• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang T2 752015004 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang T2 752015004 BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1Makna Hidup

2.1.1 Pemahaman tentang Makna Hidup

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna merupakan arti penting atau arti mendalam, sedangkan hidup berarti bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya, jadi makna hidup secara harafiah adalah arti yang mendalam

dari keberadaan manusia sebagaimana mestinya. Frankl menjelaskan bahwa perhatian utama manusia bukanlah untuk mendapatkan kesenangan atau menghindari dosa, namun lebih dari itu untuk mendapatkan suatu makna dari hidupnya.1

Bastaman mengungkapkan bahwa makna hidup dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia. Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan

dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan.2 Menurut Gede Prama ketika manusia menyadari dirinya bukan

apa-apa, ia terhubung dengan jejaring makna, dan kemudian lebih dari sekedar terhubung, gerakan-gerakan hidup berjalan sangat seirama dengan semesta.3

Hal yang sama juga dijelaskan Keith bahwa makna kehidupan adalah hal-hal yang signifikan dan berarti bagi manusia secara pribadi, menemukan makna

1 Victor E. Frankl, Logoterapi..., 129. 2

H.D.Bastaman, Logoterapi..., 45-46. 3

(2)

11

kehidupan adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan yang dalam.4 Selanjutnya menurut Morris, kehidupan siapa saja bisa bermakna sejauh dia memaknainya,

sepanjang kita menata aktivitas dalam hidup kita seputar hal-hal yang kita inginkan, hargai, dan nikmati di dalam bentuk sasaran yang kita ambil untuk diri sendiri, kita

menamainya bermakna dan dengan demikian memaknai hidup yang digubahnya.5 Sproul menjelaskan bahwa kita sebagai manusia menginginkan hidup kita mempunyai arti. Kita ingin merasa yakin bahwa diri kita penting dalam suatu hal. Dorongan batin

ini sama kuatnya dengan kebutuhan kita akan air dan oksigen.6 Creath Davis juga menambahkan bahwa hilangnya makna dalam kehidupan merupakan krisis yang

paling menghancurkan.7

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna hidup merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang agar kehidupannya

dapat dirasakan berarti, memiliki tujuan dan dapat merasakan kebahagiaan meskipun ditengah penderitaan.

2.1.2 Sumber-sumber Makna Hidup

Menurut Frankl dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna

hidup di dalamnya apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi, ketiga nilai itu adalah:8

a. Creatives Values (nilai-nilai Kreatif): kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.

4Kent M. Keith, Do It Anyway Panduan untuk Menemukan Makna Kehidupan dan Kebahagiaan Sejati, (Jakarta:

PT Bhuana Ilmu Populer, 2009),5. 5

Thomas V. Morris, Making Sense Of It All Pascal and the Meaning of Life Menjadikan Segalanya Bermakna: Pascal dan Makna Kehidupan, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2008), 71.

6

R.C. Sproul, Mendambakan Makna Diri The Hunger for Significance, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2005), 7

Creath Davis, Mengatasi Krisis Kehidupan, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995).149.

(3)

12

Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna.

b. Experiental values ( nilai-nilai penghayatan): keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta

kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya.

c. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap): menerima dengan penuh ketabahan,

kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang

kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.

Bastaman kemudian menambahkan nilai lain yang menjadi sumber makna hidup yaitu nilai pengharapan (hopeful values), pengharapan mengandung makna

hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan buruk saat ini dan sikap optimis menyongsong masa

depan.9

Dengan demikian bahwa ketika seseorang melakukan melakukan suatu pekerjaan (berkarya), sambil menghayati setiap hal yang terjadi dalam hidupnya, dan

menerima setiap proses kehidupannya dengan sabar sambil terus memiliki harapan dalam hidupnya maka orang tersebut dapat memaknai hidup.

Menurut Creath Davis kita dapat mengisi hidup kita dengan kegiatan-kegiatan tidak terkendali seperti orang gila sehingga kita kehilangan kontak dengan diri sendiri dan menjadi manusia yang miskin. Pada saat semua kegiatan terhenti dan kita melihat

diri kita sendiri pada suatu sore-tanpa ada yang dapat dikerjakan, tidak ada orang yang

9

(4)

13

dapat kita buat tertarik atau senang- kehampaan itu menjadi jelas secara menyakitkan.10 Salah satu petunjuk dari kehampaan dalam batin seseorang ialah

kebosanan, seorang psikiater mencatat bahwa kebosanan sekarang menyebabkan, dan tentu saja memberikan kepada para psikiater, lebih banyak masalah untuk dipecahkan

daripada tekanan batin. Sangatlah tragis apabila kehidupan seseorang tidak memiliki cukup arti untuk membuatnya menarik, kalau bukan menggembirakan.11

Hal ini berarti bahwa jika hidup dijalani hanya sebagai sebuah rutinitas tanpa

bisa memaknai setiap hal yang dijalani tersebut maka seseorang akan merasa hidupnya tidak memiliki ati dan seseorang cenderung akan merasa bosan dimana

kebosanan merupakan salah satu sumber masalah bagi psikis seseorang.

Creath Davis juga menambahkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik di antara makhluk-makhluk lain yang mendiami bumi, dan sebagian dari keunikannya

ialah kebutuhan untuk memahami arti dari keberadaannya. Hanya manusia yang dapat bertanya tentang suatu peristiwa, “apa artinya ini?” Ia kemudian dapat

menggabungkan masa lalu, sekarang, dan masa depannya untuk memperoleh

jawabannya. Praktisnya, setiap orang telah menjawab sampai pada tahapan tertentu pertanyaan tentang makna hidupnya.12

Manusia juga memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih sudut pandangnya; ini bukanlah suatu arah/tujuan yang tidak dapat dihindarkan. Kita

memperoleh filsafafat hidup kita sedikit demi sedikit dari orang tua, guru, dan teman kita, dari pengalaman, impian, dan harapan kita. Kita mungkin pernah disakiti atau merasa kecewa dan memperoleh sudut pandang yang negatif, atau kita mungkin

10

Creath Davis, Mengatasi Krisis..., 150. 11

Creath Davis, Mengatasi Krisis..., 150.

(5)

14

pernah didorong dan dikasihani dan memperoleh cara pandang yang positif. Kita mungkin tidak pernah mengenali seluruh sumber sudut pandang kita yang tertentu

terhadap kehidupan, tetapi kita dapat dan harus mengevaluasi sudut pandang itu pada saat kita telah dewasa.13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang memaknai hidupnya

sesuai kemampuannya melihat pengalaman hidupnya berdasarkan sudut pandangnya, dia dapat memilih untuk melihat suatu pengalaman dari sisi yang positif atau negatif,

yang mana sudut pandang seseorang sangat dipengaruhi oleh orang-orang dalam lingkungan sosialnya atau juga dari pengalaman sebelumnya, harapan dan impiannya.

Menurut Abraham Maslow di dalam Kebung kodrat manusia dibentuk oleh

suatu kerangka kebutuhan yang khas manusia. Ia menggunakan istilah kebutuhan-kebutuhan dasar umtuk membedakannya dari kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan lain yang kurang

penting dan kurang universal. 5 kebutuhan dasar tersebut yaitu: 1) kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki,

4) kebutuhan akan harga diri, dan 5) kebutuhan akan aktualisasi diri. 14

Maslow mengatakan bahwa semua anggota masyarakat (kecuali tidak normal/menderita psikologi psikis) memiliki suatu kebutuhan atau kerinduan akan

suatu evaluasi diri yang stabil dan kuat, akan rasa harga diri atau kebutuhan dihargai orang lain. Kebutuhan ini dapat digolongkan dalam dua bagian. Pertama, keinginan

akan kekuatan , pencapaian tujuan, kompetensi, kepercayaan diri, ketaktergantungan, serta kebebasan; kedua, kita juga memiliki keinginan akan reputasi dan prestise (dilihat sebagai penghargaan dari orang lain), status, nama baik dan menjadi terkenal,

13

Creath Davis, Mengatasi Krisis..., 153. 14

(6)

15

dominasi, menjadi penting, penghargaan, dan martabat serta harkat. Kebutuhan akan harga diri ini mengungkapkan keinginan akan suatu evaluasi yang stabil dan positif

tentang diri. Ungkapan-ungkapan seperti rasa harga diri, bangga dan percaya diri, justru memperlihatkan motif-motif ini. Kebutuhan akan rasa harga diri selalu

diasosiasikan dengan perkembangan tingkah laku dan keterampilan, kompetensi, rasa diterima dan didukung orang lain, dan adanya suatu evaluasi diri yang realistis dan

positif.15

Selanjutnya kebutuhan akan aktualisasi diri, menurut Maslow ini merupakan kebutuhan untuk menjadi apa yang dirasa paling pas dan yang sangat diinginkan oleh

setiap orang. Apa yang mungkin haruslah dibuat. Ia harus benar dan jujur terhadap dirinya. Inilah aktualisasi diri. Istilah ini merujuk pada keinginan manusia akan perwujudan diri. Menurut maslow kebutuhan ini merupakan bentuk motivasi

tertinggi. Setiap orang membutuhkan suatu tujuan dalam hidup, juga suatu perasaan bahwa ia melakukan hal-hal yang menunjang tujuan ini.16

Hal ini berarti bahwa setiap orang ingin di hargai, dicintai, dilindungi dan

ingin melakukan sesuatu yang menjadi keinginannya, semua hal tersebut merupakan kebutuhan manusia yang pada akhirnya merupakan tujuan dari setiap orang. ketika

seseorang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka kehidupannya akan dirasakan lebih bermakna.

2.2Konseling Makna Hidup

Menurut Arbuckle seperti yang dikutip oleh Padmomartono bahwa Konseling adalah relasi antar pribadi yang mana konselor menemukan sedang melibatkan diri

pada klien yang dihargainya sebagai sesama manusia yang sejajar, dengan siapa

15

Konrad Kebung,Esai Tentang Manusia..., 88. 16

(7)

16

konselor bekerja sama sehingga klien makin cakap memahami dan menerima diri. Konseling berfungsi menurunkan kerentanan psikologik sehingga masalah dan

tekanan emosi yang melingkupi klien cukup mendesakkan dan memberanikan klien menempuh reorganisasi pribadi dan bukan berupaya memaksakan lingkungan

hidupnya.17

Adapun tujuan dari konseling menurut George & Cristiani yang dikutip oleh Padmomartono yaitu:18

1. memperlancar perubahan perilaku. Perubahan perilaku agar klien hidup lebih memuaskan dan produktif dalam lingkup kehidupan pribadi dan

kemasyarakatannya.

2. Meningkatkan kemampuan adaptasi. Menolong individu belajar menangani situasi dan tuntutan baru

3. Meningkatkan kecakapan mengambil keputusan. Proses ini membantu klien memperoleh pemahaman atas kecakapan, minat dan peluang yang terbuka bagi

klien sekaligus segi emosi dan sikap pribadi yang dapat mempengaruhi pilihan/keputusan yang diambil.

4. Meningkatkan relasi antar pribadi. Konselor bekerjasama dengan klien

meningkatkan kualitas relasi antar pribadi dengan orang lain. Masalah relasi antar pribadi berupa masalah keluarga, perkawinan atau rekan sebaya. Dalam hal ini

konselor berupaya membantu klien meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih efektif dalam relasi antar pribadi.

5. Memperlancar perwujudan potensi klien. Blocher menyatakan konseling berupaya

memaksimalkan sebesar-besarnya kebebasan individu dalam batasan yang lekat

(8)

17

dengan pribadi dan lingkungan dan mengelola tanggapan pribadi yang serba dibatasi oleh tuntutan lingkungan

Dapat disimpulkan bahwa konseling dapat memberdayakan seseorang (konseli) untuk memahami pengalaman hidupnya dan memahami dirinya sendiri,

selanjutnya seseorang diberdayakan untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup, meningkatkan potensi diri, mengubah perilaku menjadi baik serta membangun relasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Teori Makna Hidup diperkenalkan pertama kali oleh Frankl yang dikenal dengan nama Logoterapi. Dari tahun 1942-1945, Frankl menjadi tawanan di kamp

konsentrasi Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, istri dan anak-anak anaknya mati. Pengalaman mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif

dan tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup. Selama tiga tahun menjadi tahanan tentara NAZI , Frankl telah mengalami

sebagai penghuni kamp Auschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maidanek, kamp-kamp tersebut terkenal sebgai “kamp-kamp konsentrasi maut.” Dimana ribuan orang Yahudi

yang tidak bersalah menjadi sasaran utama program pemusnahan yang intensif oleh

Adolf Hitler. Didalam kamp konsentrasi itu Frankl menyaksikan para tahanan disiksa, diteror, dan dibunuh secara kejam. Dia sendiri mengalami penderitaan yang luar

biasa, didalam keterbatasannya sebagai manusia, frankl turut berusaha meringankan penderitaan sesama tahanan, baik secara medis maupun psikologis. Dia membesarkan hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmah dan makna hidup,

meskipun dalam penderitaan. Frankl juga melakukan pengamatan seksama sebagai reaksi mental, dan pola perilaku para tahanan serta menghayati pengalaman dan

(9)

18

bahwa dalam keadaan yang mencekam dan sarat dengan penderitaan, ada sebagian tahanan yang menunjukkan sikap tabah, bertahan, bahkan berusaha membantu sesama

tahanan. Namun dilain pihak, sebagian besar tahanan mengalami putus asa, apatis dan kehilangan semangat hidup. Tidak jarang dari mereka melakukan bunuh diri guna

membebaskan diri dari penderitaannya.19

Dari kedua sikap tersebut, frankl melihat bahwa tahanan yang tetap menunjukkan sikap tabah dan mampu bertahan itu adalah mereka yang berhasil

mengembangkan dalam diri mereka tentang harapan-harapan di mana akan tiba saat pembebasan dan dapat bertmu kembali dengan anggota keluarganya, serta meyakini

datangnya pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan mereka. Logos dalam bahasa Yunani diartikan sebagai “makna”, Logoterapi memfokuskan pada pencarian makna

eksistensi manusia sebagaimana pencarian seseorang untuk makna serupa. Bagi Logoterapi, perjuangan untuk mendapatkan makna dalam kehidupan merupakan

motivasi utama kekuatan seseorang.20 Logoterapi berusaha membuat seseorang menyadari secara penuh tanggung jawabnya; dan karenanya harus memberikan pilihan padanya tentang apa, untuk apa atau untuk siapa dia memahami dirinya untuk

menjadi bertanggung jawab.21 Ada tiga asas utama logoterapi, yakni: pertama, hidup itu tetap memiliki makna dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan

kepedihan sekalipun. Kedua, setiap manusia memiliki kebebasan-yang hampir tak terbatas-untuk menemukan sendiri makna hidupnya, ketiga, setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang

19

Victor E. Frankl, Logoterapi..., 1-10.

(10)

19

tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetap tak berhasil.22

Hal ini berarti bahwa dengan logoterapi seseorang diberdayakan untuk memilih tujuan hidupnya dan selanjutnya dia bertanggung jawab terhadap pilihannya

tersebut dalam segala situasi.

Logoterapi ini kemudian dikembangkan oleh Bastaman, menurut Bastaman logoterapi menunjukkan bahwa makna hidup dan sumber-sumbernya terdapat dalam

kehidupan itu sendiri, walaupun kenyataannya tidak selalu jelas kelihatan dan lebih sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya. Dan karena makna hidup itu tidak selalu

jelas terlihat, logoterapi menunjukkan cara-cara menemukannya. Selain itu logoterapi mengungkapkan bahwa manusia mampu untuk menemukan dan mengembangkan makna hidupnya, sehingga dambaan untuk hidup secara bermakna dan bahagia

benar-benar dapat diraih. Bahkan logoterapi mengajukan pendekatan dan berbagai ragam terapi untuk mengatasi dampak negatif akibat makna hidup tak berhasil ditemukan

dan dikembangkan.23

Logoterapi sebagai teori kepribadian dan terapi praktikal memiliki tujuan agar setiap pribadi: memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara

universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, agama, dan keyakinan yang dianut; menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan

diabaikan, bahkan terlupakan; memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala,

22

H.D. Bastaman, Logoterapi, 37-39.

(11)

20

dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih

bermakna.24

Dengan demikian logoterapi memberdayakan seseorang untuk menemukan sendiri makna hidupnya dengan menyadari potensi yang dimiliki dan kemudian bangkit dari penderitaan yang sedang dialami dan meningkatkan kualituas hidup yang

lebih bermakna.

Engel memperkenalkan suatu model konseling makna hidup dengan istilah

Logo konseling, yang mana logo konseling didasarkan pada keseimbangan dan akurat terhadap dirinya, mempunyai nilai diri atau spiritual, menghormati kemampuan diri tetapi mengakui kelemahannya serta rasa hormat dari dan terhadap orang lain,

sehingga nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan dan kesederajatan bisa diwujudkan.25 Model logo konseling adalah program intervensi konseling untuk

memperbaiki permasalahan perkembangan dan dimensi harga diri spiritual yang rendah, dengan tujuan pribadi setiap individu yang mengalami harga diri spiritual yang rendah dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya, mengembangkan

keyakinan inti seimbang, mengembangkan asumsi berpikir positif, mengembangkan harapan yang realistik, mengembangkan evaluasi diri seimbang, mengembangkan

kepercayaan diri, serta memperoleh harga diri spiritual yang rendah dan menemukan makna hidupnya.26

24

H.D. Bastaman, Logoterapi..., 40.

25

Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling..., 17. 26

(12)

21

Adapun nilai-nilai diri dalam logo konseling secara filosofis yang dipakai sebagai ukuran (kadar spiritual) yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia, antara

lain:27

a. kesadaran diri

kesadaran diri adalah pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku

sehat. Pemberdayaan itu berhubungan dengan pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan menciptakan ide, karya, membuat keputusan, dan

kemampuan untuk mengatasi masalah. Kemampuan untuk mengatasi masalah membutuhkan kesadaran diri sebagai proses pendidikan dalam rangka melakukan

suatu perbaikan dengan tujuan meningkatkan prestasi (akademik dan nonakademik) yang berhubungan dengan pilihan untuk belajar mengendalikan diri, percaya diri, regulasi dan manajemen diri untuk sukses, dan masa depan serta

mengembangkan kepercayaan diri untuk mempertahankan eksistensi diri, meningkatkan komunikasi yang produktif, eksplorasi diri, penerimaan sosial

(reputasi diri) dan pola hidup yang yang positif dan konstruktif. b. Penerimaan diri

Penerimaan diri adalah pengenalan dan pengembangan diri menjadi pribadi yang

utuh, berprestasi, mempunyai kemampuan. Penerimaan diri sebagai kekuatan spiritual dalam logo konseling meyakinkan setiap orang mengenali diri sendiri

terhadap perilaku, kebiasaan, dan kepribadian, serta kekurangan dirinya sebagai kekuatan untuk mengatasi masalah hidupnya. penerimaan diri berhubungan dengan komitmen diri terhadap kemampuan dan prestasi yang dicapai, serta

berani megambil tanggung jawab baik terhadap suatu kegagalan, kesalahan, maupun kekurangan yang dimiliki.

27

(13)

22 c. Ketegasan diri

Ketegasan diri adalah standar pribadi yang mencakup standar bersikap, standar

berbicara, standar dalam mengatur, standar penampilan yang berhubungan dengan karakter seseorang yang diinginkannya, juga berhubungan dengan tujuan, nilai,

dan prestasi yang ingin dicapai. Ketegasan diri berhubungan dengan kemampuan memberdayakan spiritual yang ada dalam diri, terkait sejumlah aspirasi, cita-cita, harapan dan nilai-nilai yang ingin dicapai, dan itulah kekuatan spiritual yang

dimiliki seseorang. d. Tujuan hidup

Tujuan hidup adalah seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah guna mencapai makna dan tujuan hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan pribadi setiap individu yang mempunyai

harkat dan martabat untuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya sendiri. Pemaknaan hidup yang berhasil dihayati pribadi setiap individu dengan

memaknai pnderitaan tersebut, merupakan suatu proses pencapaian tujuan hidup dan penghargaan atas dirinya.

e. Tanggung jawab diri

Tanggung jawab diri adalah nilai-nilai sikap untuk mengembangkan evaluasi diri seimbang. Nilai-nilai sikap berhubungan dengan kemampuan pribadi setiap

(14)

23 f. Integritas diri

Integritas diri adalah penghargaan dan nilai diri yang berhubungan dengan

kepribadian, cara pribadi setiap individu memandang dirinya memiliki dampak terhadap perkembangan psikologisnya.

Dimensi spiritual merupakan indikator nilai-nilai dari pribadi setiap individu

mengeksplorasi tiga hal mengenai: pertama, apa yang dapat pribadi setiap individu berikan kepada dunia, melalui potensi dirinya tentang kemampuannya melakukan

pemisahan diri dan membuat jarak dengan fenomena masalah yang dialaminya;

kedua, apa yang dapat pribadi setiap individu terima dari dunia, melalui aktivitas dirinya untuk membantu dirinya memahami pengalaman psikologis, sosiologis, dan spiritualnya dari perspektif dan pengalaman orang lain dalam rangka transendensi diri; ketiga, kesadaran untuk mengubah sikap pribadi setiap individu terhadap

keadaan yang akan berubah, melalui evaluasi diri untuk penysuaian, instropeksi diri, dan penerimaan nilai-nilai baru yang inovatif dalam rangka pnemuan makna.28

Dapat disimpulkan bahwa logo konseling merupakan suatu model konseling

bagi orang yang memiliki dimensi harga diri spiritual yang rendah seperti yang dialami warga binaan perempuan untuk diberdayakan menemukan makna hidupnya

yang diukur dari kesadaran diri, penerimaan diri, ketegasan diri, tujuan hidup, tanggung jawab diri dan integritas orang tersebut.

28

(15)

24

2.2.1. Langkah-langkah konseling makna hidup

Menurut Bastaman ada empat tahapan dalam melakukan konseling makna

hidup, yaitu:29

a. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Diawali dengan menciptakan

suasan nyaman untuk konsultasi dengan membina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah pengharapan pada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan.

Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi klien. b. Tahap pengungkapan dan penjajakan masalah, konselor mulai membuka

dialog mengenai masalah yang dihadapi klien. Berbeda dengan konseling lain

yang cenderung membiarkan klien “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi klien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu

sebagai kenyataan.

c. Tahap pembahasan bersama, konselor dan klien bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk

menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.

d. Tahap evaluasi dan penyimpulan, mencoba memberi interpretasi atas

informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku klien. Pada tahap ini tercakup modifikasi sikap,

orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan simptom.

Dalam pelaksanaan intervensi logo konseling menurut Engel Konselor memiliki

peran sebagai berikut:30

29

(16)

25

a. Konselor membantu konseli menyingkapkan masalah low spiritual self-esteem yang mereka alami. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah eksplorasi diri

(self-exploration). Media yang dipakai adalah kertas kerja (work sheet) dan diari (diary). Tujuannya adalah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan konseli.

Sasarannya adalah mengembangkan kesadaran diri konseli.

b. Konselor membantu konseli mengembangkan kekuatan untuk mengelola kelemahan. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah penerimaan diri (

self-acceptemce). Media yang dipakai adalah daftar kekuatan dan kelemahan. Sasarannya adalah penerimaan diri klien. Tujuannya adalah klien dapat

mengembangkan keyakinan inti seimbang.

c. Konselor membantu konseli mengembangkan asumsi berpikir positif untuk ketegasan dirinya. Teknik yang dipakai adalah intensi paradoksial, sedangkan

pendekatannya adalah pemisahan diri (self-detachment). Media yang dipakai adalah eksperimen dengan bias harapan. Sasarannya adalah ketegasan diri konseli.

tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan asumsi berpikir positif.

d. Konselor membantu konseli memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya batinnya. Teknik yang dipakai adalah de-refleksi, sedangkan pendekatannya

adalah transendensi diri ( self trancendence). Media yang dipakai adalah jurnal kegiatan. Sasarannya adalah pencapaian tujuan hidup. Tujuannya adalah konseli

dapat mengembangkan harapan yang realistis.

e. Konselor membantu klien mengubah penderitaan dan rasa berslah. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah modifikasi sikap. Media yang dipakai adalah diari

pikiran untuk evaluasi diri negatif. Sasarannya adalah tanggung jawab diri konseli. tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang.

30

(17)

26

f. Konselor membantu konseli mengakses kemampuan dan kepercayaan dirinya. Teknik yang dipakai adalah dialog sokrates, sedangkan pendekatannya adalah

kesadaran diri (self awareness). Media yang dipakai adalah daftar kepercayaan diri. Sasarannya adalah pencapaian integritas diri. Tujuannya adalah konseli dapat

mengembangkan kepercayaan dirinya.

g. Konselor membantu konseli memperoleh healthy spiritual self-esteem dan menemukan makna hidup. Teknik yang dipakai adalah realisasi makna, sedangkan

pendekatannya adalah penemuan makna. Sasarannya adalah potensi diri, aktivitas diri, dan evaluasi diri positif. Tujuannya adalah konseli memperoleh healthy

spiritual esteem dan menemukan makna hidup.

2.3Pelayanan Konseling Pastoral di Lembaga Pemasyarakatan

Berdasarkan Undang-Undang Pemasyarakatan tahun 1917 Pasal 1 ayat 3, dijelaskan bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah

tempat untuk melaksanakan pembinaan napi dan anak didik pemasyarakatan, ayat 5 dijelaskan Warga Binaan Pemasyarakatan adalah napi dan anak didik pemasyarakatan dan klien pemasyarakan, ayat 7 dijelaskan Narapidana adalah terpidana yang

menjalankan pidana hilang kemerdekaan di Lapas.31

Menurut Sproul nasib Narapidana atau Warga Binaan sebagai tahanan adalah

suatu perkara yang tidak menarik minat kita, sebab kita lebih suka menutup diri dengan ketidaktahuan. Sudah cukup banyak masalah kita dalam menghadapi penderitaan dan kemalangan orang-orang yang bukan penjahat yang berseru minta

belas kasihan kita, tak perlu kita tambah dengan memikirkan orang-orang yang telah melakukan tindak kejahatan keji terhadap masyarakat. Namun, penjahat tetaplah

31

(18)

27

manusia dan hak mereka atas martabat manusiawi tidak terhapus karena

kejahatannya.32

Jadi, warga binaan merupakan orang-orang yang kebebasannya dicabut karena melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum, dimana oleh masyarakat seringkali warga binaan dipandang sebagai orang-orang berdosa yang tidak perlu untuk

dipedulikan, tetapi sebenarnya sebagai manusia arga binaan tetap memiliki nilai.

Adapun realitas di dalam penjara yang coba digambarkan Sproul, yaitu suasana

yang suram dan dingin, bahasa yang keras, pintu berlapis baja, orang-orang yang keras, suasana yang kumuh, anggaran yang terbatas, rutinitas yang membosankan dan juga audiens yang bersikap bermusuhan.33 Fakta lain yang ada di dalam penjara pada

umumnya adalah : perbedaan besar dalam hukuman, ada perbedaan besar dalam hukuman yang dijatuhkan pada orang orang yang dihukum untuk kejahatan yang

sama, di samping itu juga adanya hukuman tersembunyi yang bukan merupakan bagian resmi dari hukuman yang dijatuhkan oleh sidang pengadilan; pemerkosaan homoseksual, pemerkosaan bukan masalah yang kadang-kadang muncul, tetapi terjadi

begitu marak sehingga orang yang ditempatkan di penjara dengan sekuritas maksimal hampir dapat dipastikan akan mengalaminya; pemeriksaan bugil, proses

penghancuran martabat seorang tahanan dimulai sejak saat ia tiba di Lembaga Pemasyarakatan (LP). Setelah dikawal melalui beberapa pintu baja dan urusan

menyelesaikan pendaftaran, ia kemudian harus melepaskan pakaiannya saat pemeriksaan untuk mencegah kemungkinan ia menyelundupkan barang-barang ke

dalam penjara.34

32

R.C. Sproul, Mendambakan Makna..., 174.

33

R.C. Sproul, Mendambakan Makna...,175-177. 34

(19)

28

Penghancuran martabat yang dialami warga binaan di dalam penjara ditambah dengan citra buruk oleh masyarakat terhadap dirinya menunjukkan beratnya situasi

yang harus dihadapi oleh warga binaan dalam proses penemuan makna hidup yang positif.

Pelayanan di lembaga pemasyarakatan (LP) adalah satu bagian khusus dari

pelayanan gereja terhadap manusia, yang kepadanya kasih Allah disampaikan.35

Harapan Warga Binaan yang pertama dan seterusnya berdasarkan situasi mereka

sekarang menghendaki pendeta penjara untuk mengurangi tekanan akibat dari hukuman, menolong untuk memelihara hubungan-hubungan, membuat kontak dengan dunia luar, memprakarsai aktivitas kelompok dalam penjara, berjuang melawan

ketidakadilan sehari-hari dan ketidakberuntungan, membuka kesempatan-kesempatan untuk memulai hidup baru. Tentu saja, para warga binaan juga mencoba untuk

memperoleh kesenangan khusus dari pendeta penjara dengan maksud untuk meringankan beban mereka sebagai tahanan. Di balik keinginan mereka, bagaimanapun selalu ada harapan yang tersembunyi bahwa mereka akan menemukan

arti dan tujuan hidup, sementara itu juga belajar untuk merenungkan masa lalunya.36 Pada umumnya pendeta penjara diharapkan terutama menciptakan suasana yang lebih

santai dalam penjara (misalnya: memberikan perhatian khusus pada kesulitan para tahanan di mana para pegawai tidak dapat menolong). Di lain pihak ternyata sebagai

pelayan pastoral, para pendeta penjara tidak diizinkan untuk memberikan informasi, khususnya mencoba menolong masalah para napi dan terlibat dalam kasus-kasus

35

N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku dalam Penjara Pelayanan Perdamaian di Lembaga Pemasyarakatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 65.

(20)

29

perselisihan yang sering mengakibatkan kesalahpahaman dan kesulitan-kesulitan yang

dapat menghancurkan keyakinan dari sebagian pegawai penjara.37

Pegawai penjara mengharapkan para pendeta penjara menjadi bagian dari pekerja dan memperlakukan mereka secara layak. Mereka berharap memperoleh simpati atas posisi mereka dan bersedia untuk berbicara dengan mereka tentang problema dan

kesulitan-kesulitan mereka dalam pekerjaan.

Beberapa hal penting berkaitan dengan tugas pendeta penjara:38

a. Pendeta penjara merupakan agen-agen yang bebas, karena dapat mendekati kedua-duanya, para tahanan dan pegawai penjara, untuk tingkatan yang luas

sebagaimana manusia biasa. Dengan memberikan kesempatan kepada orang-orang menjadi dirinya sendiri: untuk tertawa dan menangis, bersumpah dan berdoa, berpikir, berbicara, bermimpi, bereaksi, semuanya tnpa dicatat dan mmpunyai

konsekuensi-konsekuensi, sebagaimana kasus ini dalam “keseluruhan lembaga ini. b. Hampir tidak ada orang lain dalam penjara yang dapat menciptakan rasa

kebersamaan seperti pndeta penjara: kebersamaan di antara para napi, antara napi dengan pegawai penjara dan juga dengan orang-orang yang berada di luar tembok penjara, sehingga pekerjaan mereka dapat menolong untuk mempromosikan,

saling pengertian, mengurangi ketegangan dan pertentangan serta menciptakan perdamaian.

c. Pendeta penjara dapat menolong para tahanan yang mendapat perlakuan khusus dalam penjara seperti: teroris, orang-orang asing, mereka yang terinfeksi AIDS... sehingga mereka dapat mmperlihatkan kepada orang-orang yang telah ditolak dan

menekankan bahwa mereka berharga dan diterima sebagai manusia seutuhnya.

37

N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku..., 60-61. 38

(21)

30

Pendeta penjara dapat menolong mereka untuk memproleh keyakinan baru, meskipun mereka tidak mempunyai kesempatan menurut standar undang-undang.

d. Para pendeta penjara dapat berlaku sebagai mitra kristis bagi mereka yang bekerja dalam sistem penjara, menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang gambaran

mereka sebagai manusia dan nilai serta keterbatasan dari perbuatan-perbuatan dan kata-kata mereka.

e. Para pendeta penjara tidak bertanggung jawab secara politik terhadap sistem

perundang-undangan dan karena itu dapat menganjutkan perubahan-perubahan di dalamnya agar lebih baik lagi, tanpa merasa dibebani oleh tekanan untuk

mensukseskan tujuan politis. Mereka terutama telah ditempatkan dengan baik untuk melakukan ini, karena mereka umumnya tidak berada diantara para pembuat keputusan, di antara sistem dan karena itu tidak terus menerus dipaksa

untuk mengadili narapidana (warga binaan).

f. Para pendeta penjara dapat mengingatkan gereja setempat dan umum

(masyarakat) tentang tanggung jawab bersama terhadap para tahanan dan pegawai serta keluarga mereka.

Soemardhi di dalam Pokja PLP-PGI menegaskan bahwa pelayan-pelayan

Tuhan dalam melayani harap memperhatikan bahwa warga binaan adalah manusia biasa, warga negara biasa seperti pelayan-pelayan juga. Ia menjadi warga binaan tidak

sepenuhnya karena ia melanggar hukum, akan tetapi karena suatu pelanggaran yang tidak sengaja (mungkin) sehingga masuk Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan. Oleh karena itu perlakukanlah mereka sebagai manusia biasa yang perlu kita

hormati penuh harkat dan martabatnya, kita hargai sebagai layaknya manusia biasa.39

(22)

31

Dapat disimpulkan bahwa warga binaan adalah orang-orang yang melalui pengadilan dinyatakan bersalah sehingga kehilangan kebebasannya dan harus dibina untuk diberdayakan

menjadi manusia yang lebih baik dan berguna serta memiliki makna yang positif dalam hidup. Oleh karena itu warga binaan perlu mendapatkan perhatian dan pertolongan dari

Referensi

Dokumen terkait

KETENTUAN JAMINAN KREDIT DEPOSITO BERJANGKA PADA PD. BPR

Mempunyai pengalaman di Bidang Sub Layanan Jasa Penilai/ Appraisal/Valuer (1.SC.02), minimal 1 (satu) paket pekerjaan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun

Hasil penelitian menunjukkan ,Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Kinerja Wanita Entrepreneur pada KSM Kota Banda Aceh, sudah baik, Life skil berpengaruh terhadap Kinerja

 Tidak boleh ada benda yang menutupi, adanya benda atau hambatan dekat lubang udara akan. mengurangi udara pendingin shg akan menurunkan prestasi pendinginannya

Dengan demikian untuk lebih mengetahui secara langsung ciri morfologi, struktur tubuh dan kondisi lingkungan habitat dari berbagai jenis tumbuhan tingkat rendah yang

The higher portion of PS flour, the higher the temperature of gelatinization, the peak viscosity, the hold viscosity, the cold viscosity and the setback viscosity of the

امأ ءا

سرــــ فلا ا ةــــــحفصل ــــ فلا