• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT. Adira Dinamika Multi Finance Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT. Adira Dinamika Multi Finance Medan)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELANGGARAAN USAHA

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.

(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE MEDAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

CANRA SINAMBELA NIM : 110200485

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELANGGARAAN USAHA

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.

(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE MEDAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Oleh:

CANRA SINAMBELA NIM : 110200485

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP. 196603031985081001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., MS Puspa Melati, S.H., M.Hum NIP : 196204211988031004 NIP :196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : CANRA SINAMBELA

NIM : 110200485

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN DAGANG

JUDUL SKRIPSI : IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA

KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG

PENYELANGGARAAN USAHA PERUSAHAAN

PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN

PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.

(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI

FINANCE MEDAN)

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa ini skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak

merupakan ciplakan dari skirpsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka

segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan

atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 28 Juni 2015

Canra Sinambela

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat

dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun

judul skripsi ini adalah “Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku

Pembina Dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan. (Studi Pada : PT ADIRA

DINAMIKA MULTI FINANCE MEDAN)”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam proses

penyusunan dan penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat di selesaikan

dengan baik.

Untuk itu, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK Saidin, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

(5)

6. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak

Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang

juga telah banyak meluangkan waktunya di dalam memberikan bimbingan dan

arahan-arahan di dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Hj.

Puspa Melati, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah

banyak meluangkan waktunya di dalam memberikan bimbingan dan

arahan-arahan di dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Bapak Mulhadi S.H., M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik penulis.

9. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen yang telah memberikan ilmu

kepada penulis selama berada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

ini serta seluruh pegawai administrasi yang telah banyak membantu dalam

proses perkuliahan.

10.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan juga

penghargaan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua

penulis tercinta, Ayahanda Drs.Robet Parlindungan Sinambela S.E., dan

Ibunda Yusniar Togatorop S.E., yang telah membesarkan, mendidik,

membimbing serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga nilainya serta

juga selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada

kakak, dan adik-adik penulis tersayang Idhelia Cinry Sinambela S.H., Clara

(6)

motivator dan memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

12.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada

Tuahta Aloysius Saragih S.H., M.Com.Law, selaku Direktur Pengawasan

Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan, Saryo S.H., selaku Kepala Sub

Bagian Hubungan Masyarakat Otoritas Jasa Keuangan Medan, Herry S.T.,

selaku Branch Manager PT Adira Dinamika Multi Finance ,Tbk, yang telah

meluangkan waktunya pada penulis dalam proses wawancara guna

mendapatkan informasi sehingga skripsi ini selesai.

13.Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman spesial penulis Oktafia

Sitanggang S.H., yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada

penulis.

13. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat penulis

Michael Tommy N, Ernanda Gurning, Jhordy Moses N, Bryan Altama,

Prionanta Silaen, Joshua Valdys, Siti Khairunissa, Nugraha Sembiring, Hagani

Ginting, Doanta Ginting, Eka Johannes, Carolina Sibarani, Klemensia

Michelle, Lorensia Sitanggang, yang telah banyak memberikan dukungan

serta motivasi kepada penulis.

14. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para sahabat seperjuangan stambuk

2011 penulis Patuan Arif Sihombing, Boy C T, Calvin Panjaitan, Mike

Sipayung, Wahyu P B D Farasi, Tondi Harahap, Abraham Jofiarno, Merico

Sitorus, Cyndi Fransisca, Naomi Manurung, Stevany Claudia, Oren Riff

(7)

.

15. Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

namanya satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai

kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan

kritik, dan saran serta sumbangan pemikiran yang bersifat membangun, agar bisa

lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini nantinya dapat bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan

pengetahuan kita semua.

Medan, 28 Juni 2015

Penulis,

(8)
(9)

BAB IV : IMPLIKASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SELAKU PEMBINA DAN PENGAWAS PERUSAHAAN PEMBIAYAAN.

(STUDI PADA : PT ADIRA DINAMIKA MULTI

FINANCE MEDAN) ... 57

A. Kendala-Kendala Otoritas Jasa Keuangan Dalam Melaksanakan Pembinaan Dan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 ... 57

B. Peranan Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan) ... 59

C. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Selaku Pembina Dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan) ... 70

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN : 1. Surat Jawaban Wawancara dari Otoritas Jasa Keuangan 2. Surat Jawaban Wawancara dari PT Adira Dinamika Multi Finance ,Tbk Medan

(11)

ABSTRAK

Canra Sinambela

Tan Kamello** Puspa Melati***

Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis dan kebutuhan masyarakat maka keperluan akan modal atau dana semakin meningkat. Oleh karenanya dibutuhkan sarana penyedia dana selain Bank yaitu Perusahaan Pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Lembaga Keuangan Bukan Bank untuk memberikan kemudahan, keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak berbelit-belit kepada masyarakat. Oleh karena pentingnya perusahaan pembiayaan tersebut diperlukan pengawasan dari lembaga pemerintahan yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sebagai bentuk nyata pengawasan OJK terhadap perusahaan pembiayaan maka dibentuklah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan. Untuk melihat implementasi dari POJK tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: kendala-kendala OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, peranan OJK dan kewenanganOJK selaku pembina dan pengawas perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK tersebut.

Untuk menjawab permasalahan ini maka digunakan metode penelitian yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Data yang digunakan

dalam skripsi ini adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data library

reseacrh (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan) dengan

melakukan wawancara (in depth interviewing).

Kendala-kendala yang dihadapi oleh OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan yaitu kurangnya sumber daya manusia dan fasilitas yang belum memadai. Peranan OJK sebagai pengawas dan pembina perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK Nomor 29/POJK.05/2014 antara lain terjadinya perluasan kegiatan usaha, tingkat kesehatan keuangan, kolektibilitas piutang pembiayaan, pencadangan piutang pembiayaan, dan sumber pendanaan. Dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan perusahaan pembiayaan OJK memiliki memiliki dua kewenangan yaitu kewenangan pengaturan dan kewenangan pengawasan. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan tenaga kerja yang berpengalaman, hendaknya perananan dan kewenangan OJK berdasarkan POJK tersebut diterapkan secara optimal dan juga memperluas wilayah kerja OJK ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Kata Kunci : Perusahaan Pembiayaan, OJK, POJK.

(12)

ABSTRAK

Canra Sinambela

Tan Kamello** Puspa Melati***

Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis dan kebutuhan masyarakat maka keperluan akan modal atau dana semakin meningkat. Oleh karenanya dibutuhkan sarana penyedia dana selain Bank yaitu Perusahaan Pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Lembaga Keuangan Bukan Bank untuk memberikan kemudahan, keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak berbelit-belit kepada masyarakat. Oleh karena pentingnya perusahaan pembiayaan tersebut diperlukan pengawasan dari lembaga pemerintahan yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sebagai bentuk nyata pengawasan OJK terhadap perusahaan pembiayaan maka dibentuklah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan. Untuk melihat implementasi dari POJK tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: kendala-kendala OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, peranan OJK dan kewenanganOJK selaku pembina dan pengawas perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK tersebut.

Untuk menjawab permasalahan ini maka digunakan metode penelitian yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Data yang digunakan

dalam skripsi ini adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data library

reseacrh (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan) dengan

melakukan wawancara (in depth interviewing).

Kendala-kendala yang dihadapi oleh OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan yaitu kurangnya sumber daya manusia dan fasilitas yang belum memadai. Peranan OJK sebagai pengawas dan pembina perusahaan pembiayaan berdasarkan POJK Nomor 29/POJK.05/2014 antara lain terjadinya perluasan kegiatan usaha, tingkat kesehatan keuangan, kolektibilitas piutang pembiayaan, pencadangan piutang pembiayaan, dan sumber pendanaan. Dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan perusahaan pembiayaan OJK memiliki memiliki dua kewenangan yaitu kewenangan pengaturan dan kewenangan pengawasan. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan tenaga kerja yang berpengalaman, hendaknya perananan dan kewenangan OJK berdasarkan POJK tersebut diterapkan secara optimal dan juga memperluas wilayah kerja OJK ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Kata Kunci : Perusahaan Pembiayaan, OJK, POJK.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam mempertahankan hidupnya melakukan berbagai macam

cara, yang salah satunya adalah melakukan kegiatan atau aktivitas usaha/bisnis.

Melalui kegiatan itu manusia dapat memenuhi tuntutan hidupnya yang semakin

hari semakin kompleks. Kehidupan manusia di jaman modern ini begitu cepat

berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya.

Kehidupan yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya secara cepat pula.1 Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat

telah mendorong dan membuka peluang bagi manusia untuk melakukan kegiatan

bisnis demi mewujudkan kehidupan yang berkecukupan dan makmur.

Di lain pihak untuk mewujudkan suatu masyarakat dengan kehidupan

yang adil dan makmur secara merata pemerintah melaksanakan kegiatan

pembangunan. Pembangunan itu dilaksanakan di segala bidang kehidupan bangsa,

khususnya bidang ekonomi yang menjadi tulang punggung pembangunan lainnya.

Pembangunan ini berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, dimana

pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat di indikasi dari laju pertumbuhan

pendapatan penduduknya.

Untuk meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan ini maka investasi

memiliki peranan yang sangat penting. Mengenai investasi ini berkaitan erat

1

(14)

dengan ketersediaan dana untuk investasi tersebut secara formal dapat disalurkan

oleh lembaga keuangan (lembaga finansial) baik Bank maupun lembaga keuangan

bukan Bank lainnya. Di Indonesia, lembaga keuangan tersebut terdiri dari tiga

bagian, yaitu:2

1. Bank

2. Lembaga Keuangan Non-Bank

3. Perusahaan Pembiayaan

Bank secara umum ialah suatu institusi perantara yang dibentuk dengan

wewenang mengelola simpanan uang dari masyarakat, meminjamkan uang, serta

mengeluarkan promes (surat berharga) atau banknote (uang kartal asing yang

dikeluarkan dan diterbitkan oleh bank di luar negeri). Bank memiliki fungsi

sebagai :3

1. Agent of trust : yakni institusi dimana kegiatannya berlandaskan asas trust (kepercayaan) apakah itu ketika menghimpun dana ataupun pemberitahuan pinjaman. Masyarakat mau menabung di bank jika

mereka percaya dengan bank itu.

2. Agent of development : yakni institusi yang mengelola dana dalam

rangka pembangunan perekonomian. Aktifitas bank baik sebagai

pengumpul dan penyalur dana amanat dibutuhkan untuk kelancaran

kegiatan ekonomi utamanya sektor riil.

(15)

3. Agent of service : yakni institusi pengelola dana bagi pembangunan perekonomian. Selain mengumpulkan dan meminjamkan uang, bank

juga menyediakan layanan perbankan lain untuk nasabah.

Lembaga keuangan non bank adalah lembaga keuangan yang berperan

secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang keuangan yang dananya di

dapat dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga. Selain itu, lembaga

keuangan bukan bank juga memberikan jasa-jasa yang berkaitan dengan keuangan

yang dananya di tarik dari masyarakat.4

Adapun tujuan dari lembaga keuangan non bank ini adalah untuk

memberikan bantuan serta mendorong perkembangan pasar modal untuk

perusahaan-perusahaan yang memiliki ekonomi lemah.5

Lembaga keuangan Non Bank memiliki beberapa fungsi diantaranya :6

1. Memberikan modal kepada masyarakat ekonomi lemah untuk membangun

usaha dengan tujuan agar mereka tidak terbelit utang dengan para rentenir.

2. Memperlancar pembangunan industri maupun ekonomi lewat pasar modal

3. Memberikan kredit kepada masyarakat ekonomi rendah. Namun kredit disini ada yang bersifat menjamin surat berharga dan ada juga yang tidak.

Jenis-jenis lembaga keuangan non bank di Indonesia antara lain :7

1. Asuransi

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

4

Bayu Pratama, “Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank” melalui

(16)

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

2. Koperasi simpan pinjam

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bekerja untuk menyimpan dan memberikan pinjaman kepada masyarakat. Tujuan lembaga ini adalah untuk mengajarkan anggota agar lebih berhemat dalam kegiatan menyisihkan penghasilan (Simpan) dan memberikan pinjaman kepada anggota yang membutuhkan untuk modal usaha maupun keperluan lainnya.

3. Dana PensiunMenurut UU No.11 Tahun 1992

Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan

program yang menjanjikan dana pensiun.

Dengan adanya dana pensiun, setiap orang mungkin merasa tenang ketika usia telah menginjak umur yang tak muda lagi.

Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga

Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha

diantaranya sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit dan atau

pembiayaan konsumen.8

Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis di masyarakat

maka keperluan akan modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat.

Oleh karenanya, sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau

masyarakat perlu diperluas.9 Umumnya dana yang dibutuhkan tersebut dapat

disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun demikian,

fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya

akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Untuk itu, maka ada

alternatif lain untuk mendapatkan dana, yaitu melalui perusahaan pembiayaan.

Pembangunan ekonomi yang sedang giat dilakukan oleh Pemerintah dan

kegiatan bisnis yang berkembang pesat di masyarakat merupakan potensi

8

Wikipedia, “Perusahaan Pembiayaan” melalui

https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Pembiayaan, diakses pada tanggal 9 Juli 2015.

9

(17)

pembiayaan yang besar bagi perusahaan pembiayaan. Hal itu karena dana

investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dapat diberikan oleh

perusahaan pembiayaan dan dengan adanya perusahaan pembiayaan masyarakat

barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun barang-barang kebutuhan usaha

dapat diperoleh atau digunakan tanpa harus membeli secara tunai dan lunas. Oleh

karena itu keberadaan perusahaan pembiayaan sangat diperlukan sebagai suatu

lembaga yang dapat memberikan kemudahan dalam hal persyaratan untuk

memberikan pembiayaan, mengingat masyarakat maupun investor tidak selalu

memiliki sesuatu yang diperlukan dalam memenuhi syarat dalam peminjaman

dana dari lembaga keuangan.10

Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Badan dan Lembaga

Keuangan Bukan Bank yang khusus di dirikan untuk melakukan kegiatan yang

termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Perusahaan pembiayaan

adalah badan usaha yang khusus di dirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha,

Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.11

Masyarakat sebagai konsumen menginginkan adanya kemudahan,

keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak

berbelit-belit. Oleh karena itu, beberapa hal akan menjadi pertimbangan

konsumen untuk memilih perusahaan pembiayaan mana yang dapat membantu

untuk mendapatkan barang-barang konsumsi yang akan dipergunakan. Beberapa

10

Indonesian Commercial Newsletter, “Perkembangan Pembiayaan Mobil di Indonesia

tahun 2010” melalui

www.icn.com/Documents/tanggung%20jawab/Pembiayaan-2010KreditOtomotif.htmlv diakses pada tanggal 1 Mei 2015.

11

(18)

pertimbangan konsumen yang akhirnya memilih pembiayaan dengan

menggunakan perusahaan pembiayaan adalah antara lain sebagai berikut: 12

1. Persyaratan yang tidak rumit. Perusahaan pembiayaan adalah badan

usaha yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada konsumen dalam memperoleh barang yang dibutuhkannya.

2. Proses penelitian konsumen oleh bank/lembaga keuangan. Perusahan

pembiayaan melakukan penelitian baik lapangan maupun dokumen hal ini ditujukan untuk terhindar dari resiko-resiko yang mungkin akan terjadi.

3. Jangka waktu untuk memutuskan pemberian pembiayaan kepada

konsumen yang relatif singkat. Apabila konsumen telah memenuhi persyaratan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen maka perusahaan pembiayaan konsumen akan segera menyetujui pembiayaan tersebut.

4. Uang muka yang diminta banyak atau sedikit. Dalam hal ini uang

muka pembiayaan konsumen memberikan pilihan kepada konsumen, sesuai dengan kemampuan konsumen, hal ini sangat memudahkan konsumen.

5. Jangka waktu pembayaran yang dimungkinkan. Dalam kasus ini,

konsumen ada yang meminta jangka waktu pendek dan ada pula yang meminta jangka waktu panjang, sesuai dengan kemampuan konsumen.

6. Berapa suku bunga yang ditawarkan, apakah cukup untuk bersaing

atau tidak. Suku bunga yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan konsumen cukup kompetitif seimbang dengan kemudahan yang diberikannya.

Fasilitas pembiayaan yang diberikan perusahaan pembiayaan kepada

konsumen mengandung risiko cukup tinggi dari kemungkinan pihak konsumen

tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bila hal ini terjadi, maka yang akan

memikul kerugian adalah pihak perusahaan pembiayaan. Guna menghindari risiko

kerugian itu, maka pada umumnya perusahaan pembiayaan selalu meminta

adanya jaminan.13

(19)

Keberadaan lembaga jasa keuangan baik Bank maupun Non-Bank

memliki hubungan kepemilikan di berbagai sub-sektor keuangan telah menambah

kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem

keuangan tersebut. Munculnya permasalahan lintas sektoral di bidang jasa

keuangan seperti banyaknya tindakan moral hazard yang dilakukan para pelaku di

bidang jasa keuangan, belum optimalnya perlindungan yang diberikan kepada

konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan yang pada

akhirnya akan mencipatakan kekacauan perekonomian nasional secara

keseluruhan, semakin mendorong perlunya pembentukan lembaga pengawasan di

sektor jasa keuangan yang terintegrasi.14

Berkaitan dengan itu, Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya di sebut OJK)

mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan

mengalami peningkatan. Dengan fungsi diatas, maka tujuan utama di bentuknya

OJK adalah agar seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat

terselenggara, secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan

mampu melindungi konsumen dan masyarakat.15

Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor

jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional.

Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional antara lain, meliputi

14

Jonker Sihombing, Otoritas Jasa Keuangan : Konsep, Regulasi & Implementasi, (Jakarta : Ref Publisher, 2012), hal.49.

15

(20)

sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa

keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.16

Alasan pembentukan OJK antara lain adalah makin kompleks dan

bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan

jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu, salah satu

alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah beranggapan Bank

Indonesia sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan.

Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia

mulai pertengahan tahun 1997, sejumlah bank yang ada pada saat itu dilikuidasi.17

Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai

wewenang :18

1. Terkait pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) oleh

OJK meliputi :

a. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;

b. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; c. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK

d. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

e. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;

f. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan

g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan.

16

Ibid.

17

Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Jurnal Konstitusi, (Volume 6, Nomor 3, September 2012), hal. 152.

18

Sofyan Syafri Harahap, “Pengawasan Bank: Selamat Datang OJK” melalui

(21)

2. Terkait Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank)

lainnya meliputi :

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;

c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;

e. Melakukan penunjukan pengelola statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;

g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan

h. Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya OJK merupakan lembaga

yang independen bahwa OJK adalah lembaga yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain,

kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. OJK dapat

melakukan kerja sama dengan otoritas pengawas Lembaga Jasa Keuangan di

negara lain serta organisasi internasional dan lembaga internasional lainnya,

antara lain pada bidang dan/atau kegiatan sebagai berikut:19

1. Pengembangan kapasitas kelembagaan, antara lain pelatihan sumber

daya manusia di bidang pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan;

2. Pertukaran informasi; dan

19

(22)

3. Kerja sama dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan serta pencegahan kejahatan di sektor keuangan.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dirilis dalam rangka mendukung

perkembangan perusahaan pembiayaan yang dinamis dan mewujudkan industri

perusahaan pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, serta berkontribusi

untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan.20

Perusahaan Pembiayaan telah terbukti berperan penting dalam

pendistribusian dan pengalokasian sumber daya keuangan kepada pelaku usaha

dan masyarakat Indonesia, baik melalui penyediaan pembiayaan atas

barang-barang produktif yang dibutuhkan oleh pelaku usaha maupun barang-barang-barang-barang

konsumtif yang menjadi kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya akan

mendorong terjadinya peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat

Indonesia.21

Di lain pihak, terwujudnya industri Perusahaan Pembiayaan yang tangguh,

kontributif, inklusif, juga dapat berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan

yang stabil dan berkelanjutan sehingga membantu mengurangi kerentanan

stabilitas sistem keuangan Indonesia terhadap goncangan keuangan yang mungkin

terjadi di masa mendatang.22

Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan peran industri Perusahaan

Pembiayaan, perlu adanya terobosan-terobosan strategis yang dapat memperluas

20

Otoritas Jasa Keuangan, “Peraturan OJK tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan” melalui http://www.ojk.go.id/peraturan-ojk-tentang-penyelenggaraan-usaha-perusahaan-pembiayaan, diakses pada tanggal 01 Mei 2015.

21

Ibid.

22

(23)

alternatif kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan guna

memberikan ketersediaan akses pembiayaan terutama bagi masyarakat yang

masih menghadapi keterbatasan akses dalam pilihan pembiayaan. Perluasan

kegiatan usaha pembiayaan diharapkan dapat mendorong Perusahaan Pembiayaan

menjadi lebih efisien dalam mengalokasikan modal.23

Berdasarkan latar belakang ini maka akan dibahas lebih lanjut mengenai

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, untuk melihat bagaimana

keefektifan pelaksanaan sistem pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan

terhadap Perusahaan Pembiayaan, bagaimana kendala yang dihadapi oleh OJK

dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan

berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014, dan

bagaimana peranan dan kewenangan OJK terhadap Perusahaan Pembiayaan.

Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan diatas, maka permasalahan ini diteliti

lebih lanjut melalui skripsi ini yang berjudul : Implikasi Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada :

PT Adira Dinamika Multi Finance Medan).

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

terdapat tiga pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

23

(24)

D. Bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap

Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi

Finance Medan) ?

E. Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan

Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira

Dinamika Multi Finance Medan)?

F. Bagaimana kendala-kendala Otoritas Jasa Keuangan dalam

melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan

berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

29/POJK.05/2014?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain :

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan

berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT

Adira Dinamika Multi Finance Medan).

2. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan

selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi

(25)

3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh

Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan

pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :

1. Secara teoritis, untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang

dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan

dan pengawasan perusahaan pembiayaan, untuk mengetahui

bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap

Perusahaan Pembiayaan, untuk mengetahui bagaimana kewenangan

Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan

Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan.

2. Secara praktis, penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah

wawasan, selain itu skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi pemerintah dalam menata peraturan mengenai

pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, dan juga menjadi

bahan masukan bagi para masyarakat umum dan perusahaan

pembiayaan dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan dan dapat

(26)

E. Keaslian Penulisan

Adapun judul dari skripsi ini adalah : “Implikasi Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada :

PT Adira Dinamika Multi Finance Medan)” yang diajukan dalam rangka

memenuhi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Judul

skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulisan ini berdasarkan referensi dari pemikiran para praktisi, refrensi

buku-buku, makalah, hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta

bantuan dari berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur,

rasional, dan terbuka. Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli

sehingga tulisan ini dapat di pertanggungjawabkan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan

hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek.24 Dalam penulisan skripsi

metode penelitian sangat diperlukan agar penulisan skripsi menjadi lebih terarah

dengan data yang telah dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang

berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang

digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

24

(27)

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam

pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada

norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan

putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam

masyarakat.25 Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelurusan

terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta memperoleh data maupun

keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil

penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya.26

Sifat penelitian pada penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis yang

mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori

hukum yang menjadi objek penelitian.27

2. Sumber Data

Penulisan skripsi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan

menggunakan data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berupa laporan dan sebagainya.28

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :29

25

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum , (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.105 26

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Alumni, 1994), hal.139.

27

Ibid.,hal.105-106.

28

Amiruddin dan H.Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012) , hal.30.

29

(28)

a. Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan

perundang-undangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini dan

peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber

pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik

berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, laporan

penelitian, surat kabar, makalah, harian elektronik, dan lain sebagainya

yang memliki relevansi dengan skripsi ini.

c. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia

dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu penulisan yang dilakukan dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data berupa

bahan hukum primer dan sekunder dari berbagai bahan-bahan bacaan yang

bersifat teoritis ilmiah, buku-buku, peraturan-peraturan, juga dari

majalah-majalah dan media elektronik seperti internet dan sebagainya

(29)

b. Field Research (Penelitian Lapangan)

Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan ini dilakukan

dengan melakukan wawancara secara mendalam (in depth interviewing)30

dengan PT Adira Dinamika Multifinance Medan dan Otoritas Jasa

Keuangan.

4. Analisis Data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah disusun

secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif yaitu

suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna suatu aturan

hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang

menjadi obyek kajian.31

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan terhadap data yang berhasil dikumpulkan dilakukan

dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun

secara induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu

proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu

kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.32 Metode penarikan

kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus

(sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan

30

Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal.59. 31

Zainuddin Ali, Op.Cit, hal.107. 32

(30)

baru) berupa asas umum33, sehingga akan dapat diperoleh jawaban terhadap

permasalahan-permasalahan yang telah disusun.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, dipaparkan sistematika penulisan dengan

tujuan agar mempermudah pengertian dan pendalaman secara jelas. Adapun

sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

Bab I merupakan Bab Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang hal-

hal yang bersifat umum, dimulai latar belakang masalah yang menjadi dasar

penulisan, memaparkan apa yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dan manfaat

yang diperoleh dari penulisan tersebut. Pada bagian ini juga diuraikan apa yang

menjadi permasalahan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II membahas mengenai Tinjauan Umum Perusahaan Pembiayaan Di

Indonesia. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan sejarah

perusahaan pembiayaan, kegiatan usaha perusahaan pembiayaan, peran dan fungsi

perusahaan pembiayaan, serta jenis pembiayaan dalam perusahaan pembiayaan.

Bab III membahas mengenai Tinjauan Umum Mengenai Otoritas Jasa

Keuangan. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai sejarah OJK, fungsi dan

tugas OJK, serta struktur organisasi pada OJK.

33

(31)

Bab IV membahas mengenai Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada :

PT Adira Dinamika Multi Finance Medan). Dalam bab ini akan dipaparkan

mengenai kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa

Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan

pembiayaan, bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan

Pembiayaan, dan bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina

dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan.

Bab V dalam bab ini dirangkum analisa permasalahan dan pembahasannya

dari bab-bab terdahulu dan kemudian menyimpulkan isi dari uraian-uraian

tersebut, serta mengemukakan sejumlah saran sehubungan dengan topik dari

(32)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DI INDONESIA

A. Pengertian dan Sejarah Perusahaan Pembiayaan 1. Defenisi Perusahaan Pembiayaan

Sesuai dengan kaidah ekonomi, dimana ada demand dan di sisi lain ada

supply, yang menciptakan institusi tradisional dimana ada pihak yang kelebihan

dana akan mensuplai dana langsung kepada pihak yang membutuhkan dana.34

Dengan cara ini membawa suatu konsekuensi terhadap pembangunan ekonomi

masyarakat yang menuntut adanya suatu kepastian hukum. Karena dalam praktik

sering didengar keluhan dari para pelaku usaha yang menyatakan era globalisasi

ekonomi dunia, bukan hanya dalam bentuk direct investment maupun equity

invesment melainkan mengintrodusir investasi dalam bentuk baru yaitu

penyertaan modal secara informal, antara lain dalam bentuk franchising,

licensing, technical assitance, modal ventura, dan lain-lain.35

Perusahaan pembiayaan adalah merupakan bagian dari lembaga

pembiayaan yang bertujuan untuk memulihkan perekonomian nasional. Lembaga

pembiayaan terdiri dari dua kata, yaitu:

a. Lembaga adalah badan adalah badan atau pranata yang bermaksud

melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukasn suatu usaha.36

34

Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), hal.1.

35

Partomuan Pohan, “Selayang Pandang tentang Franchising, Licensing, Technical Assistance, Ventura Capital Factoring dan Costodian”, tulisan dalam Media Notariat, No.20-21, Jakarta, Juli-Oktober 1991, hal.122.

36

(33)

b. Pembiayaan adalah perbuatan untuk membiayai baik perorangan

maupun bentuk perusahaan.37

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang midal yang termasuk

salah satu dari Lembaga Jasa Keuangan.38 Lembaga pembiayaan meliputi

perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan

infrastruktur.39

Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang

perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan secara terus

menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

memperoleh keuntungan dan/ atau laba. 40

Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar

Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang

didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia, untuk

tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Sedangkan pengertian dari

Perusahaan Pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b)

dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan yaitu “badan usaha di luar bank dan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1 Angka 4.

39

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 2. 40

(34)

lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan

yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.”41

Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk

melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau

usaha kartu kredit.42 Masing-masing kegiatan perusahaan pembiayaan meskipun

berbeda-beda dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, tetapi masih banyak

terdapat persamaannya. Karena semuanya memang bertujuan untuk memberikan

kemudahan finansial bagi perusahaan lain.

2. Sejarah Perusahaan Pembiayaan

Kehadiran industri pembiayaan (multifinance industry) sesungguhnya

belum terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju

lain. Dari beberapa sumber diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada

tahun 1974. Kehadirannya didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga

menteri yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perdangan, dan Menteri Perindustrian.43

Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan

Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut mengganti

namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Pada tanggal 2 Juli 1982

dibentuk Asosiasi Leasing Indonesia (ALI) yang berkedudukan di Jakarta sebagai

41

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Huruf (b).

42

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 2 Huruf a.

43

(35)

satu-satunya wadah komunikasi bagi perusahaan-perusahaan leasing di

Indonesia.44

Kehadiran ALI telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh pelaku usaha

leasing di Indonesia dan ALI telah berhasil melakukan berbagai aktifitas guna kepentingan para anggotanya, termasuk membantu pengembangan industri usaha

leasing di Indonesia bersama pemerintah. Kemudian melalui Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang ditindak lanjuti dengan Surat Keterangan Menteri

Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah berkali-kali diubah,

terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

448/KMK.017/2000 tentang perusahaan pembiayaan. Dalam peraturan

perundang-undangan tersebut diperincikan bahwa kegiatan lembaga pembiayaan

meliputi : 45

Akan tetapi dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, Lembaga

Pembiayaan yang dijalankan oleh suatu Perusahaan Pembiayaan adalah sebagai

(36)

3. Usaha Kartu Kredit.

4. Pembiayaan Konsumen.

Hal tersebut dikarenakan kegiatan modal ventura dan perdagangan surat

berharga mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan keempat lembaga

pembiayaan tersebut.

Disamping itu ditentukan pula bahwa suatu perusahaan pembiayaan tidak

diperkenankan menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk :47

1. Giro.

2. Deposito.

3. Tabungan.

4. Surat Sanggup Bayar. (Promissory Notes), kecuali jika surat sanggup

bayar tersebut hanya dipakai sebagai jaminan hutang kepada bank

yang menjadi kreditnya.

Pada tahun 1990, industri leasing mulai kembali pada prinsip dasar

ekonomi. Mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada

tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan

pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight money policy)

yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II, suku bunga menjadi naik.

Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda pencairannya.

Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan multifinance menjadi terhambat.

Oleh karena itu banyak perusahaan multifinance yang mengabungkan

perusahaannya agar lebih mudah memperoleh kredit termasuk dari luar negeri.48

47

Munir Fuady, Op.Cit, hal.4.

48

(37)

Seiring dengan pertumbuhan sektor usaha jasa pembiayaan dan guna

menampung aspirasi seluruh anggota maka pada tanggal 20 Juli 2000 telah

diambil keputusan ALI menjadi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia

(APPI). Keputusan itu sejalan dengan keberadaan usaha para anggota sebagai

perusahaan pembiayaan yang dapat melakukan aktivitas usaha : sewa guna usaha

(leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance),

dan kartu kredit (credit card).49

Dalam perkembangannya pada tanggal 21 Desember 2000 Asosiasi

Factoring Indonesia (AFI) juga bergabung ke dalam APPI. Sesuai dengan tujuan didirikannya APPI bersama pemerintah terus berupaya memberikan andil dan

peran lebih berarti dalam peningkatan perekonomian nasional khususnya pada

sektor usaha jasa pembiayaan.50

Sebagai bentuk nyata dari perhatian pemerintah maka dibentuklah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan dalam rangka meningkatkan peran perusahaan pembiayaan dalam

pembangunan nasional dan demi penyempurnaan ketentuan di bidang

Perusahaan Pembiayaan.51

Masing-masing kegiatan perusahaan pembiayaan walaupun berbeda-beda

dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, tetapi masih banyak terdapat

(38)

persamaannya. Karena semuanya memang bertujuan untuk memberi kemudahan

finansial bagi perusahaan lain.52

B. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan

Perusahaan pembiayaan adalah usaha di luar Badan dan Lembaga

Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang

termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.

Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk

melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau

usaha Kartu Kredit. Kegiatan usaha kartu kredit meliputi:

1. Sewa Guna Usaha;

2. Anjak Piutang

3. Usaha Kartu Kredit

4. Pembiayaan Konsumen

Sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance

lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan

oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan

pembayaran secara angsuran.53

Pengertian leasing sebagai setiap perjanjian dalam kegiatan pembayaran

perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh

suatu perusahaan, untuk suatu jangka watu tertentu berdasarkan pembayaran

52

Munir Fuady, Op.Cit, hal.4.

53

(39)

secara berkala disertai dengan hak pilihan (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk

membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka

waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.54

Disisi lain bahwa perjanjian leasing disebut juga sebagai perjanjian

pengikatan hak bersyarat berupa perjanjian sewa guna usaha ( leasing agreement )

adalah suatu perjanjian dimana seseorang (pemberi sewa guna usaha/ lessor)

memberikan hak kepada orang lain ( penerima sewa guna usaha/ lessee) untuk

menguasai suatu objek dengan kompensasi berupa uang sewa atau pembayaran

lainnya.55

Apapun nama perjanjian dalam leasing, harus mencerminkan inti (het

wezen) perjanjian dengan tegas sehingga bentuk hukum peraturan mana yang berlaku, hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-pihak jelas dan tidak memberi

kesempatan atau peluang kepada hakim yang mengadili perselisihan tentang

perjanjian itu untuk memberikan interprestasi lain atau melaksanakan perjanjian

itu lain daripada yang dimaksudkan pihak-pihak.56

Leasing memiliki ciri-ciri sebagai berikut :57

1. Para pihak dalam leasing yang terdiri dari :

a. Lessor yang harus berbentuk perseroan atau koperasi yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan.

b. Lessee (perusahaan pembiayaan). c. Supplier.

2. Leasing adalah suatu cara pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk

(40)

3. Perjanjian leasing itu harus berbentuk tertulis dengan tujuan pengawasan dan pembuktian yang disertai dengan pembuatan

dokumentasi yang diperlukan dalam leasing.

4. Adanya hubungan antara jangka waktu lease dan masa kegunaan

benda yang di-lease kan.

5. Hak milik benda yang di-lease-kan ada pada lessor.

6. Objek leasing adalah benda-benda yang dipergunakan dalam suatu

perusahaan.

a. Objek leasing biasanya dibeli lessor atas permintaan lessee dari

supplier menurut spesifikasi yang ditentukan lessee, barang

langsung diserahkan kepada lessee oleh supplier, dan setelah lessor

menerima pemberitahuan dari lessee bahwa ia telah menerima

barang dengan baik, lessor akan membayar harga barang kepada

supplier.

b. Objek leasing harus diperinci jenisnya, kuantitasnya, lokasinya dan

lain-lain, demi kepastian hukum semua pihak dalam perjanjian leasing.

7. Opsi bagi lessee untuk membeli objek leasing, dimana setelah jangka

waktu leasing berakhir dan memenuhi semua kewajibannya

berdasarkan perjanjian leasing, maka lessee mempunyai hak opsi

untuk membeli atau memperpanjang leasing, maka lessee wajib

mengembalikan barang atas biaya lessee kepada lessor, dalam keadaan

baik dan dengan tempatyang ditentukan lessor.

8. Adanya jaminan kebendaan yang diberikan berupa benda yang

di-lease-kan, dan eksekusi jika cicilan macet, serta pengaturan tentang

putusnya perjanjian leasing.

Pada prinsipnya ada dua macam prototipe leasing, yaitu leasing yang

berbentuk operating dan leasing yang berbentuk finansial :58

1. Operating Lease

Operating lease disebut juga Service lease. Operating lease ini

biasanya merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik.

2. Financial Lease

Financial lease ini sering disebut juga dengan capital lease atau full-payout lease. Financial lease merupakan suatu corak leasing yang lebih sering diterapkan.

58

(41)

Operating lease dan financial lease memiliki perbedaan sebagai berikut :59 1. Financial Lease adalah suatu perjanjian pembiayaan dimana lessor

diminta untuk membiayai pengadaan barng untuk lessee, sedangkan

operational lease perjanjian menitikberatkan pada pemberian jasa.

2. Pada financial lease, resiko ekonomi atas objeknya berada pada lessee

karena lessee wajib membayar kembali modal yang disediakan lessor

untuk mengadakan barang yang bersangkutan ditambah bunga dan

ongkos lain selama kontrak berjalan, sedangkan operational lease

resiko ekonomis atas barang yang di-lease ada pada lessor.

3. Pada financial lease, lessor hanya memikul resiko berkenaan dengan

keadaan keuangan, kemampuan membayar, serta resiko lessee,

sedangkan pada operational lease, lessor menanggung resiko

hilangnya atau rusakna objek yang di-lease.

4. Pada financial lease jangka waktu kontrak sama atau hampir sama

dengan masa kegunaan barang yang bersangkutan menurut persetujan

lessor dan lessee, sedangkan operational lease jangka waktu perjanjian pada umumnya tidak sama dengan masa kegunaan barang yang

bersangkutan.

5. Dalam hak opsi untuk membeli barang dari lessor harus disetujui lebih

dahulu, pada financial lease hampir tidak berarti jumlahnya,

sedangkan pada operational lease jumlah harga relatif tinggi menurut

nilai ekonomis riil barang tersebut.

59

(42)

6. Pada financial lease, lessee dilarang mengakhiri kontrak sebelum jangka waktu yang diperjanjikan berakhir,kecuali diperjanjikan lain,

sedangkan pada operational lease jangka waktu leasing tidak tertentu

dan dapat diakhiri oleh lessee.

7. Pada operational lease, lessee pada umumnya memberikan jasa-jasa

untuk kegunaan pengoperasian dan pemeliharaan barang yang di-lease,

sedangkan hal ini tidak terjadi pada financial lease.

Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk

pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan

atas piutang tersebut. Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan pengurusan

piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar

negeri, yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau pembelian piutang

tersebut.60

Pengertian anjak piutang (factoring) merupakan usaha pembiayaan atau

tekhnik pendanaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan

piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan (client) yang terbit dari

suatu transaksi perdagangan dalam dan luar negeri oleh client dan nasabah,

dengan imbalan biaya administrasi dan bunga yang diberikan kepada perusahaa n

factor.61

60

H.Ahmad Muliadi, Op.Cit, hal.43.

61

(43)

Kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang

jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.

Pelaksanaan kegiatan anjak piutang antara lain :62

1. Sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan

pengembangan lembaga anjak piutang.

2. Menerbitkan surat sanggup bayar dengan memenuhi prinsip

kehati-hatian.

Dari kegiatan anjak piutang tersebut diatas dapat dikemukakan :63

1. Usaha anjak piutang terdiri dari 3 (tiga) pihak, yaitu :

a. Perusahaan anjak piutang : ialah perusahaan yang akan membeli

dan/atau menerima pengalihan piutang, yang berfungsi sebagai

perantara antara penjual piutang dengan nasabah.

Adapun yang dapat menjadi perusahaan anjak piutang antara lain :

1) Perusahaan yang bergerak khusus dalam usaha anjak piutang.

2) Perusahaan multifinance yang di samping bergerak di bidang

anjak piutang tetapi juga bergerak dibidang usaha financial

lainnya, seperti bidang leasing, consumer finance, kartu kredit

dan sebagainya.

3) Bank yang diperkenankan beroperasi dibidang usaha anjak

piutang berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10

Tahun 1998 dalam Pasal 6 butir (I), dengan bentuk badan usaha

(44)

b. Penjual piutang adalah perusahaan yang menjual piutang dagang

jangka pendek kepada perusahaan pembiayaan dan/atau

mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi

perdagangan kepada perusahaan anjak piutang (factor). Piutang

termasuk benda bergerak tak bertubuh (choses in action) , maka

hak milik atas piutang yang dialihkan dapat beralih kepada

pembeli.

c. Nasabah atau pelanggan, adalah pihak (debitur) yang berutang

kepada penjual piutang (klien), yang selanjutnya dengan kegiatan

anjak piutang, piutang yang terbit dari utang tersebut dialiihkan

kepada perusahaan anjak piutang.

2. Usaha anjak piutang adalah berupa perjanjian jual beli tagihan, oleh

karena perjanjian anjakpiutang harus dianggap sebagai satu jenis atau

varian dari perjanjian jual beli, yang diartikan sebagai suatu

persetujuan dimana pihak yang satu mengikat dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar

harga yang telah dijanjikan. Dalam proses transaksi/prosedur anjak

piutang maka piutang yang dimiliki oleh klien dialihkan (dijual)

kepada perusahaan anjak piutang.

3. Jual beli piutang dilakukan secara terus menerus (on a continuing

(45)

Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Sehingga

dengan demikian kartu kredit dapat disebut jenis alat pembayaran yang dapat

digunakan oleh masyarakat yang termasuk alat pembayaran yang bersifat

elektronis. Usaha kartu kredit merupakan usaha dalam kegiatan pemberian kredit

atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa yang penarikannya dilakukan

dengan kartu.64

Kartu kredit atau credit card adalah suatu kartu yang umumnya dibuat

dari bahan plastik, dengan dibubuhkan identitas dari pemegang dan penerbitnya

dengan basis magnetis yang memberikan hak kepada siapa kartu ini diisukan

untuk menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari suatu jasa atau

barang yang di beli di tempat-tempat tertentu, yang pembayaran pelunasannya

dapat dilakukan oleh pembeli secara sekaligus atau angsuran pada jangka waktu.

Seiring dengan pesatnya penggunaan kartu kredit tersebut penyalahgunaannya

juga banyak terjadi. Di samping itu,ternyata juga seringkali terjadi bahwa para

pihak yang terlibat dalam penggunaan/penerbitan/pemakai kartu kredit tidak

selamanya melaksanakan prestasinya seperti yang di perjanjikan.65

Kegiatan usaha kartu kredit dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu

kredit yang dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembelian barang dan

atau jasa sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti Bank

(46)

Bentuk fisik dari kartu kredit mencantumkan :67

1. Keterangan tentang badan hukum (perusahaan dan/atau bank) yang

menerbitka kartu kredit. Keterangan ini penting untuk siapa yang

bertanggungjawab atas penagihan nantinya dari pihak pedagang. Bagi

penerbit sendiri pencantuman ini juga berarti sarana promosi.

2. Nama dan tanda tangan pemegang kartu. Pencantuman nama dan tanda

tangan penting karena hanya orang dan nama tanda tangannya

tercantum dalam kartu kredit tersebut yang dapat menggunakan kartu

itu, artinya kartu kredit itu tidak dapat dipindah tangankan.

3. Nomor urut kartu kredit. Nomor urut kartu kredit berfungsi untuk

mengetahui berapa kartu kredit yang sudah dikeluarkan oleh penerbit

dan sebagai salah satu alat keamanan bagi penerbit dalam menerbitkan

daftar hitam yang disebarkan para pedagang.

4. Masa berlakunya kartu. Pencantuman masa berlaku pada kartu kredit

adalah agar para pedagang dapat mengetahui apakah kartu kredit

tersebut masih berlaku atau tidak.

5. Kartu kredit bukan termasuk surat berharga, karena tidak memenuhii

ciri-ciri surat berharga, yang antara lain dapat dipindah tangankan

dengan mudah.

67

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menemukan hasil bahwa motivasi kerja, lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh positif dan

1) Pacaran sebagai masa rekreasi, karena remaja memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Dianggap menyenangkan, karena remaja memperoleh pengalaman baru untuk

Jadi dapat disimpulkan bahwa ”Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Koorperatif Course Review Horay Dengan Pembelajaran Konvensional Pada

LK diperoleh dari hasil review data spatial lahan kritis BPDAS Mahakam Berau Tahun 2013. Kelas kekritisan lahan yang dimasukkan dalam perhitungan ini adalah kategori kritis dan

Studi Keanekaragaman Jenis Mamalia Kecil di HPH PT Riwayat Musi Timber Corporation, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah dan Taman Nasional Kerinci Seblat Propinsi Sumatera

Kepadatan populasi mamalia darat karnivora di Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), Kalimantan Tengah dari yang tertinggi ke terendah bertutut-turut adalah kucing

1.4.3 Mendapatkan maklumat berkenaan faktor yang mempengaruhi kesanggupan pengunjung menyumbang kepada tabung pemuliharaan dan pemeliharaan yang dibuat di Taman Negara

Sebagaimana konsep bangunan tradisional Sunda lainnya, satu-satunya rumah adat Cikondang ini juga mengutamakan material bangunan yang berbahan alami yang diambil