• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendali Lampu Jarak Jauh Menggunakan Ponsel Berbasis Mikrokontroler AT89S51.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengendali Lampu Jarak Jauh Menggunakan Ponsel Berbasis Mikrokontroler AT89S51."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH MENGGUNAKAN PONSEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

SRI MAYANG SARI

082408012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH MENGGUNAKAN PONSEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH

MENGGUNAKAN PONSEL BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SRI MAYANG SARI

Nomor Induk Mahasiswa : 082408012

Program Studi : DIPLOMA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2011

Diketahui oleh

Ketua Program Studi D-3

Fisika Instrumentasi ________________Pembimbing

(4)

PERNYATAAN

PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH MENGGUNAKA PONSEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

SRI MAYANG SARI

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rhmat dan

hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pengendali

Lampu Jarak Jauh Menggunakan Ponsel Berbasis Mikrokontroler AT89S51.

Sholawat serta salam semoga selalau tercurahkan kepada junjungan Rasul mulia

pemimpin umat, Nabi bear Muhammad SAW, semoga mendapat syafaatnya di

yaumul akhir.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini saya masih jauh dari sempurna. Untuk itu

saya selaku penulis atau penyusun Tugas Akhir menerima saran yang bersifat

membangun, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dengan

selesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini penulis menucapkan terima kasih

kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Kedua orang tua saya, Ibu Nurhayati, Bapak

Khairul Ashwan, serta abang dan adik saya, Dian dan Wawan, terima kasih atas

smua kasih sayang, dukungan dan do’a dari awal hingga akhir sehingga saya dapat

menyelesaikan Tugas Akhir. Ibu Dr. Susilawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi

D3 Fisika Instrumentasi. Bapak Dr. Kerista Tarigan, M.Eng.Sc, selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini

sehingga dapat diselesaikan. Bapak, Dr. Sutarman, M.Sc, selaku Dekan Fakultas

MIPA Univeritas Sumatera Utara. Seluruh Dosen/Staff pengajar pada Departemen

Fisika Universitas Sumatera Utara. Seluruh teman-teman Fisika Instrumentasi

stambuk 2008, khususnya buat sahabat-sahabat saya Dian, Irma, Yogi, Melda,

Aidil. Untuk abang Bryan dan kakak Risma terimakasih sudah membantu saya

untuk menyelesaiakn Tugas Akhir ini, dan buat abang Riadi terimakasih sudah

memberi dukungan dan semangat.

Penulis menyadari dalam pembuatan Tugas Akhir ini masih jauh dai

sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang berguna untuk perbaikan laporan

ini penulis terima dengan senang hati. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

(6)

ABSTRAK

Ponsel yang kita miliki, selain dapat digunakan sebagai alat komunikasi

juga dapat digunakan untuk mengendalikan peralatan-peralatan elektronik dari

jarak jauh, dengan memanfaatkan komunikasi DTMF (Dual Tone Multi

Frequency).

Saat terjadi penekanan pada salah satu tombol yang ada pada ponsel, maka

akan terjadi tone yang akan dikirimkan ke ponsel penerima. Tone ini kemudian

diterjemahkan oleh IC DTMF decoder (IC HT9170) sehingga menjadi data biner.

Data biner ini kemudian dioah oleh stasiun pengendali dan dianggap sebagai suatu

perintah untuk menghidupkan/mematikan lampu tertentu yang terdapat pada

stasiun pengendali.

Jadi dengan menekan tombol-tombol tertentu yang terdapat pada ponsel,

maka kita dapat mengendalikan lampu-lampu yang berada di stasiun penerima, dari

(7)

DAFTAR ISI

2.1 Telepon Dual Tone Multiple Frekuensi (DTMF) 6

2.2 IC DTMF 8

2.6.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 25

2.6.3 Software Downloader 26

BAB III Perancangan Alat 27

3.1 Diagram Blok Rangkaian 27

3.2 Rangkaian Power Suplay (PSA) 28

3.3 Perancangan Rangkaian Penguat 29

3.4 Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder 30

3.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 31

3.6 Parancangan Rangkaian Relay 33

3.7 Program yang diii pada Mikrokontroler AT89S51 pada alat 36

3.8 Flowchart 41

BAB IV Pengujian Dan Analisa Sistem 44

4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya 44

4.2 Pengujian Rangkaian Minimum Mikrokontroler AT89S51 44

4.3 Pengujian Rangkaian Penguat 45

(8)

4.5 Pengujian Rangkaian Relay 47

BAB V Kesimpulan Dan Saran 49

5.1 Kesimpulan 49

5.2 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Frekuensi Tinggi Dan Rendah 7

Tabel 2.3 Fungsi-Fungsi dari Port 3 pada Mikrokontroler AT89S51 15

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Tegangan OP-Amp 46

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2 IC HT9170 9

Gambar 2.3 Mikrokontroler AT89S51 13

Gambar 2.4 Transistor sebagai Saklar ON 17

Gambar 2.4.1 Karakteristik daerah saturasi pada transistor 18

Gambar 2.4.2 Transistor sebagai Saklar OFF 19

Gambar 2.6.2 8051 Editor, Assembler, Simulator 25

Gambar 2.6.3 Software ISP-Flash Programmer 3.0a 26

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 27

Gambar 3.2 Rangkaian Power Suplay (PSA) 28

Gambar 3.3 Rangkaian Penguat 29

Gambar 3.4 Rangkaian DTMF Dekoder 30

Gambar 3.5 Rangkaian Minimum Mikrokontroler AT9S51 32

Gambar 3.6 Rangkaian Relay 34

(11)

ABSTRAK

Ponsel yang kita miliki, selain dapat digunakan sebagai alat komunikasi

juga dapat digunakan untuk mengendalikan peralatan-peralatan elektronik dari

jarak jauh, dengan memanfaatkan komunikasi DTMF (Dual Tone Multi

Frequency).

Saat terjadi penekanan pada salah satu tombol yang ada pada ponsel, maka

akan terjadi tone yang akan dikirimkan ke ponsel penerima. Tone ini kemudian

diterjemahkan oleh IC DTMF decoder (IC HT9170) sehingga menjadi data biner.

Data biner ini kemudian dioah oleh stasiun pengendali dan dianggap sebagai suatu

perintah untuk menghidupkan/mematikan lampu tertentu yang terdapat pada

stasiun pengendali.

Jadi dengan menekan tombol-tombol tertentu yang terdapat pada ponsel,

maka kita dapat mengendalikan lampu-lampu yang berada di stasiun penerima, dari

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sistem pengendalian merupakan hal yang penting di bidang teknologi dan industri.

Banyaknya peralatan, terutama peralatan elektronik yang harus dikendalikan atau

luasnya suatu wilayah (misalnya gedung atau pabrik) yang peralatan-peralatan

elektroniknya harus dikendalikan, sehingga dibutuhkan suatu ruang kendali yang

dapat mengendalikan peralatan-peralatan elektronik tersebut.

Namun akan ada masalah jika ruang kendali ada di beberapa tempat,

sehingga untuk mengendalikan peralatan elektronik tersebut, seseorang harus

berpindah dari satu tempat pengendalian ke tempat pengendalian berikutnya, cara

seperti ini akan memakan banyak waktu. Pada kasus lain mengenai pentingnya

sistem pengendalian yaitu pada perumahan. misalnya saat seseorang

menginggalkan rumah, mungkin sebagian orang lupa mematikan salah satu lampu

listrik yang ada di rumahnya. Jika hal ini terjadi akan sangat merepotkan jika orang

tersebut harus kembali ke rumah hanya untuk mematikan lampu tersebut. Atau

kalau dibiarkan lampu itu tetap menyala, maka ini merupakan suatu pemborosan.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas diperlukan suatu alat

yang dapat mengendalikan lampu-lampu atau peralatan-peralatan elektronika dari

jarak jauh, misalnya dengan menggunakan ponsel. Sehingga dengan demikian

semua peralatan elektronik dapat dikendalikan dari jarak yang jauh dengan

(13)

Untuk merancang alat seperti ini dibutuhkan sebuah sebuah alat/komponen

yang dapat mengendalikan peralatan peralatan elektronika tersebut. Kemampuan

ini dimiliki oleh sebuah komputer (PC), namun tidaklah efisien jika harus

menggunakan komputer hanya untuk keperluan tersebut diatas. Untuk itu

komputer dapat digantikan dengan sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler

merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya terdapat sebuah prosessor dan

flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali, sehingga biaya

pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi kembali

dengan program lain sesuai dengan kebutuhan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka dalam tugas

akhir ini akan dibuat sebuah alat yang dapat pengendali lampu jarak jauh

menggunakan ponsel berbasis mikrokontroler AT89S51.

Pada alat ini akan digunakan sebuah mikrokontroler AT89S51, sebuah

ponsel yang dihubungkan ke alat untuk menerima sinyal dari ponsel pemilik,

sebuah IC DTMF decoder, dan beberapa buah lampu sebagai beban yang akan

dikendalikan. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi

mengambil data yang diterima dari IC DTMF decoder kemudian mengolahnya

untuk dapat mengendalikan hidup/matinya lampu, selain itu alat ini juga dapat

memberitahukan status ( keadaan ) peralatan yang telah dikendalikan oleh pemilik

(14)

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai pusat kendali dari system

pengendalian peralatan elektronik dari jarak jauh dengan menggunakan

ponsel.

2. Memanfaatkan ponsel untuk mengendalikan peralatan-peralatan elektronik

dari jarak jauh.

3. Membuat alat sederhana yang dapat mengendalikan peralatan-peralatan

elektronik dari jarak jauh.

4. Membuat sebuah alat yang dapat mengendalikan lampu agar bekerja secara

otomatis.

1.4.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai

berikut

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51.

2. Alat yang dikendalikan dari jarak jauh disimulasikan dengan 7 buah lampu

pijar yang dihubungkan ke rangkaian.

3. Lampu dapat dihidupkan/dimatikan secara otomatis dengan cara menekan

tombol-tombol pada ponsel pemilik.

4. Ponsel yang digunakan adalah jenis Nokia.

5. Sinyal feedback yang dikirimkan ke pemilik sebagai indikator

(15)

1.5.Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat yang dapat

mengendalikan lampu dari jarak jauh dengan menggunakan ponsel, maka penulis

menulis laporan ini sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika

penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung

yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian

Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51

(hardware dan software), bahasa program yang digunakan, serta

cara kerja dari IC DTMF decoder

BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram

blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan

diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler

AT89S51.

BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem

(16)

untuk mengaktipkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang

diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah

rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan

perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja

(17)

BAB II

TEORI

2.1. Telepon Dual Tone Multiple Frequency (DTMF)

Setelah beralih ke teknologi digital,cara meminta nomor sambungan telepon tidak

lagi dengan cara memutar piringan angka tetapi dengan cara memencet

tombol-tombol angka.Cara ini dikenal dengan Touch Tone Dialing,sering juga disebut

sebagai DTMF (Dual Tone Multiple Frequency).

Telepon PSTN maupun Handphone saat ini menggunakan system DTMF

yaitu Dual Tone Multiple Frequency. DTMF membangkitkan suatu sinyal nada

yang merupakan kombinasi dari 2 buah nada yang memiliki frekuensi rendah dan

frekuensi tinggi. Telepon PSTN pada umumnya memiliki 10 buah tombol ditambah

* dan # sebagai jumlahnya adalah 12.Sebenarnya disamping 12 angka dan symbol

tersebut masih ada 4 huruf yang bias kita letakkan disana katakanlah disana

A,B,C,dan D.Jadi semuanya terdapat 16 tombol.Didalam komunikasi ke 16 tombol

tersebut dikirimkan dengan 2 frekuensi yang berbeda. Satu frekuensi tinggi dan

satu lagi masuk ke dalam grup rendah.Masing-masing grup memiliki 4 macam

variasi (nilai frekuensi)sinyal sehingga dengan 2 grup frekuensi tadi dapat di

kodekan 16 (4 pangkat 2 ) macam symbol.Untuk lebih jelas pada table 2.1 di

(18)

Tabel 2.1. Frekuensi Tinggi dan Rendah

Frekuensi

Rendah

Frekuensi

Tinggi

Tombol yang

ditekan

697 Hz 1209 Hz 1

697 Hz 1366 Hz 2

697 Hz 1477 Hz 3

770 Hz 1209 Hz 4

770 Hz 1366 Hz 5

770 Hz 1477 Hz 6

852 Hz 1209 Hz 7

852 Hz 1366 Hz 8

852 Hz 1477 Hz 9

941 Hz 1209 Hz *

941 Hz 1366 Hz 0

(19)

2.2. IC DTMF

IC DTMF adalah suatu gelombang frekuensi yang terdiri dari dua buah frekuensi

nada yang berbeda nilainnya tetapi dibangkitkan dalam waktu bersamaan sehingga

menghasilkan sebuah nada dengan frekuensi tertentu. Adapun jenis-jenis IC DTMF

:

1. DTMF MT8870

2. DTMF HT9170

3. DTMF MC145436

4. DTMF MT8880

5. DTMF MT8888

IC yang dipakai adalah DTMF HT9170. IC HT9170 merupakan IC

penerima DTMF yang didalamnya terdapat dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai

filter band pass dan penerjemah data digital (digital decoder). Pada bagian filternya

menggunakan tehnik switch dari kapasitor untuk kelompok filter high pass dan

filter low pass. Tehnik mengirimkan angka-angka pembentuk nomor telepon dan

dikodekan dengan dua nada yang dipilih dari 8 buah frekuensi yang sudah

ditentukan. 8 frekuensi tersebut adalah 697Hz, 770Hz, 852Hz, 941Hz, 1209Hz,

1336Hz, 1477Hz, 1633Hz. Angka 1 dikodekan dengan 697Hz dan 1209Hz, angka

9 dikodekan dengan 852Hz dan 1477Hz. Kombinasi dari 8 frekuensi tersebut bias

dipakai untuk mengkodekan 16 tanda, tapi pada pesawat telepon bisanya tombol A,

B, C dan D tidak dipakai. Alat pengirim kode DTMF meripakn rangkaian ocilator

yang masing-masing membangkitkan frekuensi, ditambah dengan rangkaian

pencampur frekuensi untuk mengirimkan dua nada yang terpilih. Pada bagian

(20)

menerjemahkan 16 pasang nada DTMF menjadi 4 bit kode. IC HT9170

ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.2 IC HT9170

IC HT9170 ini akan menterjemahkan sinyal yang ada diberikan pada

inputnya, yang merupakan sinyal DTMF, menjadi 4 bit data digital pada outputnya.

IC HT9170 akan mengkodekan sinyal DTMF yang masuk dan menghasilkan

pulsa-pulsa keluaran melalui pin 11, 12, 13, 14, 15 akan berlogik 1 setiap ada sinyal

DTMF (bila keypad ditekan), namun akan kembali berlogik 0 bila keypad tidak

ditekan. Sebaliknya bila outputnya dari pin 11, 12, 13 dan 14 (D0, D1, D2 dan D3)

akan terkunci pada masukan sinyal DTMF terakhir.

Fungsi-fungsi pin IC HT9170. VP (PIN 1)

Non inverting op-amp input

VN (PIN 2)

Inverting input

GS (PIN 3)

Gain mengatur differensial amplifier yangdihubungkn dengan R umpan

(21)

FREF (PIN 4)

Referensi tegangan keluaran (setengah tegangan catu daya)

INH (PIN 5)

Hubungan internal,harus dihubungkan ke Vss

PWDN (PIN 6)

Hubungan internal harus dihubungkan ke Vss

X1 (PIN 7)

Masukan detak osilator

X2 (PIN 8)

Keluaran detk osilator, sebuah kristal 3,579545 mHz dihubungkan antara

pena X1 dan X2 untuk melengkapi data internal

Vss (PIN 9)

Catu daya negative

OE (PIN 10)

Logikal tinggi enable output D0-D3. Pin ini dipull up ke masukan

D0-D3 (PIN 11-14)

Three State Daya (Output). Ketika dienabel oleh OE berubah ke logic

rendah keluaran data mempunyai impedansi tinggi

DV (PIN 15)

Delayed Streering (output). Menghasilkan logika tinggi ketika keluaran

latch up date dan akan berlogika rendah ketika tegangan pada St/Gt jatuh dibawah

VTST

(22)

Early Streering (output). Menghasilkan logika tinggi setiap logaritma digital

dideteksi secara sah oleh pasangan frekuensi. Pada saat kondisi kehilangan sinyal

akan mengakibatkan EST kembali ke ligika rendah

RT/GT (PIN 17)

Rt/Gt Streering Input Gitard Time (output) Bidirectional. Tegangan yang

lebih besar dari VTST dideteksi oleh St dan menyebabkan sinyal deteksi oleh

pasangan frekuensi dan akan mengupdate keluaran latch

VDD (PIN 18)

Tegangan power supplay positif

2.3. Mikrokontroler AT89S51

Dalam perancangan alat sebagai suatu system pengaman gerbang dengan

menggunakan password dari handphone, dengan menggunakan mikrokontroler

AT89S51. . Mikrokontroler pada dasarnya adalah mikrokomputer yang memiliki

kelebihan dalam mengendalikan peralatan luar secara otomatis. Proses kerja

mikrokontroler diatur oleh mikrokomputer yang merupakan ‘otak’ dari setiap

operasi yang dilakukan. Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi dan

mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

baru.

Sebagai teknologi baru, yaitu mikrokontroler teknologi semikonduktor

dengan memuat kandungan transistor yang lebih banyak dalam ruangan kecil serta

dapat di produksi secara missal (dalam jumlah banyak) sehingga harga semakin

lebih murah (dibandingkan dengan mikrokomputer). Sebagai kebutuhan

(23)

membutuhkan dan keinginan alat-alat Bantu dan mainan yang lebih canggih serta

dalam pendidikan.

Tidak seperti system computer, yaitu mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolahan kata, pengolah angka, dan lain sebagainya).

Mikrokontroler hanya bias digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada system komputer

perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna

disimpan dalam ruangan RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin

antarmuka perangkat disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada

mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program

control disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM

digunakan sebagai penyimpan sederhana saja, termasuk register-register yang

digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

Pada sub-bab ini akan dibahas secara khusus yang berhubung dengan

digunakan dalam penelitian yaitu mikrokontroler AT89S51. Mikrokontroler

AT89S51 merupakan keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Hal-hal yang terdapat

pada penjelasan mikrokontroler MCS-51 juga berlaku untuk mikrokontroler

AT89S51.

Beberapa fasilitas yangdimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 sebagai berikut :

1. 8 byte Downloadable Flash Memori.

2. 2 Kbyte EPROM.

3. 3 Levvel program memori lock.

(24)

5. 32 I/O yang dapat dipakai semua.

6. Programble UART (serial port).

7. 3 alat Timer/Counter 16 bit.

8. Serial Interface.

9. Frekuansi kerja 0 sampai 24 MHz.

10.Tegangan operasi 2,7 Volt sampai 6 Volt.

Di tunjukkan pada gambar 2.3 :

(25)

Semua pin pada mikrokontroler Atmel AT89S51 adalah sama dengan

keluarga Mikrokontroler MCS-51. Namun pada port 1 Mikrokontroler Atmel

AT89S51 terdapat beberapa fungsi khusus yang tidak terdapat pada mikrokontroler

MCS-51.

VCC (Pin 40)

VCC berfungsi sebagai suplai tegangan.

GND (Pin 20)

GND berfungsi sebagai ground.

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data

ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O

biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat

diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, por ini akan

mempunyai internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull

up, terutamapada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat

mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan

mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal

pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output,

port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

(26)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga

mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 Fungsi-Fungsi dari Port 3 pada Mikrokontroler AT89S51

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari

alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam

(PROG) selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam Store Enable (PSE) digunakan untuk mengakses memori progam

eksternal.

(27)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler

akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset.

Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada

memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12

Volt.

XTAL1 (pin 19)

XTAL1 merupakan input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

XTAL2 merupkan output dari osilator.

2.4. Transistor sebagai Saklar

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagaikomponen saklar (switching)

dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut

off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emitter

secara ideal dengan nol atau kolektor dan emitter terhubung langsung (short).

Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emitter (VCE) = 0 Volt pada keadaan

ideal,tetapi pada kenyataan VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan

menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on

seperti pada gambar 2.4 di bawah:

(28)

Gambar 2.4 Transistor sebagai Saklar ON

Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi

maksimum dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :

Rc

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah :

(29)

Jika tegangan VB telah mencapai B B VBE

akan saturasi, dengan Ic mencapai maksimum.

Gambar 2.4.1 dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE

(sat) adalah harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya

ditentukan pada lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt,

walaupun pada arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt.

Gambar 2.4.1 Karakteristik daerah saturasi pada transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter

secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka

(open).

Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber

(Vcc). Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat

arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai

(30)

Gambar 2.4.2 Transistor Sebagai Saklar OFF

Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama

dengan tegangan kerja transistor (VBE) sehingga arus basis (IB) = 0 maka :

hfe I

IB = C ………(2.6)

IC = IB . hfe ….………(2.7)

IC = 0 . hfe ………..………(2.8)

IC = 0 ………..(2.9)

Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :

Vcc = Vc + VCE …………..………(2.10)

VCE = Vcc – (Ic . Rc)

…..………(2.11)

VCE = Vcc

…..………(2.12) Saklar Off Vcc

Vcc

IC R

RB

VB

IB VBE

(31)

2.5. Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetic yang bekerja bila mendapat catu dan

suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus

dipenuhi output rngkaian pendriver dan pengemudinya. Arus yang digunakan pada

rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan

pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak

kontak menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak

menglami gaya listrik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas

dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada

kumparan relay. Dan relay akan kembali keposisi semula yaitu normal ON atau

normal OFF, bila tidak ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay

tergantung pada jenis relay yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung

pada keadaan yang diinginkan dalam suatu rangkaian.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus

(32)

2.6. Perangkat Lunak

2.6.1. Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah

bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada

bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang

hanya 10 instruksi. Instruksi –instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau

register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h

...

...

MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20

Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut

(33)

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk

mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil

pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h

Loop: ...

...

DJNZ R0,Loop

...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan

meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

ACALL TUNDA

...

TUNDA:

...

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin

pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

ACALL TUNDA

...

TUNDA:

...

RET

(34)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Loop:

...

...

JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin

yang dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop

...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin

yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

JNB P1.0,Loop

...

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register

dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop

(35)

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin

Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan

instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

DEC R0 R0 = R0 – 1

...

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

INC R0 R0 = R0 + 1

...

(36)

2.6.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada

sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti

gambar 2.6.2 di bawah ini.

Gambar 2.6.2 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian save dan kemudian

di-Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan

kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan

dalam penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus

diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan

ke dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat

peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke

(37)

2.6.3 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller

digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari

internet. Tampilannya seperti gambar 2.6.3 di bawah ini

Gambar 2.6.3 Software ISP- Flash Programmer 3.0a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk

mengambil file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write

(38)

BAB III

PERANCANGAN ALAT

3.1. Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok rangkaian tampak seperti gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Diagram Blok

Secara garis besar perancangan alat pengendali lampu jarak jauh

menggunakan ponsel berbasis mikrokontroler AT89S51. Terdiri dari 7 rangkaian

utama yaitu, handphone, penguat sinyal, DTMF decoder, mikrokontroler, relay dan

lampu. Yang di gunakan sebagai input data adalah handphone, output handphone

berupa sinyal DTMF (Dual Tone Multiple Frekuency) yang merupakan gabungan

dari 2 frekuensi yang berbeda yaitu frekuensi rendah (697Hz sampai 941Hz) dan

frekuensi tinggi (1209Hz sampai 1477Hz). Agar mikrokontroler dapat membaca

sinyal dari handphone, maka terlebih dahulu sinyal tersebut harus dikonversikan Lampu DTMF

Decoder

Relay µC

AT89S51

Ponsel Penerima

Ponsel Pengirim Penguat

(39)

Vreg

menjadi data digital (biner) oleh DTMF decoder. DTMF decoder disini berfungsi

untuk mengubah sinyal DTMF yang di inputkan oleh handphone menjadi 4 bit data

biner. Namun sebelum data tersebut masuk ke DTMF terlebih dahulu sinyal

tersebut harus dikuatkan beberapa kali oleh penguat sinyal karena sinyal yang di

inputkan oleh handphone sangat kecil. Mikrokontroler berfungsi sebagai otak dari

keseluruhan sistem, dimana pada mikrokontroler ini data input akan di olah untuk

dibandingkan dan di eksekusi. Output pada rangkaian ini berupa lampu 220 V AC

yang mana nyala dan matinya dikontrol secara otomatis oleh relay.

3.2. Rangkaian Power Suplay (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari tiga keluaran, yaitu (+) 5 volt, (+) 12 volt

dan (-) 12 volt. Keluaran (+) 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh

rangkaian, keluaran (+) 12 volt digunakan untuk menhidupkan relay dan keluaran

(-) 12 volt untuk mensuplay tegangan negative Op-Amp. Rangkaian tampak seperti

gambar 3.2 di bawah ini :

Gambar 3.2 Rangkaian Power Suplay (PSA)

Trafo merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 15 volt AC akan di

(40)

300

digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan

pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan.

Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensuplay arus apabila terjadi

kekurangan arus pada rangkaian, sehingga yang cukup besar. Tegangan (+) 12 volt

DC langsung dihasilakn oleh regulator tegangan LM7812. Dan tegangan (-) 12 volt

dihasilan oleh regulator tegangan LM7912.

3.3. Perancangan Rangkaian Penguat

Rangkaian penguat ini berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diterima oleh HP

(kabel speaker pada hansfree). Karena sinyal yang diterima oleh HP sangat kecil,

sehingga dibutuhkan penguat. Rangkainan penguat dapat di lihat pada gambar 3.3

berikut ini :

Gambar 3.3 Rangkaian Penguat

Komponen utama dari rangkaian ini adalah Op Amp 741, yang merupakan

(41)

Vc

3.4. Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder

Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah nada tone yang diterima menjadi 4 bit

data biner. Rangkaian DTMF decoder ditunjukkan oleh gambar 3.4 berikut :

Gambar 3.4 Rangkaian DTMF Dekoder

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC HT9170. IC ini merupakan

IC DTMF decoder. IC ini akan merubah tone yang ada pada inputnya menjadi 4 bit

data biner. Jika tne yang di terimanya tone 1, maka output dari rangkian ini adalah

0001, tone yang diterimanya tone 2, maka output dari rangkaian ini adalah 0010,

demikian seterusnya.

Input rangkaian akan di hubungkan dengan penguat sehingga sinyal (tone)

yang berasal dari HP akan diinput ke pin 2 dari IC. Outpit dari rangkaian akan

(42)

yang dikirimkan oleh rangkaian untuk kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk

melaksanakan instruksi selanjutnya.

3.5. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkain μ C AT89S51 pada penelitian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari

seluruh system.. Sinyal yang ditunggu adalah sinyal low. Jadi dalam keadaan

normal, maka masing-masing saklar akan terus-menerus mengirimkan sinyal high.

Ketika terjadi pengiriman sinyal low dari salah satu saklar, maka rangkaian

mikrokontroler AT89S51 ini akan melihat saklar mana yang mengirimkan sinyal

low tersebut kemudian rangkaian mikrokontroler AT89S51 memerintahkan motor

unyuk berhenti berputar. Rangakian mikrokontroler AT89S51 ditunjikan oleh

gambar 3.5 berikut :

(43)

Selain mengecek sinyal yang dikirimkan oleh saklar batas, mikrokontroler

ini juga melihat data yang dikirimkan oleh DTMF decoder dan membandingkannya

data yang benar.

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51.

Kapasitor 10 µF dan resistor K ohm bekerja sebagai “ power on reset “ bagi

mikrokontroler AT89S51 dan kristal 12 MHz bekerja sebagai penentu nilai clock

kepada mikrokontroler, sementara 30 µ F bekerja sebagai resonator terhadap kristal.

Pin 17 yang merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah

LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum

mikrokontroler AT89S8251 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan

program sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian

minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubung

ke Pin 17 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian

minimum tersebut telah siap digunakan. Namun setelah seluruh rangkaian

disatukan, LED yang terhubung ke Pin 17 ini tidak digunakan lagi.

3.6. Perancangan Rangkaian Relay

Beberapa aplikasi pada industri dan kontrol proses memerlukan relay sebagai

elemen kontrol penting. Relay merupakan saklar elektromagnetik yang berfungsi

untuk memutuskan, membuat atau mengubah satu atau lebih kontak elektrik. Ada

beberapa macam relay yang terdapat di pasaran. Pada pokoknya relay digunakan

sebagai alat penghubung pada rangkaian. Relay dapat berupa IC, transistor dan

relay mekanis. Dalam perancangan alat, penulis menggunakan relay mekanis

(44)

4.7kΩ 2SC945 Relay VCC

12V

Sensor Arus

Lampu Beban

Mikrokontroler

Relay pengendali elektromagnetis (an electromechanical relay = EMR)

adalah saklar magnetis. Relay ini menghubungkan rangkaian beban on / off dengan

pemberian energi elektromagnetis, yang membuka atau menutup kontak pada

rangkaian. EMR mempunyai variasi aplikasi yang luas baik pada rangkaian listrik

maupun elektronis. Misalnya EMR dapat digunakan pada kontrol dari kran-daya

cairan dan di berbagai macam kontrol urutan mesin, misalnya operasi pengeboran

(tanah), pengeboran (plat), penggilingan dan pengerindaan. Ditunjukan pada

gambar 3.6 berikut :

Gambar 3.6 Rangkaian Relay dari mikrokontroler

Relay biasanya hanya mempunyai satu kumparan, tetapi relay dapat

mempunyai beberapa kontak. Relay elektromekanis berisi kontak diam dan kontak

bergerak. Kontak yang bergerak dipasang pada plunger. Kontak ditunjuk sebagai

normally open (NO) dan normally close (NC). Apabila kumparan diberi tenaga,

terjadi medan elektromagnetis. Aksi dari medan pada gilirannya menyebabkan

plunger bergerak pada kumparan kontak NO dan membuka kontak NC. Jarak gerak

(45)

membuka ketika tidak ada arus mengalir pada kumparan, tetapi tertutup secepatnya

setelah kumparan menghantarkan arus atau diberi tenaga. Kontak NC akan tertutup

apabila kumparan tidak diberi daya dan membuka ketika kumparan diberi daya.

Masing-masing kontak biasanya digambarkan sebagai kontak yang tampak dengan

kumparan tidak diberi daya. Sebagian besar relay kontrol mesin mempunyai

beberapa ketentuan untuk pengubahan kontak NO menjadi NC, atau sebaliknya. Itu

berkisar dari kontak sederhana (flip-over) untuk melepaskan kontak dan

menempatkan kembali dengan perubahan lokasi pegas.Berikut jenis gambar relay

(46)

3.7. Program yang diisi pada Mikrokontroler AT89S51 pada alat

;= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =; ; program pengendali peralat an elekt ronik ; ; author : m ayang c.s ; ; DII Fisika ;

;= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =;

Ut ama:

mov p0,#0ffh ; isikan ke nilai 0ffh ke p0

call tunda ; panggil tunda

(47)
(48)
(49)
(50)

t unda:

mov r7,#255 t nd:

(51)
(52)

Program diawali dengan start yang berarti rangkaian diaktipkan. Kemudian

program akan menunggu sinyal DTMF. Jika ada sinyal DTMF maka program akan

membandingkan nilai yang masuk dengan nilai 9 atau * atau #. Nilai 9 merupakan

perintah untuk menghidupkan lampu, Nilai * merupakan perintah untuk

mematikan lampu dan Nilai # merupakan perintah untuk mengetahui status

lampu.

Jika nilai yang masuk sama dengan 9 ,maka program akan membandingkan

nilai berikutnya dengan nilai 1, 2, 3 sampai 8. Jika nilai yang diterima sama dengan

1, maka program akan menghidupkan lampu 1, selanjutnya program akan kembali

ke rutin awal untuk mendeteksi pengiriman sinyal DTMF berikutnya. Jika nilai

yang diterima sama dengan 2, maka program akan menghidupkan lampu 2. Hal

yang sama juga terjadi untuk nilai 3 sampai dengan nilai 8.

Jika nilai yang masuk sama dengan * ,maka program akan membandingkan

nilai berikutnya dengan nilai 1, 2, 3 sampai 8. Jika nilai yang diterima sama dengan

1, maka program akan mematikan lampu 1, selanjutnya program akan kembali ke

rutin awal untuk mendeteksi pengiriman sinyal DTMF berikutnya. Jika nilai yang

diterima sama dengan 2, maka program akan mematikan lampu 2. Hal yang sama

juga terjadi untuk nilai 3 sampai dengan nilai 8.

Jika nilai yang masuk sama dengan # ,maka program akan membandingkan

nilai berikutnya dengan nilai 1, 2, 3 sampai 8. Jika nilai yang diterima sama dengan

1, maka program akan mengecek status lampu 1, selanjutnya program akan

mengirimkan status lampu 1 tersebut (program akan mengirimkan tone sekali jika

lampu 1 hidup dan tone 2 kali jika lampu 1 mati), selanjutnya program akan

kembali ke rutin awal untuk mendeteksi pengiriman sinyal DTMF berikutnya. Jika

(53)

selanjutnya program akan mengirimkan status lampu 2 tersebut (program akan

mengirimkan tone sekali jika lampu 2 hidup dan tone 2 kali jika lampu 2 mati),

selanjutnya program akan kembali ke rutin awal untuk mendeteksi pengiriman

sinyal DTMF berikutnya. Hal yang sama juga terjadi untuk nilai 3 sampai dengan

(54)

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

4.1. Pengujian Rangkaian Catu Daya

Pengujian pada bagian rangkaian catu daya ini dapat dilakukan dengan

mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter

digital. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran pertama sebesar + 4,9

volt. Sedangkan tegangan keluaran kedua adalah sebesar +11,9 volt. Dan tegangan

keluaran ketiga sebesar – 12,1 volt. Yang ditunjukan pada gambar 3.2.

4.2. Pengujian Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51

Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan

rangkaian ini dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah

LED indikator, dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk

mengendalikan hidup/mati LED. Dengan demikian LED akan menyala jika

transistor aktip dan sebaliknya LED akan mati jika transistor tidak aktip. Tipe

transistor yang digunakan adalah PNP A733, dimana transistor ini akan aktip

(saturasi) jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika low) dan transistor ini akan

tidak aktip jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika high). Basis transistor ini

dihubungkan ke pin I/O mikrokontroler yaitu pada kaki 28 (P2.7). Yang

ditunjukan pada gambar 3.5

Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke

(55)

Loop:

Cpl P2.7

Acall tunda

sjmp loop

tunda:

mov r7,#255

tnd:

mov r6,#255

djnz r6,$

djnz r7,tnd

ret

Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P2.7 selama selang

waktu tunda. Jika logika pada P2.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian

jiga sebaliknya jika logika pada P2.7 low maka akan diubah ke high, demikian

seterusnya.

Logika low akan mengaktipkan transistor sehingga LED akan menyala dan

logika high akan menonaktipkan transistor, sehingga LED padam. Dengan

demikian program ini akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah

berkedip terus menerus sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian

mikrokontroler telah berfungsi dengan baik.

4.3. Pengujian Rangkaian Penguat

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara mengukur

(56)

pengukuran didapat nilai tegangan yang ditampilkan pada table 4.3 sebagai berikut

:

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Tegangan OP-Amp

Kondisi Input Output

Tidak ada sinyal 0,9 mV 172,2 mV

Ada sinyal 18,3 mV 1,93 V

Dari data yang ada, didapatkan penguatan yang dihasilkan oleh rangkaian

sebesar 191 kali untuk kondisi tidak ada sinyal dan 105 kali penguatan untuk

kondisi ketika ada sinyal (penekanan pada salah satu tombol HP). Yang ditunjukan

pada ganbar3.3.

4.4. Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder.

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengubungkan input

dari rangkaian ini ke rangkaian penguat, kemudian menghubungkannya dengan

kabel speaker pada HP. Selanjutnya tombol pada HP ditekan dan dilihat outpunya.

Yang ditunjukan pada gambar 3.4. Dari hasil pengujian didapatkan data pada table

(57)

Tabel 4.4 Hasil output yang dihasilkan dari tombol-tombol Handphone

Tombol LED1 LED2 LED3 LED4

1 ON OFF OFF OFF

2 OFF ON OFF OFF

3 ON ON OFF OFF

4 OFF OFF ON OFF

5 ON OFF ON OFF

6 OFF ON ON OFF

7 ON ON ON OFF

8 OFF OFF OFF ON

9 ON OFF OFF ON

0 OFF ON OFF ON

* ON ON OFF ON

# OFF OFF ON ON

4.5. Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5

volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor

jenis NPN, transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt

dan tidak aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktipnya transistor akan

(58)

mematikan lampu beban, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open

(NO), dengan demikian jika relay tidak aktip maka lampu beban akan mati,

sebaliknya jika relay aktip, maka lampu beban akan menyala. Pengujian dilakukan

dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktip dan lan

lampu beban menyala maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik. Yang

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

1. Pemanfaatan mikrokontroler sebagai pusa pengendali dari sistem

pengendalian peralatan elektronik dari jarak jauh dengan menggunakan

ponsel seudah berjalan dengan baik dikarenakan pemograman yang telah

dimasukan ke mikrokontroler yang berfungsi sebagai otak pengendali

peralatan elektronik dan bahasa program yang digunakan adalah bahasa

assembly.

2. Pemanfaatan ponsel untuk mengendalikan peralatan-peralatan elektronik

dari jarak jauh sudah bekerja dengan baik karena sinyal tone yang

dihasilkan oleh handphone akan di ubah menjadi 4 bit data biner oleh

DTMF (Dual Tone Multiple Frekuensi).

3. Peralatan sederhana yang dibuat sudah berjalan dengan baik yaitu suatu alat

yang dapat mengendalikan lampu-lampu atau peralatan elektronik dari jarak

jauh dengan menggunakan handphone. Sehingga dengan demikian semua

peralatan eleltronik dapat dikendalikan dari jarak jauh bahkan dimanapun

tempat kita berada dengan menggunakan handphone.

4. Membuat sebuah alat yang dapat mengendalikan lampu agar bekerja secara

otomatis sudah berjalan dengan baik. Pada alat ini digunakan sebuah

mikrokontroler AT89S51, sebuah ponsel yang di hubungkan kea lat untuk

menerima sinyaldari pemilik ponsel, senuah IC DTMF decoder, beberapa

(60)

berfungsi mengambil data yang diterima dari IC DTMF decoder kemudian

mengolahnya untuk dapat mengendalikan hidup/matinya lampu.

5.2. Saran

Dari hasil proyek yang dikerjakan, penulis menyarankan kepada pembacasebagai

berikut :

1. Dalam pengoperasian perangkat perlu dicermati kualitas komponen pada

rangkaian apakah baik atau tidak agar alat dapat bekeraj secara optimal

2. Penulis mengharapkan kritk dan saran yang membangun agar alat ini dapat

dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suat metode lain

(61)

Daftar Pustaka

Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua,

Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2004

Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler

AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003

Brey B Barry, The Intel Microprocessors, Edisi Kelima, Penerbit: Erlangga &

Prentice Hall, Inc., Jakarta, 2002

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama,

Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

M. G. Joshi, Transducers For Instrumentation, Penerbit: Laxmi Publications, New

Gambar

Tabel 2.1. Frekuensi Tinggi dan Rendah
Gambar 2.3  Mikrokontroler AT89S51
Tabel 2.3  Fungsi-Fungsi dari Port 3 pada Mikrokontroler AT89S51
Gambar  2.4 Transistor sebagai Saklar ON
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding setelah membaca, meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini,

Teknik bimbingan kelompok yang akan digunakan adalah bermain peran ( role play ). Diharapkan melalui penelitian tindakan kelas kemandirian belajar mahasiswa melalui

 =umla, kumulati&amp; &gt;aktu tunggu ,asil #elayanan laboratorium #asien yang di survey dalam satu bulan.  =umla, #asien yang

Konservasi adalah sebuah proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan budaya bersejarah, dengan cara memlihara dan melindungi keotentikan dan maknanya dari

Penelitian ini menekankan pengaruh due professional care pada kinerja auditor Inspektorat dengan integritas sebagai pemoderasi. Lebih lanjut, penelitian ini dilakukan

(EYD), petunjuk yang disajikan sudah jelas, penyajian materi di dalam modul ini sudah sistematis, perpaduan warna yang digunakan sudah sesuai dan menarik, dari sisi

Gambar 5.32 Hasil Analisis Levene’s Test of Equality of Error Variance dengan SPSS pada Sesi Structure and Written Expression Kelompok Kontrol Kedua dan Kelompok Percobaan... 72

Hal ini dikarenakan, kita tidak bisa hanya mengandalkan teori-teori lama untuk mengatasi masalah-masalah baru yang akan muncul nantinya baik dalam