ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG
MADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh
CEMPAKA PURI
Masalah dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa pada tata tertib sekolah kurang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah Positive Reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada tata tertib sekolah pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun ajaran 2012/2013?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan disiplin siswa pada tata tertib sekolah dengan penggunaan Positive Reinforcemen pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun pelajaran 2012/2013.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain eksperimen one group pretest-posttest dengan subjek sebanyak enam siswa kelas IX yang memiliki disiplin kurang dalam tata tertib sekolah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi partisipan dan wawancara sebagai pendukungnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap tata tertib peraturan sekolah dengan penggunaan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun ajaran 2012/2013. hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji beda Wilcoxon, hasil pretest dan posttest yang diperoleh nilai p = 0,026; p<0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya positif reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada siswa kelas IX SMP. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan positive reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada tata tertib peraturan sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Pelajaran 2012/2013.
Cempaka Puri
disiplin, namun lebih mengkhususkan lagi ke treatment untuk merubah guru sebagai faktor pendukung atau penghambat disiplin siswa.
UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG
MADU TAHUN AJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh
CEMPAKA PURI
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
B.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Manfaat Penelitian ... 6
C.Ruang Lingkup Penelitian ... 7
D.Kerangka Pikir ... 7
E. Hipotesis ... 10
II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A.Perilaku Disiplin di Sekolah ... 11
1. Pengertian Perilaku Disiplin ... 11
2. Faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah ... 12
3. Dampak Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah ... 14
4. Tujuan Disiplin di Sekolah... 15
5. Peranan Guru Pembimbing Dalam Menumbuhkan Disiplin Diri Siswa ... 16
6. Bimbingan Pribadi ... 17
B.Teknik Positive Reinforcement ... 19
1. Pengertian Positive Reinforcement ... 19
3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement ... 24
4. Langkah-Langkah Reinforcement ... 26
5. Keunggulan dan Kelemahan Positive Reinforcement ... 27
C.Keterkaitan antara Teknik Positive Reinforcement dengan Disiplin Siswa di Sekolah ... 28
III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
B.Subjek Penelitian ... 34
C.Variabel Penelitian dan Definisi Reinforcement ... 35
D.Definisi Operasional ... 35
E. Tahapan Penelitian ... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ... 37
G.Pengujian Instrumen Pengumpulan Data ... 39
1. Pengujian Validitas Instrumen... 39
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 40
H.Teknik Analisis Data ... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 44
1. Gambaran Hasil Pra Pemberian Positive Reinforcement ... 44
2. Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Positive Reinforcement ... 48
3. Data Hasil Penelitian ... 51
4. Uji Hipotesis… ... 69
B.Pembahasan ... 71
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
1. Kesimpulan Statistik ... 83
2. Kesimpulan Penelitian ... 84
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Siswa yang Akan Diberi PositiveReinforcement ... 52 Tabel 4.2 Tabel Kerja Perhitungan Pretest dan Posttest ... 52 Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Subjek 1 (Dio) ... 54 Tabel 4.4 Rata-Rat Skor Kedisiplinan Sebelum dan
Sesudah Perlakuan ... 55 Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa
Subjek 2 (M Kelvin) ... 57 Tabel 4.6 Rata-Rata Skor Kedisiplinan Sebelum dan
Sesudah Perlakuan ... 58 Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Subjek 3 (Fajar) .... 59 Tabel 4.8 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan .. 60 Tabel 4.9 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 4 (I Kadek) ... 62 Tabel 4.10 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan 63 Tabel 4.11 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 5 (Wahyu) .. 65 Tabel 4.12 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan 66 Tabel 4.13 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 6 (Riqi) ... 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir ... 10
Gambar 3.1 Pola One-group pretest-posstest design ... 33
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Disiplin Siswa ... 52
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 1 (Dio) ... 54
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 2 (M Kelvin) 57 Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 3 ( Fajar) ... 60
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Siswa Subjek 4 (I Kadek) ... 63
Gambar 4.6 Peningkatan Kedisiplinan Subjek 5 ( Wahyu) ... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 88
Lampiran 2. Target Behavior Disiplin Siswa ... 91
Lampiran 3. Modul... 94
Lampiran 4. Lembar Observasi ... 121
Lampiran 5. Kuesioner ... 123
Lampiran 6. Uji Coba koofesien Kesepakatan ... 124
Lampiran 7. Hasil Expert Judgement ... 128
Lampiran 8. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 129
Lampiran 9. Hasil Observasi Sebelum Perlakuan ... 130
Lampiran 10. Hasil Observasi Setelah Perlakuan (Postest) ... 131
Lampiran 11. Hasil Uji Beda Wilcoxon ... 132
Lampiran 12. Data Peningkatan Kedisiplinan Siswa Sebelum dan Sesudah Pemberian Positive Reinforcement Melalui Observasi ... 133
Lampiran 13. Foto-Foto ... 136
Lampiran 14. Data Observasi Pendahuluan ... 138
Lampiran 15. Data Observasi Siswa yang Tidak Disiplin ... 142
Lampiran 16. Data Observasi Rekan Sebaya ... 144
86
DAFTAR PUSTAKA
Aunillah, N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Erlangga
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aqib, Z. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya
Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Basrowi, dan Kasinu. A. 2010. Metodelogi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama.
Corey, G. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & pedoman Umum pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya
Goodwin dan Croates. 1976. Helping Student Help Themselves. Prentice (Second edition). California: Wadsworth, Inc.
Harlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Imron, A. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Kartini, K. 1996. Pengantar Metodolog Riset Sosial. Bandung: CV, Mandar Maju.
Koesoema, D. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo
Komalasari. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks
Latif, S. 2007. Modifikasi Perilaku Buku Ajar. FKIP Unila.
87
Martono, N. 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Nursito. 1986. Disiplin Belajar dan Penerapannya. Jakarta: Graha Ilmu.
Ormrod J.E. 2008. Psikologi Pendidikan. edisi keenam. Erlangga: Jakarta.
Prayitno & Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Rahmi, N.L.2009. Penggunaan Teknik Reinforcement Positif Terhadap Siswa Tidak Disiplin di Sekolah Pada Siswa SMA Perintis Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Satrock. 2002. Perkembangan Masa Hidup Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Seniati,L.,Yulianto,A., dan Setiadi, B.N. 2005 Psikologi Eksperiment. Jakarta: Indeks
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2002. Metode Statisika. Bandung: Tarsito
Sudrajat, A. 2008. Disiplin Siswa di Sekolah. Jakarta: PT Intermasa.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Suryabrata, S. 2007. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Gunung Madu tanggal 06 Agustus 1989,
sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Purwoko
dan Ibu Sri Wahyuningsih.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)Satya Dharma Sudjana
Gunung Madu diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar (SD)
Negeri 1 Gunung Madu tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya
Dharma Sudjana Gunung Madu tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 1 Terbanggi Besar tahun 2008.
Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan,
Program studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat
(PKAB). Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di
MOTTO
“
Wahai orang
–
orang yang beriman, mohonlah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah
berserta orang
–
orang yang sabar
”.
(Qs. Al-Baqarah :153)
“Yang memudahkan seseorang yang m
engalami kesulitan
maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di
akhirat”
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas
terselesaikannya
Penulisan skripsi ini, kupersembahkan
karya kecilku ini kepada :
Mama dan Papa tersayang
yang selalu menyertaiku disetiap
doa’nya.
Terimakasih atas ketulusan kasih sayang, cinta, dan doa yang
tak kunjung putus kau selipkan disetiap hembusan nafas
yang telah banyak memberikan semangat
untuk keberhasilan putra-putrinya.
Mbakku tersayang Anggun Pitaloka dan Mas Bram Sektiaka
yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan semangat
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Disiplin Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik Positifve
Renforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu
Tahun Pelajaran 2012/2013”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis
untuk mengadakan penelitian.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan
Konseling sekaligus selaku pembimbing utama pada penulisan skripsi ini.
Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu sampai
4. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi selaku Pembimbing Pembantu yang
telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi
ini.
5. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi selaku dosen penguji utama terima
kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang
membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya.
Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan
peneliti di masa depan.
7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya
selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.
8. Ibu Sri Ismiyatun selaku Kepala Sekolah SMP Satya Dharma Sudjana
Gunung Madu yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
9. Ibu Esti Latifah S.Pd dan Ibu Pradana Vidiawati S.Psi selaku guru BK di
SMP Satya Dharma SudajanaGunung Madu terima kasih atas kesediannya
membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.
10. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku,
memberikan do’a, dukungan, materi, semangat serta yang selalu menantikan
keberhasilanku.
11. Mbakku tersayang Anggun Pitaloka, Masku Brahm Sektiaka, Keponakanku
tersayang Abrar Fakih, Mbah putri poncowati, Pakde mono, Pakde Nasib,
Mas Adzan, Pakde Sitinjak, Mpip, Mas Indha dan seluruh keluarga besarku
12. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan 2008
Dika Ananda, Rika, Geisha, Lilis, Yuspa, Siska, Yeni, Putu, Umi, Nurul,
Mella, Sari, Eny, Suci, Mba Titis, Yosi, Amel, Merry, Mifta, Milan, Mira,
Cindi, Ariska, Riki Rosadi, Ricky Fernando, Marshinta, Tubagus, Denia,
MbaMas Ari, Yonda, Fitri, Idris, Bang Tio, Wiwit, dan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, dukungan, do’a, dan
motivasinya.
13. Kakak tingkat BK 2007 Mba Alfi, Kak Agus, Mba Ekasus, Kak Irfan, Mba
Izni, Mba Aam, Uci, Kak Widi, Mba Ekalis, Mba Tuti, dan Kak Combro,
terimakasih atas bantuan, semangat, doanya selama ini.
14. Sahabat-sahabatku Della, Odo Andotama, Kak Dika, Ike, Hariansyah, Mba
Raput, Kak Gede, Andi, Nurman, Refto terimakasih atas semangat, motivasi
dan do’anya selama ini.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit
kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Bandarlampung, 2013
Penulis
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
1. Latar Belakang
Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai
kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem
pendidikan yang kondusif agar segala aspek potensial dalam diri siswa
berkembang optimal. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah
sering kali tidak dapat dihindari, seperti masalah siswa yang tidak disiplin di
sekolah.
Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan
teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Sedangkan
menurut Permana ( Nursito, 1986:14) menyatakan bahwa:
“disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa
2
yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan
yang di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan
kegiatan akademik berjalan dengan lancar.
Perilaku tidak disiplin siswa sering kali dipandang sebagai masalah kecil
yang kurang mendapat perhatian khusus dari guru pembimbing di sekolah.
Padahal jika di telusuri masalah siswa yang tidak disiplin seperti terlambat
dan sering keluar kelas pada jam pelajaran, serta membolos memiliki
dampak yang merugikan siswa itu sendiri seperti tidak bisa mengikuti
materi pelajaran, nilai rendah, tidak naik kelas, bahkan kemungkinan
terburuk siswa yang tidak disiplin di sekolah dapat dikeluarkan dari sekolah.
Guru pembimbing yang disebut sebagai konselor sekolah memiliki
kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap siswanya agar dapat
menjadi siswa yang berpotensi mengembangkan pribadinya dengan
mengubah perilaku tidak disiplin di sekolah menjadi perilaku yang lebih
disiplin.
Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah
yang dihadapinya, perlu adanya layanan bimbingan konseling yang
terorganisir dan terprogram. Salah satunya layanan bimbingan konseling
yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah siswa yaitu layangan
bimbingan pribadi dengan tujuan mengembangkan potensi siswa, mampu
mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif.
Bimbingan dan konseling adalah suatu upaya bantuan yang diberikan oeh
3
psikologis, sosial, dan lain-lain dengan harapan dapat memecahkan
masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan
kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah
fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling.
Meningkatkan disiplin pada siswa merupakan fungsi perbaikan, karena
layanan bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai perbaikan yang
artinya fungsi bimbingan dan konseling akan menghasilkan pemahaman
tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan siswa
Sukardi (dalam Rahmi, 2009: 3).
Hal ini berkaitan dengan pemantapan perilaku siswa agar dapat berperilaku
yang sesuai dengan pribadi sebagai pelajar. Pelayanan bimbingan dan
konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebagai kelanjutan dan
pemantapan pelayanan bimbingan dan konseling pada jenjang pendidikan
sebelumnya dengan memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan,
kurikulum dan peserta didik di SMP, yang meliputi bimbingan pribadi,
karir, sosial, dan belajar.
Selain itu konseling sebagai suatu proses yang melibatkan interaksi antara
konselor dan siswa dalam upaya bersama agar lebih efektif dalam
berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Masalah perilaku siswa
yang tidak disiplin di sekolah, seperti siswa yang sering terlambat, keluar
4
perlu mendapat penanganan agar dapat diubah menjadi perilaku yang lebih
disiplin.
Berdasarkan catatan kasus siswa sekolah yang di berikan oleh guru
bimbingan konseling SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu diperoleh
data dari jumlah siswa 537siswa, terdapat 6 siswa yang sering tidak disiplin
di sekolah diantaranya, siswa keluar pada jam pelajaran, membolos,
membawa handphone ke sekolah. (Data siswa yang tidak disiplin dapat di
lihat pada lampiran 14 ). Pihak sekolah selama ini masih menerapkan
teknik negative reinforcement dalam menangani ketidak disiplinan siswa
seperti membolos, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa
handphone ke sekolah, terlambat, dan bentuk-bentuk perilaku tidak disiplin
lainnya. Dari tiap perilaku ini sekolah menerapkan sistem point bagi setiap
siswa, dimana saat perilaku pelanggaran kedisiplinan siswa terjadi, siswa
mendapatkan pengurangan ponit. Jika point dalam satu tahun pelajaran
siswa telah habis maka sekolah dapat mengeluarkan siswa sewaktu-waktu .
Berasal dari sudut pandang inilah maka untuk merubah perilaku tidak
disiplin siswa di sekolah maka penggunaan teknik positive reinforcement
sebagai cara perubahan perilaku melalui pendekatan kasih sayang secara
interen dengan memberikan positive reinforcement. Berdasarkan uraian di
atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan
Disiplin Siswa Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik
Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana
5
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat di peroleh
identifikasi masalah sebagai berikut :
a. ada siswa yang membolos,
b. ada siswa yang berkelahi di sekolah,
c. ada siswa yang keluar kelas pada jam pelajaran,
d. ada siswa yang menyontek pekerjaan teman,
e. ada siswa yang membawa handphone ke sekolah,
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar lebih efektif maka perlu
adanya pembatasan masalah yang disesuaikan dengan judul penelitian yang
akan diteliti, supaya apa yang hendak dicapai dalam penelitian dapat
terlaksana. Maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah pada “Upaya
Meningkatkan Disiplin Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan
Teknik Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma
Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini adalah “siswa tidak disiplin di sekolah”. Maka
permasalahannya dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apakah disiplin
dapat di tingkatkan dengan teknik positive reinforcement pada siswa kelas
6
B.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
Meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib di sekolah dengan
menggunakan teknik positive reinforcement.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna antara lain :
a. secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkam dapat menambah ilmu
pengetahuan, khususnya dalam penggunaan teknik positive reinforcement
dalam meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib sekolah pada
siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran
2012/2013 agar perilaku disiplin meningkat dan siswa mengalami
perubahan perilakunya kearah yang lebih baik,
b. secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan penambahan informasi dan
refrensi bagi semua kalangan di dunia pendidikan dalam rangka
melakukan suatu perubahan perilaku peningkatan disiplin di sekolah
7
C.Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ruang lingkup ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah bimbingan dan konseling
berkaitan dengan ilmu perilaku yang membahas mengenai teknik positive
reinforcement.
2. Ruang lingkup wilayah
Penelitian ini di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu
Lampung Tengah Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Ruang lingkup subyek
Ruang lingkup subyek dalam penelitian adalah siswa SMP Satya Dharma
Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah yang sering tidak disiplin keluar
kelas pada jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah dan membolos.
4. Ruang lingkup obyek
Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan
teknik positive reinforcement digunakan dalam meningkatkan disiplin di
sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu
Lampung Tengah.
D. Kerangka Pikir
Kedisiplinan siswa adalah suatu sikap yang teratur tanpa adanya
pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu
8
kegiatan akademik berjalan dengan lancar. Sebagaimana diungkapkan oleh
Imron (2011: 173) yang menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib
dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Tanpa adanya
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan
mempengaruhi perilaku siswa. Salah satu dari perilaku siswa yang masih
sering menjadi sorotan ialah rendahnya disiplin siswa di sekolah terhadap
peraturan dan tata tertib sekolah. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut,
sekolah-sekolah di Lampung Tengah saat ini masih banyak menerapkan
peraturan dan tata tertib di sekolah dengan sistem point, jadi apabila ada siswa
yang tidak disiplin di sekolah maka akan diberi point tata tertib dan apabila
point tata tertib telah melebihi batas yang telah ditentukan pihak sekolah maka
siswa akan diberikan sanksi oleh sekolah (negative reinforcement).
Pada penerapan sistem poin masih terdapat siswa yang memiliki tingkat
kesadaran yang rendah akan pentingnya kedisiplinan di sekolah yang kurang,
meskipun terdapat pula siswa yang sudah sadar akan pentingnya disiplin di
sekolah.
Wolpe (dalam Rahmi 2009: 14) menyatakan bahwa modifikasi perilaku
merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara
eksperimental untuk mengubah perilaku tidak adaptif. Dimana
kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif di lemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif
9
modifikasi perilaku itu juga memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku
tidak adaptif. Perilaku tidak adaptif tersebut contohnya seperti ketidak
disiplinan siswa di sekolah. Hal senada juga di kemukakan oleh Corey (1995:
412) dimana teknik positive reinfocement merupakan prosedur dimana respon
(tanggapan) yang di ikuti adanya suatu stimulus dapat berupa pujian, benda,
sebagai konsekuensi dari perilaku yang diinginkan muncul dan berulang.
Pendapat ini di jadikan landasan teori dalam pemberian teknik positive
reinforcement terhadap perilaku tidak disiplin di sekolah, dengan maksud dan
tujuan merubah perilaku tidak disiplin menjadi disiplin.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebelumnya oleh Rahmi (2009) yang
menunjukkan bahwa perilaku tidak disiplin di sekolah seperti membolos,
keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah
dapat dikurangi dengan menggunakan teknik positive reinforcement sehingga
dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah.
Selanjutnya menurut Skinner (dalam Ormrod, 2008: 431) menyatakan bahwa
perinsip dasar perubahan perilaku adalah sebuah respon diperkuat, dan
karenanya mungkin akan terjadi lagi ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah
stimulus yang menguatkan (reinforcement).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dan
didukung oleh pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
ketidak disiplinan siswa di sekolah dapat di tingkatkan dengan menggunakan
10
Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir
E.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu rumusan masalah. Dalam
penelitian ini hipotesis yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:
perilaku disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan dengan menggunakan
teknik positive reinforcement.
Sedangkan Hipotesis penelitian ini adalah:
Ho : Disiplin siswa tidak dapat di tingkatkan dengan teknik positive
Reinforcement
Ha : Disiplin siswa dapat di tingkatkan dengan teknik positive Reinforcement Penggunaan teknik
reinforcement positif
Disiplin siswa rendah Disiplin siswa
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu
Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013.
B.Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan
masalah yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data
dan pengembangan suatu pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran
pengetahuan. Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu
penelitian. Di dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu
penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur suatu penelitian
akan dilakukan.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan juga bagi seorang peneliti adalah
ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan
yang ingin dicapai agar penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah, dan
33
“ Menurut Sugiyono (2008:2), metode penelitin pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu
rasional, empiris, dan sistematis”.
Agar penelitian ini berjalan baik dan sistematis sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai maka peneliti menggunakan metode eksperimen. Sebagaimana
dikemukakan oleh Sugiyono (2010:107) mengatakan bahwa “metode
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.
Metode metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pre-Experimental research (quasi experimental). Alasan peneliti menggunakan
metode ini karena tidak menggunakan kelompok kontrol dan subyek tidak
dipilih secara random. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Seniati (2005: 37)
yang menyatakan bahwa eksperimen kuasi berbeda dengan penelitian
eksperimen karena tidak memenuhi tiga syarat utama dari suatu penelitian
eksperimen yaitu manipulasi, kontrol dan randomisasi. Pada penelitian ini,
peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan randomisasi, peneliti hanya
melihat hasil dari pemberian teknik positive reinforcement pada siswa yang
kurang disiplin dalam tata tertib sekolah SMP Satya Dharma Sudjana. Desain
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design (hal 110)
34
Keterangan :
O1 : Nilai Pretest yaitu pengukuran pertama, disiplin pada siswa
sebelum diberi teknik positive reinforcement dengan menggunakan skala.
X : Perlakuan yaitu pelaksanaan pemberian teknik positive reinfocement pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana.
O2 : Posttest/ kondisi setelah perlakuan yaitu pengukuran kedua
dimana disiplin siswa sesudah diberi teknik positive reinforcement dengan skala yang sama dengan pengukuran yang pertama.
C.Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Penentuan
subjek ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin
dikumpulkan. Subjek yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP
Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki
disiplin yang kurang terhadap tata tertib sekolah.
Subjek dalam penelitian ini diketahui berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan guru BK maupun dari guru bidang studi, kemudian penulis
memperoleh rekomendasi enam orang siswa kelas IX SMP Satya Dharma
Sudjana Gunung Madu yang frekuensi tidak disiplinnya tinggi, dan
masing-masing siswa dari kelas yang berbeda. Dari hasil rekomendasi kemudian
dilakukan pengukuran disiplin menggunakan lembar observasi, dari hasil
pengukuran tersebut diketahui ada enam orang siswa yang kurang memiliki
35
D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.Variabel Penelitian
Suryabrata, (2007: 72) variabel adalah sebagai faktor yang berperan dalam
penelitian peristiwa atau gejala yang akan diteliti (objek penelitian).
Sedangkan menurut Sugiono (2010: 38) variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudia ditarik
kesimpulannya.
Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel.
1. Variabel bebas (independent variabel) adalah suatu variabel yang ada
atau terjadi mendahului variabel terikatnya.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Positive Reinforcement.
2. Variabel terikat (devendent variabel) adalah variabel yang diakibatkan
atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kurang disiplin
siswa kelas IXSMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran
2012/2013.
E.Definisi Operasional
Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang
sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi
variabel atau konsep yang digunakan. Definisi operasional dari kedisiplinan
yang kurang adalah perilaku subyek yang tidak menaati peraturan sekolah
36
Teknik pengukuhan positif atau yang sering disebut positive reinforcement
adalah peningkatan tingkah laku siswa yang dilakaukan secara
berulang-ulang sebagai kontrol terhadap perilaku yang diinginkan atau pengukuhan
positif adalah adanya peristiwa yang muncul setelah suatu respon diberikan
dapat meningkat frekuensi perilaku respon yang diharapkan. Perilaku tidak
disiplin adalah sikap mental yang tidak mengandung kerelaan untuk
mematuhi ketentuan peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan
tugas tanggung jawab. Perilaku tidak disiplin di sekolah adalah suatu
perilaku yang melanggar tata tertib sekolah.
Indikator perilaku disiplin di sekolah adalah sebagai berikut :
1) Ketertiban terhadap peraturan sekolah
2) Kepatuhan terhadap disiplin di sekolah
Sesuai dengan tujuannya bahwa positive reinforcement adalah usaha untuk
menguatkan suatu perilaku yang diinginkan dengan menggunakan stimulus,
maka positive reinforcement harus memenuhi langkah-langkah pemberian
reinforcement.
F. Tahapan Penelitian
Goodwin & Croates (1976: 24-57) mengemukakan bahwa:
“tahap pemberian positive reinforcement merupakan tahap terakhir dari proses analisis perilaku yang dilaksanakan. Sehingga dalam mengevaluasi program yang akan dilaksanakan yaitu dengan cara membandingkan keadaan perilaku subyek sebelum dilakukan konseling behavior dengan menggunakan teknik positive reinforcement (base rate) dan sesudah dilakukan konseling behavior dengan menggunakan teknik positive reinforcement (post rate).”
Pada penelitian ini teknik positive reinforcement yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
37
b) siapakah yang akan diberi perlakuan,
c) mengobservasi keadaan lingkungan,
d) merencanakan dan mewujudkan sebuah strategi untuk mengubah perilaku,
e) mengevaluasi program yang telah dilaksanakan
G.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat diperoleh dari sumber data dalam penelitian
yang merupakan subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, dan
sumber datanya responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Untuk
mempermudah mengidentifikasi sumber dalam pengumpulan data dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan huruf p dari bahasa inggris, yaitu :
P = person, sumber data berupa orang
P = place, sumber data berupa tempat
P = paper, sumber data berupa symbol
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi langsung.
Margono (2007: 158) mengemukakan observasi sebagai “pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek
penelitian.” Pada metode observasi ini peneliti mengamati langsung dan
mencatat hal-hal penting dalam penelitian. Dimana observasi itu sendiri
merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra sehingga
tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata, mendengarkan,
38
yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan lembar
pengamatan.
Pada metode observasi ini peneliti mengamati langsung dan mencatat
hal-hal penting dalam penelitian. Observasi dilakukan sebelum treatment, untuk
menjaring subyek penelitian, dan setelah melakukan penjaringan subyek
dengan observasi lalu diadakan pretest. Jadi setelah peneliti mendapat
rekomendasi subjek penelitian dari guru BK, peneliti kemudian
mengobservasi ulang hasil rekomendasi tersebut.
2. Wawancara
Dilakukan interview atau wawancara langsung dengan pihak yang
berhubungan dalam mendukung kelengkapan data pada proses
pengumpulan data. Misalnya interview dengan guru BK., kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan wali kelas, dan peneliti melakukan wawancara
dengan guru BK.
3. Dokumentasi
Teknik digunakan untuk memperoleh data mengenai subyek penelitian, data
identitas siswa, absensi, catatan kasus siswa yang membolos, keluar kelas
pada pergantian jam pelajaran, dan membawa handphone ke sekolah.
H.Pengujian Instrumen Pengumpulan Data 1. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas merupakan kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang
berupa checklist yang merupakan pengembangan dari pedoman observasi
39
validitas dalam instrumen ini merupakan validitas isi, yaitu validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau
lewat professional judgment (Azwar, 2000: 45).
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana
item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang
hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang
hendak diukur. Sehingga untuk mendapatkan validitas instrumen peneliti
akan melakukan analisis rasional dan uji ahli untuk mengetahui sejauh
mana isi lembar observasi mencerminkan ciri rendahnya disiplin pada
siswa. Analisis rasional dilakukan oleh peneliti dan rekan sebaya,
sementara untuk uji ahli dilakukan oleh dosen pembimbing.
Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, dilakukan dengan
mengkonsultasikan dengan ahli dimana dalam penelitian ini peneliti
mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing. Bedasarkan hasil expert
Judgment, instrument penelitian ini dapat dikatakan baik karena terdapat
lebih dari 70% konsensus dari tiga ahli (pendapat ahli terlampir).
Bedasarkan hasil perhitungan konsensus antara tiga ahli terdapat
konsensus sebesar 95,7% yang artinya instrument penelitian ini valid dan
dapat digunakan.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reliablitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
40
observasi dan dilakukan oleh dua orang observer (peneliti dan guru BK)
maka dalam menentukan reliabilitas instrumen observasinya,
menggunakan rumus (Arikunto, 2006: 210):
Keterangan:
KK : koefisien kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria
reliabilitas (Koestoro dan Basrowi, 2010 : 62) sebagai berikut:
0,8-1000 = sangat tinggi
0,6-0,799 = tinggi
0,4-0,599 = cukup tinggi
0,2 – 0,399 = rendah
0<0,200 = sangat rendah
Perhitungan reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan
rumus koefesien kesepakatan karena metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Pelaksanaan uji coba
41
berasal dari luar populasi yaitu siswa kelas IX SMP Negeri 1 Terbanggi
Besar. Alasan mengapa peneliti menggunakan responden siswa kelas IX
SMP Negri 1 terbanggi Besar adalah karena siswa kelas IX SMP negeri 1
Terbanggi Besar memiliki karateristik yang hampir sama dengan anak
yang akan dijadikan subyek penelitian. Berikut ini merupakan hasil
perhitungan reliabilitas instrument yang sebelumnya telah dilakukan uji
coba di sekolah.
Bedasarkan hasil pengolahan data terdapat 30 item yang valid dengan
reliabilitas melalui koefisien kesepakatan yaitu 0,88 maka dapat dikatakan
instrumen ini reliabel. Berdasarkan kriteria tingkat reliabilitas di atas maka
tingkat reliabilitas observasi adalah sangat tinggi.
Dari hasil uji coba yang diperoleh, maka lembar observasi ini dapat
digunakan untuk mengobservasi perilaku anak yang memiliki kedisiplinan di
sekolah yang rendah.
I. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data tersebut
diolah untuk dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang teramat penting
dalam penelitian ilmiah, karena itu dengan analisis, data tersebut dapat diberi
arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah.
Subyek dalam penelitian ini terdapat enam orang sehingga distribusinya
42
bahwa subjek penelitian yang kurang dari 25 distribusi datanya dianggap
tidak normal. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data
ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan
menggunakan wilcoxon matched pairs test, hal ini sesuai dengan pendapat
(Martono, 2010: 6) bahwa statistik yang digunakan untuk data ordinal
merupakan stattistik non parametrik yaitu dengan menggunakan wilcoxon
matched pairs test. Selain kedua alasan itu, data yang diperoleh peneliti
merupakan dua subjek yang berhubungan yaitu peneliti hanya menggunakan
satu subjek, namun diberikan perlakuan lebih dari satu kali (Martono, 2010:
144).
Penelitian ini akan menguji pretest dan posttest. Pretest merupakan hasil
sebelum anak diberikan reinforcement positive dan posttest merupakan hasil
setelah anak diberikan reinforcement positive. Dengan demikian peneliti
dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui hasil uji
Wilcoxon ini.
Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Martono, 2010: 145):
Keterangan:
43
Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang
berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui
program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17. Hasil pengujian ini
kemudian disimpulkan untuk membuktikan adanya peningkatan disiplin siswa di
sekolah dengan menggunakan teknik positive reinforcement.
Hasil uji wilcoxon untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil
analisis data dengan uji signifikansi 5 % diperoleh nilai p = 0,026 ; p < 0,05.
Kesimpulannya adalah kedisiplinan siswa di sekolah dapat di tingkatkan dengan
menggunakan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah 1. Pengertian Perilaku Disiplin
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali orang mengatakan bahwa si X
adalah orang yang memiliki disiplin tinggi, sedangkan si Y orang yang
kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya
tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap peraturan,
berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya.
Sebaliknya, sebutan sebagai siswa yang tidak disiplin ditunjukan kepada
siswa yang kurang atau tidak mentaati peraturan berlaku.
Menurut Permana ( Nursito, 1986:14) menyatakan bahwa:
“disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuham, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.”
Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peraturan dan
kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Perilaku siswa
seperti, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membolos, dan
membawa handphone ke sekolah merupakan bentuk ketidakdisiplinan siswa
12
seorang siswa tidak lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib sekolah
yang diberlakukan di sekolahnya dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan tata tertib yang berlaku di sekolahnya.
2.Faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
faktor lingkungan, keluarga, dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa
sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan
mempengaruhi perilaku siswa.
Brown (dalam Rahmi, 2009: 18) mengelompokkan beberapa penyebab
perilaku siswa yang tidak disiplin, sebagai berikut :
1. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru,
2. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah : kondisi sekolah
yang kurang menyenangkan, kurang teratur dan lain-lain dapat
menyebabkan perilaku tidak disiplin,
3. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa-siswa yang berasal dari
keluarga yang broken home.
Sedangkan menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap disiplin siswa di sekolah adalah sebagai berikut:
a) faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu
1). Kesehatan siswa
Kesehatan siswa sangat mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses
13
lebih berkonsentrasi dalam belajar dandapat mematuhi segala
peraturan di sekolah.
2). Minat siswa
Minat adalah kecenderungan dalam individu untuk tertarik pada suatu
objek atau aktivitas dan merasa senang terlibat dalam aktivitas
tersebut. Minat sangat penting pengaruhnya terhadap belajar, karena
bila siswa kurang berminat pada materi pelajaran yang diberikan oleh
guru maka dapat dipastikan siswa kurang dapat menerima pelajaran
dengan sebaik-baiknya tetapi sebaliknya bila bahan pelajaran tidak
menarik minat siswa, maka bahan pelajaran ini akan mudah untuk
dipelajari dan diingat karena minat siswa dapat menambah kegiatan
belajar.
3). Motivasi belajar siswa
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan
kegiatan belajar. Motivasi sangat penting pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila seseorang siswa memiliki motivasi belajar yang
baik sudah dapat dipastikan ia akan berhasil dalam belajar dan dapat
melaksanakan disiplin di sekolah dengan baik.
b) Faktor eksternal
faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu
sendiri. Faktor eksternal meliputi: lingkungan tempat tinggal siswa,
14
Dari hasil penelitian pendahulu yang telah dilakukan peneliti terdapat
beberapa penyebab perilaku siswa tidak disiplin di sekolah yaitu, kondisi
keluarga yang kurang harmonis yang dialami oleh siswa, siswa kurang
mendapat kasih sayang dari kedua orang tua yang sering bertengkar, kedua
orang tua yang bercerai, sehingga mempengaruhi perilaku siswa di sekolah
tidak memiliki motivasi belajar di sekolah menjadi sering membolos, dan
tidak menaati peraturan sekolah sebagai pelampiasan diri.
3.Dampak Perilaku Siswa Tidak Disiplin di Sekolah
Menurut Sudrajat (2008: 18) dalam disiplin di sekolah dampak dari perilaku
siswa yang tidak disiplin di sekolah antara lain:
Siswa sering keluar kelas pada pergantian jam pelajaran mengakibatkan
siswa ketinggalan mata pelajaran, tidak mendapatkan nilai, jika ketahuan
guru piket ataupun dewan guru lainnya akan mendapatkan sangsi.
a. siswa tidak disiplin sering melanggar tata tertib sekolah seperti nekat
membawa handphone ke sekolah, jika terkena razia oleh dewan guru
maka handphone akan di sita dan siswa juga akan diberikan sangsi,
b. siswa tidak disiplin sering membolos mengakibatkan siswa jadi malas
berangkat ke sekolah, siswa tidak mengetahui informasi dari sekolah,
tertinggal materi pelajaran, mendapatkan skors dari pihak sekolah,
terancam tidak naik kelas/tidak lulus, menimbulkan image buruk bagi
teman-teman sekolah ataupun dewan guru, dampak paling fatal siswa
15
Dampak secara garis beras pada siswa yang tidak disiplin di sekolah, akan
mendapat citra diri yang negatif dari lingkungan sekitar, melanggar
peraturan sekolah dapat diberi hukuman, apabila perilaku tidak disiplin di
sekolah sering muncul maka siswa tersebut bisa dikeluarkan dari sekolah
4.Tujuan Disiplin Sekolah
Dalam upaya merubah perilaku tidak disiplin di sekolah, siswa perlu
memahami tujuan dari disiplin itu sendiri.
Rachman (dalam Rahmi, 2009: 20) mengemukakan bahwa tujuan disiplin
sekolah adalah :
1. “memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,
2. mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,
3. membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan menjauhi siswa dalam melakukan hal-hal yang di
larang oleh sekolah,
4. siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan
bermanfaat baginya serta lingkungannya.”
Tujuan dari disiplin di sekolah secara garis besar merupakan suatu usaha
untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata
16
5.Peranan Guru Pembimbing Dalam Menumbuhkan Disiplin Diri Siswa
Sehubungan dengan permasalahannya di atas, seorang guru pembimbing
mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap
siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik
yang berbeda, mempunyai kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan
ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap
siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara
optimal.
b. Membantu siwa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal
dari berbagai latar belakang yang berbeda.
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat, di setiap sekolah terdapat
aturan-aturan umum.
Sebagai guru pembimbing yang memiliki peranan dalam menumbuhkan
perilaku disiplin siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi guru pembimbing
dalam merancang kedisiplinan siswa, sehingga perilaku tidak disiplin siswa
di sekolah dapat diubah.
Sementara itu, Reisman dan Payne (dalam Rahmi, 2009: 22)
mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa yaitu : “
1. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empati, menerima, hangat dan tebuka.
17
3. Konsekuensi–konsekuensi logis alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga dapat membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dari perilakunya yang salah.
4. Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
5. Analisis transaksional: guru disarankan sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang sedang menghadapi masalah. 6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan
meningkatkan keterlibatan. Guru perlu berfikir positif dan bertanggung jawab.
7. Disiplin dan terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru dan untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturannya.
8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.
9. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.”
Konsep diri merupakan salah satu strategi yang penting dalam merancang
disiplin siswa sehingga siswa tidak merasa ketergantungan dengan orang
lain serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam merubah perilaku tidak
disiplin di sekolah.
Dalam penelitian ini strategi dalam merancang disiplin siswa yang peneliti
gunakan yaitu strategi no 8 “Modifikasi Perilaku” karena modifikasi
perilaku ini berhubungan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh
peneliti.
6.Bimbingan Pribadi
Melalui pelayanan bimbingan pribadi di SMP bertujuan untuk membantu
siswa dalam mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang
18
serta sehat jasmani dan rohani. Hal ini berkaitan dengan pemantapan
perilaku siswa agar dapat berperilaku yang sesuai dengan pribadi sebagai
pelajar. Pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama
(SMP), sebagai kelanjutan dan pemantapan pelayanan bimbingan dan
konseling pada jenjang pendidikan sebelumnya dengan memperhatikan
karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik di SMP, yang
meliputi bimbingan pribadi, karir, sosial, dan belajar.
Berikut ini merupakan rincian bidang bimbingan pribadi (Prayitno 2004)
sebagai berikut : “
a) pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam sehari-hari, di masyarakat, maupun untuk peranannya di masa depan.
c) pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.
d) pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya, e) pemantapan kemampuan pengambilan keputusan.
f) pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya.
g) pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat baik secara rohani maupun jasmaniah.”
Dengan adanya bimbingan pribadi sebagai salah satu layanan BK dalam
mengatasi masalah pribadi siswa salah satunya perilaku tidak disiplin
disekolah. Apabila rincian layanan bimbingan pribadi di atas dapat dipenuhi
dengan baik oleh siswa, maka akan memberikan dampak positif dalam
19
B.Teknik Positive Reinforcement
1. Pengertian Positive Reinforcement
Corey (1995: 412) mengemukakan bahwa:
“positive reinforcement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan)
diikuti stimulus (rangsangan) di dalamnya ada tambahan sesuatu (seperti
pujian) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku tertentu.”
Dalam usaha merubah perilaku dengan memunculkan perilaku yang
diingikan salah satu caranya dengan memberikan stimulus seperti pujian,
benda, reward ataupun hadiah pada subjek yang akan diberikan perlakuan.
Dengan adanya pengukuhan maka perilaku yang diinginkan akan lebih
sering muncul sehingga perilaku yang diinginkan cenderung meningkat
sedangkan perilaku yang tidak dikehendaki semakin menurun.
Menurut Corey (1995: 412) teknik positive reinforcement merupakan
prosedur dimana respon (tanggapan) yang diikuti adanya suatu stimulus
dapat berupa pujian, benda, sebagai konsekuensi dari perilaku yang
diinginkan muncul dan berulang. Dan untuk menentukan benda yang di
inginkan oleh subjek penelitian, yaitu dengan memberikan dan menyuruh
subjek penelitian mengisi kuesioner (dapat di lihat pada lampiran 5).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan penguat adalah suatu prosedur peningkatan tingkah laku siswa yang
dilakukan secara berulang-ulang sebagai kontrol terhadap tingkah laku yang
20
muncul setelah suatu resopn diberikan dapat meningkatkan frekuensi
perilaku atau respon yang diharapkan.
Menyambung dari penjelasan di atas secara spesifik positive reinforcement
terjadi bila telah bertemu tiga kondisi :
a.Sebuah konsekuensi diberikan tergantung pada perilakunya.
b.Perilaku menjadi lebih sering terjadi
c.Perilaku menjadi lebih sering terjadi karena sebuah konsekuensi diberikan
tergantung pada perilakunya.
2. Prosedur Positive Reinforcement
Sebelum melaksanakan pemberian teknik positive reinforcement terhadap
siswa guna meningkatkan disiplin di sekolah baiknya kita memperhatikan
prosedur pelaksanaan positive reinforcement. Prosedur positive
reinforcement merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan positive reinforcement dalam meningkatkan disiplin siswa di
sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui prosedur-prosedur yang dapat
digunakan sehingga penelitian dapat melakukan treatment dengan baik serta
untuk melihat apakah penggunaan teknik positive reinforcement untuk
kalangan siswa SMP efektif atau tidak.
Menurut Ormrod (2009: 441) agar penggunaan pengukuhan lebih efektif
maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Menentukan perilaku yang di inginkan di awal pelajaran.
Dengan menentukan perilaku akhir yang diharapkan di awal pelajaran,
21
kita pada akhirnya juga dapat menentukan apakah target tersebut tercapai
atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan target siswa yang
akan dijadikan subjek penelitian.
2. Identifikasikan konsekuensi-konsekuensi yang benar-benar memberikan
penguatan bagi masing-masing siswa.
Penggunaan penguatannya di sesuaikan dengan karakter masing-masing
siswa daripada ketika konsekuensi yang sama digunakan untuk setiap
orang Pfiffner at. Al., 1985 (dalam ormrod 2009: 441). Dalam penelitian
ini, peneliti menjelaskan tanda bintang sebagai token ekonomi.
3. Menggunakan penguat-penguat ekstrinsik hanya ketika perilaku yang
diinginkan tidak akan terjadi tanpa penguat-penguat tersebut.
Tidak mungkin dan tidak juga tidak perlu memberikan penguatan pada
setiap kelakuan baik. Lebih lanjut banyak penguatan ekstrinsik tidak
efektif ketika digunakan berulang kali. (Michael, 2000; Murphy,
McSweeney, Smith, dan McComas, 2003 (dalam ormrod 2009: 441)).
Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan positive reinforcement yang
akan subjek dapatkan.
4. Membuat Kontigensi respon – kontigensi eksplisit.
Penguat biasanya lebih efektif ketika siswa mengetahui secara jelas
konsekuensi yang akan dihasilkan oleh masing-masing perilaku. Jika
memberikan penguatan di depan umum, pastikan siswa mempunyai
kesempatan untuk mendapatkannya.
Dalam usaha memperbaiki perilaku beberapa siswa, kita mungkin secara
22
mendapatkan penguatan. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan
kontrak secara lisan kepada subjek penelitian akan program positive
reinforcement yang akan subjek lakukan.
5. Jalankan penguatan secara konsisten sampai perilaku perilaku yang
diinginkan terjadi sebagaimana diharapkan.
Perilaku-perilaku yang tidak diberikan penguatan seringkali menurun
frekuensinya dan pada akhirnya bisa menghilang sama sekali.
6. Memonitor kemajuan siswa
Ketika kita menggunakan penguatan di kelas, untuk melihat apakah
usaha-usaha kita akan mendatangkan hasil yang diinginkan, maka secara
lebih spesifik mendorong kita menilai frekuensi perilaku akhir yang
diinginkan baik sebelum maupun selama berusaha meningkatkannya.
Frekuensi perilaku sebelum kita secara sengaja memulai penguatan
disebut tingkat basis (baseline) perilaku tersebut. Beberapa perilaku
sering terjadi bahkan ketika tidak diberikan penguatan secara eksplisit,
sebaliknya perilaku-perilaku lainnya jarang atau sama sekali tidak terjadi.
Dengan membandingkan frekuensi basis sebuah respons dengan
frekuensinya setelah kita memulai menguatkannya, kita dapat
menentukan apakah prosedur penguatan kita benar-benar membawa
perubahan perilaku.
Berdasarkan pendapat di atas dijelaskan bahwa menyajikan pengukuhan
seketika lebih efektif dari pada penyajian tertunda karena dengan kita
memberikan pengukuhan seketika perilaku tersebut belum disertai dengan
23
yang mendapatkan pengukuhan. Setiap individu itu adalah unik dan berbeda
meskipun perilaku yang akan diubah sama akan tetapi belum tentu dapat
menggunakan pengukuhan yang sama dapat berhasil, oleh karenanya
memilih pengukuh yang tepat bagi subjek sangat penting.
Agar perilaku yang mendapat pengukuh berulang pada saat dan tempat yang
tepat, perlu diatur kondisi situasional pemberian pengukuh. Dan perlu juga
ditunjang dengan komunikasi yang jelas dan subjek diminta untuk
memperhatikan kondisi situasional tersebut. Mengenai banyaknya pengukuh
yang akan diberikan setiap kali perlu mendapat pertimbangan mengenai
bentuk pengukuh diberikan dan bagaimana hasilnya setelah mendapat
pengukuhan. Kualitas pengukuh yang tidak sesuai dengan harapan penerima
dapat menyebabkan efektivitasnya menurun.
Memberi pengukuh yang baru pada siswa dapat memberikan keragu-raguan
maka perlu dicobakan lebih dahulu pengukuhan yang akan diberikan.
Dalam memberikan pengukuhan adakalanya mendapat pengaruh saingan
dari luar misalnya berupa hukuman atau pegukuhan lain. Jika terdapat
saingan yang lebih kuat maka pengukuhan perlu kita tambahkan. Jadwal
pengukuhan merupakan suatu program yang menentukan kapan subjek akan
diberikan pengukuhan sebagai mengukuh perilaku yang diinginkan baik
berkenaan dengan waktu maupun dengan jumlah reaksi yang dilakukannya.
3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement
Sebelum teknik reinforcement diberikan pada siswa guna meningkatkan
24
diperlukan dalam praktek ini. Komponen dalam pemberian positive
reinforcement dapat digunakan dalam teknik positive reinforcement
sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan komponen yang sesuai
dengan subjek.
Menurut Latif (2007) dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan
komponen ketrampilan yang tepat. Komponen tersebut adalah :
a) penguatan verbal
penguat verbal merupakan dorongan dan suatu pujian yang diucapkan
oleh peneliti untuk merespon tingkah laku subjek yang diberikan oleh
peneliti ketika perilaku yang diinginkan pada diri subjek muncul. Ucapan
tersebut berupa kata-kata: bagus, baik, betul, benar dan tepat.
b). penguatan gestural
Pemberian penguatan gestural dapat berupa semua gerakan tubuh dari
peneliti. Seperti mimik wajah yang cerah, senyuman, mengangguk,
acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikan bahu,
geleng-geleng kepala dan menaikan tangan.
c). penguatan kegiatan
Penguatan dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila peneliti banyak
menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga subyek dapat
memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atau suatu
pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Contoh penguatan kegiatan:
pulang lebih dulu, diberi istirahat lebih, bermain, olahraga,
mendengarkan musik, radio, menjadi ketua, membantu siswa lain dan