Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
SHAFITRANATA NIM : 107046101834
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
..: Diajukan kepada Fakultas S),ariah clm llukum
rurtul( D'temeruh j persyaralan lnentperolell gelar Sarjana Ekononj Syadah (S.E.Sy)
Oleh: SHAFlTIIANA'I'A N I M : 1 0 7 0 4 6 1 0 1 8 3 4 Di Barvtrh Birrlbi.Lrgan
Penbimbing
at41€
adr&tuzzaman llos€n, M$, M.Ec, Ph.D N l P r 1 9 6 1 0 6 2 4 1 9 8 5 1 2 1 0 0 I
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI'AIt PROGRAM STUDI MUAMALAI.I FAKULTAS SYARIAII & III'KUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Metode Data Envelopment Analysis (DEA)" telah diLrjikarl d{gm sidang munaqasyah Fakullas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakafta paddtarggal 03 November 2011, skripsi ini telah ditedma sebaai salah satu syarat untuk nietnperoieh Gelar Sarjana Lkonomi Syarich pada Progranr Srudi MuamalaL (Ekonomi Islanr).
Jakarta, 03 November 201 1 Dekan l'akultas Syariah dan llukum
N I P . 1 9 5 5 0 5 0 5 1 9 8 2 0 3 1 0 1 2
I'anitia Sidang Munaqasyah Ketua
Seketaris
Pembimbing
Penguji I
Penguii 2
Dr. Euis Amalia.l,4,As NIP. 19710701 1998032002 Mu'min Rauf. M.Ae
NIP. 1974161997031004
Ir. M. Na&atuzzaman Hosen. M( M.Ec" Ph.D N I P . 1 9 6 1 0 6 2 4 1 9 8 5 1 2 1 0 0 1
H.M. Dawud Arif Khan. SE. Ak. M.Si. CPA
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 November 2011
v
Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semakin berkembangnya perbankan syariah di masa mendatang pemerintah banyak mengeluarkan undang-undang agar dapat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Agar bank-bank syariah dapat menjalankan prinsipnya sesuai dengan syariah maka perlu diketahui tingkat efisiensi suatu bank sehingga dapat memprediksi tingkat efisiensi bank tersebut. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah selama periode penelitian 2007-2010 dengan menggunakan pendekatan parametrik yaitu Data Envelopment Analysis
(DEA). Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi rata-rata tahunan BMI, BSM, dan BMS sudah mencapai efisiensi suatu bank kecuali BMS yang memiliki rata-rata tahunan kurang dari tetapan suatu efisiensi.
vi
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah Swt atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada sahabat serta pengikutnya yang selalu istiqomah mengikuti ajarannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
telah Bapak ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT.
4. Bapak Drs. Odjo Kusnara, M.Ag. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan banyak nasehat, saran dan masukan selama penulis menjadi mahasiswa.
5. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis. 6. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Ayahanda H. Mayurdi dan Ibunda Hj.
Elida, yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberikan motivasi baik materil maupun nonmateril kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Mama dan Papa, dibawah payung kasih sayang-Nya. Amin
7. Kepada kakak-kakakku, Al-Reza Mittariq, Widya Fitri Nurcahya, Sonie Umbara,
viii
9. Teman-teman PS C yang akan selalu ku kenang, Saefudin, Radi, Hadi, Rifky,
Try, Dian Pw, Acha, Ratna, Maya, Amalia, Afi, Atika, Azizah, dan teman-teman lain seangkatan dan seperjuangan selama masa kuliah, terimakasih atas perhatian dan kebaikan kalian tidak akan pernah terlupakan.
10. Teman-teman BFC seperjuangan dan teman-teman kostan, Lisan, Irvan, Aan,
Try, Adam dan lainnya kalian adalah teman-teman terbaik yang selalu ada dalam suka maupun duka. “We always together and forever”
11. Teman-teman KKN “Sadayana Sae”, dan Teman-teman Daar-el-Qolam angkatan
32, berkat kalian penulis dapat belajar akan hidup kebersamaan.
12. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati dan
menghibur penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini.
Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.
Jakarta, 03 November 2011
ix
DAFTAR ISI .………...…. ix
DAFTAR TABEL ……… xii
DAFTAR GAMBAR ………. xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Batasan dan Rumusan dan Masalah ……… 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .……….. 5
D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ……… 6
E. Kerangka Pemikiran Teoritis ……….. 13
F. Metode Penelitian ….……….. 14
G. Sistematika Penulisan ...………... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah ……….. 18
x
3. Pengukuran Efisiensi ..……… 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek penelitian ………. 45
B. Sumber dan Jenis Data ……… 45
C. Populasi dan Sampel .……….. 46
D. Teknik Pengumpulan Data ………. 47
E. Identifikasi Variabel Input dan Output ………... 47
F. Metode Analisis Data 1. Metode Pengukuran Efisiensi Teknik dengan Data Envelopment Analysis (DEA) ……… 55
2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik ……… 59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Penelitian ..……….. 64
B. Analisis Data Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Rata-Rata Tahunan ……….. 65
xi
DAFTAR PUSTAKA ………... 134
xii
Tabel 3.1 Nama dan Kode Bank ………. 45
Tabel 3.2 Variabel Input-output ………. 52
Tabel 3.3 Variabel Input dan Output Penelitian Sebelumnya ……….. 54
Tabel 4.1 Tingkat Efisiensi Rata-Rata Bank Muamalat ………... 66
Tabel 4.1.1 Targets for Unit Annual 2007 ………... 70
Tabel 4.1.2 Targets for Unit Annual 2008 ………... 71
Tabel 4.1.3 Targets for Unit Annual 2009 ………... 72
Tabel 4.1.4 Targets for Unit Annual 2010 ………... 73
Tabel 4.2 Perkembangan Asset dan Ekuitas Bank Muamalat ……….. 74
Tabel 4.3 ROA dan ROE Bank Muamalat 2007-2010 ……… 75
Tabel 4.4 Tingkat Efisiensi Rata-Rata Bank Syariah Mandiri ………. 76
Tabel 4.4.1 Targets for Unit Annual 2007 ………... 79
Tabel 4.4.2 Targets for Unit Annual 2008 ………... 80
Tabel 4.4.3 Targets for Unit Annual 2009 ………... 81
Tabel 4.5 Perkembangan Asset dan Ekuitas BSM ………... 82
Tabel 4.6 ROA dan ROE BSM 2007-2010 ………. 83
Tabel 4.7 Tingkat Efisiensi Rata-Rata Bank Mega Syariah ………. 84
xiii
Tabel 4.8 Perkembangan Asset dan Ekuitas Bank Mega Syariah ………… 91
Tabel 4.9 ROA dan ROE BMS 2007-2010 ………. 92
Tabel 4.10 Nilai Efisiensi Bank Muamalat Dengan Perhitungan DEA asumsi VRS ...………. 94
Tabel 4.10.1 Targets for Unit Juni-07 ………... 97
Tabel 4.10.2 Targets for Unit sept-07 ………... 98
Tabel 4.10.3 Targets for Unit Des-07 ………... 99
Tabel 4.10.4 Targets for Unit Juni-08 .………. 100
Tabel 4.10.5 Targets for Unit sept-08 .……….. 101
Tabel 4.10.6 Targets for Unit Des-08 .………. 102
Tabel 4.10.7 Targets for Unit Sept-09 .………. 103
Tabel 4.10.8 Targets for Unit Des-09 .……….. 104
Tabel 4.10.9 Targets for Unit Juni-10 .……… 105
Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Bank Syariah Mandiri Dengan Perhitungan DEA asumsi VRS ……… 106
Tabel 4.11.1 Targets for Unit Juni-07 ……….. 108
Tabel 4.11.2 Targets for Unit Des-07 ……….. 109
xiv
Tabel 4.11.7 Targets for Unit Juni-09 ....……….. 114
Tabel 4.11.8 Targets for Unit Sept-09 ………. 115
Tabel 4.11.9 Targets for Unit Des-09 ………... 116
Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Bank Mega Syariah Dengan Perhitungan DEA asumsi VRS ………...………. 117
Tabel 4.12.1 Targets for Unit Juni-07.……….. 119
Tabel 4.12.2 Targets for Unit Sept-07……….. 120
Tabel 4.12.3 Targets for Unit Des-07 ……….. 121
Tabel 4.12.4 Targets for Unit Mar-08.……….. 122
Tabel 4.12.5 Targets for Unit Juni-08 ……….. 123
Tabel 4.12.6 Targets for Unit Sept-08……….. 124
Tabel 4.12.7 Targets for Unit Des-08 ……….. 125
Tabel 4.12.8 Targets for Unit Mar-09 ……….. 126
Tabel 4.12.9 Targets for Unit Juni-09 ……….. 127
Tabel 4.12.10 Targets for Unit Sept-09 ..……….. 128
xv
Gambar 2.1 Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif ……….. 33
Gambar 2.2 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Output dan Input serta Return to Scale ……….. 36
Gambar 2.3 Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan berorientasi Output ………. 37
Gambar 4.1 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Muamalat ……… 68
Gambar 4.2 Efisiensi Rata-Rata Tahunan BSM ………. 78
Gambar 4.3 Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Mega Syariah ……….. 86
Gambar 4.4 Tingkat Efisiensi Bank Muamalat pertriwulan ………... 95
Gambar 4.5 Tingkat Efisiensi BSM pertriwulan ………... 107
1
A. Latar Belakang Masalah
Tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia. Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut sebagai malaise. Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.
layang-layang yang putus talinya. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.1
Selama krisis ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non performing loan) pada perbankan syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga yang berlaku tetapi menurut prinsip bagi hasil. Dengan demikian bank syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa terganggu dengan kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga perbankan syariah mampu menyediakan modal investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah dari bank konvensional kepada masyarakat.
Semakin berkembangnya perbankan syariah di masa mendatang, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya UU No. 7 tahun 1992 dan diamandemen dengan UU No. 10 tahun 1998. Dan pada tahun 1999 di keluarkan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.
1
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input
yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR), Reserve Requirement,
Selain itu pengukuran efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan 3 pendekatan lainnya yaitu ; Data Envelopment Analysis (DEA), Stochastic Frontier Approach (SFA), dan Distribution Free Approach (DFA). Berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah diatas peneliti tertarik mengambil judul “Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari permasalahan diatas dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengukuran tingkat efisiensi dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) teknik?
2. Apa yang menjadi tolak ukur pengukuran efisiensi bank syariah
dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) teknik? 3. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
pada Tahun 2007 sampai Tahun 2010 (tidak termasuk UUS dan BPRS)?
4. Apakah faktor-faktor penyebab ketidakefisienan Bank Umum Syariah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah) di Indonesia melalui variabel input-output yang sesuai dengan teori ekonomi. 2. Menganalisis faktor-faktor penyebab perbedaan tingkat efisiensi ketiga
bank yang menjadi objek penelitian. Manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Pemerintah, yaitu Memberikan informasi tentang kinerja (tingkat efisiensi) bank syariah di Indonesia.
2) Bagi Peneliti dan peneliti selanjutnya
D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Penelitian tentang efisiensi perbankan sudah banyak dilakukan dalam penelitian ekonomi. Penelitian tentang efisiensi perbankan ini dilakukan dengan metodologi yang berbeda-beda, baik secara parametrik maupun
nonparametric.
memiliki hubungan yang negatif dengan modal inti dan memiliki hubungan yang positif dengan nilai kesehatan.
2. Analysis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 1999-2004 (jurnal) oleh Priyonggo Suseno, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), 2008. Pada penelitian ini konsep yang digunakan yaitu Cost efficiency yang menggunakan variabel output pendapatan bunga, pendapatan lainnya, volume kredit, dan variabel input biaya bagi hasil, biaya lainnya, asset. Dan dalam penelitian ini, penulis mendapatkan hasil bahwa dari 10 bank yang diteliti tingkat inefisiensi rata-rata mencapai hanya sekitar 7 %. Dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan syariah dengan perbankan konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Dalam perkembangannya selama 6 tahun terdapat peningkatan efisiensi perbankan syariah rata-rata 2,3 % pertahun.
diperoleh yaitu tingkat efisiensi seluruh kantor cabang BMT BUS pada tahun 2009 menunjukkan terdapat 5 kantor cabang yang efisien secara relatif terhadap seluruh kantor cabang yang lainnya. Kantor cabang yang dapat dijadikan referensi adalah kantor cabang Blora, kantor cabang Purwodadi, kantor cabang Tawangharjo, kantor cabang Nambuhan dan kantor cabang Kendal.
4. Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:Pendekatan
Data Envelopment Analysis (Dea). Studi pada Bank Pembangunan Daerah, selama periode 2006-2007 (Jurnal) oleh Zaenal Abidin dan Endri, mahasiswa ABFI Institute Perbanas. Dalam jurnal ini, penulis mendapatkan bahwa hasil perhitungan kinerja efisiensi teknis menunjukkan bahwa BPD mengalami pening katan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya, tapi nilai efisiensinya masih dibawah angka yang maksimal yaitu 100%. Artinya, bank BPD dalam kegiatan operasionalnya belum efisien dalam memanfaatkan semua kemampuan potensial yang dimilikinya untuk dapat menghasilkan output yang maksimal.
dipakai yaitu pinjaman yang diberikan dan pendapatan lainnya sedangkan inputnya biaya tenaga kerja dan dana pihak ketiga. Dan penelitian ini menghasilkan bahwa sepanjang periode sebelum krisis BUS mencapai nilai efisiensi 100%, artinya pada periode BUS di Indonesia relative mencapai efisiensi teknis. Pada periode krisis pun perbankan masih efisiensi seperti halnya sebelum krisis.
Table 1.1
Ringkasan Review Studi Terdahulu
No Peneliti Isi Perbedaan
1 Peneliti :
Desak Putu Ristami Paramita. Tahun 2008. NIM : H14104014. Judul :
“Efisiensi Bank
Perkreditan Rakyat) BPR di Indonesia tahun 2007 : Pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data Envelopment Analysis (DEA)”. Institusi :
Institut Pertanian Bogor (Ekonomi dan
Manajemen) (Skripsi IPB Bogor)
Tujuan :
Menganalisis tingkat efisiensi biaya BPR, Membandingkan tingkat efisiensi biaya BPR-BPR di Indonesia secara SFA dan DEA, Menganalisis hubungan tingkat efisiensi dengan modal inti, nilai kesehatan, status, KKBI, dan rasio keuangan
Konsep Efisiensi :
Cost effciency
Pendekatan :
Menggunakan Pendekatan Stochastic Frontier Analysis
(SFA) dan Data
Envelopment Analysis (DEA).
Periode : Tahun 2007 Hasil :
Fungsi Log Linier pada analisis SFA menyatakan bahwa variabel cost of
Letak perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah dari sisi institusi yang diteliti serta tujuan, pendekatan input-output dan periode penelitian, dimana
tujuan dalam
penelitian ini adalah mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah Pada Periode 2007-2009 dengan pendekatan input yang digunakan adalah
labour merupakan variabel yang paling mempengaruhi besar atau kecilnya nilai efisiensi BPR.
SFA lebih bervariasi dibandingkan DEA. Pada perhitungan DEA, nilai efisiensi BPR hanya ada pada tiga kategori yaitu kategori BPR yang tidak efisien, kurang efisien dan efisien.
Sedangkan efisiensi SFA memiliki hubungan yang negatif dengan modal inti dan memiliki hubungan yang positif dengan nilai kesehatan.
2 Peneliti :
Priyonggo Suseno. Tahun 2008.
Judul :
“Analysis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 1999-2004”
Institusi :
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Ekonomi Islam). Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII). (Jurnal)
Tujuan : Melihat keterkaitan tingkat efisiensi dan skala ekonomi pada perbankan syariah di Indonesia.
Konsep Efisiensi :
Cost effciency
Pendekatan :
Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA).
Input : pendapatan bunga, pendapatan lainnya, volume kredit.
Output : biaya bagi hasil, biaya lainnya, asset.
Periode :
Tahun 1999-2004 Hasil :
Dari 10 bank yang diteliti tingkat inefisiensi rata-rata mencapai hanya sekitar 7 %.
Dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
Letak perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah dari sisi tujuan, pendekatan input-output dan periode penelitian, dimana tujuan dalam penelitian ini adalah mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah Pada Periode 2007-2009 dengan pendekatan input yang digunakan adalah
tingkat efisiensi perbankan syariah dengan perbankan konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Dalam perkembangannya selama 6 tahun terdapat peningkatan efisiensi perbankan syariah rata-rata 2,3 % pertahun.
3 Peneliti :
Rifki Ali Akbar. NIM : C2A006117. Judul :
“Analisis Efisiensi Baitul Mal Wa
Tamwil Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis
(Dea) studi pada BMT Bina Ummat Sejahtera di Jawa Tengah pada tahun 2009”
(Skripsi UNDIP
Semarang)
Tujuan : Menganalisis perbedaan efisiensi masing– masing cabang dari Baitul Maal Wa Tammwil (BMT) Bina Ummat Sejahtera (BUS) di Jawa Tengah. Konsep Efisiensi :
Intermediation Approach
Pendekatan :
Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode DEA.
Periode : Tahun 2009
Hasil : Tingkat efisiensi seluruh kantor cabang BMT BUS pada
tahun 2009 menunjukkan terdapat 5 kantor cabang yang efisien secara
relatif terhadap seluruh kantor cabang yang lainnya. Kantor cabang yang dapat dijadikan referensi adalah kantor cabang Blora, kantor cabang
Purwodadi, kantor cabang Tawangharjo, kantor cabang Nambuhan dan kantor cabang Kendal.
Letak perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah dari sisi dari sisi institusi yang diteliti serta tujuan, pendekatan input-output dan periode penelitian, dimana
tujuan dalam
4 Peneliti :
Zaenal Abidin dan Endri. Judul :
Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:
Pendekatan Data Envelopment Analysis
(Dea). Studi pada Bank Pembangunan Daerah, selama periode 2006-2007.
Institusi :
ABFI Institute Perbanas
Tujuan : Untuk
menganalisis tingkat
efisiensi Bank
Pembangunan Daerah. Pendekatan :
Menggunakan pendekatan non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).
Periode :
Tahun 2006-2007
Hasil : Hasil perhitungan kinerja efisiensi teknis menunjukkan bahwa BPD mengalami pening katan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya,
tapi nilai efisiensinya masih dibawah angka yang maksimal yaitu 100%. Artinya, bank BPD dalam kegiatan operasionalnya belum efisien dalam
memanfaatkan semua kemampuan potensial yang dimilikinya untuk dapat menghasilkan output yang maksimal.
Letak perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah dari sisi institusi yang diteliti serta tujuan, pendekatan input-output dan periode penelitian, dimana
tujuan dalam
penelitian ini adalah mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah Pada Periode 2007-2009 dengan pendekatan input yang digunakan adalah
Intermediation Approach.
5 Peneliti :
Dwi Fazriyatunnisa. Tahun 2010
NIM : 105046101547 Judul :
“Analisis Tingkat Bank Umum Syariah di Indonesia Sebelum dan Saat Krisis Keuangan
Global Dengan
Pendekatan Data Envelopment Analysis”
Tujuan : Untuk melihat tingkat efisiensi Bank Umum Syariah pada saat sebelum dan saat krisis Global.
Konsep Efisiensi :
Intermediation Approach
Pendekatan :
Menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Periode :
Institusi :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Per triwulan tahun 2007-2008 sebelum tejadinya krisis dan triwulan 2008-2009 saat terjadinya krisis. Hasil :
Sepanjang periode sebelum krisis BUS mencapai nilai efisiensi 100%, artinya pada periode BUS di Indonesia relative mencapai efisiensi teknis.
Pada periode krisis pun perbankan masih efisiensi seperti halnya sebelum krisis.
Syariah Pada Periode 2007-2009.
E. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah, dan Bank Mega Syariah pada periode 2007-2010. Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi dengan menggunakan pendekatan frontier approach yaitu dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dengan cara menentukan jenis input dan output terlebih dahulu. Variabel input ini meliputi biaya operasional (I1), biaya tenaga kerja (I2), dan jasa bank (I3), sedangkan
variabel-variabel outputnya terdiri dari total simpanan (O1), dan deposito (O2).
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
F. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) pada periode 2007-2010.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang berupa laporan keuangan bank syariah periode 2007-2010 dan literatur-literatur yang berkenaan dengan efisiensi perbankan.
Bank Umum Syariah di Indonesia
Input Bank Syariah 1. Biaya Operasional 2. Biaya Tenaga Kerja 3. Jasa Bank
Output Bank Syariah 1. Total Simpanan 2. Deposito
Adapun mengenai sumber data, terdiri dari Bank Indonesia sebagai institusi sentral yang mempublikasikan seluruh data keuangan bank syariah di Indonesia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal pengumpulan data, penelitian ini menggunakan dua metode atau teknik, yaitu desk riset dikenal juga dengan studi kepustakaan.
4. Metode Analisa Data
Dalam penelitian menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu dalam pengelolaan data berupa input dan output yang diambil dari neraca keuangan, laporan rugi laba dan saldo laba yang dimiliki oleh masing-masing bank. Dalam analisis ini menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang merupakan metode yang telah terstandarisasi sebagai alat untuk pengukuran kinerja suatu aktifitas unit, dimana proses pengolahannya menggunakan perangkat lunak DEAP 2.1. Selain itu peneliti juga menggunakan perangkat lunak ms. Exel sebagai perangkat lunak perangkat pendukung.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang; latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang Perbankan Syariah serta menjelaskan tentang konsep efisiensi pengukuran Data Envelopment Analysis (DEA) dalam perspektif ekonomi Islam.
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang perhitungan data yang diperoleh dalam penelitian sehingga akan diketahui hasilnya, dan penjelasan kenapa hal itu bisa terjadi kemudian akan didapatkan kesimpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil-hasil perhitungan analisis dan berisi saran yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
18
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang RI nomor 21 tahun 2008 tanggal 16 Juli 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian Bank, Bank Syariah, Bank Umum Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan Unit Usaha Syariah sebagai berikut :1
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
b. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
1
c. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
d. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
e. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Perbankan syariah merupakan bank yang menerapkan nilai-nilai syariah, salah satu di antaranya pelarangan unsur riba, seperti dijelaskan beberapa ayat Al Qur’an sebagai berikut:
1) Surat An Nisa ayat 1612:
Artinya : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka siksa yang pedih”.
2
2) Surat Ar Ruum ayat 393 :
Artinya : “Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, padahal riba itu tidak menambah pada sisi Allah SWT. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah SWT, mereka adalah orang-orang yang melipat gandakan”.
3) Surat Al Baqarah ayat 2764 :
Artinya : “Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran.”
Adapun pelarangan riba juga telah disebutkan dalam beberapa hadits, di antaranya:
1) Riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah menyatakan bahwa
Nabi SAW bersabda:
ُﺮْ ﺤﱢﺴﻟاَ و
ِ ﱠ ﺎِ ﺑ
ُكْ ﺮﱢﺸﻟا
َلﺎَﻗ
ﱠﻦُھ
ﺎَ ﻣَ و
ِ ﱠ
َلﻮُﺳَرا
ﺎَﯾ
اﻮُ ﻟﺎَﻗ
ِتﺎَﻘِ ﺑﻮُﻤْ ﻟا
َﻊْﺒﱠﺴﻟا
اﻮُﺒِﻨَﺘْ ﺟا
َم ْ ﻮَﯾ
ﻲﱢ ﻟَ ﻮﱠﺘﻟاَ و
ِ ﻢﯿِﺘَﯿْ ﻟا
ِلﺎَ ﻣ
ُﻞْ ﻛَ أَ و
ﺎَﺑﱢﺮﻟا
ُﻞْ ﻛَ أَ و
ﱢﻖَﺤْ ﻟﺎِ ﺑ
ﱠلِ إا
ُ ﱠ ﷲ
َمﱠﺮَﺣ
ﻲِﺘﱠ ﻟا
ِ ﺲْ ﻔﱠﻨﻟا
ُﻞْ ﺘَﻗَ و
.
ِت َ ﻼِﻓﺎَﻐْ ﻟا
ِتﺎَﻨِﻣْ ﺆُﻤْ ﻟا
ِتﺎَﻨَﺼْﺤُﻤْ ﻟا
ُفْ ﺬَﻗَ و
ِﻒْﺣﱠ ﺰﻟا
3
Al-Qur’an Ar Ruum ayat 39 4
Artinya : “Tinggalkanlah tujuh hal yang membinasakan. Orang-orang bertanya: Apa itu wahai Rasul?. Beliau menjawab: Syirik kepada Allah SWT, sihir, membunuh jiwa orang yang diharamkan Allah SWT, kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada saat datangnya serangan musuh dan menuduh wanita mukmin yang suci tetapi lalai”.
2) Riwayat Al Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Daud serta At Tirmidzi
dari Jabir bin Abdulloh bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ِﮫْﯾَﺪِھﺎَﺷَ و
ُﮫَﺒِﺗﺎَﻛَ و
ُﮫَﻠِﻛ ْ ﺆُﻣَ و
ﺎَﺑﱢﺮﻟا
َﻞِﻛآ
َﻢﱠ ﻠَﺳَ و
ِﮫْﯿَﻠَﻋ
ُ ﱠ ﷲ
ﻰﱠ ﻠَﺻ
ِ ﱠ ﷲ
ُلﻮُﺳَر
َﻦَﻌَﻟ
.
ٌءاَ ﻮَﺳ
ْﻢُھ
َلﺎَﻗَ و
“Allah SWT melaknat pemakan riba, yang memberi makannya, saksi-saksinya dan penulisnya.”
Secara umum, tujuan berdirinya bank syariah adalah dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah.
Adapun secara khusus tujuan bank syariah, di antaranya 5:
a. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi
fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan. b. Memberdayakan ekonomi masyarakat dan beroperasi secara transparan,
artinya pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan dan upaya ini terwujud apabila ada mekanisme operasi yang transparan.
5
c. Memberikan return yang lebih baik, artinya investasi bank syariah tidak
memberikan janji yang pasti mengenai return yang diberikan kepada investor karena tergantung besarnya return. Apabila keuntungan lebih besar, investor akan ikut menikmatinya dalam jumlah lebih besar.
d. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan, artinya bank syariah lebih mengarahkan dananya untuk transaksi produktif.
e. Mendorong pemerataan pendapatan, artinya salah satu transaksi yang
membedakan bank syariah dengan bank konvesional adalah pengumpulan dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). Peranan ZIS sendiri di antaranya untuk memeratakan pendapatan masyarakat.
f. Meningkatkan efisiensi mobilisasi dana.
g. Uswah hasanah sebagai implementasi moral dalam penyelenggaraan
usaha bank.
2. Produk-Produk Bank Syariah
Secara garis besar, pengembangan produk-produk bank syariah dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Produk Penghimpunan Dana
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam produk ini meliputi prinsip
1) Prinsip Wadi’ah6
Al-wadi’ah terbagi dua macam yaitu al-wadi’ah yad al-Amanah
dan al-wadi’ah yad adh-Dhamanah. Al-wadi’ah Yad al-Amanah yaitu pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaga sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.
Sedangkan Al-wadi’ah Yad al-Amanah pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan.Tentunya pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.7
2) Prinsip Mudharabah8
Akad lain yang digunakan adalah prinsip investasi yaitu akad
mudharabah. Tujuan dari mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini bank. Secara garis besar, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu Prinsip
mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu: mudharabah mutlaqah dan
mudharabah muqayyadah.
7
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. . . hal. 89 8
Pada mudharabah mutlaqah shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang di investasikannya. Mudharib diberi wewenang penuh mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya.
Sedangkan Mudharabah Muqayyadah shahibul maal
memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya. Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan yang diberikan oleh
shahibul maal. Misalnya, hanya untuk jenis usaha tertentu saja, tempat, waktu tertentu dan lain-lain.
b. Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan
dengan prinsip bagi hasil.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa.
3) Transaksi pembiayaan sebagai usaha kerjasama yang ditujukan untuk
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan produk-produk bank syariah dalam pola penyaluran dana, antara lain:
1) Prinsip Jual Beli (Tijaroh)
Prinsip jual beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip pembiayaan, yaitu: pembiayaan murabahah, salam dan istishna.9
a) Pembiayaan Murabahah10
Al-Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam pembiayaan ini, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.
b) Pembiayaan As-Salam11
Pembayaran dilakukan dengan tunai, sedangkan barang diserahkan secara tangguh. Bank sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual. Transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.
c) Pembiayaan Bai Al-Istishna12
Al-Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain
9
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. . . hal. 101 10
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. . . hal. 101-107 11
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. . . hal. 108-113 12
untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Jual beli seperti akad
salam, namun pembayarannnya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
2) Prinsip Sewa (Ijarah)13
Ada dua kaidah penting dalam prinsip ini, yaitu al-Ijarah dan al-ijarah muntahiya bit-thamlik.
a) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
b) Al-Ijarah Muntahiya Bit-thamlik
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Pada Akhir sewa, bank syariah dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Transaksi tersebut dikenal dengan istilah ijarah muntahiya bithamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Hal tersebut yang membedakan antara
13
ijarah dengan ijarah muntahiya bit-thamlik, yaitu kepemilikan barang atau jasa yang digunakan.
Faktor-faktor untuk diberikannya pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik meliputi aspek yuridis, keuangan, manajemen, teknis dan produksi, pemasaran, jaminan, social ekonomi, dan AMDAL serta identifikasi mitigasi resiko. Akad ijarah muntahiyah bittamlik adalah akta dibawah tangan, yang berbentuk baku atau standar artinya telah ditentukan oleh satu pihak atau salah satu pihak yaitu dalam hal ini pihak Bank Muamalat, kemudian akta di bawah tangan tersebut di legalisasi oleh Notaris sebagai alat bukti.14
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)15
Prinsip ini meliputi beberapa jenis prinsip, yaitu: musyarakah,
mudharabah dan mudharabah muqayyadah.
a) Musyarakah, merupakan kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana
14
Didik Hijrianto. “Pelaksanaan Akad Pembiayaan IMBT pada Bank Muamalat Indonesia”.
Tesis S2 Prodi Magister Kenotariatan. Semarang : Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2010. Hal.,7.
15
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.
Realita bisnis saat ini menempatkan musyarakah sebagai salah satu produk perekonomian modern, baik di bidang perbankan, pasar uang atau aspek lainnya. Saat ini musyarakah merupakan penempatan modal dalam usaha tertentu, yang kebanyakan tidak melibatkan diri dalam manajemen secara standard. Realitas bisnis saat ini memang membutuhkan suatu ajaran yang lebih konkrit dan sesuai dengan kondisi faktual saat ini dan solusi terhadap permasalahan hukum yang muncul. Jika hanya berpedoman pada formalitas yang telah dirumuskan para ahli hukum Islam terdahulu, dikhawatirkan bentuk formalitas itu menjadi kendala dalam mencapai tujuan syariah
(maqasid asy-syariyah).16
b) Mudharabah, merupakan kerjasama suatu usaha antara dua pihak di
mana pihak pertama menyediakan seluruh modal (shahibul mal),
sedang pihak kedua bertindak sebagai pengelola (mudharib) dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.17
16
Abd Shomad. “Joint Venture Profit Sharing (Musyarakah) dalam Perbankan Berdasarkan
Prinsip Syariah”. Artikel Ilmiyah., hal. 1-2
17
3) Akad Pelengkap
Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad ini dilakukan dengan beberapa prinsip transaksi, yaitu: wakalah,
kafalah, hawalah (alih utang-piutang), rahn (gadai), qardh (pinjaman kebaikan).
a) Wakalah
Prinsip transaksi ini bisa disebut juga wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat, yaitu pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.18
b) Kafalah
Prinsip transaksi ini memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c) Hawalah
Prinsip transaksi ini yaitu pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil
(orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang.19
18
Ibid., Muhammad Syafi’i Antonio, hal.120 19
d) Ar-Rahn
Yaitu menahan salah satu harta milik si pemijam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai.20 e) Qardh (Pinjaman Kebaikan)
Prinsip transaksi ini membantu nasabah secara cepat, berjangka pendek, dan diarahkan untuk usaha kecil serta keperluan sosial. Yaitu pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
20
B. Efisiensi
1. Efisiensi Teknis
Penghitungan efisiensi teknis telah dilakukan oleh Farell berdasarkan paper dari Tim Coelli yang menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk produksi.21
Farell mengusulkan efisiensi terdiri dari dua komponen yaitu :
technical efficiency yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah ditentukan, dan allocative efficiency yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input di dalam proporsi yang optimal, di mana masing -masing inputnya sudah ditentukan tingkat harga dan teknologi produksinya.22
Kedua komponen efisiensi ini lalu dikombinasikan yang menghasilkan total economic efficiency. Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di mana analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan pengukuran berorientasi input ( input-orientated measures).
21
Coelli T.J, A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analyisis (Computer) Program, No 8/96. Centre For Efficiency and Produktivity Analysis Department of Econometric university of New England Armidale, NSW, 2351. Australia. 1996., hal 4
22
a. Pengukuran Berorientasi Input ( Input Orientated Measure)23
Farrel mengilustrasikan idenya dengan menggunakan sebuah contoh sederhana dengan kasus sebuah perusahaan tertentu yang menggunakan dua buah input ( x1 dan x2) untuk memproduksi sebuah output tunggal (y) dengan sebuah (asumsi constant return to scale) CRS.
Isoquant SS1 menggambarkan kombinasi input yntuk menghasilkan tingkat output yang sama (efisien secara teknis). Isocost CC1 menggambarkan kombinasi input yang dapat dibeli oleh produsen dengan tingkat biaya yang sama (efisien secara alokatif). Garis 0P menunjukkan kombinasi input yang digunakan oleh suatu perusahaan. Titik Q’ menunjukkan efisien secara teknikal dan alokatif. Titik P menunjukkan inefisien karena tidak berada pada kurva isocost dan isoquant. Titik R efisien secara alokatif sedangkan Q efisien secara teknis. Tingkat efisiensi teknis (technical efficiency/TE) dari perusahaan pada umumnya diukur dengan menggunakan nilai rasio :
TE = 0Q/0P
Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan 1 – QP/0P, dimana nilainya berkisar antara nol dan satu, dan karena itu menghasilkan indikator dari derajat technical efficiency dari perusahaan tersebut. Nilai satu mengimplikasikan bahwa perusahaan telah mencapai kondisi efisien
23
secara penuh. Sebagai contoh, titik Q telah mencapai technical efficiency
[image:48.612.150.540.82.433.2]karena ia berada pada kurva isoquan yang efisien. Gambar 2.1
Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif
Dimana: x1 = input pertama, x2 = input kedua, q = output.
Jika rasio harga input (dalam Gambar 2.1 diwakili oleh garis AA’) juga telah diketahui, maka titik produksi yang efisien secara alokatif dapat juga dihitung. Tingkat efisiensi alokatif (allocative efficiency/AE) dari suatu perusahaan yang berorientasi pada titik P dapat didefinisikan sebagai rasio dari :
AE = 0R/0Q
Di mana jarak RQ menggambarkan pengurangan dalam biaya produksi yang dapat diperoleh apabila tingkat produksi berada pada titik
Q yang efisien secara teknis (technical efficient), akan tetapi inefisien secara alokatif (allocatively inefficient).
Total efisiensi ekonomis (total economic efficiency) didefinisikan sebagai rasio dari :
EE = 0R / 0P
Dimana jarak dari titik R ke titik P dapat juga diinterpretasikan dengan istilah pengurangan biaya (cost reduction). Perhatikan bahwa produk yang efisien secara teknis dan secara alokatif memberikan makna telah tercapainya efisiensi ekonomis secara keseluruhan.
TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = (0R/0P) = EE
Dimana semua ukuran ketiganya terletak pada daerah yang bernilai antara nol dan satu.
b. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Orientated Measures)24 Pengukuran efisien secara teknis yang berorientasi input, pada dasarnya bisa ditujukan untuk menjawab sebuah pertanyaan; “Sampai seberapa banyaknya kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional tanpa mengubah kuantitas output yang diproduksi ?” dengan kata lain, “Sampai seberapa banyak kuantitas dari output dapat ditambah tanpa mengubah kuantitas input yang digunakan?”. Ini yang disebut pengukuran
24
berorientasi output (output-oriented measure), merupakan kebalikan dari pengukuran berorientasikan input.
Perbedaan antara pengukuran berorientasi input dan output dapat diilustrasikan dengan menggunakan sebuah contoh sederhana yang terdiri dari satu input dan satu output, diilustrasikan mengenai sebuah fungsi produksi dengan teknologi yang bersifat decreasing return to scale yang diwakili oleh ƒ(x), dan sebuah perusahaan yang inefisien yang beroperasi pada titik P. Farell menjelaskan pengukuran yang berorientas I input dari efisiensi teknis (TE) sama dengan rasio AB/AP, sedangkan pengukuran berorientasikan output dari efisiensi teknis diwakili oleh rasio CP/CD.
Pengukuran yang berorientasi input dan output akan menghasilkan nilai pengukuran yang sama dari efisien si teknis jika berada dalam kondisi constant return to scale (CRS), namun jika berada dalam kondisi
decreasing return to scale (DRS), nilai pengukuran TE tidak akan sama hasilnya. Dalam kasus constant return to scale (CRS) bahwa AB/AP
Gambar 2.2
Pengukuran Efisiensi Berorientasi Output dan Input serta Return to Scale
a. DRS b. CRS
Sumber : Farell dan Lovell (1978) dalam Coelli, et al
Pengukuran tingkat efisiensi berorientasi output ini dapat dianalisis lebih dalam dengan sebuah contoh kasus di mana fungsi produksi melibatkan dua macam output (q1 dan q2) dan sebuah input tunggal ( x).
Jika kitamengasumsikan kondisinya constant return to scale, maka dapat direpresentasikan tingkat teknologi dengan sebuah kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve ) dalam bentuk dua dimensi. Contoh ini digambarkan dalam Gambar 2.6 dimana garis ZZ’
inefisien dalam kasus ini terletak di bawah kurva karena ZZ’mewakili batasan atau titik tertinggi dari garis kemungkinan produksi.
Gambar 2.3
Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan berorientasi Output
Sumber : Farell dan Lovell (1978) dalam Coelli
ditingkatkan menjadi B tanpa adanya penambahan input. Pengukuran efisiensi teknis berorientasikan output adalah merupakan rasio
TE= 0A/0B
dengan revenue efficiency (RE) yang merupakan rasio
RE=0A/0C
Efisiensi alokatif diperoleh melalui rasio
AE = 0B/0C
Di mana mempunyai sebuah interpretasi adanya peningkatan pendapatan (a increasing revenue interpretation ), di mana pada contoh kasus pengukuran efisiensi berorientasi input, serupa dengan interpretasi adanya pengurangan biaya (cost reducing) dalam kondisi ketidakefisienan yang bersifat alokatif. Lebih lanjut dapat didefinisikan efisiensi ekonomi secara keseluruhan ( overall economic efficiency) sebagai hasil dari dua pengukuran efisiensi teknis dan efisiensi alokatif.
EE= (0A/0C) = (0A/0B) x (0B/0C) = TE x AE
2. Konsep Efisiensi
Muharram dan Pusvitasari25 menyebutkan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio
25
Muharram, H. dan Pusvitasari, R. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia dengan Metode Data Envelopmet Analysis (Periode Tahun 2005).” Jurnal Ekonomi dan
output (keluaran) dan atau input (masuk) atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan Secara sederhana menurut Nopirin(2007),26 efisiensi dapat berarti tidak adanya pemborosan. M. D. Huri dan Indah Susilowati(2007),27 menjelaskan bahwa efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan.
Ditinjau dari Teori Ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi.28 Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan dengan efisiensi teknik yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi input menjadi output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal.
Suatu Kegiatan Ekonomi dikatakan efisien secara teknik apabila menghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu atau
26
Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta: BPFE. 1997
27
Huri, M. D. dan Indah Susilowati. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus: Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Tahun 2002).” Jurnal Dinamika Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal. 95-107.
28
Muhammad Ghafur. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini. Yogyakarta: Biruni
memproduksi sejumlah tertentu output menggunakan sumber daya yang minimal. Dalam efisiensi ekonomis, untuk proses produksi, produsen menghadapi kendala besarnya harga input, sehingga harus dapat memaksimalkan penggunaan input sesuai dengan anggaran yang tersedia yang juga harus mempertimbangkan besarnya harga output.
Produsen dapat berproduksi dengan efisien jika :
MP1 MPk . . . . MPa
P1 Pk Pa
Di mana MP1 adalah produk marginal faktor produksi tenaga kerja (L), MPk adalah produk marginal faktor produksi kapital, dan MPa adalah produk marginal factor A, sedangkan P1, Pk, dan Pa masing-masing adalah harga sumber-sumber tersebut (Farried WM) dalam Nurul Komaryatin.29
3. Pengukuran Efisiensi
Menurut Silkman (1986); Ario (2005) dalam Harjum Muharam dan
Pusvitasari (2007)30, ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan yaitu:
a. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi
dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dengan input
29
Nurul Komaryatin. “Analisis Efisiensi Teknis Industri BPR di Eks Karesidenan Pati”.
Tesis S2 Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang : 2006. 30
yang digunakan. Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi, apabila dapat memproduksi jumlah output yang maksimum dengan input tertentu.
Efisiensi = Output Input
Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak input dan output yang akan dihitung secara bersamaan, sehingga banyak perhitungan yang menimbulkan asumsi yang tidak tegas. b. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah
model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsinya dapat dilihat di bawah ini:
Y = f (X1, X 2, X3, X 4, . . . Xn)
Di mana Y = Output, X = Input
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat output tertentu. UKE tersebut akan dinilai efisien, apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak dibandingkan jumlah output hasil estimasi.
banyak output dalam satu indikator, informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi .
c. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu:
parametrik dan non-parametrik. Pendekatan parametrik terdiri dari
Stochastic Frontier Approuch (SFA) yaitu perluasan dari model asli deterministik untuk mengukur efek-efek yang tidak terduga (stochastic frontier) di dalam batas produksi, Distribution Free Approach (DFA) merupakan efisiensi biaya mengukur seberapa dekat biaya dari suatu bank dengan biaya terendah yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang sama pada kondisi yang sama, dan Thick Frontier Approuch (TFA), sedangkan non-parametrik meliputi Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu model pemrograman linier fraksional yang dapat mencakup banyak output dan input tanpa perlu menentukan bobot untuk setiap variabel sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan fungsional antara input dan output (tidak seperti regresi).
Beberapa tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan yang lebih difokuskan pada pendekatan forntier efficiency
atau x-efficiency, mengukur penyimpangan dari lembaga keuangan berdasarkan ”best practice” atau berlaku umum pada pendekatan
relatif terhadap perkiraan kinerjanya yang ”terbaik” dari industri tersebut. Kondisi ini terjadi, apabila semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang sama.31
Pendekatan forntier lebih superior karena penggunaan teknik program atau statistik yang menghilangkan pengaruh dari perbedaan harga input dan faktor eksogen lainnya dalam mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi. Pendekatan ini telah digunakan secara lebih luas dalam analisis regulasi, yaitu untuk mengukur pengaruh dari merger dan akuisisi, regulasi modal, deregulasi suku bunga deposito, pergeseran restriksi geografis pada cabang dan holding dari perusahaan akuisisi. Keuntungan yang paling utama dari pendekatan ini adalah dapat mengukur secara objektif kuantitatif dengan menghilangkan pengaruh dari harga pasar dan faktor eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi.32
31
Bauer, P. W., Berger, A. N. and Ferrier, G. D. “Consistency Condition for Regulatory
Analysis of Financial Institutions: A Comparison of Frontier Approuch Methods.” Journal of
Economics and Bussines. USA, 1998. 32
Ascarya, Diana Y. dan Guruh S. R.”Analisis Efisiensi Perbankan Konvensional dan
Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envelopment Analysis (DEA).” Paper dalam Buku
Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I. dan Eugenia M 33 menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan untuk mengukur efisiensi mempunyai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan parametrik dan non-parametrik. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah non-parametrik, yaitu DEA. Alasan ini didorong adanya pendapat Ascarya, Diana Y dan Guruh S. R,34 bahwa pendekatan non-parametrik memiliki kelebihan yaitu tidak membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk
forntier produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat dieliminasi.
Muliaman D. Hadad dkk juga menambahkan pendapatnya tentang keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi. Hal ini dapat membantu mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial.
33
Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. “Analisis Efisiensi Industri
Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).” Bank
Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank Indonesia, 2003. 34
45
A. Objek Penelitian
[image:60.612.134.535.52.503.2]Dalam sub-bab pembatasan masalah telah disinggung objek-objek yang terkait dalam penelitian ini, yaitu Bank Umum Syariah periode 2007-2010. Adapun bank-bank yang dimaksud adalah sebagaimana yang tercantum dalam table 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1 Nama dan Kode Bank
Kode Bank Nama Bank
1 Bank Muamalat
2 Bank Syariah Mandiri
3 Bank Mega Syariah
Sumber : Bank Indonesia, 2011.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari Bank Indonesia sebagai institusi yang mempublikaskan data keuangan seluruh Bank Indonesia, termasuk Bank Syariah, literatur dan dokumen yang berkenaan dengan efisiensi.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah hanya Bank Umum Syariah yang berdasarkan prinsip syariah, bank-bank yang mencakup pada prinsip syariah yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Mengingat luasnya cakupan bank syariah, maka dalam penelitian ini hanya meneliti terhadap Bank Umum Syariah (BUS). Pertimbangannya adalah bahwa Bank Umum Syariah merupakan induk dari Unit Usaha Syariah (UUS) jadi penelitian terhadap induknya sudah mencakup terhadap unit usahanya, dan kinerjanya lebih unggul jika dibandingkan dengan BPRS.
Adapun sampel Bank umum Syariah (BUS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang telah berdiri pada atau sebelum tahun 2007 dan memiliki laporan keuangan periode 2007-2010. Dilihat dari metodenya, maka penentuan sampel seperti ini termasuk ke dalam teknik sampling purposive1, yaitu teknik penentuan sampel dengan
1
Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitien Bisnis dengan AplikasiSPSS, (Jakarta: Mitra
pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
desk riset dikenal juga dengan studi kepustakaan. Dalam teknik desk riset, pemeliti memperoleh data dengan cara melihat laporan keuangan Bank Syariah publikasi Bank Indonesia, baik itu dengan langsung datang ke B