NEMATODA PURU AKAR
Meloidogyne
spp.
PADA TANAMAN TOMAT
MAYA MARIANA
A44102035
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ABSTRAK
MAYA MARIANA. Potensi
Cerbera odollam
Gaertn untuk Pengendalian
Nematoda Puru Akar
Meloidogyne
spp. pada Tanaman Tomat. Dibimbing oleh
ABDUL MUIN ADNAN.
Aktivitas nematisida filtrat tanaman
C. odollam
telah diuji secara
in vitro
dan
in vivo
terhadap
Meloidogyne
spp. Pengujian
in vitro
dilakukan dalam cawan
Syracus dengan metode perendaman L2
dalam filtrat batang, bunga dan daun
masing-masing pada kisaran konsentrasi 10, 5, 2,5, 1,25 dan 0,625 g/l. Pengujian
secara
in vivo
dilakukan pada tanah disterilkan dalam polibag dengan metode
penyiraman filtrat batang, bunga dan daun dalam kisaran konsentrasi yang
berpatokan pada LC
90hasil uji
in vitro
masing-masing bagian tanaman, yaitu
untuk batang 52,53, 105,05 dan 157,58 g/l, untuk bunga 59,15, 118,3 dan 177,45
g/l dan untuk daun 45,43, 90,6 dan 135,9 g/l. Penyiraman dilakukan pada tanah
medium tumbuh tanaman tomat yang telah diinfestasi L2
Meloidogyne
spp.
Pengamatan dalam uji
in vitro
dilakukan terhadap mortalitas L2 pada 12, 24, 36
dan 48 jam perendaman, sedang dalam uji
in vitro
pengamatan dilakukan terhadap
kepadatan akhir L2, jumlah puru dan bobot tanaman.
Filtrat batang, bunga dan daun menunjukkan aktivitas nematisida baik
secara
in vitro
maupun secara
in vivo,
walaupun memerlukan konsentrasi yang
cukup tinggi.
Secara
in vitro
filtrat batang, bunga dan daun hanya dalam
konsentrasi uji paling tinggi (10 g/l) yang efektif dalam menekan L2, filtrat daun
paling efektif kemudian diikuti filtrat batang dan bunga, dengan keefektifan
berturut-turut 67, 35 dan 33%. Secara
in vivo
tingkat efikasi relatif terhadap
kontrol menunjukkan bahwa filtrat ketiga bagian tanaman dalam kisaran
konsentrasi yang diuji cukup efektif dalam menekan serangan dan perkembangan
NEMATODA PURU AKAR
Meloidogyne
spp.
PADA TANAMAN TOMAT
MAYA MARIANA
A44102035
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi
: Potensi
Cerbera odollam
Gaertn untuk Pengendalian Nematoda
Puru Akar
Meloidogyne
spp. pada Tanaman Tomat
Nama
: Maya Mariana
NRP
: A44102035
Program Studi : Hama dan Penyakit Tumbuhan
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS.
NIP. 130 871 922
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP. 131 124 019
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 8 Februari 1984
sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Muchsan Basarie dan
Ibu Siti Ikliman.
Penulis menyelesaikan sekolah lanjutan tingkat atas dari SMU Negeri 2
Bogor tahun 2002 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui
jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Program Studi
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi
Cerbera
odollam
Gaertn untuk Pengendalian Nematoda Puru Akar
Meloidogyne
spp. pada
Tanaman Tomat”. Skripsi ini memberikan informasi tentang pengendalian
alternatif nematoda puru akar
Meloidogyne
spp. menggunakan filtrat
C. odollam
.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Penulis
ucapkan rasa terima kasih kepada:
1.
Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS. yang telah membimbing hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Gatut Heru Bromo yang telah mengajarkan teknik-teknik di
laboratorium.
3.
Kedua orang tua (Bapak dan Ibu) yang telah memberikan do’a dan
dukungannya.
4.
Rekan – rekan di laboratorium nematoda (Apri, Kaka, Iwa, Dhona, Ires, Edu),
sahabat – sahabatku yang telah banyak membantu (Marny, Mia, Nisa, Ela,
Dewi, Nur, Ira, Ririn, Yulia, Cita), Ririn atas bantuannya mendokumentasikan
foto, rekan – rekan angkatan 39 dan adik tingkat yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Manfaat ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Nematoda Puru Akar ... 4
Klasifikasi dan Siklus Hidup
Meloidogyne
spp. ...
4
Pemencaran
Meloidogyne
spp. ... 4
Gejala Serangan Nematoda ... 4
Cerbera odollam
Gaertn ...
5
Klasifikasi
Cerbera odollam
... 5
Deskripsi ... 6
Khasiat dan Fungsi ... 6
Kandungan Kimia ... 7
BAHAN DAN METODE ... 8
Waktu dan Tempat ... 8
Bahan dan Alat ... 8
Metode Penelitian ... 8
Penyiapan Filtrat Tanaman Bintaro ...
8
Penyiapan Inokulum Nematoda ... 9
Penyiapan Tanaman Tomat ... 9
Penyiapan Tanah Steril ... 9
Metode Pengujian ... 10
Pengujian
In Vitro
...
10
Pengujian
In Vivo
...
10
Pengamatan ... 11
Uji
In Vitro
... 11
Uji
In Vivo
... 11
Penentuan Bobot Tajuk dan Akar Tanaman ... 11
Penghitungan Kepadatan ... 12
Analisis Data ... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14
Kondisi Umum ... 14
Pengaruh Filtrat Bintaro terhadap Mortalitas L2
Meloidogyne
spp. secara
In Vitro
... 14
Pengaruh Filtrat Bintaro terhadap perkembangan
Meloidogyne
spp. pada Tanaman Tomat ... 18
KESIMPULAN ... 21
Kesimpulan ... 21
Saran ... 21
Halaman
Tabel 1 Mortalitas L2
Meloidogyne
spp. dalam Berbagai Konsentrasi
Filtrat Batang Bintaro secara
In Vitro
... 15
Tabel 2 Mortalitas L2
Meloidogyne
spp. dalam Berbagai Konsentrasi
Filtrat Bunga Bintaro secara
In Vitro
... 15
Tabel 3 Mortalitas L2
Meloidogyne
spp. dalam Berbagai Konsentrasi
Filtrat Daun Bintaro secara
In Vitro
... 16
Tabel 4 Tingkat Mortalitas L2
Meloidogyne
spp Akibat Perlakuan
Filtrat Bintaro dalam Uji
In Vitro
... 17
Tabel 5 Nilai LC50 dan LC90 pada 48 JSP untuk Filtrat Setiap Bagian
Bintaro ... 17
Tabel 6 Pengaruh Filtrat Bintaro terhadap Jumlah Puru, Kepadatan
Populasi Akhir
Meloidogyne
spp. dan Bobot Kering Tanaman .. 18
Tabel 7 Tingkat Efikasi Filtrat Bintaro Berdasar Intensitas Serangan dan
9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Gambar Tanaman
Cerbera odollam
(a); Gambar Bunga
dan
Buah
C. odollam
(b); Gambar Gulma
Synedrella
sp.
(Gulma Kalengsi) (c) ... 24
Lampiran 2 Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Tanaman (a); Kepadatan
Akhir L2 (b); Puru (c); Data 12 JSP Daun (d); Data 24 JSP
Daun (e); Data 36 JSP Daun (f); Data 48 JSP Daun (g);
Data 12 JSP Batang (h); Data 24 JSP Batang (i); Data 36 JSP
Batang (j); Data 48 JSP Batang (k); Data 12 JSP Bunga (l)
Data 24 JSP Bunga (m); Data 36 JSP Bunga (n);
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas tanaman pangan yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Produksi 24 komoditas sayuran di Indonesia tahun 2004–2005
mengalami peningkatan sebesar 13,62%, menurun jika dibandingkan dengan
peningkatan produksi dalam tahun 2003–2004 sebesar 21,61% (Deptan 2006).
Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yang diusahakan di
banyak provinsi di Indonesia. Dari 31 provinsi, 16 provinsi di antaranya dalam
tahun 2004–2005 mengalami penurunan hasil produksi (Deptan 2006).
Penurunan hasil diakibatkan oleh banyak faktor, di antaranya adalah serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk nematoda parasit tumbuhan,
terutama nematoda puru akar (NPA),
Meloidogyne
spp. NPA merupakan salah
satu patogen penting pada tanaman sayuran. Perkiraan kerugian tanaman sayuran
akibat serangan nematoda di daerah tropik berkisar dari 17%-20% pada terung,
18%-33% pada melon dan 24%-38% pada tomat (Luc
et al
. 1990). Dalam
penurunan hasil produksi tanaman, kerugian yang ditimbulkan akibat serangan
NPA sulit ditentukan, karena penurunan di lapangan diakibatkan juga oleh
serangan OPT lain.
NPA merupakan parasit obligat (Luc
et al
. 1990). Patogen ini menyerang
tanaman di bagian akar yang menyebabkan terbentuknya puru dan karenanya
nematoda ini sering disebut nematoda puru akar (Whitehead 1998). Timbulnya
puru pada akar merupakan gejala khas serangan NPA, yang mengakibatkan fungsi
perakaran tanaman dalam menyerap air dan unsur hara menjadi terganggu, yang
menyebabkan tanaman menjadi layu, daunnya klorosis dan kerdil (Dropkin 1991).
Berbagai upaya untuk mengurangi kerugian akibat serangan
Meloidogyne
2
Nematisida yang sering digunakan dalam pengendalian NPA biasanya
berupa fumigan dan non-fumigan (Luc
et al
. 1990). Penggunaan nematisida dalam
pengendalian nematoda dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hasil
pertanian dan lingkungan, terutama apabila penggunaan nematisida terlalu
berlebihan. Karena itu para pakar telah berusaha mencari alternatif pengendalian
selain cara kimia. Satu di antaranya dengan menggunakan bahan berasal dari
tumbuhan yang dikenal sebagai nematisida nabati.
Pengendalian alternatif dengan menggunakan nematisida nabati sudah
banyak diteliti. Berbagai jenis tanaman yang memiliki sifat insektisida ternyata
juga bersifat nematisidal dan dikembangkan sebagai nematisida nabati. Penelitian
pengendalian nematoda non-kimiawi dengan menggunakan bahan nabati terus
dilakukan untuk mendapatkan bahan yang memiliki efek nematisida cukup tinggi
namun efek negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Tanaman
Cerbera odollam
(Bintaro) termasuk ke dalam salah satu
tanaman sumber bahan baku obat tradisionil untuk kesehatan manusia di Asia
Tenggara
(Mandang 2004). Beberapa bagian tanaman bintaro jika digunakan
melebihi batas tertentu dapat menyebabkan keracunan. Biji tumbuhan ini akan
menyebabkan rasa lemah, muntah, mengantuk, denyut nadi menjadi lemah,
tekanan darah menjadi rendah, keletihan, sakit perut, degupan jantung yang tidak
normal dan anak mata mengembang. Daun tumbuhan ini juga dapat memberi
gangguan pada sistem saraf pusat (Anonim 2006).
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi potensi pengendalian filtrat
tanaman bintaro terhadap NPA pada tanaman tomat untuk mendapatkan suatu
alternatif bahan tanaman sebagai nematisida nabati.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Nematoda Puru Akar (
Meloidogyne
spp.)
Klasifikasi dan Siklus Hidup
Meloidogyne
spp.
Meloidogyne
spp. termasuk ke dalam filum Nematoda, ordo
Tylenchida
,
famili
Heteroderidae
, Genus
Meloidogyne
(Agrios 1997).
Siklus hidup spesies – spesies
Meloidogyne
terdiri atas tiga stadia yaitu
telur, empat instar larva dan dewasa. Stadia larva mengalami ganti kulit empat
kali. Satu kali di dalam telur dan berikutnya terjadi di dalam jaringan tanaman
(Agrios 1997)
. Meloidogyne
memiliki lebih dari 50 spesies, empat di antaranya
merupakan spesies berbahaya yaitu
M
.
incognita
,
M. javanica
,
M. arenaria
dan
M. hapla
(Luc
et al.
1990).
Pemencaran
Meloidogyne
spp.
Seperti halnya dengan nematoda lainnya, pemencaran NPA dapat melalui
beberapa cara, antara lain melalui larva dan telur yang terbawa bersama tanah
yang menempel pada binatang, kaki, dan alat pertanian dari lahan yang
terinfestasi dan pemencaran melalui air (Luc
et al.
1990). Menurut Decker
(1988) spesies NPA yang paling berbahaya di antara spesies NPA lain adalah
M.
incognita
dan spesies ini tersebar luas di seluruh belahan dunia. Spesies ini
merupakan salah satu patogen penting pada berbagai jenis tanaman di daerah
tropika dan subtropika (Luc
et al.
1990).
Gejala Serangan Nematoda
rambut akar. Gangguan pada sistem perakaran ini menyebabkan berkurangnya
penyerapan air dan nutrisi dari dalam tanah, sehingga menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat, daun klorosis, gugur dan akhirnya mengurangi jumlah bunga
dan buah. Secara umum, keberadaan NPA pada tanaman tidak mematikan
tanaman, tetapi dapat mengundang patogen sekunder lain seperti cendawan dan
bakteri untuk menyerang yang dapat mematikan tanaman. Ukuran puru
tergantung pada tipe akar tempatnya masuknya nematoda pada akar, inang dan
spesies NPA
(Singh & Sitaramaiah 1994)
.
Walaupun secara umum keberadaan NPA pada tanaman tidak mematikan
tetapi dengan kepadatan populasi yang tinggi serangan NPA pada tanaman yang
masih muda, dapat menyebabkan kematian (Hutagalung dan Wisnuwardhana
1976
dalam
Semangun 2001).
Cerbera odollam
Gaertn
Tanaman
C. odollam
umumnya ditanam sebagai pohon pelindung dan
biasanya juga disebut tanaman inti. Disebut tanaman pelindung, karena fungsinya
sebagai peneduh. Tanaman pelindung umumnya berpotensi untuk tumbuh
menjadi sangat besar, baik batang utama, cabang, dahan maupun akarnya.
Tanaman ini termasuk tanaman berkayu, kayu bintaro (
Cerbera
sp.) termasuk
kelompok kayu agak resistan (kelas III) (Suprapti
et al
2004).
Klasifikasi
C. odollam
Tanaman ini termasuk ke dalam :
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
:
Contortae
Suku
:
Apocynaceae
Marga
:
Cerbera
6
C. odollam
dalam perdagangan atau secara umum dikenal dengan sebutan
tanaman Bintaro (Wikipedia 2006). Selain itu tanaman ini juga disebut dengan
berbagai nama menurut daerah. Di daerah Sumatera dikenal dengan sebutan
madangkapo
(Minangkabau) dan
bintan
(Melayu), di daerah Jawa dikenal dengan
sebutan
bintaro
(Sunda dan Jawa), di daerah Bali dikenal dengan sebutan
kanyeri
putih
, di daerah Nusa Tenggara dikenal dengan sebutan
bilutasi
(Timor), didaerah
Sulawesi dikenal dengan sebutan
lambuto
(Makasar) dan
goro-goro
(Manado)
sedangkan di daerah Maluku dikenal dengan sebutan
wabo
(Ambon),
goro-goro
di daerah guwae (Ternate) (Heyne 1987).
Deskripsi
Anonim (2005) mengemukakan bahwa tanaman bintaro bisa mencapai
tinggi pohon hingga 20 m, batang tegak, berkayu, bulat, berbintik-bintik hitam.
Daun tanaman ini tunggal, tersebar, berbentuk lonjong, bertepi rata, ujung dan
pangkalnya meruncing, tipis, licin, pertulangannya menyirip, panjangnya 15 - 20
cm, lebarnya 3 - 5 cm dan berwarna hijau. Tanaman ini berbunga majemuk,
berkelamin dua, bunga bertangkai silindris terletak di bagian ujung ranting,
panjang tangkai bunga mencapai hingga 11 cm. Tangkai bunga berwarna hijau,
kelopak tidak jelas, tangkai putik berjumlah empat masing-masing panjangnya 2 -
2,5 cm, kepala sari berwarna coklat, kepala putik berwarna hijau keputih-putihan,
mahkota bunga berbentuk terompet yang di bagian ujungnya pecah menjadi lima
dan halus, berwarna putih dan agak wangi. Buah berbentuk bulat lonjong, ketika
masih muda berwarna hijau setelah tua menjadi kehitaman. Biji bintaro berbentuk
pipih, berukuran panjang, berwarna putih. Akar tanaman ini termasuk akar
tunggang dan berwarna coklat.
Khasiat dan Fungsi
daun tanaman bintaro dapat menurunkan aktifitas reaksi motorik secara
signifikan, meningkatkan rangsangan panas, menyebabkan penurunan ketahanan
dan kematian pada tikus (Hien 1991). Terhadap manusia, biji tumbuhan ini dapat
menyebabkan rasa lemah, muntah, mengantuk, denyut nadi menjadi lemah,
tekanan darah menjadi rendah, keletihan, sakit perut, degupan jantung yang tidak
normal dan anak mata mengembang. Daun tumbuhan ini juga dapat mengganggu
pada sistem saraf pusat (Anonim 2005).
Kandungan kimia
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari Februari 2006 sampai Agustus 2006 di
Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bahan dan Alat
Tanaman uji bintaro
berasal dari lingkungan kampus IPB, Darmaga.
Nematoda yang digunakan adalah
Meloidogyne
spp. yang diperoleh dari
perakaran gulma
Synedrella
sp. (kalengsi) yang berasal dari Kebun University
Farm IPB Pasir Sarongge, Kecamatan Pacet, Cianjur. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa nematoda tersebut didominasi oleh
M. incognita
. Tanaman
tomat yang digunakan sebagai tanaman uji adalah kultivar Ratna yang benihnya
diperoleh dari kios pertanian di Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Tanah yang
digunakan dalam penelitian adalah tanah jenis podsolik yang berasal dari daerah
Cikabayan, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Alat yang digunakan adalah
seperangkat peralatan laboratorium nematologi yaitu alat-alat untuk ekstraksi
seperti saringan berbagai ukuran yaitu 50, 400, dan 500 mesh dan alat sentrifusi.
Metode Penelitian
Penyiapan Filtrat Tanaman Bintaro
Penyiapan Inokulum Nematoda
Larva-2
(L2)
Meloidogyne
spp. hasil ekstraksi dari perakaran kalengsi
dengan metode corong Baermann dalam ruang pengabut, dibiakkan pada tanaman
tomat ‘Ratna’. Bibit berumur 4 minggu setelah semai (MSS) ditanam dalam
polibag berisi 3,5 liter tanah yang telah disterilkan. Tiap polibag ditanami satu
bibit tomat. Pada 3 minggu setelah tanam (MST), suspensi L2
Meloidogyne
spp.
disiramkan di sekitar perakaran tomat biakan. Tanaman biakan nematoda ini
dipelihara di halaman Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. Pemeliharaan dilakukan dengan cara
penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
pada bagian tajuk hingga tanaman berumur 6 minggu setelah infestasi. L2
Meloidogyne
spp. sebagai inokulum diperoleh dengan cara mengekstraknya dari
perakaran tomat menggunakan corong Baerman dalam ruang pengabut. L2 hasil
ekstraksi siap digunakan dalam pengujian.
Penyiapan Tanaman Tomat
Benih tomat ’Ratna’ disemai dalam baki berisi tanah yang telah disterilkan,
sampai berumur 4 MSS dan siap untuk digunakan dalam pembiakan nematoda
dan pengujian.
Penyiapan Tanah Steril
10
Metode Pengujian
Pengujian
In Vitro
Pengujian
in vitro
dilakukan dalam cawan Syracus dengan menggunakan
filtrat tanaman bintaro. Tiap cawan diisi 10 ml filtrat tanaman bintaro dan
suspensi berisi 50 L2 sehingga konsentrasi filtrat bintaro sesuai dengan perlakuan
yaitu 10, 5, 2,5, 1,25 dan 0,625 g/l. Sebagai kontrol, cawan diisi air dan suspensi
berisi 50 L2 hingga mencapai volume 10 ml. Setiap perlakuan diulang 3 kali.
Pengujian
In Vivo
Pengujian
in vivo
dilakukan dalam polibag yang berisi 300 ml tanah
disterilkan, yang diinfestasi 100 L2
Meloidogyne
spp., per polibag, disiram secara
merata dengan 30 ml enceran filtrat bintaro dengan konsentrasi yang telah
ditentukan berdasarkan LC
90hasil uji
in vitro
. Tingkat konsentrasi yang diuji
adalah kelipatan 1/2, 1 dan 1½ kali dari LC
90tiap bagian tanaman, yaitu 52,53,
Pengamatan
Uji
In Vitro
Pengamatan dalam uji
in vitro
dilakukan pada 12, 24, 36 dan 48 jam setelah
perlakuan (JSP) terhadap tingkat mortalitas L2. Tingkat mortalitas terkoreksi L2
karena perlakuan dihitung berdasarkan formula Abbot (1925 dalam Bayer 1976) :
M =
mp – mk
x 100%
50 – mk
M adalah mortalitas terkoreksi L2
Meloidogyne
spp. karena perlakuan, mp
adalah jumlah L2 mati pada perlakuan dan mk adalah jumlah L2 mati pada
kontrol. Tingkat mortalitas digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu tidak
efektif (M<25%), agak efektif (25%<M<60%), cukup efektif (60%<M<75%),
efektif (75%<M<95%), dan sangat efektif (M>95%).
LC
50dan LC
90diketahui dengan menggunakan program POLO-PC terhadap
data mortalitas L2 terkoreksi. Hasil tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar
penentuan konsentrasi dalam pengujian secara
in vivo
.
Uji
In Vivo
Pengamatan dilakukan 6 minggu setelah perlakuan (MSP) terhadap bobot
tajuk, bobot akar, jumlah puru akar per tanaman pada akhir pengamatan, serta
kepadatan akhir L2 per polibag yang berasal dari ekstraksi tanah dan akar.
Penentuan Bobot Tajuk dan Akar Tanaman
12
Penghitungan Jumlah Puru
Pengamatan tingkat serangan NPA didasarkan pada jumlah puru per
tanaman. Pengamatan dilakukan pada akar segar sebelum diekstraksi.
Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop.
Penghitungan Kepadatan
Penghitungan kepadatan nematoda dalam tanah dilakukan setelah ekstraksi
dengan menggunakan metode penyaringan, sentrifugasi dan flotasi. Ekstraksi
nematoda dalam tanah dimulai dengan cara mengambil 100 ml tanah dalam
polibag yang sebelumnya tanah tersebut diambil secara komposit setelah tanah
tersebut diaduk secara merata. Tanah tersebut dimasukkan ke dalam ember dan
ditambah air hingga mencapai volume 800 ml, kemudian diaduk selama 20 detik.
Tanah tersebut dibiarkan mengendap selama 1 menit lalu supernatannya
disaring
dengan menggunakan saringan bertingkat yaitu 50 dan 400 mesh dengan posisi
saringan miring 30
0. Nematoda yang tertahan dalam saringan dituangkan ke
dalam tabung sentrifusi dengan menyemprotkan air dari bagian belakang saringan.
Suspensi dikumpulkan dan dituang ke dalam tabung sentrifuse. Tabung yang
berisi suspensi nematoda disentrifugasi dengan kecepatan 1600 rpm selama 5
menit. Supernatan yang berada dalam tabung dibuang dan endapan yang terdiri
dari nematoda dan tanah disuspensikan dalam larutan gula 50%, kemudian
suspensi tersebut disentrifugasi kembali selama 1 menit dengan kecepatan 1700
rpm. Setelah disentrifugasi supernatan di saring dengan saringan berukuran 500
mesh dan dibilas dengan aquades, sedangkan tanah yang mengendap dibuang.
Nematoda yang tertahan dalam saringan dipindahkan ke dalam botol film berlabel
menggunakan corong, nematoda siap diamati.
botol film dan siap untuk diamati dan dihitung jumlahnya dengan bantuan
encounter
. Penghitungan nematoda dilakukan terhadap contoh suspensi sebanyak
1 ml dengan 3 kali ulangan untuk setiap perlakuan. Penghitungan nematoda
dilakukan dengan bantuan mikroskop stereo perbesararan 40x.
Berdasarkan
kepadatan
L2 yang diperoleh kemudian ditentukan tingkat
efikasi (TE) yang dihitung berdasarkan formula Abbot (1925 dalam Bayer 1976) :
TE =
P
f kontrol
– P
f perlakuan
x 100%
P
f kontrol
Pf (populasi akhir) adalah jumlah L2 dan telur terekstrak per tanaman, Pf
kontrol adalah populasi akhir pada kontrol dan Pf perlakuan adalah populasi akhir
pada perlakuan. Tingkat mortalitas digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu
tidak efektif (M<25%), agak efektif (25%<M<60%), cukup efektif
(60%<M<75%), efektif (75%<M<95%), dan sangat efektif (M>95%).
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Tanaman
Tanaman tomat percobaan dalam penelitian ini awalnya tumbuh cukup
optimal, namun sejak 4 MST terserang oleh beberapa jenis hama, yaitu
Bemicia
tabaci
,
Liriomyza
sp., trips dan tungau merah.
B. tabaci
, trips dan tungau merah
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman. Ketiga hama tersebut dapat
menjadi vektor virus, yang mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, daunnya
mengeriting dan kemudian mengering, bahkan ada beberapa tanaman perlakuan
mati akibat serangan hama tersebut. Tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap
jalannya penelitian karena jumlah unit tanaman dalam perlakuan cukup banyak.
Usaha mengurangi dampak serangan hama tersebut dilakukan dengan
penyemprotan mikrothiol untuk mengendalikan tungau yang dominan menyerang
tanaman percobaan. Selain itu, beberapa tanaman yang terserang berat
disingkirkan untuk mengurangi sumber infestasi hama tersebut.
Pengaruh Filtrat Bintaro terhadap Mortalitas L2
Meloidogyne
spp.
secara
In Vitro
L2 pada semua perlakuan tergolong rendah, tertinggi hanya 14,7%, yaitu pada
perlakuan filtrat daun dengan konsentrasi 10 g/l. Berdasarkan laju kematian L2
pada pemaparan 48 jam, filtrat daun lebih efektif menekan nematoda dibanding
filtrat batang dan bunga (Gambar 1).
Tabel 1 Mortalitas L2
Meloidogyne
spp. dalam berbagai konsentrasi filtrat batang
bintaro secara
in vitro
Mortalitas L2 (%) pada JSP
a)Konsentrasi (g/l)
12 24 36 48
0
0,625
1,25
2,5
5
10
0,0c
0,0c
0,7c
1,0bc
2,0b
3,3a
1,3c
1,0c
1,7bc
2,0bc
2,7b
4,7a
1,7c
2,0c
2,3c
2,7c
3,7b
6,3a
2,3bc
2,7bc
2,0c
3,7b
5,7a
6,7a
a)Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
α
=
Tabel 2 Mortalitas L2
Meloidogyne
spp. dalam berbagai konsentrasi filtrat bunga
bintaro secara
in vitro
Mortalitas L2 (%) pada JSP
a)Konsentrasi (g/l)
12 24
36
48
0
0,625
1,25
2,5
5
10
0,0c
0,0c
0,7c
1,7b
2,3b
3,3a
1,3c
1,3c
1,7bc
1,7bc
2,7b
4,0a
1,7c
1,7c
2,3c
2,3c
4,3b
6,0a
2,0b
2,3b
2,0b
2,7b
6,0a
6,7a
a)16
Tabel 3 Mortalitas L2
Meloidogyne
spp. dalam berbagai konsentrasi filtrat daun
bintaro secara
in vitro
Mortalitas L2 (%) pada JSP
a)Konsentrasi (g/l)
12 24 36
48
0
0,625
1,25
2,5
5
10
0,0c
0,0c
2,0cb
2,7b
4,0ab
6,0a
2,7c
2,7c
6,0b
5,3b
5,3b
8,7a
4,0cd
3,3d
5,3c
7,3b
7,3b
10,7a
4,0c
4,7c
8,0b
8,7b
10,0b
14,7a
a)Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
α
=5%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0
0,625
1,25
2,5
5
10
konsentrasi (g/l)
mor
ta
litas
(%
)
batang
bunga
daun
Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi filtrat bagian tanaman bintaro dan
mortalitas L2
Meloidogyne
spp. pada uji
in vitro
Berdasarkan tingkat mortalitas terkoreksi L2
Meloidogyne
spp. dalam uji
in
vitro
(Tabel 4) diketahui bahwa filtrat batang, bunga dan daun hanya dalam
konsentrasi uji paling tinggi (10 g/l) yang efektif dalam menekan L2
Meloidogyne
Tabel 4 Tingkat mortalitas L2
Meloidogyne
spp. akibat perlakuan filtrat bintaro
dalam uji
in vitro
Perlakuan Konsentrasi
(g/l) Tingkat
Mortalitas
(%)
Batang
0,625
1,25
2,5
5
10
0,8
3,0
9,0
19,4
35,1
Bunga
0,625
1,25
2,5
5
10
0,7
3,7
7,4
23,0
33,3
Daun
0,625
1,25
2,5
5
10
0
27,1
33,9
40,7
67,0
Hasil analisis dengan menggunakan program POLO PC diketahui besarnya
LC
50dan LC
90pada pemaparan 48 jam dari masing-masing filtrat bagian tanaman
bintaro
(Tabel 5). Berdasarkan LC
50dan LC
90, diketahui bahwa yang paling
efektif adalah filtrat daun, dengan LC
50dan LC
90berturut-turut 31,78 dan 90,6 g/l
diikuti oleh filtrat batang dengan LC
50dan LC
90berturut-turut 17,12 dan 105,05
g/l dan filtrat bunga dengan LC
50dan LC
90berturut-turut 17,74 dan 118,30 g/l.
Tabel 5 Nilai LC
50dan LC
90pada 48 JSP untuk filtrat setiap bagian bintaro
Konsentrasi (g/l)
Filtrat Bintaro
LC
50LC
9018
Dengan demikian untuk uji
in vivo
digunakan konsentrasi 52,53, 105,05 dan
157,58 g/l untuk batang; 59,15, 118,3 dan 177,45 g/l untuk bunga, dan 45,43,
90,6 dan 135,9 g/l untuk daun.
Pengaruh Filtrat Bintaro terhadap Perkembangan
Meloidogyne
spp.
pada Tanaman Tomat
Filtrat batang, bunga dan daun bintaro dalam kisaran konsentrasi yang
diaplikasikan masing-masing menunjukkan pengaruh yang cukup bervariasi
terhadap jumlah puru akar dan kepadatan akhir L2
Meloidogyne
spp. tergantung
tingkat konsentrasi, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering
tanaman. Makin tinggi konsentrasi filtrat bagian tanaman bintaro, secara nyata
atau cenderung makin rendah jumlah puru dan kepadatan populasi akhir
Meloidogyne
spp. (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh filtrat bintaro terhadap jumlah puru, kepadatan populasi akhir
Meloidogyne
spp. dan bobot kering tanaman
Variabel Pengamatan
a)Perlakuan
Konsentrasi
(g/l)
Jumlah puru
Populasi akhir
L2
Bobot
tanaman
(gram)
b)Kontrol 0
3,7a 1619,0a
0,4ab
Batang
52,53
105,05
157,58
1,7bc
1,2c
1,1c
643,9d
517,0e
482,7e
0,5ab
0,4ab
0,4ab
Bunga 59,15
118,3
177,45
2,2b
1,8bc
1,7bc
1112,7b
766,0d
768,3d
0,4ab
0,6ab
0,6ab
Daun 45,3
90,6
135,9
2,1bc
1,5bc
1,3bc
994,7c
734,7d
695,0d
0,3b
0,8a
0,7ab
a)Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
α
=5%
b)Berdasarkan jumlah puru tiap tanaman, antar bagian tanaman tidak
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, namun ada kecenderungan bahwa
filtrat batang dalam konsentrasi 105,05 dan 157,58 g/l cenderung lebih efektif
dalam menekan serangan
Meloidogyne
spp. dibandingkan dengan bagian lainnya,
yaitu daun dan bunga.
Berdasarkan tingkat kepadatan akhir L2, perlakuan filtrat masing-masing
bagian tanaman dalam semua tingkat konsentrasi uji menunjukan pengaruh nyata
dalam menekan
Meloidogyne
spp. yang berhasil diekstrak dari tanah dan
perakaran tomat. Kecenderungan lebih efektifnya filtrat batang dalam menekan
jumlah puru, diikuti oleh penurunan yang nyata dalam kepadatan akhir L2
Meloidogyne
spp.. Hal ini menunjukkan bahwa filtrat batang dalam konsentrasi
105,05 dan 157,58 g/l lebih mampu menekan perkembangan
Meloidogyne
spp..
Filtrat daun dan bunga dalam tingkat konsentrasi 90,6 dan 135,9 g/l untuk daun
serta bunga 118,3 dan 177,45 g/l.
Tabel 7 Tingkat efikasi filtrat bintaro berdasar intensitas serangan dan populasi
akhir L2
Meloidogyne
spp.
Tingkat Efikasi (%) berdasar
Perlakuan Konsentrasi
(g/l)
20
Berdasarkan tingkat efikasi relatif terhadap kontrol menunjukkan bahwa
filtrat ketiga bagian tanaman dalam kisaran konsentrasi yang diuji cukup efektif
dalam menekan serangan dan perkembangan
Meloidogyne
spp. pada tanaman
tomat dengan TE berkisar antara 43,6–70% berdasarkan jumlah puru pertanaman
dan 31,3–70,2% berdasarkan kepadatan akhir L2 terekstrak (Tabel 7). TE paling
tinggi adalah batang, kemudian diikuti daun dan bunga.
Berdasarkan hasil uji
in vitro
dan
in vivo
menunjukkan bahwa batang, bunga
dan daun tanaman bintaro memiliki potensi sebagai nematisida nabati yang dapat
menekan serangan dan perkembangan
Meloidogyne
spp. pada tanaman tomat.
Dalam kisaran konsentrasi uji
in vivo
terendahpun, yaitu 52,5% untuk batang,
59,5% untuk bunga dan 45,3% untuk daun, masih mampu menekan
Meloidogyne
spp. masing-masing dengan tingkat efikasi lebih dari 30%.
Kesimpulan
Filtrat batang, bunga dan daun tanaman bintaro
memiliki potensi sebagai
nematisida nabati dalam pengendalian NPA pada tanaman tomat. Berdasarkan
kepadatan akhir L2
Meloidogyne
spp. filtrat batang tergolong cukup efektif
dengan TE 60,2 - 70,2%, sedangkan filtrat daun dan filtrat bunga tergolong agak
efektif dengan masing-masing TE yaitu 38,6 - 57,1% untuk daun dan 31,3 -
52,5% untuk bunga.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2005.
Cerbera odollam
. www.prn2.usm.my/mainsite/plant/cerbera.html.
[27 Desember 2005]
Agrios GN. 1997.
Plant Pathology
. Ed ke-4. San Diego: Academic Press.
Bayer. 1997.
Pflanzenschutz Nachrichten
. Leverkusen: Bayer Pflanzenschutz.
Decker H. 1988.
Plant Nematodes and Their Control (Phytonematology)
. New
Delhi: Pauls Press.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Produksi sayuran di Indonesia tahun
2001–2005. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/2006/produksi
sayuran.htm. [September 2006].
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Produksi tomat menurut provinsi Tahun
2001-2005. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/2006/produksi
tomat1.htm. [Agustus 2006].
Dropkin VH. 1991.
Pengantar Nematologi Tumbuhan
. Supratoyo, penerjemah.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari:
Introduction
to Plant Nematology
.
Heyne K. 1987.
Tumbuhan Berguna Indonesia III.
Badan Litbang Departemen
Kehutanan, penerjemah. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Hien TT. 1991. Toxicity and effects on the central nervous system of a
Cerbera
odollam
leaf extract.
Ethnopharmacol
34(2-3):201-6.
http://en.wikipedia.org/wiki/Cerbera_odollam. [Maret 2006].
Hutagalung L, Wisnuwardhana W. 1976. Sinergisme nematoda bengkak akar
Meloidogyne
spp. dan
Pseudomonas solanacearum
pada tanaman tomat. Di
dalam
Kongres Nasional IV PRI Bandung
.
Mandang YI. 2004. Anatomi pegagan pulai dan beberapa jenis sekerabat.
Penelitian Hasil Hutan
22:4. http://www.dephut.go.id. [20 Agustus 2006].
Luc M, Sikora RA, Bridge J. 1990.
Plant Parasitic Nematodes in Subtropical
and Tropical Agriculture
. Wallingford: CAB International.
Semangun H. 2001
. Ilmu Penyakit Tumbuhan
. Cet ke-2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Singh RS, Sitaramaiah K. 1994. Plant Pathogens:
The Plant Parasitic
Nematodes
. New York: International Science Publisher.
Suprapti S, Djarwanto, Hudiansyah. 2004. The Resistance of five wood species
against several wood destroying fungi.
Penelitian Hasil Hutan
22:4.
http://www.dephut.go.id. [20 Agustus 2006].
Whitehead AG. 1998. Plant nematode control. London: CAB International.
Wikipedia. 2006. The Suicide tree or Pong-pong (
Cerbera odollam
). http
24
Lampiran 1 Gambar tanaman
Cerbera odollam
(a); Gambar bunga dan buah
C.
odollam
(b); Gambar gulma
Synedrella
sp. (gulma kalengsi) (c)
(a) (b)
Lampiran 2 Hasil analisis ragam bobot kering tanaman (a); Kepadatan akhir L2
(b); Puru (c); Data 12 JSP daun (d); Data 24 JSP daun (e); Data 36
JSP daun (f); Data 48 JSP daun (g); Data 12 JSP batang (h); Data 24
JSP batang (i); Data 36 JSP batang (j); Data 48 JSP batang (k); Data
12 JSP bunga (l); Data 24 JSP bunga (m); Data 36 JSP bunga (n);
Data 48 JSP bunga (o)
( a) Bobot k er i ng t anaman The SAS Sy s t em
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on Cl as s Lev el s Val ues
PERL 10 Kont r ol a b c d e f g h i
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 30 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 9 0. 47251030 0. 05250114 1. 20 0. 3471 Er r or 20 0. 87402067 0. 04370103
Cor r ec t ed Tot al 29 1. 34653097
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 350909 40. 43219 0. 209047 0. 51703333
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 9 0. 47251030 0. 05250114 1. 20 0. 3471
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y Al pha= 0. 05 df = 20 MSE= 0. 043701
Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Cr i t i c al Range . 3560 . 3737 . 3850 . 3928 . 3986 . 4030 . 4065 . 4092 . 4114 Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent .
Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL A 0. 7467 3 h A
B A 0. 6807 3 i B A
B A 0. 5947 3 e B A
B A 0. 5800 3 f B A
B A 0. 5100 3 a B A
B A 0. 4483 3 d B A
B A 0. 4417 3 Kont r ol B A
B A 0. 4367 3 c B A
B A 0. 4177 3 b B
B 0. 3140 3 g
( b) Kepadat an ak hi r L2
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar e Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 9 3053903. 12541667 339322. 56949074 72. 79 0. 0001 Er r or 20 93230. 39500000 4661. 51975000
Cor r ec t ed Tot al 29 3147133. 52041667
26
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 9 3053903. 12541667 339322. 56949074 72. 79 0. 0001
r andomi z ed c ompl et e des i gn Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y Al pha= 0. 05 df = 20 MSE= 4661. 52
Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Cr i t i c al Range 116. 3 122. 1 125. 7 128. 3 130. 2 131. 6 132. 8 133. 6 134. 4
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL
A 1619. 05 3 Kont r ol
B 1112. 67 3 d
C 994. 67 3 g
D 768. 33 3 f D
D 766. 00 3 e D
D 734. 67 3 h D
D 695. 00 3 i D
D 643. 87 3 a
E 517. 00 3 b E
E 482. 67 3 c
( c ) Pur u
r andomi z ed c ompl et e des i gn
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 10 Kont r ol a b c d e f g h i
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 30
r andomi z ed c ompl et e des i gn Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 9 14. 76833333 1. 64092593 6. 49 0. 0003 Er r or 20 5. 05333333 0. 25266667
Cor r ec t ed Tot al 29 19. 82166667
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 745060 27. 66934 0. 502659 1. 81666667
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 9 14. 76833333 1. 64092593 6. 49 0. 0003
r andomi z ed c ompl et e des i gn Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 20 MSE= 0. 252667
Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Cr i t i c al Range . 8561 . 8986 . 9257 . 9445 . 9584 . 9691 . 9774 . 9839 . 9892
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent .
C B 2. 0667 3 g C B
C B 1. 8333 3 e C B
C B 1. 6667 3 f C B
C B 1. 6667 3 a C B
C B 1. 5000 3 h C B
C B 1. 3333 3 i C
C 1. 1667 3 b C
C 1. 1000 3 c
(d) Data 12 JSP daun
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 81. 77777778 16. 35555556 10. 51 0. 0005 Er r or 12 18. 66666667 1. 55555556
Cor r ec t ed Tot al 17 100. 44444444
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 814159 51. 02260 1. 247219 2. 44444444
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 81. 77777778 16. 35555556 10. 51 0. 0005
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 1. 555556
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 2. 219 2. 322 2. 385 2. 427 2. 456
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent .
Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL A 6. 000 3 e A
B A 4. 000 3 d B
B 2. 667 3 c B
B C 2. 000 3 b C
C 0. 000 3 Kont r ol C
C 0. 000 3 a
(e) Data 24 JSP daun
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18
28
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 76. 44444444 15. 28888889 13. 76 0. 0001 Er r or 12 13. 33333333 1. 11111111 Cor r ec t ed Tot al 17 89. 77777778
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 851485 20. 62355 1. 054092 5. 11111111
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 76. 44444444 15. 28888889 13. 76 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 1. 111111
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 875 1. 963 2. 016 2. 051 2. 075
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent .
Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL A 8. 6667 3 e B 6. 0000 3 b B
B 5. 3333 3 d B
B 5. 3333 3 c C 2. 6667 3 Kont r ol C
C 2. 6667 3 a
(f) Data 36 JSP daun
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 108. 66666667 21. 73333333 19. 56 0. 0001 Er r or 12 13. 33333333 1. 11111111
Cor r ec t ed Tot al 17 122. 00000000
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 890710 16. 64357 1. 054092 6. 33333333
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 108. 66666667 21. 73333333 19. 56 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 1. 111111
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 875 1. 963 2. 016 2. 051 2. 075
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent .
Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL A 10. 6667 3 e B 7. 3333 3 d B
B 7. 3333 3 c C 5. 3333 3 b C
D C 4. 0000 3 Kont r ol D
D 3. 3333 3 a
(g) Data 48 JSP daun
PERL 6 Kont r ol a b c d e Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 226. 00000000 45. 20000000 33. 90 0. 0001 Er r or 12 16. 00000000 1. 33333333
Cor r ec t ed Tot al 17 242. 00000000
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 933884 13. 85641 1. 154700 8. 33333333
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 226. 00000000 45. 20000000 33. 90 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 1. 333333
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 2. 054 2. 150 2. 208 2. 247 2. 273
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent .
Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL A 14. 6667 3 e B 10. 0000 3 d B
B 8. 6667 3 c B
B 8. 0000 3 b C 4. 6667 3 a C
C 4. 0000 3 Kont r ol
( h) Dat a 12 J SP bat ang
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 25. 16666667 5. 03333333 11. 32 0. 0003 Er r or 12 5. 33333333 0. 44444444
Cor r ec t ed Tot al 17 30. 50000000
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 825137 57. 14286 0. 666666 1. 16666667
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 25. 16666667 5. 03333333 11. 32 0. 0003
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 0. 444444
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 186 1. 241 1. 275 1. 297 1. 313
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL A 3. 3333 3 e B 2. 0000 3 d B
C B 1. 0000 3 c C
C 0. 6667 3 b C
30
C
C 0. 0000 3 a
( i ) Dat a 24 J SP Bat ang
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 26. 44444444 5. 28888889 13. 60 0. 0001 Er r or 12 4. 66666667 0. 38888889
Cor r ec t ed Tot al 17 31. 11111111
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 850000 28. 06243 0. 623609 2. 22222222
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 26. 44444444 5. 28888889 13. 60 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 0. 388889
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 109 1. 161 1. 193 1. 213 1. 228
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL
A 4. 6667 3 e B 2. 6667 3 d B
C B 2. 0000 3 c C B
C B 1. 6667 3 b C
C 1. 3333 3 Kont r ol C
C 1. 0000 3 a
( j ) Dat a 36 J SP Bat ang
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 44. 44444444 8. 88888889 32. 00 0. 0001 Er r or 12 3. 33333333 0. 27777778
Cor r ec t ed Tot al 17 47. 77777778
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 930233 16. 94077 0. 527046 3. 11111111
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 44. 44444444 8. 88888889 32. 00 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 0. 938 0. 981 1. 008 1. 026 1. 038
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL
A 6. 3333 3 e B 3. 6667 3 d C 2. 6667 3 c C
C 2. 3333 3 b C
C 2. 0000 3 a C
C 1. 6667 3 Kont r ol ( k ) Dat a 48 J SP Bat ang
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 55. 16666667 11. 03333333 18. 05 0. 0001 Er r or 12 7. 33333333 0. 61111111
Cor r ec t ed Tot al 17 62. 50000000
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 882667 20. 39311 0. 781735 3. 83333333
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 55. 16666667 11. 03333333 18. 05 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 0. 611111
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 391 1. 456 1. 495 1. 521 1. 539
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL
A 6. 6667 3 e A
A 5. 6667 3 d B 3. 6667 3 c B
C B 2. 6667 3 a C B
C B 2. 3333 3 Kont r ol C
C 2. 0000 3 b
( l ) Dat a 12 J SP Bunga
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F
Model 5 27. 33333333 5. 46666667 24. 60 0. 0001 Er r or 12 2. 66666667 0. 22222222
Cor r ec t ed Tot al 17 30. 00000000
32
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 27. 33333333 5. 46666667 24. 60 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 0. 222222
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range . 8386 . 8778 . 9015 . 9172 . 9281
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL
A 3. 3333 3 e B 2. 3333 3 d B
B 1. 6667 3 c C 0. 6667 3 b C
C 0. 0000 3 Kont r ol C
C 0. 0000 3 a ( m) Dat a 24 J SP Bunga
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 16. 44444444 3. 28888889 7. 40 0. 0022 Er r or 12 5. 33333333 0. 44444444
Cor r ec t ed Tot al 17 21. 77777778
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 755102 31. 57895 0. 666666 2. 11111111
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 16. 44444444 3. 28888889 7. 40 0. 0022
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 0. 444444
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 186 1. 241 1. 275 1. 297 1. 313
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL
A 4. 0000 3 e B 2. 6667 3 d B
C B 1. 6667 3 b C B
C B 1. 6667 3 c C
C 1. 3333 3 Kont r ol C
C 1. 3333 3 a
( n) Dat a 36 J SP Bunga
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on
Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 45. 61111111 9. 12222222 20. 53 0. 0001 Er r or 12 5. 33333333 0. 44444444
Cor r ec t ed Tot al 17 50. 94444444
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 895311 21. 81818 0. 666666 3. 05555556
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 45. 61111111 9. 12222222 20. 53 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y
Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 0. 444444
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 186 1. 241 1. 275 1. 297 1. 313
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL A 6. 0000 3 e B 4. 3333 3 d C 2. 3333 3 b C
C 2. 3333 3 c C
C 1. 6667 3 Kont r ol C
C 1. 6667 3 a
( o) Dat a 48 J SP Bunga
The SAS Sy s t em 07: 03 Tues day , J anuar y 14, 1997 22
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Cl as s Lev el I nf or mat i on Cl as s Lev el s Val ues
PERL 6 Kont r ol a b c d e
Number of obs er v at i ons i n dat a s et = 18 Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e Dependent Var i abl e: Y
Sour c e DF Sum of Squar es Mean Squar e F Val ue Pr > F Model 5 68. 27777778 13. 65555556 20. 48 0. 0001 Er r or 12 8. 00000000 0. 66666667
Cor r ec t ed Tot al 17 76. 27777778
R- Squar e C. V. Root MSE Y Mean 0. 895120 22. 61067 0. 816496 3. 61111111
Sour c e DF Anov a SS Mean Squar e F Val ue Pr > F PERL 5 68. 27777778 13. 65555556 20. 48 0. 0001
Anal y s i s of Var i anc e Pr oc edur e
Dunc an' s Mul t i pl e Range Tes t f or v ar i abl e: Y Al pha= 0. 05 df = 12 MSE= 0. 666667
Number of Means 2 3 4 5 6 Cr i t i c al Range 1. 453 1. 520 1. 562 1. 589 1. 608
Means wi t h t he s ame l et t er ar e not s i gni f i c ant l y di f f er ent . Dunc an Gr oupi ng Mean N PERL
A 6. 6667 3 e A
A 6. 0000 3 d B 2. 6667 3 c B
B 2. 3333 3 a B
B 2. 0000 3 b B