• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENETAPAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST TENTANG PERMOHONAN PENETAPAN AKHIR LIKUIDASI PT. BANK INDONESIAN INVESTMENT INTERNATIONAL,TBK (DALAM LIKUIDASI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENETAPAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST TENTANG PERMOHONAN PENETAPAN AKHIR LIKUIDASI PT. BANK INDONESIAN INVESTMENT INTERNATIONAL,TBK (DALAM LIKUIDASI)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENETAPAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST TENTANG PERMOHONAN PENETAPAN

AKHIR LIKUIDASI PT. BANK INDONESIAN INVESTMENT INTERNATIONAL,TBK

(DALAM LIKUIDASI)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

Bank merupakan lembaga keuangan tempat masyarakat menyimpan dananya yang dilandasi kepercayaan. Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mengawasi kegiatan perbankan di Indonesia. Bank yang dikategorikan tidak sehat dapat dicabut izin usahanya dilanjutkan dengan proses likuidasi. Likuidasi bank adalah tindakan seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukm bank dan dilaksanakan oleh tim likuidasi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah wewenang Bank Indonesia dalam mengajukan permohonan penetapan kepada pengadilan, dasar pertimbangan hakim mengabulkan permohonan Bank Indonesia, serta akibat hukum terhadap tim likuidasi yang dibentuk oleh RUPS namun dibubarkan melalui penetapan pengadilan.

Penelitian ini adalah penelitian hukum nornatif, dengan tipe deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif. Data yang dignakan adalag data sekunder. Data primer diperoleh melalui Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST Tentang Permohonan Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesia Investment International, Tbk. Data yang diperoleh kemudian diolah untuk selanjutnya di analisis dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu dijabarkan dalam bentuk kalimat yang tersusun logis, rinci dan sistematis.

(2)

mempercepat proses dan tetap menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank, serta tim likuidasi dibubarkan secara hukum dan Bank Indonesia sah secara hukum mengajukan permohonan penetapan dan RUPSLB tidak pernah berhasil dilaksanakan. Perlunya amandemen secara terstruktur mengenai Undang-Undang Perbankan.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan tempat masyarakat menyimpan dananya yang semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan diperoleh kembali pada waktunya dan disertai dengan imbalan berupa bunga (Adrian Sutedi, 2008 : 1). Semakin tinggi kepercayaan masyarakat, semakin tinggi pula kesadaran masyarakat untuk menyimpan uangnya pada bank dengan menggunakan jasa-jasa lain dari bank.

(4)

Adapun kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan unsur pokok suatu bank sehingga terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak. Dengan demikian, ketergantungan bank diletakkan pada kepercayaan masyarakat atau perantara penabung dengan investor tetapi fungsinya dapat diarahkan kepada peningkatan taraf hidup orang banyak (Rachmadi Usman, 2001 : 62).

(5)

berwenang mencabut izin usaha dan memerintahkan Direksi Bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) guna membubarkan dasar hukum bank dan membentuk standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia atau Pemerintah, maka Bank tersebut diusahakan untuk diselamatkan.

Setelah penyelamatan bank tersebut tidak dapat dipertahankan maka pemerintah dapat melakukan pembubaran atau melikuidasi bank tersebut. Likuidasi bank menurut Pasal 1 PP No. 25/1999 adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank.

(6)

Masyarakat terutama nasabah yang telah mempercayakan dananya unuk disimpan pada PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) tidak perlu khawatir, karena berdasarkan PP No. 25/1999 penyelesaian hak dan kewajiban bank yang telah di likuidasi tersebut (dalam hal ini PT. Bank Indovest, Tbk) dilakukan oleh tim likuidasi yang telah dibentuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan telah disetujui oleh Bank Indonesia. Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) terdiri dari Husni Thamrin Mukti (Ketua), Pantas Lumban Tobing (Wakil Ketua), Prawoto Abdullah (Anggota). Agar hak dan kewajiban bank yang telah dilikuidasi kepada masyarakat dapat segera diselesaikan maka PP No. 25/1999 membatasi tugas tim likuidasi sampai dengan 5 (lima) tahun. Berdasarkan peraturan pelaksanaan dari PP No. 25/1999 yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum (Selanjutnya disebut SK DIR BI No. 32/53/KEP/DIR) tugas tim likuidasi diberikan tambahan waktu 180 (seratus delapan puluh) hari untuk melakukan penjualan harta bank secara lelang.

(7)

menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham pada akhir pelaksanaan Likuidasi tidak dapat memenuhi kuorum. Tim Likudasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) telah menyelenggarakan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) 2 (dua) kali, namun kedua RUPSLB tidak terselenggara atau tidak dapat memenuhi kuorum. Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) wajib melaporkan kepada Bank Indonesia bahwa RUPSLB yang telah diselenggarakan sebanyak 2 (dua) kali tidak dapat memenuhi kuorum dan sesuai Pasal 36 Ayat (3) SK. DIR BI No. 32/53/Kep/DIR Bank Indonesia dapat meminta pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang salah satunya pembubaran tim likuidasi.

(8)

Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment International, Tbk (Dalam Likuidasi) “.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Wewenang Bank Indonesia mengajukan permohonan penetapan kepada Pengadilan,

2. Dasar pertimbangan hakim mengabulkan permohonan Bank Indonesia,

3. Akibat hukum terhadap tim likuidasi yang dibentuk oleh RUPS, namun dibubarkannya melalui penetapan pengadilan.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan dari penelitian ini adalah peran Bank Indonesia dalam melikuidasi bank, sedangkan lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah lingkup hukum keperdataan khususnya tentang perbankan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah,

(9)

3. Mengetahui akibat hukum terhadap pembubaran tim likuidasi melalui penetapan pengadilan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang antara lain :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam mengkaji dan mengembangkan hukum keperdataan, khususnya hukum perbankan mengenai peranan tim likuidasi dan likuidasi bank.

2. Kegunaan Praktis

a. Menambah wawasan penulis tentang likuidasi bank dan tugas tim likuidasi, b. Menambah bahan bacaan dan sebagai sumber data bagi mereka yang

mengadakan penelitian di bidang pernakan,khususnya mengenai tim likuidasi dan likuidasi bank,

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi dan Tujuan Perbankan Indonesia

Ketentuan mengenai fungsi perbankan di Indonesia dapat dilihat dalam pengertian

bank sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun

1992 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan,

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentk

simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

bentuk-bentuk lain dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dalam statusnya sebagai

badan hukum yang menjalankan fungsi bisnis, maka bank tidak terlepas dari tujuan

mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Fungsi dan tujuan bank secara lebih tegas dirumuskan dalam Pasal 3 dan Pasal 4

Undang-Undang Perbankan, bahwa :

1. Pasal 3 memuat bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai

penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

2. Pasal 4 bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan

(11)

ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat

banyak.

Fungsi dan tujuan perbankan dalam kedua pasal tersebut jika diberi penjelasan dari

Penjelasan Undang-Undang Perbankan, maka dapat dilihat bahwa perbankan di

Indonesia mempunyai kekhususan yang merupakan karakteristik tersendiri perbankan

di Indonesia dibandingkan perbankan pada umumya. Kekhususan tersebut adalah

bahwa perbankan di Indonesia mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan

ekonomi nasional bangsa Indonesia, seperti :

1. Bank berfungsi sebagai pusat kegiatan perekonomian dengan kegiatan usaha

pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana

masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari

penabung kepada peminjam.

2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang

sebagian tugas penyelenggara negara, yaitu :

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah. Jadi

perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan.

b. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional, yaitu meningkatkan

pemerataan kesejahteraan rakyat, pertumbuhan ekonomi nasional bagi seluruh

rakyat Indonesia termasuk pertumbuhan ekonomi yang diserasikan, stabilitas

nasional guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat

(12)

3. Perbankan Indonesia harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan

masyarakat dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank,

selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian juga pemenuhan persyaratan

kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya

praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian, perbankan Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai badan usaha

yang bertujuan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dan sebagai wadah

penghimpun dan penyalur dana masyarakat, namun perbankan Indonesia mempunyai

fungsi yang lebih luas lagi sebagaimana dijelaskan di atas.

Setiap bank harus mengacu pada fungsi dan tujuan bank tersebut. Untuk menjaga

agar fungsi dan tujuan perbankan tersebut tetap dijalankan oleh setiap bank, maka

diperlukan adanya upaya pembinaan dan pengawasan. Hal ini bertujuan untuk

menjaga kegiatan perbankan agar tetap berjalan dengan lancar supaya kepercayaan

masyarakat terhadap dunia perbankan tetap terjaga, mengingat bank adalah lembaga

perbankan yang bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar kepercayaan.

Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan akan tetap terjaga apabila sektor

perbankan diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian.

Lembaga yang mempunyai tugas dan kewenangan membina dan mengawasi bank

adalah Bank Indonesia sebagai bank sentral. Agar fungsi dan tuuan perbankan

(13)

pembinaan dan pengawasan bank, maka Undang-Undang Perbankan memberikabn

kewajiban-kewajiban kepada bank dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Sebagaiman telah diatur dalam Undang-Undang Perbankan, yaitu :

1. Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Perbankan yaitu, memelihara kesehatannya

sesuai dengan ketentuan tentang aspek permodalan, kualitas asset, kualitas

manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan

dengan jasa bank, seta setiap kegiatannya didasarkan pada prinsip kehati-hatian.

2. Pasal 23 Ayat (3) Undang-Undang Perbankan yaitu, menempuh cara-cara yang

tidak merugikan bank, dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

prisip syari’ah, serta kegiatan usaha lainnya.

3. Pasal 29 Ayat (4) Undang-Undang Perbankan yaitu, menyediakan informasi

untuk kepentingan nasabah mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian

sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

4. Pasal 37 B Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, menjamin dana

masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan.

5. Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, merahasiakan keterangan

mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

6. Pasal 42 A Undang-Undang Perbankan yaitu, memberikan keterangan mengenai

nasabah penyimpan dan simpanannya apabila diperintahkan oleh Bank Indonesia

sesuai dengan kebutuhan tertentu.

7. Pasal 44 A Undang-Undang Perbankan yaitu, memberikan keterangan mengenai

nasabah penyimpan dan simpanannya kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah

(14)

Berdasakan kewajiban-kewajiban tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa

dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap bank wajib berpedoman pada

prinsip-prinsip perbankan yang sehat, mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku, serta

menghindari praktek-praktek yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bank

atau merugikan kepentingan masyarakat.

Bila dihubungkan dengan sifat hukum perbankan di Indonesia yang merupakan

hukum yang bersifat memaksa, maka dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap

bank harus tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan perbankan yang ada.

Walaupun demikian, dalam rangka pengawasan intern bank diperkenankan membuat

ketentuan internal bank sendiri dengan berpedoman pada kebijakan umum yang

ditetapkan Bank Indonesia. Dalam rangka pengawasan intern tersebut, maka dibentuk

jabatan direktur kepatuhan yang bertugas mengawasi bank agar dalam menjalankan

kegiatan usahanya tetap sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

B. Bank

Undang-Undang Perbankan dalam Pasal 1 Angka (2) mendefinisikan Bank adalah

sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Bank berfungsi

sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan

(15)

(Rachmadi Usman, 2001 : 59). Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya.

Dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan fungsi dan tujuan Perbankan

Indonesia adalah :

1. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat,

2. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Dengan demikian, perbankan nasional kita mempunyai fungsi dan tujuan dalam

kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia (Rachmadi Usman, 2001 : 61) :

1. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan usaha pokok

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana

masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari

penabung kepada peminjam.

2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang

sebagian tugas penyelenggaraan negara yakni:

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan

melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan; jadi

perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan (agent of

development).

(16)

1) Meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, bukan

kesejahteraan segolongan orang atau perseorangan saja; melainkan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali;

2) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan

ekonomi segolongan orang atau perseorangan; melainkan pertumbuhan

ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang

diserasikan ;

3) Meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis;

4) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak, artinya tujuan

yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan orang atau

perseorangan saja;

3. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu

melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya, dengan

menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking), dengan cara :

a. Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal

atau mendunia; dan

b. Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif;

bukan konsumtif;

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selalin

melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan

kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya

(17)

C. Fungsi Bank Indonesia

Bank Indonesia merupakan lembaga yang berfungsi dan menjalakan kewenangan

sebagai bank sentral. Bank sentral adalah lembaga Negara yang mempunyai

wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara,

merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan dan

menjalankan fungsi lender of last resort (Muhammad Djumhana, 2000 : 93 ). Sebagai

bank sentral, pada Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah terkahir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 Tentang Bank

Indonesia, bahwa Bank Indonesia mempunyai tujuan yaitu mencapai dan memelihara

kestabilan nila rupiah. Kestabilan nilai rupiah artinya stabilnya nilai rupiah terhadap

barang dan jasa, juga terhadap mata uang negara lain. Undang-Undang yang

mengatur kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang berlaku sekarang

adalah Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia yang selanjutnya

disebut dengan Undang-Undang Bank Indonesia.

Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi dan

meningkatkan kersejahteraan rakyat. Dalam mencapai kestabilan nilai rupiah

tersebut, maka Bank Indonesia dapat melakukan aktifitas perbankan yang dianggap

perlu, namun tidak melakukan kegiatan intermediasi seperti bank umum. Maka Bank

Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Bank Indonesia,

mempunyai tugas untuk :

(18)

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi bank

Dalam menjalankan tugasnya untuk mengatur dan mengawasi bank, maka Bank

Indonesia mempunyai kewenangan tertentu sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Bank Indonesia ataupun Undang-Undang-Undang-Undang Perbankan, antara lain :

1. Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, menetapkan

ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.

2. Pasal 26 Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, menyangkut perizinan

perbankan, meliputi kewenangan untuk memberikan dan mencabut izin usaha,

memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,

memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, memberikan

izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

3. Pasal 29 Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, melakukan pemeriksaan kepada

bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan, juga dapat

mencakup pemeriksaan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak

terkait, pihak terafiliasi, dan debitur bank.

4. Pasal 31 Ayat (2) Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, memerintahkan untuk

menghentikan sementara atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut

penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan

tindakan pidana perbankan.

5. Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, mengatur dan

(19)

6. Pasal 29 Ayat (5) Undang-Undang Perbankan yaitu, menetapkan ketentuan

tentang kesehatan bank, tata cara pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syari’ah serta kegiatan lainnya dari bank, tata cara penyediaan informasi

untuk para nasabahnya.

7. Pasal 31 Undang-Undang Perbankan yaitu, memeriksa buku-buku, dan

berkas-berkas pada bank yang dibinanya.

8. Pasal 31 A Undang-Undang Perbankan yaitu, menugaskan akuntan publik untuk

dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan.

9. Pasal 37 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, melakukan tindakan tertentu

terhadap bank yang membahayakan kelangsungan usahanya, diperkirakan

mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

10. Pasal 38 Undang-Undang Perbankan yaitu, mencabut izin usaha dan

memerintahkan direksi bank untuk segera menyelanggarakan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) guna membubarkan badan hukum dan tim likuidasi

terhadap bank yang tidak bisa memperbaiki kinerjanya sehingga membahayakan

sektor perbankan.

11. Pasal 37 A Undang-Undang Perbankan yaitu, mengeluarkan perintah untuk

membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan

perbankan nasional.

12. Pasal 41 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, mengeluarkan perintah

tertulis agar bank memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti

tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu

(20)

13. Pasal 41 A Undang-Undang Perbankan yaitu, memberikan izin kepada polisi,

jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari pihak bank mengenai

simpanan tersangka atau terdakwa pada bank.

Tugas Bank Indonesia untuk mengatur dan mengawasi bank, didalamnya juga

terdapat fungsi pembinaan bank. Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan diatur

bahwa pembinaan dan pengawasan bank perbankan dapat dilihat pada penjelasan

Pasal 29 Undang-Undang Perbankan. Penjelasan Pasal 29 tersebut memberikan

pengertian bahwa :

1. Pembinaan adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan cara menetapkan

pengaturan yang menyangkut aspek kelembagaan bank, kepemilikan bank,

kepengurusan bank, kegiatan usaha bank, pelaporan bank serta hal-hal lain yang

berhubungan dengan operasi bank,

2. Pengawasan meliputi :

a. Pengawasan tidak langsung terutama dalam bentuk pengawasan dini melalui

penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank.

b. Pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan

tindakan perbaikan.

Berdasarkan keterangan-keterangan yang dimiliki sebagaimana yang disebutkan di

atas, Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan-peraturan antara lain berupa

Peraturan Bank Indonesia, Surat Keputusan Bersama, dan Surat Keputusan Direksi

(21)

D. Kesehatan Bank

Pasal 29 Ayat (2) dan Ayat (5) Undang-Undang Perbankan menentukan bahwa Bank

Indonesia berwenang untuk menetapkan tingkat kesehatan bank, dengan

memperhatikan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.

oleh karena itu, adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank adalah

dimaksudkan sebagai (Rachmadi Usman, 2001 : 129) :

1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah

dilakukan sejalan dnegan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku;

2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik

secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.

Tingkat kesehatan bank di Indonesia didasarkan pada indikator yang biasanya disebut

dengan CAMEL (capital, assets, quality, management quality, earnings and

liquidity). Selain itu penilaian kesehatan bank juga berdasarkan faktor-faktor lainnya

yang bisa mempengaruhi hasil penilaian berupa ketaatan bank terhadap

ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan dan ketentuan-ketentuan tertentu yang wajib

dilaksanakannya secara khusus.

Selain menggunakan CAMEL untuk menilai tingkat kesehatan bank, juga ditentukan

(22)

kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat atau kurang sehat, akan diturunkan

menjadi tidak sehat, apabila :

1. Perselisihan internal yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank

yang bersangkutan,

2. Campur tangan dari pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan (manajemen)

bank termasuk di dalamnya kerja sama yang tidak wajar yang mengakibatkan

salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri,

3. “windows dressing”, dalam pembukuan dan/atau laporan bank yang secara

materil dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank sehingga

mengakibatkan panilaian yang keliru terhadap bank,

4. Praktek “bank dalam bank” atau melakukan usaha bank di luar pembukuan bank,

5. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau

pengunduran diri dari keikutsertaan dalam kliring, atau,

6. Praktek perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank

dan/atau menurunkan kesehatan bank.

Dengan adanya penilaian tingkat kesehatan bank ini, maka bank mempunyai

kewajiban untuk menjaga dan memelihara tingkat kesehatannya agar kelangsungan

usahanya dapat terjamin dan dana masyarakat terlindungi dengan baik.

E. Kebijakan Dalam Hal Bank Mengalami Kesulitan

Suatu bank dikatakan bermasalah jika bank yang bersangkutan mengalami kesulitan

(23)

memburuk, yang antara lain ditandai dengan menurunnya permodalan, kualitas aset,

likuiditas, dan rentabilitas serta pengelolaan bank yang tidak dilaksanakan

berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat. Ini berarti bank

yang tidak bermasalah adalah bank yang kegiatan usahanya berkembang secara

wajar, tanpa mengalami kesulitan yang berarti dalam segi permodalan, kualitas aset,

likuiditas, dan rentabilitas.

Pengaturan dan pengawasan bank bukan dimaksudkan untuk menjamin bahwa tidak

akan ada bank yang bermasalah, baik secara individu maupun secara keseluruhan.

Dengan demikian, meskipun Bank Indonesia telah mengupayakan pengaturan dan

pengawasan terhadap bank-bank di Indonesia, kemungkinan adanya bank yang

mengalami kesulitan atau bahkan kesulitan yang sifatnya lebih luas dan bersifat

sistemik tetap saja ada.

Dalam Undang-Undang Perbankan yaitu Pasal 37A Ayat (1) bahwa apabila dalam hal

suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha

bank yang bersangkutan dan atau membahayakan sistem perbankan yang

membahayakan perekonomian nasional, maka Bank Indonesia dapat melakukan

tindakan atau kebijakan sebagaimana diatur dalam undang-undang yang berlaku.

Tindakan atau kebijakan Bank Indonesia ini dilakukan sesuai tingkatan kesulitan

bank yang terjadi, yaitu mulai dari kesulitan individual bank, kesulitan individual

yang mengancam sistem perbankan, sampai dengan kesulitan di sistem perbankan itu

(24)

Apabila suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan

usahanya, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar :

1. Pemegang saham menambah modal

2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank

3. Bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah

yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya

4. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain

5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban

6. Bank menyerahkan pengelolaan atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain,

dan

7. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank

atau pihak lain.

Sebagaimana tindakan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut belum dapat

mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau bahkan menurut Bank Indonesia keadaan

bank tersebut menjadi lebih buruk dan dapat membahayakan sistem perbankan secara

keseluruhan, maka Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank, dan meminta

kepada direksi untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS )

dengan tujuan membubarkan badan hukum bank dimaksud dan membentuk tim

likuidasi. Apabila direksi bank yang bersangkutan tidak menyelenggarakan RUPS,

maka Bank Indonesia dapat meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan

penetapan. Hal ini ditunjukkan dalam Pasal 37 Ayat (3) Undang-Undang Perbankan

(25)

pemegang saham (RUPS), untuk membubarkan badan hukum bank dan membentuk

tim likuidasi, Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk

mengeluarkan penetapan berisi :

1. Pembubaran badan hukum bank,

2. Penunjukkan tim likuidasi, dan

3. Perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Seperti diketahui, apabila kesulitan yang dihadapi oleh suatu bank terkadang meluas

dan bersifat akademik. Kesulitan yang demikian tentu saja tidak hanya

membahayakan bank yang bersangkutan tetapi dapat membahayakan industri

perbankan atau bahkan membahayakan perekonomian secara keseluruhan. Apabila

menurut penilaian Bank Indonesia telah terjadi kesulitan perbankan yang dapat

membahayakan perekonomian nasional, maka atas permintaan Bank Indonesia,

pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) dapat

membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan

perbankan.

F. Likuidasi Bank

Dalam Undang-Undang Perbankan tidak memberikan secara rinci tentang likuidasi.

Namun, dalam Pasal 37 Ayat (2) dan (3) Undang-Undang Perbankan, maka

pengertian likuidasi tidak terbatas pada pencabutan izin usaha bank, tetapi lebih luas

(26)

penyelesaian atau pemberesan (verifying) seluruh hak dan kewajiban bank sebagai

akibat dibubarkannya badan hukum bank tersebut. (Adrian Sutedi, 2008 : 130).

Beberapa pengertian likuidasi (Rachmadi Usman, 2001 : 167), yaitu :

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:523)

Likudiasi adalah proses membubarkan perusahaan sebagai badan hukum yang

meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang

tersisa kepada para pemegang saham (persero).

2. Kamus Hukum Ekonomi (1997:105)

Liquidation adalah pembubaran perusahaan diikuiti dengan proses penjualan harta

perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, serta penyelesaian sisa harta

atau utang antara para pemegang saham.

3. Kamus Perbankan (1980:77)

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan dengan penjualan harta perusahaan,

penagihan piutang dan pelunasan utang serta penyelesaian sisa harta atau utang

antara para pemilik.

4. Zainal Asikin (1995:79)

Likuidasi adalah suatu tindakan untuk membubarkan suatu perusahaan atau badan

hukum.

Dalam Pasal 1 Angka (4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank, likuidasi bank adalah

tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan

(27)

tindakan pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank yang dimana

akan dibentuk suatu tim khusus yang bertugas melakukan pencabutan usaha tersebut

yaitu tim likuidasi. Pelaksanaan likuidasi bank yang dilakukan oleh Tim Likuidasi

wajib diselesaikan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak terbentuknya tim dan

tambahan waktu 180 (seratus delapan puluh) hari jika penjualan harta belum

dilakukan.

Terdapat beberapa ketentuan-ketentuan yang menjadi dasar hukum untuk melikuidasi

suatu bank, yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut dengan

Undang-Undang Perbankan). Pasal yang mengatur tentang likuidasi yaitu terdapat pada

Pasal 37 Ayat (2) dan Ayat (3).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha,

Pembubaran dan Likuidasi Bank. Berdasarkan peraturan pemerintah ini

pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh Pimpinan Bank Indonesia bila :

a. Tindakan penyelamatan belum mencukupi untuk mengatasi kesulitan yang

dihadapi bank dan/atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank

dapat membahayakan sistem perbankan (Pasal 3 Ayat (2) dan Pasal 4 Ayat

(1)),

b. Atas rekomendasi dari badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka

penyehatan perbankan berdasarkan Pasal 37 A Undang-Undang Perbankan

(28)

c. Atas keinginan sendiri para pemegang saham atau para pemiliknya untuk

membubarkan badan hukum bank (Pasal 26).

3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei

1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/54/KEP/DIR

tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan

Likuidasi Bank Perkreditan Rakyat.

Pasal 2 (dua) surat keputusan tersebut baik untuk bank umum atau bank

perkreditan rakyat tersebut menyebutkan bahwa pencabutan izin usaha bank

umum atau BPR dilakukan dewan direksi Bank Indonesia apabila :

a. Tindakan penyelematan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat (1)

Undang-Undang Perbankan belum cukup mengatasi kesulitan yang dihadapi

bank umum atau BPR,

b. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank umum atau BPR dapat

membahayakan sistem perbankan,

c. Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegan saham bank umum atau BPR.

4. Peraturan perundang-undangan lainnya :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, bagi

pembubaran bank yang berbentuk hukum perseroan terbatas,

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bagi pembubaran

badan hukum yang berbentuk hukum perseroan terbuka (perseroan terbatas

(29)

c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian bagi

pembubaran bank yang berbentuk hukum koperasi,

d. Peraturan perundang-undangan mengenai badan usaha milik negara/daerah,

bagi pembubaran badan hukum bank yang berbentuk badan usaha milik

negara (perusahaan perseroan) atau badan usaha milik daerah (perusahaan

daerah).

G. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Tim Likuidasi

Dalam menjalankan tugasnya yaitu sebagai pihak yang sangat penting dalam proses

likuidai suatu bank tugas, wewenang dan tanggung jawab Tim Likuidasi sudah diatur

dan semuanya harus dilakukan. Menurut Pasal 25 Ayat (1) SK. DIR No. 32/53. KEP.

DIR, tugas Tim Likuidasi, meliputi :

a. Mendaftarkan dan mengumumkan pembubaran badan hukum Bank;

b. Melakukan inventarisasi kekayaan dan kewajiban Bank Dalam Likuidasi;

c. Menentukan cara likudasi;

d. Menyusun rencana kerja dan anggaran biaya;

e. Menyusun rencana dan melaksanakan pencairan harta kekayaan Bank Dalam

Likuidasi, termasuk rencana dan cara pembayaran kepada kreditur;

f. Meminta akuntan publk independen untuk melakukan audit atas Neraca

Penutupan per tanggal pencabutan izin usaha, yang belum diaudit;

g. Menyusun Neraca Verifikasi;

(30)

i. Menitipkan bagian yang belum diambil oleh Kreditur kepada Bank yang disetujui

oleh Bank Indonesia;

j. Menyusun Neraca Akhir Likuidasi;

k. Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham pada akhir pelaksanaan

likuidasi;

l. Menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia;

m. Mengumumkan dan mendaftarkan berakhirnya Likuidai Bank;

n. Melakukan tugas-tugas lain yang dianggap perlu untuk mendukung pelaksanaan

Likuidasi Bank.

Menurut Pasal 25 Ayat (2), wewenang Tim Likuidasi, meliputi :

a. Melakukan perundingan dan tindakan lainnya dalam rangka penjualan harta

kekayaan dan penagihan terhadap para debitur;

b. Melakukan perundingan dan pembayaran kewajiban kepada Kreditur;

c. Mewakili Bank Dalam Likuidasi di dalam dan di luar pengadilan;

d. Memutuskan hubungan kerja terhadap pegawai;

e. Memperkerjakan pegawai sebagai tenaga pendukung Tim Likuidasi;

f. Meminta bantuan konsultan dalam pelaksanaan Likuidasi Bank;

g. Melakukan pemanggilan kepada para Kreditur;

h. Meminta pengadilan untuk membatalkan segala perbuatan hukum Bank, yang

mengakibatkan kerugian harta Bank yang dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu)

(31)

i. Mengajukan gugatan atau tuntutan kepada Pengurus dan/atau pemegang saham

Bank yang turut serta menjadi penyebab kesulitan keuangan yang dihadapi Bank

atau menjadi penyebab kegagalan Bank;

j. Melakukan tindakan lain dalam rangka pelaksanaan Likuidasi Bank;

Menurut Pasal 25 Ayat (3), tanggung jawab Tim Likuidasi meliputi :

a. Pengambilalihan tanggung jawab pengelolaan dari Pengurus Bank sejak

terbentuknya Tim Likuidasi;

b. Pertanggungjawaban pelaksanaan Likuidasi Bank;

c. Pertanggungjawaban secara pribadi apabila dalam melaksanakan tugasnya

mengambil keuntungan untuk diri sendiri.

H. Akibat Hukum Pencabutan Izin Usaha

Pencabutan izin usaha bank pada umumnya ditetapkan dalam Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia. Khusus bagi bank atau kantor cabang dari bank yang

berkedudukan di luar negeri pencabutan izin akan diberikan apabila pihak bank telah

menyelesaikan kewajibannya kepada seluruh kreditor atau menyediakan dana

sekuarang-kurangnya sebesar kewajiban bank atau kantor cabang dari bank yang

berkedudukan di luar negeri yang belum diselesaikan.

Bank Indonesia memberitahukan pencabutan izin usaha tersebut kepada bank atau

kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dan mengumumkannya

dalam dua surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas. Dalam hal bank yang

(32)

diberitahukan oleh Bank Indonesia kepada otoritas negara asal. Jadi, pencabutan izin

usaha, serta pemberitahuan dan pengumumannya dilakukan oleh Bank Indonesia.

Sejak tanggal pencabutan izin usaha tersebut, bank yang bersangkutan wajib menutup

seluruh kantornya untuk umum dan menghentikan segala kegiatan perbankan serta

pengurus banknya dilarang melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan aset dan

kewajiban bank, kecuali atas persetujuan dan/atau penugasan Bank Indonesai dan

untuk :

1. Pembayaran gaji pegawai yang terutang,

2. Pembayaran biaya kantor,

3. Pembayaran kewajiban bank kepada nasabah penyimpan dana dengan

menggunakan dana lembaga penjamin simpanan.

Adapun tugas-tugas yang wajib dilaksanakan oleh direksi bank yang dicabut izin

usahanya adalah :

1. Menyusun neraca per tanggal pencabutan izin usaha bank yang bersangkutan dan

diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bank Indonesia,

2. Mempersiapkan calon anggota Tim Likuidasi untuk mendapat persetujuan Bank

Indonesia sebelum diajukan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),

3. Mempersiapkan pemutusan hubungan kerja dengan pegawai,

4. Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), ecuali bagi kantor

(33)

Apabila direksi bank yang dicabut izin usahanya tidak bersedia melaksanakan tugas

dan kewajiban dimaksud, atau direksi bank dalam keadaan tidak hadir, Bank

Indonesia berwenang menetapkan Tim Pengelola Sementara, yang bertugas

menjalankan fungsi direksi bank sampai terbentuknya Tim Likuidasi.

Bank yang bersangkutan diwajibkan menyelenggarakan RUPS selamabat-lambatnya

60 (enam puluh) hari sejak tanggal pencabutan izin usaha guna memutuskan

sekurang-kurangnya pembubaran badan hukum bank dan pembentukan Tim

Likuidasi. Apabila RUPS tidak dapat diselenggarakan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan, atau diselenggarakan namun tidak berhasil memutuskan pembubaran

badan hukum bank dan pembentukan Tim Likuidasi, maka direksi Bank Indonesia

meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang memuat :

1. Pembubaran badan hukum bank,

2. Penunjukkan Tim Likuidasi dengan susunan dan nama-nama angora yang

diusulkan oleh Bank Indonesia,

3. Perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku; dan

4. Perintah agar Tim Likuidasi mempertanggungjawabkan pelaksanaan likuidasi

kepada Bank Indonesia.

Sejak tanggal dikeluarkannya berita acara RUPS, yang memutuskan pembubaran

badan hukum bank atau tanggal penetapan pengadilan, bank disebut sebagai “Bank

Dalam Likuidasi” dan wajib mencantumkan kata “(Dalam Likuidasi)” setelah

(34)

Maka, pencabutan izin usaha bank tidak berarti proses likuidasi bank berakhir,

melainkan harus diikuti dengan pembubaran badan hukumnya oleh RUPS atau

organisasi yang tertinggi dalam badan usaha tersebut atau bisa dilakukan secara paksa

atas perintah pengadilan berdasarkan permintaan Bank Indonesia, baru selanjutnya

bank tersebut dilikuidasi.

Pelaksanaan likuidasi bank dilakukan oleh Tim Likuidasi secara efisien dan efektif,

dan diharapkan likuidasi dapat selesai dalam waktu singkat. Sejak terbentuknya Tim

Likudasi, maka tanggung jawab pengelolaan bank yang dicabut izin usahanya beralih

dari pengurus bank kepada Tim Likuidasi dan pengurus bank yang bersangkutan.

Pelaksanaan likuidasi bank yang dilakukan oleh Tim Likuidasi tersebut wajib

diselesaikan dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal

dibentuknya Tim Likuidasi apabila penyelesaiannya mengalami tingkat kesulitan

yang tinggi.

Setelah pelaksanaan likuidasi bank berakhir, Tim Likuidasi wajib menyusun Neraca

Akhir Likuidasi (NAL) guna dilaporkan kepada Bank Indonesia dan

dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham melalui RUPS, atau dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan kepada Bank Indonesia apabial Tim Likuidasi dibentuk

melalui penetapan pengadilan. Apabila neraca akhir likuidasi telah disetujui Bank

Indonesia dan RUPS menerima pertanggungjawaban Tim Likuidasi, atau Bank

menerima pertanggungjawaban Tim Likuidasi, maka RUPS atau Bank Indonesia :

(35)

a. Mengumumkan berakhirnya likuidasi dan perseroan dengan menempatkannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia dan dalam surat kabar yang

mempunyai peredaran luas,

b. Memberitahukan instansi yang berwenang,

c. Memberitahukan Departemen Perindustrian dan Perdagangan agar nama

badan hukum bank tersebut dicoret dari daftar perusahaan.

2. Membubarkan Tim Likuidasi.

Status badan hukum bank yang dilikuidasi dihapus sejak tanggal pengumuman

berakhirnya proses likudasi dalam Berita Negara Republik Indonesia. Tim Likuidasi

setelah mengakhiri pelaksanaan likuidasi bank, menyerahkan dokumen-dokumen

bank kepada :

1. Para pemegang saham,

2. Kantor pusat dan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri,

3. Pihak-pihak lain yang ditunjukan oleh pemegang saham atau kantor pusat dan

kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri atau pengadilan, untuk

disimpan selama jangka waktu tertentu sesuai dengan peraturan

(36)

I. Kerangka Pikir

Skema 1 Kerangka Pikir Alur Penyelesaian

Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi)

Pembentukan Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) oleh RUPS

Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Tim Likuidasi

Wewenang Bank Indonesia dalam mengajukan permohonan penetapan kepada pengadilan

Dasar pertimbangan majelis hakim untuk mengabulkan permohonan Bank Indonesia

(37)

Kerangka pikir adalah alur penyelesaian masalah berdasarkan kerangka teori dan

kerangka konsep. Berdasarkan permasalahan yang ada, yang menjadi kerangka pikur

dalam penelitian ini adalah mengenai peran tim likuidasi dalam melikuidasi suatu

bank. Ketika suatu bank dinyatakan tidak mampu bertahan dalam dunia perbankan

dan berdampak sistemik oleh Bank Indonesia maka bank tersebut akan di proses

untuk dilikuidasi. Likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban

sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Likudasi

bank dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan atas persetujuan

Bank Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya, tim likuidasi mempunyai peraturan

yang harus dipatuhi yang telah diatur dalam SK. DIR BI No. 32/53/KEP/DIR pada

Pasal 25. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat beberapa tugas yang tidak dapat

diselesaikan sehingga menghambat pembubaran tim likuidasi dan terpaksa harus

dibubarkan melalui penetapan pengadilan atas dasar permohonan Bank Indonesia.

Berdasarkan pertimbangan hakim maka permohonan tersebut dikabulkan dan

diwujudkan dalam Penetapan Pengadilan Nomor : 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST.

Tentunya, ketika dikeluarkan penetapan pengadilan akan menimbulkan akibat hukum

(38)

III. METODE PENELITIAN

Metode peneliti

an dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah

yang didasarkan kepada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan

menganalisisnya. Selain itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap

fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan yang timbul (Abdulkadir Muhammad, 2004: 32).

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang mengkaji hukum yang

dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi

acuan perilaku setiap orang. Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum

tertulis bentukan lembaga perundang-undangan, norma hukum tertulis bentukan

lembaga peradilan serta norma hukum tertulis buatan pihak-pihak yang

berkepentingan (Abdulkadir Muhammad, 2004: 52). Penelitian ini mencoba untuk

(39)

bank sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan

Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank serta SK. DIR BI No. 32/53/KEP/DIR

tanggal 14 Mei 1999 Tentang Tata Cara Pencabutan Usaha, Pembubaran dan

Likuidasi Bank Umum.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat

pemaparan dan tujuan untuk memperoleh gambaran lengkap. Gambaran tersebut

berupa tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu,

atau mengenai gejala yuridis yang ada, peristiwa hukum yang terjadi dalam

masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas, terperinci,

dan sistematis tentang beberapa aspek yang diteliti. Pada objek kajian mengenal tim

likuidasi serta membahas tugas dan wewenang tim likuidasi sebagai pihak yang turut

campur dalam proses likuidasi bank.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif analitis. Normatif analitis adalah mengidentifikasi, menginventarisasi, dan

mengkaji secara komprehensif analisis bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan (Abdulkadir

Muhammad, 2004 : 191).

(40)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder :

1. Data primer adalah data diperoleh melalui Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.

JKT.PST Tentang Permohonan Penetapan Akhir Likudasi. Peneliti merasa bahwa

data kepustakaan yang didapat belum cukup untuk penelitian, maka peneliti

mengadakan wawancara di lapangan dengan pihak-pihak yang mengetahui

permasalahan yang berkaitan dengan sedang diteliti sesuai dengan tempat dan

subyek yang telah ditetapkan untuk menambah informasi yang berkaitan dengan

penelitian ini. Bertindak sebagai narasumber adalah Ibu Retno Prihatini, S.H

(Penasehat Hukum Yunior) dan Bapak Samuel Maengkom, SH (Penasehat

Hukum Yunior) yang bekerja di Direktorat Hukum Bank Indonesia (DHk BI),

Jalan MH. Thamrin Nomor 2, Jakarta Pusat 10350.

2. Data Sekunder adalah data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan

dan literatur terkait. Data sekunder bersumber dari :

a. Bahan Hukum Primer (Primary Law Material), yaitu merupakan bahan

hukum yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan. Bahan

hukum primer dalam penelitian ini meliputi :

1) Undang-Undang N0. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang

Perbankan).

2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia

(41)

2009 Tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut dengan

Undang-Undang Bank Indonesia).

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1998 Tentang

Likuidasi Bank .

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999

Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

(selanjutnya disebut dengan PP No. 25 Tahun 1999).

5) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/63KEP/DIR Tanggal 2

Mei September 1997 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Likuidasi Bank.

6) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/53/KEP/DIR Tanggal 14

Mei 1999 Tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan

Likuidasi Bank Umum (selanjutnya disebut dengan SK. DIR BI No.

32/53/KEP/DIR ).

7) Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST Tentang Permohonan

Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment International

( PT. Bank Indovest ), Tbk (Dalam Likuidasi).

b. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penilitian ini adalah hasil

karya ilmiah para sarjana, terutama literatur-literatur mengenai Likuidasi

Bank.

c. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat kabar,

internet, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jurnal hukum, majalah, internet dan

(42)

E. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan dan

mempelajari bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan permasalahan yang

akan diteliti.

b. Wawancara

Wawancara, dipandu dengan pokok pertanyaan atau daftar pertanyaan secara

sistematis, yang dibuat sesuai dengan panduan daftar pertanyaan terhadap 2 (dua)

orang pegawai Bank Indonesia yaitu Ibu Retno Prihatini, SH (Penasehat Hukum

Yunior) dan Bapak Samuel Maengkom, SH (Penasehat Hukum Yunior) di Direktorat

Hukum.

2. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan wawancara diolah melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

a. Identifikasi data, yaitu dengan menelaah data yang diperoleh untuk disesuaikan

dengan pembahasan yang akan dilakukan;

b. Seleksi data, yaitu memeriksa secara selektif data yang telah terkumpul untuk

memenuhi kesesuaian data yang diperlukan dalam wajib permasalahan dalam

(43)

c. Klasifikasi data, yaitu data yang telah di seleksi selanjutnya diklasifikasikan atau

dikumpulkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif;

d. Sistematis data, yaitu menempatkan data secara sistematis sesuai dnegan

permasalahan, sehingga mempermudah pada saat melakukan analisis data.

F. Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah analisis data.

Tujuannya adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan dipahami. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan anailisis kualitatif, yaitu analisis yang dijabarkan dalam bentuk kalimat

yang tersusun secara logis, rinci, dan sistematis. Sehingga memudahkan serta

(44)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bank Indonesia sah secara hukum mempunyai wewenang untuk mengajukan

permohonan penetapan kepada pengadilan, karena sudah sesuai fakta hukum

yaitu berdasarkan Pasal 36 Ayat (3) SK. DIR BI No. 32/53/KEP/DIR bahwa Bank

Indonesia mempunyai wewenang untuk mengajukan permohonan kepada

Pengadilan Jakarta Pusat, dimana salah satu isi permohonan adalah pembubaran

Tim Likuidasi karena tugas telah diselesaikan dan telah melewati akhir waktu

yang ditentukan.

2. Dasar pertimbangan Majelis Hakim sudah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Majelis Hakim mengabulkan permohonan pemohon

dengan mengeluarkan Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST Tentang

Permohonan Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment

International, Tbk (Dalam Likuidasi). Majelis Hakim mengabulkan permohonan

Bank Indonesia karena :

a. Majelis Hakim ingin mempercepat proses likuidasi dan supaya Tim Likuidasi

(45)

b. Majelis Hakim ingin menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank supaya

tidak menurun.

3. Terdapat 3 (tiga) akibat hukum yang timbul atas dikeluarkannya Penetapan

Pengadilan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST, yaitu :

a. akibat hukum bagi Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi),

bahwa

1) Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) wajib

melanjutan tugas yang tertunda,

2) Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) dinyatakan

bubar secara hukum karena masa kerja telah habis.

b. akibat hukum bagi Bank Indonesia sebagai Pemohon untuk pembubaran Tim

Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi), bahwa Bank Indonesia

sah secara hukum untuk mengajukan wewenang berdasarkan peraturan yang

berlaku.

c. akibat hukum bagi Pemegang Saham .PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam

Likuidasi), bahwa :

1) RUSPLB yang dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali tidak berhasil

dilaksanakan,

2) RUPSLB harus melaksanakan kewajiban sebagai kreditur.

(46)

Pembubaran tim likuidasi suatu bank tergantung pada pertanggungjawaban tim

likuidasi dalam pelaksanaan likuidasi bank. Pertanggungjawaban tim likuidasi

dituangkan atau disusun dalam Neraca Akhir Likuidasi (NAL). Sebagai bahan

pertanggungjawaban tim likuidasi dalam RUPSLB, maka dalam ketentuan mengenai

NAL harus lebih jelas. Sementara dalam ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang

likuidasi bank sejauh ini belum mengatur secara terperinci mengenai NAL jika hanya

disetujui oleh salah satu pihak yaitu Bank Indonesia atau RUPSLB, sejauh ini belum

ada ketentuan apa yang harus dilakukan oleh pihak tim likuidasi untuk menyelesaikan

hal tersebut jika terjadi. Hal tersebut harus lebih diatur kembali dalam

Undang-Undang Perbankan yang berarti Undang-Undang-Undang-Undang Perbankan harus diamandemen atau

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha,

Pembubaran dan Likuidasi Bank harus diperbaharui supaya jelas untuk kepastian

(47)

(DALAM LIKUIDASI)

(Skripsi)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(48)

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

1. Permasalahan ... 6

2. Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

1. Kegunaan Teoritis ... 7

2. Kegunaan Praktis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

(49)

E. Kebijakan Dalam Hal Bank Mengalami Kesulitan ... 21

F. Likuidasi Bank ... 24

G. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Tim Likuidasi ... 27

H. Akibat Hukum Pencabutan Usaha ... 30

I. Kerangka Pikir ... 35

III.METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tipe Penelitian ... 38

C. Pendekatan Masalah ... 38

D. Data dan Sumber Data ... 38

E. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 41

1. Metode Pengumpulan Data ... 41

2. Metode Pengolahan Data ... 41

F. Analisis Data ... 42

IV.PEMBAHASAN ... 43

A. Wewenang Bank Indonesia Dalam Mengajukan Permohonan Penetapan kepada Pengadilan ... 43

B. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Penetapan Bank Indonesia ... 50

C. Akibat Hukum Terhadap Pembubaran Tim Likuidasi yang Dibentuk oleh RUPS Namun Pembubarannya Melalui Penetapan Pengadilan ... 59

V. PENUTUP ... 64

(50)
(51)

A. Literatur

Ahmaturrahman. 2006.Hukum Acara Perdata Indonesia. Alumni Bandung., Jakarta. Djumhana, Muhammad. 2000. Hukum Perbankan Di Indonesia. PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Fuady, Munir. 2003.Hukum Perbankan Modern. PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung. Kasmir. 2001.Manajemen Perbankan.PT. Graha Grafindo Persada, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2006.Hukum Perusahan Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Pardede, Marulak. 1998. Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1984.Pengantar Penilitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Stuart, GM. Verryn. 2003.Pengantar Hukum Perbankan. Alfabeta. Jakarta.

Suseno. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI. Jakarta.

Sutedi, Adrian. 2008.Hukum Perbankan. Sinar Grafika. Jakarta.

Usman, Rachmadi. 2002. Aspek-Aspek Hukum Perbankan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

B. Perundang-undangan

(52)

1999 tentang Bank Indonesia. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004. Lembaran Negara Tahun 2004 No. 66 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/53/KEP.DIR/1999 tentang tata cara pencabutan izin usaha, pembubaran dan likuidasi bank umum.

C. Lain-lain

http://www.fh.unsri.ac.id/old_version/citanegarahukumindonesia.doc

http://hukumonline.com/detail.asp/?id=15666&cl=Berita

http://aruspelangi.pbwiki.com/Profil.

http://www.bi.go.id

(53)
(54)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(55)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(56)

INVESTMENT INTERNATIONAL, TBK (DALAM LIKUIDASI)

Nama Mahasiswa : Meliza Laudy Oktaviani Nomor Pokok Mahasiswa : 0712011253

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Yennie Agustin M. R, S.H., M.H. Ahmad Zazili, S.H., M.H.

NIP 197108251997202001 NIP 197404132005011001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

(57)

“Your time is limited, so don’t waste it living someone’s else life”

(Steve Jobs)

Jangan pernah menunda, karena waktu terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu

(58)

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karuniaNya, aku persembahkan skripsi dan seluruh pengabdianku untuk

orang-orang yang aku cintai dan sayangi, yaitu kepada :

Ayahanda Suhudi dan Ibunda Jolanda yang selalu membawa nama aku di dalam doa untuk keberhasilan saya dan setiap kasih sayang serta kesabaran

menunggu selesainya studi aku

Saudara-saudari tercinta, manda, ecy, irin, dude yang selalu memberikan doa dan semangat, dan terlebih untuk Almarhum kakak tercinta Karel Standya de Fretes yang memberikan pelajaran sangat berharga semasa

hidupnya.

My girls Hutabarat’s tersayang Laura dan Citra untuk setiap doa,

(59)

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 Oktober 1989, merupakan anak kedua (2) pasangan Bapak Suhudi dan Ibu Jolanda. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD. Kasih Ananda II Jakarta dan selesai pada tahun 2001, melanjutkan ke sekolah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 236 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2004, melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 31 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2007.

(60)

Salam Sejahtera,

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, keajaiban dan rencana-rencanaNya yang selalu indah pada waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT/PST Tentang

Permohonan Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment

International, Tbk (Dalam Likuidasi).

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Penyelesaian skirpsi ini tentu banyak dibantu baik dukungan moril, materil, dan spirituil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Bagian Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(61)

5. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H., sebagai Pembimbing II yang telah memberikan arahan serta saran guna penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata S.H., M.H., sebagai Pembahas I yang telah meluangkan waktu dengan tulus dan ikhlas guna memberikan saran dan perbaikan terhadap penulisan skripsi ini.

7. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., sebagai Pembahas II yang turut memberikan saran yang berguna bagi penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta staf dan karyawan Fakultas Hukum yang telah membantu dalam proses skripsi ini.

9. Ayahanda Suhudi dan Ibunda Jolanda atas doa, dukungan, kesabaran dan semangat serta kasih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Saudara-saudaraku, manda, ecy, irin, dude dan special untuk Almarhum Bung Alo, terima kasih atas doa, dukungan serta kasih sayang kalian.

11. Oma-oma dan Opa-opa atas dukungan doanya, om-om dan tante-tante yang selalu memberikan dukungan.

12. Keluarga besar de Fretes dan Maatita di Jakarta, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

13. Keluarga kedua-ku di Kemiling, terima kasih atas semua doa, dukungan serta perhatian yang tulus selama di Lampung.

(62)

ini.

16. Dion, Dhanto, Ayu, Rizky, yang selalu memberikan dukungan dan doa.

17. Ebi, Kak Titin, Kak Nena, Susi, Anggi dan teman-teman seangkatan lainnya, yang sudah memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. 18. Teman-teman solaria, Teman-teman Bogi dan 3 on 3 yang memberikan dukungan

doa dan semangat.

19. Youth BZ (Rico, Gaby, James, Grandi, Chikita, Zevina, Gemmy, Matris, Lily, Fira) dukungan dan doa yang tidak berhenti diberikan.

20. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas bantuan doa dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung. Mei 2012 Penulis

Referensi

Dokumen terkait