• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPS

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh Fitriani NIM 1112018300038

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Fitriani (1112018300038). “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS”. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dalam delapan kali pertemuan. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan tes. Hasil penelitian yang di dapat yaitu meningkatnya hasil belajar siswa yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa naik sebanyak 22,92% dengan perolehan presentase ketuntasan 55,56% (siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 siswa) pada posttes siklus I menjadi 81,48% pada posttes siklus II (siswa yang mencapai KKM sebanyak 22 siswa). Peningkatan Hasil belajar afektif siswa pada siklus I yaitu 59,26% kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,89%. Sedangkan hasil belajar psikomotorik siswa memperoleh rara-rata presentase ketuntasan 68,52% dan meningkat menjadi 90,74% pada sikulus II. Bedasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

(7)

ii

ABSTRACT

Fitriani (1112018300038). “Implementsion Study Approach of Contextual Teaching and Learning to improve student learning outcomes in Social Study subject”. Government Elementary School Teacher Education Department of the State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purposes of this research is to improve student learning outcomes in social study subject trough study approach of Contextual Teaching and Learning. The research used Action Class Method which consist of two cycles in eight times meeting. This method is conducted by planning, acting, observing, and reflecting. The data gathering in this study through interview, observation, and tes. The result of this research is showing that student learning outcomes is improving in three aspect is Cognitive, Affective and Psycomotor. The improvement of Cognitive Learning outcomes is reaching 22.92% with completeness percentage of 55.56% (those who reachs KKM is 15 students) on posttes cycle I and it becaming 81.48% in posttes cycle(those who reachs KKM is 22 students). The improvement in Affective learning outcomes of the student in cycle I is 59.26% this it also improving in cycle II into 88.89%. While Psycomotor learning outcomes get average of completeness percentage in 68.52% and improve till 90.74% on cycle II. Used on the research result above it can be concluded that Study Approach of Contextual Teaching and Learning definitely can improve student learning outcomes in Social Study subject.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣ ﺮﻟﺍ ﻦﻤﺣ ﺮﻟﺍ ﷲ ﻢﺴﺑ

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw. yang telah membawa umat manusia ke zaman yang penuh ilmu dan iman. Semoga kita sebagai umatnya senantisa menjalankan sunnah yang beliau ajarkan dengan istiqomah, serta mampu mempertahankan iman dan ihsan hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan semangat, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimaksih atas kontribusinya menjadikan fakultas tarbiyah menjadi lebih maju.

2. Dr. Fauzan, MA., selaku Wadek III Fakulatas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai. Terimakasih pak Fauzan, semoga Allah memberikan kesehatan, kelancaran rezeki, dan keberkahan untuk bapak beserta keluarga.

3. Khalimi, M.Ag., selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang selalu memberikan semangat dan memberikan fasilitas kepada mahasiswanya agar dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. Semoga bapak sehat selalu dan di berikan rizki yang berkah.

4. Drs. H. Ja’far sanusi, MA., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu dan penuh kesabaran dalam membimbing penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan, kasih sayang, dan kesehatan kepada bapak, aamiin.

(9)

iv

menyelesaikan kuliah dengan baik. Semoga bapak dan keluarga diberikan kesehatan dan rizki yang berlimpah.

6. Seluruh jajaran dosen PGMI yang telah memberikan banyak pengalaman dan ilmu yang bermafaat serta konstribusi yang tinggi demi kemajuan jurusan PGMI dan terlahirnya lulusan-lulusan PGMI yang berkualitas.

7. Pujo Widodo, M.Pd., selaku wakil kepala sekolah dan guru wali kelas IV-1 yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, dan terimakasih telah memberika kepercayaan dan membimbing penulis ketika melakukan PPKT sampai proses penelitian selesai.

8. Seluruh jajaran guru SD Dharma Karya UT yang telah memberikan keramahan dan kenyaman kepada penulis ketika pelaksanaan penelitian.

9. Keluarga tercinta bapak, ibu, nenek, dan kakek yang telah memberikan pengertian, kesempatan, dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.

10.Teman-teman seperjuangan PGMI 2012 khususnya PGMI-B yang telah memberikan kenangan manis selama penulis menuai ilmu di PGMI. Semoga kita selalu diberkahi ilmu yang bermanfaat dan terus menjadi insan yang lebih baik hari demi hari.

Semua pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga allah membalas kebaikan kalian dengan sebaik-baiknya balasan. Tiada kata yang terucap selain Alhamdulillah hirobbil alamiin dan terimakasih, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, 27 September 2016

(10)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Kontekstual... 6

2. Asa-Asas CTL ... 7

3. Prinsip Ilmiah CTL ... 10

4. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional ... 11

5. Faktor-Faktor yang di Pertimbangkan dalam CTL ... 12

6. Langkah-langkah Pembelajaran CTL ... 13

7. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ... 14

8. Hakikat IPS ... 28

9. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 33

(11)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 36

D. Subjek Penelitian ... 38

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 38

F. Tahapan Intervensi Tindakan ... 38

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 39

H. Data dan Sumber Data ... 40

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

J. Teknik Pengumpulan Data ... 42

K. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 44

L. Analisis Data dan Intervensi Data ... 47

M. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 59

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data dan Analisis Data ... 51

1. Siklus I a. Perencanaan... 51

b. Pelaksanaan ... 51

c. Pengamatan ... 55

1) Observasi Siswa ... 55

2) Observasi Guru... 61

3) Catatan Lapangan ... 63

4) Hasil Belajar ... 63

d. Refleksi Siklus I ... 64

e. Tindak Lanjut dan Rencana Siklus II ... 64

2. Siklus II a. Perencanaan... 65

b. Pelaksanaan ... 65

(12)

vii

1) Observasi Siswa ... 70

2) Observasi Guru... 74

3) Catatan Lapangan ... 76

4) Hasil Belajar ... 76

d. Refleksi Siklus II ... 77

e. Keputusan Siklus II ... 77

B. Analisis Data ... 78

C. Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Bloom’s Taxonoyi LearningDomain-The Kognitif Domain ... 21

Tabel 2.2 : Bloom’s Taxonomy LearningDomain-The Affective Domain ... 23

Table 2.3 : Dave’s Taxonomy Lerning Domain The Psychomotor Domain ... 24

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Soal Tes ... 43

Tabel 4.1 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 1 (Siklus I) ... 56

Tabel 4.2 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 2 (Siklus I) ... 57

Tabel 4.3 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 3 (Siklus I) ... 58

Tabel 4.4 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 4 (Siklus I) ... 59

Tabel 4.5 : Rekap Nilai Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik (Siklus I)... 60

Tabel 4.6 : Observasi Guru Siklus I ... 61

Tabel 4.7 : Catatan Lapangan Siklus I ... 63

Tabel 4.8 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 1 (Siklus II) ... 70

Tabel 4.9 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 2 (Siklus II) ... 71

Tabel 4.10 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 3 (Siklus II) ... 71

Tabel 4.11 : Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pertemuan 4 (Siklus II) ... 72

Tabel 4.12 : Rekap Nilai Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik (Siklus II) ... 73

Tabel 4.13 : Observasi Guru Siklus II ... 74

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir ... 34

Gambar 3.1 : Model Penelitian Kelas ... 37

Gambar 4.1 : Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 78

Gambar 4.2 : Grafik Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa ... 79

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto Kegiatan Pembelajaran Lampiran 2 : Kisi-Kisi Intrumen Penelitian Lampiran 3 : Soal Uji Coba Instrumen Penelitian

Lampiran 4 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian

Lampiran 5 : Uji Instrumen (validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal, dan rekap analisis butir soal)

Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa

Lampiran 9 : Soal Siklus I Lampiran 10 : Soal Siklus II

Lampiran 11 : Kunci Jawaban Siklus I dan Siklus II Lampiran 12 : Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I Lampiran 13 : Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II

Lampiran 14 : Pedoman Observasi Hasil Belajar Afektif dan Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

Lampiran 15 : Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa Siklus I Pertemuan 1-2

Lampiran 16 : Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa Siklus I Pertemuan 3-4

Lampiran 17 : Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa Siklus II Pertemuan 1-2

Lampiran 18 : Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa Siklus II Pertemuan 3-4

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).1 Sedangkan pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.2

Pembelajaran sendiri harus mampu memotivasi siswa-siwi untuk aktif, kreatif dan inovatif. Jika kita melihat pengetian belajar dan pembelajaran maka ketika seorang sudah belajar dan melalui proses pembelajaran maka akan terlihat perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Perubahan tersebut dapat ke arah positif dan negatif tergantung pada apa yang ia pelajari. Guru harus menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses perolehan pengetahuan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Sejalan dengan pengertian belajar dan pembelajaran, maka tujuan pembelajaran IPS MI yakni: 1. Mengembangkan konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagosis dan psikologis. 2. Mengembangkan kemapuan berfikir kritis dan kretif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial. 3. Membangun komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional, maupun global.3

1

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor, 2010: Ghalia Indonesia, 2010)., h. 3

2

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Kontekstual, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014)., h. 19

3

(17)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis pada tangggal 20 Juli 2016, dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa diminta mencatat materi yang telah guru tulis agar siswa mengerti dengan materi yang mereka baca. Selain itu guru memaparkan jika diterapkan metode yang bervariasi membutuhkan waktu yang lama sehingga indikator dalam pembelajaran tidak tercapai dan hanya membuang-buang waktu, hal tersebut membuktikan bahwa guru kesulitan dalam menerapkan metode yang bervariasi dan siswa tidak aktif mengelaborasi materi yang mereka pelajari. Kendala tersebut dilatar belakangi oleh beberapa siswa yang tidak mau membentuk kelompok karena lebih suka belajar sendiri dan tidak mau berdiskusi bersama teman kelompok yang telah di tentukan, serta pembentukan kelompok yang sangat lama oleh siswa. Siswa juga tidak terbiasa dengan penerapan strategi dan model pembelajaran karena sejak kelas rendah metode yang dipakai oleh guru hanyalah ceramah.

Permasalahan lain yaitu hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran IPS masih relatif rendah dan kurang memuaskan untuk mencapai kriteria ketuntasan belajar minimum yaitu 70. Data yang diperoleh dari guru IPS menunjukkan hasil belajar IPS pada ulangan harian 1 dari 30 siswa terdapat 20 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM dan 10 siswa mendapat nilai di atas KKM dengan nilai tertinggi 81 dan nilai terendah 40. Sedangkan pada ulangan harian 2 dari 30 siswa terdapat 19 siswa mendapat nilai di bawah KKM dan 11 siswa mendapat nilai di atas KKM dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 85.

(18)

yang sedang dipelajari. Selain itu juga siswa masih banyak yang malu untuk mengemukakan pendapatnya.

Berdasarkan paparan di atas membuktikan bahwa proses pembelajaran IPS yang terjadi selama ini masih menekankan kepada penguasaan konsep/pengetahuan yang bersifat hafalan tanpa adanya pembentukan pengetahuan oleh siswa sehingga tidak menimbulkan kebermaknaan kepada siswa, sesungguhnya pembelajaran IPS lebih menekankan kepada pengembangan dan bertambahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan bertambahnya keterampilan sosial yang nantinya semua aspek tersebut akan dibawa ke dunia nyata peserta didik yaitu ketika mereka terjun langsung ke dalam masyarakat.

Tujuan pembelajaran yang telah direncanakan tidak akan tercapai jika guru belum menggunakan pendekatan yang tepat. Banyak pendekatan yang bisa diterapkan oleh guru dalam poses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajan IPS yaitu dengan menggunakan pendekatan CTL, karena pendekatan CTL mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan proses pembelajaran ditunjukkan pada proses pengalaman langsung siswa, kemudian siswa akan membangun pengetahuannya sendiri. Dengan membangun pengetahuannya sendiri pengetahuan siswa akan terus berkembang sesuai dengan pengalamannya. Kebermaknaan yang ditimbulkan dengan menggunakan pendekatan CTL akan membuat siswa tidak mudah lupa dengan informasi yang telah mereka peroleh karena informasi tersebut merupak kontruksi pengetahuan mereka sendiri.

(19)

B. Identifikasi Masalah

1. Penggunaan metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional. 2. Siswa kurang terampil dalam memecahkan masalah.

3. Siswa kurang aktif mengemukakan pendapat.

4. Hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS masih relatif rendah dan kurang memuaskan untuk mencapai kriteria ketuntasan belajar minimum (KKM) yaitu 70.

5. Siswa tidak mau berdiskusi karena kurangnya kerjasama antar kelompok.

C. Batasan Masalah

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi pada masalah:

1. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik . Aspek kognitif berupa hafalan (C1) sampai aplikasi (C3), sedangkan aspek afektif berupa penerimaan (A1) sampai pemberian nilai atau penghargaan(A3), kemudian aspek keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan berpikir, keterampilan akademik, dan keterampilan sosial.

2. Maksud dari pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning

dalam penelitian yakni mengaitkan konten materi yang dipelajari dengan dunia nyata peserta didik.

3. Materi pokok yang dipergunakan yaitu materi peta dan kenampakan alam, sosial, dan budaya.

D. Perumusan Masalah

Bedasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan masalah penelitian adalah “Apakah penerapan pendekatan

(20)

E. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi peningkatan pendidikan ilmu pengetahuan sosial, diantaranya:

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi sekolah agar sekolah dapat memberikan saran kepada guru untuk menerapkan pendekatan

contextual teaching and learning ketika mendapat kesulitan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan pembelajaran

contextual teaching and learning pada mata pelajaran IPS. 3. Bagi Siswa

Penelitian ini memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa belajar akan lebih mudah dengan observasi langsung ketika mereka merasa kesulitan mempelajari konsep yang abstrak.

4. Bagi Peneliti

(21)

6 BAB II

DESKRIPSI TEORITIS,

KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Menurut Balancard, Berns, dan Erickson sepeti yang dikutip Kokom Komalasari mengemukakan bahwa contextual teaching and learnig adalah konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.1 Sementara itu menurut Hull’s dan Sounders seperti yang dikutip oleh kokom Komalasari mengatakan bahwa pendekakatan

contextual teaching and learnig adalah suatu pendekatan yang membantu siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata.2

Pembelajaran kontekstual akan terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacau pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka. Materi pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, mereka akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menemukan pengetahuan baru dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.3

Selain itu terdapat karakteristik penting dalam proses pembelajaran CTL yaitu:

1

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013)., h. 6

2 ibid 3

(22)

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh pengetahuan dan menambah pengetahuan baru.

c. Terjadinya pemahaman pengetahuan yang sifatnya bukan hafalan. d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman.

e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.4 Dari pendapat-pendapat mengenai pendekatan CTL di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran CTL menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu proses belajar ditunjukkan pada proses pengalaman langsung siswa yang nantinya siswa akan membentuk pengetahuan baru sesuai dengan pengalamannya artinya siswa akan menghubungkan sendiri materi yang dipelajari dengan pengalamannya. Pendekatan CTL juga memungkinkan siswa untuk menerapkan apa yang telah di pahami tercermin dalam kesehariannya karena dalam proses pembelajaran siswa mengaitkan meteri pembelajaran dengan dunia nyata mereka. Dalam pembelajaran kontekstual guru lebih banyak berurusan dengan strategi agar siswa memperoleh informasi sendiri, guru akan membantu siswa memperoleh sendiri pengetahuannya melalui pengalaman siswa.

2. Asas-asas CTL

Pembelajaran dengan menggunakan CTL memiliki tujuh asas yang di dasarkan bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui proses menemukan kemudian mengkontuk pengetahuan. Tujuh asas CTL yaitu: a. Kontrukstivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa bedasarkan

4

(23)

pengalaman. Menurut kontruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi dari dalam diri seseorang.

Tobin dan Timmons dalam Remsey, (1996) menegaskan bahwa pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus memperhatikan empat hal yaitu:

1) Berkaitan dengan awal pengetahuan awal siswa (prior knowledge). 2) Belajar melalui pengalaman (experiences).

3) Melibatkan interaksi sosial (social interaction), kepemahaman (

sense making ).5 b. Inkuiri

Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:

1) Merumuskan masalah. 2) Mengajukan hipotesis. 3) Mengumpulkan data.

4) Menguji hipotesis bedasarkan data yang ditemukan. 5) Membuat kesimpulan.

c. Bertanya

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan

5

(24)

guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap meteri yang dipelajarinya.

d. Masyarakat belajar

Penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompok mereka saling membelajarkan, yang cepat belajar membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu di dorong untuk menularkannya pada yang lain.

e. Pemodelan

Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan meragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan cara melafalkan sebuah kalimat asing. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

f. Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa yang dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.

g. Penilaian nyata (Authentik Assessment)

(25)

memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan baik pengetahuan maupun mental.6 Karakteristik penilaian yang sebenarnya yaitu:

1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran 2) Bisa digunakanuntuk formatif maupun sumatif

3) Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta 4) Berkesinambungan

5) Terintegrasi

6) Digunakan sebagai feedback.7

Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran telah dikatakan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning apabila telah menerapkan ketujuh asa di atas. Asas-asas tersebut dapat dan di kombinasikan dengan pendekatan pembalajaran lain, akan tetapi ketuh asas CTL harus tetap utuh.

3. Prinsip Ilmiah CTL

Menurut Jhonson terdapat tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu: a. Prinsip saling ketergantungan, prinsip ini mengajak peserta didik untuk

mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik yang lainnya, dengan para siswa, dan dengan masyarakat. Selain itu prinsip kesaling tergantungan membuat mereka untuk berkerja sama, para siswa terbantudalam menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari pemecahan masalah, dari prinsip kesaling tergantungan mereka akan mengetahui bahwa dengan saling mendengarkan akan menuntun kepada keberhasilan

b. Prinsip deferinsiasi, deferinsiasi adalah penyatuan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada yang meliputi perbedaan-perbedaan kreatifitas, pengetahuan, dan suku. Deferinsiasi memungkinkan adanya keunikan, keragaman, dan kreativitas dengan saling mengormati dan bekerjasama dalam pencarian makna, pengertian, dan pandangan baru. Para siswa

6

Wina Sanjaya, op.cit., h. 263-269 7

(26)

menyadari bahwa setiap individu berbeda dan memiliki kelebihan masing-masing dan para siswa saling menghargai dan menghormati maka akan terbentuk suatu hasil kerja yang penuh kretivitas, keunikan, dan keberagaman.

c. Prinsip pengorganisasian diri atau pengaturan diri, prinsip ini meminta agar peserta didik mengeluarkan seluruh potensinya masing-masing. Ketika para siswa mengubungkan materi dengan konteks keadaan pribadi mereka maka mereka akan menemukan minat, keterbatasan, kemampuan, dan imajinasi masing-masing. Hal tersebut dapat terjadi apabila para siswa mendapat umpan balik secara terus-menerus melalui penilaian autentik.8

Berdasarkan paparan di atas, prinsip-prinsip CTL akan terjadi dengan sendirinya setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL. Terjadinya prinsip-prinsip dalam CTL tidak terlepas dari keterlaksanaan pembelajaran yang baik oleh guru ketika menerapkan pendekatan CTL.

4. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional.

Perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional yaitu: a. Pembelajaran dengan CTL

1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran.

2) Siswa belajar melalui kegiatan kelompok.

3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara rill. 4) Kemampuan didasarkan atas pengalaman.

5) Tujuan akhir dalam pembelajaran CTL yaitu kepuasan diri.

8

(27)

6) Tindakan atau prilaku dibangun atas dasar kesadaran sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat. 7) Pengetahuan yang dimiliki setiap individu berkembang sesuai

dengan pengalamannya.

b. Pembelajaran dengan konvensional

1) Siswa ditempatkan sebagai penerima informasi secara pasif.

2) Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, menghafal materi pembelajaran.

3) Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.

4) Kemampuan yang diperoleh melalui latihan-latihan. 5) Tujuan akhir yaitu nilai atau angka.

6) Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

7) Kebenaran yang diperoleh bersifat absolut dan final, karena pengetahuan dikontruksi oleh orang lain.9

Penjelasan di atas memberikan penjelasan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan CTL sangat berbeda jauh dengan pembelajaran konvensional. Selain itu peluang yang didapat siswa untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki terbuka luas, penerapan pendekatan CTL juga sangat sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.

5. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam CTL

Berikut ini merupakan beberapa yang dipertimbangkan dalam CTL: a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa.

9

(28)

b. Mempertimbangkan keberagaman siswa. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri, kesadaran berpikir, penggunaan startegi, dan motivasi berkelanjutan.

c. Memperhatikan muti-intelegensi.

d. Menggunakan teknik bertanya dalam rangka meningkatkan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

e. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar bermakna. f. Memfasilitasi kegiatan penemuan.

g. Mengembangkan rasa ingin tahu.

h. Menciptakan masyarakat belajar dengan membangun kerja sama di antara peserta didik.

i. Memodelkan sesuatu dalam rangka agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.

j. Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.

k. Menerapkan penilaian autentik.10

Faktor-faktor yang telah dikemukakan tersebut menjadi tolak ukur oleh guru ketika menerapkan pendekatan pembelajaran CTL. Faktor-faktor tersebut memberikan pengetahuan tambahan pada asas CTL, ketika asas CTL sudah terpenuhi dalam perencenaan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL, maka untuk melengkapi kekurangan dapat melihat pada faktor-faktor di atas.

6. Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learnig Langkah-langkah pembelajaran contextual teaching and learning

antara lain:

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi pengetahuan dan keterampilan barunya.

10

(29)

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya. d. Menciptakan masyarakat belajar.

e. Menghadirkan model sebagai contoh belajar. f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.11

Langkah-langkah tersebut dapat diubah urutannya ketika materi yang digunakan memungkinkan untuk merubah langkah terbut, akan tetapi tidak secara keseluruhan. Perubahan yang dilakukan terhadap langkah-langlah di atas ketika merancang pelaksanaan pembelajaran hanya pada langkah refleksi dan penilaian sebenarnya.

7. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Secara sederhana seperti yang dikutip oleh Trianto, Antony Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.12 Pandangan Antony Robbins senada dengan apa yang di kemukakan oleh Jerome, bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkontruk) pengetahuan baru bedasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.13

Untuk memperoleh wawasan tentang pengertian belajar, maka akan dijelaskan beberapa definisi tentang belajar seperti yang dikutip oleh Anisah Basleman. Uraian pengertian belajar yang dikutip Anisah Basleman yaitu:

1. Menurut Gagne, belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) yang berlangsung selama

11

Idrus Hasibuan, “Model Pembelajaran CTL”, Jurnal Logaritma, 2014, vol II, no. 01, h. 10

12

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014)., h. 17

13

(30)

suatu jangka waktu dan tidak sekedar menganggapnya proses pertumbuhan.

2. Borger dan Seaborn mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan yang lebih/kurang bersifat permanen dalam tingkah laku manusia sebagai hasil pengalaman.

3. Lefrancois mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman.14

Definisi lain tentang belajar juga di kemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip oleh Pupuh Faturrahman, diantaranya sebagai berikut:

1. Skinner mengartikan bahwa belajar adalah adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

2. Hilgard dan Bower mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon bawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelemahan, pengaruh obat dan sebagainya).

3. M. Sobry Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

4. C.T Morgan merumuskan bahwa belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

5. Thursan Hakim mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

14

(31)

tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. 15

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses peruabahan pengetahuan dalam sebuah proses yaitu terjalinnya pengetahuan awal dengan sesuatu yang baru saja di pelajarinya sehingga terjadi pembentukan pengetahuan. Pengetahuan awal yang telah dimiliki merupakan pondasi awal terbentuknya pengetahuan atau pemahaman baru bedasarkan pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan, sehingga pengetahuan awal dan yang baru saja dipelajari tidak berdiri sendiri. Dalam belajar perubahan yang terjadi bukan hanya pengetahuan tapi juga terjadi perubahan sikap dan keterampilan yang bersifat permanen dan berlangsung secara berkesinambungan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Syaodih hasil belajar atau achievement merupakan relasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang bisa dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penugasan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.16

Sejalan dengan pendapat di atas, Nana Sudjana mengatakan hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajarnya.17 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ngalim Purwanto, menurutnya hasil belajar adalah

15

Faturrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melaui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009)., h. 5-6

16

Nana Syaodih Sukmadinata., Landasan Psikologi Proses Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 102-103

17

(32)

hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu.18

Berdasarkan paparan di atas hasil belajar adalah hasil hasil berupa kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah menerima pengalaman belajar. Kemampuan-kemampuan tersebut berkembang terus-menurus, dan bertambah sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki seseorang.

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Tingkat pencapaian belajar yang dicapai siswa berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dibagi atas beberapa tingkat diantaranya:

a. Maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

b. Optimal: Apabila sebagian besar (75%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasi oleh siswa.

c. Minimal: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%-75% dapat dikuasi oleh siswa.

d. Kurang: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.19

Tingkat pencapaian belajar tersebut berhubungan pula dengan tindak lanjut dari pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan yaitu pemberian remedial, pengayaan dan akselerasi. Pemberian remedial dilakukan apabila pada beberapa kelompok belum mencapai kompetensi yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan, kemudian pengayaan diberikan apabila siswa telah mencapai kompetensi antara 75%-85%, sedangkan akselerasi diberikan kepada siswa yang telah mencapai kompetensi lebih dari 85%. Apabila

18

Ngalim Purwanto., Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda karya,2004), cet XII, h.13

19

(33)

materi atau bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa dikuasai secara maksimal oleh sebagian siswa maka guru diperbolehkan melanjutkan kegiatan belajar mengajar.

c. Domain Hasil Belajar

Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Perubahan setelah belajar juga akan memberikan dampak pada keterampilan yang dimiliki siswa.

Untuk memudahkan memahami dan mengukur perubahan perilaku siswa menurut Purwanto bahwa perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.20 Kognitif berkanaan dengan pengetahuan, afektif berkenaan dengan sikap, sedangkan keterampilan berkenaan dengan keterampilan.

Penjelasan lebih lengkap mengenai domain hasil belajar diantaranya yaitu:

1. Taksonomi hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi, hasil kemampuan kognitif bukanlah kemampuan tunggal akan tetapi domain tersebut mencangkup beberapa kemampuan atau tingkatan. Kemampuan dan tingkatan-tingkatan pada hasil belajar kognitif akan saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.

Tingkatan hasil belajar kognitif yang dibuat Benjamin S. Bloom seperti yang di kutip oleh Purwanto yaitu terdiri dari pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).21 Tingkatan yang dibuat oleh Benjamin S. Bloom dari C1 sampai C3 adalah tingkat rendah, sedangkan C4 sampai C6 adalah tingkat tinggi.

20

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)., h. 48 21

(34)

2. Taksonomi hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.22

Ada beberapa kategori hasil belajar afektif. Kategorinya dimulai dari tingkat paling rendah sampai ke tingkat yang kompleks. Kategori-kategori tersebut yaitu:

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima sangsangan dari luar yang datang kepada siswa.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadiaanya dan tingkah lakunya. 23 3. Taksonomi hasil belajar psikomotorik

Menurut Evelin Siregar dan Hartini Nara hasil belajar psikomotorik adalah perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh, antara lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, dan menendang.24 Sedangkan menurut Dave dalam Evelin Siregar dan Hartini Nara, Dave mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotorik, kelima jenjang

22

Sudjana, op. cit., h. 29

23

Ibid., h. 30

24

(35)

tersebut yaitu meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai dan naturalisasi.25

Sedangkan tujuan pembelajaran dalam aspek keterampilan, Frank, J.R dalam Sapriya menyebutkan beberapa kelompok yang perlu dilatihkan kepada siswa dalam proses melalui pengajaran IPS, yaitu:

a) Keterampilan berpikir, misalnya: mengamati, melakukan pengamatan, menjelaskan, membandingkan atau mempertentangkan, mengembangkan konsep, membedakan, merumuskan definisi, merumuskan hipotesis, merumuskan generalisasi, meramalkan, memberikan/menggambarkan, dan mengemukakan alternatif pemikiran atau pendapat.

b) Keterampilan akademik, misalnya: membaca, melihat/ melakukan observasi, mendengarkan, merumuskan garis besar/out line, membuat catatan, menuliskan judul pada suatu karangan/papan flannel, membuat bagan/skema, membaca dan menafsirkan peta, membuat diagram, membuat tabulasi, membuat bagan urutan waktu, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan.

c) Keterampilan sosial, misalnya: merencanakan bekerja dengan orang lain, mengambil bagian dalam proyek penelitian, mengambil bagian secara produktif dalam diskusi kelompok, bertindak secara tanggung jawab, dan bersedia membantu dan menolong orang lain.

d) Keterampilan yang berhubungan dengan pengorganisasian dan penggunaan informasi atau intelektual: mengklasifikasi informasi, menafsirkan, menganalisis informasi, mengikhtisar informasi, mensintesiskan informasi, dan mengevaluasi informasi.

e) Keterampilan mengambil keputusan: mengidentifikasi situasi yang memerlukan pengambilan keputusan, mendapatkan informasi fakta yang diperlukan untuk pengambilan keputusan, mengetahui adaanya nilai-nilai yang terlibat dalam situasi tersebut dan masah-masalah yang muncul, mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan dan akibat-akibatnya, mengambil keputusan atas dasar data yang diperoleh, dan bertindak untuk mengambil keputusan tersebut.

f) Keterampilan interpersonal dan partisipasi sosial: menyatakan keyakinan pribadinya, mengkomunikasikan kepercayaan-kepercayaan dan keyakinan pribadinya, menyesuaikan perilaku dirinya dengan kelompok dan situasi, mengakui bahwa

25

(36)

hubungan antar pribadi bersifat saling melengkapi kebutuhan masing-masing

g) Keterampilan interaksi kelompok: memberi sumbangan pada iklim kelompok yang baik/ sehat, mengambil bagian dalam menyusun peraturan dan pedoman untuk kehidupan kelompok, bertindak sebagi pemimpin atau anggota kelompok, membantu tujuan anggota kelompok, mengambil tindakan kelompok, mengambil bagian dalam pembicaraan dan perundingan kelompok.

h) Keterampilan partisipasi sosial dan politis: selalu tangggap terhadap masalah-masalah yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, mengidentifikasi dimana tindakan sosial diperlukan, bekerja secara pribadi atau kelompok untuk mengambil tindakan yang tepat, bekerja untuk mempengaruhi para kebijakan dalam masyarakat untuk membelajarkan kebebasan-keadilan sosial dan hak-hak asasi, menerima dan memenuhi tangggung jawab sosial yang berhubungan dengan kewarganegaraan dalam masyarakat. 26

Berdasarkan uraian di atas, keterampilan-keterampilan dalam IPS yang dikuasai siswa tidak dapat langsung dikuasai karena penguasaan tersebut terjadi bertahap dari tingkat tinggi yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Keterampilan tingkat rendah yang dikemukakan oleh Frank, J.R yakni keterampilan berpikir, keterampilan akademik, dan ketampilan sosial. Sedangkan keterampilan tinggkat tinggi yakni keterampilan yang berhubungan dengan pengorganisasian, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan interpersonal, keterampilan interaksi kelompok, dan keterampilan partisipasi sosial.

Gambaran lengkap mengenai hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat dilihat pada table di bawah ini.

Table 2.1

Bloom’s Taxonomy Lerning Domain – The Kognitif Domain (Diadopsi dari buku Suyono dan Hariyono)

No. Kategori Paparan Perilaku Contoh-contoh kegiatan pembelajaran serta

bukti-1. Pengetahuan Mengingat atau Tes pilihan ganda, Menyusun,

26

(37)

mengenali

(38)

gagasan, pemikiran 6. Evaluasi Menilai efektivitas

seluruh konsep

Bloom’s Taxonomy Lerning Domain The Affective Domain (Diadopsi dari buku Suyono dan Hariyono)

(39)

bukti-bertanya dan

Dave’s Taxonomy Lerning Domain The Psychomotor Domain (Diadopsi dari buku Suyono dan Hariyono)

No. Kategori Paparan Perilaku Contoh-contoh kegiatan pembelajaran serta

bukti-1. Peniruan Menjiplak tindakan atau yang lain,

(40)

3. Ketepatan Menjalankan

4. Penekanan Beradaptasi dan memadukan 5. Naturalisasi Secara otomatis di

bawah sadar

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, yani faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal merupakan faktor luar yang mempengaruhi siswa. faktor-faktor terebut diuraikan seperti di bawa ini.

1. Faktor Internal a) Faktor fisiologis

(41)

dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.27

b) Faktor psikologis

Faktor kedua dari faktor internal yaitu faktor psikologi. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda yang mempengaruhi proses dan hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis diantaranya: intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, serta kognitif dan daya nalar. Salah satu contoh dari faktor psikologis yaitu:

“Seorang mahasiswa A bercerita kepada temannya B, sesama mahasiswa, bahwa ketika belajar dan mengahadapi ujian, ia merasa sukar memusatkan pikirannya karena selalu teringat dengan pacarnya. Dalam pada itu B berkata bahwa ia berhasil memperoleh nilai yang cukup tinggi dari ujiannya berkat usahanya yang keras disebabkan oleh cita-cita menjadi dokter. Karena khawatir tidak berhasil mencapai cita-citanya itu, maka ia belajar sampai jauh malam”.28

Dari contoh tersebut mahasiswa A memiliki mental yang berkebutuhan memperoleh prestasi yang gemilang lebih tinggi dari mahasiswa B. dengan adanya motif dan motivasi dalam diri peserta didik maka akan tercapai proses dan hasil belajar yang optimal.

2. Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan juga lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan

27

Yudhi Munadi., Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada Press Jakata, 2012), h. 21

28

(42)

suhu, kelembapan. Kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udara yang masih segar, apalagi di dalam ruang yang masih mendukung untuk bernafas lega.

Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas merasa tergangggu oleh orang yang berada di luar persis di depan kelas tersebut. Oleh karena itu sekolah hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.

b) Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, misalnya dilihat dari tujuan kurikulum, setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan tentang hasil pendidikan. Oleh karena itu setiap ada perubahan tujuan kurikulum maka dipastikan ada perubahan keinginan, bahkan merubah program atau mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.29

Penjelasan-penjelasan di atas memberikan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal yaitu yang datang dari dalam, sedangkan faktor internal yaitu yang datang dari luar. Faktor internal dan fakktor eksternal saling

29

(43)

mempengaruhi, sehingga sangat penting bagi guru untuk memperhatikan kedua faktor tersebut agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

8. Hakikat IPS a. Pengertian

Pengertian IPS telah banyak di kemukakan oleh para ahli, di negara asing khususnya di negara-negara barat ilmu pengetahuan sosial lebih dikenal dengan nama sosial studies. Menurut Welton dan Mallan seperti yang dikutip oleh Sapriya bahwa studi sosial sebagai mata pelajaran gabungan terutama dari: a. disiplin ilmu-ilmu sosial, b. temuan-temuan (atau pengetahuan) yang berasal dari displin ilmu-ilmu sosial, c. proses-proses yang dilakukan oleh ilmuan sosial dalam menghasilkan temuan atau pengetahuan itu.30

Menurut the National Council for the Social Studies dalam Sapriya merumuskan sosial studies sebagai program yang dibangun oleh sejumlah disiplin ilmu sosial yakni sejarah, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, geografi, dan semua modifikasi atau kombinasi mata-mata pelajaran terutama yang memiliki materi dan tujuan yang berhubungan dengan masalah-masalah kemasyarakatan.31

Menurut Nu’man Soemantri dalam Sapriya menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siwa-siswi sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah

30

Sapriya, Susilawati, dan Sadrajuddin Nurdin, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006)., h. 4

(44)

dicerna.32 Pengertian sosial studies adalah ilmu-ilmu yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan.33

Dengan demikian IPS merupakan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terdiri dari beberapa ilmu yaitu geografi, sejarah, kewarganegaraan, ekonomi, dan sosiologi yang disederhanakan untuk jejang SD dan dapat diperluas sesuai tingkat perkembangan berfikir siswa. Ilmu-ilmu sosial tersebut mempunyai tujuan yang berhubungan dengan kemasyarakatan, sehingga dengan IPS siswa akan mengenal masyarakat dan lingkungannya sendiri dari konsep yang sempit menuju konsep yang lebih luas.

b. Tujuan dan Prinsip Dasar Pembelajaran IPS MI

Tujuan pembelajaran IPS MI adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa-siswi untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat dan kemampuan dan lingkungannya dalam bidang pembelajaran IPS MI. Tujuan yang lebih spesifik bisa ditelaah di bawah ini:

1) Mengembangkan kosep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.

2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial

3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional, maupun global.34

Nur Hadi seperti yang dikutip oleh Ahmad Susanto menyebutkan bahwa ada empat tujuan pendidikan IPS, yaitu: knowledge, skill,

32

Nadlir, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial, ( Bandung: LAPIS PGMI, 2009), paket 1, h. 10 33

Sapriya, Tuti Istianti, dan Effendi Zulkifli., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 43

34

(45)

attitude, dan value. Pertama knowledge sebagai tujuan utama dari pendidikan IPS yaitu membantu para siswa mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, dan mencangkup geografi, sejarah, polotik, ekonomi, dan sosiologi. Kedua, skiil yang mencangkup keterampilan berpikir. Ketiga attitude yang terdiri atas tingkah laku berpikir dan tingkah laku sosial. Keempat, value yaitu nilai yang terkandung dalam masyarakat maupun lembaga pemerintah, termasuk di dalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan antar bangsa, dan ketaatan kepada pemerintah dan hukum35. Sedangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP), seperti yang dikutip oleh Kanda Ruskandi dan Yuda Ferdian mengatakan bahwa tujuan IPS adalah: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.36

Prinsip-prinsip dasar pembelajaran IPS MI diharapkan dapat menjawab tantangan dari masalah kehidupan yang dihadapi siswa-siswi. Prinsip-prinsip yang dikembangkan juga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan kehidupan, yaitu melalui penumbuh kembangan kemampuan siswa-siswi pada aspek kognitif, afektif dan interaktif.

Secara umum prinsip pembelajaran IPS MI yang dikembangkan dalam IPS berpatokan pada prinsip-prinsip di bawah ini:

35

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013)., h. 146

36

Kanda Ruskandi dan Yuda Ferdian, “Penerapan Pendekatan Contextual Teacing and Learning dalam Pembelajaran IPS di SD untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”

(46)

1) Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi, dan mendorong untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik secara mental maupun secara psikomotorik, afektif, dan interaktif.

2) Memungkinkan siswa-siswi untuk menentukan sendiri konsep, prinsip, dan teknik-teknik interaksi dengan lingkungannya.

3) Memiliki relevansi dengan kehidupan sehari siswa-siswi. 4) Memposisikan guru sebagai fasilitator belajar.

5) Memberikan rasa aman dan senang untuk siswa-siswi sehingga dapat belajar dengan betah dan merangsang berfikir kreatif.37

Kesimpulan dari penjelasan mengenai tujuan dan prinsip pembelajaran IPS adalah tujuan dan prinsip mempunyai pengertian yang hampir sama, hanya saja jika tujuan pembelajaran IPS memberikan kempuan dasar pada peserta didik, sedangkan prinsip pembelajaran IPS memberikan arah bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Prinsip pembelajaran IPS memberikan keterangan bahwa pembelajaran IPS yang telah dirancang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip di atas sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai secara optimal.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang strategi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS peneliti mengutip penelitian yang relevan yaitu:

1. Jurnal yang disusun oleh Sarminah dengan judul Penerapan Pendekatan

Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada rata-rata nilai hasil belajar yang dicapai meningkat dari 71,54 (80%) pada siklus I menjadi 81,69 (93,3%) pada siklus II. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sarminah dilakukan di kelas II, dan penelitian hanya

37

Purwana, op.cit., h. 1.11

(47)

fokus pada hasil belajar kognitif. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti membahas hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik di kelas IV. Persaman dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan pendekatan CTL dan menggunakan penelitian tindakan kelas.

2. Jurnal yang disusun oleh Febry Munda Aji Qisty, Sukardi, dan Tarsis Tarmuji yang berjudul efektifitas pendekatan contextual teaching and learning pokok bahasan permintaan, penawaran, dan terbentuknya harga pasar terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Cilacapt tahun pelajaran 2011/2012, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning

lebih efektif dibanding pembelajaran konvensional pada materi permintaan, penawaran, dan terbentuknya harga pasar. Hasil belajar siswa untuk kelas kontrol mendapat rata-rata 75,76, sedangkan kelas eksperimen mendapat rata-rata 81,84. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t hitung > t tabel

yang menunjukkan 5,08 >1,67 yang baerarti H0 ditolak dan Ha diterima.

Persamaan anatara peneliti dengan penulis yaitu penulis melakukan penelitian dengan metode quasi di tingkat SMP, sedangkan penulis dengan metode PTK di tingkat SD.

3. Jurnal yang disusun oleh Yuda Ferdian yang berjudul penerapan pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran IPS di SD untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, hasil penelitiannya menujukkan bahwa ketrampilan berpikir kritis siswa sangat meningkat, hal ini bisa dilihat dari presentase rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus I sebesar 2,54 dengan kategori cukup, kemudian meningkat menjadi 3,74 dengan kategori sangat baik pada siklus II. Perbedaan antara penulis dengan peneliti yaitu peneliti membahas hasil belajar sedangkan penulis membahas keterampilan siswa, persamaannya yaitu penelitian dilakukan di kelas IV SD pada mata pelajaran IPS melalui pendekatan CTL.

(48)

Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri Tambakaji 01 Semarang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Hasil penelitiannya memberikan keterangan bahwa siswa yang mencapai KKM sebanyak 33 siswa pada siklus III dan pada siklus II sebanyak 29 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa pada siklus III. Hasil belajar afektif pada siklus II mendapat rata-rata 9,6 kemudian meningkat pada siklus III menjadi 11,4. Untuk hasil belajar psikomotorik pada siklus II mendapat rata-rata 7,12 dan meningkat pada siklus III menjadi 9,09. Persamaam antara peneliti dengan penulis yaitu penelitian dilakukan di kelas IV SD dan membahas hasil belajar kognitif, afektif, dan spikomotorik. Perbedaan penelitian yang dilakukan yaitu penulis menggunakan audio visual sedangkan peneliti hanya menggunakan pendekatan CTL.

C. Kerangka Berpikir

(49)

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka pikir ini dapat disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

D. Hipotesis Tindakan

Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian yaitu: “Penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS”.

Kondisi Awal

Tindakan

Siklus I

Terjadi peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa

Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik masih di bawah KKM

Guru menerapkan pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and learning

Tidak berhasil

Siklus II

(50)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV-1 SD Dharma Karya UT. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran, proses pembelajaran yang dilaksanakan akan menjawab apakah proses pembelajaran yang baik akan memberikan dampak yang positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

Melalui penerapan pendekatan contextual teaching and learning siswa juga akan terbantu bahwa belajar akan lebih mudah ketika konsep yang dipelajari dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ketika penelitian ini selesai, siswa diharapkan menerapkan sendiri cara belajar yang telah diajarkan peneliti dengan baik. Selain itu, pihak sekolah juga diharapkan akan sadar bahwa pelaksanaan PTK tidak akan mengganggu proses pembelajaran, atau takut terganggu dalam mencapai target kurikulumnya karena jika penerapan PTK dilaksanakan dengan benar sesuai dengan aturan maka pelaksanaan PTK akan mampu memberikan solusi terbaik dalam menjawab permasalahan-permasalahan di kelas. Penelitian ini juga mampu menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui tindakan yang telah direncanakan.

(51)

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Dharma Karya UT Jl. Pala Raya No.3 Pondok Cabe Udik Pamulang pada siswa kelas IV-1 semester 1 tahun ajaran 2016/2017. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 semester satu.

C. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas classroom action research. Dengan metode ini peneliti akan mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas. Proses belajar adalah interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan lingkungannya, dan fokus kajian dalam penelitian ini meliputi proses dan hasil belajar. Pemilihan metode ini didasarkan pada pendapat ahli yang menyatakan bahwa PTK mampu menawarkan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas.

Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil intruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar di kelas.

Penerapan PTK dalam pendidikan memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningakatkan relevansi, meningkatkan efisienasi pengelolaan dan intruksional pada komunitas serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

(52)

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen dan perangkat pembelajaran.

2. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pada tahap tindakan ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.

3. Pengamatan ( Observing)

Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar obeservasi.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini peneliti bersama guru menganalisis data yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

Rencana Tindakan

Pelaksana Tindakan observasi

refleksi

Rencana Tindakan

Pelaksana tindakan

Observasi

Refleksi

?

(53)

Berdasarkan desain penelitian pada gambar 3.1, maka siklus pada penelitian tindakan kelas akan berhenti apabila kriteria keberhasilan belajar telah tercapai.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV-1 SD Dharma Karya UT yang berjumlah 27 siswa, 14 orang laki-laki dan 13 siswa perempuan.

E. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti berperan langsung sebagai perancang dan praktisi yang melakukan proses pembelajaran yaitu mengajarkan materi dengan menggunakaan Pendekatan CTL. Penelitian ini juga melibatkan guru kelas yang bertindak sebagai observer.

F. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap sikulusnya meliputi beberapa tahapan. Pada siklus I tahap-tahap yang dilakukan, yaitu: studi pendahuluan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi, dan terakhir tahap refleksi. Kelima tahap tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa. Siklus dalam penelitian ini dirancang dalam dua siklus di mana siklus I bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, sedangkan siklus II akan dilaksanakan apabila penelitian tidak berhasil sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, artinya penelitian akan berhenti jika penelitian telah berhasil.

Adapun tahap intervensi tindakan dalam penelitian ini akan dijabarkan melalui bagan sebagai berikut:

Prosedur singkat penelitian

No. Tahapan Siklus

I II

1 Studi Pendahuluan

Wawancara antara peneliti dengan guru serta dengan siswa mengenai proses dan hasil belajar IPS

(54)

2 Tahap

4 Refleksi Pada tahap ini dilakukan refleksi terhadap seluruh saja yang telah terjadi dalam proses pembelajaran dan mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran CTL.

Hasil yang diharapkan Peningkatan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya proses pembelajaran dan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan pembelajaran CTL. Indikator dalam penelitian ini yaitu:

(55)

yang menjadi subjek penelitian mencapai hasil belajar dengan ketuntasan belajar minimum dari seluruh jumlah siswa dalam satu kelas.

2. Untuk keterlaksanaan proses mengajar melalui penerapan pendekatan CTL dianggap telah berhasil apabila hasil perhitungan skor observasi mencapai ≥ 85% dari skor total yang telah ditetapkan.

H. Data dan sumber data 1. Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif:

a. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka atau bilangan.1 Data ini bersifat objektif. Dalam penelitian ini data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan pendekatan CTL dan hasil tes akhir pada setiap siklus. b. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berupa kalimat atau pernyataan berupa penjelasan menggambarkan keadaan, proses, dan peristiwa tertentu .2 Dalam penelitian ini data kualitatif yang digunakan berupa hasil observasi hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik siswa, observasi kegiatan mengajar guru (peneliti) menggunakan pendekatan CTL, dokumentasi (berupa foto kegaitan pembelajaran), serta catatan lapangan.

2. Sumber Data a. Siswa

Sumber data siswa dalam penelitian ini diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan pada siklus pertama sampai siklus ke dua, hasil evaluasi belajar mengajar, lembar pengamatan maupun catatan lapangan.

1

(56)

b. Guru

Sumber data guru dalam penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan dan catatan lapangan yang dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL.

c. Data Dokumen

Sumber data yang berupa dokumen dalam penelitian ini diperoleh bedasarkan nilai tes dan catatan lapangan guru yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan.

I. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dibutuhkan adanya teknik yang tepat dan relevan dengan data yang akan dicari. Adapun teknik pengumpul data sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Lembar observasi digunakan untuk observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengevaluasi kegiatan mengajar peneliti selama tindakan kelas dan juga untuk mengetahui hasil belajar (afektif dan psikomotorik siswa) dan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 14.

2. Catatan lapangan dan hasil dokumentasi

Catatan lapangan dan hasil dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran, catatan lapangan digunakan untuk mengetahui keadaan guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Data ini menjadi data pelengkap dari data kuantitatif berupa hasil pretest dan posttest, format catatan lapangan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 21. 3. Lembar Tes Individu

Gambar

Gambar 4.3 : Grafik Observasi Guru Siklus I dan Siklus II  ......................................
Bloom’s Taxonomy Lerning Table 2.2 Domain – The Affective Domain
Dave’s Taxonomy Lerning Table 2.3 Domain – The Psychomotor Domain
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana. © Inri Rahmawati 2014 Universitas

Sensor yang digunakan adalah “PING)))™ Ultrasonic Range Finder ”, buatan Parallax. Agar sensor ini dapat digunakan untuk mengukur jarak dibutuhkan sebuah

menyelesaikan studi Pascasarjana S2 di Program Magister Ilmu Lingkungan di. Universitas Diponegoro

PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 INI / MEMPUNYAI PROGRAM KERJA. PEMBINAAN

DAFTAR PUSTAKA

News reader : Program kerja perpustakaan kota Yogyakarta Tahun 2010 Perpustakaan kota Yogyakarta Pada tahun 2010 ini mempunyai program kerja Pembinaan dan penggembangan

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Tanggal 26 Februari 2013. yang dinyatakan telah memenuhi syarat