• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERADAAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERADAAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI )"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE EXISTENCE OF RISK MANAGEMENT COMMITTEE

( Empirical Study On The Non-Financial Companies Listing On the Indonesia Stock Exchange )

by : Meipasari

This study aimed to test empirically whether the independent variable board size , big four auditors, complexity, and firm size, affects the existence of the risk management committee.

The samples in this study were obtained by using the method of purposive judgment sampling to non-financial companies in year 2011 . Based on predetermined criteria, then there are 113 samples were selected as sample . Hypothesis testing is performed using logistic regression analysis

The results showed that the variable that affect the existence of the risk

management committee is firm size, while the independent variables board size , big four auditors, complexity, does not affect the existence of the risk

management committee .

(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERADAAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE

(Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI )

Oleh: Meipasari

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah variabel ukuran dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran perusahaan, berpengaruh terhadap keberadaan risk management committee. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive judgment sampling terhadap perusahaan non keuangan pada tahun 2011.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka terdapat 113 sampel perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap keberadaan risk management committee, sedangkan variabel ukuran dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, tidak berpengaruh terhadap keberadaan risk management committee.

(4)
(5)
(6)
(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……… i

DAFTAR TABEL………. iii

DAFTAR GAMBAR……….... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 6

1.2.1. Perumusan Masalah ... 6

1.2.2. Batasan Masalah……… 7

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan teori ... 9

2.1.1. Agency theory ... 9

2.1.2. Signalling theory... 11

2.2.Risk management committee ... 12

2.2.1. Pengertian Risk management committee (RMC) ... 12

2.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi RMC ... 13

2.3.1. Ukuran Dewan Komisaris Independen. ... 13

2.3.2. Auditor big four ... 14

2.3.3.Kompleksitas ... 14

2.3.4.Ukuran Perusahaan... 15

2.4. Penelitian Terdahulu ... 16

2.5. Model Penelitian ... 18

2.6. Pengembangan Hipotesi ... 18

2.6.1.Ukuran Dewan dan RMC ... 18

2.6.2.Auditor Big Four dan RMC ... 19

2.6.3.Kompleksitas dan RMC ... 20

2.6.4.Ukuran Perusahaan dan RMC ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis dan Sumber Data ... 22

(8)

3.3.Populasi dan Sampel ... 22

3.4.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23

3.4.1. Variabel Dependen (Y) ... 23

3.3.2.Keberadaan RMC ... 23

3.4.3. Variabel independen (X1) (X2) (X3) (X4) ... 23

3.5.Alat Analisis ... 24

3.5.1. Statistik Deskriptif ... 25

3.5.2. Pengujian Hipotesis ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Data Penelitian ... 28

4.2.Analisis Data dan Hasil Penelitian ... 29

4..2.1.Analisis Statistik Deskriptif ... 29

4.2.2.Pengujian Hipotesis ... 32

4.2.3.Menilai Keseluruhan Model Fit ... 34

4.2.4.Menguji Kelayakkan Model Regresi ... 36

4.2.5.Koefisien Determinasi ... 37

4.2.6.Uji Koefisien Regresi ... 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 44

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 46

5.3. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

(9)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Penentuan Sampel Penelitian...………... 28

Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif... ………. 29

Tabel 4.3. Hasil Uji Statistik frequencies reputasi Auditor...… 30

Tabel 4. 4. Gambaran Kasus Penelitian ………... 33

Tabel 4.5. Variabel Dependen………... 33

Tabel 4.6. Nilai -2 log likelihood……….. 34

Tabel 4.7. Nilai -2 log likelihood dengan variabel ………….... 35

Tabel 4. 8. Nilai Hosmer and lemeshow’s……….. 36

Tabel 4.9. Nilai nagelkerkel R square ……… 37

Tabel 4.10. Hasil uji Regresi Linear Logistik……….... 38

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen risiko telah menjadi bagian dalam pertimbangan untuk menjalankan bisnis yang tidak dapat dipisahkan. Banyak perusahaan yang bangkrut dan dilikuidasi karena menderita kerugian yang sedemikian besarnya. Ini terjadi karena banyak perusahaan yang tidak atau gagal memperhitungkan risiko yang ada. Kasus Enron, WorldCom dan kasus-kasus akuntansi lainnya serta terjadinya krisis keuangan global di tahun 2008 yang menyebabkan banyaknya perusahaan yang bangkrut memberikan andil besar bagi perusahaan untuk lebih

memperhatikan penerapan manajemen risikonya.

Organisasi menghadapi kenaikan berbagai jenis risiko termasuk risiko keuangan, operasional, reputasi, regulasi, dan risiko informasi (Burlando, 1990;KPMG, 2001 dalam Subramaniam et al, 2009). Lingkungan perusahaan yang berkembang pesat juga mengakibatkan makin kompleksnya risiko bisnis yang harus dihadapi

(12)

Aspek pengawasan merupakan kunci penting demi berjalannya sistem manajemen risiko perusahaan yang efektif (Andarini dan Januarti, 2010). Dewan komisaris adalah penanggung jawab pengawasan teringgi di dalam perusahaan, oleh karena itu pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen risiko di perusahaan juga menjadi tanggung jawab dewan komisaris. Untuk membantu melaksanakan tanggung jawabnya yang begitu luas, dewan komisaris dapat mendelegasikan tugas pengawasan risiko kepada komite pengawas manajemen. Komite tersebut diharapkan dapat mendiskusikan kebijakan dan panduan untuk mengatur proses manajemen risiko perusahaan (Krus dan Orowitz, 2009 dalam Andarini dan Januarti, 2010). Komite pengawas manajemen dapat sebagai komite audit atau komite lain yang terpisah dari audit dan berdiri sendiri, meskipun demikian tanggung jawab utama dari pengawasan manajemen risiko tetap di tangan dewan komisaris secara penuh (Subramaniam, et al., 2009).

Beberapa perusahaan masih mendelegasikan tugas pengawasan risiko kepada komite auditnya (Beasley, 2007; Bates dan Leclerc, 2009; Krus dan Orowitz, 2009; COSO, 2009 dalam Andarini dan Januarti). Dengan semakin luasnya tanggung jawab komite audit akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan komite audit untuk menjalankan tugasnya secara efektif . Alasan inilah yang membuat beberapa perusahaan untuk membentuk suatu komite pengawas manajemen yang terpisah dari komite audit dan berdiri sendiri, yang berfungsi untuk menangani tugas pengawasan dan manajemen risiko perusahaan, atau disebut dengan risk management committee (RMC). Diharapkan dengan

(13)

3

Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dengan keberadaan risk management committee. Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam, et al., (2009) hasil penelitiannya menunjukan bahwa hanya ukuran dewan dan proporsi komisaris independen saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel CEO independen, leverage, tipe industri, segmen

usaha, proporsi piutang dan persediaan terhadap asset, dan big four auditor tidak berpengaruh. Yatim (2009) juga melakukan penelitian tentang hal ini dan hasilnya menunjukan bahwa ukuran perusahaan, kompleksitas, auditor big four, ukuran dewan, kerajinan komite audit, berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee. Kemudian untuk penelitian di

Indonesia,diantaranya yang dilakukan oleh Andarini dan Januarti (2010) namun hasil penelitiannya menunjukan bahwa hanya ukuran perusahaan saja yang berhubungan secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan. Sedangkan dalam penelitian Pratika (2011) hasilnya menunjukan bahwa hanya big four auditor eksternal saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee . Swtyarini (2011) pun melakukan penelitian tentang hal ini hasilnya

(14)

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang juga

menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dengan keberadaan risk management committee. Perbedaanpenelitian ini dari penelitian sebelumnya yaitu berupa

tahun penelitian. Faktor-faktor yang terpilih sebagai variabel independen

sebanyak empat variabel, yaitu ukuran dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran perusahaan. Jumlah tahun penelitian untuk

penelitian ini adalah satu tahun, yaitu tahun 2011. Sampelnya adalah perusahaan non keuangan yang listing di BEI dan yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunanya pada tahun 2011 tersebut dengan metode purposive sampling.

Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan.

Komisaris independen didalam perusahaan diharapkan dapat meningkatkan fungsi pengawasan dalam perusahaan. Diharapkan dengan ukuran dewan komisaris independen yang besar dapat meningkatkan terbentuknya komite baru. Hasil penelitian Subramaniam, et al.,(2009) menunjukan bahwa proporsi komisaris independenberpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan hasil penelitian Andarini dan Januarti (2010), Setyarini

(2011) dan Pratika (2011) menyebutkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee .

Auditor big four dipandang memiliki reputasi baik. Secara umum akan

(15)

5

terbaik, khususnya mengenai pembentukan risk management committee (Chen, et al., 2009 dalam Andarini dan Januarti, 2010 ). Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan

akan pemeliharaan kualitas audit dan perlindungan akan reputasi mereka (Subramaniam et al., 2009). Hasil penelitian Yatim (2009) dan Pratika (2011) menunjukan bahwa auditor big four berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan hasil penelitian Andarini dan Januarti (2010) dan Subramaniam et al., (2009) menyebutkan bahwa auditor big four tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management

committee .

Kompleksitas perusahaan yang besar dapat meningkatkan risiko dalam level yang berbeda, termasuk risiko operasional dan teknologi, sehingga dibutuhkan

mekanisme pengawasan risiko yang lebih besar (Subramaniam, et al., 2009). mekanisme pengawasan risiko ini dapat berupa risk management committee. Hasil penelitian Yatim (2009) menunjukan bahwa kompleksitas berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan hasil penelitian Andarini dan Januarti (2010) dan Setyarini (2011) menyebutkan bahwa kompleksitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee .

Ukuran perusahaan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi

(16)

(2010) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan hasil penelitian, Pratika (2011) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee .

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan risk management committee, dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberadaan Risk

Management Committee (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI)”.

1.2.Rumusan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

1. Apakah ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif dengan keberadaan risk management committee (RMC)?

2. Apakah Auditor big four berpengaruh positif dengan keberadaan risk management committee (RMC)?

3. Apakah kompleksitas berpengaruh positif dengan keberadaan risk management committee (RMC)?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif dengan keberadaan risk management committee (RMC)?

1.2.2. Batasan Masalah

(17)

7

1. Penelitian ini menggunakan risk management committee (RMC) sebagai variabel dependen dan variabel independen yaitu ukuran dewan

komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran perusahaan.

2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah semua perusahaan dari sektor non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan dalam periode pengamatan.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif dengan keberadaan risk management committee (RMC).

2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa Auditor big four berpengaruh positif dengan keberadaan risk management committee ( RMC ).

3. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kompleksitas berpengaruh positif dengan keberadaan risk management committee (RMC).

4. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dengan Keberadaan risk management committee (RMC ).

1.3.2. Manfaat Penelitian

(18)

1. Menambah pengetahuan dan kajian para akademisi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dengan keberadaan risk management committee (RMC). 2. Memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang berpengaruh dengan

keberadaan risk management committee (RMC).

(19)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Agency Theory

Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

wewenang pada manajer untuk mengelola perusahaan. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent) sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest). Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat menimbulkan permasalahan yang dikenal dengan asimetri informasi. Keadaan asimetri informasi terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri

informasi) ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena adanya kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah: 1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agent tidak

melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja. 2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat

(20)

pada informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai kelalaian dalam tugas.

Untuk meredam tindakan para agent yang tidak sesuai dengan kepentingannya principal memiliki dua cara yaitu (Jensen dan Meckling, 1976;Subramaniam,et

al., 2009 ):

1. Mengawasi perilaku agent dengan mengadopsi fungsi audit dan mekanisme corporate governance lain yang dapat meluruskan kepentingan agent dengan kepentingan principal.

2. Menyediakan insentif kepegawaian yang menarik kepada agent dan mengadakan struktur reward yang dapat membujuk para agent untuk bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik principal.

Govindarajan (2008) menyatakan satu elemen kunci dari teori keagenan adalah bahwa prinsipal dan agen mempunyai perbedaan preferensi dan tujuan. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka. Para agen diasumsikan menerima kepuasan bukan saja dari kompensasi keuangan tetapi juga dari syarat-syarat yang terlibat dalam hubungan agensi, seperti kemurahan jumlah waktu luang, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Prinsipal diasumsikan tertarik hanya pada hasil keuangan yang bertambah dari investasi mereka dalam perusahaan.

(21)

11

dan keberadaan komite pengawas yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas pengawasan yang lebih baik dan menurunkan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manajer. Komite-komite yang dibentuk oleh dewan komisaris tersebut diperkirakan ada dalam situasi dimana biaya agensi tinggi, seperti leverage tinggi serta kompleksitas dan ukuran perusahaan yang lebih besar (Subramaniam, et al., 2009).

2.1.2 Signalling Theory

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain dan informasi lainnya. Ketika digunakan dalam praktek pengungkapan perusahaan, signalling theory secara umum menguntungkan bagi perusahaan untuk

(22)

2.2 Risk Management Committee (RMC)

Risk Management Committee (RMC) adalah sebuah sub komite pengawas

manajemen yang secara khusus bertugas menyediakan pembelajaran mengenai sistem manajemen risiko, mengembangkan fungsi pengawasan risiko pada tingkat dewan komisaris, dan mengevaluasi laporan risiko perusahaan. (KPMG., 2001 dalam Subramaniam, et al., 2009) .

Saat ini, RMC sangat populer sebagai sebuah komite pengawasan yang membantu dewan komisaris (Fields dan Keys, 2003 dalam Subramaniam, et al., 2009). Secara umum area tugas dan wewenang RMC meliputi:

1. Mempertimbangkan strategi manajemen risiko organisasi 2. Mengevaluasi operasi manajemen risiko organisasi 3. Menilai pelaporan keuangan organisasi

4. Memastikan bahwa organisasi dalam prakteknya memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku (COSO, 2004;Sullivan, 2001;Sultani, 2006 dalam Subramaniam, et al.,2009 ).

(23)

13

RMC yang terpisah akan memungkinkan anggota komite untuk sepenuhnya fokus pada proses penanganan risiko. Hal ini memberikan kualitas pemantauan internal yang lebih baik daripada sebuah komite gabungan. Sebuah RMC

gabungan dan komite audit tidak hanya mengawasi risiko manajemen tapi secara aktif juga terlibat dengan pelaporan keuangan dan pengawasan fungsi audit (Alles et al., 2005 dalam Subramaniam, et al., 2009)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Risk Management Committee

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan risk management committee pada penelitian ini adalah:

2.3.1 Ukuran Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri ( KNKG 2006).

(24)

(transparency, accountability, responsibility, fairness). (Alijoyo dan Zaini, 2004 dalam Yudiati (2011).

2.3.2 Auditor Big Four

Auditor Big Four dipandang memiliki reputasi baik. Secara umum akan

memberikan panduan kepada kliennya mengenai praktek corporate governance terbaik, khususnya mengenai pembentukan RMC (Chen, et al., 2009 dalam Subramaniam et al., 2009). Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan akan pemeliharaan kualitas audit dan perlindungan akan reputasi mereka (Subramaniam et al., 2009). Adapun kategori KAP the big four di Indonesia:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan KAP Tanudirejo,wibisana dan rekan.

2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang berafiliasi dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.

3. KAP Ernest and Young, yang berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.

2.3.3 Kompleksitas

(25)

15

2.3.4 Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan adalah nilai yang menunjukkan besar-kecilnya suatu perusahaan. Beberapa proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan yaitu, total asset, jumlah penjualan dan kapitalisasi pasar. Peneliti menggunakan total asset sebagai ukuran perusahaan karena diantara ketiga proksi diatas, total aktiva dinilai lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan

kapitalisasi pasar.

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994 dalam Pratika 2011).

Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2008. Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat jenis ukuran tersebut antara lain:

a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih ≤ Rp50.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah penjualan ≤ Rp. 300.000.000,-.

b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan

(26)

c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp. 500.000.000,- sampai Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp. 2.500.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000.000,-.

d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih ≥ Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan ≥ Rp. 50.000.000.000,-.

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan risk management committee menunjukkan hasil yang berbeda. Subramaniam, et

al., (2009) dalam penelitiannya menggunakan variabel CEO independen, proporsi

komisaris independen, ukuran dewan, leverage, tipe industri, segmen usaha, proporsi piutang dan persediaan terhadap asset, dan big four auditor. Hasilnya menunjukan bahwa hanya ukuran dewan dan proporsi komisaris independen saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel CEO independen, leverage, tipe industri, segmen

usaha, proporsi piutang dan persediaan terhadap asset, dan big four auditor tidak berpengaruh.

(27)

17

berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel leverage, tipe industri, keahlian komite dan independensi komite audit tidak berpengaruh.

Kemudian untuk penelitian di Indonesia, Andarini dan Januarti (2010)

menggunakan tujuh variabel yaitu komisaris independen, ukuran dewan, reputasi auditor, kompleksitas, risiko pelaporan keuangan, leverage, ukuran perusahaan. Namun hasilnya menunjukan bahwa hanya ukuran perusahaan saja yang

berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel lainnya yaitu, komisaris independen, ukuran dewan, reputasi auditor, kompleksitas,risiko pelaporan keuangan, leverage, tidak berpengaruh. Sedangkan dalam penelitian Pratika (2011) menggunakan tujuh variabel yaitu, komisaris independen, ukuran dewan, big four auditor eksternal, segmen bisnis, proporsi piutang dan persediaan, proporsi utang jangka panjang, ukuran

perusahaan. Namun hasilnya menunjukan bahwa hanya big four auditor eksternal saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel lainnya yaitu, komisaris independen, ukuran

dewan, segmen bisnis, proporsi piutang dan persediaan, proporsi utang jangka panjang, ukuran perusahaan tidak berpengaruh.

(28)

komisaris independen, ukuran dewan, kompleksitas, risiko pelaporan keuangan, leverage, frekuensi rapat, tidak berpengaruh.

2.5 Model Penelitian

Model penelitian ini disusun berdasrkan variabel-variabel penelitian, yaitu:

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Ukuran Dewan dan keberadaan risk management committee (RMC).

Independensi merupakan hal yang penting dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG). Proporsi komisaris independen di dalam suatu dewan

merupakan sebuah indikator independensi dari dewan. Sebuah dewan dengan proporsi komisaris independen yang tinggi cenderung untuk menyediakan

pengawasan yang lebih besar pada aktivitas manajemen risiko perusahaan (Yatim, 2009). Pincus, et al. (1989) dalam Subramaniam, et al., (2009) menyatakan bahwa keberadaan komisaris independen di dalam sebuah dewan akan

meningkatkan kualitas pengawasan karena mereka tidak berhubungan dengan perusahaan sebagai pegawai, dan mereka juga berperan sebagai perwakilan independen dari kepentingan shareholders. Perusahaan dengan proporsi

Ukuran Dewan Komisaris Independen

Auditor Big Four Keberadaan Risk

Management Committee (RMC)

(29)

19

komisaris independen yang lebih besar akan lebih memperhatikan risiko yang akan dihadapi perusahaan, dan dengan membentuk RMC mungkin dapat membantu mereka dalam menghadapi tanggungjawab pengawasan manajemen risiko dibandingkan dengan proporsi komisaris independen yang rendah. Penelitian Yatim (2009) memberikan sebuah hasil yaitu sebuah dewan dengan proporsi komisaris independen yang besar cenderung untuk membentuk RMC, Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif dengan keberadaan RMC.

2.6.2 Auditor Big Four dan keberadaan risk management committee (RMC). Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest, maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada

hubungan antara principle dengan agent sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Auditor yang termasuk the big four cenderung mendorong kliennya untuk menerapkan good corporate governance. Terutama dalam pembentukan komite baru untuk membantu dewan komisaris menjalankan

tugasnya dengan lebih baik. Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk memelihara kualitas audit dan perlindungan atas reputasi mereka Subramaniam, et al., 2009). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yatim (2009) dan briana (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh auditor Big Four cenderung untuk membentuk RMC .

(30)

2.6.3 Kompleksitas dan keberadaan risk management committee (RMC).

Kompleksitas sebuah perusahaan dapat dilihat dari jumlah segmen bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin kompleks suatu perusahaa akan meningkat juga risiko yang dihadapi perusahaan. Kompleksitas yang lebih besar

meningkatkan risiko pada tingkat level yang berbeda termasuk risiko operasional dan teknologi yang menuntun terhadap permintaan yang lebih besar untuk

mengawasi risiko tersebut (Subramaniam et al., 2009). Sehingga untuk mengatasi hal ini dewan komisaris dapat membentuk komite baru yang khusus mengawasi risiko.

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3 : Kompleksitas berpengaruh positif dengan keberadaan keberadaan risk management committee (RMC).

2.6.4 Ukuran Perusahaan dan keberadaan risk management committee (RMC).

(31)

21

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Yatim (2009) dan Andarini dan Januarti (2010) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee (RMC).

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(32)

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk keperluan analisis dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 untuk keperluan analisis data. Data diperoleh dari website Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi dimana penulis mengumpulkan data yang didapatkan dari bebagai sumber antara lain data yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011, dari literatur, jurnal-jurnal dan sumber lain yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011.

(33)

23

Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah: 1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2011

2. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan secara lengkap.

3. Perusahaan tidak dalam proses delisting.

4. Perusahaan tidak menggunakan mata uang asing dalam laporan keuangannya

5. Perusahaan memiliki informasi lengkap yang dibutuhkan peneliti. 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel merupakan sesuatu yang dijadikan titik fokus sebagai obeyek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan empat variabel

independen.

3.4.1 Variabel Dependen (Y) 3.4.2 Keberadaan RMC

Keberadaan RMC dalam penelitian ini, diukur dengan cara yaitu Perusahaan yang mengungkapkan keberadaan RMC dalam laporan tahunannya diberikan nilai satu (1), sebaliknya nilai nol (0) (Subramaniam, et al., 2009).

3.4.3 Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi: 1. Ukuran Dewan Komisaris Independen

(34)

2. Auditor big four

Dalam penelitian ini Auditor big four dinyatakan dengan apakah auditor yang digunakan oleh perusahaan termasuk dalam Big Four atau tidak.

Perusahaan yang menggunakan KAP Big Four sebagai auditor eksternalnya diberikan nilai satu (1) dan sebaliknya diberikan nilai nol (0)

(Subramaniam, et al., 2009).

3. Kompleksitas

Kompleksitas perusahaan dalam penelitian ini diukur denganmenjumlahkan segmen usaha yang yang dimiliki perusahaan (Subramaniam, et al., 2009).

4. Ukuran Perusahaan

Variabel ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural total asset( ln total asset ) yang dimiliki perusahaan (chen, et al., 2009 dalam Andarini dan Januarti (2010).

3.5 Alat Analisis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regretion), yang variabel terikatnya merupakan non metrik dan variabel bebasnya merupakan metrik (nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap satu variabel dependen yang merupakan variabel dummy. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas

(35)

25

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

logit (RMC) = α + β1(BOARDSIZE) + β2(BIGFOUR)

+ β3(BUSSEGMENT) + β4 (SIZE ) + e.

Dimana :

RMC = Keberadaan RMC (variabel dummy).

α = Konstanta.

BOARDSIZE = Ukuran dewan komisaris independen.

BIGFOUR = Variabel dummy auditor eksternal perusahaan. BUSSEGMENT = Kompleksitas

Size =Ukuran perusahaan

e = error

3.5.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang diukur pada sampel. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Uji Model Fit

Uji model fit digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

(36)

Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka Ho harus diterima atau Ha harus ditolak (Ghozali, 2007). Statistik yang digunakan berdasarkan metode maximum likelihood. Metode maximum likelihood adalah mencari koefisien

regresi sehingga probabilitas kejadian dari variabel dependen bisa setinggi

mungkin atau semaksimal mungkin. Besarnya probabilitas yang memaximumkan kejadian ini disebut log of Likelihood (LL). Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, -2 dikalikan dengan LL sehingga menjadi -2LL.

Semakin kecil nilai -2LL, yang memiliki nilai minimum 0, maka semakin baik model dan sebaliknya semakin besar nilai -2LL semakin kurang baik model.

b. Uji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun hasilnya jika (Ghozali, 2007):

a. Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow ≤ 0,05, artinya ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memperbaiki nilai observasinya.

(37)

27

c. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Estimasi parameter dapat dinilai melalui koefisien regresi dari masing-masing variabel yang diuji apakah menunjukkan bentuk suatu hubungan antar variabel dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sign) untuk melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis pada regresi logistik

dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai p-value. Keputusan

berdasarkan probabilitas sebagai berikut:

(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini mencoba menguji bagaimana pengaruh yaitu ukuran dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran

perusahaanterhadap keberadaan risk management committee. Pada Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011. Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa secara statistic tidak terbukti terdapat pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Independen terhadap keberadaan risk management committee. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,55>5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ke-1 tidak berhasil didukung.

(39)

45

signifikansi (p) lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung.

3. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa secara statistic tidak terbukti terdapat pengaruh kompleksitas terhadap keberadaan risk management committee. Hal ini dibuktikan dengan koefisien regresi negative sebesar- 0,625 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,043< 0,05. Walaupun tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 0,05 tetapi hipotesis ini ditolak karena berpengaruh negatif , sedangkan hipotesis awal peneliti bahwa kompleksitas

berpengaruh positif, maka hipotesis ke-3 tidak berhasil didukung.

(40)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:

1. Rentan periode tahun pada penelitian ini hanya satu tahun, dianggap masih terlalu singkat dan kurang dapat melihat kecenderungan keberadaan risk management committee (RMC) dalam jangka panjang. .

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya empat yaitu ukuran dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran perusahaan, sedangkan masih banyak variabel lain yang mempengaruhi keberadaan risk management committee.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan beberapa variabel lain yang mungkin mempengaruhi keberadaan risk management committee (RMC) Selain itu juga menambah rentan waktu penelitian.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Acmad,Tharmizi dan Sinung Primastuti.2012. “ Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Informasi

Strategis”Diponogoro Journal Of Accounting Volume 1, Nomor 2, Tahun

2012, Halaman 1-15

Andarini, Putri dan Indira Januarti.2010. “Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee pada perusahaan go public indonesia”. Simposium Nasional Akuntani 13, Purwokerto.

Anthony,N.Robert,Vijay Govindarajan.2008. “Sistem Pengendalian Manajemen Buku Dua”. Jakarta:Salemba Empat.

Bank Indonesia.2006.Pedoman Bank Indonesia No.8/4/PBI/206 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.Jakarta.

Brigham, Eugene dan Houston. 2001. “Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan”.

Jakarta:Erlangga.

Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jensen, Michael dan Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,

Agency Costs And Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3 (1976) 305-360.

Jogiyanto, M.. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2007. BPFE, Yogyakarta.

Komite Nasional Kebijakan Governance.2006. “Pedoman Umum Good Corporate

Governance di Indonesia”.

K.R,Subramanyam,John J. Wild.2010. “Analisis Laporan Keuangan Edisi

Kesepuluh”.Jakarta:Salemba Empat.

(42)

yang listing di BEI)”

Restuningdiah,Nurika .2011. “Komisaris Independen,Komite Audit,Internal Audit Risk Management Committee Terhadap Manajemen Laba”.Jurnal

Keuangan dan perbankan,no.3,hlm 351-362.

Setyarini,Yudiati Indah.2011.“ Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan

Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee

(Studi Empiris Pada perusahaan non financial yang listing di BEI

2008-2009)” .Skripsi.Universitas Diponogoro Semarang

Subramaniam, Nava, Lisa McManus, and Jiani Zhang .2009. “ Corporate Governance, Firm Characteristics, and Risk Management Committee

Formation in Australia Companies”. Managerial Auditing Journal, Vol. 24,

No. 4, pp. 316-339.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,dan Menengah. Unila. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung Bandar

Lampung. Penerbit Universitas Lampung.

Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Yatim .2009. “Audit Committee Characteristics and Risk Management Of Malaysia Listed Firms”. Malaysian Accounting Review, Vol. 8,

No. 1, 19-36, 2009.

http://www.ariyoso.wordpress.com/2009/11/11/regresi-logistik/

http://www.arokhman.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/Regresi-Logistik-for-MAP.pdf

http://www.idx.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah ; Bagaimana perbedaan proses merarik pada kaum

Hubungan dengan media yang baik oleh humas organisasi akan membantu dengan baik sebuah lembaga tersebut dalam menyelamatkan citra perusahaan pada saat krisis

Teknik analisis data menggunakan Uji-T dan hasil penelitian yan di temukan adalah terdapat hubungan antara pengguna media sosial instagram dengan motivasi belajar,

Upaya untuk mengantisipasi dampak dari bencana tanah longsor dan banjir bandang adalah membuatkan peta lokasi rawan longsor dan peta aliran air hujan yang dijadikan pedoman

KEENAM : Setiap orang yang melanggar ketentuan pemberlakuan PSBB secara Proporsional diberikan sanksi administratif sesuai ketentuan Peraturan Bupati Sumedang Nomor

Secara rinci meliputi bagian judul, data lengkap penulis, abstrak (Indonesia dan Inggris), kata kunci (Indonesia dan Inggris), latar belakang (pada tinjauan pustaka

Penerapan pembelajaran TGT dilengkapi Adobe Flash dapat meningkatkan: (1) aktivitas belajar siswa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI IPA 3 SMA

Kajian yang dilakukan oleh Andriati dan Sudana (2007) juga menunjukkan biaya yang dikeluarkan petani untuk tenaga kerja pada usahatani padi kegiatan Prima Tani di