ANALISIS PENGARUH ARUS KAS BEBAS DAN LEVERAGE
KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTAT
YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
OLEH
DEVI RIDHANI 080503025
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : DEVI RIDHANI NIM : 080503025
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENGARUH ARUS KAS BEBAS DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTAT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tanggal ……….. Ketua Program Studi S-1 Akuntansi
(DRS. Firman Syarif, M.Si., Ak)
Tanggal ………..…………. Dekan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : DEVI RIDHANI NIM : 080503025
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENGARUH ARUS KAS BEBAS DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTAT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Medan, ……….... 2012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Telah diuji pada
Tanggal ……….… 2012
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
Pembimbing : Fahmi Natigor Nasution SE., M.Acc., Ak
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Arus Kas Bebas dan
Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan
Real Estat yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis
saya sendiri disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik
pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, ………
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ARUS KAS BEBAS DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN
PROPERTI DAN REAL ESTAT YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah arus kas bebas dan leverage keuangan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia di
adalah statistic deskriptif dan uji asumsi klasik serta menggunakan regresi linear berganda untuk pengujian hipotesis.
Hipotesis dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak arus kas bebas dan leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Uji parsial menunjukkan bahwa arus kas bebas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan leverage keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FREE CASH FLOW AND FINANCIAL LEVERAGE TO EARNINGS MANAGEMENT ON PROPERTY
AND REAL ESTATE COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE
Formulation of the problem in this study is to what extent the influence free cash flow and financial leverage to earnings management on property and real estate listed in Indonesia Stock Exchange. The propose of this study was to determine and analyse the influence of free cash flow and financial leverage to earnings management on property and real estate listed in Indonesia Stock Exchange.
Hypothesis in this study is the free cash flow and financial leverage have a significant effect either partially or simultaneously on earnings management.
Secondary data collection is done by downloading financial statements of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange at
and test assumptions of classical as well as using multiple linear regression to test the hyphotesis.
The hyphotesis of the research result showed that simultaneous free cash flow and financial leverage have a significant effect on the earnings management of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange. Partial test showed that free cash flow have a significant effect on the earnings management of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange. While the financial leverage as a partial have not significant effect on the earnings management of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Arus Kas Bebas dan Leverage
Keuangan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estat
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima
bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Fahmi Natigor Nasution SE., M.Acc., Ak selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam
memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis selama proses
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membaca dan memberikan
6. Kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Daniel Ridwan dan
Ibunda Farida yang senantiasa memberikan kasih sayang, didikan,
perhatian, dukungan baik moral maupun materi dan juga do’a-do’anya
selama ini kepada penulis. Serta kepada kakak dan adik penulis yaitu
Ivony Mardiah, S.E., Vira Rahmadani, S.E. dan Vani Maysarah,
terimakasih buat dukungan dan do’anya. Semoga penulis bisa menjadi
anak yang dapat dibanggakan keluarga.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini
sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih. Penulis
berharap agar kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan , …………. Penulis,
2.3. Kerangka Konseptual ... 29
2.4. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
b. Uji Signifikan Parsial (t-test) ... 58
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Keterbatasan ... 64
6.3. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.2 Daftar Populasi dan Penarikan Sampel ... 36
3.3 Daftar Sampel Penelitian ... 38
3.4 Keputusan Uji Durbin-Watson ... 42
4.1 Descriptive Statistics ... 47
4.2 One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test ... 49
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
4.4 Hasil Uji Durbin-Watson ... 55
4.5 Koefisien Determinasi ... 56
4.6 Hasil Uji Signifikan Simultan (F-test) ... 57
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 29
4.1 Grafik Histogram ... 50
4.2 Grafik Normal Probability P-P Plot ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
i Hasil Perhitungan Arus Kas Bebas ... 68
ii Tabulasi Hasil Perhitungan Arus Kas Bebas Per Total Aset ... 71
iii Tabulasi Hasil Perhitungan Leverage Keuangan ... 73
iv Tabulasi Perhitungan Discretionary Accruals ... 75
v Tabulasi Hasil Perhitungan Discretionary Accruals ... 78
vi Hasil Regresi ... 80
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ARUS KAS BEBAS DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN
PROPERTI DAN REAL ESTAT YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah arus kas bebas dan leverage keuangan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia di
adalah statistic deskriptif dan uji asumsi klasik serta menggunakan regresi linear berganda untuk pengujian hipotesis.
Hipotesis dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak arus kas bebas dan leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Uji parsial menunjukkan bahwa arus kas bebas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan leverage keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FREE CASH FLOW AND FINANCIAL LEVERAGE TO EARNINGS MANAGEMENT ON PROPERTY
AND REAL ESTATE COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE
Formulation of the problem in this study is to what extent the influence free cash flow and financial leverage to earnings management on property and real estate listed in Indonesia Stock Exchange. The propose of this study was to determine and analyse the influence of free cash flow and financial leverage to earnings management on property and real estate listed in Indonesia Stock Exchange.
Hypothesis in this study is the free cash flow and financial leverage have a significant effect either partially or simultaneously on earnings management.
Secondary data collection is done by downloading financial statements of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange at
and test assumptions of classical as well as using multiple linear regression to test the hyphotesis.
The hyphotesis of the research result showed that simultaneous free cash flow and financial leverage have a significant effect on the earnings management of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange. Partial test showed that free cash flow have a significant effect on the earnings management of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange. While the financial leverage as a partial have not significant effect on the earnings management of property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan ilmu akuntansi sangat pesat, sejalan dengan
perkembangan dunia bisnis. Akuntansi tidak lagi hanya menjadi ilmu catat
mencatat transaksi dan peristiwa, namun telah menjadi ilmu beragam kajian.
Kendala yang dihadapi selama ini yaitu keterbatasan teori, tidak lagi menjadi
hambatan dalam perkembangan ilmu akuntansi karena diatasi dengan mengadopsi
beragam teori dari bidang-bidang lain, misalkan manajemen dan psikologi.
Pihak eksternal dapat memperoleh sumber informasi mengenai kualitas
kinerja dari suatu perusahaan salah satunya adalah melalui laporan keuangan
(financial statements). Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang
menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu
periode dan juga menggambarkan kinerja keuangan yang ditunjukkan dengan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya
yang dimiliki. Laporan keuangan ini adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang
memuat informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab manajemen. Oleh karena
laporan keuangan sangat penting dalam banyak pengambilan keputusan, ada suatu
kecenderungan yang dapat ditebak dari para manajer untuk memanipulasi angka
melibatkan banyak penilaian subjektif dan estimasi, manipulasi seperti itu sangat
mungkin terjadi.
Penggunaan penilaian dan estimasi dalam akuntansi akrual mengizinkan
manajer untuk menggunakan informasi dan pengalaman mereka untuk menambah
kegunaan angka akuntansi. Namun, beberapa manajer menggunakan kebebasan
ini untuk mengubah angka akuntansi, terutama laba, untuk keuntungan pribadi,
sehingga mengurangi kualitasnya. Tindakan menyimpang yang dilakukan oleh
manajer tersebut salah satunya dalam bentuk manajemen laba (earnings
management). Manajemen laba diukur dengan menggunakan proxy Discretionary
Accrual (DA), yang mana discretionary accrual adalah komponen akrual yang
berada dalam kebijakan manajer, artinya manajer memberikan intervensinya
dalam proses pelaporan akuntansi. Ada beberapa alasan yang membuat
manajemen laba itu terjadi, seperti untuk meningkatkan kompensasi, menghindari
persyaratan utang, memenuhi ramalan analisis, dan mempengaruhi harga saham.
Manajemen laba dapat dilakukan melalui dua cara : (1) mengubah metode
akuntansi, yang merupakan bentuk manajemen laba yang paling jelas terlihat, dan
(2) mengubah estimasi dan kebijakkan akuntansi yang menentukan angka
akuntansi, suatu bentuk manajemen laba yang lebih samar. Manajemen laba
merupakan suatu realitas akuntansi akrual yang enggan diterima oleh para
pemakai. Meskipun penting untuk diketahui bahwa manajemen laba tidak
dilakukan sejauh yang telah dipublikasikan, namun tidak diragukan bahwa
manajemen laba dapat merusak kredibilitas informasi akuntansi. Manajer sebagai
pemilik, namun informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Alasan inilah yang membuat
akuntansi tidak hanya membicarakan mengenai metode dan prosedur pencatatan
yang dipakai untuk menyusun laporan keuangan, namun juga membahas
mengenai perilaku seorang manajer yang menyusun informasi tersebut atau
behavioral accounting.
Permasalahan ini dihadapi oleh para praktisi, akademisi akuntansi dan
keuangan selama beberapa dekade terakhir ini. Hal ini dikarenakan manajemen
laba seolah-seolah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang
dipraktikkan semua perusahaan di dunia. Perekayasaan manajerial tidak hanya
dapat menghancurkan tatanan ekonomi saja tetapi akibatnya juga dapat merusak
tatanan etika dan moral. Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa
kasus skandal pelaporan akuntansi, seperti Enron, Merck, World com dan
mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Ini terbukti bahwa aktivitas
manajemen laba bukan hanya dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
terdapat di negara-negara dengan sistem bisnisnya yang belum tertata saja tetapi
juga pada negara-negara dengan sistem bisnisnya yang telah tertata, seperti di
Amerika Serikat.
Seorang manajer sering kali menggunakan fleksibilitas yang terdapat dalam
akuntansi akrual karena agar dapat benar-benar mampu mengatur laba dengan
melakukan manajemen laba mengingat atas semua insentif yang akan mereka
dapat. Semakin banyak orang yang mendapatkan pelatihan dan pengetahuan
estimasi atau pertimbangan akuntansi yang dapat digunakan untuk menaikkan
laba yang dilaporkan.
Arus kas bebas (free cash flow) adalah tingkat pengembalian bagi penanam
modal, baik itu dalam bentuk utang maupun ekuitas. Arus kas bebas biasanya
dapat digunakan untuk pembelian kembali saham, pembayaran dividen,
membayar utang, atau disimpan untuk kesempatan pertumbuhan perusahaan masa
mendatang. Perusahaan dengan aliran kas berlebih memiliki kinerja yang lebih
baik daripada perusahaan yang lain.
Jika arus kas bebasnegatif karena laba operasi bersih setelah pajak atau
NOPAT negatif, maka ini sudah pasti merupakan sesuatu yang buruk dan
menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami masalah operasi. Banyak juga
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memiliki NOPAT positif,
tetapi arus kas bebasnya negatif. Hal ini dapat diatasi dengan cara, perusahaan
tersebut harus banyak berinvestasi dalam aset operasi untuk mendukung
pertumbuhan yang cepat dan tidak ada yang salah dari arus kas bebas yang negatif
sepanjang arus kas bebas tersebut berasal dari pertumbuhan yang menguntungkan.
Bagi beberapa investor menggunakan arus kas bebas lebih baik daripada laba bersih
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan karena arus kas bebas lebih sulit
untuk dimanipulasi oleh pihak manajer daripada laba bersih. Keberadaan arus kas
bebas dalam perusahaan berpotensi untuk menimbulkan konflik keagenan antara
pemegang saham dan manajer.
Berdasarkan teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai arus kas bebas
membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak
manajemen menggunakan arus kas bebas dalam hal-hal yang menentang tujuan
perusahaan dan nantinya akan merugikan pemegang saham, tindakan ini disebut
juga dengan tindakan preventif terhadap penyalahgunaan arus kas bebas
perusahaan. Arus kas bebas dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner
seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan,
pembayaran utang, dan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Leverage keuangan (financial leverage) digunakan untuk mengetahui
besarnya penggunaan utang dalam struktur modalnya oleh suatu perusahaan.
Apabila pihak manajemen memutuskan untuk melakukan pinjaman utang sebagai
alternatif pendanaan, maka bisa dikatakan perusahaan telah melakukan leverage
keuangan. Penggunaan leverage keuangan yang banyak akan dapat meningkatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan namun juga dapat meningkatkan resiko
yang berakibat buruk bagi perusahaan. Penggunaan utang dalam investasi
merupakan sebagai tambahan untuk mendanai aset perusahaan dan diharapkan
dengan bertambahnya aset perusahaan akan meningkatkan aktivitas operasional
perusahaan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan (laba) bagi
perusahaan ataupun keuntungan bagi pemilik perusahaan.
Leverage keuangan dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh
lebih besar daripada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang tersebut,
namun disisi lain penggunaan leverage keuangan juga dapat berpotensi negatif.
Hal ini dikarenakan penggunaan leverage keuangan yang tidak disertai dengan
memaksimalkan tingkat perputaran aset yang dimilikinya. Hubungan antara
manajemen laba dengan leverage keuangan adalah mengenai kebijakan utang
yang merupakan salah satu dari alternatif dalam pendanaan perusahaan selain
menjual saham di pasar modal. Untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang
dengan pihak kreditor, pihak manajer termotivasi untuk melakukan manajemen
laba dan perusahaan yang memenuhi perjanjian utangnya maka akan mendapatkan
penilaian kinerja yang baik dari pihak kreditor.
Dalam disiplin akuntansi dan keuangan, analisis arus kas masa depan
adalah konsep yang sangat penting karena hal ini dapat menunjukkan seberapa
besar suatu perusahaan dapat menghasilkan aliran kas yang mana diantaranya
akan didistribusikan kepada pemegang saham. Menurut Scott (2000) dalam Sugiri
dan Abdullah (2003 : 12) bahwa manajemen laba untuk kasus perataan laba
(income smoothing), adalah baik karena perataan laba dapat mempermudah
peramalan laba dan aliran kas untuk masa depan.
Penelitian mengenai arus kas bebas, leverage keuangan dan manajemen
laba ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu seperti Jones dan
Sharma (2001) mengenai the impact of free cash flow, financial leverage and
accounting regulation on earnings management in Autralia’s ‘old’ and ‘new’
economies. Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Sugiri dan Abdullah (2003),
yang meneliti tentang pengaruh free cash flow, set kesempatan investasi, dan
leverage finansial terhadap manajemen laba pada perusahaan go public yang
terdaftar di bursa efek Jakarta. Kemudian dilakukan oleh Faradhilla (2010),
leverage, firm size terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia. Berikutnya penelitian ini juga dilakukan oleh
Manurung (2010) mengenai pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan
terhadap manajemen laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh dan
penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ma’ruf (2006) yaitu analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan go publik di bursa efek
Jakarta.
Hasil dari penelitian Sugiri dan Abdullah (2003 : 19) menyatakan bahwa
free cash flow berpengaruh positif terhadap manajemen laba dan pengaruh
leverage keuangan terhadap discretionary accruals adalah juga positif, yaitu
bahwa ratio leverage yang semakin besar bermakna semakin luasnya kebijakkan
manajer untuk dapat mempengaruhi laba perusahaan yang dilaporkan, sedangkan
set kesempatan investasi yang diproksi dengan market to book assets tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
Namun menurut Jones dan Sharma (2001 : 25) dalam analisisnya
menyatakan bahwa untuk beberapa tahun terdapat pengaruh free cash flow
terhadap discretionary accruals yang berbeda-beda. Untuk data tahun 1996,
variabel freecash flow berpengaruh secara negatif terhadap discretionary accruals.
Namun untuk tahun 1999, free cash flow berpengaruh positif terhadap
discretionary accruals dan secara empiris variabel leverage juga berpengaruh
secara positif terhadap discretionary accruals. Discretionary accruals digunakan
diterima secara luas dan memberikan penekanan pada kebijakkan non metoda
akuntansi (seperti depresiasi).
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas terjadi perbedaan hasil penelitian
mengenai pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan terhadap manajemen
laba. Oleh karena itu alasan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengkaji
kembali variabel-variabel yang telah dikemukan untuk melihat pengaruhnya
terhadap manajemen laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah terletak pada sampel perusahaan yang akan diteliti dan tahun pengamatan
penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan properti dan real estat
untuk mencari tahu apakah hasil dari penelitian ini akan bersifat konsisten
terhadap perusahaan-perusahan properti and real estat di Indonesia, serta
melanjutkan dan menyempurnakan penelitian-penelitian terdahulu.
Industri properti and real estat merupakan industri yang bergerak dibidang
pembangunan gedung-gedung fasilitas umum. Dihampir semua negara termasuk
Indonesia, sektor industri propertiand real estat merupakan sektor dengan
karakteristik yang sulit untuk diprediksi dan beresiko tinggi. Sulit diprediksi
maksudnya, pasang surut sektor ini memiliki amplitude yang besar yaitu, pada
saat terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, industri properti dan real estat
mengalami booming dan cenderung oversupplied. Sebaliknya pada saat
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, secara cepat sektor ini akan
mengalami penurunan yang cukup drastis pula. Industri sektor properti dan real
estat dikatakan juga mengandung resiko tinggi karena pembiayaan atau sumber
sementara sektor ini beroperasi dengan menggunakan aktiva tetap berupa tanah
dan bangunan. Meskipun tanah dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi
utang tetapi aktiva tersebut tidak dapat dikonversikan kedalam kas dalam waktu
yang singkat. Sehingga banyak developer tidak dapat melunasi utangnya pada
waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini mencoba menjelaskan tentang
bagaimana pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan terhadap manajemen
laba pada perusahaan properti and real estat yang terdaftar di BEI pada periode
2008 sampai dengan 2011.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Arus Kas Bebas dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan-Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah arus kas bebas mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
2. Apakah leverage keuangan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek
3. Apakah arus kas bebas dan leverage keuangan mempunyai pengaruh yang
signifikan secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan
properti dan real estat?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh arus kas bebas terhadap manajemen laba pada
perusahaan-perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh leverage keuangan terhadap manajemen laba
pada perusahaan-perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh arus kas bebasdan leverage keuangan secara
simultan yang signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan-perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain :
1. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran mengenai arus kas bebas dan
leverage keuangan serta bagaimana pengaruhnya terhadap manajemen laba
pada perusahaan-perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak lain untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sifatnya sejenis serta
memberikan wawasan yang relatif luas mengenai arus kas bebas, leverage
keuangan serta pengaruhnya terhadap manajemen laba.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan atau sumbangan pemikiran dan informasi terutama
dibidang akuntansi tentang manajemen laba, khususnya dalam hal melihat
pengaruh arus kas bebas dan leverage keuangan terhadap manajemen laba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Laba
2.1.1.1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai “intervensi
manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya
untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper, 1989 dalam Jones dan
Sharma, 2001 : 21). Proses ini mencakup mempercantik laporan
keuangan, terutama laba.
Sugiri (1998) dalam Ma’ruf (2006 : 17) membagi definisi
manajemen labamenjadi dua, yaitu:
a. Definisi Sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi. Manajemen laba didefinisikan sebagai
perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary
accruals dalam menentukan besarnya laba.
b. Definisi Luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk
suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi
jangka panjang unit tersebut.
Manajemen laba menjadi masalah karena mencerminkan
keputusan usaha yang sering kali mengurangi kekayaan pemegang
saham. Menurut Sulistiawan et al (2011 : 19) earnings management
disebut juga dengan creative accounting, yaitu aktivitas badan usaha
yang memanfaatkan teknik dan kebijakkan akuntansi guna
mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam hal ini, hasil yang
diinginkan oleh penyusun laporan keuangan (pengelola perusahaan
dengan bantuan akutan) dapat berupaya menyajikan nilai laba atau aset
yang lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung pada motivasi mereka
melakukannya.
Healy dan Wahlen (1998) dalam Jones dan Sharma (2001 :
21) mendefinisikan earnings management sebagai “earnings
management occurs when managers use judgement in financial
reporting and structuring transactions to alter financial reports to
either mislead some stakeholders about the underlying economics
performance of the company, or to influence contractual outcomes that
depend on reported accounting numbers” yang artinya bahwa
manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan keputusan dalam
laporan keuangan dengan salah satu tujuannya menyesatkan beberapa
pemegang saham mengenai pokok kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil perjanjian yang berdasarkan nilai keuangan
yang dilaporkan.
2.1.1.2. Strategi Manajemen Laba
Subramanyam dan Wild (2010:131) manajemen laba terbagi
atas tiga jenis strategi, antara lain :
1. Meningkatkan laba (increasing income), manajer dapat
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk
membuat perusahaan dipandang lebih baik. Selain itu, cara ini
dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan laba selama
beberapa periode kedepan.
2. Big Bath, strategi ini dilakukan pada saat mengalami kinerja yang
buruk (kemunduran kinerja) atau peristiwa saat terjadi satu
kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger,
atau restrukturisasi. Makanya big bath ini sifatnya tidak biasa dan
tidak berulang.
3. Perataan laba, merupakan bentuk umum dari manajemen laba.
Pada strategi ini manajer dengan sengaja meningkatkan atau
(gejolak dalam pelaporan laba), sehingga perusahaan terlihat
stabil.
2.1.1.3. Motivasi Manajemen Laba
Ada beberapa motivasi yang mendorong manajer dalam
melakukan manajemen laba, yaitu :
1. Rencana Bonus (Bonus Plan)
Indikator penilaian prestasi manajer suatu perusahaan biasanya
dilihat dari laba, motivasi bonus plan ini dilakukan dengan cara
manajer akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dalam
periode tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan bonus yang
akan diterimanya.
2. Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant)
Apabila semakin dekat suatu perusahaan terhadap waktu
pelanggaran perjanjian utangnya, maka manajer cenderung
memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode
mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.
3. Motivasi Politik (Political Motivations)
Perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis
cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat
ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari
pemerintah.
4. Motivasi perpajakan (Taxation motivation)
Perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan
(manajer) menurunkan laba yang dilaporkan. Tujuannya karena
agar dapat meminimalkan atau mengurangi jumlah beban pajak
yang harus dibayar.
5. Pergantian CEO (Chic/Executive Officer)
Dalam kasus pergantian CEO baik CEO yang akan pensiun atau
masa kontraknya akan berakhir biasanya akan melakukan strategi
memaksimalkan jumlah laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima.
6. Penawaran saham perdana (Initial public offering)
Pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi
keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan
sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting
karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial
terkait dengan nilai perusahaan. Tujuannya adalah para manajer
akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan agar
2.1.1.4. Mekanisme Manajemen Laba
Subramanyam dan Wild (2010 : 133) menjelaskan bahwa ada
dua metode utama manajemen laba, antara lain :
1. Pemindahan Laba
Bentuk manajemen laba ini adalah pemindahan laba yang
dilakukan dari satu periode ke periode lainnya dengan cara
mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban.
2. Manajemen Laba melalui Klasifikasi
Laba juga dapat ditentukan dengan secara khusus
mengklasifikasikan beban (dan pendapatan) pada bagian tertentu
laporan laba rugi. Bentuk umum dari manajemen laba melalui
klasifikasi ini adalah memindahkan beban di bawah garis, atau
melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang.
2.1.2. Arus Kas Bebas
2.1.2.1. Pengertian Arus Kas Bebas
Arus kas bebas adalah arus kas yang benar-benar tersedia
untuk dibayarkan kepada investor (pemegang saham dan pemilik
utang) setelah perusahaan melakukan investasi dalam aset tetap,
produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan
operasi yang sedang berjalan. Lebih spesifik lagi, nilai operasi suatu
perusahaan akan bergantung pada perkiraan arus kas bebas masa
setelah pajak dikurangi investasi dalam modal kerja dan aset tetap
yang dibutuhkan untuk mempertahankan usaha. Oleh karena itu,
manajer membuat perusahaannya menjadi lebih bernilai dengan
meningkatkan arus kas bebasnya (Brigham dan Houston, 2010 : 109).
Jensen (1986) dalam Rosdini (2009 : 2) mendefinisikan arus
kas bebas sebagai aliran kas yang merupakan kelebihan dana kas yang
mana digunakan untuk mendanai seluruh proyek yang menghasilkan
net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya
modal yang relevan. Menurut Jensen bahwa manajer memiliki insentif
untuk memperbesar perusahaan melalui ukuran optimalnya, sehingga
mereka tetap melakukan investasi meskipun memberikan nilai
sekarang bersih negatif dengan menggunakana dana yang dihasilkan
dari aliran kas bebas. Arus kas bebas merupakan salah satu unsur
penting dalam penilaian perusahaan yang mana menggambarkan
seberapa besar kas tersedia untuk dibagikan kepada investor.
Arus kas bebas berbeda dengan laba bersih, diantaranya yaitu
: (1) semua biaya (expense) non kas ditambahkan kembali ke laba
bersih untuk mendapatkan aliran kas dari operasi, sehingga
kemungkinan besar laba yang dilaporkan lebih rendah dari aliran kas,
dan (2) arus kas bebas terhadap ekuitas merupakan arus kas residual
setelah memenuhi pengeluaran modal dan modal kerja yang
Menurut White et.al (2003) dalam Rosdini (2009 : 2)
mendefinisikan arus kas bebas sebagai aliran kas diskresioner yang
tersedia bagi perusahaan. Arus kas bebasdapat digunakan untuk
penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal
dengan orientasi pertumbuhan (growth-oriented), pembayaran utang,
dan pembayaran kepada pemegang saham. Semakin besar arus kas
bebas yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat
perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk mendanai
pertumbuhan internal, melunasi utang, dan dividen.
2.1.2.2. Fungsi Arus Kas Bebas
Perusahaan yang tidak memiliki arus kas bebas tidak akan
mampu untuk mempertahankan kapasitas produksi saat ini atau
membayar dividen kepada pemegang saham. Arus kas bebas ini dapat
diukur dengan membagi arus kas bebas dengan total asset, tujuannya
agar arus kas bebas lebih comparable dengan perusahaan yang
disajikan sampel sehingga perhitungan arus kas bebas menjadi lebih
relatif terhadap size perusahaan, dalam hal ini diukur dengan total asset
(Rosdini, 2009 : 6).
Menurut Ross et.al (2000) dalam Rosdini (2009 : 6), arus kas
bebas dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Arus Kas Operasi = NOPAT + Penyusutan dan Amortisasi
NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak)
(Laba Operasi Bersih)
Investasi Dalam = Pengeluaran Modal + ∆ Modal Kerja Operasi Operasi Bersih
Pengeluaran Modal = Aset tetap periode ke-t – Aset tetap periode ke-t-1
Modal Kerja Operasi = Total Aset Lancar -Total Kewajiban Bersih Lancar Tanpa Bunga
2.1.3. Leverage Keuangan
2.1.3.1. Pengertian Leverage Keuangan
Leverage keuangan mengacu pada penggunaan sekuritas yang
memberikan penghasilan tetap yaitu utang dan saham preferen.
Leverage keuangan digunakan sebagai suatu ukuran yang
menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap
129) menyatakan bahwa leverage keuangan menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban
keuangan yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan
EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa.
Sedangkan menurut Sartono (2001 : 263) leverage keuangan
merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap
dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan
keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage keuangan
berkenaan dengan hubungan antara pendapatan sebelum pembayaran
bunga dan pajak (EBIT) dengan pendapatan yang tersedia bagi para
pemegang saham biasa atau sampai dengan pendapatan per lembar
saham (earning per share atau EPS) (Syamsuddin, 2007 : 90).
Leverage penting untuk dianalisis karena leverage berkaitan dengan
kinerja perusahaan (Weill, 2000 dalam Sugiri dan Abdullah, 2003 : 15)
2.1.3.2. Fungsi Leverage Keuangan
Pembiayaan perusahaan melalui utang bertujuan untuk
meningkatkan return bagi pemegang saham, namun leverage keuangan
juga berpotensi terhadap besarnya resiko yang dihadapi oleh investor
jika beban tetap yang harus dibayar perusahaan atas utang-utangnya
lebih besar dari laba yang diperolehnya. Konsekuensinya, perusahaan
Perusahaan akan mengalami default apabila arus kas dari operasi tidak
mencukupi untuk menutupi biaya bunganya dalam pembiayaan
melalui utang. Leverage keuangan timbul apabila perusahaan
menggunakan utang jangka panjang dengan bunga tetap untuk
membiayai investasinya.
Leverage keuangan menunjukkan sampai seberapa banyak
sekuritas berpendapatan tetap digunakan dalam struktur modal
perusahaan. Resiko tambahan yang ditanggung pemegang saham biasa
sebagai akibat dari penggunaan leverage keuangan disebut dengan
resiko keuangan atau financial risk. Dalam mengukur leverage
keuangan digunakan leverage ratio, hal ini berdasarkan beberapa
peneliti sebelumnya yang menggunakan leverage ratio yaitu debt ratio
yang mana total utang dibagi dengan total aset untuk mengukur
leverage keuangan. Leverage ratio ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau
dengan kata lain untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai
kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau
2.1.3.3. Jenis-Jenis Leverage Ratio
Menurut Syahyunan (2004 : 84) leverage ratio
dikelompokkan dalam beberapa macam, antara lain :
1. Debt ratio
Debt ratio mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
hutang atau modal yang berasal dari kreditur.
Debt Ratio = Total Utang Total Aktiva
Semakin tinggi debt ratio maka semakin besar jumlah utang yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan. Namun semakin tinggi
rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi dan rasio yang
tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara hutang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Debt to Equity Ratio = Total Utang
Apabila debt to equity ratio ini semakin rendah maka komposisi
hutang terhadap ekuitas (modal sendiri) relatif aman dan resiko yang
dihadapi juga rendah.
3. Time Interest Earned Ratio
Time Interest Earned Ratio ini adalah rasio antara laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga.
Time Interest Earned Ratio = EBIT Beban Bunga
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi beban tetapnya berupa bunga atau mengukur
seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga. Semakin
tinggi nilai time interest earned ratio maka semakin baik kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.
4. Fixed Charge Coverage Ratio
Fixed charge coverage ratio ini mengukur berapa besar
kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk
pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan
Fixed Charge Coverage Ratio =
EBIT + Beban Bunga + Pembayaran Sewa Beban Bunga + Pembayaran
Sewa
Time Interest Earned Ratio dan Fixed Charge Coverage Ratio
juga mengukur resiko yaitu semakin rendah nilai rasionya maka
semakin tinggi resikonya baik bagi pemilik maupun bagi kreditor.
5. Debt Service Coverage
Debt Service Coverage digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran
pokok pinjaman.
Debt Service Coverage = EBIT Bunga + Sewa +
angsuran pokok pinjaman (1 - Tarif Pajak)
Seperti halnya Time Interest Earned Ratio dan Fixed Charge
Coverage Ratio, Debt Service Coverage ini juga mengukur tingkat
resiko (risk). Semakin rendah rasio yang diperoleh maka semakin
besar resiko yang dihadapi oleh para kreditur dalam artian bahwa
kemungkinan untuk tidak dibayarnya bunga dan pinjaman pokoknya
semakin besar.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Manurung Arus Kas Bebas dan Leverage Keuangan
Variabel Dependen : Manajemen Laba
Pada perusahaan bertumbuh, arus kas bebas berpengaruh positif dan signifikan bertumbuh, arus kas bebas berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap
Free Cash Flow, Set Kesempatan Investasi
dan Leverage
Free cash flow berpengaruh positif yang signifikan terhadap manajemen laba,
Finansial manajemen laba dan set
kesempatan investasi tidak and Free Cash Flow
Variabel Dependen : Earnings
Management
Manajemen laba dapat dikaitkan dengan faktor FCF dan pertumbuhan dalam konteks old and new
economy. Ditemukan bahwa
perusahaan-perusahaan new
economies (pertumbuhan
tinggi dan FCF rendah) memiliki karakteristik berbeda dari
perusahaan-perusahaan old economies
(pertumbuhan rendah dan FCF tinggi) dan adanya hubungan yang signifikan antara accruals dengan FCF, hal ini berbeda dengan sebelumnya bahwa new economies companies
cenderung memiliki laba akuntansi lebih rendah dan melakukan manajemen laba
(discretionary accruals)
4 Faradhilla
Free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh manajemen laba dan IOS
tidak berpengaruh positif yang signifikan terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara simultan free cash flow, ukuran perusahaan, leverage dengan tahun 2003, hasil dari penelitian ini menunjukkan hanya reputasi auditor saja yang memiliki pengaruh terhadap manajemen laba sedangkan leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Manajemen Laba berarti manajemen laba berkaitan erat dengan auditor independen yang mengaudit perusahaan.
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2012
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teori di atas dan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai
berikut :
H1
H3
H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 menjelaskan tentang pengaruh arus kas bebas dan leverage
keuangan terhadap manajemen laba. Arus kas bebas merupakan arus kas yang
benar-benar tersedia untuk dibayarkan kepada investor (pemegang saham dan
pemilik utang) setelah perusahaan melakukan seluruh investasi dalam aset tetap, Free Cash Flow (X1)
Manajemen Laba (Y)
produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
yang sedang berjalan (Brigham dan Houston, 2010 : 109).
Oleh karena itu, manajer membuat perusahaannya menjadi lebih bernilai
dengan meningkatkan arus kas bebasnya. Adanya arus kas bebas yang tinggi
menyebabkan manajer merencanakan investasi dengan menggunakan dana
tersebut untuk memaksimalkan laba daripada membagikannya kepada investor
dalam bentuk dividen. Besar kecilnya pendanaan perusahaan yang berasal dari
utang merupakan cerminan tingkat leverage keuangan dari suatu perusahaan.
Semakin besar utang dalam suatu perusahaan maka leverage keuangan juga
semakin besar.
Adanya beberapa alternatif investasi ini menyebabkan manajer melakukan
pengkombinasian investasi tersebut supaya memperoleh laba yang maksimal.
Sumber pendanaan investasi dapat berasal dari leverage keuangan maupun dari
arus kas bebas sehingga diperlukan adanya suatu pengkombinasian yang baik
antara leverage keuangan dengan arus kas bebas dalam pendanaan investasi agar
diperoleh laba yang maksimal dan tingkat resiko yang lebih rendah. Inilah yang
menyebabkan mengapa kegiatan manajemen laba cenderung dilakukan oleh para
manajer dengan tujuan agar laporan keuangan perusahaan menunjukkan
profitabilitas yang tinggi sehingga akan menarik minat para pemegang saham.
Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian adalah dari tahun 2008
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah yang
masih harus dibuktikan kebenarannya melalui hasil penelitian. Berdasarkan
perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini
yaitu arus kas bebas dan leverage keuanganberpengaruh signifikan baik secara
parsial maupun simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan
penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bersifat menghubungkan dua
variabel atau lebih (Erlina, 2008 : 34).
3.2. Definisi Operasional dan PengukuranVariabel
Penelitian ini melibatkan tiga variabel yang terdiri atas satu variabel
dependen (variabel terikat) dan dua variabel independen (bebas), antara lain :
1. Variabel Independen
Menurut Erlina (2008 : 43) Variabel independen merupakan “variabel
yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan
mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen
lainnya”. Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah
arus kas bebas dan leverage keuangan.
a. Arus Kas Bebas
Arus kas bebas merupakan gambaran dari arus kas yang tersedia untuk
perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah dikurangi dengan biaya
operasional dan pengeluaran lainnya dan arus kas bebas diukur dengan
kas bebasdengan total asestpada periode yang sama dengan tujuan agar lebih
comparable bagi perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel, sehingga
penghitungan arus kas bebasmenjadi relatif terhadap size perusahaan, dalam
hal ini diukur dengan total aset. Ukuran arus kas bebassebagaimana merujuk
kepada Ross et.al. (2000) dalam Rosdini (2009 : 6) adalah sebagai berikut :
AKB =Arus Kas Operasi - Investasi dalam Operasi
Total Aset
b. Leverage Keuangan
Leverage keuangan merupakan penggunaan secara potensial biaya tetap
pendanaan untuk memperbesar dampak dari perubahan EBIT terhadap EPS
perusahaan. Leverage keuangan diukur dengan menggunakan skala rasio.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur leverage keuangan adalah :
Debt Ratio = Total Utang Total Aktiva
2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Erlina, 2008 : 42). Variabel dependen (variabel terikat)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba
akuntansi yang ada dengan tujuan agar dapat memaksimumkan nilai pasar
perusahaan. Manajemen laba menggunakan skala rasio.
Menurut Dechow et al (1995) dikutip dalam Ma’ruf (2006 : 31) umumnya
poin awal dalam pengukuran discretionary accruals adalah totalaccruals, dimana
total accruals tersebut terdiri dari komponen non discretionary accruals (NDA)
dan discretionary accruals (DA). Selanjutnya model yang digunakanoleh Jones
digunakan untuk menciptakan komponen non discretionary accruals. Sedangkan
untuk mengukur komponen discretionary accruals menggunakan rumus sebagai
berikut :
DAit = TAit / Ait-1 -NDAit
Dimana :
DAit : Discretionary accruals pada tahun t
TAit : Total accruals pada periode t
NDAit : Non discretionary accruals pada tahun t
Secara ringkas, ketiga variabel tersebut dapat dijelaskan dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Jenis
Variabel Definisi Indikator Pengukuran
Independen
1
yang dimiliki perusahaan yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham dengan net present value
(NPV) positif.
Dependen Manajemen Laba adalah pilihan yang dilakukan
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2012
3.3. Populasi dan Sampel
Erlina (2008 : 75) mengatakan “populasi adalah sekelompok orang,
kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Berdasarkan
pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan dalam sektor properti dan real estatyang terdaftar sebagai
emiten di Bursa efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan 2011 yang
berjumlah 42 perusahaan. “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan
pengambilan sampel dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria yang harus dipenuhi
oleh sampel dengan berdasarkan pertimbangan tertentu.
Adapun yang menjadi kriteria dalam penelitian ini untuk menentukan
sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan-perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan tidak delisting pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
2. Perusahaan-perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan lengkap
dengan periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember yang telah
diaudit pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
3. Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang Indonesia atau bukan
mata uang asing.
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Penarikan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode Kriteria Keterangan
13 PT. Duta Anggada Realty Tbk DART √ √ √ Sampel 8 14 PT. Intiland Development Tbk DILD √ √ √ Sampel 9 15 PT. Duta Pertiwi Tbk DUTI √ √ √ Sampel 10 16 PT. Bakrieland Development Tbk ELTY √ √ √ Sampel 11 17 PT. Megapolitan Developments
Tbk EMDE √ x √
18 PT. Fortune Mate Indonesia Tbk FMII √ x √ 19 PT. Gowa Makassar Tourism
Development Tbk GMTD √ x √ 20 PT. Perdana Gapura Prima Tbk GPRA √ x √ 21 PT. Greenwood Sejahtera Tbk GWSA √ x √ 22 PT. Jakarta International Hotels &
Development Tbk JIHD √ x √ 35 PT. New Century Development
Tbk PTRA x x √
36 PT. Pudjiadi Prestige Tbk PUDP √ x √
37 PT. Pakuwon Jati Tbk PWON √ √ √ Sampel 15 38 PT. Panca Wiratama Sakti Tbk PWSI √ x √
39 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati
Tbk RBMS √ x √
40 PT. Roda Vivatex Tbk RDTX √ √ √ Sampel 16 41 PT. Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM √ x √
Tabel 3.3
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Perusahaan
1 APLN PT. Agung Podomoro Land Tbk
2 ASRI PT. Alam Sutera Realty Tbk
3 BAPA PT. Bekasi Asri Pemula Tbk
4 BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk
5 COWL PT. Cowell Development Tbk
6 CTRA PT. Ciputra Development Tbk
7 CTRP PT. Ciputra Property Tbk
8 DART PT. Duta Anggada Realty Tbk
9 DILD PT. Intiland Development Tbk
10 DUTI PT. Duta Pertiwi Tbk
11 ELTY PT. Bakrieland Development Tbk
12 JRPT PT. Jaya Real Property Tbk
13 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk
14 MORE PT. Indonesia Prima Property Tbk
15 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk
16 RDTX PT. Roda Vivatex Tbk
17 SMRA PT. Suryamas Dutamakmur Tbk
3.4. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik (Erlina, 2008 : 10). Sumber data yang digunakan berasal dari
data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari
sumber-sumber tercetak, misalnya buku, laporan perusahaan, jurnal, interenet dan
sebagainya (Erlina, 2008 : 36). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data
financial statement dan audit report seluruh perusahaan propertidan real estat
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 sampai dengan tahun
2011 dan diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia yait
3.5. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
merupakan studi pengamatan. Penelitian dengan studi pengamatan adalah
penelitian yang dilakukan dengan pemeriksaan terhadap kegiatan-kegiatan suatu
subyek atau sifatnya tanpa berupaya mendapatkan tanggapan dari siapa pun
(Erlina, 2008 : 71). Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh data
sekunder yang berupa laporan keuangan yang telah diaudit
perusahaan-perusahaan properti dan real estat dengan cara mendownloadnya melalui situs
3.6. Teknik Analisis
Dalam menganalisis data, penelitian ini dilakukan dengan metode analisis
statistik dengan menggunakan program SPSS 18. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Statistik Deskriptif
“Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberikan informasi
mengenai variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan berupa
frekuensi, tendensi sentral (rata-rata, median, modus), dispersi (deviasi standar,
variance) dan pengukur-pengukur bentuk (measures of shape) (Erlina, 2008 :
88).
2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan perhitungan statistik regresi berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama,
maka diadakan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian
ini meliputi :
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina (2008 : 102) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik
dan uji statistik, yaitu dengan uji Kolmogorov Smirnov. Data distribusi normal
0,05 atau 5% dan data distribusi tidak normal apabila tingkat signifikannya
kurang dari 5%.
b. Uji Multikolinearitas
“Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen” (Erlina, 2008 : 105).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai dari VIF
dan korelasi di antara variabel independen. Tingkat multikolinearitas dapat
ditoleransi apabila VIF > 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
“Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain” (Erlina, 2008 : 106). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas ini adalah
dengan melihat grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan
nilai residualnya.
d. Uji Autokorelasi
“Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW Test). Bila
nilai DW terletak di antara du < d < 4 – du, maka dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi baik positif maupun negatif.
Menurut Durbin Watson (DW) pengambilan keputusan untuk melihat
autokorelasi ini terdapat lima kondisi autokorelasi yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.4
Keputusan Uji Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif maupun
negatif
Koefisien determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006
: 97). Dengan kata lain koefisien determinasi ini untuk menunjukkan seberapa
besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R2 semakin
mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
semakin kecil R2 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Namun nilai R2 ini memiliki
kelemahan yaitu nilai R2 akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
independen meskipun variabel independen tersebut tidak bepengaruh signifikan
terhadap variabel dependennya.
4. Pengujian Hipotesis
Menurut Erlina (2008 : 110) uji hipotesis terhadap satu variabel umumnya
berupa uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau nilai data yang
diteliti dengan nilai ekspektasi (hipotesis) peneliti, namun variasi pengujian
hipotesis pada analisis univariat tergantung pada tujuan atau pernyataan penelitian
dan skala pengukurannya. Dalam menganalisis data untuk mengetahui variabel
independen yang mempengaruhi secara signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia yaitu arus kas bebas
dan leverage keuangan, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda, dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = Manajemen Laba
X1 = Arus Kas Bebas
a = Konstanta
b1 dan b2 = Koefisien regresi
e = disturbance error
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Uji-F dan Uji-t,
yaitu sebagai berikut :
a. Uji Signifikan Simultan (F-test)
Menurut Ghozali (2006 : 84) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model
mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α = 5%).
Bentuk pengujiannya yaitu :
H0 : b1,b2 = 0, artinya variabel independen secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1,b2 ≠ 0, artinya variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau H0 ditolak
b. Uji Signifikan Parsial (t-test)
Menurut Ghozali (2006 : 84) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significancelevel 0,05 (α = 5%).
Bentuk pengujiannya yaitu :
Ho : b1,b2 = 0, artinya suatu variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1,b2 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara
parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau H0 ditolak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi linear berganda
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel
bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Analisis data dimulai
dengan mengolah data menggunakan Microsoft Excel, kemudian selanjutnya
melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan regresi
berganda menggunakan software SPSS. Prosedurnya dimulai dengan
memasukkan semua variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini ke
program SPSS dan selanjutnya akan menghasilkan output sesuai dengan metode
analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
didapat 15 perusahaan properti dan real estat yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2008 sampai
dengan 2011.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Metode statistik deskriptif adalah metode statistik yang digunakan
sebenarnya tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif ini
memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata, dan standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari arus kas bebas dan leverage keuangan sebagai variabel
independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen. Statistik
deskriptif variabel-variabel tersebut dari sampel perusahaan properti dan real
estat selama periode 2008 sampai dengan 2011 disajikan sebagai berikut ini :
Tabel 4.1
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2012
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui nilai maksimum, nilai
minimum, rata-rata dan standar deviasi masing-masing variabel dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Variabel Arus Kas Bebas (X1) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak
68, dengan nilai minimum (terkecil) -0,3666, nilai maksimum
(terbesar) 0,2157 dan mean (nilai rata-rata) -0,028865. Standar Deviasi
(Simpangan Baku) variabel ini adalah 0,1293343.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manajemen Laba 68 -.3104 .2027 -.016834 .0768015
Arus Kas Bebas 68 -.3666 .2157 -.028865 .1293343
Leverage Keuangan 68 .0594 .7929 .444949 .1725678
b) Variabel Leverage Keuangan (X2) memiliki jumlah sampel (N)
sebanyak 68, dengan nilai minimum (terkecil) 0,0594, nilai maksimum
(terbesar) 0,7929dan mean (nilai rata-rata) 0,444949. Standar Deviasi
(Simpangan Baku) variabel ini adalah 0,1725678.
c) Variabel Manajemen Laba (Y) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak
68, dengan nilai minimum (terkecil) -0,3104, nilai maksimum
(terbesar) 0,2027 dan mean (nilai rata-rata) 0,016834. Standar Deviasi
(Simpangan Baku) variabel ini adalah 0,0768015.
4.2.2. Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi
berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah
dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan
efisien (Best Linear Unbiased Estimator). Pengujian asumsi klasik dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali
(2006 : 123), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
• Berdistribusi Normal.
• Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam
model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.
• Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model
regresi tidak saling berkorelasi.
• Non-Heterokedastisitas, artinya variance variabel independen