• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam terhadap pelaksanaan shalat fardhu siswa SMP islam al Ma'arif Cinangka sawangan Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam terhadap pelaksanaan shalat fardhu siswa SMP islam al Ma'arif Cinangka sawangan Depok"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SAWANGAN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Oleh:

MUTIA SARI NIM: 106011000132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

▸ Baca selengkapnya: soal essay tentang shalat fardhu

(2)

SAWANGAN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUTIA SARI NIM: 106011000132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

i

أ

=

a

ز

=

z

ق

=

q

ب

=

b

س

=

s

=

k

ت

=

t

ش

=

sy

=

l

ث

=

ts

ص

=

sh

م

=

m

ج

=

j

=

dh

=

n

ح

=

h

ط

=

th

=

w

خ

=

kh

ظ

=

zh

ھ

=

h

د

=

d

ع = ‘

ي

=

y

ذ

=

dz

غ

=

g

=

r

ف

=

f

2. Vokal

Vokal (a) panjang = â, contoh:

ﻞﺎﻗ

= qâla

Vokal (i) panjang = î, contoh:

ﻞﯿﻗ

= qî

la

Vokal (u) panjang = û, contoh:

نوﺪ

= dûna

Diftong

و ―

= au

(5)

ii

Sawangan Depok”,ditulis oleh Mutia Sari (106011000132) di bawah bimbingan Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif menggunakan deskriptif korelasional, melalui pengumpulan data yakni dengan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan data dan fakta yang valid.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka Sawangan

Depok.

Berdasarkan analisa data hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif dan korelasinya

tergolong sedang atau cukup.

(6)

iii

Tiada rangkaian kalimat yang paling indah selain memanjatkan untaian

kalimat syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

berbagai nikmat dan karunia-Nya dan menjadikan iman itu indah dalam hati

hamba-Nya serta menjadikan kecintaan akan risalah-Nya lebih dari segala apapun

di dunia ini. Dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat dipermudah dalam

penyelesaian skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam

Al-Ma’arif Cinangka Sawangan Depok”dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada insan mulia yang

menjadi uswah agung sepanjang masa Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para

sahabat dan pengikutnya yang selalu istiqomah menyeru dengan seruannya dan

berpedoman dengan petunjuknya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu Pendidikan keIslaman (S.Pd.I). dalam penulisan skripsi ini,

penulis menyadari tentunya tidak sedikit kendala, hambatan dan kesulita yang

penulis hadapi. Namun berkat keyakinan, kerja keras, motivasi juga bantuan dari

berbagai pihak segala kesulitan tersebut dapat penulis hadapi dengan

sebaik-baiknya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta para pembantu dekan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. dosen pembimbing skripsi atas

(7)

iv telah membantu penulis selama kuliah.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu

dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah

diajarkan dapat bermanfaat di kemudian hari.

6. Pimpinan dan segenap pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang turut memberikan andil besar

dalam menyediakan berbagai referensi dan sumber-sumber

7. Khususnya kedua orang tua tercinta, Bpk. Tamrin dan Ibu Nurlaila yang

tak pernah lelah menuntun dan memberi semangat, yang selalu

mencurahkan kasih sayang sepanjang masa dan do’a restu yang selalu

mengiringi setiap langkah penulis, tanpa itu semua mungkin penulis tidak

akan mampu berjuang setegar ini. Semoga Allah selalu memberkahi dan

membahagiakan mereka walaupun penulis belum mampu membuat

mereka bahagia, Amin.

8. Seorang terkasih yang selalu setia menemani dan menghiasi hari-hari

dengan penuh cinta dan ketulusan, suami tercinta Nurjaya. Dengan penuh

pengertian, motivasi dan tak henti-hentinya memberi dukungan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih “aa”…

semoga ketulusanmu membawa kepada kebahagiaan hakiki. Amin.

9. Teman-teman seperjuangan kelas D angkatan tahun 2006, Wye-Wye,

Koyah, Retno, Neneng, Neni, ijah dan semuanya semoga tercapai segala

asa dan harapan. Semangat.

10. Ust. Hariyanto dan teh Amel yang selalu memberi motivasi, dukungan

juga bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya.

(8)

v

pengalaman serta kemampuan saya dalam menulis, namun demikian, saya

berharap agar karya tulis ini dapat menjadi sumbangsih yang berarti dalam

dunia pendidikan.

Jakarta, 18 Maret 2011

(9)

v

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Permasalahan ... 5

1. Identifikasi Masalah... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan masalah... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 8

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 12

3. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Agama ... 19

4. Pendidikan Agama Islam di SMP ... 22

B. Ibadah Shalat Fardu 1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu ... 26

2. Syarat dan Rukun Shalat ... 30

3. Kedudukan Shalat ... 38

(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 48

B. Metode Penelitian... 48

C. Populasi dan Sampel ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data ... 49

2. Teknik Pengolahan Data ... 50

3. Analisis Data... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al Ma’arif... 54

B. Deskripsi Data... 60

C. Analisis Data... 77

D. Interpretasi Data... 89

E. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 90

B. Saran... 91

(11)

vii 2 Skor Jawaban Angket

3 Indeks Korelasi

4 Data Guru SMP Islam Al-Ma’arif

6 Struktur Kurikulum

7 Bidang Studi Agama Islam Penting Dipelajari Bagi Umat Islam

(Variabel X)

8 Bidang Studi Agama Islam Bermanfaat untuk Menambah Pengetahuan dan

Pengalaman Ajaran Islam

9 Materi Pendidikan Agama Islam Sulit Dipelajari

10 Senang Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

11 Rajin Mengikuti Pelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

12 Guru Memotivasi Anda untuk Melaksanakan Shalat

13Setelah Ruku’ Langsung Sujud Tanpa I’tidal Terlebih Dahulu

14 Bersosialisasi dengan Orang yang Ada di Sekitar

15 Menyadari Kekurangan yang Ada dalam Diri Sendiri

16 Shalat Diyakini Dapat Menjaga Kesehatan Orang yang

Melaksanakannya

17 Membaca Amin Setelah Membaca Al-Fatihah

18 Membaca Al-Qur’an Sesuai dengan Ilmu Tajwid

19 Berkeinginan Membalas Kejahatan Orang Lain

20 Saya Tidak Mengangkat Kedua Tangan Ketika Rakaat Ketiga

21 Membaca Al-Quran Setelah Shalat

22 Jika di Dalam Bus Saya Shalat dengan Tidak Menghadap Kiblat

23 Sujud Syukur Jika Mendapat Nikmat

24 Mengakui Kelebihan Orang Lain

25Merasa Berhasil Walaupun Tidak Berdo’a26 Ketika Takbiratul Ihram Saya

Tidak Membaca Allahu Akbar

(12)

viii

29 Merasa Diawasi Oleh Allah Karena Itu Anda Melakukan

Kebaikan

30 Melakukan Kebaikan Jika Banyak Orang

31 Shalat Berjamaah Lebih Baik daripada Shalat Sendiri

32 Melaksanakan Shalat 5 Waktu Sehari Semalam

33 Melaksanakan Shalat Tanpa disuruh Oleh Orang Tua

34Berdo’a Setelah Shalat

35 Shalat Sunnah Dilakukan untuk Menyempurnakan Shalat Fardu

36 Merasa Tenang Setelah Melaksanakan Shalat

37 Senang Melakukan Puasa Sunnah

38 Shalat di Awal Waktu

39 Tenang-tenang Saja Jika Meninggalkan Shalat

40 Shalat Adalah Kebutuhan Sehari-hari

41 Memenuhi Syarat-syarat Shalat

42 Saya Merasa Dekat dengan Allah Setiap Shalat

43 Terlambat Masuk Sekolah dan Mengerjakan Shalat

44 Melaksanakan Shalat Terburu-buru

45 Melaksanakan Shalat dengan Tertib

46 Membaca Surat dengan Tartil atau Perlahan-lahan

47 Rekapitulasi Skor Hasil Angket Variabel X

48 Rekapitulasi Skor Hasil Hasil Angket Variabel Y

49 Analisis Korelasi Variabel Pendidikan Agama Islam (X) dan

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama merupakan suatu sistem kependidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia dalam

rangka meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Agama memiliki peranan yang sangat strategis dalam memperbaiki

atau membina sikap dan tingkah laku manusia, yaitu membina budi pekerti

luhur seperti, kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang, cinta

mencintai dan menghidupkan hati nurani manusia untuk memperhatikan Allah

SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain.

Pendidikan Agama Islam ialah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama

Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadis, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi

tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud

(14)

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan

bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si

peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran

agama. Oleh karena itulah, Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan

Penddikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan

mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga

mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama

Islam.

Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan dalam pribadi anak

sejak ia lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah

dilanjutkan pembinaan pendidikan ini di sekolah, mulai dari taman

kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sebab pendidikan pada masa

kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.

Perkembangan agama pada seseorang sangatlah ditentukan oleh pendidikan

dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun

dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan

perkembangannya.

Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran di

sekolah umum mempunyai peranan penting dalam menanamkan rasa takwa

kepada Allah SWT yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa keagamaan

yang kuat dan melahirkan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran agama

yang diyakini, tentunya juga dengan melaksanakan ibadah secara sempurna

(15)

Pendidikan Agama Islam membekali siswa untuk memiliki

pengetahuan agama Islam dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama

untuk mendukung siswa dalam mengoptimalisasikan tujuan tersebut.

Oleh karenanya, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah

tidak hanya diberikan berupa materi-materi saja tetapi juga mengadakan

praktik jika ada keterkaitan dengan perbuatan ibadah, seperti shalat, puasa,

mengaji, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perbuatan dalam

Pendidikan Agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan siswa untuk memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianutnya

sehingga menimbulkan kesadaran beragama dengan selalu melaksanakan

ibadah sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Di antara ibadah dalam Islam itu, shalatlah yang membawa manusia

kepada sesuatu yang amat dekat dengan Tuhan, apabila dihayati. Di dalamnya

terdapat dialog antara dua pihak yang berhadapan antara manusia dengan

Tuhan. Dalam shalat, manusia menuju kesucian Tuhan, berserah diri kepada

Tuhan, memohon pertolongan, perlindungan, petunjuk, ampunan, rezeki, juga

memohon dijauhkan dari kesesatan, perbuatan yang tidak baik dan perbuatan

yang jahat.

Di dalam shalat disamping berdialog dan bermunajat, seseorang juga

mengahayati iman, mengulang-ulangi kata-kata yang terkandung dalam rukun

iman yang enam. Dan siap menghambakan diri kepada Tuhan ketika orang

melakukan shalat, ia menyadari kedudukannya sebagai makhluk dan hamba

Tuhan. Di sini orang mengulangi membaca kitab sucinya, menguatkan

kegemaran Rasul-Nya, mengingat-ingat hari akhirat, hari perhitungan dan

pertanggungan jawab amal dan sebagainya.1

Shalat merupakan pondasi terbaik bagi amal kebaikan di dunia ini,

serta rahmat dan kemuliaan di akhirat kelak. Shalat adalah ibadah yang sangat

1

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf “ Nilai-nilai Akhlak /Budi pekerti dalam Ibadat dan

(16)

penting bagi orang Islam. Ibadah shalat yang dilakukan dengan baik,

berpengaruh bagi orang yang melakukannya. Ibadah jika dilakukan membawa

ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian dalam hidup. Shalat wajib

dijalankan oleh setiap muslim, apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa.

Begitu pentingnya shalat bagi kaum muslimin, sehingga para orang tua

maupun guru berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan

shalat sejak dini.

Berhubungan dengan hal tersebut, dalam standar kompetensi mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang

dikuasai siswa selama menempuh Pendidikan Agama Islam di SMP.

Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan

dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan

ketakwaan kepada Allah SWT. kemapuan-kemampuan yang tercantum dalam

komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan

dasar umum yang dicapai di SMP yaitu:

1. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.

2. Mampu membaca Al-Qur’andan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.

3. Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.

4. Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.

5. Mampu mengamalkan sistem mu’amalat Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2

Berdasarkan penjabaran di atas, jelaslah bahwa pembelajaran

pendidikan agama Islam sangat mendukung siswa dalam pelaksanaan shalat

mereka. Dengan adanya pembelajaran Agama Islam di tiap jenjang pendidikan

akan sangat mempengaruhi kualitas ibadah siswa, sehingga pembelajaran

pendidikan agama tidak bisa diabaikan dalam proses pelaksanaan

2

(17)

pembelajaran di sekolah. Dengan adanya keseriusan penyampaian materi,

seorang guru dapat mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan

hubungan manusia dengan Allah SWT (hablum minallâh), sesama manusia

(hablum minannâs), maupun hubungannya dengan alam (hablum minal’alam).

Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Al-Ma’arif Cinangka

sudah cukup baik. Dalam pembelajaran, selain membekali siswa dengan

pengetahuan-pengetahuan agama, guru juga membiasakan siswa membaca

Al-Qur’an sebelum memulai pembelajaran dan senantiasa mengajak siswa untuk

melaksanakan praktek-praktek ibadah. Selain itu sekolah juga mengadakan

pengajian rutin setiap bulan. Ini dilakukan hanya untuk memotivasi siswa agar

giat melaksanakan ibadah khususnya shalat lima waktu. Shalat merupakan

pondasi terbaik bagi amal kebaikan di dunia, serta rahmat dan kemuliaan di

akhirat kelak. Shalat adalah kewajiban mutlak dari Allah yang tidak dapat

ditinggalkan, jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa dan akan celaka jika

lalai dalam shalatnya.

Namun demikian, realitanya siswa masih ada siswa yang tidak

melaksanakan shalat atau meninggalkan shalat, sering menunda-nunda waktu

shalat, bermain musik pada waktu shalat dan sulit membaca Al-Quran. Oleh

karena itulah penulis ingin meneliti pengaruh pembelajaran pendidikan agama

Islam terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif

sehari-hari. Dan penulis bermaksud membahas masalah tersebut dalam penulisan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka Sawangan Depok”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang timbul, antara lain:

a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif

(18)

c. Pelaksanaan shalat fardu siswa

d. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan, latihan, dan

pembiasaan shalat fardu di sekolah

e. Kultur Islam di sekolah

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi

permasalahannya sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif

b. Pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif

c. Pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan

shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, penulis mengajukan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam

Al-Ma’arif?

b. Bagaimana pelaksanaan shalat fardu siswa?

c. Adakah pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap

pelaksanaan shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam

Al-Ma’arif

b. Untuk mengetahui pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam

Al-Ma’arif

c. Untuk mencari pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam

(19)

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan.

b. Sebagai acuan penelitian lebih lanjut.

c. Sebagai bukti tertulis bahwa telah menyelesaikan tugas akhir

(20)

8 A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam literatur kependidikan Islam, istilah pendidikan mengandung

pengertianta’lîm,tarbiyah,irsyad,tadris,ta’dîb,tazkiyahdantilâwah.1

Kata “tarbiyah” berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya.

Selain itu kata “tarbiyah” mencakup banyak arti seperti kekuasaan,

perlengkapan, pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan , dan lain-lain.

Kata ini juga merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan,

kekuasaan, dan kepemimpinan.2

Istilah lain dari pendidikan adalah “ta’lîm” yang berarti pengajaran

yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan

keterampilan. Menurut Rasyid Ridha sebagaimana dikutip oleh Ramayulis,

ta’lim berarti proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu

tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pemaknaan ini didasarkan atas

firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2ayat 31 tentang ‘allama Tuhan kepada

Adam AS sebagai berikut:

1

Muhaimin,Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 7.

2

(21)















































“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"

Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini

dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan

batin. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan

kepada manusia suatu kelebihan dan keutamaan di atas makhluk lainnya yaitu

fitrah, kebebasan, ruh yang kekal dan akal. Sebagaimana firman Allah SWT

dalam surat Al-Isra 17 ayat 70:





























































“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Pendidikan itu pada dasarnya adalah perpindahan budaya dari satu

generasi kepada generasi berikutnya supaya manusia tetap berada pada fase

yang telah dicapainya.3 Dalam Islam, pendidikan adalah sumber cahaya

kehidupan seseorang. Oleh karena itu, agama Islam menetapkan bahwa

pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan

wanita, dan berlangsung seumur hidup.

Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Asronunni’am

Sholeh, pendidikan yang benar merupakan sarana untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT. Pendidikan juga dapat mengantarkan manusia untuk

3

(22)

menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.4 Hal ini menyadarkan kita

bahwa betapa pentingnya makna yang terkandung pada implementasi dari

pendidikan itu sendiri. Manusia memiliki kebebasan dalam urusan dunianya,

namun di samping itu pula ia berhak menentukan jalan hidupnya di kemudian

hari, yakniyaumul akhirat. Akan tetapi, keduanya tidak akan tercapai apabila

tidak ditopang dengan pendidikan.

Dalam mendefinisikan Pendidikan Agama Islam, banyak perbedaan

yang dikemukakan oleh sejumlah tokoh pendidikan. Perbedaan tersebut

tidaklah mengurangi makna dari pendidikan Islam itu sendiri, tetapi akan

memperkaya wawasan dalam pengembangan pendidikan. Berikut beberapa

penjelasannya:

a. Dalam buku Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi (Konsep

dan Implementasi Kurikulum 2004), Depdikbud, mendefinisikan

Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha sadar untuk

menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati

agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.5

b. Dalam bukuIlmu Pendidikan Islam, Dr. Zakiah Daradjat memberikan

pengertian tentang Pendidikan Agama Islam yang dipahami sebagai

usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan

ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi

motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

pelaksanaan ide pembentukan pribadi Muslim.6

c. Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan Agama Islam diartikan

sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,

4

Asronunni’am Sholeh,Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2005), Cet. 2, h. 57.

5

Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130.

6

(23)

memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan

dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya

di akhirat.7

d. Ahmad Marimba menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani, berdasarkan hukum-hukum agama

Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam.8

e. Zuharini menjelaskan dalam bukunya, Filsafat Pendidikan Islam,

Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada

pembentukan Kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau

suatu upaya, memikir, memutuskan, berbuat berdasarkan nilai-nilai

Islam serta bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam itu.9

Dari beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa pendidikan

Agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam itu

sendiri, sehingga dalam menjalankan kehidupan manusia selalu dilandasi

dengan ajaran Islam yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. Dengan demikian, pendidikan berperan sebagai wadah

untuk menginternalisasi dan mengembangkan ajaran Islam tersebut dalam

kehidupan manusia secara individu maupun kelompok masyarakat yang lebih

luas. Kemudian karena Islam mengkaji dan memandang manusia secara utuh

maka pendidikan Islam pun berupaya untuk mengembangkan potensi manusia

secara utuh (baik jasmani maupun rohani), sehingga melahirkan Muslim yang

kaffah, yaitu seorang muslim yang mengamalkan ajaran Islam secara utuh

sesuai dengan kadar kemampuannya.

Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan Agama Islam merupakan

kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan

7

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), h. 100.

8

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1980), Cet. 4, h. 23.

9

(24)

dengan membawa berbagai potensi dapat dididik dan mendidik sehingga

mampu menjadi khalifah di bumi. Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam

juga merupakan proses yang ideal untuk mengembangkan berbagai potensi

yang dimiliki oleh manusia yang akan nilai (full values) sesuai dengan

tuntunan atau ajaran Islam sehingga ia mampu menjalani hidupnya sesuai

dengan hakikat kehidupan yang sesungguhnya sebagai hamba Allah SWT

yang senantiasa tunduk dan patuh pada-Nya dan pada akhirnya memperoleh

kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah

memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai

landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar pendidikan Islam tentu saja

didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada

falsafah suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat

dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan

waktu.10

Dasar Pendidikan Agama Islam dapat dibagi kepada dua kategori,

yaitu: dasar religius dan dasar yuridis/hukum.

1) Dasar Religius

Dasar pendidikan Islam adalah segala ajarannya yang bersumber dari

Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad (ra’yu). Dasar inilah yang membuat

pendidikan Islam menjadi ada, tanpa dasar ini tidak akan ada pendidikan

Islam.

a) Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh

Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung ajaran

10

(25)

pokok sangat penting yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh

aspek kehidupan melalui Ijtihad. Ajaran yang terkandung di dalam

Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan

masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal

yang disebut dengan syari’ah dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam

membicarakan ilmu tentang syari’ah ini ialah:

(1) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah

(2) Muamalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah

(3) Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti

dalam pergaulan

Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk

membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah.

Pendidikan sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal

serta kehidupan manusia baik pribadi maupun masyarakat.

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang dapat diambil

sebagai landasan Pendidikan Agama Islam yaitu terdapat dalam surat

An-Nahl 16 ayat 64 :













































“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Dalam Surat Al-Isra 17 ayat 9 yang berbunyi:

(26)

“Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih

lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang

mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Selanjutnya firman Allah SWT dalam Surat Shâd 38 ayat 29:











































“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

Al-Quran merupakan kitab Allah SWT yang memiliki perbendaharaan

yang besar bagi pengembangan umat manusia. Ia merupakan sumber

pendidikan terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral

(akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan

alam semesta. Al-Quran merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh

sampai akhir zaman, eksistensinya tidak akan pernah mengalami perubahan

dan terjamin kemurniannya sampai kapanpun.

b) Sunah (Hadis).

Sunnah ialah perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad

SAW. Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran.

Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Agama Islam karena sunnah menjadi

sumber utama pendidikan Agama Islam karena Allah SWT menjadikan

Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah SWT dalam

Surat Al-Ahzab 33 ayat 21 yang berbunyi:













































(27)

Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada

istrinya dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti

yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain.

Sabda Rasulullah SAW:

“Kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat

selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.”(Riwayat Bukhari dan Muslim)11

Prinsip menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagi dasar pendidikan

Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih

jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh

akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan demikian barangkali wajar jika

kebenaran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan

Allah SWT dalam Al-Qur’an. Firman Allah SWTdalam surat Al-Baqarah 2

ayat 2:





























“Kitab(Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka

yang bertaqwa”.

Al-Qur’an dan Sunnah disebut sebagai dasar pokok karena

keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup sudah mendapat jaminan Allah

SWT dan Rasul-Nya.12

c). Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam

untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam

11

Malik bin Anas,Al-Muatho’, (Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Arabi, 2004), Jilid 2, h. 899.

12

(28)

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan

Sunnah.

Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek pendidikan,

tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam

pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang diolah

oleh akal dari para ahli pendidikan Islam. Teori-teori pendidikan baru hasil

ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.13

2) Dasar Yuridis / Hukum

Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama berasal dari

perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis

formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

a) Landasan idiil Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya

kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain harus beragama.

Untuk mewujudkan manusia yang mampu mengamalkan ajaran agamanya

sangat diperlukan pendidikan agama karena pendidikan agama mempunyai

tujuan membentuk manusia bertakwa kepada Allah SWT.

b) Landasan struktural/konstitusional yakni Undang-Undang Dasar 1945

dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi:

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya itu.14

c) Landasan operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973

yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No IV/MPR 1978 jo.

Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap MPR No

II/MPR/1988 dan Tap MPR No II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar

13

Zakiah Daradjat,Ilmu pendidikan Islam…,h. 22

14

(29)

Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan

pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum

sekolah-sekolah formal mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan

Tinggi.15

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan. Karena itu, tujuan

Pendidikan Agama Islam merupakan sasaran yang akan dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.16

Tujuan umum Pendidikan Agama yaitu peningkatan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dimaksudkan oleh GBHN,

hanya dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif,

yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara, yang sekaligus juga

menjadi tujuan pengajaran agama, yaitu: membina manusia beragama,

berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam

dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan

dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan

kejayaan hidup dunia dan akhirat.17

Selanjutnya tujuan dasar ini diperinci oleh Prof. Dr. Hj. Zakiah

Daradjat, sebagai berikut:

1) Mengetahui dan melaksanakan ibadah dengan baik. Ibadah

harus sesuai dengan yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah

SAW yang antara lain mengakui dengan setulus hati dan

seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan bahwa Tuhan yang wajib

disembah hanya Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai

Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan

15

Abdul Majid, dan Dian Andayani,PendidikanAgama Islam Berbasis Kompetensi…,h. 132-133.

16

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 19.

17

(30)

puasa di bulan Ramadhan serta menunaikan ibadah haji bagi

yang mampu.

2) Memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan

perbuatan uang diperlukan untuk mendapatkan nafkah bagi diri

sendiri dan keluarganya.

3) Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan

peranan kemasyarakatannya dengan baik, berakhlak mulia

dengan titik tekan pada dua sasaran,pertama, akhlak mulia yang

diperlukan untuk berhubungan dengan orang lain, diri sendiri,

dan umat. Akhlak ini meliputi berbakti kepada orang tua,

membelanjakan harta di jalan Allah, bersikap rendah hati, tidak

sombong, adil, ihsan, menjauhi perbuatan keji, menghindari

kemungkaran, berhati-hati, menjauhi sikap aniaya, menjauhi

pembicaraan yang tidak ada gunanya, menepati janji dan

sumpah yang diungkapkan. Kedua, akhlak yang terkait dengan

kasih sayang kepada orang yang lemah dan kasih sayang kepada

hewan, seperti membuang duri di jalan, memberi minum hewan

yang kehausan, menyembelih hewan dengan cara yang ma’ruf

sesuai dengansyari’at Islam.

Di bawah ini disebutkan beberapa tujuan pendidikan Agama dalam

segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:

a) Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati anak-anak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

b) Menanamkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada anak-anak.

c) Mendidik anak-anak dari kecilnya, supaya melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya dengan mengisi hati mereka agar takut kepada Allah.

d) Mendidik anak-anak dengan membiasakan akhlak yang mulia dan kebiasaan yang baik.

e) Mengajarkan anak-anak agar mengetahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

(31)

g) Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik

h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh pada ajaran agama.18

Berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya

haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan

melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga

dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik

yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat

kelak.

Berdasarkan penjabaran di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan

Pendidikan Agama Islam ialah menciptakan pribadi muslim yang seluruh

aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam

Al-Quran disebut “Muttaqin” yakni orang yang bertaqwa. Oleh karena itu,

pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Ajaran

Islam jika diamalkan dengan sungguh-sungguh akan memberikan ketenangan

dalam hati dan dapat memperoleh kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Agama

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan agama banyak,

diantaranya sebagai berikut:

a. Pengajaran agama yang disusun dalam rencana pengajaran yang

ditetapkan untuk sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan

tinggi.19

Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan

dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena

pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting.

18

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama di PGAN 6 Tahun, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), Cet. 2, h. 13.

19

(32)

Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan pada

jiwa atau pembentukan kepribadian anak didik diberi kesadaran

adanya Tuhan, lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan

meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dalam hal ini anak didik

dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai

dengan ajaran agama, seperti yang diberikan oleh keluarga yang

berjiwa agama.

Pendidikan agama di sekolah, harus juga melatih anak didik untuk

melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama, yaitu praktek-praktek

agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Karena

praktek-praktek agama itulah yang akan membawa jiwa si anak dekat pada

Tuhan.

Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada

pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, kepercayaan kepada Tuhan

tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu tidak

diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukan apa yang

diperintah, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan

melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut

agama.

Pendidikan yang diajarkan sejak kecil, akan memberikan kekuatan

yang akan menjadi benteng moral dan polisi yang mengawasi tingkah

laku dan jalan hidupnya dan menjadi obat anti penyakit/gangguan

jiwa.20

b. Tiruan dan contoh teladan yang baik bagi anak-anak yaitu dari ibu

bapak, saudara-saudara dan guru-guru.21

Seperti yang telah diketahui pembinaan mental tidaklah dimulai

dari sekolah, akan tetapi di rumah tangga. Sejak si anak dilahirkan di

20

Zakiah Daradjat,Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001), Cet. 28, h. 124-125.

21

(33)

dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan,

mula-mula dari ibu-bapaknya kemudian dari anggota keluarganya yang

lain, semuanya itu ikut memberikan dasar-dasar pembentukan

kepribadiannya. Pembinaan dan pertumbuhan kepribadian itu

kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah.

Pendidikan agama pada masa kanak-kanak, sebaiknya dilakukan

oleh orang tua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada tingkah

laku dan akhlaq yang diajarkan oleh agama, dalam menumbuhkan

kebiasaan berakhlaq baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya, orang

tua harus memberikan contoh, karena si anak dalam umur ini belum

dapat mengerti, mereka baru dapat meniru. Apabila si anak telah

terbiasa menerima perlakuan adil, maka akan tertanamlah rasa keadilan

itu pada jiwanya dan menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya.

Demikian pula dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang

lain, sedikit demi sedikit harus masuk dalam pembinaan mental si

anak.

Apabila pendidikan agama itu tidak diberikan kepada si anak sejak

kecil, maka akan sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia

sudah dewasa, karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil

itu, tidak terdapat unsur-unsur agama. Jika dalam kepribadian itu tidak

ada nilai-nilai agama, akan mudahlah orang melakukan segala sesuatu

menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan

kepentingan dan hak orang lain.22

c. Mengadakan suasana keagamaan yang baik dalam lingkungan dan

alam sekitar anak-anak, seperti rumah tangga, sekolah, dan

pergaulannya sehari-hari.

d. Masyarakat yang baik dan bersemangat agama dan menghargai

akhlak.23

22

Zakiah Daradjat,Kesehatan Mental…,h. 122-123.

23

(34)

Ada beberapa saran atau nasihat dari Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat

(ahli ilmu jiwa ternama di Indonesia) sehubungan dengan pembinaan

dan pendidikan terhadap anak, yaitu:

1. Tunjukkan pengertian dan perhatian terhadap mereka. 2. Bantulah anak untuk mendapatkan rasa aman.

3. Timbulkan pada mereka bahwa dia disayang. 4. Hargai dan hormati mereka.

5. Berilah mereka kebebasan dalam batas-batas tertentu (kebebasan yang tidak melanggar norma-norma agama). 6. Timbulkan pada mereka rasa butuh akan agama.

7. Sediakan waktu dan sarana untuk berkonsultasi dengan mereka.

8. Usahakan agar mereka merasa berhasil.24

Semoga dengan kedelapan saran tersebut akan membantu para

orang tua dalam mendidik dan membimbing para putra dan putrinya

sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas, shaleh dan kreatif.25

Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan agama pada anak harus

ditanamkan sejak kecil, agar mereka mengetahui segala yang diperintahkan

Allah dan segala yang dilarang oleh Allah. Pembinaan agama dimulai dari

lingkungan keluarga dan disempurnakan di sekolah. Keberhasilan dalam

pendidikan agama tergantung dengan kerjasama berbagai pihak, seperti orang

tua, guru dan lingkungan masyarakat. Suasana keagamaan yang baik akan

memberikan pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian muslim yang

sempurna sesuai dengan tuntutan Islam.

4. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) a. Standar Kompetensi Pendidikan Agama

1) Kompetensi Pendidikan Agama

Siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah

SWT), berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; memahami,

24

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, h. 71.

25

(35)

menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati

agama lain dalam rangka kerukunan antar umat beragama.

2) Kompetensi Spesifik Pendidikan Agama Islam

Dengan landasan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW; siswa

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT; berakhlak mulia (berbudi pekerti

luhur) yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan

Allah, sesama manusia, dan alam sekitar; mampu membaca dan memahami

Al-Quran; mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar; serta

mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.26

b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan

minimal yang harus dikuasai oleh siswa selama menempuh pendidikan di

SMP. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik

dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan

dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum

dalam komponan Kemampuan Dasar ini merupakan penjabaran dari

kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP, yaitu:

1) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.

2) Mampu membaca Al-Qur’an dan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.

3) Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah

wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.

4) Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.

5) Mampu mengamalkan system mu’amalat Islam dalam tata

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.27

26

Abdul Majid dan Dian Andayani,PendidikanAgama Islam Berbasis Kompetensi…,h. 149-150.

27

(36)

Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan

dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga dikelompokkan ke

[image:36.612.113.542.104.699.2]

dalam lima unsur pokok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP seperti

tabel berikut:

Al-Quran

1. Membaca, mengartikan dan menyalin.

2. Menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, nun mati/tanwin dan mim mati.

3. Menerapkan bacaan qalaqlah, tafhim dan tarqiq huruf lam dan ro’ serta mad.

4. Menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham. Keimanan

1. Beriman kepada Allah dan memahami sifat-sifatnya.

2. Beriman kepada Malaikat Allah dan memahami tugas-tugasnya.

3. Beriman kepada kitab-kitab allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya.

4. Beriman kepada Raul-Rasul Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya.

5. Beriman kepada Hari Akhir dan memahami arti beriman kepada–Nya.

6. Beriman kepada qadha dan qadar Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya.

Akhlaq

1. Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji. 2. Menghindari sifat-sifat tercela. 3. Bertatakrama.

Ibadah/Fiqh

1. Melakukan thaharah. 2. Melakukan shalat wajib.

3. Melakukan macam-macam sujud.

4. Melakukan shalat Jum’at.

5. Melakukan shalat Jama’dan qashar.

6. Melaksanakan macam-macam shalat sunah. 7. Melaksanakan puasa.

8. Melaksanakan zakat.

9. Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman dan binatang. 10. Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.

11. Memahami tentang ibadah haji dan umrah. 12. Melakukan shalat jenazah.

13. Memahami tata cara pernikahan. Tarikh

1. Memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datang Islam. 2. Memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulullah SAW.

(37)

Dengan demikian ruang lingkup pembahasan pendidikan Agama Islam di

SMP terdiri dari lima unsur pokok pembahasan, yaitu:

a. Al-Quran, Yaitu membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran tidak sama

dengan membaca buku atau membaca Kitab suci lain. Membaca Al-Quran

adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca Al-Quran. Al-Quran

itu adalah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai suatu mukjizat, membacanya merupakan

ibadah, sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi Umat

Islam. Karena membacanya bernilai ibadah, maka ilmu yang berkenaan

dengan tatacara membaca Al-Quran harus dipelajari dan dipahami supaya

lebih baik dalam membacanya.

b. Keimanan. Pengajaran keimanan berarti proses belajar-mengajar tentang

berbagai aspek kepercayaan. Dalam hal ini tentu saja kepercayaan menurut

ajaran Islam. Dalam mata pelajaran keimanan, pusat atau inti

pembahasannya ialah tentang keesaan Allah. Karena itu, ilmu tentang

keimanan ini disebut juga “Tauhid”. Ruang lingkup pengajaran keimanan

ini meliputi rukun iman yang enam.

c. Akhlaq. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin

seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Dalam pelaksanaannya,

pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar-mengajar dalam mencapai

tujuan agar peserta didik berakhlak baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran

Islam dan masyarakat.

d. Ibadah/Fiqh. Materi pelajaran ibadah seluruhnya terkandung dalam Ilmu

fiqh. Oleh karena itu, banyak orang yang mengidentikkan ibadah dengan

Fiqh, sehingga pelajaran Fiqh itulah pelajaran Ibadah. Ini tentu tidak

benar, karena pelajaran Fiqh tidak hanya membicarakan ibadah saja, tetapi

lebih banyak membicarakan masalah sosial, seperti jual beli, pernikahan,

warisan, hukuman, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Dalam

pengajaran Ibadah ruang lingkup pembahasannya ialah semua rukun Islam

(38)

aspek ibadah, seperti bentuknya, macamnya, caranya, waktunya,

hukumnya, dan sebagainya.

e. Tarikh. Tarikh Islam disebut juga sejarah Islam. Pengajaran ini sebenarnya

pengajaran sejarah yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan

dan perkembangan umat Islam mulai dari awalnya, sampai dengan

sekarang. Pengetahuan ini bertujuan untuk mengenal dan mencintai Islam

sebagai Agama pedoman hidup.

B. Ibadah Shalat Fardu

1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu

Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata

-

ﺪ ﺒ ﻌ ﻳ

-

ﺪ ﺒ ﻋ

-yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua

pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk,

patuh, merendahkan diri, dan hina diri di hadapan yang disembah disebut

‘abid (yang beribadah). Budak disebut dengan

ﺪ ﻴ ﺒ ﻋ

karena dia harus tunduk

dan patuh serta merendahkan diri terhadap majikannya.28

Dalam istilah syara’ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama

sebagai berikut:

a. Al-Jurjânî mengatakan:

Ibadah ialah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak

menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.

b. Menurut Ibnu Katsîr:

Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna

28

(39)

c. Dari beberapa keterangan yang dikutipnya, Yusuf al-Qardawi

menyimpulkan bahwa ibadah yang disyari’atkan oleh Islam itu harus

memenuhi dua unsur:

1) Mengikat diri (iltîzam) dengan syari’at Allah yang diserukan

oleh para Rasul-Nya, meliputi perintah, larangan, penghalalan,

dan pengharaman, sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah,

dan

2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kecintaan hati kepada Allah

karena sesungguhnya Dialah yang paling berhak untuk dicintai

sehubungan dengan nikmat yang diberikan-Nya.29

Ibadah begitu penting karena sesungguhnya untuk itulah manusia

diciptakan Allah, sesuai dengan firman-Nya di dalam surat Al-Dzâriyat 51

ayat 56 yaitu:























“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Begitu pula dalam surat Al-Anbiyâ 21 ayat 25 yang berbunyi:





































“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan pengertian bahwa

ibadah merupakan segala perbuatan menyembah Allah yang sesuai dengan

ajaran Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah murni ada 4

macam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Di antara ibadah dalam Islam itu,

ibadah shalatlah yang dapat membawa manusia amat dekat dengan Tuhan

apabila dilaksanakan dengan penuh pengahayatan.

29

(40)

Makna shalat menurut bahasa berarti do’a, sebagaimana firman Allah

SWT dalam surat At-Taubah 9 ayat 10 :





























“…dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha

Mengetahui”.

Berdasarkan firman Allah di atas, shalat berarti do’a. Sedangkan

pengertian shalat menurut istilah syara’ ialah seperangkat perkataan dan

perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan

takbir dan diakhiri dengan salam.30

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang memerintahkan setiap

muslim agar melaksanakan shalat, di antaranya sebagaimana firman Allah di

dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2 ayat 110 yang berbunyi:































































”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu

kerjakan.”

Dalam surat Al-‘Ankabût 29 ayat 45:

































































“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al

Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

30

(41)

Dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 43.







































“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

orang-orang yang ruku’. “

Kewajiban shalat termasuk rukun Islam, diwajibkan ketika

Rasulullah mi’raj. Sabda Rasul SAW:

“Islam ditegakkan di atas lima dasar (rukun): Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji ke bait Allah, dan puasa di bulan Ramadhan.”(Riwayat Bukhari dan Muslim)31

Shalat yang diwajibkan disebut shalat wajib atau fardu. Shalat fardu

adalah ibadah shalat yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang

mukallaf (baligh dan berakal sehat), baik laki-laki maupun perempuan lima

kali sehari semalam dan dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

Yang termasuk dalam shalat fardu yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar,

maghrib dan Isya’.

Shalat merupakan suatu bentuk ibadah yang diwajibkan bagi umat

Islam laki-laki dan perempuan yang sudah cukup syarat dan

rukun-rukunnya. Shalat merupakan manifestasi seseorang terhadap khaliq-Nya,

untuk itu setiap mukmin wajib mengerjakannya, memeliharanya dan

memerintahkan kepada anggota keluarganya dan dijelaskan pula dalam

Al-Qur’an surat Thaha20 ayat 132:







































“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan

bersabarlah kamu dalam m

Gambar

tabel berikut:
Tabel 1Kisi-Kisi Angket Penelitian
Tabel 2Skor
Tabel 3Indeks Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Satu hal yang perlu dicatat adalah pada masa ini muncul kesadaran anak akan konsep diri yang berkenaan dengan “gender”. Pada masa ini telah berkembang perbedaan

- Masukan botol yang sudah diamplas tadi ke dalam lubang plat yang sudah anda siapkan dengan perbandingan 1/3 ukuran botol untuk sisi yang ada tutupnya (sisi bawah botol lebih

Baik kelompok minoritas dan mayoritas haruslah sama-sama memiliki bangunan kesadaran bahwa model kerukunan yang telah dipraktikkan di NTT adalah model terbaik yang

Oleh itu, Ho 3, iaitu tidak terdapat perbezaan yang signifikan terhadap pencapaian bagi penguasaan aspek bahasa penulisan karangan argumentatif menggunakan peta minda dalam

Dasar kerja dari alat ini adalah menjalankan pakan udang untuk menimbang berat pakan melalui load cell pada waktu yang telah ditentukan oleh RTC dimana RTC tersebut dikendalikan oleh

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “ Pengaruh Promosi jabatan terhadap Kepuasan kerja Karyawan Perum Jasa Tirta 1 Malang ”. Shalawat dan salam semoga tetap

(6) Dengan uji Serum Netralisasi (SN Test) memiliki titer antibodi rabies kurang dari 0,1 IU /ml (< 0,1 IU/ml ) dari wilayah/daerah asal bebas rabies tidak ada

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor gaji, pekerjaan, promosi jabatan, supervisor, dan rekan sekerja secara simultan terhadap kepuasan