• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG MADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG MADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG

MADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

CEMPAKA PURI

Masalah dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa pada tata tertib sekolah kurang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah Positive Reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada tata tertib sekolah pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun ajaran 2012/2013?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan disiplin siswa pada tata tertib sekolah dengan penggunaan Positive Reinforcemen pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain eksperimen one group pretest-posttest dengan subjek sebanyak enam siswa kelas IX yang memiliki disiplin kurang dalam tata tertib sekolah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi partisipan dan wawancara sebagai pendukungnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap tata tertib peraturan sekolah dengan penggunaan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun ajaran 2012/2013. hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji beda Wilcoxon, hasil pretest dan posttest yang diperoleh nilai p = 0,026; p<0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya positif reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada siswa kelas IX SMP. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan positive reinforcement dapat meningkatkan disiplin pada tata tertib peraturan sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Pelajaran 2012/2013.

(2)

Cempaka Puri

disiplin, namun lebih mengkhususkan lagi ke treatment untuk merubah guru sebagai faktor pendukung atau penghambat disiplin siswa.

(3)

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PADA TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK POSITIVE REINFORCEMENT PADA SISWA KELAS IX SMP SATYA DHARMA SUDJANA GUNUNG

MADU TAHUN AJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

CEMPAKA PURI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

B.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

C.Ruang Lingkup Penelitian ... 7

D.Kerangka Pikir ... 7

E. Hipotesis ... 10

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A.Perilaku Disiplin di Sekolah ... 11

1. Pengertian Perilaku Disiplin ... 11

2. Faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah ... 12

3. Dampak Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah ... 14

4. Tujuan Disiplin di Sekolah... 15

5. Peranan Guru Pembimbing Dalam Menumbuhkan Disiplin Diri Siswa ... 16

6. Bimbingan Pribadi ... 17

B.Teknik Positive Reinforcement ... 19

1. Pengertian Positive Reinforcement ... 19

(5)

3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement ... 24

4. Langkah-Langkah Reinforcement ... 26

5. Keunggulan dan Kelemahan Positive Reinforcement ... 27

C.Keterkaitan antara Teknik Positive Reinforcement dengan Disiplin Siswa di Sekolah ... 28

III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B.Subjek Penelitian ... 34

C.Variabel Penelitian dan Definisi Reinforcement ... 35

D.Definisi Operasional ... 35

E. Tahapan Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G.Pengujian Instrumen Pengumpulan Data ... 39

1. Pengujian Validitas Instrumen... 39

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 40

H.Teknik Analisis Data ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 44

1. Gambaran Hasil Pra Pemberian Positive Reinforcement ... 44

2. Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Positive Reinforcement ... 48

3. Data Hasil Penelitian ... 51

4. Uji Hipotesis… ... 69

B.Pembahasan ... 71

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

1. Kesimpulan Statistik ... 83

2. Kesimpulan Penelitian ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Data Siswa yang Akan Diberi PositiveReinforcement ... 52 Tabel 4.2 Tabel Kerja Perhitungan Pretest dan Posttest ... 52 Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Subjek 1 (Dio) ... 54 Tabel 4.4 Rata-Rat Skor Kedisiplinan Sebelum dan

Sesudah Perlakuan ... 55 Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa

Subjek 2 (M Kelvin) ... 57 Tabel 4.6 Rata-Rata Skor Kedisiplinan Sebelum dan

Sesudah Perlakuan ... 58 Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Subjek 3 (Fajar) .... 59 Tabel 4.8 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan .. 60 Tabel 4.9 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 4 (I Kadek) ... 62 Tabel 4.10 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan 63 Tabel 4.11 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 5 (Wahyu) .. 65 Tabel 4.12 Rata-rata skor kedisiplinan sebelum dan sesudah perlakuan 66 Tabel 4.13 Data hasil observasi kedisiplinan siswa subjek 6 (Riqi) ... 68

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir ... 10

Gambar 3.1 Pola One-group pretest-posstest design ... 33

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Disiplin Siswa ... 52

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 1 (Dio) ... 54

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 2 (M Kelvin) 57 Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Subjek 3 ( Fajar) ... 60

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Siswa Subjek 4 (I Kadek) ... 63

Gambar 4.6 Peningkatan Kedisiplinan Subjek 5 ( Wahyu) ... 65

(8)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 88

Lampiran 2. Target Behavior Disiplin Siswa ... 91

Lampiran 3. Modul... 94

Lampiran 4. Lembar Observasi ... 121

Lampiran 5. Kuesioner ... 123

Lampiran 6. Uji Coba koofesien Kesepakatan ... 124

Lampiran 7. Hasil Expert Judgement ... 128

Lampiran 8. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 129

Lampiran 9. Hasil Observasi Sebelum Perlakuan ... 130

Lampiran 10. Hasil Observasi Setelah Perlakuan (Postest) ... 131

Lampiran 11. Hasil Uji Beda Wilcoxon ... 132

Lampiran 12. Data Peningkatan Kedisiplinan Siswa Sebelum dan Sesudah Pemberian Positive Reinforcement Melalui Observasi ... 133

Lampiran 13. Foto-Foto ... 136

Lampiran 14. Data Observasi Pendahuluan ... 138

Lampiran 15. Data Observasi Siswa yang Tidak Disiplin ... 142

Lampiran 16. Data Observasi Rekan Sebaya ... 144

(9)

86

DAFTAR PUSTAKA

Aunillah, N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Erlangga

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aqib, Z. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Basrowi, dan Kasinu. A. 2010. Metodelogi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama.

Corey, G. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & pedoman Umum pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya

Goodwin dan Croates. 1976. Helping Student Help Themselves. Prentice (Second edition). California: Wadsworth, Inc.

Harlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Imron, A. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Kartini, K. 1996. Pengantar Metodolog Riset Sosial. Bandung: CV, Mandar Maju.

Koesoema, D. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo

Komalasari. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks

Latif, S. 2007. Modifikasi Perilaku Buku Ajar. FKIP Unila.

(10)

87

Martono, N. 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Nursito. 1986. Disiplin Belajar dan Penerapannya. Jakarta: Graha Ilmu.

Ormrod J.E. 2008. Psikologi Pendidikan. edisi keenam. Erlangga: Jakarta.

Prayitno & Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

Rahmi, N.L.2009. Penggunaan Teknik Reinforcement Positif Terhadap Siswa Tidak Disiplin di Sekolah Pada Siswa SMA Perintis Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Satrock. 2002. Perkembangan Masa Hidup Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Seniati,L.,Yulianto,A., dan Setiadi, B.N. 2005 Psikologi Eksperiment. Jakarta: Indeks

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2002. Metode Statisika. Bandung: Tarsito

Sudrajat, A. 2008. Disiplin Siswa di Sekolah. Jakarta: PT Intermasa.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

Suryabrata, S. 2007. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Gunung Madu tanggal 06 Agustus 1989,

sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Purwoko

dan Ibu Sri Wahyuningsih.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)Satya Dharma Sudjana

Gunung Madu diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar (SD)

Negeri 1 Gunung Madu tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya

Dharma Sudjana Gunung Madu tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri 1 Terbanggi Besar tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan,

Program studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat

(PKAB). Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di

(12)

MOTTO

Wahai orang

orang yang beriman, mohonlah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah

berserta orang

orang yang sabar

”.

(Qs. Al-Baqarah :153)

“Yang memudahkan seseorang yang m

engalami kesulitan

maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di

akhirat”

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas

terselesaikannya

Penulisan skripsi ini, kupersembahkan

karya kecilku ini kepada :

Mama dan Papa tersayang

yang selalu menyertaiku disetiap

doa’nya.

Terimakasih atas ketulusan kasih sayang, cinta, dan doa yang

tak kunjung putus kau selipkan disetiap hembusan nafas

yang telah banyak memberikan semangat

untuk keberhasilan putra-putrinya.

Mbakku tersayang Anggun Pitaloka dan Mas Bram Sektiaka

yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan semangat

(14)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Disiplin Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik Positifve

Renforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu

Tahun Pelajaran 2012/2013”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis

untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan

Konseling sekaligus selaku pembimbing utama pada penulisan skripsi ini.

Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu sampai

(15)

4. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi selaku Pembimbing Pembantu yang

telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi

ini.

5. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi selaku dosen penguji utama terima

kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang

membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya.

Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan

peneliti di masa depan.

7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya

selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.

8. Ibu Sri Ismiyatun selaku Kepala Sekolah SMP Satya Dharma Sudjana

Gunung Madu yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

9. Ibu Esti Latifah S.Pd dan Ibu Pradana Vidiawati S.Psi selaku guru BK di

SMP Satya Dharma SudajanaGunung Madu terima kasih atas kesediannya

membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku,

memberikan do’a, dukungan, materi, semangat serta yang selalu menantikan

keberhasilanku.

11. Mbakku tersayang Anggun Pitaloka, Masku Brahm Sektiaka, Keponakanku

tersayang Abrar Fakih, Mbah putri poncowati, Pakde mono, Pakde Nasib,

Mas Adzan, Pakde Sitinjak, Mpip, Mas Indha dan seluruh keluarga besarku

(16)

12. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan 2008

Dika Ananda, Rika, Geisha, Lilis, Yuspa, Siska, Yeni, Putu, Umi, Nurul,

Mella, Sari, Eny, Suci, Mba Titis, Yosi, Amel, Merry, Mifta, Milan, Mira,

Cindi, Ariska, Riki Rosadi, Ricky Fernando, Marshinta, Tubagus, Denia,

MbaMas Ari, Yonda, Fitri, Idris, Bang Tio, Wiwit, dan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, dukungan, do’a, dan

motivasinya.

13. Kakak tingkat BK 2007 Mba Alfi, Kak Agus, Mba Ekasus, Kak Irfan, Mba

Izni, Mba Aam, Uci, Kak Widi, Mba Ekalis, Mba Tuti, dan Kak Combro,

terimakasih atas bantuan, semangat, doanya selama ini.

14. Sahabat-sahabatku Della, Odo Andotama, Kak Dika, Ike, Hariansyah, Mba

Raput, Kak Gede, Andi, Nurman, Refto terimakasih atas semangat, motivasi

dan do’anya selama ini.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit

kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Bandarlampung, 2013

Penulis

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

1. Latar Belakang

Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai

kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem

pendidikan yang kondusif agar segala aspek potensial dalam diri siswa

berkembang optimal. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah

sering kali tidak dapat dihindari, seperti masalah siswa yang tidak disiplin di

sekolah.

Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan

teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Sedangkan

menurut Permana ( Nursito, 1986:14) menyatakan bahwa:

“disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa

(18)

2

yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan

yang di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan

kegiatan akademik berjalan dengan lancar.

Perilaku tidak disiplin siswa sering kali dipandang sebagai masalah kecil

yang kurang mendapat perhatian khusus dari guru pembimbing di sekolah.

Padahal jika di telusuri masalah siswa yang tidak disiplin seperti terlambat

dan sering keluar kelas pada jam pelajaran, serta membolos memiliki

dampak yang merugikan siswa itu sendiri seperti tidak bisa mengikuti

materi pelajaran, nilai rendah, tidak naik kelas, bahkan kemungkinan

terburuk siswa yang tidak disiplin di sekolah dapat dikeluarkan dari sekolah.

Guru pembimbing yang disebut sebagai konselor sekolah memiliki

kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap siswanya agar dapat

menjadi siswa yang berpotensi mengembangkan pribadinya dengan

mengubah perilaku tidak disiplin di sekolah menjadi perilaku yang lebih

disiplin.

Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah

yang dihadapinya, perlu adanya layanan bimbingan konseling yang

terorganisir dan terprogram. Salah satunya layanan bimbingan konseling

yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah siswa yaitu layangan

bimbingan pribadi dengan tujuan mengembangkan potensi siswa, mampu

mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif.

Bimbingan dan konseling adalah suatu upaya bantuan yang diberikan oeh

(19)

3

psikologis, sosial, dan lain-lain dengan harapan dapat memecahkan

masalahnya, memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan

kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan

lingkungannya. Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah

fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan

konseling.

Meningkatkan disiplin pada siswa merupakan fungsi perbaikan, karena

layanan bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai perbaikan yang

artinya fungsi bimbingan dan konseling akan menghasilkan pemahaman

tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan siswa

Sukardi (dalam Rahmi, 2009: 3).

Hal ini berkaitan dengan pemantapan perilaku siswa agar dapat berperilaku

yang sesuai dengan pribadi sebagai pelajar. Pelayanan bimbingan dan

konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebagai kelanjutan dan

pemantapan pelayanan bimbingan dan konseling pada jenjang pendidikan

sebelumnya dengan memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan,

kurikulum dan peserta didik di SMP, yang meliputi bimbingan pribadi,

karir, sosial, dan belajar.

Selain itu konseling sebagai suatu proses yang melibatkan interaksi antara

konselor dan siswa dalam upaya bersama agar lebih efektif dalam

berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Masalah perilaku siswa

yang tidak disiplin di sekolah, seperti siswa yang sering terlambat, keluar

(20)

4

perlu mendapat penanganan agar dapat diubah menjadi perilaku yang lebih

disiplin.

Berdasarkan catatan kasus siswa sekolah yang di berikan oleh guru

bimbingan konseling SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu diperoleh

data dari jumlah siswa 537siswa, terdapat 6 siswa yang sering tidak disiplin

di sekolah diantaranya, siswa keluar pada jam pelajaran, membolos,

membawa handphone ke sekolah. (Data siswa yang tidak disiplin dapat di

lihat pada lampiran 14 ). Pihak sekolah selama ini masih menerapkan

teknik negative reinforcement dalam menangani ketidak disiplinan siswa

seperti membolos, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa

handphone ke sekolah, terlambat, dan bentuk-bentuk perilaku tidak disiplin

lainnya. Dari tiap perilaku ini sekolah menerapkan sistem point bagi setiap

siswa, dimana saat perilaku pelanggaran kedisiplinan siswa terjadi, siswa

mendapatkan pengurangan ponit. Jika point dalam satu tahun pelajaran

siswa telah habis maka sekolah dapat mengeluarkan siswa sewaktu-waktu .

Berasal dari sudut pandang inilah maka untuk merubah perilaku tidak

disiplin siswa di sekolah maka penggunaan teknik positive reinforcement

sebagai cara perubahan perilaku melalui pendekatan kasih sayang secara

interen dengan memberikan positive reinforcement. Berdasarkan uraian di

atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan

Disiplin Siswa Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik

Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana

(21)

5

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat di peroleh

identifikasi masalah sebagai berikut :

a. ada siswa yang membolos,

b. ada siswa yang berkelahi di sekolah,

c. ada siswa yang keluar kelas pada jam pelajaran,

d. ada siswa yang menyontek pekerjaan teman,

e. ada siswa yang membawa handphone ke sekolah,

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar lebih efektif maka perlu

adanya pembatasan masalah yang disesuaikan dengan judul penelitian yang

akan diteliti, supaya apa yang hendak dicapai dalam penelitian dapat

terlaksana. Maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah pada “Upaya

Meningkatkan Disiplin Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan

Teknik Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma

Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam

penelitian ini adalah “siswa tidak disiplin di sekolah”. Maka

permasalahannya dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apakah disiplin

dapat di tingkatkan dengan teknik positive reinforcement pada siswa kelas

(22)

6

B.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

Meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib di sekolah dengan

menggunakan teknik positive reinforcement.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna antara lain :

a. secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkam dapat menambah ilmu

pengetahuan, khususnya dalam penggunaan teknik positive reinforcement

dalam meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib sekolah pada

siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran

2012/2013 agar perilaku disiplin meningkat dan siswa mengalami

perubahan perilakunya kearah yang lebih baik,

b. secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan penambahan informasi dan

refrensi bagi semua kalangan di dunia pendidikan dalam rangka

melakukan suatu perubahan perilaku peningkatan disiplin di sekolah

(23)

7

C.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah bimbingan dan konseling

berkaitan dengan ilmu perilaku yang membahas mengenai teknik positive

reinforcement.

2. Ruang lingkup wilayah

Penelitian ini di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu

Lampung Tengah Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Ruang lingkup subyek

Ruang lingkup subyek dalam penelitian adalah siswa SMP Satya Dharma

Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah yang sering tidak disiplin keluar

kelas pada jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah dan membolos.

4. Ruang lingkup obyek

Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan

teknik positive reinforcement digunakan dalam meningkatkan disiplin di

sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu

Lampung Tengah.

D. Kerangka Pikir

Kedisiplinan siswa adalah suatu sikap yang teratur tanpa adanya

pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu

(24)

8

kegiatan akademik berjalan dengan lancar. Sebagaimana diungkapkan oleh

Imron (2011: 173) yang menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib

dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Tanpa adanya

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

Sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan

mempengaruhi perilaku siswa. Salah satu dari perilaku siswa yang masih

sering menjadi sorotan ialah rendahnya disiplin siswa di sekolah terhadap

peraturan dan tata tertib sekolah. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut,

sekolah-sekolah di Lampung Tengah saat ini masih banyak menerapkan

peraturan dan tata tertib di sekolah dengan sistem point, jadi apabila ada siswa

yang tidak disiplin di sekolah maka akan diberi point tata tertib dan apabila

point tata tertib telah melebihi batas yang telah ditentukan pihak sekolah maka

siswa akan diberikan sanksi oleh sekolah (negative reinforcement).

Pada penerapan sistem poin masih terdapat siswa yang memiliki tingkat

kesadaran yang rendah akan pentingnya kedisiplinan di sekolah yang kurang,

meskipun terdapat pula siswa yang sudah sadar akan pentingnya disiplin di

sekolah.

Wolpe (dalam Rahmi 2009: 14) menyatakan bahwa modifikasi perilaku

merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara

eksperimental untuk mengubah perilaku tidak adaptif. Dimana

kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif di lemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif

(25)

9

modifikasi perilaku itu juga memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku

tidak adaptif. Perilaku tidak adaptif tersebut contohnya seperti ketidak

disiplinan siswa di sekolah. Hal senada juga di kemukakan oleh Corey (1995:

412) dimana teknik positive reinfocement merupakan prosedur dimana respon

(tanggapan) yang di ikuti adanya suatu stimulus dapat berupa pujian, benda,

sebagai konsekuensi dari perilaku yang diinginkan muncul dan berulang.

Pendapat ini di jadikan landasan teori dalam pemberian teknik positive

reinforcement terhadap perilaku tidak disiplin di sekolah, dengan maksud dan

tujuan merubah perilaku tidak disiplin menjadi disiplin.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebelumnya oleh Rahmi (2009) yang

menunjukkan bahwa perilaku tidak disiplin di sekolah seperti membolos,

keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah

dapat dikurangi dengan menggunakan teknik positive reinforcement sehingga

dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah.

Selanjutnya menurut Skinner (dalam Ormrod, 2008: 431) menyatakan bahwa

perinsip dasar perubahan perilaku adalah sebuah respon diperkuat, dan

karenanya mungkin akan terjadi lagi ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah

stimulus yang menguatkan (reinforcement).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dan

didukung oleh pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

ketidak disiplinan siswa di sekolah dapat di tingkatkan dengan menggunakan

(26)

10

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

E.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu rumusan masalah. Dalam

penelitian ini hipotesis yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:

perilaku disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan dengan menggunakan

teknik positive reinforcement.

Sedangkan Hipotesis penelitian ini adalah:

Ho : Disiplin siswa tidak dapat di tingkatkan dengan teknik positive

Reinforcement

Ha : Disiplin siswa dapat di tingkatkan dengan teknik positive Reinforcement Penggunaan teknik

reinforcement positif

Disiplin siswa rendah Disiplin siswa

(27)

32

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu

Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013.

B.Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan

masalah yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan

yang diharapkan. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data

dan pengembangan suatu pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran

pengetahuan. Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu

penelitian. Di dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu

penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur suatu penelitian

akan dilakukan.

Hal terpenting yang perlu diperhatikan juga bagi seorang peneliti adalah

ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan

yang ingin dicapai agar penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah, dan

(28)

33

“ Menurut Sugiyono (2008:2), metode penelitin pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara

ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu

rasional, empiris, dan sistematis”.

Agar penelitian ini berjalan baik dan sistematis sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai maka peneliti menggunakan metode eksperimen. Sebagaimana

dikemukakan oleh Sugiyono (2010:107) mengatakan bahwa “metode

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan.

Metode metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pre-Experimental research (quasi experimental). Alasan peneliti menggunakan

metode ini karena tidak menggunakan kelompok kontrol dan subyek tidak

dipilih secara random. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Seniati (2005: 37)

yang menyatakan bahwa eksperimen kuasi berbeda dengan penelitian

eksperimen karena tidak memenuhi tiga syarat utama dari suatu penelitian

eksperimen yaitu manipulasi, kontrol dan randomisasi. Pada penelitian ini,

peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan randomisasi, peneliti hanya

melihat hasil dari pemberian teknik positive reinforcement pada siswa yang

kurang disiplin dalam tata tertib sekolah SMP Satya Dharma Sudjana. Desain

ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design (hal 110)

(29)

34

Keterangan :

O1 : Nilai Pretest yaitu pengukuran pertama, disiplin pada siswa

sebelum diberi teknik positive reinforcement dengan menggunakan skala.

X : Perlakuan yaitu pelaksanaan pemberian teknik positive reinfocement pada siswa kelas IX di SMP Satya Dharma Sudjana.

O2 : Posttest/ kondisi setelah perlakuan yaitu pengukuran kedua

dimana disiplin siswa sesudah diberi teknik positive reinforcement dengan skala yang sama dengan pengukuran yang pertama.

C.Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Penentuan

subjek ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin

dikumpulkan. Subjek yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP

Satya Dharma Sudjana Gunung Madu tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki

disiplin yang kurang terhadap tata tertib sekolah.

Subjek dalam penelitian ini diketahui berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dengan guru BK maupun dari guru bidang studi, kemudian penulis

memperoleh rekomendasi enam orang siswa kelas IX SMP Satya Dharma

Sudjana Gunung Madu yang frekuensi tidak disiplinnya tinggi, dan

masing-masing siswa dari kelas yang berbeda. Dari hasil rekomendasi kemudian

dilakukan pengukuran disiplin menggunakan lembar observasi, dari hasil

pengukuran tersebut diketahui ada enam orang siswa yang kurang memiliki

(30)

35

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1.Variabel Penelitian

Suryabrata, (2007: 72) variabel adalah sebagai faktor yang berperan dalam

penelitian peristiwa atau gejala yang akan diteliti (objek penelitian).

Sedangkan menurut Sugiono (2010: 38) variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudia ditarik

kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel.

1. Variabel bebas (independent variabel) adalah suatu variabel yang ada

atau terjadi mendahului variabel terikatnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Positive Reinforcement.

2. Variabel terikat (devendent variabel) adalah variabel yang diakibatkan

atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kurang disiplin

siswa kelas IXSMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran

2012/2013.

E.Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang

sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi

variabel atau konsep yang digunakan. Definisi operasional dari kedisiplinan

yang kurang adalah perilaku subyek yang tidak menaati peraturan sekolah

(31)

36

Teknik pengukuhan positif atau yang sering disebut positive reinforcement

adalah peningkatan tingkah laku siswa yang dilakaukan secara

berulang-ulang sebagai kontrol terhadap perilaku yang diinginkan atau pengukuhan

positif adalah adanya peristiwa yang muncul setelah suatu respon diberikan

dapat meningkat frekuensi perilaku respon yang diharapkan. Perilaku tidak

disiplin adalah sikap mental yang tidak mengandung kerelaan untuk

mematuhi ketentuan peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan

tugas tanggung jawab. Perilaku tidak disiplin di sekolah adalah suatu

perilaku yang melanggar tata tertib sekolah.

Indikator perilaku disiplin di sekolah adalah sebagai berikut :

1) Ketertiban terhadap peraturan sekolah

2) Kepatuhan terhadap disiplin di sekolah

Sesuai dengan tujuannya bahwa positive reinforcement adalah usaha untuk

menguatkan suatu perilaku yang diinginkan dengan menggunakan stimulus,

maka positive reinforcement harus memenuhi langkah-langkah pemberian

reinforcement.

F. Tahapan Penelitian

Goodwin & Croates (1976: 24-57) mengemukakan bahwa:

“tahap pemberian positive reinforcement merupakan tahap terakhir dari proses analisis perilaku yang dilaksanakan. Sehingga dalam mengevaluasi program yang akan dilaksanakan yaitu dengan cara membandingkan keadaan perilaku subyek sebelum dilakukan konseling behavior dengan menggunakan teknik positive reinforcement (base rate) dan sesudah dilakukan konseling behavior dengan menggunakan teknik positive reinforcement (post rate).”

Pada penelitian ini teknik positive reinforcement yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut:

(32)

37

b) siapakah yang akan diberi perlakuan,

c) mengobservasi keadaan lingkungan,

d) merencanakan dan mewujudkan sebuah strategi untuk mengubah perilaku,

e) mengevaluasi program yang telah dilaksanakan

G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat diperoleh dari sumber data dalam penelitian

yang merupakan subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti

menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, dan

sumber datanya responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Untuk

mempermudah mengidentifikasi sumber dalam pengumpulan data dapat

diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan huruf p dari bahasa inggris, yaitu :

P = person, sumber data berupa orang

P = place, sumber data berupa tempat

P = paper, sumber data berupa symbol

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi langsung.

Margono (2007: 158) mengemukakan observasi sebagai “pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek

penelitian.” Pada metode observasi ini peneliti mengamati langsung dan

mencatat hal-hal penting dalam penelitian. Dimana observasi itu sendiri

merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra sehingga

tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata, mendengarkan,

(33)

38

yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan lembar

pengamatan.

Pada metode observasi ini peneliti mengamati langsung dan mencatat

hal-hal penting dalam penelitian. Observasi dilakukan sebelum treatment, untuk

menjaring subyek penelitian, dan setelah melakukan penjaringan subyek

dengan observasi lalu diadakan pretest. Jadi setelah peneliti mendapat

rekomendasi subjek penelitian dari guru BK, peneliti kemudian

mengobservasi ulang hasil rekomendasi tersebut.

2. Wawancara

Dilakukan interview atau wawancara langsung dengan pihak yang

berhubungan dalam mendukung kelengkapan data pada proses

pengumpulan data. Misalnya interview dengan guru BK., kepala sekolah,

wakil kepala sekolah dan wali kelas, dan peneliti melakukan wawancara

dengan guru BK.

3. Dokumentasi

Teknik digunakan untuk memperoleh data mengenai subyek penelitian, data

identitas siswa, absensi, catatan kasus siswa yang membolos, keluar kelas

pada pergantian jam pelajaran, dan membawa handphone ke sekolah.

H.Pengujian Instrumen Pengumpulan Data 1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas merupakan kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Dalam

penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang

berupa checklist yang merupakan pengembangan dari pedoman observasi

(34)

39

validitas dalam instrumen ini merupakan validitas isi, yaitu validitas yang

diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau

lewat professional judgment (Azwar, 2000: 45).

Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana

item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang

hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang

hendak diukur. Sehingga untuk mendapatkan validitas instrumen peneliti

akan melakukan analisis rasional dan uji ahli untuk mengetahui sejauh

mana isi lembar observasi mencerminkan ciri rendahnya disiplin pada

siswa. Analisis rasional dilakukan oleh peneliti dan rekan sebaya,

sementara untuk uji ahli dilakukan oleh dosen pembimbing.

Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, dilakukan dengan

mengkonsultasikan dengan ahli dimana dalam penelitian ini peneliti

mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing. Bedasarkan hasil expert

Judgment, instrument penelitian ini dapat dikatakan baik karena terdapat

lebih dari 70% konsensus dari tiga ahli (pendapat ahli terlampir).

Bedasarkan hasil perhitungan konsensus antara tiga ahli terdapat

konsensus sebesar 95,7% yang artinya instrument penelitian ini valid dan

dapat digunakan.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Reliablitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

(35)

40

observasi dan dilakukan oleh dua orang observer (peneliti dan guru BK)

maka dalam menentukan reliabilitas instrumen observasinya,

menggunakan rumus (Arikunto, 2006: 210):

Keterangan:

KK : koefisien kesepakatan

S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama

N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I

N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria

reliabilitas (Koestoro dan Basrowi, 2010 : 62) sebagai berikut:

0,8-1000 = sangat tinggi

0,6-0,799 = tinggi

0,4-0,599 = cukup tinggi

0,2 – 0,399 = rendah

0<0,200 = sangat rendah

Perhitungan reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan

rumus koefesien kesepakatan karena metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Pelaksanaan uji coba

(36)

41

berasal dari luar populasi yaitu siswa kelas IX SMP Negeri 1 Terbanggi

Besar. Alasan mengapa peneliti menggunakan responden siswa kelas IX

SMP Negri 1 terbanggi Besar adalah karena siswa kelas IX SMP negeri 1

Terbanggi Besar memiliki karateristik yang hampir sama dengan anak

yang akan dijadikan subyek penelitian. Berikut ini merupakan hasil

perhitungan reliabilitas instrument yang sebelumnya telah dilakukan uji

coba di sekolah.

Bedasarkan hasil pengolahan data terdapat 30 item yang valid dengan

reliabilitas melalui koefisien kesepakatan yaitu 0,88 maka dapat dikatakan

instrumen ini reliabel. Berdasarkan kriteria tingkat reliabilitas di atas maka

tingkat reliabilitas observasi adalah sangat tinggi.

Dari hasil uji coba yang diperoleh, maka lembar observasi ini dapat

digunakan untuk mengobservasi perilaku anak yang memiliki kedisiplinan di

sekolah yang rendah.

I. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data tersebut

diolah untuk dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang teramat penting

dalam penelitian ilmiah, karena itu dengan analisis, data tersebut dapat diberi

arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah.

Subyek dalam penelitian ini terdapat enam orang sehingga distribusinya

(37)

42

bahwa subjek penelitian yang kurang dari 25 distribusi datanya dianggap

tidak normal. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data

ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan

menggunakan wilcoxon matched pairs test, hal ini sesuai dengan pendapat

(Martono, 2010: 6) bahwa statistik yang digunakan untuk data ordinal

merupakan stattistik non parametrik yaitu dengan menggunakan wilcoxon

matched pairs test. Selain kedua alasan itu, data yang diperoleh peneliti

merupakan dua subjek yang berhubungan yaitu peneliti hanya menggunakan

satu subjek, namun diberikan perlakuan lebih dari satu kali (Martono, 2010:

144).

Penelitian ini akan menguji pretest dan posttest. Pretest merupakan hasil

sebelum anak diberikan reinforcement positive dan posttest merupakan hasil

setelah anak diberikan reinforcement positive. Dengan demikian peneliti

dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui hasil uji

Wilcoxon ini.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Martono, 2010: 145):

Keterangan:

(38)

43

Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang

berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui

program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17. Hasil pengujian ini

kemudian disimpulkan untuk membuktikan adanya peningkatan disiplin siswa di

sekolah dengan menggunakan teknik positive reinforcement.

Hasil uji wilcoxon untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil

analisis data dengan uji signifikansi 5 % diperoleh nilai p = 0,026 ; p < 0,05.

Kesimpulannya adalah kedisiplinan siswa di sekolah dapat di tingkatkan dengan

menggunakan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya

(39)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah 1. Pengertian Perilaku Disiplin

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali orang mengatakan bahwa si X

adalah orang yang memiliki disiplin tinggi, sedangkan si Y orang yang

kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya

tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap peraturan,

berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya.

Sebaliknya, sebutan sebagai siswa yang tidak disiplin ditunjukan kepada

siswa yang kurang atau tidak mentaati peraturan berlaku.

Menurut Permana ( Nursito, 1986:14) menyatakan bahwa:

“disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuham, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.”

Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah

suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peraturan dan

kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Perilaku siswa

seperti, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membolos, dan

membawa handphone ke sekolah merupakan bentuk ketidakdisiplinan siswa

(40)

12

seorang siswa tidak lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib sekolah

yang diberlakukan di sekolahnya dan setiap siswa dituntut untuk dapat

berperilaku sesuai dengan aturan tata tertib yang berlaku di sekolahnya.

2.Faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin di Sekolah

Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

faktor lingkungan, keluarga, dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa

sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan

mempengaruhi perilaku siswa.

Brown (dalam Rahmi, 2009: 18) mengelompokkan beberapa penyebab

perilaku siswa yang tidak disiplin, sebagai berikut :

1. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru,

2. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah : kondisi sekolah

yang kurang menyenangkan, kurang teratur dan lain-lain dapat

menyebabkan perilaku tidak disiplin,

3. perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa-siswa yang berasal dari

keluarga yang broken home.

Sedangkan menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap disiplin siswa di sekolah adalah sebagai berikut:

a) faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu

1). Kesehatan siswa

Kesehatan siswa sangat mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses

(41)

13

lebih berkonsentrasi dalam belajar dandapat mematuhi segala

peraturan di sekolah.

2). Minat siswa

Minat adalah kecenderungan dalam individu untuk tertarik pada suatu

objek atau aktivitas dan merasa senang terlibat dalam aktivitas

tersebut. Minat sangat penting pengaruhnya terhadap belajar, karena

bila siswa kurang berminat pada materi pelajaran yang diberikan oleh

guru maka dapat dipastikan siswa kurang dapat menerima pelajaran

dengan sebaik-baiknya tetapi sebaliknya bila bahan pelajaran tidak

menarik minat siswa, maka bahan pelajaran ini akan mudah untuk

dipelajari dan diingat karena minat siswa dapat menambah kegiatan

belajar.

3). Motivasi belajar siswa

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan

kegiatan belajar. Motivasi sangat penting pengaruhnya terhadap

belajar, karena bila seseorang siswa memiliki motivasi belajar yang

baik sudah dapat dipastikan ia akan berhasil dalam belajar dan dapat

melaksanakan disiplin di sekolah dengan baik.

b) Faktor eksternal

faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu

sendiri. Faktor eksternal meliputi: lingkungan tempat tinggal siswa,

(42)

14

Dari hasil penelitian pendahulu yang telah dilakukan peneliti terdapat

beberapa penyebab perilaku siswa tidak disiplin di sekolah yaitu, kondisi

keluarga yang kurang harmonis yang dialami oleh siswa, siswa kurang

mendapat kasih sayang dari kedua orang tua yang sering bertengkar, kedua

orang tua yang bercerai, sehingga mempengaruhi perilaku siswa di sekolah

tidak memiliki motivasi belajar di sekolah menjadi sering membolos, dan

tidak menaati peraturan sekolah sebagai pelampiasan diri.

3.Dampak Perilaku Siswa Tidak Disiplin di Sekolah

Menurut Sudrajat (2008: 18) dalam disiplin di sekolah dampak dari perilaku

siswa yang tidak disiplin di sekolah antara lain:

Siswa sering keluar kelas pada pergantian jam pelajaran mengakibatkan

siswa ketinggalan mata pelajaran, tidak mendapatkan nilai, jika ketahuan

guru piket ataupun dewan guru lainnya akan mendapatkan sangsi.

a. siswa tidak disiplin sering melanggar tata tertib sekolah seperti nekat

membawa handphone ke sekolah, jika terkena razia oleh dewan guru

maka handphone akan di sita dan siswa juga akan diberikan sangsi,

b. siswa tidak disiplin sering membolos mengakibatkan siswa jadi malas

berangkat ke sekolah, siswa tidak mengetahui informasi dari sekolah,

tertinggal materi pelajaran, mendapatkan skors dari pihak sekolah,

terancam tidak naik kelas/tidak lulus, menimbulkan image buruk bagi

teman-teman sekolah ataupun dewan guru, dampak paling fatal siswa

(43)

15

Dampak secara garis beras pada siswa yang tidak disiplin di sekolah, akan

mendapat citra diri yang negatif dari lingkungan sekitar, melanggar

peraturan sekolah dapat diberi hukuman, apabila perilaku tidak disiplin di

sekolah sering muncul maka siswa tersebut bisa dikeluarkan dari sekolah

4.Tujuan Disiplin Sekolah

Dalam upaya merubah perilaku tidak disiplin di sekolah, siswa perlu

memahami tujuan dari disiplin itu sendiri.

Rachman (dalam Rahmi, 2009: 20) mengemukakan bahwa tujuan disiplin

sekolah adalah :

1. “memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,

2. mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,

3. membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungannya dan menjauhi siswa dalam melakukan hal-hal yang di

larang oleh sekolah,

4. siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan

bermanfaat baginya serta lingkungannya.”

Tujuan dari disiplin di sekolah secara garis besar merupakan suatu usaha

untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat

mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata

(44)

16

5.Peranan Guru Pembimbing Dalam Menumbuhkan Disiplin Diri Siswa

Sehubungan dengan permasalahannya di atas, seorang guru pembimbing

mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.

Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap

siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik

yang berbeda, mempunyai kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan

ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap

siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara

optimal.

b. Membantu siwa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal

dari berbagai latar belakang yang berbeda.

c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat, di setiap sekolah terdapat

aturan-aturan umum.

Sebagai guru pembimbing yang memiliki peranan dalam menumbuhkan

perilaku disiplin siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi guru pembimbing

dalam merancang kedisiplinan siswa, sehingga perilaku tidak disiplin siswa

di sekolah dapat diubah.

Sementara itu, Reisman dan Payne (dalam Rahmi, 2009: 22)

mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa yaitu : “

1. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empati, menerima, hangat dan tebuka.

(45)

17

3. Konsekuensi–konsekuensi logis alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga dapat membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dari perilakunya yang salah.

4. Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

5. Analisis transaksional: guru disarankan sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang sedang menghadapi masalah. 6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan

meningkatkan keterlibatan. Guru perlu berfikir positif dan bertanggung jawab.

7. Disiplin dan terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru dan untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturannya.

8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

9. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.”

Konsep diri merupakan salah satu strategi yang penting dalam merancang

disiplin siswa sehingga siswa tidak merasa ketergantungan dengan orang

lain serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam merubah perilaku tidak

disiplin di sekolah.

Dalam penelitian ini strategi dalam merancang disiplin siswa yang peneliti

gunakan yaitu strategi no 8 “Modifikasi Perilaku” karena modifikasi

perilaku ini berhubungan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh

peneliti.

6.Bimbingan Pribadi

Melalui pelayanan bimbingan pribadi di SMP bertujuan untuk membantu

siswa dalam mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang

(46)

18

serta sehat jasmani dan rohani. Hal ini berkaitan dengan pemantapan

perilaku siswa agar dapat berperilaku yang sesuai dengan pribadi sebagai

pelajar. Pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama

(SMP), sebagai kelanjutan dan pemantapan pelayanan bimbingan dan

konseling pada jenjang pendidikan sebelumnya dengan memperhatikan

karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik di SMP, yang

meliputi bimbingan pribadi, karir, sosial, dan belajar.

Berikut ini merupakan rincian bidang bimbingan pribadi (Prayitno 2004)

sebagai berikut : “

a) pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam sehari-hari, di masyarakat, maupun untuk peranannya di masa depan.

c) pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.

d) pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya, e) pemantapan kemampuan pengambilan keputusan.

f) pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya.

g) pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat baik secara rohani maupun jasmaniah.”

Dengan adanya bimbingan pribadi sebagai salah satu layanan BK dalam

mengatasi masalah pribadi siswa salah satunya perilaku tidak disiplin

disekolah. Apabila rincian layanan bimbingan pribadi di atas dapat dipenuhi

dengan baik oleh siswa, maka akan memberikan dampak positif dalam

(47)

19

B.Teknik Positive Reinforcement

1. Pengertian Positive Reinforcement

Corey (1995: 412) mengemukakan bahwa:

“positive reinforcement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan)

diikuti stimulus (rangsangan) di dalamnya ada tambahan sesuatu (seperti

pujian) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku tertentu.”

Dalam usaha merubah perilaku dengan memunculkan perilaku yang

diingikan salah satu caranya dengan memberikan stimulus seperti pujian,

benda, reward ataupun hadiah pada subjek yang akan diberikan perlakuan.

Dengan adanya pengukuhan maka perilaku yang diinginkan akan lebih

sering muncul sehingga perilaku yang diinginkan cenderung meningkat

sedangkan perilaku yang tidak dikehendaki semakin menurun.

Menurut Corey (1995: 412) teknik positive reinforcement merupakan

prosedur dimana respon (tanggapan) yang diikuti adanya suatu stimulus

dapat berupa pujian, benda, sebagai konsekuensi dari perilaku yang

diinginkan muncul dan berulang. Dan untuk menentukan benda yang di

inginkan oleh subjek penelitian, yaitu dengan memberikan dan menyuruh

subjek penelitian mengisi kuesioner (dapat di lihat pada lampiran 5).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan penguat adalah suatu prosedur peningkatan tingkah laku siswa yang

dilakukan secara berulang-ulang sebagai kontrol terhadap tingkah laku yang

(48)

20

muncul setelah suatu resopn diberikan dapat meningkatkan frekuensi

perilaku atau respon yang diharapkan.

Menyambung dari penjelasan di atas secara spesifik positive reinforcement

terjadi bila telah bertemu tiga kondisi :

a.Sebuah konsekuensi diberikan tergantung pada perilakunya.

b.Perilaku menjadi lebih sering terjadi

c.Perilaku menjadi lebih sering terjadi karena sebuah konsekuensi diberikan

tergantung pada perilakunya.

2. Prosedur Positive Reinforcement

Sebelum melaksanakan pemberian teknik positive reinforcement terhadap

siswa guna meningkatkan disiplin di sekolah baiknya kita memperhatikan

prosedur pelaksanaan positive reinforcement. Prosedur positive

reinforcement merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam

penggunaan positive reinforcement dalam meningkatkan disiplin siswa di

sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui prosedur-prosedur yang dapat

digunakan sehingga penelitian dapat melakukan treatment dengan baik serta

untuk melihat apakah penggunaan teknik positive reinforcement untuk

kalangan siswa SMP efektif atau tidak.

Menurut Ormrod (2009: 441) agar penggunaan pengukuhan lebih efektif

maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Menentukan perilaku yang di inginkan di awal pelajaran.

Dengan menentukan perilaku akhir yang diharapkan di awal pelajaran,

(49)

21

kita pada akhirnya juga dapat menentukan apakah target tersebut tercapai

atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan target siswa yang

akan dijadikan subjek penelitian.

2. Identifikasikan konsekuensi-konsekuensi yang benar-benar memberikan

penguatan bagi masing-masing siswa.

Penggunaan penguatannya di sesuaikan dengan karakter masing-masing

siswa daripada ketika konsekuensi yang sama digunakan untuk setiap

orang Pfiffner at. Al., 1985 (dalam ormrod 2009: 441). Dalam penelitian

ini, peneliti menjelaskan tanda bintang sebagai token ekonomi.

3. Menggunakan penguat-penguat ekstrinsik hanya ketika perilaku yang

diinginkan tidak akan terjadi tanpa penguat-penguat tersebut.

Tidak mungkin dan tidak juga tidak perlu memberikan penguatan pada

setiap kelakuan baik. Lebih lanjut banyak penguatan ekstrinsik tidak

efektif ketika digunakan berulang kali. (Michael, 2000; Murphy,

McSweeney, Smith, dan McComas, 2003 (dalam ormrod 2009: 441)).

Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan positive reinforcement yang

akan subjek dapatkan.

4. Membuat Kontigensi respon – kontigensi eksplisit.

Penguat biasanya lebih efektif ketika siswa mengetahui secara jelas

konsekuensi yang akan dihasilkan oleh masing-masing perilaku. Jika

memberikan penguatan di depan umum, pastikan siswa mempunyai

kesempatan untuk mendapatkannya.

Dalam usaha memperbaiki perilaku beberapa siswa, kita mungkin secara

(50)

22

mendapatkan penguatan. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan

kontrak secara lisan kepada subjek penelitian akan program positive

reinforcement yang akan subjek lakukan.

5. Jalankan penguatan secara konsisten sampai perilaku perilaku yang

diinginkan terjadi sebagaimana diharapkan.

Perilaku-perilaku yang tidak diberikan penguatan seringkali menurun

frekuensinya dan pada akhirnya bisa menghilang sama sekali.

6. Memonitor kemajuan siswa

Ketika kita menggunakan penguatan di kelas, untuk melihat apakah

usaha-usaha kita akan mendatangkan hasil yang diinginkan, maka secara

lebih spesifik mendorong kita menilai frekuensi perilaku akhir yang

diinginkan baik sebelum maupun selama berusaha meningkatkannya.

Frekuensi perilaku sebelum kita secara sengaja memulai penguatan

disebut tingkat basis (baseline) perilaku tersebut. Beberapa perilaku

sering terjadi bahkan ketika tidak diberikan penguatan secara eksplisit,

sebaliknya perilaku-perilaku lainnya jarang atau sama sekali tidak terjadi.

Dengan membandingkan frekuensi basis sebuah respons dengan

frekuensinya setelah kita memulai menguatkannya, kita dapat

menentukan apakah prosedur penguatan kita benar-benar membawa

perubahan perilaku.

Berdasarkan pendapat di atas dijelaskan bahwa menyajikan pengukuhan

seketika lebih efektif dari pada penyajian tertunda karena dengan kita

memberikan pengukuhan seketika perilaku tersebut belum disertai dengan

(51)

23

yang mendapatkan pengukuhan. Setiap individu itu adalah unik dan berbeda

meskipun perilaku yang akan diubah sama akan tetapi belum tentu dapat

menggunakan pengukuhan yang sama dapat berhasil, oleh karenanya

memilih pengukuh yang tepat bagi subjek sangat penting.

Agar perilaku yang mendapat pengukuh berulang pada saat dan tempat yang

tepat, perlu diatur kondisi situasional pemberian pengukuh. Dan perlu juga

ditunjang dengan komunikasi yang jelas dan subjek diminta untuk

memperhatikan kondisi situasional tersebut. Mengenai banyaknya pengukuh

yang akan diberikan setiap kali perlu mendapat pertimbangan mengenai

bentuk pengukuh diberikan dan bagaimana hasilnya setelah mendapat

pengukuhan. Kualitas pengukuh yang tidak sesuai dengan harapan penerima

dapat menyebabkan efektivitasnya menurun.

Memberi pengukuh yang baru pada siswa dapat memberikan keragu-raguan

maka perlu dicobakan lebih dahulu pengukuhan yang akan diberikan.

Dalam memberikan pengukuhan adakalanya mendapat pengaruh saingan

dari luar misalnya berupa hukuman atau pegukuhan lain. Jika terdapat

saingan yang lebih kuat maka pengukuhan perlu kita tambahkan. Jadwal

pengukuhan merupakan suatu program yang menentukan kapan subjek akan

diberikan pengukuhan sebagai mengukuh perilaku yang diinginkan baik

berkenaan dengan waktu maupun dengan jumlah reaksi yang dilakukannya.

3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement

Sebelum teknik reinforcement diberikan pada siswa guna meningkatkan

(52)

24

diperlukan dalam praktek ini. Komponen dalam pemberian positive

reinforcement dapat digunakan dalam teknik positive reinforcement

sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan komponen yang sesuai

dengan subjek.

Menurut Latif (2007) dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan

komponen ketrampilan yang tepat. Komponen tersebut adalah :

a) penguatan verbal

penguat verbal merupakan dorongan dan suatu pujian yang diucapkan

oleh peneliti untuk merespon tingkah laku subjek yang diberikan oleh

peneliti ketika perilaku yang diinginkan pada diri subjek muncul. Ucapan

tersebut berupa kata-kata: bagus, baik, betul, benar dan tepat.

b). penguatan gestural

Pemberian penguatan gestural dapat berupa semua gerakan tubuh dari

peneliti. Seperti mimik wajah yang cerah, senyuman, mengangguk,

acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikan bahu,

geleng-geleng kepala dan menaikan tangan.

c). penguatan kegiatan

Penguatan dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila peneliti banyak

menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga subyek dapat

memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atau suatu

pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Contoh penguatan kegiatan:

pulang lebih dulu, diberi istirahat lebih, bermain, olahraga,

mendengarkan musik, radio, menjadi ketua, membantu siswa lain dan

Gambar

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait