• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Tentang Perilaku Satpol PP dan Pengemis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Tentang Perilaku Satpol PP dan Pengemis)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Fenomena pengemis kerap kali kita jumpai di wilayah perkotaan. Hampir

di seluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia dapat kita temui para pengemis.

Jika di daerah jawa timur pengemis sering disebut

Bambungan

atau

Orang

Bambung.

Di kota lain bahkan ada yang menyebutnya

Gembel

. Berbeda dengan

fenomena kemiskinan di daerah pedesaan yang berarti lapisan paling bawah

dalam susunan masyarakat ekonomi desa, pengemis mempunyai dimensi sosial

psikologis disamping ekonomi.

Itu sebabnya definisi pengemis secara operasional menjadi sangat sulit.

Namun secara konseptual, pengemis ialah lapisan ekonomi, sosial dan budaya

paling bawah dalam stratifikasi masyarakat kota.

1

Ciri dasar yang membedakan mereka dengan masyarakat miskin desa

adalah definisi secara operasional yang mana pengemis (di dalam kota) ini ialah

mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap atau tempat tinggal “tetapnya”

tidak termasuk dalam wilayah pencacahan atau blok sensus yang ada. Karena

pada umumnya pengemis tidak memiliki tempat tinggal tetap atau kawasan

tempat pemukiman yang lazim. Hal itu yang menyebabkan sulitnya pendataan

untuk mengetahui jumlah pasti para pengemis.

1
(2)

2

Sebagian besar memang fenomena pengemis kita jumpai didaerah

perkotaan, dan dengan itu pula adanya kenyataan bahwa semakin besar tingkat

perkembangan kota semakin banyak pula jumlah pengemis. Sehingga dapat

memberikan kesan bahwa adanya pengemis, adalah karena adanya kota. Dan

semakin besar kota tersebut maka semakin banyak pula jumlah pengemis.

2

Sehingga para pengemis akan menjadi masalah sosial tersendiri bagi

perkembangan kota. Padahal sebetulnya masalah adanya pengemis bukan

semata-mata karena perkembangan sebuah kota, tetapi justru ada tekanan-tekanan

ekonomi dan rasa tidak aman sebagaian warga desa dan yang kemudian terpaksa

harus mencari kebutuhan ekonominya ditempat yang diduga dapat memberi

kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota.

Sering kali kita jumpai diantara mereka bertempat tinggal

perpindah-pindah atau tidak menetap, tetapi juga banyak diantara mereka yang sudah

terkoordinir dan mempunyai tempat tinggal yang sudah disediakan oleh pihak

yang mengkoordinir para pengemis tersebut. Karena para pengemis adalah

kebanyakan bukan penduduk asli kota setempat, maka mengenai tempat tinggal

mereka tidak menentu. Bahkan tidak sedikit memilih diantara mereka tinggal di

depan pertokoan pada malam hari atau di

Emperan Toko

. Juga tidak sedikit

diantara mereka yang memilih tinggal menetap di bawah kolong jembatan dan

juga di kawasan bantaran sungai. Hal ini yang menyebabkan keadaan kota

menjadi kumuh dan juga mengganggu ketertiban umum masyarakat. Karena

biasanya, para mereka menggunakan fasilitas umum untuk tempat tinggal.

2
(3)

3

Tak jarang para pengemis mencoba untuk mencari tempat tinggal tetap

dengan memanfaatkan lahan-lahan yang kosong atau tidak terawat. Dengan

demikian, para pengemis tersebut terbentuk komunitas yang tinggal dalam suatu

pemukiman yang mereka ciptakan. Akan timbul sebuah tatanan masyarakat atau

komunitas dengan jumlah yang besar jika hal ini dibiarkan.

Tentunya hal ini bagi beberapa masyarakat yang lazim menganggap

sebuah permasalahan yang besar. Bagi aparat pemerintahan misalnya, para

pengemis akan menghambat rencana pengaturan tata kota dan memunculkan

pemandangan sosial yang kumuh. Melihat dampak yang begitu besar dari

keberadaan mereka, Pemerintah Kota Malang menanggapi serius permasalahan

ini. Dan mengacu kepada peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Kota Malang menterjemahkan dengan berbagai peraturan daerah

untuk menyikapi masalah sosial yang dalam hal ini adalah masalah pengemis.

Oleh karena itu pentingnya dilakukan penanganan terhadap kasus ini agar dapat

tetap terpantau dan dibina.

3

Di Kota Malang masalah pengemis sangat memprihatinkan mengingat

jumlah mereka semakin tahun semakin meningkat bersamaan dengan kemajuan

kota. Malang adalah salah satu kota yang menarik bagi mereka, mengingat di kota

ini sudah mengalami banyak kemajuan, serta terkenal dengan kota pendidikan,

dan juga kota wisata. Apalagi dengan banyaknya pusat perbelanjaan seperti pasar,

mall, universitas, tempat wisata dan tempat-tempat umum lainnya. Dimana di

3
(4)

4

tempat-tempat seperti itulah banyak dijumpai para pengemis yang sedang

melakukan aktifitasnya.

Tentu saja keadaan seperti itu sangat mengganggu kenyamanan

masyarakat umum serta keindahan tata kota Malang. Karena tidak jarang diantara

mereka melakukan aktifitas mengemis ditengah-tengah kesibukan masyarakat,

dan juga di pinggir-pinggir jalan, tempat-tempat umum yang memberikan kesan

bertentangan dengan keindahan tata kota.

Hal ini yang menjadikan pemerintah daerah Malang membentuk lembaga

khusus untuk mengatasi masalah ini. Satuan Polisi Pamong Praja adalah salah

satunya lembaga yang diberi tugas untuk menangani melonjaknya fenomena

pengemis. Selain itu juga tugas dari Satuan Polisi Pamong Praja yaitu menjaga

keindahan tata kota Malang yang memberikan kesan nyaman, aman, serta tertib.

Meskipun Satuan Polisi Pamong Praja bukan lembaga yang bertanggung

jawab untuk mengurusi hal tersebut, artinya bukan untuk mengatasi masalah

pengemis, namun bukan berarti peran Satpol PP tidak ada. Tugas Satpol PP dalam

hal ini hanya sebatas menertibkan para pengemis yang untuk selanjutnya akan

diserahkan kepada Dinas Sosial untuk diberikan pembinaan-pembinaan lebih

lanjut.

Dalam tugasnya Satpol PP menjadi lembaga yang turun langsung ke

lapangan untuk melakukan operasi-operasi penertiban. Sehingga tidak jarang juga

kita ketahui tindakan dari Satpol PP sangat reaktif. Karena begitu banyaknya

(5)

5

Dari data yang bersumber dari Dinas Sosial Kota Malang yang

menyebutkan bahwa jumlah pengemis anak-anak hingga tua pada tahun 2005

jumlahnya mencapai 277 orang, 2006 berjumlah 320 orang dan 2007 berjumlah

378 orang. Jumlah tersebut dipastikan akan terus meningkat setiap tahunnya.

4

Dan sebagian besar dari mereka tersebar di seluruh pusat-pusat keramaian

kota dalam bentuk yang terkoordinir. Sehingga ini menjadi

pekerjaan rumah

tersendiri bagi Satuan Polisi Pamong Praja untuk menjalankan tugas

penertibannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah yang peneliti akan

bahas adalah:

1.

Kebijakan apa yang terkait dengan penanganan pengemis oleh Pemerintah

Kota Malang?

2.

Bagaimama upaya penanganan pengemis oleh Satuan Polisi Pamong Praja

di Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah Kota Malang dalam

menangani permasalahan sosial (masalah banyaknya pengemis).

4
(6)

6

2.

Untuk mendeskripsikan perilaku Satuan Polisi Pamong Praja dalam

melaksanakan kebijakan Pemerintah Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi referensi dan menambah

pengetahuan dalam mempelajari fenomena-fenomena sosial dalam kaitannya

dengan konsep kebijakan publik.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Satpol PP.

E. Definisi Konseptual

1. Kebijakan Pemerintah Kota

Kebijakan Pemerintah Kota dalam hal ini yaitu lebih menekankan

sikap Pemerintah Kota Malang dalam menangani masalah sosial. Selain

itu juga dalam kebijakan Pemerintah Kota akan menghasilkan

langkah-langkah dalam mengatasi masalah sosial.

2. Masalah Sosial (Pengemis)

Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan

dengan meminta-minta di muka umum dengan pelbagai cara dan alasan

untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

5

3. Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP, adalah perangkat

5
(7)

7

Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum

serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan

Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Satpol PP dapat

berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten atau Kota.

6

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk melukiskan atau memberi

gambaran mengenai suatu fenomena atau pokok permasalahan yang

timbul di lapangan tanpa mempersoalkan jalinan atau hubungan antar

variable. Sehingga, jika dilihat dari tujuan pengembangan teori, maka jenis

penelitian ini arahnya lebih condong pada penelitian deskriptif. Pada

penelitian deskriptif tentunya terdapat pengukuran terhadap fenomena

sosial tertentu yang tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antar

suatu fenomena.

7

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian mengenai pengemis ini, lokasi penelitiannya

adalah di wilayah Kota malang yaitu wilayah Alun-alun Kota Malang dan

sekitarnya. Selain itu juga lokasi penelitian akan di fokuskan di kantor

Satuan Pamong Praja

6

“Polisi Pamong Praja”di http://www.wikipedia.id.org/wiki/Polisi_Pamong_Praja 7

(8)

8

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang akan diteliti antara lain :

a. Pengemis yang mangkal di sekitar alun-alun Kota Malang

sejumlah 5 orang.

b. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang.

c. 3 orang anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang.

d. Masyarakat Kota Malang yang menetap di sekitar wilayah

Alun-alun Kota Malang, seperti pemilik toko yang disekitarnya

banyak pengemis mangkal sejumlah 5 toko.

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil

penelitian di lapangan.

8

b. Data Sekunder

Dimana nantinya peneliti akan melakukan

penelitian dan mencari data langsung kepada beberapa

gelandangan, pengemis, anak jalanan, satuan polisi pamong praja,

dan masyarakat Kota Malang.

Data sekunder adalah data yang dapat memberikan

informasi dan data yang telah disalin, diterjemahkan, atau

dikumpulkan dari sumber-sumber aslinya, dan dibuat

8
(9)

9

fotokopinya.

9

Sumber data yang digunakan nantinya berasal dari

jurnal, surat kabar, majalah, internet yang berkaitan dengan

pembahasan permasalahan.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Interview (wawancara)

Wawancara merupakan salah sau metode pengumpulan

data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan

pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data

(responden).

10

b. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini digunakan sistem wawancara

secara langsung, yaitu peneliti berhadapan langsung dengan

responden untuk menanyakan hal-hal yang diinginkan secara lisan,

dan jawaban responden dicatat.

Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi yaitu

cara pengumpulan data dengan cara mengamati gejala yang

diteliti.

11

c. Teknik Dokumentasi

Peneliti mengamati gejala yang ditangkap, dicatat, lalu

dianalisis sehingga menghasilkan data yang dibutuhkan.

9

DR. Kartini Kartono, “Pengantar Metodologi Riset Sosial”, Mandar Maju, Bandung, 1990, hal 73.

10

Rianto Ardi, “Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum”, Granit, Jakarta, 2005, hal 72. 11

(10)

10

Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti memperoleh data

dengan sumber dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Malang serta Dinas Sosial Kota Malang.

6. Teknik Analisis Data dan Pengolahan

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data

tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang akan

dikerjakan. Proses awal pengolahan data itu dimulai dengan melakukan

editing

setiap data yang masuk. Dalam

editing

, yang akan dikerjakan

adalah meneliti: lengkap tidaknya kuesioner yang akan diisi, keterbacaan

tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian atau keajekan antara

pernyaan yang satu dengan yang lain, relevansi jawaban, dan

keseragaman kesatuan data. Setelah proses

editing

dilakukan proses

coding,

yaitu mengklasifikasikan jawaban responden menurut

macamnya. Kemudian untuk memperjelas melihat kategori atau

klasifikasi data tersebut, dibuat table frekuensinya. Table tersebut dapat

berbentuk monotab (tabulasi tunggal) dan crosstab (tabulasi silang).

12

12
(11)

KEBIJAKA

D

AN PEMER

(Study Ten

Di Susun dan memperole JU FAKULTA UNIVER RINTAH K PERMAS ntang Perila dalam Pen

n diajukan u eh gelar Sarj Jurusan I

Lucky M

URUSAN IL

AS ILMU S

RSITAS MU SKRIPSI KOTA MAL SALAHAN aku Satuan nanganan P untuk meme rjana Ilmu P Ilmu Pemer Oleh : Marlina Sar 06230028 MU PEME SOSIAL DA UHAMMAD 2011 ANG DALA SOSIAL Polisi Pamo Pengemis) enuhi salah Politik (S.IP) rintahan raswati ERINTAHA

AN ILMU P

(12)

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan dewan Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dan diterima sebagai persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Pada tanggal : 7 Mei 2011

Didepan Dewan Penguji

1. Drs. Asep Nurjaman, M.Si ( )

2. Prof. M. Mas’ud Said, PhD ( )

3. Drs. Jainuri, M.Si ( )

4. Dr. Vina Salviana DS, M.Si ( )

Mengetahui,

Dekan FISIP - UMM

(13)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Lucky Marlina Saraswati

NIM : 06230028

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penanganan

Permasalahan Sosial (Studi Tentang Perilaku Satpol PP dan

Pengemis)

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Jainuri, M.Si Dr. Vina Salviana DS, M.Si

Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(14)

SURAT PERNYATAAN

Penulisan Bukan Hasil Plagiat

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lucky Marlina Saraswati

NIM : 06230028

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan ini adalah benar-benar

karya saya, dan dalam skripsi ini tidak ada karya orang lainyang telah

dipublikasikan, juga bukan karya orang lain dalam rangka mendapatkan gelar

kesarjanaan di Perguruan Tinggi, selain yang diacu dalam kutipan dan atau dalam

daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya,

apabila dikemudian hari ternyata karya tulis ini terbukti tidak sesuai dengan

pernyataan di atas, saya bersedia mendapat sanksi akademis.

Malang, 5 Mei 2011

Yang menyatakan

(15)

BERITAACARABIMBINGANSKRIPSI

NAMA : Lucky Marlina Saraswati

NIM : 06230028

JURUSAN : Ilmu Pemerintahan

JUDUL SKRIPSI :Kebijakan Pemerintahan Kota Malang Dalam

Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Pada Perilaku )

PEMBIMBING I : Drs. Jainuri, M.Si

PEMBIMBING II : Dr. Vina Salviana DS, M.Si

KONSULTASI

Tanggal Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

23 Oktober 2010 ACC BAB I

23 Maret 2011 ACC BAB II

30 Maret 2011 ACC BAB III

28 April 2011 ACC BAB IV

2 Mei 2011 ACC BAB V

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Jainuri, M.Si Dr. Vina Salviana DS, M.Si

Mengetahui, Dekan FISIP UMM

(16)

KATA PENGANTAR

 

Bismillahirrahmanirrahim

Asslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Syukur Alhamdulillahi rabbil aalamin, segala puji hanya untuk Alloh SWT

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena telah melimpahkan semua

keberkahan dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini dengan baik.

Dengan telah terselesaikanya skripsi ini penulis juga tidak lupa

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang

2. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

3. Bapak Drs. Jainuri, M.Si, selaku dosen pembimbing I

4. Bapak Dr. Vina Salviana DS, M.Si selaku dosen pembimbing II

5. Bapak Drs. Krishno Hadi, selaku dosen wali

6. Bapak/Ibu Dosen, Staff dan seluruh karyawan pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan

kemudahan penulis selama berkuliah.

7. Kepala Satpol PP kota Malang, Kasi Trantib Satpol PP Kota Malang dan

seluruh pegawai Satpol PP kota Malang yang telah memberikan bantuan dalam

(17)

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah banyak

memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil kepada peneliti.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan acuan untuk

skripsi pada penelitian selanjutnya.

Waslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Malang, 1 Mei 2011

(18)

MOTTO

- Tuntutlah Ilmu setinggi langit,karena dengan ilmu yang sangat berlimpah kita

bisa menjadi orang yang sangat berguna untuk diri kita sendiri,keluarga,dan juga

orang lain.

- Dalam hidup ini kita harus selalu menghargai orang lain,supaya kita selalu

dihormati dan dihargai sama orang lain pula.

- Kehidupan akan lebih bermakna jika kita bisa bekerja keras untuk menghidupi

diri kita sendiri.Tetapi akan lebih bermakna jika kita bisa menghidupi orang lain

(19)

PERSEMBAHAN

Syukur bagi saya amatlah sederhana kupersembahkan buat orang tua tercinta,

Bapak Sumarno dan Ibu Siti Asrifah dan adaik satu-satunya Jefri adi Gunawan,

(20)

ABSTRAKSI

Lucky Marlina Saraswati, 06230028. Universitas Muhammadiyah Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jurusan Ilmu Pemerintahan. “Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Tentang Perilaku Satpol PP dan Pengemis)”. Pembimbing I : Drs. Jainuri, M.Si; Pembimbing II : Dr. Vina Salviana DS, M.Si.

Kota Malang adalah salah satu kota besar yang terdapat di provinsi Jawa Timur. Karena merupakan salah satu kota besar, setiap tahunnya kota ini mengalami peningkatan penduduk secara drastis baik dari pendatang dan juga dari angka kelahiran. Dengan semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula pekerjaan rumah pemerintah kota Malang. Dimana hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya pengangguran yang disebabkan oleh semakin kecilnya peluang kerja seseorang. Dengan keadaan seperti itu membuat banyak masyarakat kota Malang yang mengambil jalan pintas dalam mencari penghidupan. Antara lain yaitu dengan bekerja sebagai pengemis. Tentu saja dengan keberadaan para pengemis ini akan mengganggu rencana pembangunan kota, karena selain merusak pemandangan kota, namun juga mengganggu ketertiban dan ketentraman umum. Untuk wilayah alun-alun kota malang sendiri saja terdapat puluhan pengemis, dan akan sangat mengganggu setiap pengunjung alun-alun yang berkunjung kesana. Dengan kondisi seperti itu, mengharuskan pemerintah kota Malang untuk mengambil sikap.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahannya, data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.

(21)

demikian tentu saja masih ada kendala-kendala yang harus dihadapi oleh para pengemis dalam menjalankan pekerjaannya ini, kendala-kendala tersebut antara lain adalah ketakutan mereka dengan adanya razia sewaktu-waktu dari Satpol PP, serta susahnya mencari wilayah untuk mengemis karena kebanyakan wilayah-wilayah yang ada sudah dikuasai oleh beberapa pihak dari sesama pengemis.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(22)

ABSTRACT

Lucky Marlina Saraswati, 06230028. Muhammadiyah University of Malang. Faculty of Social and Political Sciences. Department of Governmental Science.

"The policy of the City Government of Malang in Handling Social Issues (Study on Attitudes Satpol PP and Beggars)". First Advisors: Drs. Jainuri, M. Si; Advisors II: Dr. Vina Salviana DS, M.Si.

Malang City is one of the major cities located in East Java province. Because it is one big city, every year this city has increased the population dramatically both from entrants and also the birth rate. With the increasing population is also growing homework Malang city government. Where this occurs because of the increasing number of unemployment caused by the increasing size of one's employment opportunities. In such circumstances it makes a lot of people the city of Malang who take shortcuts in search of livelihood. Among others is to work as beggars. Of course with the existence of these beggars will disrupt the plan of city development, because in addition to damaging views of the city, but also disrupt public order and tranquility. For the poor town square alone there are dozens of beggars, and will greatly disturb any visitors who visit the square there. With such conditions, requiring the government to take the attitude of Malang city.

This research was conducted using a qualitative approach with descriptive methods. Techniques of collecting data through observation, interviews, and documentation. After checking its validity, the data were analyzed by way of presenting the data at once analyzed and conclusion.

(23)

And of the reasons that makes them continue to work as beggars and do not want to leave this job.

Yet of course there are still obstacles to be faced by the beggars in the work of this, these constraints include their fears with the raid at any time from Satpol PP, and hard to find areas to beg because most of the territories which is already dominated by some of his fellow beggar.

Approve,

Advisor I Advisor II

(24)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………..i

Lembar Persetujuan……….ii

Lembar Pernyataan……….iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi……….iv

Kata Pengantar………....v

Motto……….vii

Persembahan……….viii

Abstraksi………ix

Daftar Isi………xi

Daftra Gambar………...xv

Daftar Tabel………..xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..………..1

B. Rumusan Masalah………..……….5

C. Tujuan Penelitian………...5

D. Manfaat Penelitian………..….6

E. Definisi Konseptual……….6

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian………..…...7

2. Lokasi Penelitian………..………7

3. Subyek Penelitian………..………...8

4. Jenis Data………..…………...8

5. Teknik Pengumpulan Data………..….9

6. Teknik Analisis Data dan Pengolahan………...10

(25)

2. Tahap Proses Pembuatan Kebijakan………..13

3. Proses Pembuatan Kebijakan………...14

B. Pemerintah Daerah / Kota 1. Pengertian Pemerintah Daerah / Kota………....15

2. Pemerintah Kota Malang………16

C. Beberapa Substansi Tentang Kebijakan Permasalahan Pengemis 1. Permasalahan Pengemis……….18

2. Upaya Penanganan Permasalahan Pengemis……….20

3. Kebijakan Pemerintah Kota Malang Terhadap Pengemis………….…22

BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Malang 1. Sejarah Singkat Kota Malang………...24

2. Letak Geografis dan Kondisi Iklim………...………...25

3. Luas Wilayah dan Batas Wilayah………...………..….26

3. Pembagian Wilayah Administratif…...………..…27

4. Keadaan Sosial Kependudukan……….28

5. Keadaan Ekonomi………..…29

6. Keadaan Obyek Wisata………..30

7. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk………32

8. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur………..34

9. Keadaan Demografis……….35

10. Keadaan Pendidikan………36

B. Gambaran Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang 1. Sejarah Satpol PP………..………….37

2. Pengertian Satpol PP………..………40

3. Satpol PP Kota Malang………..………40

(26)

5. Struktur Organisasi Satpol PP………..……..44

6. Mekanisme Kerja/Tugas Pokok dan Fungsi dari Masing-masing Sub Bagian………45

7. Tata Kerja Satpol PP……..………46

8. Kerjasama dan Koordinasi Satpol PP…….………...46

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Kebijakan Pemerintah Kota Malang Tentang Pengemis

1. Produk Hukum Tentang Penanganan Pengemis………....48

2. Bentuk-bentuk Kebijakan Tentang Pengemis………50

B. Penanganan Permasalahan Pengemis

1. Prosedur Penanganan Pengemis……….57

2. Pengemis Antara Penertiban dan Permasalahan Kesejahteraan Sosial..60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….70

B. Saran………...72

DAFTAR PUSTAKA

(27)
[image:27.612.144.501.176.285.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Kota Malang………...16

Gambar 2.1 Skema Penanganan Pengemis………..23

Gambar 3.1 Peta Kota Malang……….27

Gambar 3.2 Logo Satpol PP……….43

(28)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pembagian administrative Kota Malang………28

Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Kota Malang Tahun 2009…………29

Tabel 3.3 Obyek Wisata di Kota Malang………...30

Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Laki-laki, Perempuan, dan Keluarga Kota Malang Tahun 2009……….32 Tabel 3.5 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk per km² Per Kecamatan Kota

Malang Tahun 2009………..………33 Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota

Malang Tahun 2009………..34

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ardi, Rianto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta : Granit.

Dunn, N William. 2000. “Pengantar Analisis kebijakan Publik”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Effendi, Sofian dan Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Sosial Survai. Jakarta:LP3ES.

Hanif Nurcholis. 2005. “Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”. Jakarta : Grasindo.

Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif – Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Surianingrat, Bayu. 1980. “Pamong Praja dan Kepala Wilayah”. Jakarta : Aksara Baru.

Sutaat, dkk. 2006. Executive Summary Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2006 Puslitbang Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Depsos.

Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2008. Metode Penelitian Sosial – Berbagai alternative Pendekatan. Jakarta : Kencana.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1976. Analisa Kebijaksaan dalam Proses Perencanaan Pembangunan Nasiona. Jakarta : LP3ES.

Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wirosardjono, Soetjipto, 1988. Gelandangan Pandangan Ilmu Sosial. Jakarta : LP3ES.

Undang-Undang :

Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 317 Tahun 2005.

Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaporan Satuan Polisi Pamong Praja.

Peraturan Walikota Malang Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang

(30)

Internet :

http://id.wikipedia.org/wiki/Polisi_Pamong_Praja “Polisi Pamong Praja”. http://www.pemkot-malang.go.id/dinassosial “Satpol PP akan adakan operasi”. www.malangkota.go.id

www.depdagri.go.id

Gambar

Gambar 2.1 Logo Kota Malang……………………………………………...16

Referensi

Dokumen terkait

Allan Fisher is a computer scientist, and was the Associate Dean for Undergraduate Education in Carnegie Mellon's School o f Computer Science during the term o

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara/daerah dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu : lama

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang membahas tentang efektivitas metode sekuensi materi tugas dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan

Dalam Program Pengalaman Lapangan di SMK Negeri 7 Semarang, praktikan dibimbing oleh bapak Subekti,SPd.M.Kom. Kompetensi yang dimiliki cukup tinggi, beberapa

1. Kecenderungan media atau sumber-sumber belajar yang tersedia di sekolah guna menunjang pelaksanaan pendidikan agama di SD, kecenderungan media atau sumber-

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan dewan komisaris terhadap debt to asset ratio dan

[r]

merupakan suatu model pembelajaran yang intinya membantu guru untuk mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa mengkaitkan antara