1 BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Televisi mengalami perkembangan yang cukup pesat tidak hanya di Amerika sebagai negara asal penemuannya tetapi juga di Indonesia.
Sekarang, televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Barang yang satu ini memang ajaib karena mampu menyedot perhatian
masyarakat dunia, dari negara yang paling maju hingga negara paling terbelakang. Hampir seluruh lapisan masyarakat di segala tingkat strata pendidikan, tiada hari yang terlewatkan tanpa menonton televisi. Setiap
orang, dari anak-anak, muda dan dewasa bahkan yang sudah uzur bisa dipastikan akan menghabiskan beberapa jam bahkan hampir seharian duduk
dan menikmati tayangan televisi. Kehadiran televisi dengan menyuguhkan berbagai acara yang beragam dan menarik tanpa kompromi inilah yang membuat para pemirsanya betah berlama-lama di depan layar televisi.
Ketergantungan pada televisi dapat dijumpai ketika listrik padam atau siaran televisi sedang mengalami gangguan, sebagian orang pun menjadi
uring-uringan. Lantas, kebingungan mencari aktivitas pengganti acara nonton televisi. Fenomena yang sama juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Anak-anak sedemikian betah duduk berjam-jam di depan “kotak ajaib” ini, seolah
2 Dengan segala potensi yang dimilikinya itu, televisi telah
mendatangkan banyak perdebatan yang tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang ditampilkan oleh televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah mampu memilih, memilah dan
memahami apa yang ditayangkan di layar televisi. Namun bagaimana dengan anak-anak? Dengan segala kepolosan yang dimilikinya, belum tentu mereka
mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di layar televisi dengan tepat dan benar. Begitulah yang diungkapkan oleh Alim Sumarno dalam artikelnya yang dimuat di situs elearning Universitas Negeri Surabaya
(2011). Anak-anak secara liar menafsirkan apa yang dilihat dan didengar di televisi kemudian senantiasa belajar serta meniru apa yang mereka lihat dan
dengar.
Hasil kajian Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia mencatat,
rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Artinya pada hari-hari biasa mereka menonton tayangan televisi lebih dari empat hingga lima jam sehari. Sementara di hari Minggu bisa tujuh
sampai delapan jam (www.indojaya.com). Sedangkan penelitian lain dari AGB Nielsen Media Research yang terakhir menunjukkan, sebanyak 21
persen pemirsa televisi adalah anak-anak dengan usia 5-14 tahun. Waktu menonton televisi bagi mereka terutama pada pukul 06.00 – 10.00 dan antara pukul 12.00 – 21.00. Pada jam tayang utama (18.00 – 21.00) ada sekitar 1,4
3 Sudah banyak penelitian tentang dampak negatif televisi bagi manusia
terutama anak-anak. Hasil penelitian dari Indriastuti (2003), menunjukkan bahwa televisi berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak. Mereka menjadi lebih malas untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Bahkan
penelitian yang dilakukan Kompas menunjukkan bahwa dampak dari seringnya anak menonton televisi adalah anak menjadi tidak suka membaca
buku (Susanti, dkk, 2009). Pada penelitian yang lain disebutkan bahwa dampak dari tayangan televisi yaitu anak menjadi berperilaku keras, moralitas
negatif, anak pasif dan tidak kreatif, nilai sekolah rendah, kecanduan nonton dan berperilaku konsumtif (Jahya & Irvan, 2006: 4). Dalam hal ini, anak-anak sebagai audiens cenderung dipandang dalam posisi penerima pesan yang
pasif.
Televisi dipandang memiliki posisi yang superior (tahu segalanya),
sementara posisi anak sebagai audiens televisi ditempatkan dalam posisi yang inferior (tidak tahu apa-apa). Anak-anak sebagai audiens televisi selalu dipandang sebagai kasus khusus, karena anak-anak diasumsikan mudah
tersugesti dan rentan terkena pengaruh. Anak-anak dilihat sebagai “bukan orang dewasa”, karena respon “orang dewasa” sepertinya tidak terbangun di
dalamnya. Televisi lebih menganggap audiens anak sebagai konsumen daripada sebagai warga negara, dimana orientasi program televisi berdasar pada apa yang audiens inginkan bukan kepada apa yang audiens butuhkan.
4 atau bahkan gagasan tentang “orang yang suka bermalas-malasan di rumah”.
Tak jarang anak-anak sebagai audiens televisi juga digambarkan seperti itu. Anak-anak bukanlah audiens yang sama sekali tidak berdaya. Menurut Jean Piaget (dalam Triwardani, 2007:47), mulai usia 7-8 tahun, anak
mulai kritis terhadap lingkungannya (life space) dan membutuhkan penjelasan konkret dan masuk akal. Ketika memasuki usia belasan tahun,
anak mulai dapat berpikir secara abstrak (symbolic) dan pandai memberikan respons dan jawaban alternatif terhadap stimulus dalam persoalan yang
sedang dihadapinya. Menonton televisi adalah kegiatan sosio kultural yang intinya berkaitan dengan makna dan bersifat multi faset dan kaya dimensi, yang dilakukan anak-anak di dalam ruang domestik dalam wilayah privat,
yaitu di rumah. Secara logis dapat dikatakan bahwa anak-anak yang lebih tua akan “membaca” televisi secara berbeda dibandingkan dengan anak-anak
yang lebih muda sesuai dengan tahap perkembangan intelektual mereka. Anak-anak sebagai audiens aktif dapat dilihat pada pola konsumsinya terhadap tayangan televisi. Meskipun sebagian besar waktu mereka
dihabiskan di depan layar televisi, mereka memiliki kewenangan untuk memilih program acara yang disuka atau tidak disukai. Adakalanya mereka
menolak beberapa tayangan yang menurut pengetahuannya hal tersebut kurang baik. Bahkan untuk acara-acara favorit, mereka rela menunggu dan duduk berjam-jam di depan layar televisi tanpa harus bermain di luar rumah
bersama teman-temannya.
5 dan pendidikan bagi keluarga, terutama anak-anak. Televisi dapat membuka
dunia baru bagi anak-anak, memberikan mereka kesempatan untuk melihat dunia, belajar tentang berbagai budaya yang berbeda, dan memberikan berbagai informasi serta ulasan ide-ide yang belum pernah anak-anak alami
dan peroleh di usia mereka saat ini.
Menonton program tayangan televisi yang selektif dan dengan
pengaturan waktu menonton yang proporsional dapat memberikan efek yang baik pada perkembangan dan perilaku anak-anak. Kata kuncinya adalah
adanya pendampingan orang tua. Perlu adanya kemauan dan kemampuan orang tua dalam mendampingi anak saat mengkonsumsi televisi. Peran orang tua tidak sekedar membatasi program-program yang boleh dan tidak boleh
ditonton. Melainkan juga turut menyaksikan program yang ditonton anaknya, dan mengambil kesempatan untuk mendiskusikannya. Hal ini berarti bahwa
komunikasi orang tua dengan anak sangat diperlukan. Melalui komunikasi para orang tua dapat lebih dekat dengan anak-anaknya sehingga dapat mengetahui perkembangan anak-anak.
Tidak sepenuhnya anak-anak akan menerima begitu saja apa yang ditayangkan oleh televisi. Tidak semua penonton anak-anak termasuk sebagai
penonton aktif dan tidak semua sama aktifnya. Seiring dengan pertumbuhan kognitif yang ektensif dan bervariasi, anak-anak memiliki persepsi tersendiri terhadap setiap tayangan yang mereka tonton seperti yang telah dijelaskan di
6 Karena pada situasi seperti ini, orang tua berkesempatan untuk menjelaskan
mengenai apa yang mereka tonton, baik buruknya acara tersebut.
Terdapat kecenderungan yang sebaliknya dari penjelasan di atas yang terjadi di kalangan masyarakat sekarang ini. Televisi dijadikan sebagai
pengasuh, pengganti peran orang tua dalam mendampingi keseharian anak-anak selain sebagai penyaji hiburan.Tidak jarang orang tua yang bersyukur
karena anaknya yang masih balita atau usia sekolah dasar, betah berlama-lama menonton tayangan televisi. Memang dalam hal ini, orang tua cukup
diuntungkan karena dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan tanpa gangguan, tidak kelelahan mengawasi si anak, atau tidak sibuk melayani permintaan anak. Secara tidak sadar, orang tua sesungguhnya
tengah membenamkan anak ke dalam potensi bahaya yang amat dahsyat. Dengan pola menonton yang cukup lama, anak akan mudah terobsesi
tayangan televisi yang banyak mengumbar mimpi indah dan kehidupan bergelimang materi yang tidak sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Termasuk juga gaya bahasa yang jorok, pola hidup bebas dan pengaruh
negatif lainnya.
Film-film yang dikategorikan untuk anak-anak oleh stasiun televisi
masih saja mengandung unsur kekerasan dalam bentuk fisik (perkelahian). Sebut saja film Tendangan si Madun, Dragon Ball, Power Rangers dan Ultraman,Bakugan Battle Brawslers, Hiro Pembela Bumi tersebut setiap
7 hal tersebut digambarkan dengan berpelukan, bergandengan tangan, juga
mencium. Begitu pula dengan Doraemon dan Crayon Shinchan yang menggambarkan kenalakan, kekerasan non fisik dengan saling mengejek diantara tokoh, munculnya penggambaran tokoh yang licik, pendendam dan
iri juga mewarnai film anak-anak.
Kebanyakan orang tua tidak menyadari dampak kebebasan media
yang kurang baik terhadap anak-anak. Orang tua jarang benar-benar memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih sering melarang
anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena bisa mengganggu jam belajar mereka. Fenomena tersebut tidak menunjukkan kekhawatiran orang tua terhadap tayangan yang ditonton oleh anak-anak
mereka.
Sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap anak-anak akan
dampak tayangan televisi yang berakibat terhadap tingkat kecerdasan dan prestasi anak, yang dilakukan oleh pemerintah Kota Mojokerto yaitu dengan mengadakan program Kota Mojokerto Berlingkungan Pendidikan (KMBP)
sejak awal tahun 2011 yang lalu. Program tersebut berupa pelaksanaan jam wajib belajar bagi pelajar yang dimulai pukul 18.00 sampai dengan 19.00 di
tiap rumah dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada jam tersebut warga dilarang menyalakan televisi, radio, tape, play station, bahkan pengamen pun dilarang masuk. Para pelajar
8 kegiatan tersebut bersama dengan wakil walikota beserta satgas jam wajib
belajar. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak usia sekolah dapat belajar dengan tenang tanpa gangguan acara televisi atau bermain game. Untuk orang tua, diharapkan agar mereka lebih memahami pentingnya waktu anak-anak
tanpa televisi dan game karena dapat mempengaruhi kualitas kecerdasan dan kepribadian anak.
Bentuk dari keprihatinan Pemerintah Kota Mojokerto dengan dilaksanakannya Program Kota Mojokerto Berlingkungan Pendidikan
(KMBP) sudah selayaknya diapresiasi dengan baik. Semua pihak diharapkan untuk ikut mendukung terlaksananya program tersebut. Di sini peneliti melakukan proses prasurvey untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan jam
wajib belajar tersebut di beberapa daerah. Dari hasil prasurvey, perumahan Griya Permata Meri Kecamatan Magersari Kota Mojokerto termasuk wilayah
yang sudah melaksanakan program KMBP dengan baik sejak awal program tersebut diberlakukan. Ironinya, setelah jam belajar tersebut selesai para orang tua membiarkan anak-anak kembali menonton tayangan televisi tanpa
pendampingan. Kalaupun misal mereka mendampingi anak-anaknya, itu bukan berarti para orang tua memberikan pengarahan akan acara yang mereka
tonton melainkan hanya sekedar ikut menikmati acara yang ditayangkan di televisi pada saat itu. Hal ini jauh dari harapan pemerintah Kota Mojokerto yang menginginkan agar para orang tua lebih menyadari pengaruh buruk
9 anak-anak termasuk frekuensi anak-anak menonton televisi diluar jam
belajarnya.
Memang masih ada beberapa hal yang kurang disadari oleh orangtua yang berhubungan dengan tayangan televisi untuk program anak-anak
diantaranya, kurangnya perhatian orang tua mengenai film-film kartun yang dikonsumsi anak-anak yang kelihatan layak untuk ditonton padahal terdapat
unsur kekerasan yang bisa menyebabkan anak menjadi lebih agresif. Tayangan-tayangan yang kurang mendidik dapat menurunkan tingkat
kecerdasan anak, tayangan yang mengandung unsur seksisme menyebabkan anak dewasa sebelum waktunya, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa tidak hanya dampak negatif
yang dibawa oleh televisi. Dampak dan manfaat positifnya juga banyak terkandung di dalamnya. Meskipun film anak-anak tersebut mengandung
unsur-unsur kekerasan, seksisme serta kenakalan maupun kelicikan, akan tetapi di dalamnya juga terdapat nilai-nilai kebersamaan, kasih sayang, tolong menolong, dan juga toleransi. Sekali lagi, orang tua memiliki peranan yang
sangat penting khususnya ibu rumah tangga yang cenderung lebih dekat dengan anak-anak dalam keseharian dan lebih banyak menghabiskan waktu
bersama. Hal ini bukan berarti mengesampingkan fungsi atupun tugas seorang ayah.
Masyarakat patriarki memposisikan perempuan sebagai orang yang
10 seluruh waktunya untuk mengurus rumah. Namun yang menjadi menarik
adalah ketika pekerjaan para ibu rumah tangga ini beragam, mulai dari buruh pabrik, guru, PNS, pedagang atau yang lainnya. Tingkat pendidikan para ibu rumah tangga tersebut juga beragam. Latar belakang pendidikan seseorang
akan mempengaruhi cara berpikir yang akan berdampak pula kepada pola asuh terhadap anak. Dalam hal menonton televisi, para ibu harus bersikap
kritis terhadap program acara yang ditonton serta memilih apakah program acara tersebut cocok dengan usia anak-anaknya? Apakah bersifat mendidik
atau justru merusak moral anak?
Melalui lingkungan keluargalah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan keluarga
ini pula anak mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua, saudara-saudara maupun kerabat terdekat mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak,
supaya anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penanaman disiplin dan kebebasan serta penyerasiannya. Sosialisasi ini dilakukan melalui kasih sayang. Berdasarkan
kasih sayang ini anak-anak dididik untuk mengenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban dan ketentraman, nilai kelestarian dan sebagainya.
Dari kegiatan prasurvey yang dilakukan peneliti di perumahan Griya Permata Meri Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Diperoleh data bahwa acara televisi anak-anak yang paling digemari saat ini adalah sinetron
Tendangan Si Madun yang tayang di MNC TV. Sinetron tersebut
11 khususnya ibu-ibu juga ikut menonton program acara tersebut mengikuti
anak-anaknya karena jam tayangnya bersamaan dengan waktu berkumpul keluarga. Sejauh pengamatan yang dilakukan peneliti, para ibu kebanyakan hanya sekedar ikut menonton tanpa ada komunikasi yang berarti mengenai
setiap adegan yang sedang ditampilkan di layar kaca. Anak-anakpun asyik sendiri dengan menirukan ucapan-ucapan (jurus-jurus) yang dilontarkan
ketika para aktor melakukan tendangan-tendangan saat bermain bola.
Tendangan Si Madun termasuk dalam jenis acara utuk anak-anak.
Akan tetapi di dalamnya ada unsur kekerasan (perkelahian) di setiap episode yang ditayangkan. Selain itu, ada juga unsur-unsur persaingan, iri hati, dendam, saling mengejek, kelicikan, walaupun ada unsur-unsur positif
diantaranya kerjasama, saling membantu dan kreatifitas.
Sehubungan dengan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Pemaknaan Penonton Tentang Tayangan
“Tendangan Si Madun” (Studi Resepsi Ibu Rumah Tangga dan Anak
-anak di Perumahan Griya Permata Meri Kota Mojokerto).
II. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang menarik untuk penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pemaknaan penonton tentang tayangan “Tendangan si Madun” studi resepsi ibu rumah tangga dan anak-anak di perumahan
12 2. Bagaimanakah para ibu di perumahan Griya Permata Meri Kota
Mojokerto mensosialisasikan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam tayangan “Tendangn Si Madun “ kepada anak-anaknya?
III.TUJUAN PENELITIAN
Dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pemaknaan penonton tentang tayangan “Tendangan si Madun” studi resepsi ibu rumah tangga dan anak-anak di perumahan
Griya Permata Meri Kota Mojokerto.
2. Untuk mengetahui sosialisasi nilai-nilai sosial yang terdapat dalam tayangan “Tendangan Si Madun” oleh para ibu di perumahan Griya
Permata Meri Kota Mojokerto pada anak-anaknya.
IV.KEGUNAAN PENELITIAN
Setelah dilakukannya penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat
berguna untuk : 1. Secara Akademis
Dalam dunia akademis diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih dalam bidang komunikasi massa terutama mengenai pergeseran fungsi media massa dan studi resepsi serta
13 2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat menggambarkan tingkat pemaknaan ibu-ibu dan anak-anak yang memiliki latar belakang social yang berbeda terhadap tayangan televisi.
PEMAKNAAN PENONTON TENTANG TAYANGAN
“TENDANGAN SI MADUN”
(Studi Resepsi Ibu Rumah Tangga dan Anak-anak di Perumahan Griya Permata Meri Kota Mojokerto)
TESIS
Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Sosiologi
Diajukan oleh: Ninuk Riswandari
NIM 09250022
MAGISTER SOSIOLOGI
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
PEMAKNAAN
PENONTON TENTANG TAYANGAN
“TENDANGAN SI MADUN”
(Studi Resepsi Ibu Rumah Tangga dan Anak-anak di Perumahan Griya Permata Meri Kota Mojokerto)
Diajukan oleh:
NINUK RISWANDARI
NIM: 09250022
Telah disetujui Tanggal 11 Agustus 2012
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Achmad Habib, MA Dr. Muslimin Machmud, M.Si
DirekturKetua Program Studi Program Pascasarjana Magister Sosiologi
T E S I S
Dipersiapkan dan disusun oleh :
NINUK RISWANDARI
Nim : 09250022
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal,8 Agustus 2012
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Achmad Habib, MA
Sekretaris : Dr. Muslimin Machmud, M.Si
Penguji I : Dr. Vina Salviana DS, M.Si
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Ninuk Riswandari NIM : 09250022
Program Studi : Magister Sosiologi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tesis dengan judul PEMAKNAAN PENONTON TENTANG TAYANGAN TENDANGAN SI MADUN (Studi resepsi pada ibu rumah tangga dan anak-anak di perumahan Griya Permata Meri Kota Mojokerto)
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsure-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALAKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 8 Agustus 2012 Yang Menyatakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya memberi kekuatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pemaknaan Penonton Tentang Tayangan Tendangan Si Madun
(Studi Resepsi Ibu Rumah Tangga dan Anak-anak di Perumahan Griya Permata Meri Kota Mojokerto)” ini untuk mendapat gelar Magister dalam Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Selama dalam proses penyelesaian tesis ini dan juga studi S2 yang penulis tempuh, penulis sadar bahwa sudah banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung dan membantu penulis. Oleh karena itu,
tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada para penulis buku, artikel maupun jurnal yang sudah penulis
kutip sebagai bahan rujukan dalam tesis ini.
Terimakasih yang paling dalam kepada ibunda Susilah dan ayahanda Sudibyo yang selalu menumpahkan kasih sayang serta doa-doanya untuk
mendukung keberhasilan penulis. Deni dan keluarga yang selalu memberi semangat serta dukungan ketika penulis mengalami masa-masa sulit sehingga
muncul kembali semangat baru yang membuat penulis segera ingin menyelesaikan tesis ini. Ibu Endang dan bapak Mustofa yang selalu bisa menerima penulis di rumahnya dalam keadaan apapun selayaknya orang tua kepada anaknya.
ataupun gagasan ketika menulis tesis ini. Ibu Dr. Vina Salviana DS, M.Si yang
selalu mengingatkan dan memberi semangat untuk segera menyelesaikan tesis ini agar tidak tertinggal dengan teman-teman yang seangkatan. Kemudian ibu Dra. Frida Kusumastuti, M.Si yang banyak memberikan masukan untuk pemahaman
teori reception yang sebelumnya penulis tidak pahami.
Kepada sahabat-sahabat senasib seperjuangan, bapak Abdillah, bapak Adi
Prawito, Nasrudin, Abdus Salam, mbak Yessy dan Rika yang selalu mendukung, memberi semangat, membantu ide, memberikan banyak waktu untuk diskusi serta
menghabiskan waktu luang bersama yang memberikan pengalaman berkesan selama menjalani studi S2 ini. Tak lupa pula teman-teman kantor bu Susi, mbak Iin, mbak Ricca, mbak Ana, mbak Atik, Mbak Ririn, mbak Anggri, mbak Denok,
Rosi, mas Imam yang selalu mendukung dan memberi semangat serta menghibur di saat penulis sedang kebingungan dengan tugas yang menumpuk antara tugas
kantor dan tugas kuliah. Kemudian untuk para Subjek penelitian ini, ibu Yuli, ibu Nur, ibu Suci, Cristo, Daniel, Yudha, Farhan, dan Ferol terimakasih atas waktunya. Serta pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun penulis
tetap mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. Malang, Agustus 2012
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI I. Tinjauan Pustaka………..14
A.Penelitian Terdahulu……….14
B. Televisi dan Program Tayangan………...15
C.Tayangan Televisi Sebagai Realitas Media………..20
D.Sosialisasi Anak dengan Televisi………..23
E. Perkembangan Anak……….25
F. Program Tayangan Tendangan Si Madun………28
G.Peran Ibu Dalam Keluarga………29
H.Peran Ibu Dalam Pendampingan Menonton Televisi………...31
II. Lokasi Penelitian………..46
III. Sumber Data Penelitian………47
IV. Teknik Pengumpulan Data………...48
V. Teknik Analisis Data………...49
VI. Keabsahan Data………...50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Deskripsi Wilayah Penelitian………...52
II. Deskripsi Identitas Subjek Penelitian………..53
III. Deskripsi Hasil Penelitian………....59
A.Pemaknaan Penonton Tentang Tayangan Tendangan Si Madun……...60
1. Tinjauan Reception Studies………....61
2. Tinjauan Interaksionisme Simbolik………85
B. Sosialisasi Nilai-Nilai Sosial yang Terdapat Dalam Tayangan Tendangan Si Madun Oleh Para Ibu Kepada Anak-anak………..98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN I. Kesimpulan……….105
II. Saran………...106 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S. Mia. 2010. Muslimah Career. Yogyakarta: Pustaka Grhatama
Allen, Pamela. 2004. Membaca dan Membaca Lagi; Reinterpretasi Fiksi Indonesia 1980-1995. Jakarta: Indonesia Tera
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Baran, J. Stanley & Davis, K. Dennis. 2010. Teori Komunikasi Massa, Dasar, Pergolakan dan Masa Depan. Jakarta: Salemba
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana
Burton, Graeme. 2011. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi. Yogyakarta: Jalasutra
Burton, Graeme. 2012. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra
Durham, Meenakshi. Gigi & Douglas. M. Kellner. 2002. Media and Cultural Studies: Key works. Great Britain: Blackwell Publishers
Eriyanto. 2009. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks media. Yogyakarta: LKiS
Gunarsa, D. Singgih. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Anak, Jakarta: Gunung Mulia
Hadi, P. Ido. 2009. Penelitian Khalayak Dalam Perspektif Reception Analysis. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. Vol. 3. Nomor 1, Januari. Surabaya: UK Petra
Hall, Stuart. Hobson, Dorothy, dkk. 2011. Budaya Media Bahasa, Teks utama Pencanang Cultural Studies 1972-1979. Jogjakarta: Jalasutra
Indriastuti, Yudiana. 2003. Pengaruh Televisi terhadap Kehidupan Anak. Surabaya: UPN Veteran
Jahja, Saktiyanti, R & Irvan, M. 2006. Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Jakarta: Piramedia
Littlejohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Muslimin,M. 2011. Komunikasi Tradisional: Pesan Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan Melalui Berbagai Media Warisan. Jogjakarta: Buku Litera
Narwoko, Dwi. J & Suyanto, Bagong. 2010. Sosiologi Teks Pengantar & Terapan. Jakarta: Kencana
Poloma, M. Margaret. 1999. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Remaja Rosdakarya Raho. Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Rivers, L. William. 2008. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana
Surbakti. 2008. Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo
Susanti D. Ety, dkk. 2009. Strategi Pencegahan perilaku Negatif Pada Anak-Anak Sebagai Akibat Tayangan televisi dan Model Tayangan Edukatif Untuk Anak-Anak. Surabaya: UPN Veteran
Sunarto. 2009. Televisi,Kekerasan & Perempuan. Jakarta: Peneribit buku Kompas Thwaites, Tony, dkk. 2009. Introducing Cultural And Media Studies, Sebuah
Pendekatan Semitok. Yogyakarta: Jalasutra
Triwardani, Reny & Wicandra, Bima Obed. 2007. Kajian Kritis Praktik Anak Menonton Film Kartun di Televisi Dalam Aktifitas Keseharian Di Banyuwangi. Jurnal Nirmana Vol 9. No.1, Januari
Winarso, Puji. Heru. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pusaka Publiser
Non buku
Administrator. 2011. Media Televisi. Diakses 8 Februari 2012 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205779-media-televisi/ Acara Televisi. Diakses 8 Februari 2011 dari
Adi, Nugroho T. 2012. Mengkaji Khalayak Media dengan Metode Penelitian Resepsi. Diakses 20 Februari 2012 dari http://sinaukomunikasi.wordpress.com/
Kapten Timnas Main Sinetron? Hanya Ada di “Tendangan SiMadun”. Diakses 20
Februari 2012 dari http:// www.mnctv.com/index.php=com_content&task Kriswanti, Wida. 2012. Tendangan Si Madun: Sinetron Sepak Bola yang
Dibintangi Atlet Sepak Bola. Diakses 10 Agustus 2012 dari http://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/ulasan/20549-tendangan-si-madun-sinetron-sepak-bola-yang-dibintangi-atlet-sepak-bola.html
Priastuti. 2011. Dampak Negatif Tayangan Televisi. Diakses tanggal 10 Februari 2012 dari http://www.indojaya.com/teknologi/gadget/1016-dampak-negatif-tayangan-televisi.html
Permata, Insan. 2011. Anak SD Nonton TV Empat Jam per Hari. Diakses 10 Februari 2012 dari http://insan permata.com/anak-sd-nonton-tv-empat-jam-per-hari