KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PEMERATAAN ANTARKELOMPOK
PENDAPATAN
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Disampaikan dalam Multilateral Meeting I Penyusunan RKP 2017
Jakarta, 29 Februari 2016
•
Pendahuluan
•
Strategi, Sasaran dan Arah Kebijakan
•
Isu Pelaksanaan Pembangunan
•
Perencanaan Terintegrasi
•
Kerangka Kelembagaan dan Kerangka Regulasi
•
Tindak Lanjut
OUTLINE
PENDAHULUAN
TUJUAN
1.
Mengintegrasikan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh K/L ke dalam satu tujuan (
goal
) yang jelas dan
terukur.
2.
Menginformasikan mengenai Prioritas Nasional Tahun 2017, hasil identifikasi awal Sasaran Prioritas Nasional,
Arah Kebijakan Prioritas Nasional, Program Prioritas dan Kegiatan Prioritas Tahun 2017.
3.
Menginformasikan mengenai Kerangka Regulasi yang diperlukan dalam pelaksanaan program dan kegiatan
prioritas.
4.
Memperoleh masukan dari K/L.
MULTILATERAL MEETING I
PERSIAPAN PENYUSUNAN RKP 2017
KELUARAN
1.
Kesepakatan sasaran prioritas nasional dan arah kebijakan prioritas nasional,
2.
Masukan untuk Program Prioritas dan Kegiatan Prioritas.
TARGET PEMBANGUNAN
Kondisi Terkini
2015
6,18 %
5,5-5,8
4,0-5,0 %
RPJMN
2019
11,13%
10,0-10,8
7-8 %
Target Pembangunan akan tercapai bila
pertumbuhan ekonomi dan investasi yang
tinggi serta inflasi terkendali
Kondisi Terkini
2015
0,41
0,38
0,36
2017
RPJMN
2019
Strategi Kebijakan RPJMN 2015-2019: Pemerataan
Pendapatan antar kelompok masyarakat
(satu dari 3 Dimensi Pembangunan Nasional)
TPT
Tk. Kemiskinan
Gini Rasio
2017
PENDEKATAN PEMBANGUNAN:
HOLISTIK, TEMATIK, TERINTEGRASI, DAN SPASIAL
Holistik-Tematik
: Untuk mencapai sasaran prioritas nasional Dimensi Pembangunan untuk
Pemerataan Pendapatan, perlu koordinasi multi kementerian, yaitu antara lain BKPM,
Kemendagri, Kemenaker, Kemensos, Kemen KUKM, Kemen PUPR, Kemendes PDTT, dan
pemerintah daerah, dan Kementerian Teknis lainnya.
Integratif
: Pencapaian pemerataan pendapatan antarkelompok penduduk perlu dilakukan
secara terintegrasi dengan cara memutus siklus ketimpangan antargenerasi melalui:
menciptakan lapangan kerja yang baik dan peningkatan keterampilan tenaga kerja;
memperbaiki akses pada pelayanan dasar;
memastikan perlindungan bila terjadi goncangan;
Spasial
: pembangunan sarana prasarana layanan dasar rumah tangga untuk mempercepat
pengurangan ketimpangan harus mempertimbangkan penargetan wilayah prioritas lokasi yang
tingkat kesejahteraannya rendah (
geographic targeting
).
STRATEGI, SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN
Memperbesar
lapangan
kerja
berkualitas
dan investasi
padat karya
Memperluas
akses usaha
mikro dan
kecil
Mendorong
tumbuh-kembangnya
jumlah
wirausaha
baru
Memperkuat
basis
perekono-mian
perdesaan
Pemenuhan
pelayanan
dasar
masyarakat
terbawah
Mengurangi
beban
penduduk
miskin/rentan
PERTUMBUHAN INKLUSIF
(memaksimalkan potensi ekonomi, menyertakan sebanyak-banyaknya angkatan kerja, dan ramah
keluarga miskin)
Pengangguran dan kemiskinan berkurang
Strategi Pembangunan Nasional:
DIMENSI PEMBANGUNAN UNTUK PEMERATAAN
1
2
3
4
5
6
PEMERATAAN ANTARKELOMPOK PENDAPATAN
Sasaran (1)
9
Sasaran
2014
2015
2016
2017
2019
1. Penciptaan lapangan kerja
a. Penyediaan lapangan kerja (orang)
1,73 juta
191,2 ribu
+ 2 juta
+ 2 juta
+ 2 juta
b. Tenaga kerja formal (%)
40,5
42,1
43,6
46,0
51,0
2. Peningkatan kualitas dan keterampilan pekerja
a. Pelatihan kerja (orang)
523.870
815.705
810.000
1.000.000
1.200.000
b. Sertifikasi (orang)
151.250
93.813
123.000
150.000
200.000
3. Peningkatan produktivitas usaha mikro dan kecil, penguatan koperasi, serta pengembangan kewirausahaan
a. Diklat dan pendampingan usaha
(orang/unit usaha)
22.790 /
52.720
31.540/
58.186
31.067/
84.016
42.000/
89.000
43.000/
97.000
b. Kewirausahaan (orang)
91.000
70.400
112.600
138.000
150.000
c. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
•
Subsidi KUR (Rp triliun)
3,409
3,04
10,5
10,5
•
Target Penyaluran (Rp Triliun)
37
30
105-120
105-120
PEMERATAAN ANTARKELOMPOK PENDAPATAN
Sasaran (2)
10
Sasaran
2014
2015
2016
2017
2019
4. Akses terhadap pelayanan dasar
a. Kepemilikan akte lahir
64,6%
72,3%
74,0%
75,0%
77,4%
b. Akses perumahan, air minum,
sanitasi layak, dan penerangan
n.a
n.a
n.a
Ditentukan
kemudian
100%
5. Perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan
a. Bantuan iuran jaminan
kesehatan/KIS (individu)
86,4 juta
88,2 juta
92,4 juta
94,4 juta
107,2 juta
b. Bantuan tunai bersyarat/PKH
(keluarga)
2,8 juta
3,5 juta
6 juta
7 juta
8 juta
c. Bantuan pendidikan/KIP (anak usia
sekolah)
11,9 juta
20,3 juta
21,6 juta
21,6 juta
21,6 juta
d. Subsidi pangan
11
ARAH KEBIJAKAN
Kebijakan terkait Revolusi Mental:
1. Redesain program yang memungkinkan perubahan
mindset
masyarakat miskin menjadi produktif,
mandiri, dan bermartabat;
2. Mengaitkan program sosial yang mendorong
masyarakat miskin peduli dengan kesehatan,
pendidikan dan keluarga berencana;
3. Mempromosikan solidaritas sosial di masyarakat;
4. Penegakan aturan dan disiplin.
1.
Mendorong aktivitas ekonomi untuk menghasilkan
kesempatan kerja dan usaha yang lebih luas:
•
Memperluas industri manufaktur untuk memperluas
lapangan kerja baru yang berkualitas;
•
Mendorong pengeluaran pemerintah dan penciptaan
investasi yang padat karya;
•
Dukungan regulasi yang mendorong iklim investasi;
•
Hubungan industrial yang harmonis.
2.
Pengembangan ekonomi produktif:
•
Meningkatkan akses permodalan dan layanan kredit mikro;
•
Pendampingan dan pengembangan kelompok usaha;
•
Mendorong terwujudnya kemudahan, kepastian, dan
perlindungan usaha.
3.
Perluasan pelayanan dasar, melalui:
•
Peningkatan ketersediaan infrastruktur dan sarana;
•
Pengembangan dan penguatan sistem penyediaan layanan
dasar;
4.
Penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif:
•
Efektivitas program Bidik Misi;
•
Penataan asistensi sosial: KIS, KIP, dan KKS;
•
Perluasan cakupan SJSN dan Bantuan Tunai
ISU PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Pertumbuhan ekonomi
4,73%, Tahun 2015
Penambahan
Kesempatan Kerja 2015
sebesar 191.173
SD atau lebih rendah
50,8 Jt orang SMA/SMK 30,6 Jt orang Universitas 9,5 Jt orang SMP 20,7 Jt orang Diploma 3,1 Jt orang
PASAR KERJA DAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
TPT: 6,18%
2014
2015
2013
571.640 jam hilang
124 kasus
melibatkan 85.406
Tenaga Kerja
265,166 jam
hilang
193 kasus
melibatkan 48.212
Tenaga Kerja
130.999 jam
hilang
239 kasus
melibatkan 32.209
Tenaga Kerja
Pertumbuhan ekonomi tidak menyerap tenaga kerja
seperti yang diharapkan
Masih tingginya perselisihan hubungan industrial yang
mengakibatkan inefisiensi produktivitas
1
3
Daya saing tenaga kerja Indonesia masih rendah,
tenaga kerja masih didominasi lulusan SMP ke bawah
2
Rata-rata kesempatan
kerja 2010-2014 per
1% pertumbuhan
adalah 300 ribu.
134
MEMPERKUAT DAYA TAHAN (RESILIENCE)
USAHA MIKRO DAN KECIL
Peningkatan Kemampuan Usaha Mikro Kecil untuk Berkembang Secara Berkelanjutan
Peningkatan Produktivitas
•
Endowment
: aset, kualitas SDM, kapasitas kewirausahaan
•
Akses ke peluang usaha, akses ke sumber daya produktif, akses
peningkatan keterampilan, akses pasar, akses jaringan usaha.
•
Jenis dukungan: bantuan teknis, stimulan, insentif, inisiasi
dukungan yang belum tersedia, misalnya
seed/start-up capital
bagi wirausaha baru
•
Jangkauan dan jangka waktu pemberian dukungan
•
Sinergi dan kemitraan dengan dunia usaha
Hambatan Melakukan Bisnis
UKM (%)
Kendala kredit
19,9
Bahan mentah
18,8
Tenaga kerja dan SDM
17,2
Akses pasar
16,7
Penjualan dan distribusi
9,7
Perijinan
7,5
Pelatihan manajerial
3,2
Produksi
3,2
Teknologi produksi
2,2
Keuntungan dan pertumbuhan
1,6
0 10 20 30 40 PNPM Other Government… KUR Bank Cooperation Personal Loans Others
Total Top 60% Bottom 40% Lainnya Pinjaman Personal Koperasi Program Pemerintah Lainnya 60% Teratas 40% Terbawah
Akses masyarakat terhadap sumber kredit
Optimalisasi Dukungan Bagi Usaha Mikro Kecil
Sumber: Susenas, 2013, diolah staf Bap-penas
14
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2013)
FOKUS PENGUATAN
PENGUATAN KOPERASI
Koperasi tersebar di berbagai wilayah sehingga dapat mendukung pemerataan
pembangunan dengan menggerakkan sektor-sektor strategis berbasis usaha-usaha
masyarakat dan keunggulan lokal.
Jumlah Koperasi
Jumlah koperasi aktif:
147.249 unit
Jumlah anggota
koperasi: 36,4 juta
2014
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2014)
BUSINESS PROCESS KEWIRAUSAHAAN
Informasi
Peluang
Usaha
Talent Scouting
(Perekrutan
Calon
Wirausahawan)
Standardisasi
kurikulum dan
metode diklat
Training of
Trainers
Mentor dan
Pendamping
Sinergi dalam
Dukungan
Promosi dan
Kemitraan
Sinergi dalam
Penyediaan
Seed/Start-up
capital
Kerjasama
Pelatihan,
Pemagangan
& Mentoring
Lingkup Kemitraan Pemerintah dan Dunia Usaha
Calon
Wirausahawan
Penyediaan
Informasi
Sosialisasi &
Perekrutan
Pengembangan
Kapasitas
Diklat &
Magang
Rencana Bisnis
DukunganModal &
Pendampingan
Seed/Start-up Capital &
Mentoring
Mulai Usaha Baru
Tahapan Pengembangan Wirausaha Baru
JANGKAUAN PELAYANAN DASAR
50%
Usia 0-17 tahun tanpa
akta lahir
40%
imunisasi tidak lengkap
31%
persalinan tidak di
faskes
14,6%
Usia SMP tidak
sekolah
44%
air minum tidak
layak
80%
sanitasi tidak layak
ISU UTAMA
Sumber: Susenas, 2014
Peta jumlah rumah tangga tanpa jamban,
dengan sebaran menurut kabupaten
secara
nasional
.
Sebaran
kabupaten
dalam
suatu provinsi,
indikator jumlah
rumah tangga
tanpa jamban,
contoh Kabupaten
Brebes, Provinsi
Jawa Tengah.
Sebaran
kecamatan
dalam
suatu kabupaten,
indikator jumlah
rumah tangga
tanpa jamban,
contoh Kecamatan
Larangan,
Kabupaten Brebes,
Provinsi Jawa
Tengah.
CONTOH: PETA JUMLAH RUMAH TANGGA TANPA JAMBAN
SECARA NASIONAL
,
PROVINSI, KABUPATEN, DAN KECAMATAN
Sumber: TNP2K
MEMASTIKAN PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
LEBIH SEJAHTERA
Dari
73,1%
konsumsi makanan, konsumsi
beras di perdesaan dan perkotaan
berkontribusi masing-masing sebesar
28,74%
dan
22,10%
(Susenas, 2015)
Kunjungan Neonatal pertama (KN1)
kuintil 1 = 49,9%; kuintil 5 = 80,9%
(Riskesdas, 2013)
APK SMP kuintil 1 = 82,3%; kuintil 5 =
92,3%; APK SMA kuintil 1 = 58,8%;
kuintil 5 = 83,8%;
(Susenas, 2014)
Persentase persalinan di fasilitas
kesehatan
kuintil 1= 29,7%; kuintil 5 =
88,1%
(SDKI, 2012)
Akses layanan keuangan digital bagi
penduduk miskin baru sebesar
4,12%
(diolah dari PPLS, 2011)
MENINGKATKAN KESEMPATAN DAN KAPABILITAS YANG TERINTEGRATIF
MENUJU KESEJAHTERAAN YANG BERKELANJUTAN
Persentase balita yang diberi suplemen
vitamin A dalam 6 bulan terakhir
kuintil
1 = 53%; kuintil 5 = 65,1%
(SDKI 2012)
1.
Pendekatan pemberdayaan dengan memprioritaskan
membangun manusianya;
2.
Membangun perilaku masyarakat miskin menjadi mandiri dan pro-aktif (contoh: dengan membiasakan
menabung dan berkelompok);
3.
Menjaga kesinambungan melalui
pendampingan intensif dan peningkatan kapasitas
;
4.
Peran pemda dan swasta untuk mengidentifikasi potensi ekonomi lokal dan membangun jaringan pasar.
MENDORONG KEMANDIRIAN PENDUDUK KURANG MAMPU
20
LIMA KRITERIA AGAR PENDUDUK MISKIN MEMILIKI
KEHIDUPAN YANG BERKELANJUTAN
(SDM, SDA, Sosial, Finansial, Infrastruktur)
Akses transportasi,
air bersih, dan
sanitasi sesuai
kondisi lokal
Jaminan akses ke
sumber daya
lokal yang
terbarukan
Akses ke layanan
keuangan (modal,
tabungan, dan
asuransi)
Keterampilan,
termasuk
pengetahuan
finansial
Kemampuan
berorganisasi dan
jejaring (akses
pasar dan
informasi)
1
2
3
4
5
PERENCANAAN TERINTEGRASI
22
Setiap Menteri dan Kepala Lembaga wajib mengendalikan anggaran di setiap K/L yang dipimpinnya. Tidak
boleh masalah anggaran hanya diserahkan kepada Biro Perencanaan.
Anggaran negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan berorientasi pada prioritas untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Kebijakan anggaran belanja yang dilakukan tidak berdasarkan
money follow function
, tetapi
money follow
program prioritas
.
Tidak perlu semua tugas dan fungsi
(tusi)
harus dibiayai secara merata.
Memangkas program yang nomenklaturnya tidak jelas dan tidak ada manfaatnya bagi rakyat. Semua
nomenklatur proyek harus jelas, misalnya membeli jaring, membeli benih, dan seterusnya.
ARAHAN PRESIDEN TERKAIT PENYUSUNAN RKP 2017
(HASIL SIDANG KABINET 10 FEBRUARI 2016)
TEMA RKP 2017
“Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan
Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan
23
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Rata-rata pertumbuhan nasional = 3,41%
Laju Pertumbuhan Pengeluaran Per Kapita 2008-2014
Sumber: Susenas 2008-2014, diolah
Layanan Dasar
Akses rumah tangga seperti sanitasi layak, air minum layak,
dan penerangan sudah diberikan tetapi masih terbatas,
terutama di daerah yang sulit dijangkau.
Perumahan layak huni masih terbatas.
Bantuan Penduduk Miskin dan Rentan
Seluruh penduduk miskin dan rentan hingga 36 persentil
menerima bantuan iuran jaminan kesehatan.
Penduduk miskin dan rentan hingga 25 persentil
diberikan bantuan pendidikan dan pangan (beras).
Penduduk miskin juga mendapatkan bantuan tunai
bersyarat untuk mendorong perubahan perilaku dan
peningkatan kapasitas keluarga.
Kegiatan Produktif
Program-program seperti pemberdayaan, pengembangan
ekonomi peroduktif, usaha secara berkelompok, belum
terkelola, masih tersebar dan terbatas.
Penyaluran KUR
KUR diterima oleh seluruh kelompok penduduk. 68%
penerima adalah kelompok 40-90 persentil (Susenas 2015).
Subsidi bunga KUR diharapkan untuk meningkatkan kinerja
UMK.
Peningkatan Kapasitas Angkatan Kerja
Program kewirausahaan, pelatihan dan sertifikasi
diprioritaskan bagi kelompok penduduk 20-40 persentil.
Pelaksanaan program di dorong untuk melakukan kerjasama
dengan dunia usaha.
PROGRAM PEMBANGUNAN
PEMERATAAN ANTARKELOMPOK PENDAPATAN
Perencanaan Terintegrasi
24Peningkatan
Taraf Hidup
Penduduk 40%
Ekonomi
Terbawah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasiyang rendah Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya Perhatian khusus kepada usaha mikro dan kecil Pengembangan kewirausahaan Perkuatan basis perekonomian perdesaan Perluasan pelayanan dasar Pengurangan beban penduduk miskin dan rentan (Bantuan Sosial)
LEVEL 1
1
2
3
4
5
6
Memaksimalkan potensi ekonomi, menyertakan sebanyak-banyaknya angkatan kerja, dan ramah keluarga miskin
Menciptakan kesempatan kerja dengan meningkatkan iklim investasi, memperkuat kelembagaan informasi pasar kerja, dan meningkatkan keahlian pekerja
Meningkatkan keterampilan usaha; akses pembiayaan; kualitas produk; akses pemasaran;
koperasi dan kemitraan usaha; dan kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha
Meningkatkan kesadaran, inovasi,
keterampilan dan produktivitas wirausaha Meningkatkan kapasitas
masyarakat miskin dalam berusaha dan atau bekerja secara
berkelanjutan Meningkatkan tata kelola dalam penyediaan, keterjangkauan dan
kemudahan akses pelayanan dasar bagi masyarakat miskin
Melindungi
penduduk miskin dan rentan dari berbagai guncangan ekonomi dan sosial
PEMERATAAN ANTARKELOMPOK PENDAPATAN
Sinergi Pemangku Kepentingan
25
Peningkatan
Taraf Hidup
Penduduk 40%
Ekonomi
Terbawah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasiyang rendah Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya Perhatian khusus kepada usaha mikro dan kecil Pengembangan kewirausahaan Perkuatan basis perekonomian perdesaan Perluasan pelayanan dasar Pengurangan beban penduduk miskin dan rentan (Bantuan Sosial) Kemendikbud Kemenristekdikti Kemen KUKM Kemenaker BNP2TKI Kemensos Bekraf Kemenperin Kementan Kemenpora BPPT LIPI Kemendes PDTT KKP Pemda Perguruan tinggi Dunia usaha Lembaga keuangan Kemen KUKM Kemenaker Kemensos KKP Kementan Kemensos Kemenkes Kemendikbud Kemenag Kemen ESDM Kemen PUPR BULOG Kementan Kemendagri Kemenaker Kemenperin BKPM Kemenhub Kementan Kemendag Kemen PDTT Kemenkumham Kemenkes Kemendikbud KKP Kemen PUPR Kemenpar Kemenkominfo Pemda Dunia Usaha
LEVEL 1
1
2
3
4
5
6
Alokasi
diprioritaskan
kepada
program-program yang
sudah teruji
manfaatnya.
Kemendes PDTT Kemendagri Pemda Dunia usaha Kemen KUKM Pemda Bank Penyalur KUR Kemendag Kemenperin Kementan KKP Bekraf Kemenaker Kemendes PDTT Kemenpar Kemenpora Kemenkominfo BPOM BKPM Kemen LHK Dunia Usaha Kemen PUPR Kemendikbud Kemenkes Kemendes PDTT Kemen ESDM BKKBN Kemenag Kemenkumham Kemendagri Kemensos PemdaPenciptaan
Lapangan
Kerja
---2 juta lapangan kerja Iklim Ketenagaker-jaan dan Hubungan IndustrialKeahlian
Pekerja
Layanan
Informasi
Pasar Kerja
Peningkatan
Iklim
Investasi dan
Iklim Usaha
Pembangunan
Infrastruktur
Skala Kecil
dan
Menengah
PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA
DENGAN MEMPERBESAR INVESTASI PADAT KARYA
Perencanaan Terintegrasi
LEVEL 2
261
•
Penyempurnaan regulasi
•
Harmonisasi peraturan
ketenagakerjaan
Penyerapan tenaga
kerja melalui
program-program
infrastruktur padat
karya
•
Penerapan standar
pelatihan berbasis
kompetensi
•
Perluasan sistem
sertifikasi keahlian
•
Perluasan bursa
kerja daerah
industri/kota besar
•
Kelembagaan
penyedia layanan
informasi
•
Memperbesar nilai investasi
dalam dan luar negeri
•
Pengembangan sistem
investasi nasional dan
layanan terpadu perijinan
PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA
DENGAN MEMPERBESAR INVESTASI PADAT KARYA
Sinergi Pemangku Kepentingan
LEVEL 2
27Penciptaan
Lapangan
Kerja
---2 juta lapangan kerja Iklim Ketenagaker-jaan dan Hubungan IndustrialKeahlian
Pekerja
Layanan
Informasi
Pasar Kerja
Peningkatan
Iklim
Investasi dan
Iklim Usaha
Pembangunan
Infrastruktur
Skala Kecil
dan
Menengah
BKPM
Kemendag
Kemenperin
Kemenaker
Pemda
Kemenaker
Pemda
Kemen PUPR
Kemenhub
Kementan
Kemendes PDTT
Kemenaker
Pemda
Kemenaker
Kemenkumham
Pemda
1
Kemenaker
Kemenperin
Kemen PUPR
Kemenhub
KKP
Kemenpar
Kemendikbud
Kemenkes
Kemenkominfo
Dunia usaha
PERHATIAN KHUSUS KEPADA USAHA MIKRO, KECIL DAN KOPERASI
Perencanaan Terintegrasi
Perhatian Khusus kepada Usaha Mikro, Kecil dan
Koperasi
---Peningkatan Produktivitas Usaha Mikro dan
Kecil dan Koperasi
Keterampilan
Usaha
Akses
Pembiayaan
Kualitas
Produk dan
Akses
Pemasaran
Koperasi dan
Kemitraan
Usaha
Kemudahan,
Kepastian,
dan
Perlindungan
Usaha
• KUR • Dana bergulir• Layanan keuangan mikro melalui KSP dan LKM
• Sistem resi gudang • Harmonisasi regulasi
• Ijin usaha mikro kecil • Persaingan usaha yang
sehat
• Antisipasi dampak bencana
• Penguatan kelompok usaha/sentra
• Penguatan koperasi • Kemitraan usaha
• Manajemen produksi dan pemasaran • Diversifikasi dan kualitas produk • Eco tourism
• Akses pasar: pasar rakyat, penataan PKL, koperasi distribusi, fasilitasi promosi,
trading house, e-commerce
• Upgradingketerampilan: manajemen, teknis, dan perkoperasian
• Konsultasi dan pendampingan usaha
LEVEL 2
28
Perhatian Khusus kepada Usaha Mikro, Kecil dan
Koperasi
---Peningkatan Produktivitas Usaha Mikro dan
Kecil dan Koperasi Keterampilan Usaha Akses Pembiayaan Kualitas Produk dan Akses Pemasaran Koperasi dan Kemitraan Usaha Kemudahan, Kepastian, dan Perlindungan Usaha
Komite Pembiayaan (Kemenko
Perekonomian, Kemenkeu, Kemendagri, KemenKUKM, Kemenperin, Kemendag, Kementan, KKP, Kemenaker, KemenBUMN, Setkab, BPKP, BNP2TKI,
Kemenpora) Pemda
Kemitraan dengan dunia usaha KemenKUKM Kemendes PDTT KKP Kemenpar Pemda KemenKUKM Kemenperin Kemendag KemenLHK Kemendes PDTT BKPM Pemda
Kemitraan dengan dunia usaha
Kemenperin Kementan KKP KemenKUKM Kemendag Kemenaker Kemendes PDTT KemenKUKM Kemenperin Kemenaker KKP Kemenpora
LEVEL 2
29 Kemendes PDTT Kemenpar PemdaKemitraan dengan dunia usaha
Kemenkominfo BPOM
Pemda
Kemitraan dengan dunia usaha
PERHATIAN KHUSUS KEPADA USAHA MIKRO, KECIL DAN KOPERASI
Sinergi Pemangku Kepentingan
LEVEL 2
30PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Perencanaan Terintegrasi
Pengembangan
Kewirausahaan
---Wirausaha Inovatif dan Berpotensi TumbuhPendidikan
kewirausa-haan
Pengem-bangan
bisnis
rumahan
Inovasi
Pemagangan wirausaha Peningkatan produktivitasInkubasi
bisnis
3
Membangun kesadaran
berwirausaha mulai dari sekolah
hingga perguruan tinggi
Pelatihan-pelatihan
praktis kepada
masyarakat kurang
mampu
Pelatihan pembiayaan
wirausaha, organisasi,
kepemimpinan, izin usaha,
dan pemasaran
Akses ke teknologi tepat guna
Kerjasama mentoring dengan
sciencepark/technopark/
kawasan industri/dunia usaha/
perguruan tinggi/litbang
Perluasan skala
usaha, pemanfaatan
teknologi, produksi,
dan perluasan
pemasaran (inovasi)
Pembekalan keterampilan
kerja, pendampingan,
konsultasi bisnis
LEVEL 2
31
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Sinergi Pemangku Kepentingan
Pengembangan
Kewirausahaan
---Wirausaha Inovatif dan Berpotensi TumbuhPendidikan
kewirausa-haan
Pengem-bangan
bisnis
rumahan
Inovasi
Pemagangan wirausaha Peningkatan produktivitasInkubasi
bisnis
3
Kemendikbud
Kemenristekdikti
Pemda
Kemenaker
BNP2TKI
Kemendes PDTT
Kemensos
Pemda
Kemitraan dengan
dunia usaha
KemenKUKM
Kemenaker
Kemenpora
Kemenperin
KKP
BNP2TKI
Bekraf
Lembaga
Keuangan
Pemda
Kemitraan dengan
dunia usaha
Kemenperin
Kemenristekdikti
Kementan
KKP
Bekraf
BPPT
LIPI
Kemitraan dengan
dunia usaha
Perguruan Tinggi
KemenKUKM
Kemenristekdikti
Kemenaker
Kemenperin
BPPT
Pemda
Perguruan Tinggi
Kemitraan dengan
dunia usaha
KemenKUKM,
Kemitraan dengan
dunia usaha
PERKUATAN BASIS PEREKONOMIAN PERDESAAN
Perencanaan Terintegrasi
Perkuatan
Basis
Perekonomian
Perdesaan
---Peningkatan Ekonomi ProduktifLembaga
Keuangan
berbasis
komunitas
Keterampilan teknisSarana
Prasarana
dan Sistem
Pendukung
Kegiatan
Ekonomi
Pendampingan Masyarakat Desa• Pengadaan alat dan sarana pemasaran
• Identifikasi dan penggunaan sumber daya lokal sebagai bahan produksi
• Pemanfaatan SDA (sumber daya alam) secara berkesinambungan
• Kemitraan dengan pelaku pasar
• Dukungan kebijakan daerah dalam mengembangkan kegatan ekonomi masyarakat rentan
Pembekalan keterampilan kerja atau usaha bagi masyarakat kurang mampu • Perluasan akses keuangan
mikro bagi masyarakat kurang mampu
• Pemanfaatan dana bergulir yang beredar di masyarakat melalui koperasi
• Pelibatan masyarakat dalam berorganisasi dan pengambilan keputusan
• Pendampingan yang intensif sebelum dan selama masyarakat menjalankan usaha/ kerja
LEVEL 2
32
PERKUATAN BASIS PEREKONOMIAN PERDESAAN
Sinergi Pemangku Kepentingan
Perkuatan
Basis
Perekonomian
Perdesaan
---Peningkatan Ekonomi ProduktifLembaga
Keuangan
berbasis
komunitas
Keterampilan teknisSarana
Prasarana
dan Sistem
Pendukung
Kegiatan
Ekonomi
Pendampingan Masyarakat DesaLEVEL 2
334
Kemendes PDTT
Pemda
Kemendes
PDTT
KKP
Kemen KUKM
Kementan
Kemenaker
Kemensos
Kemendagri
Pemda
Lembaga Keuangan
Mikro (Non-Bank)
Kemen KUKM
OJK
Kemendes PDTT
Kemenaker
KKP
Kementan
Kemendes PDTT
Kemensos
Kemen KUKM
Pemda
PERLUASAN PELAYANAN DASAR
Perencanaan Terintegrasi
LEVEL 2
34
Akses Pelayanan Dasar Masyarakat Miskin ---Meningkatkannya persentase masyarakat miskin mendapat pelayanan dasar
Peningkatan
Tata Kelola
Penyediaan
Layanan Dasar
Pendampingan
Masyarakat
5
•
Peningkatan kapasitas Pemerintah
Daerah dalam penyediaan layanan
dasar
•
Penyediaan sarana
dan prasarana
•
Pelayanan dasar yang
berkualitas dan
inklusif
•
Perluasan jangkauan
pelayanan dasar
untuk daerah khusus
atau terpencil
•
Pembinaan
masyarakat dalam
mengakses layanan
dasar
•
Pelibatan masyarakat
dalam perbaikan
layanan dasar
PERLUASAN PELAYANAN DASAR
Sinergi Pemangku Kepentingan
LEVEL 2
35
Akses Pelayanan Dasar Masyarakat Miskin ---Meningkatkannya persentase masyarakat miskin mendapat pelayanan dasar
Peningkatan
Tata Kelola
Penyediaan
Layanan Dasar
Pendampingan
Masyarakat
5
Kemendesa PDTT
Pemda
Kemendagri
Pemda
Kemen PUPR
Kemendikbud
Kemenkes
Kemen ESDM
BKKBN
Kemenag
Kemenkumham
Kemendagri
Kemensos
Pemda
PENGURANGAN BEBAN PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
Perencanaan Terintegrasi
Pengurangan Beban Penduduk Miskin dan Rentan ---Bantuan Sosial Bantuan Tunai Bersyarat (PKH) Subsidi Pangan Masyarakat Berpenghasil an Rendah (RASKIN/ RASTRA) Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) Bantuan Stimulan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Bantuan Tunai Pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) Pelaksanaan Subsidi Energi, Bibit dan Pupuk• Perbaikan 6 Tepat (sasaran, kuantitas, kualitas, waktu, harga, administrasi) • Tata kelola pengadaan dan penyaluran
beras
• Pengembangan alternatif penyaluran bantuan pangan
• Pengembangan Sistem Informasi Manajemen, monev, dan pengawasan. • Verifikasi dan validasi data
penerima
• Pengaturan penyaluran subsidi bagi rumah tangga miskin dan rentan
• Pengembangan sistem monitoring & evaluasi pelaksanaan subsidi
• Penyaluran bantuan tunai • Penjangkauan anak di luar
sistem sekolah termasuk anak TKI apabila memenuhi syarat
• Verifikasi dan validasi data penerima bantuan
• Pemberian bantuan premi
kesehatan (termasuk keluarga TKI yang memenuhi syarat)
• Verifikasi-validasi data penerima bantuan iuran secara berkala • Pemberian pelayanan kesehatan &
pembayaran klaim
• Penyaluran bantuan tunai berdasar verifikasi pemenuhan kondisionalitas, termasuk keluarga TKI yang memenuhi syarat • Peningkatan kapasitas keluarga miskin & inklusi keuangan • Peningkatan jumlah dan kualitas pendamping
• Pengurangan pekerja anak
LEVEL 2
36
6
• Penetapan sasaran dan verifikasi
• Penyaluran bantuan stimulan rehabilitasi rumah tidak layak huni • Pendampingan
PENGURANGAN BEBAN PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
Sinergi Pemangku Kepentingan
Kemensos Kementan Kemendagri Kemenkeu Bulog KemenESDM Kementan Kemensos Kemendikbud Kemenag Kemensos Kemensos Kemenkes BPJS Kesehatan Kemensos Kemkes Kemendikbud Kemenag Kemenaker
LEVEL 2
37 Kemensos KemenPUPR Pemda Pengurangan Beban Penduduk Miskin dan Rentan ---Bantuan Sosial Bantuan Tunai Bersyarat (PKH) Subsidi Pangan Masyarakat Berpenghasil an Rendah (RASKIN/ RASTRA) Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) Bantuan Stimulan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Bantuan Tunai Pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) Pelaksanaan Subsidi Energi, Bibit dan Pupuk6
KERANGKA KELEMBAGAAN DAN
KERANGKA REGULASI
KERANGKA PENDANAAN, KELEMBAGAAN, DAN REGULASI
Kerangka Pendanaan
• Optimalisasi sumber dana
masyarakat melalui:
• sumbangan masyarakat dan
keagamaan;
• dana tanggung jawab lingkungan
perusahaan atau
corporate social
responsibility
(CSR);
• kontribusi/iuran masyarakat pada
Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN);
• Penyaluran dana KUR yang
bersumber dari bank dan didukung
subsidi bunga pemerintah.
Kerangka Kelembagaan
• Penguatan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(TKPKD);
• Penguatan lembaga informasi pasar
kerja;
• Pengembangan lembaga khusus
yang memfasilitasi akses
usaha-usaha produktif;
• Pengembangan sistem layanan dan
rujukan terpadu perlindungan
sosial;
•
Trading house
untuk produk UMKM
dan koperasi.
Kerangka Regulasi
• Penyusunan regulasi terkait praktik
pekerjaan sosial;
• Regulasi yang mendukung percepatan
pembentukan kelembagaan pelatihan
dan sertifikasi;
• Penyusunan RPP tentang Perkoperasian.
KRITERIA YA TIDAK A. Memenuhi Aspek Legalitas
Tidak menimbulkan konflik dengan regulasi yang lebih tinggi dan/atau regulasi yang sederajat V Tidak multitafsir (tidak menimbulkan pemahaman berbeda) V
Dapat dilaksanakan V
B. Berdasarkan Kebutuhan
Memenuhi hak-hak dasar masyarakat V Mempercepat pemberantasan korupsi V Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat umum V Mendukung pencapaian sasaran dan target pembangunan nasional V
C. Beban yang Ditimbulkan
Tidak menimbulkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) V Tidak memberatkan masyarakat dengan menetapkan pungutan, persyaratan, dan atau prosedur dan perizinan yang tidak perlu. V Mudah diawasi pelaksanaanya. V
Prioritas Nasional : Pemerataan Antarkelompok Pendapatan
Program Prioritas : Pengurangan Beban Penduduk Miskin dan Rentan Kegiatan Prioritas : Bantuan Tunai Bersyarat
Judul Regulasi : Peraturan Pemerintah Tentang Pengasuhan Anak K/L Penanggungjawab : Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri
URGENSI PENGUSULAN
Untuk menjamin terpenuhi hak-hak anak diperlukan pengasuhan dalam keluarga atau pengasuhan alternatif yang memadai.
Memastikan lembaga kesejahteraan sosial anak menyelenggarakan pengasuhan anak yang memenuhi hak-hak anak, sesuai dengan standar yang ditentukan. Memperkuat pemenuhan hak anak untuk mendapatkan pengasuhaan dalam keluarganya.
Memfasilitasi instansi yang berwenang untuk mengembangkan sistem pengeloaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarganya, termasuk dalam hal pengambilan keputusan tentang pengasuhan, perijinan pendirian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, monitoring dan evaluasi kinerja Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak.
Sesuai dengan amanat dari Pasal 38A Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
KERANGKA REGULASI
CONTOH USULAN REGULASI
KERANGKA REGULASI
CONTOH REGULASI YANG BERMASALAH
KRITERIA YA TIDAK
A. Memenuhi Aspek Legalitas
Menimbulkan konflik dengan regulasi yang lebih tinggi dan/atau regulasi yang sederajat. V
Multitafsir (menimbulkan pemahaman berbeda). V Tidak dapat dilaksanakan V
B. Berdasarkan Kebutuhan
Tidak memenuhi hak-hak dasar masyarakat V
Memhambat pemberantasan korupsi V Tidak memberikan kepastian hukum bagi masyarakat umum V Tidak mendukung pencapaian sasaran dan target pembangunan nasional V
C. Beban yang Ditimbulkan
Menimbulkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pelaksanaan regulasi tersebut.
V Memberatkan masyarakat dengan menetapkan pungutan, persyaratan, dan atau prosedur dan perizinan yang tidak perlu / memberatkan. V Sulit diawasi pelaksanaanya. V Prioritas Nasional : Pemerataan Antarkelompok Pendapatan
Program Prioritas : Pengurangan Beban Penduduk Miskin dan Rentan Kegiatan Prioritas : Bantuan Tunai Bersyarat
Judul Regulasi : Undang – Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah K/L Penanggungjawab : Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri
REKOMENDASI
AKHIR RINGKASAN ANALISIS
Revisi regulasi Pembagian urusan pemerintahan bidang sosial dalam UU 23/2014 adalah bahwa rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di dalam panti hanya akan menjadi
wewenang pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), sedangkan pemerintah pusat hanya melakukan rehabilitasi sosial bagi korban NAPZA saja. Hal ini tidak sejalan dengan UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan UU No.13/2011 tentang Penanganan Fakir Miskin yang mengamanatkan pemerintah pusat melaksanakan kegiatan pelayanan dan kesejahteraan sosial.
Saat ini terdapat beberapa panti rehabilitasi sosial yang dikelola langsung Kemensos sebagai pusat penanganan antara lain khusus disabilitas ganda, netra, rungu-tuna wicara, dsb; sementara itu, rehabilitasi sosial NAPZA banyak juga yang diselenggarakan oleh Pemda dan masyarakat. Pengaturan UU 23/2014 di atas
membutuhkan peningkatan kapasitas fiskal daerah, pendampingan dan pelayanan yang cukup besar agar tidak berdampak buruk pada klien yang di rehabilitasi.
TINDAK LANJUT
43
•
Program Prioritas (Level 1)
- Perlu dipilih fokus atau penekanan pada satu atau beberapa (2-3) program prioritas tertentu
dari keseluruhan program prioritas
•
Kegiatan Prioritas (Level 2)
- Nomenklatur Kegiatan Prioritas perlu dipertajam
- Perlu dipilih fokus pada satu atau beberapa (2-3) kegiatan prioritas tertentu
- Dijabarkan secara cermat dalam program dan kegiatan K/L melalui Form B
•
Penyusunan Sasaran Kegiatan
(penyederhanaan nomenklatur)
- Program dan Kegiatan K/L hanya “rumah” dari pelaksanaan program dan kegiatan prioritas
- Dalam penyusunan sasaran kegiatan harus mencerminkan barang atau jasa yang konkret dari
suatu kegiatan dan tidak menggunakan kalimat ‘bersayap’
.
PENAJAMAN PROGRAM, KEGIATAN
DAN SASARAN KEGIATAN PRIORITAS
44
CONTOH: PRIORITAS PENGURANGAN BEBAN PENDUDUK MISKIN DAN RENTAN
Program Prioritas (Level 1) Kegiatan Prioritas (Level 2) Kementerian
/ Lembaga Program Kegiatan Sasaran Indikator Lokasi
Target 2017 Alokasi (Juta Rp.) Ket
Pengurangan
beban penduduk
miskin dan
rentan
Bantuan Tunai
Bersyarat
Kementerian
Sosial
Program
Perlindungan
dan Jaminan
Sosial
Jaminan Sosial
Keluarga
Bantuan tunai bersyarat
bagi keluarga miskin
Jumlah
keluarga
miskin yang
memperoleh
bantuan tunai
bersyarat
(KK)
Seluruh
Provinsi
7,000,000 21,268,73
1
Pengurangan
beban penduduk
miskin dan
rentan
Subsidi pangan
masyarakat
berpenghasilan
rendah
Kementerian
Sosial
Program
Pemberdayaan
Sosial
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Sosial Ditjen
Pemberdayaan
Sosial
Pelaksanaan subsidi
pangan dalam rangka
memenuhi 6Tepat
(sasaran, jumlah, harga,
waktu, kualitas,
administrasi)
Jumlah
laporan
pelaksanaan
subsidi
pangan
(Rastra)
selama 12
bulan
(dokumen)
Seluruh
Provinsi
1
34,213
Usulan Penyederhanaan
Nomenklatur
45
CONTOH: PRIORITAS PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DENGAN
MEMPERBESAR INVESTASI PADAT KARYA
Program Prioritas (Level 1) Kegiatan Prioritas (Level 2) Kementerian
/ Lembaga Program Kegiatan Sasaran Indikator Lokasi
Target 2017 Alokasi (Juta Rp.) Ket
Penciptaan
Lapangan Kerja
Dengan
Memperbesar
Investasi Padat
Karya
Iklim
Ketenagakerjaan
dan Hubungan
Industrial
Kementerian
Ketenagakerja
an
Program
Pengembangan
Hubungan
Industrial dan
Peningkatan
Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
Pengelolaan
Kelembagaan
dan Kerjasama
Hubungan
Industrial
Meningkatnya hubungan
industrial yang
harmonis di perusahaan
Jumlah kasus
hubungan
industrial di
perusahaan
Seluruh
Provinsi
84.360
Penciptaan
Lapangan Kerja
Dengan
Memperbesar
Investasi Padat
Karya
Layanan
Informasi Pasar
Kerja
Kementerian
Ketenagakerja
an
Program
Penempatan
dan
Pemberdayaan
Tenaga Kerja
Peningkatan
Pengembangan
Pasar Kerja
Integrasi sistem
informasi pasar kerja
antar pusat-pusat
layanan
Jumlah BKK
dan BKS yang
terhubung
dengan sistem
IPK
Jumlah pusat
pelayanan IPK
sesuai standar
ISO-9001
Seluruh
Provinsi
Kota Tasikmalaya, Kab Ciamis, Kab Sukabumi, Kab Gunung Kidul, Kab Bantul, Kota Binjai, Kab Batanghari, Kab Semarang, dst.100
20
33,690
5.000
Usulan Penyederhanaan
Nomenklatur
HASIL MULTILATERAL MEETING
I DAN
PERSIAPAN BILATERAL MEETING
•
K/L memberi masukan atas sasaran dan arah kebijakan serta Program dan
Kegiatan Prioritas Nasional dengan memperhatikan lintas sektor.
•
Hasil dari Multilateral Meeting Tahap I berupa kesepakatan atas Sasaran,
Program Prioritas (Level 1) dan Kegiatan Prioritas (Level 2):
Kemen PPN/Bappenas menyempurnakan sasaran, level 1 dan 2, di dalam aplikasi SIMU
sebagai bahan dasar
Bilateral Meeting
.
K/L menentukan Program dan Kegiatan K/L beserta sasaran, indikator, target, lokasi dan
indikasi alokasi pendanaan sebagai bahan pembahasan dalam
Bilateral Meeting
.
Bilateral Meeting
akan membahas penajaman penugasan Kegiatan Prioritas Nasional (target
dan pendanaannya), verifikasi kegiatan di luar prioritas, dan hal-hal penting dan mendesak
lainnya untuk didanai (contoh: 100 prioritas presiden) (Form B sampai dengan Form E).
Kata Kunci :
“Holistik, Tematik dan Terintegrasi” “Money Follow Program”
RANC. ARAH KEBIJAKAN PRIORITAS TA 2017
PEMBAHASAN :
• Pembahasan dan penajaman program prioritas dan kegiatan Prioritas
OUTPUT : • Form A
MULTILATERAL MEETING I
PEMBAHASAN :
• Penajaman kegiatan prioritas, sasaran, target dan rincian pendanaan 2016 –
2017-dan Forward Estimate
• Verifikasi program/kegiatan di luar prioritas (umum)
• Identifikasi kebutuhan mendesak lainnya (termasuk 100 prioritas Presiden)
OUTPUT : • Form B-E
• Usulan Target dan Kebutuhan Pendanaan Prioritas (detail)
• Catatan pembahasan termasuk kebutuhan lainnya (mendesak/prioritas Presiden)
BILATERAL MEETING
1. Penyampaian RA RKP TA 2017 2. Penyampaian Pagu Indikatif 2017
(SB MenPPN/Bappenas – Menkeu) RAKORBANGPUS 1. Penyampaian pemuktahiran Prioritas Nasional 2. Penajaman sasaran-target-lokus MULTILATERAL MEETING II
Lanjutan pembahasan dan penajaman program/kegiatan K/L TRILATERAL MEETING
23 – 29 Feb
4 – 11 Mar
31 Mar
4 – 8 Apr
30 Apr s/d akhir Juni
Penajaman dan peningkatan kesiapan program/kegiatan Prioritas termasuk DAK bersama dengan K/L & Daerah
RANGKAIAN MUSRENBANG (Prov dan Nas) DAN TRILATERAL MEETING
31 Mar – 30 Apr
Penyampaian Draft Rancangan Awal RKP dan Pagu Indikatif K/L 2017
SIDANG KABINET
29 Mar
AGENDA PELAKSANAAN
Rancangan RKP RANCANGAN RKPMei
Pembicaraan Pendahuluan KEM PPKF dan Rancangan RKP dengan DPR
PEMBICARAAN PENDAHULUAN
Mei
Pagu Anggaran dan Ranc Akhir RKP
RKP
Akhir Juni – Awal Juli