ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN
PADA KABEL KOAKSIAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
OLEH :
SURYANTO
NIM: 070402051
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Kabel koaksial merupakan salah satu jenis saluran transmisi yang secara praktis mempunyai bidang aplikasi yang luas. Dari struktur penampang kabel, didapati tiga komponen utama: penghantar dalam, penghantar luar dan dielektrik
pengisolir kedua penghantar tersebut. Kabel koaksial memiliki dua macam redaman yaitu redaman konduktor dan redaman dielektrik.
Pada Tugas Akhir ini akan dibahas tentang pengaruh frekuensi terhadap redaman pada kabel koaksial. Parameter yang akan dianalisis di sini adalah redaman konduktor dan redaman dielektrik dari kabel koaksial.
Dari hasil analisis yang dilakukan, didapatkan bahwa semakin tinggi frekuensi yang diberikan pada kabel koaksial maka redaman pada konduktor dan
dielektrik akan semakin besar. Seiring kenaikan frekuensi, besar redaman konduktor yang dipengaruhi oleh konduktivitas bahan dan diameter konduktor
akan bertambah secara kuadratik sedangkan redaman dielektrik yang besarnya bergantung pada jenis dielektrik bertambah secara linier. Redaman konduktor bahan tembaga pada frekuensi 1 GHz, 2 GHz, 3 GHz berturut-turut adalah 0,258
dB/m, 0,364 dB/m, 0,446 dB/m. sedangkan redaman dielektrik Teflon pada frekuensi yang sama 0,02 dB/m, 0,039 dB/m, 0,059 dB/m.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:
ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL
KOAKSIAL
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Elektro USU.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua tercinta, Ibunda (Nurlina) dan Ayahanda (Amir Hamzah) kakak dan adik yang saya
sayangi (Tuti Awalis dan Suci Mulyani).
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bimbingan, dukungan, dan pertolongan dari berbagai pihak. Dengan setulus hati penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Ali Hanafiah Rambe, MT selaku dosen pembimbing Tugas Akhir
yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 2. Bapak Ir. Ahri Bahriun, M.Sc selaku dosen wali penulis yang sudah
memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.si dan Bapak Rahmat Fauzi, MT selaku
4. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Elektro USU yang telah
memberikan bekal ilmu yang tidak ternilai.
5. Bapak Ir. Mas`adi, Bapak Nasaruddin, Ibu Sulastri Muharman, dan Datuk
terima kasih atas doa dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis.
6. Sahabat-sahabat stambuk 07 di Departemen Teknik Elektro USU: Reza, Hirzi, Susandi, Recky, Toni, Leo, Ajir, Habibi, Andre, Ali, Oki, Noe,
Yovi, Yudi, Borong, dan banyak lagi yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas dorongan dan semangat yang diberikan kepada
penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Keluarga besar IMTE baik senior maupun junior terima kasih atas
segalanya.
Akhirnya penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini sangat jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari materi ataupun
penulisan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar Tugas Akhir ini dapat lebih baik kedepannya. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 25 Januari 2013 Penulis
Suryanto
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..………i
KATA PENGANTAR ……….……….ii
DAFTAR ISI ……….………iv
DAFTAR GAMBAR ………..……….vii
DAFTAR TABEL ……….……….viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………..1
1.2 Rumusan Masalah ……….2
1.3 Tujuan Penulisan ………...………3
1.4 Batasan Masalah ………3
1.5 Metodologi Penulisan ………3
1.6 Sistematika Penulisan ………4
BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum ………6
2.2 Persamaan Umum Saluran Transmisi ……..……….…7
2.3 Konstanta Primer Saluran Transmisi ………..………….10
2.4 Konstanta Sekunder Saluran Transmisi ………..12
2.5 Jenis-Jenis Saluran Transmisi …...…….……….15
2.6 Perambatan Gelombang Pada Saluran Transmisi ………...20
2.6.1 Kecepatan Rambat Gelombang ………..………….21
2.6.2 Panjang Gelombang …..………..23
BAB III SALURAN TRANSMISI KABEL KOAKSIAL
3.1 Umum ……….……….26
3.2 Konstruksi Kabel Koaksial ………..………26
3.3 Jenis-Jenis Kabel Koaksial ………..………27
3.4 Konstanta Saluran Transmisi Kabel Koaksial ………...…..29
3.5 Daya Kabel Koaksial ………..…………...………..36
3.6 Mode Transmisi Kabel dan Frekuensi Cut-Off…………...……37
3.7 Redaman Pada Kabel Koaksial …..……….39
3.7.1 Redaman Pada Konduktor ………..39
3.7.2 Redaman Pada Dielektrik ………40
3.8 Dimensi Optimal Kabel Koaksial ………..……….41
3.9 Beberapa Contoh Kabel Koaksial ………...……42
3.10 Kelebihan dan Kekurangan Kabel Koaksial ...………..44
BAB IV ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL 4.1 Umum ……….……….45
4.2 Parameter-Parameter Asumsi ……….….46
4.3 Analisis Pengaruh Frekuensi Terhadap Redaman Pada Kabel Koaksial ...47
4.3.1 Analisis Pengaruh Frekuensi Terhadap Redaman Konduktor ………48
4.3.2 Analisis Pengaruh Frekuensi Terhadap Redaman Dielektrik ………..52
Tipe Kabel Koaksial ………..………....55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………….……….61
5.2 Saran ………62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Rangkaian Saluran Transmisi ……….……….8
Gambar 2.2 Kabel Paralel Ganda dan Pola Medannya …….………16
Gambar 2.3 Struktur Kabel Koaksial dan Pola Medannya ..……….17
Gambar 2.4 Balanced Shielded Linedan Pola Medannya ………..…..18
Gambar 2.5 Saluran Mikrostrip dan Pola Medannya ………..………..19
Gambar 2.6 Rectangular Waveguides dan Circular Waveguides ..…………...20
Gambar 3.1 Konstruksi Kabel Koaksial ….………..26
Gambar 3.2 Thick Coaxial Cable(R G 6) ………28
Gambar 3.3 Thin Coaxial Cable(R G 59) ……….………...29
Gambar 3.4 Penampang Kabel Koaksial …….……….30
Gambar 3.5 Penampang kabel koaksial untuk penghitungan C ……….……...31
Gambar 3.6 Penampang kabel koaksial untuk penghitungan L ………32
Gambar 3.7 Besar medan magnet di penampang kabel koaksial sebagai fungsi radius ……….……….34
Gambar 4.1 Bagian-Bagian Kabel Koaksial ……….46
Gambar 4.2 Grafik pengaruh frekuensi terhadap redaman konduktor …….….51
Gambar 4.3 Grafik pengaruh frekuensi terhadap redaman dielektrik …...……54
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konstanta Primer beberapa saluran transmisi ………..………..12 Tabel 2.2 Impedansi Karakteristik Beberapa Saluran Transmisi ………..……15 Tabel 2.3 Konstanta Dielektrik dan Kecepatan Rambat Gelombang
Elektromagnetik Bahan Isolator ……….22 Tabel 3.1 Data Beberapa Kabel Koaksial ……….….43
Tabel 4.1 Konduktifitas bahan konduktor ……….……….47
Tabel 4.2 Permitivitas relatif dan faktor redaman bahan dielektrik …………...47
Tabel 4.3 Redaman konduktor ………...………50
Tabel 4.4 Redaman dielektrik ……….…………..……….53
ABSTRAK
Kabel koaksial merupakan salah satu jenis saluran transmisi yang secara praktis mempunyai bidang aplikasi yang luas. Dari struktur penampang kabel, didapati tiga komponen utama: penghantar dalam, penghantar luar dan dielektrik
pengisolir kedua penghantar tersebut. Kabel koaksial memiliki dua macam redaman yaitu redaman konduktor dan redaman dielektrik.
Pada Tugas Akhir ini akan dibahas tentang pengaruh frekuensi terhadap redaman pada kabel koaksial. Parameter yang akan dianalisis di sini adalah redaman konduktor dan redaman dielektrik dari kabel koaksial.
Dari hasil analisis yang dilakukan, didapatkan bahwa semakin tinggi frekuensi yang diberikan pada kabel koaksial maka redaman pada konduktor dan
dielektrik akan semakin besar. Seiring kenaikan frekuensi, besar redaman konduktor yang dipengaruhi oleh konduktivitas bahan dan diameter konduktor
akan bertambah secara kuadratik sedangkan redaman dielektrik yang besarnya bergantung pada jenis dielektrik bertambah secara linier. Redaman konduktor bahan tembaga pada frekuensi 1 GHz, 2 GHz, 3 GHz berturut-turut adalah 0,258
dB/m, 0,364 dB/m, 0,446 dB/m. sedangkan redaman dielektrik Teflon pada frekuensi yang sama 0,02 dB/m, 0,039 dB/m, 0,059 dB/m.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sistem transmisi data, media transmisi adalah jalur fisik antara pemancar dan penerima. Baik sinyal analog maupun digital dapat dipancarkan
melalui media transmisi yang sesuai. Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat, semakin banyak pilihan yang ditawarkan. Tentu saja sesuai dengan kebutuhan, saluran transmisi digunakan
pada setiap bidang kelistrikan karena merupakan bagian yang mendasar untuk menyampaikan data ke tujuan yang diinginkan. Pada saluran-saluran transmisi,
penghantar logam, membatasi ruang gerak gelombang TEM pada daerah-daerah di dekat dielektrikum yang mengelilingi penghantar.
Salah satu media transmisi yang masih banyak digunakan hingga sekarang
adalah kabel koaksial. Kabel koaksial adalah tipe saluran transmisi yang dipakai pada aplikasi dari frekuensi rendah hingga frekuensi yang tinggi. Pemakaiannya pada frekuensi tinggi sebagai penghubung sistem dengan jarak yang tidak terlalu
besar. Kabel koaksial selalu dioperasikan dalam ragam tidak seimbang. Penghantar luar membentuk suatu perisai yang membatasi gelombang pada
ruangan di antara penghatar-penghantar, sehingga radiasi dari saluran dapat diabaikan. Kabel ini dapat digunakan untuk keperluan seperti TV cable, kabel telepon, kabel LAN dan sebagainya.
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi besarnya redaman ini agar didapatkan
hasil berupa sinyal/data yang diinginkan. Walaupun pada kenyataannya sinyal yang keluar dari suatu saluran transmisi tidaklah sama dengan apa yang
dimasukkan pada bagian inputnya.
Kabel koaksial berbeda dari kabel lain karena dirancang untuk membawa frekuensi radio yang saat ini memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari 50 atau 60
Hz dan digunakan dalam listrik (tenaga listrik) kabel. Seperti jenis radio saluran transmisi, hal ini membutuhkan konstruksi yang khusus untuk mencegah kerugian
daya.
Jika sebuah kabel biasa digunakan untuk membawa arus frekuensi tinggi,
kawat bertindak sebagai antena, dan arus frekuensi tinggi memancar dari kawat dalam bentuk gelombang radio sehingga menyebabkan rugi daya. Untuk mencegah hal ini, dalam satu kabel koaksial, konduktor dibentuk ke dalam tabung
dan membungkus konduktor lainnya. Ini membatasi gelombang radio dari konduktor pusat ke ruang dalam tabung untuk mencegah radiasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kabel koaksial dapat menyalurkan arus frekuensi tinggi. 2. Redaman apa saja yang terdapat pada kabel koaksial.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis pengaruh frekuensi yang diberikan terhadap redaman yang terjadi pada kabel
koaksial.
1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis akan membatasi Tugas Akhir ini dengan hal-hal berikut:
1. Hanya membahas redaman konduktor dan redaman dielektrik dari beberapa bahan konduktor dan dielektrik yang umum digunakan pada
kabel koaksial.
2. Data-data hasil analisis diperoleh dengan cara menghitung.
3. Frekuensi yang digunakan dalam analisis adalah 0,3 GHz, 0,4 GHz, 0,5
GHz, 0,6 GHz, 0,7 GHz, 0,8 GHz, 1 GHz, 2 GHz, 3 GHz, 4 GHz, 5 GHz, 6 GHz, 7 GHz, 8 GHz, 9 GHz, 10 GHz, 15 GHz dan 20 GHz.
4. Kabel koaksial yang akan digunakan dalam analisis adalah: R G 58, R G
59, R G 8, R G 11, R G 178, R G 214, R G 316 dan HJ4-50.
1.5 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis pada penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Studi literatur yaitu dengan studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang terkait seta dari layanan internet berupa
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan Gambaran mengenai tulisan ini, secara singkat dapat diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengatur tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II SALURAN TRANSMISI
Bab ini berisi penjelasan tentang definisi saluran transmisi,
persamaan-persamaan saluran transmisi, jenis-jenis saluran transmisi, konstanta saluran transmisi, teori medan secara umum, karakteristik dan rugi-rugi pada saluran transmisi.
BAB III SALURAN TRANSMISI KABEL KOAKSIAL
Bab ini berisi teori-teori tentang saluran transmisi kabel koaksial, karakteristiknya, konstanta saluran koaksial, daya dan
redaman pada kabel koaksial, beberapa contoh kabel koaksial yang digunakan secara luas.
BAB IV ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP
REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL
Bab ini berisikan tentang analisis pengaruh frekuensi yang
BAB V PENUTUP
BAB II
SALURAN TRANSMISI
2.1 Umum
Saluran transmisi adalah penghantar, baik berupa konduktor ataupun isolator (dielektrika), yang digunakan untuk menghubungkan suatu pembangkit sinyal, disebut juga sumber, dengan sebuah penerima/pemakai atau disebut juga
beban. Karena sinyal elektrik merambat „hanya‟ dengan kecepatan cahaya, maka sinyal elektrik juga memerlukan suatu waktu tempuh tertentu untuk merambat
dari suatu tempat, misalnya beban [1].
Dalam sistem transmisi data, saluran transmisi adalah jalur fisik antara pemancar dan penerima. Baik sinyal analog maupun digital dapat dipancarkan
melalui saluran transmisi yang sesuai. Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat, semakin banyak pilihan yang
ditawarkan. Tentu saja sesuai dengan kebutuhan, saluran transmisi digunakan pada setiap bidang kelistrikan karena merupakan bagian yang mendasar untuk menyampaikan data ke tujuan yang diinginkan [2].
Selain itu saluran transmisi yang dipergunakan biasanya mengandung kerugian, sehingga sinyal yang masuk akan mengalami peredaman (attenuation) dalam perambatannya, amplitudo sinyal yang melalui saluran transmisi yang mengandung kerugian itu lama-kelamaan akan mengecil (lossy transmission line). Dua persoalan di atas akan menjadi lebih kompleks, jika kecepatan rambat
dispersi ini akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bentuk sinyal (distorsi
sinyal) [1].
Media transmisi dapat dikelompokkan menjadi terpandu (guided) atau tidak terpandu (unguided). Pada kedua kasus, komunikasi terjadi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Pada media terpandu, gelombang-gelombang dipandu sepanjang media padat, seperti twisted pair, kabel koaksial, ataupun serat optik. Atmosfer dan ruang angkasa adalah contoh-contoh media tidak terpandu, yang menyediakan cara memancarkan sinyal-sinyal
elektromagnetik tetapi tidak memandunya; bentuk transmisi ini umumnya disebut transmisi nirkabel. Frekuensi-frekuensi yang umum digunakan untuk transmisi
berada pada rentang 2 sampai 40 GHz. Makin tinggi frekuensi yang digunakan, makin tinggi potensi bandwidth dan makin tinggi pula potensi laju data [2].
2.2 Persamaan Umum Saluran Transmisi
Hal pertama yang harus diketahui adalah bagaimana bentuk persamaan diferensial yang lebih dikenal sebagai peramaan gelombang, yang harus dipenuhi
oleh sinyal-sinyal arus dan tegangan yang merambat pada sebuah saluran transmisi seragam.
Konduktansi shunt memodelkan arus bocor yang melewati dielektrikum, yang mungkin timbul di salah satu bagian saluran transmisi. Tahanan seri terkkait dengan suatu nilai konduktansi yang berhingga di dalam konduktor. R dan G
merupakan penyebab utama timbulnya rugi daya atau sinyal pada saluran transmisi. Kerugian daya muncul karena dipergunakannya konduktor yang tidak
jalur mengalirnya arus terbentuk resistensi , yang akan mengunag sebagian
energy listrik yang lewat menjadi panas.
Selain itu mungkin terjadi kerugian akibat kebocoran isolasi antar penghantar. Kedua penghantar harus terpisah secara sempurna (terisolir secara
galvanis). Tetapi kasus tertentu menunjukan adanya kebocoran yang diakibatkan dielektrik yang tidak berfungsi sempurna, sehingga terjadi aliran arus listrik dari
penghantar satu ke yang lainnya secara menyilang. Secara umum, kedua parameter rugi daya itu adalah fungsi dari frekuensi [1].
Untuk menentukan persamaan-persamaan ini dibuat sebuah model
rangkaian dengan panjang terbatas dari saluran transmisi yang ditunjukan oleh Gambar 2.1. Model rangkaian yang memuat konstanta-konstanta primer dari
sebuah saluran transmisi, yaitu induktansi L, kapasitansi C, konduktansi shunt G, dan tahanan seri R yang dinyataka dalam basis persatuan panjang.
Gambar 2.1 Model rangkaian saluran transmisi
Tegangan V di antara konduktor secara umum adalah fungsi dari z dan t, sehingga dapat dituliskan dengan [3]:
Di mana adalah amplitude dari fungsi tegangan, dengan adalah sudut
phasanya. Dengan menggunakan identitas Euler Persamaan 2.1 di atas dapat diubah ke dalam bentuk kompleks menjadi:
………(2.2)
Dengan merujuk Gambar 2.1, persamaan tegangannya dapat ditulis sebagai
berikut:
Selanjutnya Persamaan 2.6 dan Persamaan 2.8 disubstitusikan ke Persamaan 2.7,
didapatkan:
………..(2.9)
Dengan menerapkan cara yang sama, yang melibatkan diferensiasi Persamaan 2.5 terhadap t dan 2.6 terhadap z, dan mensubstitusikan Persamaan 2.5 ke dalam turunan Persamaan 2.6, didapatkan persamaan gelombang arus yang
identik dengan:
………(2.10)
Persamaan 2.9 dan Persamaan 2.10 adalah persamaan umum untuk gelombang pada saluran transmisi.
2.3 Konstanta Primer Saluran Transmisi
Dilihat dari sudut rangkaian, suatu saluran transmisi akan mempunyai
resistansi dan induktansi seri yang membentuk impedansi seri dari penghantar, serta konduktansi dan kapasitansi shunt dari dielektrikum yang terdapat di antara
penghantar, yang bersama-sama membentuk admitansi shunt dari saluran. Di sini perhitungan dan penentuan R‟, L‟, G‟ dan C‟ menjadi bagian yang esensial dalam
menentukan karakteristik propagasi pada sebuah saluran transmisi.
Nilai dari R‟, L‟, G‟ dan C‟ ditentukan langsung dari ukuran geometri dari
saluran transmisi itu sendiri dan material penyusunnya, sehingga ke-empat
besaran ini dinamakan konstanta primer saluran transmisi. Sedangkan γ dan Z baru bisa dihitung setelah besaran primer di atas, maka dinamakan juga konstanta
Besaran-besaran primer adalah konstan dalam arti tidak berubah dengan
tegangan dan arus, tetapi sampai batas-batas tertentu mereka besaran-besaran itu tergantung pada frekuensi. Resistensi seri R membesar dengan frekuensi sebagai
akibat dari efek kulit (skin effect).
Induktansi L hampir tidak tergantung pada frekuensi untuk saluran-saluran terbuka, tetapi cenderung berkurang dengan meningkatnya frekuensi untuk
kabel-kabel yang dilindungi (screened). Kapasitansi C hampir tidak tergantung pada frekuensi, sedangkan konduktansi G cenderung meningkat dengan frekuensi (jadi
resistensi shunt mengecil) karena meningkatnya rugi dielektrik dengan meningkatnya frekuensi [5].
Untuk saluran dua kawat dengan penghantar-penghantar yang ditempatkan dalam suatu medium dengan permitivitas F/m dan permeabilitas H/m, dan
dengan dimensi-dimensi saluran dalam meter, induktansi primer dan kapasitansi per satuan panjang secara pendekatan diberikan oleh persamaan berikut:
………….………(2.11)
……..………(2.12)
Untuk saluran koaksial dengan permitivitas dielektrikum F/m dan
permeabilitas H/m dan sekali lagi dengan dimensi saluran-saluran dalam meter. bentuk-bentuk pendekatan dari persamaan adalah:
………….………(2.13)
Untuk nilai konstanta primer beberapa saluran transmisi dapat dilihat pada Tabel
2.1 [6, 7].
Tabel 2.1 Konstanta primer beberapa jenis saluran transmisi
Kabel koaksial Parallel wire Two-wire Parallel plate
L
2.4 Konstanta Sekunder Saluran Transmisi
Terdapat beberapa konstanta sekuender saluran transmisi yang didapatkan
setelah menentukan konstanta primer. Di antara konstanta-konstanta sekunder ini
adalah konstanta propagasi gelombang , konstanta phasa , konstanta redaman
dan impedansi karakteristik dari saluran transmisi. d
Secara umum konstanta propagasi saluran transmisi dapat dituliskan [6]:
√ ………(2.15)
Bentuk persamaan di atas dapat juga dituliskan dalam bentuk kompleks:
………..(2.16)
Ekspresi dari dan dapat ditentukan dengan menyamakan bagian riil dan
imajiner dari .
……….(2.17)
……….(2.18)
Persamaan di atas akan menghasilkan:
……….(2.19)
………..(2.20)
Oleh karena itu dapat dituliskan [6]:
√ √ ………(2.21)
√ √ …...….(2.22)
Jika sebuah saluran dengan panjang terbatas ditutup dengan sebuah
impedansi beban , bagi sebuah gelombang datang saluran akan terlihat sebagai saluran tak terhingga karena pada semua titik, termasuk pada terminal
beban, perbandingan antara tegangan dan arus akan sama dengan . Jadi
impedansi karakteristik saluran transmisi adalah perbandingan antara tegangan dan arus pada sebarang titik di sepanjang saluran di mana tidak terdapat
gelombang pantulan.
karakteristik . Analisis jaringan akan menunjukan bahwa adalah fungsi dari
parameter-parameter resistansi R, konduktansi G, induktansi L, dan kapasitansi C, dan ditunjukan pada Persamaan 2.23 berikut [5]:
√ ………(2.23)
Persamaan ini dapat juga ditulis dengan persamaan berikut:
√ ……….(2.24)
Dalam sistem gelombang mikro resistansi ditentukan sangat rendah, sehingga Persamaan 2.23 dapat disederhanakan menjadi:
√ ……….(2.25)
Impedansi karakteristik untuk jenis tertentu merupakan fungsi dari ukuran konduktornya, ketebalan konduktor atau geometri konduktor, dan konstanta
dielektrik dari material isolasi yang digunakan di antara konduktor. Untuk saluran
transmisi dengan rugi-rugi yang sangat kecil, parameter dan RG dapat diabaikan, dengan begitu:
………..(2.26)
Dengan menghubungkan Persamaan 2.25 dengan Persamaan 2.20 didapatkan:
√ ……….(2.27)
Konstanta redaman akan menjadi:
[ √ √ ]………..(2.28)
Lebih lanjut, jika rugi-rugi dielektrik sangat kecil dibandingkan dengan rugi-rugi
konduktor, maka:
Tabel 2.2 memperlihatkan nilai impedansi karakteristik dari beberapa jenis
saluran transmisi [6, 7].
Tabel 2.2 Impedansi karakteristik beberapa saluran transmisi
Jenis saluran
2.5 Jenis-Jenis Saluran Transmisi
Suatu saluran transmisi berfungsi membawa sinyal-sinyal informasi yang mempunyai bermacam-macam bentuk fisis, sesuai dengan jenis informasi yang
akan disampaikan dan jarak yang akan ditempuh oleh sinyal informasi tersebut. Secara umum saluran transmisi dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu saluran
Untuk saluran transmisi dengan sinyal tak terpandu contohnya adalah
udara atau ruang bebas dengan menggunakan gelombang radio. Sedangkan beberapa contoh saluran transmisi dengan sinyal terpandu adalah sebagai berikut:
1. Kabel paralel ganda (two-wire line)
Merupakan saluran dua kawat yang terdiri dari sepasang penghantar sejajar yang dipisahkan oleh bahan dielektrik sejenis
polyethylene. Saluran ini biasanya mempunyai impedansi karakteristik 300
Ω sampai 600 Ω. Struktur fisiknya dan pola medan kabel paralel ganda
dapat dilihat pada Gambar 2.2 [9].
Gambar 2.2 Kabel paralel ganda dan pola medannya
Keuntungan dari kabel ini dibandingkan kabel koaksial adalah
biaya produksi yang jauh lebih rendah, sedangkan kekurangannya memiliki konstanta peredaman yang lebih tinggi. Berbeda dengan kabel
koaksial, kabel parallel ganda bersifat terbuka, artinya medan listrik dan medan magnetnya bisa mencapai jarak yang cukup jauh. Sehingga kabel ini bisa mempengaruhi struktur elektromagnetika yang ada di sekitarnya.
Demikian juga halnya kalau ada struktur elektromagnetika yang memancarkan energi, bisa mempengaruhi kondisi kabel ini. Untuk
2. Kabel koaksial
Kabel ini biasanya banyak digunakan untuk mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi mulai 300 kHz ke atas. Karena kemampuannya
dalam menyalurkan frekuensi tinggi tersebut, maka sistem transmisi dengan menggunakan kabel koaksial memiliki kapasitas kanal yang cukup besar. Kabel koaksial dapat bekerja pada frekuensi gelombang mikro.
Untuk frekuensi rendah dielektrik dapat berupa polyethylene, namun untuk frekuensi yang lebih tinggi teflon dan bahan lain dapat digunakan. Dalam beberapa aplikasi juga digunakan udara kering dan nitrogen kering. Struktur fisik dan pola medannya dapat dilihat pada Gambar 2.3 dimana
garis putus-putus menunjukan medan magnet dan garis yang tidak putus menunjukan medan listrik [9].
Gambar 2.3 Struktur kabel koaksial dan pola medannya
Konduktor dalam membawa sinyal RF, dan pelindung luar
mencegah sinyal RF dari radiasi juga mencegah sinyal-sinyal sisi luar dari interferensi dengan sinyal yang dibawa oleh inti. Kenyataannya sinyal
frekuensi tinggi selalu berjalan melalui lapisan luar konduktor sehingga semakin besar inti konduktor semakin baik aliran sinyal.
Kegunaan utama dari kabel ini antara lain distribusi sinyal TV
komputer jarak pendek. Kabel koaksial dapat mentransmisikan sinyal
analog maupun digital. Oleh karena mempunyai pelindung (shield), konstruksi konsentris, kabel koaksial lebih kebal terhadap interferensi dan
crosstalk daripada twisted pair. 3. Balanced shielded line
Merupakan perpaduan dari saluran two-wire line dengan kabel koaksial, dimana kedua kawatnya saling sejajar, namun untuk mengurangi rugi-rugi radiasi digunakan pelindung dari jaringan serat logam seperti
pada kabel koaksial. Kabel ini mempunyai karakteristik yang lebih baik dibandingkan kabel paralel ganda. Konstruksi dan pola medan
diperlihatkan pada Gambar 2.4 [9].
Gambar 2.4 Balanced shielded line dan pola medannya 4. Mikrostrip dan Stripline
Merupakan saluran transmisi yang bentuk fisiknya berupa
impedansi karakteristik dari saluran. Tetapi, struktur yang terbuka ini lebih
mudah pembuatannya, dan komponen farik dapat ditambahkan ke rangkaian dengan mudah.
Pada saluran-strip, medan terbatas pada daerah dielektrikum, dan ini lebih menyerupai sebuah versi yang cacat dari distribusi medan saluran koaksial. Kedua saluran transmisi jenis ini biasanya digunakan untuk
bekerja pada daerah dengan frekuensi gelombang mikro dan digunakan untuk menghubugkan piranti elektronik yang berjarak dekat [5].
Saluran mikrostrip biasanya dibuat dalam bentuk Printed Cabling Board (PCB) dengan bahan khusus dengan rugi-rugi rendah pada frekuensi gelombang mikro. Struktur fisik dan pola medannya dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Saluran mikrostrip dan pola medannya
5. Bumbung gelombang (Waveguides)
Merupakan saluran transmisi yang berbentuk konduktor berongga, akan tetapi masih bisa dikategorikan sebagai saluran transmisi karena
masih berfungsi untuk menyalurkan gelombang walaupun yang disalurkan di dalamnya bukan lagi berupa arus atau tegangan, namun berbentuk
ini. Bumbung gelombang dapat melibatkan banyak konduktor dan
dielektrikum tapi dapat juga hanya melibatkan bahan-bahan dielektrikum saja, tanpa konduktor [9].
Bumbung gelombang memungkinkan untuk menyuplai perambatan gelombang dibawah frekuensi tertentu atau yang dinamai frekuensi cut-off. Adapun Gambar bumbung gelombang ditunjukan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Rectangular waveguides dan circular waveguides
Salah satu aplikasi dari bumbung gelombang adalah serat optik.
Walaupun secara fisik berbentuk kabel, namun serat optik merupakan saluran transmisi jenis bumbung gelombang dalam hal ini bumbung berpenampang lingkaran (circular waveguide). Aplikasi yang lainnya yaitu sebagai pengumpan (feeder) pada antena parabola.
2.6 Perambatan Gelombang Pada Saluran Transmisi
Ketika pengiriman sinyal melalui suatu saluran, maka medan-medan (listrik dan magnet) yang dikirimkan dari sumber sampai ke beban dan setelah
elektromagnetik. Perambatan energi listrik disepanjang saluran transmisi adalah
bentuk medan elektromagnetik transversal yaitu gelombang yang arah perambatannya tegak lurus terhadap perpindahannya.
Ada tiga tipe perambatan yang dikenal pada saluran transmisi maupun bumbung gelombang, yaitu tipe TEM (Transverse Electric Magnetic), TE (Transverse Electric) dan TM (Transverse Magnetic), biasanya tipe TEM yang terjadi pada saluran transmisi, sedangkan tipe TE dan TM umumnya terjadi pada bumbung gelombang (waveguides) [10].
Daerah atau bagian dari saluran transmisi yang paling padat diselimuti oleh medan elektromagnetik adalah bagian diantara kedua kawat penghantarnya,
yang biasanya diisi oleh suatu bahan isolator.
Parameter yang penting dari bahan isolator adalah konstanta dielektrik. Harga konstanta dielektrik ini merupakan harga relatif terhadap konstanta
dielektrik dari ruang hampa. Ada dua hal penting yang mempengaruhi suatu gelombang, yaitu kecepatan rambat gelombang dan panjang gelombang.
2.6.1 Kecepatan Rambat Gelombang
Kecepatan suatu gelombang (sinyal) dalam suatu saluran transmisi lebih
kecil dibandingkan kecepatannya pada ruang bebas (free-space). Gelombang yang merambat disepanjang saluran transmisi bisa memiliki kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik propagasi saluran tersebut.
Kecepatan merambat medan elektromagnetik disepanjang saluran transmisi juga ditentukan oleh besarnya konstanta dielektrik dari isolator kawat
pelan. Hubungan antara konstanta dielektrik dengan kecepatan rambat gelombang
dapat dituliskan sebagai berikut [10]:
√ m/s ………..(2.30)
Konstanta dielektrik beberapa bahan isolator ditampilkan pada Tabel 2.3 [10].
Tabel 2.3 Konstanta Dielektrik dan Kecepatan Rambat Gelombang Elektromagnetik pada Bahan Isolator
Material Konstanta dielektrik ( ) Kecepatan rambat (m/s)
Ruang hampa 1,00
Udara 1,006
Teflon 2,1
PVC 3,3
Nylon 4,9
Polyethylene 2,5
Dapat dilihat bahwa semakin besar harga konstanta dielektrik suatu bahan maka akan memperkecil cepat rambat gelombang elektromagnetik di dalam bahan tersebut dan sebaliknya semakin kecil harga konstanta diekletrik bahan cepat
rambat gelombang elektromagnetik akan mendekati kecepatan cahaya. Konstanta ini melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi
potensial listrik. Untuk saluran transmisi tanpa rugi-rugi (losses line), kecepatan rambat gelombang dalam saluran dapat dituliskan sebagai berikut:
√ ………..(2.31)
Di mana:
L = Induktansi total kedua kawat penghantar saluran sepanjang l (Henry)
C = Kapasitansi antar kedua kawat penghantar sepanjang saluran l (Farad)
2.6.2 Panjang Gelombang
Panjang gelombang didefenisikan sebagai jarak dimana gelombang tersebut bergeser atau berjalan sejauh satu siklus (identik dengan perubahan sudut
2π). Bila suatu sinyal frekuensi tinggi merambat pada suatu saluran transmisi,
maka panjang gelombang sinyal tersebut didalam saluran akan bergantung pada
harga konstanta dielektrik (k) dari bahan isolator tersebut menurut hubungan:
√ ……….(2.32)
Di mana:
c = Kecepatan rambat gelombang elektromagnetik pada ruang hampa (3. m/s)
f = Frekuensi gelombang tersebut (Hz), dan = Konstanta dielektrik
dapat dilihat dari Persamaan 2.10 bahwa panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensinya [10].
2.7 Rugi-Rugi Pada Saluran Transmisi
Apapun tipe kabel yang digunakan, kawat-kawat penghantar mempunyai
yang dikirim dan lebih lanjut akan terlihat bahwa rugi-rugi ini merupakan fungsi
dari frekuensi [8].
Tegangan maupun arus dari sinyal yang merambat disepanjang saluran
transmisi akan mengalami penurunan seiring dengan jarak yang makin panjang atau dengan kata lain gelombang mengalami atenuasi (pelemahan) dengan bertambahnya jarak propagasi.
Ada tiga macam rugi-rugi yang terdapat pada saluran transmisi yang dilalui oleh sinyal listrik, yaitu rugi tembaga, rugi dielektrik dan
rugi-rugi radiasi dan induksi [10]: a. Rugi-rugi tembaga
Rugi-Rugi ini antara lain berupa disipasi daya yang berupa panas yang bersifat resistif dan rugi-rugi akibat efek kulit (skin effect). Makin tinggi frekuensi, makin besar resistansi yang timbul akibat skin effect ini, sehingga ini mengakibatkan rugi-rugi saluran makin besar. Jadi selain disebabkan oleh resistansi penghantarnya sendiri, rugi-rugi tembaga ini juga disebabkan oleh
skin effect, yang menyebabkan resistansi penghantar pada frekuensi tinggi juga meningkat.
b. Rugi-rugi dielektrik
Rugi-rugi ini timbul diakibatkan oleh pemanasan yang terjadi pada kawat penghantar sewaktu dilalui arus bolak-balik. Daya yang dikirimkan sumber sinyal sebagian berubah menjadi panas yang terjadi pada bahan dielektrik.
Ketika dilalui arus bolak-balik, maka struktur atom dari bahan dielektrik akan mengalami perubahan dan perubahan ini membutuhkan energi. Energi inilah
suatu bahan dielektrik berubah, maka semakin besar energi yang
dibutuhkannya, yang berarti semakin besar rugi daya yang disebabkannya.
c. Rugi-rugi radiasi dan induksi
Rugi-rugi ini terjadi akibat adanya medan-medan elektromagnetik yang ada disekitar kawat penghantar. Rugi-rugi induksi terjadi ketika medan elektromagnetik disekeliling penghantar terkena langsung dengan suatu
penghantar tersebut, akibatnya daya hilang pada penghantar tersebut. Rugi-rugi radiasi merupakan Rugi-rugi-Rugi-rugi yang disebabkan hilangnya sebagian
BAB III
SALURAN TRANSMISI KABEL KOAKSIAL
3.1 Umum
Kabel koaksial adalah saluran transmisi yang memiliki dua buah konduktor, satu konduktor terdapat di dalam konduktor yang lain. Kabel ini umumnya dipakai pada aplikasi frekuensi rendah. Pemakaiannya pada frekuensi
tinggi sebagai penghubung sistem dengan jarak yang tidak terlalu besar. Penggunaan pada frekuensi yang lebih tinggi dibatasi oleh kemunculan mode
yang lebih tinggi [1].
Kabel koaksial dapat mendukung mode TE (transverse electric) dan TM (transverse magnetic). Dalam prakteknya, mode-mode ini dibuat tidak bisa merambat. Impedansi karakteristik yang paling banyak digunakan pada kabel
koaksial antara 50 Ω sampai 75 Ω.
3.2 Konstruksi Kabel Koaksial
Kabel koaksial terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh material
dielektrik. Konduktor pusat yang membawa energi ke beban dikelilingi oleh konduktor luar yang membawa energi kembali ke sumber. Konstruksi kabel
koaksial diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Konduktor dalam (4) kabel koaksial dapat berupa padatan atau helaian
kawat, atau pada kasus tertentu berbentuk pipa. Penggunaan kawat padat memberikan redaman yang rendah pada kabel. Sedangkan yang terbuat dari
helaian kawat digunakan untuk kabel yang fleksibel. Konduktor terbuat dari bahan tembaga atau material sejenisnya. Bagian dielektrik (3) di antara konduktor umumnya menggunakan Polyethylene. Untuk aplikasi frekuensi tinggi biasanya digunakan bahan Teflon.
Konduktor luar (2) terbuat dari struktur kawat yang terjalin (braid) tapi terkadang dapat terbuat dari pipa padat. Kawat terjalin dibuat karena dapat mendukung konstruksi kabel menjadi fleksibel dan pada waktu yang sama
memberikan tingkat perlindungan yang tinggi. Sedangkan bentuk pipa padat dibuat dengan tujuan memberikan perlindungan yang tinggi dan memberikan redaman yang lebih kecil.
Untuk saluran dengan loss rendah, kabel koaksial dengan isolasi udara dapat digunakan. Pada kabel jenis ini, konduktor pusat didukung dengan bahan keramik atau butir-butir dielektrik yang terpisah dengan jarak tertentu seperti
pemisah pada saluran transmisi kawat terbuka. Karena terdapat udara di dalamnya, saluran ini biasanya diberi tekanan udara untuk menjaga penguapan
[11].
3.3 Jenis-Jenis Kabel Koaksial
1. Thick Coaxial Cable
Kabel koaksial jenis ini memiliki ukuran yang bervariasi. Diameter yang terbesar ditujukan untuk penggunaan kabel backbone Ethernet karena secara historis memiliki panjang transmisi dan penolakan noise yang lebih besar. Kabel coaxial ini seringkali dikenal sebagai thicknet. Kabel koaksial jenis thick ditunjukan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Thick Coaxial Cable (RG 6)
Kabel koaksial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3 10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12 mm, dan
biasanya diberi warna kuning, kabel jenis ini biasa disebut sebagai standard ethernet atau thick Ethernet, atau hanya disingkat ThickNet, atau bahkan disebut sebagai yellow cable.
Seperti namanya, jenis kabel ini ukurannya relatif lebih besar, pada beberapa kondisi tertentu sulit diinstall. Kabel koaksial memiliki biaya
2. Thin Coaxial Cable
Seiring dengan pertambahan ketebalan atau diameter kabel, maka tingkat kesulitan pengerjaannya pun akan semakin tinggi. Harus diingat bahwa kabel
jenis ThickNet harus ditarik melalui pipa saluran yang ada dan pipa ini ukurannya terbatas. Oleh karena itu diciptakanlah Thin Coaxial cable untuk mengatasi beberapa masalah di atas. Kabel jenis ini ditunjukan pada Gambar
3.3.
Gambar 3.3 Thin Coaxial Cable (RG 59)
Kabel koaksial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir, terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Untuk digunakan sebagai perangkat jaringan, kabel koaksial jenis ini harus memenuhi standar IEEE 802.3 10BASE2, di mana diameter rata-rata berkisar 5 mm dan biasanya berwarna hitam atau warna gelap lainnya. Setiap
perangkat dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga dikenal sebagai thin Ethernet atau ThinNet [12].
3.4 Konstanta Saluran Transmisi Kabel Koaksial
Untuk menghitung konstanta primer secara tepat digunakan
yaitu penghantar dalam, penghantar luar dan dielektrika pengisolir kedua
penghantar tersebut. Gambar penampang kabel koaksial diperlihatkan pada Gambar 3.4 [1].
Gambar 3.4 Penampang kabel koaksial
Pada bagian ini akan dihitung parameter R, C dan L sebagai parameter
primer dari kabel koaksial diikuti dengan penghitungan medan magnet dan medan listrik yang terbentuk. Dalam saluran transmisi mode TEM, konsep tegangan dan
arus masih sangat berguna di mana nanti akan digunakan untuk menghitung medan magnet dan medan listrik yang ditimbulkan keduanya.
Penghantar dalam biasanya terbuat dari batang yang massiv atau potongan
kawat halus yang diputar bersama-sama. Penghantar luar terbuat dari pipa metal massiv (Ag, Cu, Al), atau dari lembaran foil dari metal dan serabut dari
kawat-kawat halus. Sedangkan dilektrika bisa berupa ruang hampa (udara) yang pada jarak-jarak tertentu dipasangkan penopang penyanggah supaya tidak ada kontak galvanis di antara kedua penghantar, atau berupa polimer organis seperti Teflon.
Untuk resistensi per satuan panjang dihitung menggunakan efek kulit ke
konduktor dalam dan diameter konduktor luar, dan merupakan
konduktifitas relatif konduktor dalam dan konduktor luar. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut [6]:
√ √ √ ………(3.1)
√
√ √ …………..(3.2)
Perhitungan kapasitansi persatuan panjang (C) dari kabel koaksial bisa dilakukan dengan menggunakan definisi kapasitansi persatuan panjang. Gambar
perhitungan kapasitansi kabel koaksial dapat dilihat pada Gambar 3.5.
………. (3.3)
Gambar 3.5 Penampang kabel koaksial untuk penghitungan C
Jika kita memiliki muatan persatuan panjang Q di atas permukaan penghantar dalam kabel koaksial, maka dari teori medan elektromagnetik, medan
listrik di dalam dielektrik didapatkan dengan:
Medan listrik keluar radial dari penghantar dalam ke penghantar luar
(dengan asumsi, penghantar dalam muatan positif). Persamaan di atas didapatkan dengan asumsi quasi-statis (seolah-olah statis), yang hanya berlaku dari frekuensi
0 sampai suatu batas tertentu.
Integrasi medan listrik sepanjang jalur yang terbentang dari konduktor dalam ke konduktor luar akan menghasilkan tegangan antara kedua penghantar
ini. Berikut merupakan persamaan tegangan di dalam kabel koaksial:
………. (3.5)
Sehingga dengan definisi Persamaan 3.3 kapasitansi persatuan panjang menjadi:
( )
………(3.6)
Gambar medan magnet di wilayah dielektrika di antara kedua penghantar yang dilalui arus listrik ditunjukan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Penampang kabel koaksial untuk penghitungan L
Perhitungan induktivitas dari kabel koaksial menuntut perhitungan medan magnet pada penampang kabel tersebut. Dari teori medan elektromagnetik kita
akan menghasilkan suatu fluks magnetik yang menembus permukaan, sehingga
bisa didefinisikan besaran induktansi persatuan panjang dengan:
……….……….(3.7)
Dengan menggunakan asumsi arus yang mengalir di dalam penghantar, baik dalam atau luar, homogen (berlaku terutama sekali pada frekuensi rendah), akan dihitung medan magnet yang dihasilkan struktur tersebut.
Medan magnet di dalam penghantar dalam bisa dihitung dengan menggunakan hukum Ampere. Jika pengandaian arus listrik terdistribusi secara
homogen di dalam penghantar berlaku, maka besar arus listri yang terjadi adalah:
………….………..(3.8)
Dengan I arus total yang mengalir di penghantar dalam. Aplikasi hukum Ampere di sepanjang garis putus-putus ini menghasilkan:
∮ ⃗⃗ ………(3.9)
………(3.10)
Dengan hubungan energi magnetis persatuan panjang didapatkan persamaan sebagai berikut:
⃗⃗ ⃗
...(3.11)
……….(3.12)
Dengan cara analog didapatkan Persamaan 3.13.
……….……….(3.13)
d adalah ketebalan penghantar luar, sehingga induktansi dalam total menjadi:
………(3.14)
Gambar 3.7 menunjukan besar medan magnet di penampang kabel koaksial
sebagai fungsi dari radius.
Gambar 3.7 Besar medan magnet di penampang kabel koaksial sebagai fungsi radius
Terlihat mula-mula medan magnet membesar sampai mencapai nilai maksimumnya di permukaan penghantar dalam. Kemudian mengecil dengan radius untuk ruang dielektrikum, dan mengecil dengan cepat di penghantar luar,
sampai akhirnya menuju nol di permukaan penghantar luar sebelah luar. Pehitungan induktansi akibat medan magnet di ruang antara penghantar, dengan
medan magnet sebesar [1]:
Menghasilkan Persamaan sebagai berikut:
………(3.16)
Sehingga induktansi persatuan panjang total pada sebuah kabel koaksial menjadi:
……….(3.17)
Karena nilai suku kedua biasanya jauh lebih kecil dibandingkan suku pertama, untuk perhitungan praktis, seringkali induktansi dalam diabaikan. Sehingga persamaan 3.17 dapat ditulis kembali menjadi:
………(3.18)
Dan untuk impedansi gelombang bisa dihitung dengan Persamaan berikut:
√ √ (
Dari Persamaan (3.6), C berbanding terbalik dengan perbandingan radius dalam dan radius luar, sehingga dengan membesarnya perbandingan ini,
kapasitansi persatuan panjang akan mengecil. Sedangkan L menurut Persamaan (3.18) membesar dengan bertambah besarnya perbandingan radius tersebut. Demikian juga halnya impedansi gelombang, menurut Persamaan (3.19)
menunjukan L dan membesar secara linier dengan .
Dari bentuk luarnya saja tidaklah terlihat apakah saluran transmisi ini
Sedangkan konstanta perambatan, untuk kasus tidak ada rugi-rugi hanya
tergantung dari materi penyusun kabel koaksial itu [1].
Karena medan elektromagnetik merambat melalui wilayah dielektrik.
Medan magnet di Persamaan (3.15), bisa dinyatakan dengan tegangan melalui
hubungan denga impedansi gelombang dari Persamaan (3.19), sehingga:
……….………(3.21)
Medan listrik di Persamaan (3.4) bisa juga dinyatakan dalam tegangan dengan
bantuan Persamaan (3.5) sehingga didapatkan persamaan:
( ) ……….(3.22)
3.5 Daya Kabel Koaksial
Daya yang ditransmisikan melalui kabel koaksial bisa dihitung dengan Persamaan 3.23.
……….……..(3.23)
Dimana A adalah penampang kabel koaksial yang bisa dilalui gelombang
elektromagnetik (dielektrik). Dengan dan Persamaan (3.21) dan
Dalam transmisi energi elektromagnetik melalui saluran transmisi harus
listrik maksimal yang boleh terjadi di dalam sebuah dielektrik terlewati. Akan
terjadi ionisasi, dielektrika tersebut akan mampu mengalirkan listrik. Di udara,
medan listrik maksimalnya bernilai . Medan listrik maksimal di
dalam kabel koaksial terdapat di permukaan penghantar dalam, dengan persamaan [1]:
( )
……….….(3.26)
Sehingga dengan Persamaan 3.22 didapatkan daya maksimalnya menjadi:
perbandingan dan yang besar, akan memperbesar daya maksimal yang boleh
ditransmisikan.
3.6 Mode Transmisi Kabel Koaksial dan Frekuensi Cut-Off
Mode yang paling mendasar dari kabel koaksial adalah mode TEM. Aliran tegangan memanjang dari konduktor dalam ke konduktor luar sehingga tidak
memiliki komponen medan dalam arah propagasi. Aliran medan magnet membentuk loop tertutup dan juga tidak ada komponen dalam arah propagasi.
Mode ini tidak memiliki panjang gelombang cut-off dan dapat merambatkan semua frekuensi dari dc (direct current) sampai gelombang mikro [13].
merambat (evanescent) sehingga tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi sistem secara keseluruhan. Mode-mode tinggi baru bisa merambat, jika frekuensi sinyal yang dikirimkan melalui kabel koksial ini lebih tinggi dari frekuensi cut-off
mode tersebut di kabel koaksial. Fenomena ini memberikan batasan pemakaian terhadap kabel koaksial. Atau bisa dilakukan sudut pandang desain.
Jika kita ingin mengirimkan sinyal dengn frekuensi tertentu,
bagaimanakah geometri kabel koaksial supaya mode ordo tinggi tindak merambat. Biasanya dengan memperkecil dimensi kabel koaksial, mode tinggi tidak bisa
merambat, tetapi tindakan ini akan mereduksi daya maksimal yang bisa dilewatkan melalui kabel ini. Mode yang memiliki frekuensi cut-off terendah
adalah mode , yaitu:
√ ……….(3.28)
Dari persamaan di atas terlihat bahwa frekuensi cut-off berbanding terbalik
dengan permitivitas bahan, dan sebanding dengan konstanta di mana nilainya
tergantung pada dimensi kabel koaksial. Dengan konstanta secara aproksimatif:
………..………(3.29)
Dengan tetap bekerja pada frekuensi di bawah nilai frekuensi cut-off ini,
mode-mode ordo tinggi yang terbentuk karena adanya diskontinuitas sambungan, seperti konektor, percabangan, dan lainnya, hanya terlokalisasi di sekitar
3.7 Redaman Pada Kabel Koaksial
Penyebab pertama redaman adalah resistansi konduktor, dan penyebab kedua adalah penyerapan daya (rugi-rugi) oleh bahan dielektrik yang digunakan.
Redaman haruslah diupayakan sekecil mungkin agar penyaluran daya menjadi lebih efisien. Jika tidak, akan banyak daya/energi yang terbuang sia-sia menjadi panas di dalam saluran, yang lama-kelamaan justru dapat merusak saluran
transmisi itu sendiri. Redaman pada kabel koaksial disebabkan dari dua sumber yaitu rugi-rugi pada konduktor dan rugi-rugi dielektrik di antara kedua konduktor.
Sedangkan rugi-rugi radiasi tidak begitu penting, karena kabel koaksial secara keseluruhan terlindungi (shielded) [13].
Jika adalah diameter konduktor dalam dengan konduktifitas dan
diameter konduktor luar dengan konduktifitas , adalah permitifitas relative
dari dielektrik dan Adalah faktor loss dari dielektrik. Untuk saluran dengan rugi-rugi rendah, konstanta redaman dapat dihitung dengan Persamaan berikut [6]:
√
√ √ ⁄
……(3.30)
Pada kabel koaksial terdapat dua macam redaman yang terjadi, yaitu redaman pada konduktor dan redaman pada dielektrik.
3.7.1 Redaman Pada Konduktor
Redaman akibat resistansi konduktor merupakan fungsi dari luas penampang konduktor itu sendiri. Makin besar luas penampangnya akan makin kecil nilai resistensinya, karena semakin luas penampang ini elektron-elektron
Untuk sinyal dengan frekuensi yang sangat tinggi elektron-elektron
tersebut hanya mengalir di permukaan konduktor saja (kulit). Fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah skin effect, dimana makin tinggi frekuensi sinyal akan makin tinggi pula resistensi yang diterima, karena luas penampang kulit konduktor yang dilaluinya semakin tipis. Persamaan redaman pada konduktor didapatkan dari Persamaan 3.30, yaitu dengan merepresentasikan redaman pada
konduktor dengan dan redaman pada dielektrik dengan . Kita ganti dengan
dan dengan √ kemudian dengan memasukan nilai dari dan , kita
dapatkan [6]:
√
√ √ ⁄ …..(3.31)
3.7.1 Redaman Pada Dielektrik
Bila frekunsi bertambah, maka arus cenderung untuk mengalir pada bagian terluar dari penghantar yang mempunyai potongan melintang berupa
lingkaran. Hal ini berarti bahwa pada bagian pusat dari penghantar tidak dialiri arus dan dapat dihilangkan. Dengan demikian ruang kosong ini dapat digunakan untuk kawat penghantar kedua yang berisolasi terhadap kawat penghantar bagian
luar. Isolasi yang digunakan untuk memisahkan kedua penghantar berupa isolasi padat atau dapat juga berupa pengganjal yang dipasang pada jarak tertentu sebagai
penampang untuk kawat penghantar dalam di mana isolasinya adalah udara [8]. Isolasi di antara penghantar membentuk suatu kapasitansi yang merupakan lintasan penghantar bagi arus. Lintasan penghantar ini berfungsi lebih baik bila
mengalir melewati penghantar akan terserap di dalam isolasi yang besarnya
berbanding lurus dengan frekuensi. Persamaan redaman pada dielektrik adalah:
√ ………..(3.32)
Di sisi lain frekuensi dapat juga mempengaruhi besarnya redaman pada
saluran transmisi ini, di mana semakin tinggi frekuensi kerja yang diberikan akan semakin besar redaman yang dihasilkan.
3.8 Dimensi Optimal Kabel Koaksial
Hal ini sangat penting dalam penggunaan dielektrik-dielektrik dengan
kualitas tinggi dan konduktor-konduktor dalam hal memperkecil rugi-rugi. Di mana untuk keperluan yang membutuhkan performa tinggi harus dipilih bahan
dielektrik yang memiliki permitivitas rendah. Pada Persamaan konstanta redaman
3.30, menunjukan bahwa redaman ( ) bergantung pada frekuensi dan dimensi
saluran koaksial tersebut. Dengan sedikit penyederhanaan persamaan dapat
dituliskan dengan [6]:
√ √ ⁄ ………..(3.32)
Untuk kasus khusus pada praktek yang penting dimana , didapatkan
persamaan:
√ ⁄ ………(3.34)
Konstanta redaman akan menjadi minimum dengan meminimalkan
fungsi dari bentuk dengan . Dengan mendiferensiasikan
dan menyamakan fungsi dengan nol, didapatkan , .
dibuat bernilai 3,59 dan nilai ini juga memberikan impedansi karakteristik √ .
3.9 Beberapa Contoh Kabel Koaksial
Kabel koaksial dibuat dengan berbagai jenis bahan konduktor dan
dielektrik untuk berbagai keperluan. Untuk keperluan yang membutuhkan performa tinggi dengan redaman yang sangat kecil dan daya hantar yang besar digunakan jenis konduktor sebagai penghantar diantaranya adalah perak, tembaga
dan aluminium namun yang paling banyak dijumpai adalah kabel dengan konduktor tembaga.
Untuk bahan dielektrik yang paling sering digunakan adalah Polyethylene
dan Teflon karena menghasilkan redaman yang kecil namun untuk performa yang lebih baik dengan redaman yang sangat rendah digunakan udara sebagai
isolasinya.
Beberapa contoh jenis kabel koaksial yang digunakan dalam berbagai
keperluan di antaranya Kabel R G 58, R G 59 , R G 8, R G 11 A, R G 178 B, R G 214, R G 316 dan HJ4-50. Kabel-kabel ini banyak digunakan sebagai hubungan system microwave, stasiun radio, kabel TV, closed-circuit TV (CCTV) dan bisa juga digunakan sebagai kabel thin ethernet (10BASE2).
Kabel R G 58 banyak digunakan untuk kabel antena ke TV dengan
frekuensi I atas 300 MHz dan impedansi karakteristik 50 Ω. Untuk kabel R G 59 digunakan pada frekuensi yang lebih tinggi yaitu di atas 1 GHz dengan impedansi
karakteristik 75 Ω. Kabel RG 11 beroperasi pada frekuensi di atas 1 GHz dengan
yang paling kecil dapat bekerja pada frekuensi tinggi biasanya di atas 10 GHz dan
memiliki impedansi karakteristik sebesar 50 Ω begitu juga kabel R G 214 sangat cocok digunakan pada frekuensi di atas 10 GHz. Kabel HJ4-50 dengan dielektrik
udara digunakan untuk aplikasi gelombang mikro. Data yang berguna untuk perhitungan redaman dari kabel-kabel koaksial tersebut ditunjukan oleh Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data beberapa kabel koaksial
Tipe kabel Diameter (mm)
Konduktor dalam Dielektrik Konduktor luar
R G 58 0,935
3.10 Kelebihan dan Kekurangan Kabel Koaksial
Kabel jenis ini mempunyai kemampuan dalam menyalurkan sinyal–sinyal listrik yang lebih besar dibandingkan saluran transmisi dari kawat biasa. Selain itu
kabel koaksial memiliki ketahanan arus yang semakin kecil pada frekuensi yang lebih tinggi. Perambatan energi elektromagnetiknya dibatasi dalam pipa dan juga sekat dari pengaruh interferensi atau gangguan percakapan silang luar.
Walaupun kabel koaksial pada dasarnya memiliki tingkat keandalan yang tinggi dalam proses transmisi, dari sisi ekonomi, sistem penyaluran informasi
menggunakan kabel ini memiliki kelemahan yakni dalam hal investasi dan biaya pemeliharaan yang mahal. Lebar bidang frekuensi dalam kabel koaksial hanya
terbatas oleh gain yang dikehendaki, yang diperlukan untuk mempertahankan mutu sinyal yang baik. Dalam suatu jarak tertentu, transmisi sinyal–sinyal elektromagnetik harus diangkat dengan serangkaian repeater yang terbuat dari tabung elektron pada jalur tersebut agar penyampaian komunikasi terjalin lebih baik.
Kelemahan yang juga dimiliki kabel koaksial yakni adanya pengaruh yang
besar dari variasi temperatur. Hal ini dapat berpengaruh pada mutu dan kualitas dari sistem koaksial tersebut. Masalah ini ditanggulangi dengan adanya
BAB IV
ANALISIS PENGARUH FREKUENSI
TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL
4.1 Umum
Dalam saluran transmisi kabel koaksial yang pusat konduktornya dikelilingi oleh konduktor luar yang berbentuk serabut atau pipa silinder yang
secara umum digunakan untuk propagasi gelombang mikro. Kabel ini lebih menjamin pentransferan medan elektromagnetik yang lebih baik sehingga
mencegah terjadinya rugi-rugi radiasi dan sekaligus memberikan perlindungan terhadap frekuensi-frekuensi yang sangat tinggi.
Pada bagian ini akan dianalisis besarnya redaman yang terjadi pada jenis
konduktor tembaga, aluminium, perak, besi dan baja. Dan untuk jenis dielektrik
polyethylene, teflon, polystyrene, stirofoam dan udara. Serta redaman dari beberapa tipe kabel koaksial yaitu RG 58, RG 59 , RG 8, RG 11 , RG 178, RG 214, RG 316 dan HJ4-50. Redaman yang akan dianalisis di sini adalah redaman pada konduktor, redaman pada dielektrik, dan redaman total dari kabel koaksial
yang dianalisis. Dengan memberikan frekuensi mulai dari 0,3 GHz, 0,4, 0,5 GHz, 0,6 GHz, 0, 7 GHz, 0,8 GHz, 1 GHz, 2 GHz, 3 GHz, 4 GHz, 5 GHz, 6 GHz, 7
GHz, 8 GHz, 9 GHz, 10 GHz, 15 GHz dan 20 GHz. Akan dilihat pengaruhnya terhadap redaman yang dihasilkan. Untuk lebih memperjelas besarnya redaman-redaman yang dihasilkan maka dibuat grafik masing-masing redaman-redaman terhadap
4.2 Parameter-Parameter Asumsi
Gambar 4.1 merupakan bagian-bagian dari kabel koaksial yang di dalamnya terdapat parameter-parameter yang dibutuhkan untuk mendapatkan
nilai redaman dari kabel koaksial.
Permitivitas relatif konduktivitas
Diameter Diameter
konduktor luar konduktor dalam
Gambar 4.1 Bagian-bagian kabel koaksial
Pada analisis ini akan digunakan beberapa parameter asumsi yaitu:
1. Diameter konduktor dalam = 1 mm
2. Diameter konduktor luar = 4 mm
3. Frekuensi yang digunakan dalam analisis adalah 0,3 GHz, 0,4 GHz, 0,5 GHz, 0,6 GHz, 0,7 GHz, 0,8 GHz, 1 GHz, 2 GHz, 3 GHz, 4 GHz, 5 GHz, 6 GHz, 7 GHz, 8 GHz, 9 GHz, 10 GHz, 15 GHz, 20 GHz.
4. Jenis konduktor: Pada kabel koaksial yang memiliki dua konduktor (konduktor dalam dan konduktor luar) biasanya terbuat dari padatan
Tabel 4.1 Konduktifitas bahan konduktor
Materi (S/m)
Tembaga Baja Aluminium Perak Besi
5. Jenis dielektrik: Konduktor dalam dan konduktor luar dipisahkan oleh
bahan dielektrik yang memiliki permitivitas relatif tertentu. Beberapa jenis bahan dielektrik dengan harga permitivitas relatif dan nilai faktor redaman ditunjukan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Permitivitas relatif dan faktor redaman bahan dielektrik
Materi
Polyethylene 2,26 0,0005
Teflon 2,1 0,00015
Polystyrene 2,56 0,003
Stirofoam 1,03 0,0001
Udara 1,0005 0
4.3 Analisis Pengaruh Frekuensi Terhadap Redaman Pada Kabel Koaksial Redaman pada kabel koaksial yang akan dianalisis pada Tugas Akhir ini adalah redaman pada konduktor dan redaman pada dielektrik. Dengan
menggunakan beberapa jenis konduktor dan dielektrik yang terdapat dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. di bagian akhir juga dianalisis redaman pada beberapa jenis
4.3.1 Analisis Pengaruh Frekuensi Terhadap Redaman Konduktor
Redaman pada konduktor besarnya sangat tergantung pada diameter konduktor dalam dan diameter konduktor luar. Selain itu konduktivitas bahan
konduktor juga mempengaruhi redaman ini. Pada analisis ini, akan dihitung besarnya redaman pada konduktor dengan jenis dielektrik yang digunakan adalah
Polyethylene. Persamaan yang digunakan adalah Persamaan 3.31:
√ (
√ √ ) ⁄
1. Redaman bahan tembaga dengan frekuensi 0,3 GHz:
√
√
√ ⁄
2. Redaman bahan baja pada frekuensi 0,3 GHz:
√
√
√ ⁄
3. Redaman bahan aluminium pada frekuensi 0,3 GHz:
√
√
√ ⁄
4. Redaman bahan perak pada frekuensi 0,3 GHz:
√
√
√ ⁄
5. Redaman bahan besi pada frekuensi 0,3 GHz:
√
√
√ ⁄
Dengan cara yang sama besarnya redaman konduktor untuk kelima bahan pada
frekuensi yang ditentukan ditunjukan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Redaman konduktor
Frekuensi (GHz)
Redaman konduktor (dB/m)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Grafik besarnya redaman konduktor terhadap frekuensi dari kelima bahan
ditunjukan oleh Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik pengaruh frekuensi terhadap redaman konduktor
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa redaman akan membesar seiring
4.3.2 Analisis Pengaruh Frekuensi Terhadap Redaman Dielektrik
Pada analisis ini akan dihitung besarnya redaman dari bahan dielektrik yang terdapat dalam Tabel 4.2. besar redaman ini tergantung dari permitivitas
relatif bahan dielektrik dan faktor redamannya. Untuk perhitungan digunakan Persamaan 3.32
√
1. Redaman bahan Polyethylene pada frekuensi 0,3 GHz:
√
2. Redaman bahan Teflon pada frekuensi 0,3 GHz:
√
3. Redaman bahan Polystyrene pada frekuensi 0,3 GHz:
√
4. Redaman bahan Stirofoam pada frekuensi 0,3 GHz:
√
5. Redaman bahan udara pada frekuensi 0,3 GHz:
Dengan cara yang sama didapatkan redaman dielektrik seperti ditunjukan Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Redaman dielektrik
Frekuensi (GHz)
Redaman dielektrik (dB/m)
Polyethylene Teflon Polystyrene Stirofoam Udara
0,3 0,020 0,006 0,131 0,003 0
0,4 0,027 0,008 0,175 0,0037 0
0,5 0,034 0,010 0,218 0,0046 0
0,6 0,041 0,012 0,262 0,0055 0
0,7 0,048 0,014 0,306 0,0065 0
0,8 0,055 0,016 0,349 0,0074 0
1 0,068 0,020 0,437 0,0092 0
2 0,137 0,039 0,874 0,0185 0
3 0,205 0,059 1,310 0,0277 0
4 0,273 0,079 1,747 0,0369 0
5 0,342 0,099 2,184 0,0462 0
6 0,410 0,119 2,621 0,0554 0
7 0,479 0,138 3,058 0,0646 0
8 0,547 0,158 3,494 0,0739 0
9 0,615 0,178 3,931 0,0831 0
10 0,684 0,198 4,368 0,0924 0
15 1,026 0,297 6,552 0,1385 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Grafik redaman dielektrik terhadap frekuensi dari kelima bahan ditunjukan oleh
Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik pengaruh frekuensi terhadap redaman dielektrik
Dari Gambar 4.3 redaman dielektrik dapat disimpulkan bahwa semakin
besar frekuensi redaman yang terjadi juga semakin besar, dalam hal ini karena udara merupakan dielektrik sempurna maka redamannya nol. Dapat juga