IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELANGGARAAN USAHA
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.
(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE MEDAN)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
CANRA SINAMBELA NIM : 110200485
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELANGGARAAN USAHA
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.
(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE MEDAN)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Oleh:
CANRA SINAMBELA NIM : 110200485
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP. 196603031985081001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., MS Puspa Melati, S.H., M.Hum NIP : 196204211988031004 NIP :196801281994032001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : CANRA SINAMBELA
NIM : 110200485
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN DAGANG
JUDUL SKRIPSI : IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA
KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG
PENYELANGGARAAN USAHA PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN
PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.
(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI
FINANCE MEDAN)
Dengan ini menyatakan :
1. Bahwa ini skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak
merupakan ciplakan dari skirpsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan
atau tekanan dari pihak manapun.
Medan, 28 Juni 2015
Canra Sinambela
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat
dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun
judul skripsi ini adalah “Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku
Pembina Dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan. (Studi Pada : PT ADIRA
DINAMIKA MULTI FINANCE MEDAN)”
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam proses
penyusunan dan penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat di selesaikan
dengan baik.
Untuk itu, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK Saidin, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum
6. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak
Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang
juga telah banyak meluangkan waktunya di dalam memberikan bimbingan dan
arahan-arahan di dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Hj.
Puspa Melati, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
banyak meluangkan waktunya di dalam memberikan bimbingan dan
arahan-arahan di dalam proses penulisan skripsi ini.
8. Bapak Mulhadi S.H., M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik penulis.
9. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen yang telah memberikan ilmu
kepada penulis selama berada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
ini serta seluruh pegawai administrasi yang telah banyak membantu dalam
proses perkuliahan.
10.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan juga
penghargaan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua
penulis tercinta, Ayahanda Drs.Robet Parlindungan Sinambela S.E., dan
Ibunda Yusniar Togatorop S.E., yang telah membesarkan, mendidik,
membimbing serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga nilainya serta
juga selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
kakak, dan adik-adik penulis tersayang Idhelia Cinry Sinambela S.H., Clara
motivator dan memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
12.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
Tuahta Aloysius Saragih S.H., M.Com.Law, selaku Direktur Pengawasan
Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan, Saryo S.H., selaku Kepala Sub
Bagian Hubungan Masyarakat Otoritas Jasa Keuangan Medan, Herry S.T.,
selaku Branch Manager PT Adira Dinamika Multi Finance ,Tbk, yang telah
meluangkan waktunya pada penulis dalam proses wawancara guna
mendapatkan informasi sehingga skripsi ini selesai.
13.Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman spesial penulis Oktafia
Sitanggang S.H., yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada
penulis.
13. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat penulis
Michael Tommy N, Ernanda Gurning, Jhordy Moses N, Bryan Altama,
Prionanta Silaen, Joshua Valdys, Siti Khairunissa, Nugraha Sembiring, Hagani
Ginting, Doanta Ginting, Eka Johannes, Carolina Sibarani, Klemensia
Michelle, Lorensia Sitanggang, yang telah banyak memberikan dukungan
serta motivasi kepada penulis.
14. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para sahabat seperjuangan stambuk
2011 penulis Patuan Arif Sihombing, Boy C T, Calvin Panjaitan, Mike
Sipayung, Wahyu P B D Farasi, Tondi Harahap, Abraham Jofiarno, Merico
Sitorus, Cyndi Fransisca, Naomi Manurung, Stevany Claudia, Oren Riff
.
15. Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
namanya satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik, dan saran serta sumbangan pemikiran yang bersifat membangun, agar bisa
lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.
Besar harapan penulis bahwa skripsi ini nantinya dapat bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan
pengetahuan kita semua.
Medan, 28 Juni 2015
Penulis,
BAB IV : IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.
(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI
FINANCE MEDAN) ... 57
A. Kendala-Kendala Otoritas Jasa Keuangan Dalam Melaksanakan Pembinaan Dan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 ... 57
B. Peranan Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan) ... 59
C. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Selaku Pembina Dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan) ... 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN : 1. Surat Jawaban Wawancara dari Otoritas Jasa Keuangan 2. Surat Jawaban Wawancara dari PT Adira Dinamika Multi Finance ,Tbk Medan
ABSTRAK
Canra Sinambela
Tan Kamello** Puspa Melati***
Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis dan kebutuhan masyarakat maka keperluan akan modal atau dana semakin meningkat. Oleh karenanya dibutuhkan sarana penyedia dana selain Bank yaitu Perusahaan Pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Lembaga Keuangan Bukan Bank untuk memberikan kemudahan, keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak berbelit-belit kepada masyarakat. Oleh karena pentingnya perusahaan pembiayaan tersebut diperlukan pengawasan dari lembaga pemerintahan yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sebagai bentuk nyata pengawasan OJK terhadap perusahaan pembiayaan maka dibentuklah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan. Untuk melihat implementasi dari POJK tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: kendala-kendala OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, peranan OJK dan kewenanganOJK selaku pembina dan pengawas perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK tersebut.
Untuk menjawab permasalahan ini maka digunakan metode penelitian yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Data yang digunakan
dalam skripsi ini adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data library
reseacrh (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan) dengan
melakukan wawancara (in depth interviewing).
Kendala-kendala yang dihadapi oleh OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan yaitu kurangnya sumber daya manusia dan fasilitas yang belum memadai. Peranan OJK sebagai pengawas dan pembina perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK Nomor 29/POJK.05/2014 antara lain terjadinya perluasan kegiatan usaha, tingkat kesehatan keuangan, kolektibilitas piutang pembiayaan, pencadangan piutang pembiayaan, dan sumber pendanaan. Dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan perusahaan pembiayaan OJK memiliki memiliki dua kewenangan yaitu kewenangan pengaturan dan kewenangan pengawasan. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan tenaga kerja yang berpengalaman, hendaknya perananan dan kewenangan OJK berdasarkan POJK tersebut diterapkan secara optimal dan juga memperluas wilayah kerja OJK ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Kata Kunci : Perusahaan Pembiayaan, OJK, POJK.
ABSTRAK
Canra Sinambela
Tan Kamello** Puspa Melati***
Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis dan kebutuhan masyarakat maka keperluan akan modal atau dana semakin meningkat. Oleh karenanya dibutuhkan sarana penyedia dana selain Bank yaitu Perusahaan Pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Lembaga Keuangan Bukan Bank untuk memberikan kemudahan, keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak berbelit-belit kepada masyarakat. Oleh karena pentingnya perusahaan pembiayaan tersebut diperlukan pengawasan dari lembaga pemerintahan yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sebagai bentuk nyata pengawasan OJK terhadap perusahaan pembiayaan maka dibentuklah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan. Untuk melihat implementasi dari POJK tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: kendala-kendala OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, peranan OJK dan kewenanganOJK selaku pembina dan pengawas perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK tersebut.
Untuk menjawab permasalahan ini maka digunakan metode penelitian yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Data yang digunakan
dalam skripsi ini adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data library
reseacrh (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan) dengan
melakukan wawancara (in depth interviewing).
Kendala-kendala yang dihadapi oleh OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan yaitu kurangnya sumber daya manusia dan fasilitas yang belum memadai. Peranan OJK sebagai pengawas dan pembina perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK Nomor 29/POJK.05/2014 antara lain terjadinya perluasan kegiatan usaha, tingkat kesehatan keuangan, kolektibilitas piutang pembiayaan, pencadangan piutang pembiayaan, dan sumber pendanaan. Dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan perusahaan pembiayaan OJK memiliki memiliki dua kewenangan yaitu kewenangan pengaturan dan kewenangan pengawasan. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan tenaga kerja yang berpengalaman, hendaknya perananan dan kewenangan OJK berdasarkan POJK tersebut diterapkan secara optimal dan juga memperluas wilayah kerja OJK ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Kata Kunci : Perusahaan Pembiayaan, OJK, POJK.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam mempertahankan hidupnya melakukan berbagai macam
cara, yang salah satunya adalah melakukan kegiatan atau aktivitas usaha/bisnis.
Melalui kegiatan itu manusia dapat memenuhi tuntutan hidupnya yang semakin
hari semakin kompleks. Kehidupan manusia di jaman modern ini begitu cepat
berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya.
Kehidupan yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara cepat pula.1 Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat
telah mendorong dan membuka peluang bagi manusia untuk melakukan kegiatan
bisnis demi mewujudkan kehidupan yang berkecukupan dan makmur.
Di lain pihak untuk mewujudkan suatu masyarakat dengan kehidupan
yang adil dan makmur secara merata pemerintah melaksanakan kegiatan
pembangunan. Pembangunan itu dilaksanakan di segala bidang kehidupan bangsa,
khususnya bidang ekonomi yang menjadi tulang punggung pembangunan lainnya.
Pembangunan ini berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, dimana
pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat di indikasi dari laju pertumbuhan
pendapatan penduduknya.
Untuk meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan ini maka investasi
memiliki peranan yang sangat penting. Mengenai investasi ini berkaitan erat
1
dengan ketersediaan dana untuk investasi tersebut secara formal dapat disalurkan
oleh lembaga keuangan (lembaga finansial) baik Bank maupun lembaga keuangan
bukan Bank lainnya. Di Indonesia, lembaga keuangan tersebut terdiri dari tiga
bagian, yaitu:2
1. Bank
2. Lembaga Keuangan Non-Bank
3. Perusahaan Pembiayaan
Bank secara umum ialah suatu institusi perantara yang dibentuk dengan
wewenang mengelola simpanan uang dari masyarakat, meminjamkan uang, serta
mengeluarkan promes (surat berharga) atau banknote (uang kartal asing yang
dikeluarkan dan diterbitkan oleh bank di luar negeri). Bank memiliki fungsi
sebagai :3
1. Agent of trust : yakni institusi dimana kegiatannya berlandaskan asas trust (kepercayaan) apakah itu ketika menghimpun dana ataupun pemberitahuan pinjaman. Masyarakat mau menabung di bank jika
mereka percaya dengan bank itu.
2. Agent of development : yakni institusi yang mengelola dana dalam
rangka pembangunan perekonomian. Aktifitas bank baik sebagai
pengumpul dan penyalur dana amanat dibutuhkan untuk kelancaran
kegiatan ekonomi utamanya sektor riil.
3. Agent of service : yakni institusi pengelola dana bagi pembangunan perekonomian. Selain mengumpulkan dan meminjamkan uang, bank
juga menyediakan layanan perbankan lain untuk nasabah.
Lembaga keuangan non bank adalah lembaga keuangan yang berperan
secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang keuangan yang dananya di
dapat dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga. Selain itu, lembaga
keuangan bukan bank juga memberikan jasa-jasa yang berkaitan dengan keuangan
yang dananya di tarik dari masyarakat.4
Adapun tujuan dari lembaga keuangan non bank ini adalah untuk
memberikan bantuan serta mendorong perkembangan pasar modal untuk
perusahaan-perusahaan yang memiliki ekonomi lemah.5
Lembaga keuangan Non Bank memiliki beberapa fungsi diantaranya :6
1. Memberikan modal kepada masyarakat ekonomi lemah untuk membangun
usaha dengan tujuan agar mereka tidak terbelit utang dengan para rentenir.
2. Memperlancar pembangunan industri maupun ekonomi lewat pasar modal
3. Memberikan kredit kepada masyarakat ekonomi rendah. Namun kredit disini ada yang bersifat menjamin surat berharga dan ada juga yang tidak.
Jenis-jenis lembaga keuangan non bank di Indonesia antara lain :7
1. Asuransi
Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
4
Bayu Pratama, “Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank” melalui
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
2. Koperasi simpan pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bekerja untuk menyimpan dan memberikan pinjaman kepada masyarakat. Tujuan lembaga ini adalah untuk mengajarkan anggota agar lebih berhemat dalam kegiatan menyisihkan penghasilan (Simpan) dan memberikan pinjaman kepada anggota yang membutuhkan untuk modal usaha maupun keperluan lainnya.
3. Dana PensiunMenurut UU No.11 Tahun 1992
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan dana pensiun.
Dengan adanya dana pensiun, setiap orang mungkin merasa tenang ketika usia telah menginjak umur yang tak muda lagi.
Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha
diantaranya sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit dan atau
pembiayaan konsumen.8
Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis di masyarakat
maka keperluan akan modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat.
Oleh karenanya, sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau
masyarakat perlu diperluas.9 Umumnya dana yang dibutuhkan tersebut dapat
disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun demikian,
fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya
akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Untuk itu, maka ada
alternatif lain untuk mendapatkan dana, yaitu melalui perusahaan pembiayaan.
Pembangunan ekonomi yang sedang giat dilakukan oleh Pemerintah dan
kegiatan bisnis yang berkembang pesat di masyarakat merupakan potensi
8
Wikipedia, “Perusahaan Pembiayaan” melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Pembiayaan, diakses pada tanggal 9 Juli 2015.
9
pembiayaan yang besar bagi perusahaan pembiayaan. Hal itu karena dana
investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dapat diberikan oleh
perusahaan pembiayaan dan dengan adanya perusahaan pembiayaan masyarakat
barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun barang-barang kebutuhan usaha
dapat diperoleh atau digunakan tanpa harus membeli secara tunai dan lunas. Oleh
karena itu keberadaan perusahaan pembiayaan sangat diperlukan sebagai suatu
lembaga yang dapat memberikan kemudahan dalam hal persyaratan untuk
memberikan pembiayaan, mengingat masyarakat maupun investor tidak selalu
memiliki sesuatu yang diperlukan dalam memenuhi syarat dalam peminjaman
dana dari lembaga keuangan.10
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Badan dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang khusus di dirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Perusahaan pembiayaan
adalah badan usaha yang khusus di dirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha,
Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.11
Masyarakat sebagai konsumen menginginkan adanya kemudahan,
keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak
berbelit-belit. Oleh karena itu, beberapa hal akan menjadi pertimbangan
konsumen untuk memilih perusahaan pembiayaan mana yang dapat membantu
untuk mendapatkan barang-barang konsumsi yang akan dipergunakan. Beberapa
10
Indonesian Commercial Newsletter, “Perkembangan Pembiayaan Mobil di Indonesia
tahun 2010” melalui
www.icn.com/Documents/tanggung%20jawab/Pembiayaan-2010KreditOtomotif.htmlv diakses pada tanggal 1 Mei 2015.
11
pertimbangan konsumen yang akhirnya memilih pembiayaan dengan
menggunakan perusahaan pembiayaan adalah antara lain sebagai berikut: 12
1. Persyaratan yang tidak rumit. Perusahaan pembiayaan adalah badan
usaha yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada konsumen dalam memperoleh barang yang dibutuhkannya.
2. Proses penelitian konsumen oleh bank/lembaga keuangan. Perusahan
pembiayaan melakukan penelitian baik lapangan maupun dokumen hal ini ditujukan untuk terhindar dari resiko-resiko yang mungkin akan terjadi.
3. Jangka waktu untuk memutuskan pemberian pembiayaan kepada
konsumen yang relatif singkat. Apabila konsumen telah memenuhi persyaratan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen maka perusahaan pembiayaan konsumen akan segera menyetujui pembiayaan tersebut.
4. Uang muka yang diminta banyak atau sedikit. Dalam hal ini uang
muka pembiayaan konsumen memberikan pilihan kepada konsumen, sesuai dengan kemampuan konsumen, hal ini sangat memudahkan konsumen.
5. Jangka waktu pembayaran yang dimungkinkan. Dalam kasus ini,
konsumen ada yang meminta jangka waktu pendek dan ada pula yang meminta jangka waktu panjang, sesuai dengan kemampuan konsumen.
6. Berapa suku bunga yang ditawarkan, apakah cukup untuk bersaing
atau tidak. Suku bunga yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan konsumen cukup kompetitif seimbang dengan kemudahan yang diberikannya.
Fasilitas pembiayaan yang diberikan perusahaan pembiayaan kepada
konsumen mengandung risiko cukup tinggi dari kemungkinan pihak konsumen
tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bila hal ini terjadi, maka yang akan
memikul kerugian adalah pihak perusahaan pembiayaan. Guna menghindari risiko
kerugian itu, maka pada umumnya perusahaan pembiayaan selalu meminta
adanya jaminan.13
Keberadaan lembaga jasa keuangan baik Bank maupun Non-Bank
memliki hubungan kepemilikan di berbagai sub-sektor keuangan telah menambah
kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem
keuangan tersebut. Munculnya permasalahan lintas sektoral di bidang jasa
keuangan seperti banyaknya tindakan moral hazard yang dilakukan para pelaku di
bidang jasa keuangan, belum optimalnya perlindungan yang diberikan kepada
konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan yang pada
akhirnya akan mencipatakan kekacauan perekonomian nasional secara
keseluruhan, semakin mendorong perlunya pembentukan lembaga pengawasan di
sektor jasa keuangan yang terintegrasi.14
Berkaitan dengan itu, Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya di sebut OJK)
mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
mengalami peningkatan. Dengan fungsi diatas, maka tujuan utama di bentuknya
OJK adalah agar seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat
terselenggara, secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
mampu melindungi konsumen dan masyarakat.15
Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor
jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional.
Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional antara lain, meliputi
14
Jonker Sihombing, Otoritas Jasa Keuangan : Konsep, Regulasi & Implementasi, (Jakarta : Ref Publisher, 2012), hal.49.
15
sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa
keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.16
Alasan pembentukan OJK antara lain adalah makin kompleks dan
bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan
jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu, salah satu
alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah beranggapan Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan.
Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia
mulai pertengahan tahun 1997, sejumlah bank yang ada pada saat itu dilikuidasi.17
Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai
wewenang :18
1. Terkait pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) oleh
OJK meliputi :
a. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
b. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; c. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK
d. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
e. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;
f. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
16
Ibid.
17
Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Jurnal Konstitusi, (Volume 6, Nomor 3, September 2012), hal. 152.
18
Sofyan Syafri Harahap, “Pengawasan Bank: Selamat Datang OJK” melalui
2. Terkait Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank)
lainnya meliputi :
a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
e. Melakukan penunjukan pengelola statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
h. Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya OJK merupakan lembaga
yang independen bahwa OJK adalah lembaga yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. OJK dapat
melakukan kerja sama dengan otoritas pengawas Lembaga Jasa Keuangan di
negara lain serta organisasi internasional dan lembaga internasional lainnya,
antara lain pada bidang dan/atau kegiatan sebagai berikut:19
1. Pengembangan kapasitas kelembagaan, antara lain pelatihan sumber
daya manusia di bidang pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan;
2. Pertukaran informasi; dan
19
3. Kerja sama dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan serta pencegahan kejahatan di sektor keuangan.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dirilis dalam rangka mendukung
perkembangan perusahaan pembiayaan yang dinamis dan mewujudkan industri
perusahaan pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, serta berkontribusi
untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan.20
Perusahaan Pembiayaan telah terbukti berperan penting dalam
pendistribusian dan pengalokasian sumber daya keuangan kepada pelaku usaha
dan masyarakat Indonesia, baik melalui penyediaan pembiayaan atas
barang-barang produktif yang dibutuhkan oleh pelaku usaha maupun barang-barang-barang-barang
konsumtif yang menjadi kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya akan
mendorong terjadinya peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat
Indonesia.21
Di lain pihak, terwujudnya industri Perusahaan Pembiayaan yang tangguh,
kontributif, inklusif, juga dapat berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan
yang stabil dan berkelanjutan sehingga membantu mengurangi kerentanan
stabilitas sistem keuangan Indonesia terhadap goncangan keuangan yang mungkin
terjadi di masa mendatang.22
Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan peran industri Perusahaan
Pembiayaan, perlu adanya terobosan-terobosan strategis yang dapat memperluas
20
Otoritas Jasa Keuangan, “Peraturan OJK tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan” melalui http://www.ojk.go.id/peraturan-ojk-tentang-penyelenggaraan-usaha-perusahaan-pembiayaan, diakses pada tanggal 01 Mei 2015.
21
Ibid.
22
alternatif kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan guna
memberikan ketersediaan akses pembiayaan terutama bagi masyarakat yang
masih menghadapi keterbatasan akses dalam pilihan pembiayaan. Perluasan
kegiatan usaha pembiayaan diharapkan dapat mendorong Perusahaan Pembiayaan
menjadi lebih efisien dalam mengalokasikan modal.23
Berdasarkan latar belakang ini maka akan dibahas lebih lanjut mengenai
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, untuk melihat bagaimana
keefektifan pelaksanaan sistem pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan
terhadap Perusahaan Pembiayaan, bagaimana kendala yang dihadapi oleh OJK
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014, dan
bagaimana peranan dan kewenangan OJK terhadap Perusahaan Pembiayaan.
Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan diatas, maka permasalahan ini diteliti
lebih lanjut melalui skripsi ini yang berjudul : Implikasi Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada :
PT Adira Dinamika Multi Finance Medan).
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
terdapat tiga pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
23
D. Bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap
Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi
Finance Medan) ?
E. Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan
Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira
Dinamika Multi Finance Medan)?
F. Bagaimana kendala-kendala Otoritas Jasa Keuangan dalam
melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/POJK.05/2014?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT
Adira Dinamika Multi Finance Medan).
2. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan
selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi
3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh
Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan
pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :
1. Secara teoritis, untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang
dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan
dan pengawasan perusahaan pembiayaan, untuk mengetahui
bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap
Perusahaan Pembiayaan, untuk mengetahui bagaimana kewenangan
Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan
Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan.
2. Secara praktis, penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah
wawasan, selain itu skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi pemerintah dalam menata peraturan mengenai
pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, dan juga menjadi
bahan masukan bagi para masyarakat umum dan perusahaan
pembiayaan dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan dan dapat
E. Keaslian Penulisan
Adapun judul dari skripsi ini adalah : “Implikasi Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada :
PT Adira Dinamika Multi Finance Medan)” yang diajukan dalam rangka
memenuhi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Judul
skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulisan ini berdasarkan referensi dari pemikiran para praktisi, refrensi
buku-buku, makalah, hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta
bantuan dari berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur,
rasional, dan terbuka. Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli
sehingga tulisan ini dapat di pertanggungjawabkan.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan
hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek.24 Dalam penulisan skripsi
metode penelitian sangat diperlukan agar penulisan skripsi menjadi lebih terarah
dengan data yang telah dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang
berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang
digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
24
1. Jenis dan sifat penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam
pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada
norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam
masyarakat.25 Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelurusan
terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta memperoleh data maupun
keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil
penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya.26
Sifat penelitian pada penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis yang
mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori
hukum yang menjadi objek penelitian.27
2. Sumber Data
Penulisan skripsi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan
menggunakan data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berupa laporan dan sebagainya.28
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :29
25
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum , (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.105 26
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Alumni, 1994), hal.139.
27
Ibid.,hal.105-106.
28
Amiruddin dan H.Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012) , hal.30.
29
a. Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan
perundang-undangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini dan
peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber
pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik
berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, laporan
penelitian, surat kabar, makalah, harian elektronik, dan lain sebagainya
yang memliki relevansi dengan skripsi ini.
c. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia
dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu penulisan yang dilakukan dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data berupa
bahan hukum primer dan sekunder dari berbagai bahan-bahan bacaan yang
bersifat teoritis ilmiah, buku-buku, peraturan-peraturan, juga dari
majalah-majalah dan media elektronik seperti internet dan sebagainya
b. Field Research (Penelitian Lapangan)
Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan ini dilakukan
dengan melakukan wawancara secara mendalam (in depth interviewing)30
dengan PT Adira Dinamika Multifinance Medan dan Otoritas Jasa
Keuangan.
4. Analisis Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah disusun
secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif yaitu
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna suatu aturan
hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang
menjadi obyek kajian.31
5. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan terhadap data yang berhasil dikumpulkan dilakukan
dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun
secara induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu
proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu
kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.32 Metode penarikan
kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus
(sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan
30
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal.59. 31
Zainuddin Ali, Op.Cit, hal.107. 32
baru) berupa asas umum33, sehingga akan dapat diperoleh jawaban terhadap
permasalahan-permasalahan yang telah disusun.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, dipaparkan sistematika penulisan dengan
tujuan agar mempermudah pengertian dan pendalaman secara jelas. Adapun
sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang
masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
Bab I merupakan Bab Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang hal-
hal yang bersifat umum, dimulai latar belakang masalah yang menjadi dasar
penulisan, memaparkan apa yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dan manfaat
yang diperoleh dari penulisan tersebut. Pada bagian ini juga diuraikan apa yang
menjadi permasalahan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II membahas mengenai Tinjauan Umum Perusahaan Pembiayaan Di
Indonesia. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan sejarah
perusahaan pembiayaan, kegiatan usaha perusahaan pembiayaan, peran dan fungsi
perusahaan pembiayaan, serta jenis pembiayaan dalam perusahaan pembiayaan.
Bab III membahas mengenai Tinjauan Umum Mengenai Otoritas Jasa
Keuangan. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai sejarah OJK, fungsi dan
tugas OJK, serta struktur organisasi pada OJK.
33
Bab IV membahas mengenai Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada :
PT Adira Dinamika Multi Finance Medan). Dalam bab ini akan dipaparkan
mengenai kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa
Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan
pembiayaan, bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan
Pembiayaan, dan bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina
dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan.
Bab V dalam bab ini dirangkum analisa permasalahan dan pembahasannya
dari bab-bab terdahulu dan kemudian menyimpulkan isi dari uraian-uraian
tersebut, serta mengemukakan sejumlah saran sehubungan dengan topik dari
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI INDONESIA
A. Pengertian dan Sejarah Perusahaan Pembiayaan 1. Defenisi Perusahaan Pembiayaan
Sesuai dengan kaidah ekonomi, dimana ada demand dan di sisi lain ada
supply, yang menciptakan institusi tradisional dimana ada pihak yang kelebihan
dana akan mensuplai dana langsung kepada pihak yang membutuhkan dana.34
Dengan cara ini membawa suatu konsekuensi terhadap pembangunan ekonomi
masyarakat yang menuntut adanya suatu kepastian hukum. Karena dalam praktik
sering didengar keluhan dari para pelaku usaha yang menyatakan era globalisasi
ekonomi dunia, bukan hanya dalam bentuk direct investment maupun equity
invesment melainkan mengintrodusir investasi dalam bentuk baru yaitu
penyertaan modal secara informal, antara lain dalam bentuk franchising,
licensing, technical assitance, modal ventura, dan lain-lain.35
Perusahaan pembiayaan adalah merupakan bagian dari lembaga
pembiayaan yang bertujuan untuk memulihkan perekonomian nasional. Lembaga
pembiayaan terdiri dari dua kata, yaitu:
a. Lembaga adalah badan adalah badan atau pranata yang bermaksud
melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukasn suatu usaha.36
34
Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), hal.1.
35
Partomuan Pohan, “Selayang Pandang tentang Franchising, Licensing, Technical Assistance, Ventura Capital Factoring dan Costodian”, tulisan dalam Media Notariat, No.20-21, Jakarta, Juli-Oktober 1991, hal.122.
36
b. Pembiayaan adalah perbuatan untuk membiayai baik perorangan
maupun bentuk perusahaan.37
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang midal yang termasuk
salah satu dari Lembaga Jasa Keuangan.38 Lembaga pembiayaan meliputi
perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan
infrastruktur.39
Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang
perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan secara terus
menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan/ atau laba. 40
Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia, untuk
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Sedangkan pengertian dari
Perusahaan Pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b)
dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan yaitu “badan usaha di luar bank dan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1 Angka 4.
39
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 2. 40
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan
yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.”41
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau
usaha kartu kredit.42 Masing-masing kegiatan perusahaan pembiayaan meskipun
berbeda-beda dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, tetapi masih banyak
terdapat persamaannya. Karena semuanya memang bertujuan untuk memberikan
kemudahan finansial bagi perusahaan lain.
2. Sejarah Perusahaan Pembiayaan
Kehadiran industri pembiayaan (multifinance industry) sesungguhnya
belum terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju
lain. Dari beberapa sumber diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada
tahun 1974. Kehadirannya didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga
menteri yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perdangan, dan Menteri Perindustrian.43
Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan
Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut mengganti
namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Pada tanggal 2 Juli 1982
dibentuk Asosiasi Leasing Indonesia (ALI) yang berkedudukan di Jakarta sebagai
41
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Huruf (b).
42
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 2 Huruf a.
43
satu-satunya wadah komunikasi bagi perusahaan-perusahaan leasing di
Indonesia.44
Kehadiran ALI telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh pelaku usaha
leasing di Indonesia dan ALI telah berhasil melakukan berbagai aktifitas guna kepentingan para anggotanya, termasuk membantu pengembangan industri usaha
leasing di Indonesia bersama pemerintah. Kemudian melalui Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang ditindak lanjuti dengan Surat Keterangan Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah berkali-kali diubah,
terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
448/KMK.017/2000 tentang perusahaan pembiayaan. Dalam peraturan
perundang-undangan tersebut diperincikan bahwa kegiatan lembaga pembiayaan
meliputi : 45
Akan tetapi dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, Lembaga
Pembiayaan yang dijalankan oleh suatu Perusahaan Pembiayaan adalah sebagai
3. Usaha Kartu Kredit.
4. Pembiayaan Konsumen.
Hal tersebut dikarenakan kegiatan modal ventura dan perdagangan surat
berharga mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan keempat lembaga
pembiayaan tersebut.
Disamping itu ditentukan pula bahwa suatu perusahaan pembiayaan tidak
diperkenankan menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk :47
1. Giro.
2. Deposito.
3. Tabungan.
4. Surat Sanggup Bayar. (Promissory Notes), kecuali jika surat sanggup
bayar tersebut hanya dipakai sebagai jaminan hutang kepada bank
yang menjadi kreditnya.
Pada tahun 1990, industri leasing mulai kembali pada prinsip dasar
ekonomi. Mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada
tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan
pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight money policy)
yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II, suku bunga menjadi naik.
Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda pencairannya.
Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan multifinance menjadi terhambat.
Oleh karena itu banyak perusahaan multifinance yang mengabungkan
perusahaannya agar lebih mudah memperoleh kredit termasuk dari luar negeri.48
47
Munir Fuady, Op.Cit, hal.4.
48
Seiring dengan pertumbuhan sektor usaha jasa pembiayaan dan guna
menampung aspirasi seluruh anggota maka pada tanggal 20 Juli 2000 telah
diambil keputusan ALI menjadi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia
(APPI). Keputusan itu sejalan dengan keberadaan usaha para anggota sebagai
perusahaan pembiayaan yang dapat melakukan aktivitas usaha : sewa guna usaha
(leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance),
dan kartu kredit (credit card).49
Dalam perkembangannya pada tanggal 21 Desember 2000 Asosiasi
Factoring Indonesia (AFI) juga bergabung ke dalam APPI. Sesuai dengan tujuan didirikannya APPI bersama pemerintah terus berupaya memberikan andil dan
peran lebih berarti dalam peningkatan perekonomian nasional khususnya pada
sektor usaha jasa pembiayaan.50
Sebagai bentuk nyata dari perhatian pemerintah maka dibentuklah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan dalam rangka meningkatkan peran perusahaan pembiayaan dalam
pembangunan nasional dan demi penyempurnaan ketentuan di bidang
Perusahaan Pembiayaan.51
Masing-masing kegiatan perusahaan pembiayaan walaupun berbeda-beda
dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, tetapi masih banyak terdapat
persamaannya. Karena semuanya memang bertujuan untuk memberi kemudahan
finansial bagi perusahaan lain.52
B. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan pembiayaan adalah usaha di luar Badan dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau
usaha Kartu Kredit. Kegiatan usaha kartu kredit meliputi:
1. Sewa Guna Usaha;
2. Anjak Piutang
3. Usaha Kartu Kredit
4. Pembiayaan Konsumen
Sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran.53
Pengertian leasing sebagai setiap perjanjian dalam kegiatan pembayaran
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan, untuk suatu jangka watu tertentu berdasarkan pembayaran
52
Munir Fuady, Op.Cit, hal.4.
53
secara berkala disertai dengan hak pilihan (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.54
Disisi lain bahwa perjanjian leasing disebut juga sebagai perjanjian
pengikatan hak bersyarat berupa perjanjian sewa guna usaha ( leasing agreement )
adalah suatu perjanjian dimana seseorang (pemberi sewa guna usaha/ lessor)
memberikan hak kepada orang lain ( penerima sewa guna usaha/ lessee) untuk
menguasai suatu objek dengan kompensasi berupa uang sewa atau pembayaran
lainnya.55
Apapun nama perjanjian dalam leasing, harus mencerminkan inti (het
wezen) perjanjian dengan tegas sehingga bentuk hukum peraturan mana yang berlaku, hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-pihak jelas dan tidak memberi
kesempatan atau peluang kepada hakim yang mengadili perselisihan tentang
perjanjian itu untuk memberikan interprestasi lain atau melaksanakan perjanjian
itu lain daripada yang dimaksudkan pihak-pihak.56
Leasing memiliki ciri-ciri sebagai berikut :57
1. Para pihak dalam leasing yang terdiri dari :
a. Lessor yang harus berbentuk perseroan atau koperasi yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan.
b. Lessee (perusahaan pembiayaan). c. Supplier.
2. Leasing adalah suatu cara pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk
3. Perjanjian leasing itu harus berbentuk tertulis dengan tujuan pengawasan dan pembuktian yang disertai dengan pembuatan
dokumentasi yang diperlukan dalam leasing.
4. Adanya hubungan antara jangka waktu lease dan masa kegunaan
benda yang di-lease kan.
5. Hak milik benda yang di-lease-kan ada pada lessor.
6. Objek leasing adalah benda-benda yang dipergunakan dalam suatu
perusahaan.
a. Objek leasing biasanya dibeli lessor atas permintaan lessee dari
supplier menurut spesifikasi yang ditentukan lessee, barang
langsung diserahkan kepada lessee oleh supplier, dan setelah lessor
menerima pemberitahuan dari lessee bahwa ia telah menerima
barang dengan baik, lessor akan membayar harga barang kepada
supplier.
b. Objek leasing harus diperinci jenisnya, kuantitasnya, lokasinya dan
lain-lain, demi kepastian hukum semua pihak dalam perjanjian leasing.
7. Opsi bagi lessee untuk membeli objek leasing, dimana setelah jangka
waktu leasing berakhir dan memenuhi semua kewajibannya
berdasarkan perjanjian leasing, maka lessee mempunyai hak opsi
untuk membeli atau memperpanjang leasing, maka lessee wajib
mengembalikan barang atas biaya lessee kepada lessor, dalam keadaan
baik dan dengan tempatyang ditentukan lessor.
8. Adanya jaminan kebendaan yang diberikan berupa benda yang
di-lease-kan, dan eksekusi jika cicilan macet, serta pengaturan tentang
putusnya perjanjian leasing.
Pada prinsipnya ada dua macam prototipe leasing, yaitu leasing yang
berbentuk operating dan leasing yang berbentuk finansial :58
1. Operating Lease
Operating lease disebut juga Service lease. Operating lease ini
biasanya merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik.
2. Financial Lease
Financial lease ini sering disebut juga dengan capital lease atau full-payout lease. Financial lease merupakan suatu corak leasing yang lebih sering diterapkan.
58
Operating lease dan financial lease memiliki perbedaan sebagai berikut :59 1. Financial Lease adalah suatu perjanjian pembiayaan dimana lessor
diminta untuk membiayai pengadaan barng untuk lessee, sedangkan
operational lease perjanjian menitikberatkan pada pemberian jasa.
2. Pada financial lease, resiko ekonomi atas objeknya berada pada lessee
karena lessee wajib membayar kembali modal yang disediakan lessor
untuk mengadakan barang yang bersangkutan ditambah bunga dan
ongkos lain selama kontrak berjalan, sedangkan operational lease
resiko ekonomis atas barang yang di-lease ada pada lessor.
3. Pada financial lease, lessor hanya memikul resiko berkenaan dengan
keadaan keuangan, kemampuan membayar, serta resiko lessee,
sedangkan pada operational lease, lessor menanggung resiko
hilangnya atau rusakna objek yang di-lease.
4. Pada financial lease jangka waktu kontrak sama atau hampir sama
dengan masa kegunaan barang yang bersangkutan menurut persetujan
lessor dan lessee, sedangkan operational lease jangka waktu perjanjian pada umumnya tidak sama dengan masa kegunaan barang yang
bersangkutan.
5. Dalam hak opsi untuk membeli barang dari lessor harus disetujui lebih
dahulu, pada financial lease hampir tidak berarti jumlahnya,
sedangkan pada operational lease jumlah harga relatif tinggi menurut
nilai ekonomis riil barang tersebut.
59
6. Pada financial lease, lessee dilarang mengakhiri kontrak sebelum jangka waktu yang diperjanjikan berakhir,kecuali diperjanjikan lain,
sedangkan pada operational lease jangka waktu leasing tidak tertentu
dan dapat diakhiri oleh lessee.
7. Pada operational lease, lessee pada umumnya memberikan jasa-jasa
untuk kegunaan pengoperasian dan pemeliharaan barang yang di-lease,
sedangkan hal ini tidak terjadi pada financial lease.
Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan
atas piutang tersebut. Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri, yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau pembelian piutang
tersebut.60
Pengertian anjak piutang (factoring) merupakan usaha pembiayaan atau
tekhnik pendanaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan (client) yang terbit dari
suatu transaksi perdagangan dalam dan luar negeri oleh client dan nasabah,
dengan imbalan biaya administrasi dan bunga yang diberikan kepada perusahaa n
factor.61
60
H.Ahmad Muliadi, Op.Cit, hal.43.
61
Kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang
jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
Pelaksanaan kegiatan anjak piutang antara lain :62
1. Sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan
pengembangan lembaga anjak piutang.
2. Menerbitkan surat sanggup bayar dengan memenuhi prinsip
kehati-hatian.
Dari kegiatan anjak piutang tersebut diatas dapat dikemukakan :63
1. Usaha anjak piutang terdiri dari 3 (tiga) pihak, yaitu :
a. Perusahaan anjak piutang : ialah perusahaan yang akan membeli
dan/atau menerima pengalihan piutang, yang berfungsi sebagai
perantara antara penjual piutang dengan nasabah.
Adapun yang dapat menjadi perusahaan anjak piutang antara lain :
1) Perusahaan yang bergerak khusus dalam usaha anjak piutang.
2) Perusahaan multifinance yang di samping bergerak di bidang
anjak piutang tetapi juga bergerak dibidang usaha financial
lainnya, seperti bidang leasing, consumer finance, kartu kredit
dan sebagainya.
3) Bank yang diperkenankan beroperasi dibidang usaha anjak
piutang berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 dalam Pasal 6 butir (I), dengan bentuk badan usaha
b. Penjual piutang adalah perusahaan yang menjual piutang dagang
jangka pendek kepada perusahaan pembiayaan dan/atau
mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi
perdagangan kepada perusahaan anjak piutang (factor). Piutang
termasuk benda bergerak tak bertubuh (choses in action) , maka
hak milik atas piutang yang dialihkan dapat beralih kepada
pembeli.
c. Nasabah atau pelanggan, adalah pihak (debitur) yang berutang
kepada penjual piutang (klien), yang selanjutnya dengan kegiatan
anjak piutang, piutang yang terbit dari utang tersebut dialiihkan
kepada perusahaan anjak piutang.
2. Usaha anjak piutang adalah berupa perjanjian jual beli tagihan, oleh
karena perjanjian anjakpiutang harus dianggap sebagai satu jenis atau
varian dari perjanjian jual beli, yang diartikan sebagai suatu
persetujuan dimana pihak yang satu mengikat dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar
harga yang telah dijanjikan. Dalam proses transaksi/prosedur anjak
piutang maka piutang yang dimiliki oleh klien dialihkan (dijual)
kepada perusahaan anjak piutang.
3. Jual beli piutang dilakukan secara terus menerus (on a continuing
Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Sehingga
dengan demikian kartu kredit dapat disebut jenis alat pembayaran yang dapat
digunakan oleh masyarakat yang termasuk alat pembayaran yang bersifat
elektronis. Usaha kartu kredit merupakan usaha dalam kegiatan pemberian kredit
atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa yang penarikannya dilakukan
dengan kartu.64
Kartu kredit atau credit card adalah suatu kartu yang umumnya dibuat
dari bahan plastik, dengan dibubuhkan identitas dari pemegang dan penerbitnya
dengan basis magnetis yang memberikan hak kepada siapa kartu ini diisukan
untuk menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari suatu jasa atau
barang yang di beli di tempat-tempat tertentu, yang pembayaran pelunasannya
dapat dilakukan oleh pembeli secara sekaligus atau angsuran pada jangka waktu.
Seiring dengan pesatnya penggunaan kartu kredit tersebut penyalahgunaannya
juga banyak terjadi. Di samping itu,ternyata juga seringkali terjadi bahwa para
pihak yang terlibat dalam penggunaan/penerbitan/pemakai kartu kredit tidak
selamanya melaksanakan prestasinya seperti yang di perjanjikan.65
Kegiatan usaha kartu kredit dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu
kredit yang dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembelian barang dan
atau jasa sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti Bank
Bentuk fisik dari kartu kredit mencantumkan :67
1. Keterangan tentang badan hukum (perusahaan dan/atau bank) yang
menerbitka kartu kredit. Keterangan ini penting untuk siapa yang
bertanggungjawab atas penagihan nantinya dari pihak pedagang. Bagi
penerbit sendiri pencantuman ini juga berarti sarana promosi.
2. Nama dan tanda tangan pemegang kartu. Pencantuman nama dan tanda
tangan penting karena hanya orang dan nama tanda tangannya
tercantum dalam kartu kredit tersebut yang dapat menggunakan kartu
itu, artinya kartu kredit itu tidak dapat dipindah tangankan.
3. Nomor urut kartu kredit. Nomor urut kartu kredit berfungsi untuk
mengetahui berapa kartu kredit yang sudah dikeluarkan oleh penerbit
dan sebagai salah satu alat keamanan bagi penerbit dalam menerbitkan
daftar hitam yang disebarkan para pedagang.
4. Masa berlakunya kartu. Pencantuman masa berlaku pada kartu kredit
adalah agar para pedagang dapat mengetahui apakah kartu kredit
tersebut masih berlaku atau tidak.
5. Kartu kredit bukan termasuk surat berharga, karena tidak memenuhii
ciri-ciri surat berharga, yang antara lain dapat dipindah tangankan
dengan mudah.
67