• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE PADA PERUSAHAAN NON-FINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE PADA PERUSAHAAN NON-FINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE

PADA PERUSAHAAN NON-FINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BUERSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH :

SABARUDIN LASE NIM. 7102220021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa penulis rasakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Risk Management Committee pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Buersa Efek Indonesia”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Medan. Dan penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih terutama kepada orangtua penulis yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan dan mengingatkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas motivasinya selama ini.

Dan tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Drs. Kustoro Budiarta, ME, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Drs. Thamrin, M.Si, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.

(7)

5. Bapak Drs. Jihen Ginting, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Medan

6. Bapak Dr. Nasirwan SE, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Akmal Huda, SE, MSi selaku selaku Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Khairunisa Harahap, SE, M.Si, selaku Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Tapi Rumondang sari siregar, SE, M.Acc, selaku Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

10.Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi, yang telah membimbing saya selama masa perkuliahan, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama ini. 11.Teristimewa ucapan yang tulus dan bakti penulis kepada orang tuaku,

Ibundaku, atas do’a dan dukungannya, serta dukungan moril dan materil

yang takkan bisa tergantikan.

12.Saudara-saudaraku tersayang, kak Yuni, Kak Listina, Kak Lina, juga adik-adikku, Diaman, Erika, wati atas semua dukungan dan bantuannya.

13.Ibunda Artini Zebua, dan adikku christin, Agnes Tel, Terima kasih buat segala dukungannya selama ini, jasa kalian tidak akan tergantikan.

(8)

15.Sahabat-sahabatku, Aisyah, Dwinda, Haiyum, Raja, Rini, Putri Cher, dan semua teman-teman akuntansi 2010 khususnya kls A, terima kasih atas bantuannya dan dukungannya.

16.Teman dan sahabat seperjuanganku, Poniady, maman HP, Ilham, dan Hazwar, terima kasih atas dukungannya.

17.Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun kearah yang lebih baik lagi. Diatas semua itu, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca.

Medan, September 2014

Penulis,

(9)

ABSTRAK

Sabarudin Lase, 7102220021. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Risk Management Committee Pada Perusahaan non-finansial Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Risk Management Committee (RMC) pada perusahaa non-finansial. Faktor –faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik dewan komisaris yang terdiri dari jumlah dewan komisaris, proporsi komisaris independen, keahlian keuangan dewan komisaris, dan ketekunan dewan komisaris, serta karakteristik perusahaan yang meliputi leverage, jumlah segmen bisnis, reputasi auditor, serta resiko pelaporan keuangan. Penelitian ini juga menggunakan variabel ukuran perusahaan sebagai variabel control.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 hingga 2013. Dari 339 perusahaan yang terdaftar, dipilih 59 perusahaan sebagai sample berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh dari perusahaan berupa annual report. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik dengan bantuan SPSS 15.0.

Hasil Analisis menunjukkan bahwa satu dari karakteristik dewan komisaris berhubungan dengan pembentukan RMC, yaitu variabel ukuran dewan komisaris. Sementara dari karakteristik perusahaan terdapat tiga variabel yang mampu menjelaskan pembentukan RMC, yaitu reputasi auditor, dan resiko pelaporan keuangan, serta Veriabel ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap pembentukan Risk Mangement Committee. Sedangkan variabel lain (proporsi komisaris independen, keahlian keungan, frekuensi rapat dewan, leverage, dan Segmen bisnis tidak berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee)

Kata kunci : Corporate Governance, Risk Management Committee,

(10)

Sabarudin Lase, 7102220021. Analysis of the factors influence the Risk Management Committee formation in non-financial Company's Listed in Indonesia Stock Exchange. Thesis, Accounting Program Studies, Faculty of Economics, University of Medan, in 2014.

This aims of this research is to analyze the factors influance the Risk Management Committee (RMC) formation in non-financial companies. The factors used in this research are the characteristic of commissioners consists of the number of commissioners board, independent commissioners proportion, commissioners board financing expertise and commissioners board diliigence. This research also use companies characteristicsfektors, that consist of leverage, the number of business segments, auditor reputation, and financial reporting risk. This research uses measurement company, as control varieble.

The population in this study is a non-financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange From the period of 2011 to 2013, from 339 companies listed, the are 59 companies chosen as the sample based on criteria established by using purposive sampling method. The data used in this study is a secondary data obtained from the company in the form of the annual report. The technique used in analisyzing data is logistic regression analysis with SPSS 15.0.

The analysis results showed that one of the characteristics associated with the formation of the board of commissioners of RMC, the board size variable. While the characteristics of the company, there are three variables that can explain the formation of RMC, the auditor's reputation, and the risk of financial reporting, as well veriabel company size as control variables affect the formation Risk Mangement Committee. While the other variables (the proportion of independent commissioners, the financial expertise, frequency of board meetings, leverage, and business segment does not affect the establishment of the Risk Management Committee).

(11)
(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I - PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 10

1.3. Batasan Masalah 10

1.4. Rumusan Masalah 11

1.5. Tujuan Penelitian 12

1.6. Manfaat Penelitian 12

BAB II - KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 14

2.1.1 Teori Keagenan 14

2.1.2 Resiko 15

2.1.3 Manajemen Resiko 17

(13)

2.1.5 Risk Management Committee 20 2.1.6 Risk Management Committee pada Perbankan 23

2,1.7 Dewan Komisaris 23

2.1.7.1 Ukuran Dewan Komisaris 24 2.1.7.2 Proporsi Komisaris Independen 25 2.1.7.3 Keahlian Keuangan Dewan 26 2.1.7.4 Frekuensi Rapat Dewan Komisari 27

2.1.8 Karakteristik Perusahaan 27

2.1.8.1 Leverage 28

2.1.8.2 Kompleksitas Usaha 28

2.1.8.3 Reputasi Auditor 29

2.1.8.4Resiko Pelaporan Keuangan 30 2.1.9 Variabel lain yang mempengaruhi Pembentukan RMC 30

2.1.9.1 Ukuran Perusahaan 30

2.2 Penelitian Terdahulu 31

2.3 Kerangka Befikir 39

2.4 Pengembangan Hipotesis 41

BAB III METODE PENELITIAN 49

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 49

3.2 Populasi dan Sampel 49

(14)

3.3.1 Variabel Penelitian 50

3.3.2 Definisi Operasioanl 52

3.3.2.1 Variabel Dependen 52

3.3.2.2 Variabel Independen 52

3.3.2.3 Variabel Kontrol 56

3.4 Teknik Pengumpulan data 57

3.5 Teknik Analisis Data 57

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif 57

3.5.2 Regresi Logistik 57

3.5.3 Uji Hipotesis 60

BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 63

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian 63 4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif 64

4.1.3 Regresi Logistik 69

4.2 Pembahasan 81

BAB V- KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 94

5.2 Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 97

LAMPIRAN

(15)
(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar sampel penelitian

Lampiran 2 Daftar perusahaan yang membentuk RMC Lampiran 3 Tabulasi data penelitian

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Peristiwa skandal akuntansi yang terjadi pada perusahaan Enron dan Worldcom dan terjadinya krisis finansial ditahun 2007-2008 di Amerika telah mengakibatkan berbagai konsekuensi terhadap kestabilan kegiatan ekonomi dan keuangan di berbagai perusahaan di dunia. Krisis yang terjadi pada tahun 2007-2008 tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pengambilan resiko yang berlebihan dan ketidak mampuan pihak manajemen perusahaan dalam mengelola fungsi manajemen resiko (Taylor, 2009 dalam Safitri, 20113).

Lingkungan bisnis yang semakin kompetitif akan membentuk dan mendorong perubahan pasar sehingga mengintensifkan persaingan antara perusahaan dan akan mengarahkan perusahaan-perusahaan untuk mengambil lebih banyak resiko dari waktu ke waktu. Peningkatan level perusahaa yang semakin pesat tersebut akan diikuti pula oleh peningkatan level resiko ( Safitri, 2013).

(19)

2

menyebabkan kerugian bagi perusahaan bahkan mampu mengarahkan perusahaan ke arah kebangkrutan.

Pengelolaan manajemen resiko di dalam perusahaan merupakan tanggung jawab dewan komisaris sebagai pemegang kendali perusahaan (Krus dan Orowtz, 2009 dalam Wulandari, 2012). Posisi dewan komisaris yang dianggap sebagai jantung pertahanan perusahaan harus mampu menjamin keberlangsungan operasioanal perusahaan serta menjalankan fungsinya sebagai monitoring atas semua kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk mengelola resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Akan tetapi, akibat semakin berkembanganya ruang lingkup bisnis menyebabkan kompleksitas resiko yang timbul semakin besar, sehingga mengharuskan Dewan Komisaris membentuk komite-komite yang berada di bawahnya sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan untuk membantu meringankan tugasnya dalam menjalankan perusahaan (Subramaniam, et al., 2009), salah satunya adalah komite audit.

(20)

3

Keberedaan komite audit ini pada awalnya dianggap mampu membantu Dewan Komisaris dalam mengelola manajemen resiko perusahaan, namun seiring dengan perkembangan ruang lingkup bisnis, peran dan fungsi Komita Audit sebagai manajemen resiko mulai diragukana banyak pihak, terutama setelah krisis ekonomi pada tahun 2008, keraguan banyak pihak inipun semakin menguat pasca penerapan Good Corporate Governance yang menekankan pemisahan fungsi audit internal dari proses manajemen resiko (Subramaniam et al, 2009). Ketidak percayaan masyarakat akan fungsi Komite Audit ini dibuktikan dengan adanya Beberapa literatur yang menunjukan adanya keraguan bahwa komite Audit dapat menyediakan sebuah manajemen resiko yang efektif (Zaman, 2001).

Zaman (2001) mengatakan bahwa tidak masuk akal apabila mengharapkan komite audit untuk melakukan kinerja dengan level yang lebih tinggi apabila dilihat dari sisi waktu dan keahlian yang terbatas. Padahal untuk menjalankan tugas pengawasan manajemen resiko membutuhkan pemahaman yang cukup mengenai struktur dan operasional perusahaan secara keseluruhan beserta resiko-resiko terkait (Subramaniam et al.,2009 ). Hal inilah yang kemudian mendorong beberapa perusahaan untuk membentuk suatu komite yang dapat membantu komite audit dalam hal pengelolaan manajemen resiko yang kemudian disebut sebagai Risk Management Committee (RMC).

Risk Management Committee (RMC) merupakan sebuah komite yang

(21)

4

dari luar perusahaan bilamana diperlukan (Komite Nasioanal Kebijakan Governance (KNKG), 2006). Kegiatan yang menjadi tanggung jawab RMC fokus pada aspek pemantauan terhadap perubahan, pemantauan kinerja manajemen resiko dan kemungkinan timbulnya resiko baru (KNKG, 2011).

Keberadaan RMC yang fungsi dan kedudukannya terpisah dari komite audit dianggap memiliki pengendalian internal yang lebih tinggi terhadap manajemen resiko dibandingkan ketika digabungkan dengan Komite Audit, hal ini dikarenakan jika RMC digabungkan dengan komite audit maka RMC tidak hanya terkonsentrasi pada manajemen resiko, tetapi akan secara aktif terlibat dalam pelaporan keuangan dan pengewasan fungsi audit (Alles, et al, 2005 dalam Safitri, 2013)

Pembentukan RMC pada perusahaan-perusahaan di Indonesia masih bersifat sukarela, pembentukan RMC hanya diwajibkan pada perusahaan perbankan. Pada perusahaan perbankan, RMC dikenal sebagai Komite Pemantau Resiko (KPR), pembentukan Komite Pemantau Resiko diatur dalam peraturan Bank Indonesia nomo:8/4/PBI/2006 yang kemudian disempurnahkan dengan peraturan Bank Indonesia nomor : 8/14/PBI/2006. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa KPR merupakan komite yang berada dibawah Direktur, karena KPR bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau direktur yang ditugaskan secara khusus.

(22)

5

terpisah. Padahal untuk mewujudkan manajemen resiko yang efektif diperlukan suatu komite yang fokus secara penuh pada pengawasan resiko dan tidak berbagi fokus dengan aspek lain diluar aspek resiko (Habibah, 2013).

Keberhasilan Risk management Committee perusahaan dalam menjalankan fungsinya tentu saja tergantung bagaimana dewan komisaris meracik srtategi penanggulangan resiko yang efektif. Keefektifan peran dewan komisaris dalam membentuk RMC dapat diukur melalui karakteristik dewan itu sendiri, diantaranya Independensi Dewan Komisaris, dkuran dewan, Frekuensi rapat dewan, dan keahlian keuangan dewan komisaris.

Independensi dewan komisaris berhubungan dengan seberapa besar keterlibatan dewan komisaris Independen dalam menjaga keseimbangan aktivitas perusahaan. Ukuran dewan berhubungan dengan jumlah anggota dewan komisaris. Frekuensi rapat dewan berhubungan dengan jumlah rapat yang diadakan dewan komisaris. Sedangkan, Komisaris dengan keahlian Akuntansi/keuangan berhubungan dengan pengetahuan akuntansi dan keuangan dewan komisaris.

(23)

6

piutang dan persediaan, dan Reputasi Auditor berhubungan dengan KAP yang digunakan perusahaan.

Hingga saat ini, penelitian di Indonesia yang menjelaskan faktor–faktor yang mempengaruhi pembentukan RMC masih belum banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan RMC merupakan isu yang masih baru dan pembentukan RMC di perusahaan non- finansial di Indonesia masih bersifat sukarela, sehingga bukti empiris tentang formasi dan struktur dari RMC masih terbatas. Penelitian terdahulu yang meneliti pembentukan RMC pada sektor non finansial, antara lain Safitri (2013), Habibah (2013), Wulandari (2012), Yatim (2009), Wahyuni (2012), Liew, et al. (2012), dan Kusuma (2012).

Subramaniam et al. (2009) melakukan penelitian tentang pembentukan Risk Managemen Committee dan tipe dari RMC. Penelitian ini menemukan

bahwa RMC cenderung berada pada perusahaan yang memiliki CEO independen dan ukuran dewan yang besar. CEO independen dan ukuran dewan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan RMC. CEO independen dan ukuran dewan berhubungan positif dengan pembentukan RMC yang terpisah dan kompleksitas berhubungan negatif dengan pembentukan RMC yang terpisah.

(24)

7

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ukuran komite audit dan Independensi komite audit memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keberadaan RMC. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberadaan RMC.

Wulandari (2012) juga melakukan penelitian yang sama dengan Yatim (2009) pada perusahaan non- finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010. Sampel penelitian Wulandari berjumlah 178 dan dianalisis dengan regresi logistic, dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran komite audit dan ketekunan komite audit berpengaruh terhadap pembentukan RMC pada perusahaan. Serta ukuran perusahaan, sebagai variabel kontrol, berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan RMC namun independensi komite audit tidak berpengaruh.

(25)

8

Safitri (2013) meneliti hal yang sama dengan Habibah (2013) namun fokusnya pada karakteristik Dewan Komisaris, yaitu proporsi Komisaris Independen, ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat dewan, dan komisaris dengan keahlian akuntansi/keuangan, serta variabel leverage dan ukuran perusahaan sebagai variable kontrol. Namun hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian Habibah (2013), dimana ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pembentukan RMC yang tergabung dengan komite audit dan RMC yang terpisah dengan komite audit.

Berdasarkan penelitian yang telah ada, maka penelitian ini mengacu pada penelitian Safitri (2013) yang menganalisis hubungan karakteristik Dewan Komisaris dan karakteristik perusahaan sebagai variable kontrol terhadap pembentukan RMC pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di BEI, hasil penelitiannya menunjukan bahwa ukuran perusahaan sebagai variable kontrol berpengaruh positip terhadap pembentukan RMC. Perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan RMC dari hasil penelitian di atas menjadi dasar pemikiran peneliti untuk kembali meneliti faktor apa sebenarnya yang mempengaruhi pembentukan RMC.

(26)

9

lingkup bisnis di Indonesia yang semakin luas. Sehingga peneliti mengindikasikan variabel ini juga turut mempengaruhi pembentukan RMC.

Pada Penelitian terdahulu menggunakan dua kerangka berfikir, yakni RMC yang dibentuk tergabung dengan Komite Audit dan RMC yang terpisah dari Komite Audit, sementara pada penelitian ini hanya menggunakan satu kerangka berfikir yakni Pembentukan RMC yang terpisah dari Komite Audit. Alasannya karena RMC yang tergabung dengan Komite Audit dianggap tidak mampu menjalankan fungsinya dalam mengelola manajemen resiko akibat tanggung jawab yang luas dan keterbatasan keahlian sehingga membuat fungsinya tidak berjalan efektif. Maka peneliti mengfokuskan penelitian pada RMC yang terpisah dari Komite Audit.

Tujuan lain dari penelitian ini ialah untuk melihat ketaatan implementasi Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan dimana RMC merupakan bagian dari struktur GCG. Peneletian ini dilakukan pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di bersa efek Indonesia tahun 2011-2013, alasan pemilihan perusahaan non-finansial karena pembentukan RMC masih bersifat sukarela (voluntary). Pemilihan tahun 2011-2013 karena ingin mengetahi kebijakan perusahaan pasca krisis finansial tahun 2008 dan kebijakan mengantisipasi resiko akibat perekonomian Indonesia yang kurang stabil serta tahun tersebut dianggap relavan karena menggambarkan profil perusahaan terkini.

(27)

10

MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN RISK MANAGEMENT

COMMITTEE”

1.2 Identifikasi masalah

Bedasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

2. Apakah Karakteristik dewan komisaris berpengaruh terhadap pembentukan RMC ?

3. Apakah Karakteristik perusahaan berpengaruhi terhadap pembentukan RMC ?

1.3 Pembatasan masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah yang ada, maka penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh karakteristik dewan komisaris dan karakteristik perusahaan terhadap pembentukan Risk management Committee (RMC).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

(28)

11

3. Apakah keahlian keuangan dewan komisaris berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

4. Apakah ketekunan dewan komisaris berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

5. Apakah leverage berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

6. Apakah kompleksitas usaha berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

7. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

8. Apakah resiko pelaporan keaungan berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

9. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris :

1. Hubungan ukuran dewan komisaris terhadap pembentukan RMC 2. Hubungan Proporsi dewan komisaris terhadap pembentukan RMC 3. Hubungan keahlian keuangan dewan terhadap Pembentukan RMC 4. Hubungan frekuensi rapat dewan komisaris terhadap pembentukan RMC 5. Hubungan leverage terhadap pembentukan RMC

(29)

12

7. Hubungan reputasi auditor terhadap pembentukan RMC

8. Hubungan resiko pelaporan keuangan terhadap pembentukan RMC. 9. Hubungan ukuran perusahaan terhadap pembentukan RMC

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberi manfaat dan kontribusi sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada kedua karakteriskti dewan komisaris dan perusahaan guna mengetahui variabel lain yang termasuk dalam karakteristik dewan komisaris dan perusahaan, karena hasil studi telah membuktikan bahwa ada 4 variabel dari dua karakteristik ini yang berpengaruh terhadap pembentukan Risk Management Commiittee.

2. Manfaat Praktisi

Penelitian ini telah mampu memberikan gambaran bahwa pembentukan Risk Management Committee sangat penting dilakukan untuk membentuk

(30)
(31)

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji karakteristik dewan komisaris yang mencakup jumlah dewan komisaris, proporsi komisaris independen, keahlian akuntansi atau keuangan dewan komisaris, frekuensi rapat dewan komisaris, serta karakteristik perusahaan yang meliputi leverage, jumlah segmen bisnis, reputasi auditor, resiko pelaporan keuangan, dan juga ukuran perusahaan sebagai variabel control terhadap pembentukan Risk Management Committee (RMC). Hasil dari pengujian model dari dua karakteristik tersebut sebagai berikut :

1. Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pembentukan RMC

2. Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pembentukan RMC

3. Keahlian keuangan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pembentukan RMC.

4. Frekuensi rapat dawan komisaris tidak berpengaruh terhadap pembentukan RMC.

5. Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap pembentukan RMC. 6. Variabel segmen bisnis tidak berpengaruh terhadap pembentukan RMC. 7. Reputasi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan

(32)

95

8. Variabel resiko pelaporan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan RMC.

9. Variabel ukuran perusahaan sebagai variabel control berpengaruh pisitif dan signifikan terhadap pemebntukan RMC.

5.2 Saran

Saran yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini dan berdasarkan keterbatasan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan pada perusahaan-perusahaan non-finance untuk membentuk Risk Management Committee, melihat perkembangan ekonomi global yang

tidak stabil, terlebih perekonomian Indonesia yang beberapa tahun belakang mengalami peningkatan, sehingga banyak perusahaan yang memperluas jangkauan dan cakupan bisnisnya yang tentu saja diiringi juga oleh tingkat resiko yang cukup tinggi. Sehingga dengan adanya komite manajemen resiko, pengelola manajemen risiko perusahaan akan berjalan lebih efektif, walaupun belum adanya regulasi yang mewajibkan untuk pembentukan RMC, alasan ini untuk mengantisipasi terjadinya resiko bisnis yang merugikan perusahaan itu sendiri.

2. Bagi peneliti selanjutanya disarankan untuk malakukan penelitian pada objek penelitian yang berbeda dari penelitian ini, sehingga dapat diketahui hasil penelitian mengenai faktor pembentuk RMC apabila dilakukan pada objek yang berbeda.

(33)

96

3. Menggunakan proxy pengukuran variabel kompleksitas bisnis yang berbeda dari penelitian ini untuk menghasilkan hasil penelitian yang lebih baik. Pada penelitian ini variabel kompleksitas bisnis diukur dengan menjumlah segmen usaha atau segmen bisnis perusahaan.

(34)

97

DAFTAR PUSTAKA

Andarini dan Januari. 2010. Hubungan karakteristik dewan komisaris dan perusahaan terhadap pengungkapan Risk Management Committee.

Semarang. Universitas Diponegoro

Bank Indonesia. 2006. Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/206 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. BI. Jakarta.

BAPEPAM. 2004. keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 tentang tugas dewan komisaris dan pembentukan serta fungsi komite audit.

.BAPEPAM. Jakarta

Bursa Efek Indonesia. 2004. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor:Kep-305/BEJ/07-2004 tentang peraturan nomor I-A mengenai

pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas selain saham yang ditertibkan

oleh perusahaan tercatat. BEJ. Jakarta

Chen, et. al Kilgore, dan R. Radich. 2009. Audit Committees : Voluntary Formation by ASX Non-Top 500. Managerial Auditing Journal.

Djojosoedarso, Seisno. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta: Salemba Empat.

Fakultas Ekonomi. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program S1. Medan. Universitas Negeri Medan

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(35)

98

Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3 No. 4, pp. 305-60.

KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta KNKG. 2011. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta

Menteri BUMN. 2002. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negera Nomor

:Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan Good Corporate

Governance pada Badan Usaha Milik Negara. BUMN. Jakarta

Menteri Keuangan. 2009. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2009 tentang pembentukan Komite Pemantau Resiko,

.MENKEU. Jakarta

Muh. Arief Effendi. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat

Subramaniam, Nava, L McManus, and Jiani Zhang (2009), “Corporate Governance, Firm Characteristics, and Risk Management Committee formation in Australia Companies “.Managerial Auditing Journal, Vol.24, No.4, pp. 316-339.

Safitri. A. K. 2013. Analisis factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Risk ManagementCommittee. Semarang. Universitas Diponegoro

Wulandari. P. 2012. Pengaruh karakteristik Komite Audit terhadap

Pembentukan Risk Management Committee. Semarang. Universitas

Diponegoro

(36)

99

Yatim. 2010. Board structures and The Establishment of a Risk Management Committee by Malaysia Listed Company.

Wahyuni. 2012. Analisis pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik

perusahaan terhadap keberadaan Komite Manajemen Resiko.

Universitas Diponegoro.

Zaman, Mahbub. 2001. “Generating undue expectations of the corporate governance

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi hal tersebut sudah biasa sehingga kami berinovasi untuk membuat kebab tersebut dengan beraneka topping yang tidak biasa seperti durian, pisang, mangga,

yang rendah Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya Perhatian khusus kepada usaha mikro dan kecil Pengembangan kewirausahaan Perkuatan basis

menerima setiap proses kehidupannya dengan sabar sambil terus memiliki harapan dalam hidupnya maka orang tersebut dapat memaknai hidup. Menurut Creath Davis kita dapat

Setelah di perhitungkan berdasarkan metode Manual kapasitas jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997), diketahui kecepatan arus bebas kendaraan pada ruas jalan Sentosa dari semua jenis

Hasil belajar yang dicapai merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik faktor dalam diri atau dari luar diri individu. 5 Berkaitan dengan hasil

Pada penelitian ini desain kapal diperuntukkan pada Kabupaten Rembang, tipe hull yang digunakan adalah katamaran dengan tenaga penggerak menggunakan mesin dan

Perkatikum ini dilakukan dengan membuat 1 buah pot yang di isi tanah, pot ini gundul hanya berisi tanah dan sama sekali tidak ada akar tumbuhan maupun sisa

Hasil penyerbukan bunga pepaya dengan sumber putik dan serbuk sari dari tanaman yang berbeda jenis kelaminnya akan menghasilkan tanaman pepaya dengan jenis kelamin yang berbeda