stok akan bertahan secara berkelanjutan (Sustainable).

Akan tetapi pendekatan diatas banyak dikritik, yang didasarkan pada asumsi bahwa:

(1) perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah pada pengmsakan stok (stok

depletion); (2) tidak memperhitungkan nilai ekonomi apabila stok ikan tidak dipanen

(impzited values) dan (3) sulit diterapkan pada kondisi dimana sumberdaya perikanan

memiliki ciri keragaman jenis (multy-species), (Fauzi; 2000).

Evaluasi terhadap keberlanjutan (sustainability) adalah dengan mempertimbangkan

dampak dari aktivitas manajemen asset sumberdaya yang berimbang dengan

mempertimbangkan pentingnya aspek-aspek tingkat kesejahteraan manusia termasuk

(30)

hanya secara lokan untuk skala waktu masa kini saja, akan tetapi dalam sistim hirarki

yang lebih luas melalui lintas skala management (internasional, nasional, &an daerah

atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah dan jangka panjang) (Anwar;

2001).

Ketiga dimensi keberlanjutan dengan karateristiknya masing-masing dapat dilihat

pada gambar 1 berikut:

Skala spaliat Fang panlel )ang k r l ~ ~ ~ b u n ~ a n dengal1 lkarI.5. a d ~ ~ ~ u s t r a s i .

ekologi) Pailda~lganjauh ke del~au ille~l~erluho te jaduiya proses 1-ang krkembang

secara evolutil'?-allg dapat ~ l ~ e ~ l i p e ~ ~ g a m l t i kebeda~!iutan atall (sustaumbilih) Skala

i

pertimbangan uta~na. agar

[image:30.536.42.492.94.750.2]

L o b 1 kebiiahn kebijal;sa~man

Gambar 1 Kerangka berfikir tiga di~nensi tentang keberlanjutan (.sustui/rahilin;)

2.4.1. Nilai Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya perikanan.

Pendekatan ekonomi sumberdaya perikanan beranjak dari fungsi produksi yang

(31)

dikenal dalam istilah biologi upaya penagkapan fishing effort). Effort didefenisikan

sebagai indeks dari berbagai input seperti; tenaga kerja, kapal, jaring, alat tangkap

lainnya yamh dibutuhkan dalam aktivitas penagkapan ikan, (Fauzi; 2002).

Pendekatan biologi dan ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan

keduanya tetap mempertahankan keberlanjutannya. Menurut Hicks yang dikutip Anwar

dan Rustiadi, bahwa pemanfaatan sumberdaya alam yang menghasilkan pendapatan dan

kemudian dipergunakan untuk barang-barang konsumsi masa kini, jangan mengganggu

potensi pendapatan (dari sumberdaya modal) generasi mendatang terutama yang

menurunkan kapasitas sumberdaya tersebut perlu dihindari, (Anwar dan Rustiadi,2001).

Perolehan pendapatan melalui pengurasan modal seperti natural capital,

depletion, dan melemahnya social capital, tidak menciptakan pembangunan

berkelanjutan. Sedangkan modal dan pertumbuhan merupakan cara untuk menyediakan

kebutuhan generasi mendatang dengan menyediakan kesempatan yang sama atau lebih

besar dibandingkan masyarakat sekarang.

Terdapat beberapa karateristik yang membedakan antara usaha komersial besar

dengan nelayan kecil. Menurut Anwar, perbedaan kedua kelompok tersebut yaitu, (1)

berbentuk perusahaan joint ventura dengan perusahaan asing, (2) menggunakan kapal-

kapal pengakap ikan dan (3) menggunakan alat pemantau gelombang iakan melauyi

radar. Kedua; nelaya kecil adalah: (1)menjadi pemilik sekaligus operator; (2) tenaga

kerja dalam bentuk padat karya; (3) bermodal kecil; dan (4) jarang menggunakan

tehnologi modem. (Anwar, 1994).

Dalam perspektif ekonomi kelembagaan merupakan suatu sistim pengambilan

(32)

menyangkut alokasi sumberdaya serta w a pemanfaatannya guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Menurut Anwar (2001) bahwa dalam dunia nyata pada

dasrnya ada dua bentuk koordinasi yang utama, yaitu; (1) transaksi melalui pasar,

dimana harga menjadi panduan dalam mengkoordinasikan alokasi sumberdaya, dan (2)

transaksi melaui sistim organisasi berhirarki diluar sistim pasar, dimana otoritas dan

kewenangan berperan sebagai alat koordinasi dalam mengatur alokasi sumberdaya.

2.5 Kelembagaan

Kelembagaan secara umum diartikan sebagai aturan yang dianut dan ditaati atau

organisasi yang dibentuk oleh masyarakat total atau setempat yang menjadi pegangan

oleh masyarakat bersangkutan dalam melakukan transaksi satu sama lain (Hayami dan

Ruttan, 1984).

Pengertian lainnya mengenai kelembagaan yaitu organisasi atau kaidah-kaidah

baik formal maupun informal yang mengatur prilaku dan tindakan anggota masyarakat

tertentu, baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai

tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang bersifat asli dari adat

kebiasaan yang diperoleh secara turun-temurun dan ada juga yang baru diciptakan.

Suatu organisasi merupakan suatu susunan hirarki yang mempunyai aturan

kelembagaan dalam pengambilan keputusan yang dapat memakai sistem vooting atau

musyawarah untuk mufakat. Kelancaran kegiatan transaksi dalam organisasi ditentukan

siapa pemegang kekuasaan dalam setiap pengambilan keputusan (Anwar, 2001).

Dijelaskan kembali oleh Anwar bahwa institusi atau kelembagaan merupakan

(33)

manusia guna mengatur prilaku invidual anggotanya yang membangun interkasi antar

anggota-anggota dalam masyarakat tersebut.

2.5.1 Kelembagaan dan Hak Pengetolaan Sumberdaya Perikanan

Menurut Anwar (2002), masyarakat nelayan yang bermukim di wilayah pesisir mempunyai institusi tradisional yang telah lama dianut dan dipegang secara turun-

temurun hingga sekarang dalam ha1 pengelolaan perairan secara berkelanjutan,

sebagaimana kelembagaan adat pada kehutanan maupun perladangan.

Praktek institusi yang berdasarkan tradisi lokal tingkat desa ini terhegemoni

oleh pemerintah melalui peran kepala desanya yang melaksanakan campuran

kekuasaan. Kekuasaan ini merupakan perwakilan sebagai kepala desa yang mana tugas-

tugas diemban sering tidak konsisten dan bahkan selalu bersebrangan dengan peranan

institusi lokal yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya guna

peningkatan kesejahteraan anggota masyarakat sebagai upaya menuju pembangunan

berkelanjutan.

Sumberdaya perikanan mempunyai sifat yang spesifik yang dikenal dengan

akses terbuka (open acses) yang setiap orang atau individu merasa memiliki

sumberdaya tersebut secara bersama (commen proverty). Anggapan kepemilikan

bersama itulah yang menjadi aiasan semua pihak akan merasa mempunyai hak untuk

mengelolanya bahkan mengeksploitasinya sesuai dengan kemampuan yang mereka

miliki hingga nilai rent dari sumberdaya tersebut terbagi habis. Tetapi sebaliknya tidak

ada satupun pihak yang merasa bertanggung jawab akan kelestarian nilai dai

(34)

Terdapat kesulitan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan pesisir pantai

di daerah tropis karena berkaitan dengan persoalan ekologi, ekonomi, sosial antropologi

dan kultural. Kesulitan tersebut antara lain disebabkan karena: (1) para nelayan kecil

menangkap berbagai jenis ikan, binatang lunak, Vegetasi, mangrove, ganggang, rumput

laut dan sebagainnya; (2) penggunaan alat tangkap yang berbeda-beda, sehir~gga sulit

menilai fungsi hasil (yield function); (3) wilayah komunal pantai yang tersebar dan

terisolasi sehingga sulit menyediakan jasa-jasa pelayanan bagi mereka dan mereka

sering merana baik sosial maupun kultural; (4) sumberdaya perikanan dan pantai

mengalami penyusutan dan pengurasan, karena sifat akses terbuka yang juga

disebabkan tindakan para nelayan sendiri dan; (5) pengelolaan sumberdaya perikanan

yang terpusat sehingga biaya enforceme?zbzya mahal.

Menyadari berbagai kesulitan diatas, maka dalam pengelolaan su~nberdaya

perikanan diperlukan penyerahan kewenangan pengelolan yang dapat diberikan kepada

masyarakat komunal nelayan kecil (conzmonz properv right) atau kepada pemerintah

desa guna dapat melanjutkan keberlanjutan pernungutan dan pemanfaatannya.

Sungguhpun demikian agar pengelolaan sumberdaya memberikan manfaat yang

sekaligus tercapainya keberlanjutan maka diperlukan kelembagaan yang jelas, terarah

(35)
[image:35.539.43.499.76.483.2]

KEPALA KIMPUNGIDESA

Gambar 2. Struktur Kepengumsan Lembaga Pedesaan.

Menurut Feder dan Feeny dalam M.Saleh Oesman (2002) terdapat tiga kategori

dasar kelembagaan, yaitu peraturan perundang-undangan, tatanan kelembagaan dan

perilaku normatif. Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan mengorganisir

masyrakat. Tatanan kelembagaan merupakan pengaturan yang lebih spesifik, seperti

pengaturan ke jasama, kontrak dan hak-hak milik (property right). Sedangkan perilaku

normatif adalah nilai budaya yang melegitimasi tatanan dan kendala tingkah laku

Penerapan kelembagaan tradisional menunjukan pentingnya peranan komunitas

yang berkaitan dengan usaha-usaha konservasi sumberdaya pesisir dan penggunanaan

(36)

lokal dalam pengertian sempit, seperti perairan perikanan yang biasa disebut "local

common". Komunitas merupakan sekelompok orang-orang yang dicirikan oleh interaksi

sosial yang intensif diantara mereka,(Anwar, 2000).

Guana memahami mengenai kelembagaan nelayan dapat didekati dari 3 aspek

yaitu: batas yuridiksi, hak kepemilikan, dan aturan representasi (Pakpahan, 1989). Batas

yuridiksi berkaitan dengan kewenangan atau motoritas suatu lembaga. Hak

kepemiliklan berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban. Sedangkan ahran representasi

berkaitan denagn ketenvakilan seseorang dalam suatu organisasi.

2.5.2 Kendala Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.

Kesejahteraan Nelaym~

Kesejahteraan merupakan ukuran nilai tambah yang diperoleh nelayan dalam

pengelolaan sumberdaya perikanan. Guna mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan

dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dapat didekati dari surplus produsen

(produsen's surplus), surplus konsumen (consumer's surplus), dan rente sumberdaya.

Pendekatan lain adalah dengan melihat optimasi kesejahteraan (walfare optimation)

yang ditinjau dari faktor output (yield).

Jika pengelolaan sumberdaya perikanan tidak memberikan kesejahteraan pada

masyarakat nelayan, maka memunculkan kondisi kemiskinan bagi mereka. Secara

filosofis, kemiskinan dapat dipandang sebagai "keadaan" yang menyebabkan seseorang

tidak mampu mentaati tata nilai dan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh

masyarakatnya, (Nasoetion: 1996, dalam M.Saleh 2002). Pengertian diatas menunjukan

(37)

Dengan demikian kemiskinan dapat didekati dari berbagai titik pandang, seperti dari

sudut ekonomi, sosial dan politik.

Menurur Anwar kemiskinan tejadi karena tindakan stratifikasi soaial yang

membedakan alokasi hak-hak (entitlement) secara menyolok dan terpusat pada

golongan-golongan yang h a t , berupa terbatasnya akses kepada sumberdaya-

sumberdaya, (Anwar,2001). Kelompok ini sangat h a t dan dan dekat dengan pusat

kekuasaan baik ditingkat pusat maupun daerah.

Karena terbatasnya akses, diperdesaan akses tentang sumberdaya pembangunan

tidak sampai pada masyarakat yang membutuhkannya. Seperti fesilitas kredit melalui

lemaga perbankkan dan organisasi ekonomi perdesaan yang banyak dinikmati

kelompok kecil elite, (a small elite). Menurut Wertheim, kenyataan tersebut hanya akan

memprkaya yang kaya dan yang miskin tetap miskin, (the rich grow richer and poor

grow poorer), (werheim; 1984 dalam M Saleh Oesman, 2002). Denagn demikian gejala

kemiskinan yang ditanggung bersama (shared poverty) tidak lagi merata diseluruh

masyarkat pedesaan, melainkan hanya terbatas pada lapisan termiskin yang paling

bawah.

Kemiskinan absolut (absolut poverty) merupakan konsep yang dikaitkan dengan

standar bidup minimum yang dihitung dengan uang. Pengertian dan pemahan tentang

kemiskinan kultural didasarka pada norma-norma masyarakat (sociel norm) pada setiap

waktu dan tempat. Akan tetapi untuk mengukur kemiskinan kultural mengalami

kesulitan, apakah pendekatannya tingkat pendapatan masyarakat atau defenisi kuiturai

sebagai suatu kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif mempunyai keterkaitan dengan

(38)

keuntungan karena dapat merefleksikan bahwa setiap individu cenderung merasa miskin

dibanding dengan yang lain,(Blair; 1998 dalam M Saleh 0,2002).

Terdapat beberapa faktor sebagai penyebab terjadinya kemiskinan, antara lain:

(1) fluktuasi agregat ekonomi (aggregat ecoi~ornic~zrctz~atio~i), (2) Produktivitas yang

rendah (low productivity), (3) Hambatan dan ketidak sempurnaan pasar (barriers arid

iniperfect niarket) (4) Budaya dan perilaku bawaan (czrltzrral a ~ d behavior traits),

(39)

III.

KERANGKA PEMlKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dalam Pembangunan Wilayah

Kesalahan mengadopsi konsep pembangunan dari luar yang dilaksanakan di

masa Orde Baru terbukti telah menciptakan berbagai ketidak adilan. Model

pembangunan tersebut telah menyebabkan kesenjangan antar daerah, antar golongan

masyarakat dan antar sektor (zrt~balanced developn~et~t). Konsep pembangunan lebih

banyak mengadopsi konsep Lewis (Lewis fivo Sector Model) yang menekankan kepada

transformassi struktural (structural transfon?natiotz dari suatu perekonomian subsistem

menuju kepada ekonomi industri perKotaan. Paradigma pembangunan tersebut masih

bertumpu pada growth orientedpolicy dimana Growth Don~estic Product (GDI') masih

dijadikan sebagai indikator utama kinerja @erformance) pertumbuhan suatu negara.

Padahal indikator GDP bukan merupakan satu-satunya tolok ukur yang dapat

mencerminkan kesejahteraan suatu negara, selain itu indikator GDP belum mampu

mengukur secara tepat kinerja sektor ekonomi berbasis sumberdaya alam secara

konferhensif.

Kinerja sektor perikanan selama ini telah mengalami perkembangan yang cukup

signifikan. Indikator kemajuan tersebut dapat dilihat dari makin meningkatnya

konstribusi sektor perikanan terhadap ekonomi nasional secara keseluruhan. Meskipun

dari proporsi GDP konstribusi perikanan masih relatif kecil (sekitar dua persen) namun

sektor ini telah memberikan sumbangan devisa yang cukup berarti bagi ekonomi

(40)

Berubahnya politik di Indonesia yang ditandai dengan timbulnya era reformasi

telah memicu perubahan orientasi pembangunan di bidang perikanan, dimana

pembangunan pertanian secara orde baru lebih banyak bertumpu pada pertanian

tanaman pangan, secara tidak langsung membuat sektor perikanan kcrang banyak

berperan. Dengan lahirnya momentum reformasi tersebut pemerintah mulai

mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan sektor ini sebagai sektor unggulan

yang justru akan menjadiprime mover ekonomi khususnya di wilayah-wilayah pesisir.

Wilayah pesisir pantai memiliki keanekaragaman biota laut, disamping

kekayaan berupa hutan bakau (mangroove), pertambangan berupa minyak dan kekayaan

laut lainnya seperti mutiara, padang lamun, serta yang paling dominari adalab

sumberdaya perikanan. Termasuk pula sumberdaya alam yang berada di pesisir pantai

daratan, seperti tanaman perkebunan serta sumberdaya manusia yang bermukim dan

bermata pencaharian di pesisir pantai yaitu para nelayan kecil dan masyarakt pesisir.

Dalam pengembangan wilayah pesisir dan lautan ini masih menghadapi berbagai

kendala baik dari sumberdaya perikanan itu sendiri yang bersifat fugitive dan cenderung

berarah open access maupun yang ditimbulkan oleh pengembangan skala ekonomi

yang ditandai dengan lemahnya kapital di bidang perikanan dan sedikitnya investasi.

Secara spatial pengelolaan sumberdaya perikanan mempunyai keterkaitan mulai

dari persediaan stok (stock supply) sampai kepada wilayah pemasaran. Persediaan stok

yang dikelolah secara berkelanjutan akan memberikan kesejahteraan pada masyarakat

nelayan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (temporal). Jika pengelolaan

(41)

terbuka (tidak terkendali), tidak akan menjamin dapat memberikan kesejahteraan bagi

masyarakat nelayan bahkan menimbulkan degradasi terhadap sumberdaya tersebut.

Guna memahami mengenai keterkaitan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya perikanan dengan dimensi keberlanjutan adalah dengan membandingkan

antara hasil tangkapan aktual dan akses terbuka dan tangkapan optimal. Jika tangkapan

optimal memberikan keuntungan yang lebih besar, maka pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya perikanan secara berkelanjutan akan memberikan manfaat yang lebih baik

untuk saat ini maupun dimasa datang.

Sifat dasar dari sumberdaya perikanan adalah sumberdaya milik bersama

(common property resource) yang berarti sumberdaya ini dapat di manfaatkan dalam

waktu yang bersamaan oleh siapa saja (terutama dengan tujuan ekonomi). Tak seorang

pun mempunyai hak khusus dalam menggunakan sumberdaya tersebut dan tak seorang

pun yang dapat melarang orang lain dalam memanfaatkannya (every one property is no

one's property). Salah satu argumen penting mengapa sumberdaya ini digolongkan

sebagai milik bersama adalah bahwa biaya untuk memperoleh dan mempertahankan hak

penggunaannya (enforcement) lebih tinggi daripada income ataupun resource rent yang

didapat dari pemilikan dari sumberdaya tersebut.

Sehubungan dengan sifat yang common property ini maka dikhawatirkan akan

tejadi pengurasan terhadap sumberdaya perikanan (tenrtama di laut) yarig akan

menimbulkan biaya eksternal (miss aliocation of resources) yang berimplikasi pada

bermunculnya berbagai permasalahan ekonomi dan biologi (biologi and economic

(42)

inefisiensi dalam penggunaan faktor produksi, hasil manfaat (resources rent) yang

rendah dan kecendrungan pengelolaan ke arah deflesi.

Sumberdaya perikanan laut yang bersifat open access akan menyebabkan :

1. Kesulitan dalam pengontrolan dan estimasi jumlah stok dari ikan pada setiap

musim atau periode karena dipengaruhi oleh faktor biologi dan ekoiogi dari

sumberdaya perikanan sebagai faktor alami serta berbagai upaya eksploitasi

yang di lakukan manusia (bertujuan memaksimumkan resource rent untuk

meningkatkan kesejahteraan) sehagai faktor non alami.

2. Usaha penangkapan ikan di wilayah perairan mengandung resiko dan

ketidakpastian yang relatif besar. Dalam ha1 ini sumberdaya perikanan bersifat

mobil fugitive, sehingga resikonya adalah kehilangan sejumlah penangkapan

dan resiko-resiko lainnya.

3 . Timbulnya pemanfaatan sumberdaya yang economic overfissing (total revenue

< total cost) dan biologi overfissing (laju penangkapan per catcha > potensi

pertumbuhan lestari (Marginal Sustainable Yield, MSY) yang akan mengarah

pada kelangkaan (scarcity) sumberdaya perikanan serta kepunahan beberapa

spesies tertentu.

3.2 Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Kelembagaan mencakup peraturan perundang-undangan, tatanan kelembagaan

dan prilaku normatif. Sesuai dengan kewenangan di sektor perikanan yang di serahkan

pada daerah, maka perlu ditinndak lanjuti dengan pembentukan aturan-atutan baik yang

berkaitan dengan pengelolaan-pengelolaan maupun institusinya. Pengaturan dan

(43)

meningkatkan nilai ekonomi dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan.

Sehingga dapat dihindari terjadinya kesalahan kebijaksanaan (nzissleadiizgpolicy) dan

kegagalan institusi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.

Bersamaan dengan itu dalam pengelolaan sumberdaya perikanan perlu

mencermati nilai-nilai budaya masyarakat nelayan. Karena setiap masyarakat

mempunyai nilai yang tercermin dari perilaku hidup, bempa persepsi dan basis

preferensinya.

Berbagai bentuk aturan main baik yang bersifat formal maupun informal yang

mengatur hubungan antara masyarakat nelayan dapat dijumpai didesa pantai diseluruh

indonesia. Dari bentuk tersebut ada 4 sistem organisasilkelembagaan ekonomi yang

sering ditemui yaitu: kelembagaan sistim bagi hasil, kelembagaan hubungan kerja,

kelembagaan pemasaraan, dan kelembagaan perkreditan. Fakta menunjukan bahwa

keempat bentuk kelembagaan ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.

Pada umumnya masyarakat nelayan sering terlibat dalam hubungan ganda. Scott (1994)

menyatakan bahwa masyarakat petani termasuk nelayan mempunyai hubungan

paternalistik yang berlangsung sejak zaman dulu. Seseorang atau kelompok menjadi

pengikut (client) dari lapisan atasnya dan sekaligus menjadi pimpinan (patron) lapisan

bawahnya. Sebagai patron adalah yang berada dalam posisi membantu clientnya.

3.2.1 Hak Kepemilikan

Hak kepemilikan (property right) adalah hak yang dimiliki seseorang atau

masyarakat terhadap sumberdaya atau output tertentu yang diatur oleh suatu peraturan

adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur interaksi hubungan anggota masyarakat

(44)

hak penguasa apabila tanpa pengesahan dari masyarakt sekitarnya. Implikasi dari

konsep tersebut adalah : (1) hak seseorang adalah kewajiban orang lain, (2) hak yang tercermin oleh kepemilikan adalah sumber kekuasaan untuk memperoleh sumberdaya.

3.3 PoIa Keterkaitan Sosial Ekonomi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan

keadaan antar suatu wilayah. Perbedaan ini erat kaitannya dengan kondisi dan potensi

wilayah tersebut dilihat dari segi biogeofisik, sosial, ekonomi dan budaya, serta

kelembagaan, dan sekaligus mengindikasikan adanya keterbatasan yang dihadapi oleh

setiap wilayah dalam upaya memacu pembangunannya.

Pengelolaan sumberdaya perikanan mempunyai keterkaitan berbagai aspek baik

yang menyangkut biologi, ekonomi, sptial, sektor dan pelaku serta kelembagaannya.

Pengelolaan sumberdaya merupakan upaya-upaya untuk mencapai tujuan perikanan

melaui sistim pengendalian baik langsung maupun tidak langsun yang efektif terhadapa

usaha kegiatan penangkapan ikan atau beberapa dari komponen kegiata tersebut seperti

penentuan mata jaring, sistim lisensi perizinan, (Anwar, 1994).

Pembangunan sosial ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pesisir

dan laut memerlukan dukungan dari kegiatan-kegiatan seperti dapat masuknya sarana

input-input dan modal finansial maupun perbaikan infrastruktur (jalan dan pelabuhan)

yang menghubungkan lokasi tempat-tempat sumberdaya sehingga secara fungsional

kegiatan tersebut dapat berjalan dan mempunyai keterkaitan baik keterkaitan spatial,

(45)

Keterkaitan antara sektor merupakan indikator penting guna mengevaluasi

mengenai keberhasilan kebijaksanaan pembangunan wilayah. Karena keterkaitan antar

sektor akan memperlihatkan keseimbangan antara sisi penawaran dan sisi permintaan.

Keterkaitan antara perilaku dalam pengelolaan sumberdaya perikanan meliputi

keterkaitan antara pelaku ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam

bentuk kelembagaan tradisional dimana keterkaitannya dalam bentuk antara juragan,

nelayan dan konsumen.

3.4 Nilai Ekonomi dalam Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Salah satu tolak ukur yang relatif mudah digunakan dan bisa dijadikan persepsi

bersama dalam penilaian sumberdaya ekonomi perikanan adalah dengan memberikan

harga @rice tag) terbadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya dan

lingkungan. Dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut sebagai nilni

ckonomi dari sumberdaya alam.

Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai penpkuran jumlah

maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa lainnya, yang secara format

dikatakan sebagai keinginan untuk membayar (willingness to pay) seseorang terhadap

barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut

Cuningham, nilai ekonomi produk perikanan adalah melalui pembelian dan penjualan di

pasar dengan harga sebagai ukuran nilai per unit. Jika harga ikan konstan, maka

permintaan ikan mengalami kenaikan. Sedangkan jika harga ikan mengalami

pemurunan, maka produk perikanan cenderung dialihkan ke wilayah yang mernpunyai

(46)

ekonomi produksi, pengelolaan sumberdaya perikanan membutuhkan faktor produksi,

seperti tenaga kerja, kapal, peralatan tangkap dan sebagainya.

3.5 Hipotesis

1. Diduga pengelolaan sumberdaya perikanan laut telah mengalami biologi dan

ekonomi overfishing

2. Diduga bahwa daya dukung dimensi Bio- ekologis dan ekonomi sangat

mempengaruhi kondisi sumberdaya perikanan di Teluk Palu.

3. Diduga terdapat pola keterkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan laut dengan

(47)
[image:47.532.35.525.57.738.2]

Keranaka

-

Pemikiran

Gambar 3 . Keranpka Pemikiran

(48)

IV.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Teluk Palu wilayah Kota Madya Palu yang

ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan (1) Teluk Palu merupakan

daerah yang mempunyai potensi yang besar di sektor perikanan laut, (2) Pada wilayah

Pesisir Teluk Palu secara kultural sebagian masyarakatnya merupakan masyarakat

nelayan, selain itu tingginya aktivitas pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir di

wilayah tersebut. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini kurang lebih lima bulan

sejak tahap persiapan hingga pelaporan.

4.2 Metode Pngumpulan Data

4.2.1 Studi Data Primer

Data primer (cross section) yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan

responden utama (nelayan) dan pilihan dengan menggunakan daftar pertanyaan dari

questionner yang terstruktur sesuai dengan tujuan penelitian. Struktur questioner

dirancang berdasarkan aspirasi dan sikap nelayan terhadap pemanfaatadpenbwsahaan

sumberdaya perikanan secara lestari, baik formil (pemerintah) maupun nonformil

(masyarakatlswasta), skala usaha dan aspek efisiensi produksi, pendapatan, tenaga

kerja, permodalan, sosial budaya serta aspek lainnya yang berkaitan dengan implikasi

keberadaan kelembagaan terhadap pelestarian sumberdaya dan pengembangan

perekonomian wilayah pesisir (pertumbuhan pendapatan, kesempatan kerja, dan lain-

(49)

4.2.2 Studi Data Sekunder

Data yang digunakan berasal dari berbagai lembaga dan instansi terkait seperti

BPS, Bapeda, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindag, Kantor Bupati dan

Kecamatan serta Dinas lain yang berkompeten. Data sekunder yang diperlukan

berkaitan erat dengan kinerja ekonomi wilayah, keragaan perikanan wilayah, deskripsi

wilayah penelitian yang meliputi aspek fisik, sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan

lain (formillnon formil) yang mampu menjelaskan dinamika kelembagaan masyarakat

terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan secara lestari dan pembangungan wilayah

pesisir.

Adapun jenis data yang digunakan berupa data sosial demografi yang terbagi

atas demografi, ketenagakerjaan, pendidikan dan lainnya; data ekonomi yaitu PDRB,

perikanan, dan lainnya.

4.3 Metoda Analisis

4.3.1 Analisis Bioekonomi

Analisis bioekonomi yang digunakana adalah bioekonomi model Copes dengan

pendekatan statik, dimana perhitungan keluaran model bioekonomi menggunakan

software Minitab dan Maple versi 9.5.

Fungsi Produksi Lestari Perikanan Tangkaa

Fungsi lestari produksi perikanan tangkap mempakan hubungan antara tingkat

upaya penangkapan dengan produksi lestari, secara matematis sebagai berikut (Fauzi

2000 dalam Mukhsin 2003).

2

(50)

tingkat upaya penangkapan pada saat pp;roduksi maksimum lestari dari

persamaan di atas menjadi :

dimana : h = hasil tangkapan (ton) E = tingkat upaya penangkapan

a dan

p

merupakan parameter hngsi produksi lestari dari regresi linier

sederhana (simple linear regresion) antara hasil tangkapan per unit tingkat

upaya (CPUE) pada berbagai tingkat upaya penangkapan (effort)

Mengingat sifat perikanan didaerah tropis termasuk indonesia multi

spesies dan multigear, maka perlu dilakukan standarisasi alat. Metode standarisasi alat

tangkap yang digunakan adalah metode langsung seperti yang diusulkan oleh Robson

(1966) dan Gulland (1983) dalam (Subhan A, 2003). Metode ini berdasarkan pada

konsep daya tangkap relatif.

4.3.2 Analisis Keuntungan Ekonomi

Tingkat keuntungan ekonomi dari pengusahaan sumberdaya perikanan dianaiisis

melalui pendekatan Gordon-Schaefer (analisis statik). Secara matematis dapat ditulis :

x

= p h - c . E

dimana: p = harga rata-rata ikan (rupiah per ton)

h = hasil tangkapan (ton)

c = total biaya per satuan effort (rupiah per hari)

(51)

4.3.3 Analisa Tingkat Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan nelayan dapat digambarkan oleh besamya nilai surplus

konsumen dan produsen yang mereka peroleh dari pemanfaatan sumberdaya perikanan

laut. Dari kurva Avarage Cost (AC) dan kurva Marg.r~al Cost (MC) di dapat dari

surplus konsumen dan surplus produsen dengan menggunakan persamaan di bawah ini

.

1

SK =-alas x tinggi

2

Asumsi-asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi

model Gordon-Schaefer yaitu :

1) Populasi ikan menyebar merata

2) Tidak ada kejenuhan penggunaan unit alat tangkap ikan

3) Semua unit alat tangkap ikan aktif melakukan kegiatan penangkapan ikan

4) Setiap unit alat tangkap mempunyai kemampuan yang sama

5) Biaya total penangkapan ikan adalah konstan

6 ) Harga ikan per satuan tangkapan tidak konstan

4.3.4 Analisisprime

Analisis Prime adalah kerangka kerja (frame work) terstruktur untuk menelaah,

menganalisis dan memecahkan pengambilan keputusan yang terkendala oleh berbagai

tujuan dan kriteria dan merupakan teknik pengambilan keputusan berbasis non

parametrik.

Pada bentuk dasarya, model analisis Prime terdiri dari segugus kriteria

evaluatif, segugus pembobot yang menunjukkan tingkat kepentingan dari kriteria-

kriteria tersebut, segugus altematif, dan segugus ukuran-ukuran keragaan yang

menunjukkan keragaan tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing kriteria. Aspek-

(52)

Tabel 4. Tabel Matrix Pengambil Keputusan dalam Model Analisis Prime

(Kriteria- j) C1 C2 C3

...

c m

(Bobot j ) W 1 W2 W3

...

~ r n

I

an X n l X n 2 Xn3 ~~~~~~~ X n m

Tahap- tahap dalam Prime analisis adalah:

1. Mengidentifikasi konteks pengambilan keputusan

a. Menentukan tujuan analisis, mengidentifikasi pengambilan keputusan

dan stakeholder lain yang berperan.

b. Mendesain sistem teknik sosial untuk penerapan analisis multikriteria.

2. Mengidentifikasi berbagai pilihan untuk penilaian.

3. Mengidentifikasi tujuan (objective) dan kriteria.

a. Identifikasi kriteria untuk menilai konsekuensi tiap pilihan

b. Melakukan pengelompokan terhadap kriteria- kriteria dalam bentuk

hirarki tinggi- rendah.

4. Melakukan skoring, mengukur performance yang diharapkan unutk tiap pilihan.

Kemudian mengukur nilai yang berhubungan dengan konsekuensi unutk tiap

pilihan kriteria.

a. Menggambarkan konsekuensi dari tiap pilihan.

b. Skoring setiap pilihan pada kriteria.

c. Menilai konsistensi skor pada tiap kriteria.

(53)

6. Kombinasi pembobotan dan skoring unutk tiap pilihan unutk mendapatkan nilai

keseluruhan:

a. Menghitung keseluruhan skor pembobotan pada tiap tingkat hirarki.

b. Menghitung keseluruhan skor pembobotan.

7. Menentukan hasil

8. Analisis sensitivitas

9. Rekomendasi

4.3.5 Analisis Kelembagaan.

Untuk mengetahui bentuk partisipasi dari kelembagaan lokal yang ada dalam

mengelola sumberdaya pesisir dan kelautan maka analisis kelembagaan dilakukan

dengan metode wawancara kelompok, dimana kelembagaan lokal yang dimaksud

adalah kelompok-kelompok nelayan yang ada didesa atau kecamatan yang terpilih

sebagai wilayah penelitian.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu. Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba

(1985:266) dan disadur kembali oleh Moleong (2000) dalam Dwi.E.K 2002 antara lain:

mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,

tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekontruksi kebulatan-kebulatan

demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan

demikian sebagai yamg dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah

dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan

manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan

oleh Patton (1980) daiam Dwi E.K (2002) yang didasarkan atas perencanaan

pertanyaannya adalah sebagai berikut: (a) wawancara pembicaraan formal, (b)

(54)

Wawancara kelompok yang akan dilakukan oleh peneliti ini termasuk dalam wawancara

baku terbuka karena menggunakan seperangkat pertanyaan baku.

Wawancara kelompok ini menggunakan bentuk wawancara tak berstruktur

dengan tujuan agar dapat menggali informasi yang lebih mendalam dari masyarakat

dalam mengelola sumberdaya pesisir dan laut. Wawancara tak terstruktur

diselenggarakan menurut tahap-tahap tertentu yaitu pertama menentukan responden

yang dianggap tahu tentang permasalahan yang akan ditanyakan dalam ha1 ini ketua-

ketua kelompok nelayan dan beberapa anggotanya, kedua, menghubungi responden dan

mengadakan perjanjian tentang waktu pertemuan, ketiga, mempersiapkan bahan-bahan

dan tempat untuk wawancara, keempat, melaksanakan kegiatan wawancara. LKegiatan

kelompok wawancara ini bertujuan untuk mengetahui profil kelompok-kelompok, serta

kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok-kelompok nelayan tersebut dalam

mengelola sumberdaya pesisir dan laut, juga permasalahan yang sering dihadapi serta

(55)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum lokasi Penelitiat~

Kota Palu secara geografis berada pada 0,1 0,30 - 0,l 45'0" Lintang selatan dan

119' 30'20 - 119' 60'10" BT. Sedangkan secara adinistratif Kota Palu bekedudukan

sebagai Ibu Kota provinsi Sulawesi Tengah, berada pada kawasan Teluk Palu dan

daerah garis katulistiwa denangan luas wilayah sekitar 395,06 km2 yang di bagi dalam 4

(empat) kecamatan dan 43 (Empat puluh tiga ) kelurahan.

Kota Palu terletak pada ketingian 0- 700 meter dari permukaan laut.denagn topografi

datar hingga pegunungan, sedangkan dataran umumnya tersebar diekitar pantai dan

letaknya bervariasi. Adapun batas- batas wilayah Kota Palu sebagai berikut:

Sebelah Utara: Berbatasan dengan kecamatan Tawaeli dan kecamatan Banawa

Kab Donggala dan Teluk Palu

Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Parigi Kabupaten Parimo

Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Sigi Biromam dan Kecamatan

Dolo Kabupaten Donggala

Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Banawa dan Kecamatan

Marawola Kab Donggala

Berdsarkan T

Gambar

Tabel. 1 Distribusi Presentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut
Gambar 1 Kerangka berfikir tiga di~nensi tentang keberlanjutan (.sustui/rahilin;)
Gambar 2. Struktur Kepengumsan Lembaga Pedesaan.
Gambar 3. Keranpka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah faktor demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) dan faktor sosial (pengetahuan, sikap dan

Open House dilaksanakan pada hari rabu tanggal 17 Juni 2015 bertempat di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Tanjung Pinang dengan maksud untuk memberi kesempatan

Dari hasil analisis regresi berganda di- dapatkan nilai sig 0,01&lt;0,05 maka Ho di- tolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kelayakan

“Kejadian Hernia Inguinalis pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia Periode Januari 2008 – Desember 2013 di Rumah Sakit PHC Surabaya”.. benar-benar merupakan hasil karya

Dengan perkembangan teknologi digital yang pesat selanjutnya realisasi pengendali PID mulai dikembangkan, dalam realisasi secara digital terdapat dua metode

Terdapat nilai negatif dilihat melalui adanya penjelasan nilai-nilai dalam masyarakat yang dilanggar dan tidak dijalankan.Hal tersebut dapat terlihat dari berita yang

Faktor kemampuan yang di maksud adalah kemampuan yang meliputi personal individu seperti pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan, motivasi dan komitmen. Faktor

Pembangunan hukum merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan kesehatan yang memerlukan kebijakan yang harus dipayungi oleh hukum agar dapat berjalan