• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Masa Remaja 1) Pengertian

Masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan organ-organ fisik, emosi dan psikis disebut masa remaja. Masa remaja, yaitu masa usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas.

(Widyastuti, 2009).

2) Karakteristik remaja berdasarkan umur

(Kumalasari, 2012) Karakteristik remaja berdasarkan umur, masa remaja ada 3 tahap, yaitu:

a) Masa remaja awal (10- 12 tahun)

(1) Tampak lebih dekat dengan teman sebaya (2) Tampak dan merasa ingin bebas

(3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal.

(2)

b) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

(1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

(2) Ada keinginan untuk berkencan dan ketertarikan sama lawan jenis

(3) Timbul perasaan cinta yang sangat mendalam

(4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang

(5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual c) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

(1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri (2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

(3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, dan peranan terhadap remaja)

(4) Dapat mewujudkan perasaan cinta

(5) Memiliki kemampuan berpikir khayal yang abstrak b. Perkembangan psikologi remaja

1) Budaya merupakan pandangan hidup suatu masyarakat atau suatu system pedoman hidup/ cita-cita yang ingin dicapai suatu masyarakat.

2) Sosial merupakan kekuatan dengan serangkaian peraturan umum, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengenai tingkah laku manusia baik atau buruk. Pantas atau tidak.

(3)

3) Lingkung berpengaruh terhadap perkembangan remaja yang sangat kuat. Jadi, lingkungan kurang baik mengakibatkan banyak remaja yang salah pergaulan.

4) Agama merupakan system kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial, dan agama berkaitan dengan pengalaman manusia dengan system keyakinan / kepercayaan yang di anut.

(Noorkasiani, 2009)

c. Perubahan Fisik Pada masa remaja

Seseorang yang sudah memulai menapaki usia remaja akan mengalami perubahan-perubahan baik itu psikologis, fisik maupun biologisnya. Ada 2 kategori perubahan secara seksual yang biasa dialami oleh seorang yang memasuki usia remaja yaitu:

1) Perubahan seks primer

Perempuan biasanya ditandai dengan adanya haid pertama (menarche). Sedangkan perkembangan organ seks pria ditandai oleh adanya ‘minopi polusi’ atau “mimpi basah” yang dikenal dengan nactumal emassion.

2) Perubahan seks sekunder

Perempuan yang ditandai dengan pinggul yang makin membesar dan membulat, buah dada yang semakin tampak menonjol, tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan dan kaki, ada peralihan suara kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodious),

(4)

kelenjar keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat, serta kulit menjadi lebih kasar dibanding kulit anak-anak.

Sedangkan gejala perubahan pada laki-laki antara lain ditandai dengan adanya otot-otot tubuh, dada, lengan, paha, dan kaki yang tumbuh dengan kuat, tumbuhnya rambut didaerah kelamin, betis dan kadang-kadang dada, terjadi perubahan suara yaitu nada pecah dan suara merendah hingga sampai akhir masa remaja, volume suara turun satu oktaf, aktifnya kelenjar ini menghasilkan keringat yang banyak walaupun remaja tersebut bergerak sedikit saja. (Kumalasari, 2012).

Perubahan perilaku yang tampak adalah ditunjukkan dalam sikap, perasaan keinginan dan perbuatan-perbuatan, sikap pubertas yang paling menonjol antara lain adalah sikap tidak tenang dan tidak menentu, hal yang dahulu menarik sekarang tidak lagi, adanya penentangan terhadap orang lain seakan-akan ingin mengatasi kesenangan orang lain, penentangan terutama tertuju pada orang dewasa atau orang yang lebih berkuasa, adanya sikap negatif yaitu kurang hati-hati, gemar membicarakan orang lain, cepat tersinggung, mudah curiga dan sebagainya (Bachtiar, 2004).

(5)

d. Ciri-Ciri Remaja

Perubahan pada masa remaja disebut sebagai masa pubertas. Pubertas yaitu suatu periode dimana anak sudah dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologisnya berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak. Hal ini disebabkan karena adanya hormon testosteron pada laki-laki dan progesteron serta estrogen pada perempuan. Masa pubertas yang muncul bersamaan dengan adanya hormon seksual tersebut adalah masa yang khusus dimana seorang anak merasakan adanya kebutuhan yang sangat kuat terhadap lawan jenis atau muncul dorongan seksual.

Selain itu pada masa remaja pubertas emosional remaja mengalami pasang surut dan cenderung selalu menarik. Namun, seiring dengan kematangan emosional remaja tersebut, perkembangan fisik dan mental remaja mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan cenderung drastis.

Akibatnya, karena fungsi hormon seksual sudah mulai berfungsi, remaja mulai bisa mengarahkan segala perilakunya kepada lawan jenis. Mereka mulai berkehendak untuk berteman, bersosialisasi, berhubungan dan bahkan mengganggu lawan jenis (Bachtiar, 2004).

(6)

e. Perubahan kejiwaan pada masa remaja

Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah sebagai berikut:

1) Perubahan emosi

a) Sensitif: perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dengan lingkungan dan perubahan fisik yang

menyebabkan remaja sangat sensitive. Misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bias tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, terlebih sebelum menstruasi.

b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung sehingga mudah terjadi perkelahian/tawuran pada anak laki-laki, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu. c) Adanya kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih

senang pergi bersama dengan temannya dari pada tinggal di rumah.

(7)

2) Perkembangan inteligensi

a) Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan ktitikan.

b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku mencoba-coba.

Perilaku ingin coba-coba merupakan hal terpenting bagi kesehatan reproduksi remaja. Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah.

(Kumalasari, 2012)

f. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja

Menurut Elizabeth B. Hurlock, beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah sebagai berikut:

1) Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga dimana anak mulai tumbuh dan berkembang.

2) Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/pendidikan formal yang cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya.

3) Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja berupa hal-hal berikut.

(8)

a) Dorongan seksual

Meningkatnya pengaruh hormon yang sedang mengalami masa subur, biasanya kondisi hormone ini menyebabkan remaja menjadi peka terhadap stimulant seksual. Sehingga mendorong munculnya perilaku seksual. (Kusmiran, 2012)

b) Keadaan kesehatan tubuh

Dimana keadaan atau kondisi fisik, mental, dan sosial dalam keadaan baik.

c) Psikis

Psikologis pada masa remaja di bagi menjadi 2 aspek

(1) Orientasi seksual adalah rasa tertarik terhadap lawan jenis yang timbul dan sejalan dengan berkembang minat terhadap aktivitas yang berhubungan dengan seks.

(2) Peran seks adalah Menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu selaras dengan jenis kelamin. (Kusmiran, 2012)

d) Pengetahuan seksual

Kurangnya pemahaman pengetahuan perilaku seksual remaja dapat mengakibatkan penyimpangan seksual, kehamilan diluar nikah.

(9)

e) Pengalaman seksual sebelumnya

Orang yang mempunyai pengalaman yang jauh/luas tentang bagaimana hubungan seksual, apalagi dengan sekarang adanya alat kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya pembuahan/ kehamilan. (Kumalasari, 2012)

2. Pacaran a. Pengertian

Pacaran adalah Masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, yaitu ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari masing-masing individu. Bila berlanjut, masa pacaran dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa pernikahan. (Agus, 2004). Ketertarikan antar remaja yang berpacaran di pengaruhi oleh 2 aspek yaitu: intimasi dan passion.

1) Intimasi yaitu suatu hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling percaya, dan saling menerima antara individu yang satu dengan individu yang lain.

2) Passion adalah suatu terjadinya hubungan antar individu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis. Dan Ketertarikan fisik, atau dorongan seksual.

Dengan hadirnya kedua factor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantis. (Agus, 2004)

(10)

b. Pacaran Sehat dan Pacaran Tidak Sehat

(Menurut dr lwan, 2010). Banyak orang tua mengatakan bahwa pacaran remaja zaman sekarang sudah tidak sehat dan terlalu berani. Sebenarnya definisi pacaran sehat itu adalah:

(Menurut Dina. 2011). Definisi pacaran sehat adalah pacaran yang baik. Yaitu artinya dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikis, dan sehat secara sosial:

1) Pacaran sehat

(1) Sehat secara fisik.

Sehat fisik yaitu tidak ada kekerasan dalam pacaran. Pasangan yang memiliki rasa menghargai, menghormati dan tidak melakukan kekerasan misalnya bertindak menampar atau memukul.

(2) Sehat secara psikis.

Hubungan kita dengan orang lain akan terjalin baik apabila ada rasa nyaman. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan. Misalnya perasaan sedih, takut.

(3) Pacaran sehat secara social

Dalam berpacaran tidak mengganggu lingkungan masyarakat, sehingga menimbulkan ketidak nyamanan lingkungan.

Misalnya kita berpacaran tidak tau waktu atau berbuat tidak senonoh di muka umum.

(11)

2) Pacaran tidak sehat

Pacaran tidak sehat yaitu meliputi kissing, necking, petting, intercourse. Biasanya para remaja melakukan pacaran tidak sehat ini bertujuan untuk menunjukan rasa cinta sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual. Biasanya perilaku mencemaskan ini dimulai dengan berciuman ( kissing) dengan pasangan, yang lama-lama berlanjut ke necking (mencium leher sampai meraba-raba tubuh). Jika sudah sampai ketahap necking maka sangat mungkin untuk berlanjut ke petting (saling menggosok- gosokkan alat kelamin). Apabila telah melakukan petting maka biasanya aktivitas ini berlanjut pada tahap intercourse. Hal ini disebabkan rangsangan yang dihasilkan oleh petting menimbulkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan untuk melakukan intercourse.

Dengan terjadinya intercourse, tentu resiko terjadinya kehamilan akan sangat besar. (dr. Iwan, 2010)

(1) Kissing

Ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan French kiss. (Mira, 2010)

(12)

(2) Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam. (Mira, 2010)

(3) Petting

Merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah diluar atau di dalam pakaian. (Mira, 2010) c. Fungsi pacaran

Menurut Paul dan White, ahli psikologi perkembangan remaja, 8 fungsi pacaran yaitu sebagai berikut:

1) Pacaran sebagai masa rekreasi, karena remaja memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Dianggap menyenangkan, karena remaja memperoleh pengalaman baru untuk menempuh kehidupan bersama dengan seorang yang dikasihi, disayangi, atau dicintainya. Sehingga kehadiran orang yang dicintai akan dapat membangkitkan semangat hidup.

(13)

2) Pacaran sebagai sumber status dan prestasi.

Mempunyai atau memperoleh seorang pacar, berarti diri seseorang telah berhasil menjalani hubungan intensif, sehingga tercipta hubungan yang akrab dengan pacarnya. Seorang pacar dianggap lebih dari sekedar teman/sahabat, karena untuk memperoleh seorang pacar, seseorang harus berupaya mengenal pribadi secara mendalam yang di tandai oleh unsur saling percaya.

3) Pacaran sebagai proses sosialisasi.

Dalam masa pacaran, seorang individu akan dapat bergaul untuk belajar mengenal, menyerap nilai-nilai, norma, etika sosial dari kelompok sosial lainnya, sehingga diharapkan ia akan dapat berperilaku sesuai dengan aturan-aturan norma sosial.

4) Pacaran melibatkan kemampuan untuk bergaul secara intim, akrab, terbuka, dan bersedia untuk melayani/membuat individu yang lain sejenis.

Dalam masa pacaran, seorang individu di tuntut untuk dapat memperhatikan kebutuhan orang yang dicintai. karena mencintai berarti memberi perhatian kebutuhan orang lain, sehingga orang tersebut sudah sepantasnya ditolong, dibantu, dihargai, dijaga lebih dari sekedar orang lain atau teman.

(14)

5) Pacaran sebagai penyesuaian normative.

Artinya masa ini dapat dipandang sebagai masa persiapan untuk menguji kemampuan dan menyalurkan kebutuhan seksual secara normative, terhormat, sesuai dengan norma masyarakat.

6) Pacaran sebagai masa sharing: mengekspresikan perasaan, pemikiran atau pengalaman.

Masa pacaran ini akan memberikan kesempatan individu agar berperan sebagai teman untuk berinteraksi maupun membagi berbagai pengalaman, perasaan, pemikiran, atau aktivitas kepada lawan jenis. (pacar). Dengan demikian, individu dapat mengurangi beban stress, masalah pibadi dan dapat mengikis sifat-sifat egois pibadi.

7) Pacaran sebagai masa pengembangan identitas.

Masa pacaran memberikan pengalaman penting yang berpengaruh bagi pembentukan dan pengembangan identitas diri seorang individu.

8) Pacaran sebagai masa pemilihan calon pasangan hidup.

Masa pacaran ini berfungsi sebagai masa pencarian, pemilihan, dan penentuan calon teman hidup untuk persiapan dalam pernikahan guna membangun rumah tangga baru. (Agus, 2004)

(15)

d. Faktor yang mempengaruhi pacaran 1) Umur

Faktor umur sangat penting. Semakin lanjut usia, diharapkan mereka juga lebih memperhatikan kematangan. Taraf kematangan ini di perlukan supaya mereka dapat mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya dengan batas-batas kesopanan.

2) Sifat pacaran

Pergaulan bebas sering dimulai dengan pergaulan yang biasa dikenal sebagai pacaran. Sesungguhnya pacaran juga meliputi unsur lain, bukan sekedar berkumpul untuk belajar, melainkan ada unsur rasa senang dari keadaan pertemuan itu.

3) Tingkat pacaran

Bila selanjutnya perasaan yang mulai timbul dengan pacaran diumpamakan dengan muatan listrik, jarak antara kedua individu yang sedang mengalaminya akan menentukan tingkat pacaran itu. Semakin dekat, semakin besar kemungkinana persentuhan yang dapat menimbulkan “korsleting” ataupun aliran listrik yang memberipercikan bunga api cinta. (Prof. Dr. Singgih, 2012).

(16)

3. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung maupun tidak langsung dapat diamati pihak luar. (Notoatmodjo, 2010)

Perilaku kesehatan (Healt behavior) adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (Observable) atau yang tidak dapat di amati (Unobserveble) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. (Notoatmodjo, 2010)

Menurut Bloom dalam buku Notoatmodjo (2010) untuk kepentingan pendidikan praktis di kembangkan menjadi tiga ranah perilaku yaitu: 1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tau seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengalan secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.untuk mengetahui seseorang itu tahu sesuatu dapat menggunakan perrtanyaan-pertanyaan.

(17)

b) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu terhadap obyek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui.

c) Aplikasi (Apllication)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahi obyek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan dengan prinsip yang sudah diketahui dengan stimulasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemempuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari kompenen-kompenen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang diketahui.tingkatan analisis adalah apabila seseorang tersebut telah dapat membedakan, memilsahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas obyek. e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari kompenen-kompenen pengetahuan yang dimiliki.dengan

(18)

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penelian terhadp suatu obyek tertentu.penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2) Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulasi atau obyek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik, dan sebagainya)

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tinggi berdasarkan intensitasnya sebagai berikut :

a) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subyek mau menerima stimulasi yang diberikan (obyek).

b) Menanggapi (Responding)

Menanggapi di sini diartiakn memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi.

(19)

c) Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subyek atua seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulasi dalam arti membahasnya.

d) Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya,harus berani mengambil resiko bila ada orang lain mencemooh atau ada resiko lainnya. 3) Tindakan atau Praktik (Practice)

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya yaitu:

a) Praktik terpimpin (Guided response)

Subyek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b) Praktik secara mekanisme

Subyek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

(20)

c) Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau prilaku yang berkualitas.

(21)

B. KERANGKA TEORI

Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pacaran

Sumber: (Singgih, 2012) C. KERANGKA KONSEP A. Umur B. Sifat Pacaran C. Tingkat Pacaran Perilaku pacaran Sehat Tidak Sehat

Perilaku pacaran Pacaran sehat

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bidang mikrobiologi, agar bakto digunakan untuk pertumbuhan bakteri, karena agar bakto lebih murni dibandingkan dengan agar – agar, sehingga lebih transparan dan

Dari data-data yang telah didapatkan, serta dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa perancangan animasi 3 dimensi pengenalan karakter Semar dalam wayang Purwa

Maka dengan diketahuinya hubungan kecukupan gerak fisik harian dengan tingkat kebugaran jasmani siswa kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Gresik dimaksudkan agar siswa yang memiliki

Skripsi yang berjudul “Efek Antidibetes Fraksi Petroleum Eter Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) pada Tikus Putih “ ini diajukan untuk memenuhi salah satu

Melalui latar sosial yang tergambar dalam teks, disertai dengan lakuan tokoh utama Bendoro (laki-laki) dan Gadis Pantai (perempuan), saya mengaji novel ini

Berdasarkan tabel 6 Menunjukkan Karakteristik responden berdasarkan Cara Mengatasi Pre Menstruasi Syndrome (PMS) pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 5 Jombang

Poligami adalah suatu ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa (lebih dari satu) istri dalam satu waktu bersamaan.Poligami merupakan suatu bentuk

mengatasi kelemahan tersebut, di antaranya melalui pelatihan permainan tradisional eduka- tif bagi orang tua yang dikembangkan dan di rekomendasikan, mengigat hasil