• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PARTISIPASI GURU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KERJASAMA, DAN RASA KEADILAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI 2 NEGERIKATON KEC. NEGERIKATON KAB. PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PARTISIPASI GURU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KERJASAMA, DAN RASA KEADILAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI 2 NEGERIKATON KEC. NEGERIKATON KAB. PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI GURU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KERJASAMA, DAN RASA KEADILAN TERHADAP PRODUKTIVITAS

KERJA GURU SMP NEGERI 2 NEGERIKATON KEC. NEGERIKATON KAB. PESAWARAN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh

Ucha Nurhati Putri

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa di sekolah, gurulah yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar siswanya. Seorang guru dituntut memiliki performen kerja yang baik, karena dia adalah pelaku utama dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga, dapat dikatakan bahwa produktivitas kerja seorang guru merupakan suatu usaha yang penuh dari tiap-tiap guru untuk pencapaian hasil kerja yang maksimal dengan selalu menganggap bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari pada metode kerja hari kemarin dan hasil yang dapat diraih esok hari harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini.

Produktivitas tidak hanya merupakan masalah bagaimana seorang guru harus bekerja keras saja, tetapi yang penting bekerjasama dengan menejemen, dengan pimpinan yang luwes (smarter), membuat pekerjaan lebih mudah, sederhana, cepat dan efisien. Jadi seorang guru yang berhasil harus mempertimbangkan semua komponen produktivitas serta mengantisipasi lebih dini, agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan sukses dan mencapai kemajuan Dengan kata lain, produktivitas kerja guru akan meningkat jika adanya peran serta partisipasi guru dalam pengambilan keputusan, kerjasama, dan rasa keadilan. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kab. Pesawaran yang dibatasi pada variabel partisipasi guru dalam pengambilan keputusan, kerjasama, dan rasa keadilan.

(2)

Data yang terkumpul melalui angket, diolah dengan komputer melalui program SPSS versi 16. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan regresi linier sederhana, sedangkan hipotesis keempat menggunakan regresi linier multiple.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Ada pengaruh partisipasi guru dalam pengambilan keputusan terhadap produktivitas keja guru SMPN 2 Negrikaton tahun ajaran 2010/2011, yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,211 pada taraf signifikansi 0,05 Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung = 2,924 sedangkan ttabel= 2,037 , ini berarti thitung> ttabel.

2. Ada pengaruh kerjasama terhadap produktivitas keja guru SMPN 2 Negrikaton tahun ajaran 2010/2011, yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,303 pada taraf signifikansi 0,05 Berdasarkan analisis data diperoleh thitung= 3,727 sedangkan ttabel= 2,037 , ini berarti thitung> ttabel.

3. Ada pengaruh rasa keadilan terhadap produktivitas keja guru SMPN 2 Negrikaton tahun ajaran 2010/2011, yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,279 pada taraf signifikansi 0,05 Berdasarkan analisis data diperoleh thitung= 3,518 sedangkan ttabel= 2,037, ini berarti thitung> ttabel.

(3)
(4)

PENGARUH PARTISIPASI GURU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KERJASAMA, DAN RASA KEADILAN TERHADAP PRODUKTIVITAS

KERJA GURU DI SMP NEGERI 2 NEGERIKATON KEC. NEGERI KATON KAB. PESAWARAN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Skripsi)

Oleh :

Ucha Nurhati Putri

PEMBIMBING:

Pembimbing I : Dr. Hi. M. Basrowi, S.Pd, M. Pd. Pembimbing II : Drs. Nurdin, M.Si.

Penguji : Drs. Yon Rizal, M.Si

PENDIDIKAN EKONOMI

(5)
(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ukuran Tingkat Produktivitas... ... 79

2. Diagram Variabel yang Mempengaruhi Produktivitas ... ... 80

3. Paradigma Penelitian ... 89

4. Histogram Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan... 123

5. Kategori Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan... 123

6. Histogram Kerjasama... 126

7. Kategori Kerjasama... 126

8. Histogram Rasa Keadilan... 129

9. Kategori Rasa Keadilan... 129

10. Histogram Produktivitas Kerja... 132

(7)

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Pembatasan Masalah ... 13

D. Perumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Penelitian... 14

G. Ruang Lingkup Penelitian... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 16

1. Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan ... 16

1.1 Pengertian Partisipasi ... 16

1.2 Faktor-Faktor Partisipasi... 18

1.3 Tahap-Tahap Partisipasi... 19

1.4 Pengertian Guru ... 20

1.5 Pengertian Pengambilan Keputusan... 22

1.6 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan... 27

1.7 Sifat, Syarat-Syarat dan Tujuan Pengambilan Keputusan .... 28

1.8 Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan... 30

1.9 Struktur, System, dan Langkah Pengambilan Keputusan ... 33

1.10 Gaya Pengambilan Keputusan ... 36

1.11 Nilai-Nilai dan Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan ... 40

1.12 Fase Pengambilan Keputusan ... 42

1.13 Teknik Pengambilan Keputusan ... 43

(8)

2.1 Pengertian Kerjasama... 44

2.2 Bentuk Perjanjian dan Pengaturan Kerjasama ... 47

2.3 Prinsip-Prinsip Kerjasama... 48

2.4 Alasan Terjadinya Kerjasama ... 49

3. Rasa Keadilan... 52

3.1 Pengertian Rasa Keadilan ... 52

3.2 Pembagian Keadilan... 54

3.3 Prinsip Keadilan ... 55

3.4 Nilai-Nilai Primer dalam Keadilan ... 62

3.5 Macam-Macam Keadilan ... 63

4. Produktivitas Kerja... 66

4.1 Pengertian Produktivitas ... 66

4.2 Faktor-Faktor Produktivitas ... 74

4.3 Ukuran Tingkatan Produktivitas ... 78

4.4 Hal-Hal yang Mempengaruhi Produktivitas ... 80

4.5 Usaha Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan ... 82

4.6 Pengaruh Pengetahuan dan Kemampuan Kerja ... 82

B. Penelitian Relevan... 83

C. Kerangka Pikir ... 86

D. Hipotesis... ... 89

III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 90

B. Populasi ... ... 91

C. Sampel... 92

D. Variabel Penelitian ... 93

E. Definisi Operasional Variabel... 93

F. Kisi-Kisi Instrumen ... 96

G. Teknik Pengumpulan Data... 97

H. Uji Persyaratan Instrumen... 99

1. Uji Validitas Instrumen ... 99

2. Uji Reliabilitas ... 104

I. Uji Asumsi Praanalisis Data ... 106

1. Uji Normalitas... 106

2. Uji Homogenitas ... 106

3. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi ... 106

4. Uji Multikolinieritas... 108

5. Uji Autokorelasi ... 108

6. Uji Heteroskedastisitas………109

J. Pengujian Hipotesis... 110

1. Regresi Linier Sederhana ... 111

2. Regresi Linier Multipel ... 112

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 113

(9)

B. Gambaran Umum Responden ... 118

C. Deskripsi Data . ... 119

1. Data Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan (X1)... 120

2. Data Kerjasama (X2) ... 124

3. Data Rasa Keadilan (X3) ... 127

4. Data Produktivitas Kerja Guru (Y) ... 130

D. Analisis Deskriptif Gabungan ... 133

E. Uji Persyaratan Analisis Data ... 135

1. Uji Normalitas ... 135

2. Uji Homogenitas ... 139

3. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi ... 140

4. Uji Multikolinieritas... 144

5. Uji Autokorelasi ... 145

6. Uji Heteroskedastisitas………145

F. Pengujian Hipotesis ... 148

1. Uji Hipotesis Pertama (X1) ... 148

2. Uji Hipotesis Kedua (X2) ... 149

3. Uji Hipotesis Ketiga (X3) ... 151

4. Uji Hipotesis Keempat (Y) ... 152

G. Pembahasan... ... 154

1. Pengaruh Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan terhadap Produktivitas Kerja Guru... 154

2. Pengaruh Kerjasama terhadap Produktivitas Kerja Guru ... 159

3. Pengaruh Rasa Keadilan terhadap Produktivitas Kerja Guru ... 162

4. Pengaruh Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan, Kerjasama, dan Rasa Keadilan terhadap Produktivitas Kerja Guru ... ...165

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 170

B. Saran... ... 171 DAFTAR PUSTAKA

(10)
(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-Kisi Angket 2. Angket Uji Coba 3. Angket

4. Data Uji Coba Angket X1 5. Data Uji Coba Angket X2 6. Data Uji Coba Angket X3 7. Data Uji Coba Angket Y 8. Hasil Uji Validitas 9. Hasil Uji Reliabilitas 10. Data Angket X1 11. Data Angket X2 12. Data Angket X3 13. Data Angket Y

14. Rekapitulasi Data X1, X2, X3dan Y 15. Uji Normalitas

16. Hasil Uji Homogenitas 17. Hasil Uji Kelinieran

18. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas 19. Hasil Uji Asumsi Autokorelasi 20. Hasil Uji Asumsi Heteroskedastisitas

21. Regresi Pengaruh Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan terhadap Produktivitas Kerja Guru

22. Regresi Pengaruh Kerjasama terhadap Produktivitas Kerja Guru 23. Regresi Pengaruh Rasa Keadilan terhadap Produktivitas Kerja Guru 24. Regresi Linier Multiple Pengaruh Partisipasi Guru dalam Pengambilan

Keputusan, Kerjasama, dan Rasa Keadilan terhadap Produktivitas Kerja Guru

25. Tabel Harga Kritis Distribusi F 26. Tabel Harga Kritis Distribusi T

27. Daftar Urut Kepangkatan Guru SMP Negeri 2 Negerikaton 28. Profil Sekolah

29. Surat Rencana Judul Skripsi 30. Surat Izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Tingkat Pendidikan Guru pada SMP Negeri 2 Negerikaton

Tahun 2010/2011... 5

2. Perbedaan Ketiga Macam Keadilan... ... 65

3. Hasil Penelitian yang Relevan……… 83

4. Kisi-Kisi Instrumen... 96

5. Hasil Perhitungan Validitas Variabel X1. ... 100

6. Hasil Perhitungan Validitas X2... 101

7. Hasil Perhitungan Validitas X3... 102

8. Hasil Perhitungan Validitas Variabel Y... 103

9. Tabel Interprestasi Reliabilitas Instrumen... 104

10. Tabel Anava Keberartian dan Kelinieran Regresi... 107

11. Jumlah Siswa SMP Negeri 2 Negerikaton... 117

12. Sarana dan Prasarana... 117

13. Distribusi Frekuensi Pengambilan Keputusan Guru (X1) ... 121

14. Perhitungan Mean, Median, dan Modus Pengambilan Keputusan ... 122

15. Distribusi Frekuensi Kerjasama Guru (X2)... ... 125

16. Hasil Perhitungan Mean, Median, dan Modus Kerjasama... 125

17. Distribusi Frekuensi Keadilan Guru (X3)... ... 127

18. Perhitungan Mean, Median, dan Modus Keadilan... 128

19. Distribusi Frekuensi Produktivitas Kerja Guru (Y)... 130

20. Hasil Perhitungan Mean, Median, dan Modus Produktivitas Kerja Guru... ... 131

21. Hasil Perhitungan Gabungan... 133

22. Hasil Uji Normalitas X1... 135

23. Hasil Uji Normalitas X2... 136

24. Hasil Uji Normalitas X3... 137

25. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Y... 138

26. Uji Homogenitas……….. 139

27. Uji Kelinieran X1terhadap Y... 140

28. Uji Keberartian X1terhadap Y……… 141

29. Uji Kelinieran X2terhadap Y... 142

30. Uji Keberartian X2terhadap Y……… 142

31. Hasil Uji Kelinieran X3terhadap Y………. 143

32. Hasil Uji Keberartian X3terhadap Y……….. 143

33. Hasil Uji Multikolonier... 144

(13)
(14)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati serta rasa syukur ku pada-Mu ya Allah,

kupersembahkan karya sederhana ini Untuk yang kucintai, kuhormati, yang kusayangi,

kukasihi, kubanggakan dan kuidolakan:

Kedua orang tuaku yahanda

Aroembijan, Bsc

. dan Ibunda

Soewarni

(I LOVE U)

Kak Pram dan Susi Vera, Kak Ikkus dan Cici Rere, Kak Wira dan Mba Suci, Kak

Rino, Kak Riko dan Teh Lia

Alfi, Kanza, Kenly, Faya, Qila, Raya, Faza

SEUES

Seseorang yang kelak kan menjadi penjaga hati dan Imam dalam mengarungi belantara kehidupan

Para pendidik yang kuhormati

(15)

MOTTO

Kemarin adalah masa lalu dan masa lalu adalah sejarah yang dapat dijadikan contoh bagi kita, hari ini adalah perjuangan untuk masa depan, masa depan

adalah untukku (Kahlil Gibran)

Saya percaya kekuatan ilmu, juga yakin dengan kekuatan pengetahuan, namun jauh lebih percaya dengan kekuatan tarbiyah (pendidikan)

(Sayyid Quthb)

Ilmu pengetahuan tidak akan mendatangi seseorang, tetapi manusialah yang harus mencarinya

(Imam Malik)

Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi, harus ada langkah dan karya besar yang kita kontribusikan, yang kelak akan dicatat sebagai jejak sejarah dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridho Allah swt dan tempat terhormat dalam surgan-Nya

(Annis Matta-Dialog Peradaban)

Kesuksesan adalah perjalanan panjang yang selalu diawali langkah-langkah kecil hingga tujuan akhir

(BS. Wibowo, InSight)

Tidak ada yang sia-sia atas semua hasil usaha yang telah dilakukan meskipun terlihat gagal, tapi sesungguhnya kita sudah membuka pintu keberhasilan

(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PengaruhPartisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan, Kerjasama, dan Rasa Keadilan terhadap Produktivitas Kerja Guru SMP Negeri 2 Negerikaton, Kec. Negerikaton, Kab. Pesawaran Tahun Ajaran 2010/2011.”sebagai salah satu syarat untuk menggelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

(17)

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang sekaligus sebagai Pembimbing II penulis, terima kasih atas kritik dan saran yang sangat membantu selama ini;

7. Bapak Dr. Hi. M. Basrowi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing utama yang sekaligus Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk seluruh urusan akademik serta kritik dan sarannya sampai penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs Yon Rizal, M.Si., sebagai pembahas dan penguji yang banyak memberi masukan saat-saat trakhir pengerjaan skripsi ini. Terima kasih atas semua bimbingannya hingga terselesaikannya skripsi ini;

9. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya;

10. Bapak Abdul Basir, S.Pd., MM selaku kepala sekolah, Dra.Sri Haryati selaku waka kesiswaan SMP Negeri 2 Negerikaton, yang telah banyak membantu dalam penelitian ini;

11. Seluruh Dewan Guru dan Staff SMP Negeri 2 Negerikaton yang telah bersedia memberikan waktu dan membantu penulis.

(18)

dan Faza serta semua orang yang telah mendukung dan menyayangi serta berdoa untuk keberhasilanku;

13. Untuk sahabatku”SEUES” Sulis Triana, Erna Kusmiyati, Eva Rahmita Dewi dan Sri Astuti terimakasih atas motivasi dan dukungan kalian I love U.

14. Teman-teman spesial ku Ika, Sari, Eci, Wala, dan Surmi, terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita yang tetap terjaga selama ini.

15. Untuk teman-teman seperjuangan ku seluruh angkatan 2007 Ira, Arius, Desi, Dwi, Else, Elya, Emi, Enti, Erna, Eva, Hanafi, Abang Hendri, Hendri, Joko, KD, Lely, Linda, Mevi, Muja, Mung, Alfat, Nur, Ayu, Doni, Alin, Piqoh, Mila, Septi, Mpi, Sri, Sulis, Suliyah, Ari, Wahyu, dan Wuri maupun teman-teman reguler yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih

atas do’a dan dukungannyaselama ini;

16. Kakak-kakak tingkat serta adik-adik tingkat yang sudah berkarya maupun yang masih berusaha berkarya semoga sukses selalu;

17. Seluruh pengurus, anggota serta baramuda HIMAPIS FKIP Unila, semangat dan teruslah berkarya serta berkreasi untuk kemajuan FKIP kedepan.

18. Untuk keluarga besar HMI seperjuangan, thanks untuk semangat yang ditanamkan kepada setiap kader dengan slogan andalannya YAKUSA.

19. Teman-teman PPL di SMAN 15 Bandar Lampung, Ema, Indah, Ratu, Iis, Yogi, Selvi, Alin, Hendri, Gede, Febri, dan Dwi Pengalaman kita selama PPL mengajarkan kita arti sebuah kesabaran dan kerja keras.

(19)

21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di atas kertas ini namun penulis berterimakasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka dan ucapan terimakasih. Namun, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis

(20)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Hi. M. Basrowi, S.Pd, M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Nurdin, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Yon Rizal, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP: 196003151985031003

(21)

Judul Skripsi :PENGARUH PARTISIPASI GURU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN,

KERJASAMA, DAN RASA KEADILAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI 2 NEGERI KATON KEC. NEGERIKATON KAB.PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama :Ucha Nurhati Putri

Nomor Pokok Mahasiswa :0743031045

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hi. M. Basrowi, S.Pd, M.Pd. Drs. Nurdin, M.Si.

NIP. 196820041994031002 NIP. 196008171986031003

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua ProgramStudi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, PendidikanEkonomi,

Drs. Iskandarsyah, M.H. Drs. Nurdin, M.Si.

(22)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 Mei 1988. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara, Putri dari Bapak Aroembijan, Bsc. dan Ibu Soewarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Bhakti Ibu, Bandar Lampung pada tahun 1993, Sekolah Dasar Negeri 1 Labuhan Ratu (Center), Kedaton pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Bandar Lampung pada tahun 2006. Satu tahun kemudian penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur khusus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB)

(23)

Selain organisasi internal kampus penulis juga cukup aktif di organisasi eksternal kampus, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Keguruan Ilmu Pendidikan sebagai anggota tahun 2008-2009. Selama menjadi mahasiswa penulis sering mengikuti pelatihan, dan seminar nasional.

(24)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ucha Nurhati Putri

NPM : 0743031045

Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPS/Pendidikan Ekonomi

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 20 Januari 2012

(25)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya untuk membawa bangsa ini keluar dari krisis menuju kemajuan. Pendidikan sebagai usaha membangun bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat luas, yaitu pendidikan kemampuan mental, pikir (rasio, intelektual) dan kepribadian manusia seutuhnya (Riski, 2009).

(26)

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa serta pembangunan bangsa. Untuk meningkatkan pembangunan suatu bangsa perlu adanya critical mass di bidang pendidikan. Konsep ini mengupayakan adanya persentase penduduk dengan tingkat pendidikan tertentu yang harus dipersiapkan oleh suatu bangsa, agar pembangunan ekonomi dan sosial dapat meningkat dengan pesat karena adanya dukungan sumber daya manusia yang memadai (Riski, 2009).

(27)

Untuk itu sangat jelas terlihat peran aktif guru dalam memajukan ilmu pengetahuan terhadap peserta didik. Dengan mengarahkan peserta didik menjadi lebih kreatif, cerdas, mandiri, serta aktif dalam segala hal. Sehingga, pendidik dapat menuntun peserta didik menjadi yang terdepan.

Sebagaimana diketahui, kualitas pendidikan akan sangat menentukan mutu kehidupan bangsa. Dengan kata lain, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan kehidupan manusia yang cerdas, terbuka, tentram, damai, dan demokratis. Oleh karena itu, perubahan di bidang pendidikan harus selalu dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan (Nurhadi, 2004).

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan pendidikan yang baik. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai tujuan pembelajaran yang sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan zaman. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan kualitas pendidikan (Oges, 2010).

(28)

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di antaranya dengan menyempurnakan kurikulum pendidikan. Penyempurnaan kurikulum pendidikan yang semula Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP). Peningkatan kualitas pendidikan harus diiringi pula dengan peningkatan kualitas dari para pendidik (Oges,2010).

Untuk meningkatkan kualitas para pendidik pemerintah telah melaksanakan sertifikasi guru. Sertifikasi itu sebagai wujud pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional bagi guru yang mengedepankan profesionalisme. Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik dan pengajar hendaknya dapat berimbas pada siswanya (Oges,2010).

Seperti yang telah diketahui program sertifikasi itu sendiri saat ini merupakan program yang tengah di elu-elukan oleh hampir semua guru sebagai tenaga pendidik. Tapi sayangnya masih ada saja guru yang menganggap program ini ajang pemanfaatan dan tidak diimbangi dengan adanya peningkatan kualitas guru terhadap anak didiknya.

Menurut Roestiyah N.K, dalam Syaiful Bahri D. (2005) bahwa guru di dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

1. menyerahkan kebudayaan berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman;

2. membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila;

3. sebagai perantara dalam mengajar;

4. guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan;

5. guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat;

(29)

9. pekerjaan guru sebagai sutu profesi; 10. guru sebagai perencana kurikulum; 11. guru sebagai pemimpin; dan

12. guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Berdasarkan pemaparan di atas, sesungguhnya tugas seorang guru bukan hanya sekadar mendidik. Tapi, lebih dari itu semua. Cukup banyak tugas-tugas yang harus di sadari oleh para pendidik agar bisa menciptakan peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan.

(30)

Penjelasan di atas menerangkan bahwa sesungguhnya kemampuanabilityguru tersebut merupakan kemampuan yang harus terus ditingkatkan dan tidak dapat diabaikan. Kemampuan tersebut merupakan satu kesatuan yang terdiri dari kemampuan pendagogik, kemampuan pribadi, kemampuan profesional, serta kemampuan sosial yang dapat mengarahkan guru menjadi pendidik yang berkualitas.

Saat proses pembelajaran, guru merupakan komponen yang memiliki peranan penting dalam proses pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga kerja yang profesional, sesuai yang diharapkan masyarakat yang semakin berkembang. Artinya, dalam diri seorang guru terdapat tanggung jawab untuk membawa siswa pada suatu taraf kedewasaan atau taraf kematangan tertentu (Oges, 2010).

Tanggung jawab seorang guru menuntut seorang guru bijak dalam bersikap. Melakukan sesuatu dengan perkiraan yang matang. Bahwa sesungguhnya pendidiklah yang membawa perubahan terhadap siswa menjadi lebih baik.

(31)

didalam mengajar. Berikut ini data tingkat pendidikan guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Guru pada SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

Sumber: Daftar urut kepangkatan PNS di SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

Tabel di atas menjelaskan bahwa hampir sebagian besar guru yang berada di SMP N 2 Negerikaton berpendidikan S1. Artinya, sebagian besar guru sudah memiliki dasar pendidikan yang baik. Sehingga, dirasa sudah cukup layak untuk bisa memberikan pendidikan yang sepantasnya terhadap peserta didik.

Tingkat pendidikan dan keahlian merupakan salah satu syarat penilaian terhadap produktivitas seseorang. Selain itu, jenis teknologi dan hasil produksi, kondisi kerja, kesehatan, kemampuan fisik dan mental juga dapat mempengaruhi kompetensi seorang guru. Untuk syarat yang kedua mencakup sikap (terhadap tugas), teman sejawat dan pengawas; keanekaragaman tugas, sistem insentif (system upah dan bonus), kepuasan kerja, keamanan kerja, kepastian pekerjaan, perspektif dari ambisi dan promosi (Muchdarsyah Sinungan, 2003: 64).

Produktivitas kerja seorang guru merupakan suatu usaha yang penuh dari tiap-tiap guru untuk pencapaian hasil kerja yang maksimal dengan selalu menganggap bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari pada metode

No Pendidikan Jumlah Persentasi

1 S2 1 2.70%

2 S1 31 83.78%

3 DIII 2 5.41%

4 DII 2 5.41%

5 DI - 0

[image:31.595.176.390.180.268.2]
(32)

kerja hari kemarin dan hasil yang dapat diraih esok hari harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini (Komaruddin, 1992). Produktivitas tidak hanya merupakan masalah bagaimana seorang guru harus bekerja keras saja, tetapi yang penting bekerja sama dengan menejemen, dengan pimpinan yang luwes (smarter), membuat pekerjaan lebih mudah, sederhana, cepat dan efisien (Buchori Alma, 2010). Jadi seorang guru yang berhasil harus mempertimbangkan semua komponen produktivitas yang tersebut di atas, serta mengantisipasi lebih dini, agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan sukses dan mencapai kemajuan. Produktivitas kerja guru berkaitan erat dengan banyak faktor. Dalam hal ini diasumsikan produktivitas kerja guru dipengaruhi oleh faktor partisipasi guru dalam pengambilan keputusan, kerjasama, dan rasa keadilan.

Untuk dapat meningkatkan produktivitas guru, dirasa perlu adanya suatu kerjasama di dalam suatu organisasi sekolah. Selanjutnya, setelah tercipta kerjasama maka akan tumbuh rasa keadilan. Sehingga, akan mudah terciptanya partisipasi guru dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan produktivitas guru dalam bekerja.

(33)

tetap dalam batasan-batasan yang telah ditetapkan agar tetap tercipta sebuah citra akademis dan etos kerja yang baik. Pengambilan keputusanpun harus mengikuti langkah-langkah yang rasional seperti terdapatnya kejelasan masalah, pilihan diketahui, preferensi yang jelas, preferensi yang konstan, tidak ada batasan waktu dan biaya, serta memiliki hasil yang maksimal. Penelitian para ahli dan pengalaman para praktisi menunjukkan bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang memenuhi berbagai persyaratan. Syarat-syarat itu antara lain:

1. keputusan yang dibuat, baik yang bersifat strategis, taktis maupun operasional, harus berkaiatan dengan berbagai sasaran yang ingin dicapai, 2. keputusan yang diambil harus memenuhi persyaratan rasionalitas dan

logika yang berarti menuntut pendekatan ilmiah berdasarkan teori para ahli,

3. keputusan yang diambil dengan menggunakan pendekatan ilmiah digabung dengan daya pikir yang kreatif, inovatif, intituitif dan bahkan emosional,

4. keputusan yang diambil harus bisa dilaksanakan, dan

5. keputusan yang diambil harus diterima dan dipahami baik oleh kelompok pemimpin yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam melaksanakan keputusan itu maupun oleh para pelaksana kegiatan operasional (Imam, 2009).

Dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan itu tidak dapat dilakukan sembarangan tapi, harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti penjelasan di atas. Agar didapatkan hasil keputusan yang bijak dan keputusan yang memberikan kepuasan bersama. Sehingga, dengan keputusan tersebut kerjasama dan rasa keadilan tetap tertanam baik dalam diri para pendidik.

(34)

terhadap kebijakan pimpinannya, bukan malah mempersulit pengambilan keputusan terhadap masalah yang terjadi (Oges, 2010).

Untuk itulah guru tidak bisa bertindak dan bersikap semaunya di dalam lingkungan kerjanya. Karena budaya organisasi yang tercipta telah mengatur sedemikian rupa bagaimana seorang guru dapat bersikap bijak dan tidak egois terhadap hasil dari keputusan apapun yang ada di dalam lingkungan kerja. Dengan demikian, jelas partisipasi guru sangat diperlukan.

Kerjasama dalam suatu sekolah untuk lingkungan ekstern maupun intern, merupakan semua kekuatan yang timbul diluar batas-batas organisasi yang dapat mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Karenanya perlu diadakan kerjasama dengan kekuatan yang diperkirakan mungkin akan timbul. Menurut Soejono Soekamto (1987: 278) dalam Anjawaningsih (2006) menerangkan bahwa, ”Kerjasama merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Kerjasama bisa bermacam-macam bentuknya, namun semua kegiatan yang dilakukan diarahkan guna

(35)

atas hak, kewajiban dan tanggungjawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan. Dengan kerjasama ini, setiap guru akan semakin bersemangat dalam meningkatkan produktivitas kerjanya guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Rasa keadilan di dalam suatu organisasi atau lembaga sekolah merupakan hal yang cukup penting diperhatikan. Kecemburuan-kecemburuan sosialpun dapat terjadi jika terjadi suatu tindakan yang dapat merugikan pihak lain atas hak-hak yang tidak pada tempatnya. Seandainya dalam suatu sekolah terjadi tindakan yang tidak adil terhadap guru khususnya, maka akan berdampak pada terjadinya penurunan produktivitas kerja guru karena merasa tidak terpenuhinya hak-hak yang seharusnya didapat. Keadilan itu sendiri merupakan suatu tindakan yang tidak berat sebelah, sewenang-wenang dan tidak memihak terhadap pihak-pihak tertentu yang merugikan pihak lainnya (Poerwodarminto, 2009). Setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang. Ketidaksamaan sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga diharapkan memberi keuntungan bagi setiap orang dan semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang.

(36)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu dilakukan penelitian tentang: 1. produktivitas sumber daya manusia yang ada dalam dunia pendidikan dan

profesionalisme pengajar yang masih rendah,

2. belum diketahuinya produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011,

3. belum terdiskripsinya partisipasi guru dalam pengambilan keputusan di SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011,

4. belum diketahuinya pengaruh partisipasi guru dalam pengambilan keputusan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011,

5. belum diketahuinya pengaruh kerjasama terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011,

6. belum diketahuinya pengaruh rasa keadilan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011, dan

(37)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada partisipasi guru dalam partisipasi guru dalam pengambilan keputusan (X1), kerjasama (X2), rasa keadilan (X3), dan produktivitas kerja guru (Y) SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari pembatasan masalah di atas, maka masalah yang perlu dicarikan jawabannya dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh partisipasi guru dalam pengambilan keputusan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011?

2. Apakah ada pengaruh kerjasama terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011?

3. Apakah ada pengaruh rasa keadilan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011?

(38)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. pengaruh patisipasi guru dalam pengambilan keputusan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011;

2. pengaruh kerjasama terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011;

3. pengaruh rasa keadilan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011; dan 4. pengaruh partisipasi guru dalam pengambilan keputusan, kerjasama, dan

rasa keadilan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah

1. Secara teoritis, untuk mendukung atau menolak grand teori yang dikemukakan oleh para ahli atau peneliti sebelumnya dan memperkaya ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

(39)

3. Sumbangan pemikiran bagi sekolah untuk melihat seberapa besar pengaruh partisipasi guru dalam pengambilan keputusan, kerjasama, dan rasa keadilan terhadap produktivitas kerja guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek penelitian

Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan (X1), Kerjasama (X2), Rasa keadilan (X3) dan Produktivitas kerja guru (Y)

2. Subjek penelitian

Guru SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

3. Tempat penelitian

SMP Negeri 2 Negerikaton Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.

4. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010–Mei 2011 5. Lingkup Keilmuan

(40)
(41)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Patisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan 1.1 Pengertian Partisipasi

Ada banyak ahli yang mendefinisikan tentang partisipasi. Menurut Almond (Syamsi, 1986: 112) dalam Atik (2011), partisipasi didefinisikan

“sebagai orang-orang yang orientasinya justru pada penyusunan dan pemrosesan input serta melibatkan diri dalam artikulasi dari

tuntutan-tuntutan kebutuhan dan dalam pembuatan keputusan”. Sedangkan,

Jnabrota Bhattacharyya (Ndraha, 1990: 102) mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Bisa diterangkan bahwa partisipasi ini merupakan keikutsertaan seseorang dalam rangkaian kegiatan yang bertujuan atau dengan tujuan untuk mencapai kepentingan bersama. Dengan harapan setiap bentuk partisipasi individu dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk kelangsungan tujuan bersama.

(42)

kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Partisipasi warga menurut Sj Sumarto (2004: 17) dalam Atik (2011) adalah

“proses ketika warga, sebagai individu maupun kelompok sosial dan

organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung

mempengaruhi kehidupan mereka”.

Untuk selanjutnya definisi partisipasi merupakan keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995) dalam TCI (2009). Adapun pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007) dalam TCI (2009).

(43)

18 diartikan sebagi keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli tersebut di atas, bisa di tarik kesimpulan bahwa partisipasi merupakan pengambilan bagian atau keterlibatan anggota masyarakat dengan cara memberikan dukungan (tenaga, pikiran maupun materi) dan tanggung jawabnya terhadap setiap keputusan yang telah diambil demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama.

1.2 Faktor-Faktor Partisipasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961) dalam TCI (2009).

(44)

mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaikan nasib manusia.

1.3 Tahap-Tahap Partisipasi

Dalam partisipasi terdapat tahapan-tahapan yang dapat ditempuh. Tujuan dari tahapan ini adalah bagaimana seseorang itu dapat berpartisipasi dalam suatu pengambilan keputusan, dalam suatu kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan dari hasil kegiatan tersebut. Sehingga, tumbuh suatu kesadaran dalam diri masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap program pembangunan.

Tahapan partisipasi dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal (Mardikanto, 2001).

2) Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan. Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemanfaatan.

(45)

20 yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto, 2001).

4) Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan Kegiatan pemantauan dan evaluasi diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan (Mardikanto, 2001). 5) Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang (Mardikanto, 2001).

1.4 Pengertian Guru

Pengertian Guru (dari Sanskerta: गु yang berarti guru, tetapi arti secara

harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasipeserta didik(Wikipedia, 2011).

Pengertian guru secara umumnya adalah pendidik dan pengajar pada pendidikananak usia dini jalursekolahatau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain: dosen, mentor, tentor, dan tutor (Wikipedia, 2011).

(46)

Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut Teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana yakni "A Person Occupation is Teaching Other" artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Bull, 2011). Untuk selanjutnya definisi guru menurut Ngalim Purwanto (1994) ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.

Selain dari teori-teori di atas, masih ada beberapa pendapat tentang guru. Seperti Ahmad Tafsir (1992) juga ikut ambil bagian dengan mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik.·

Sedangkan pendapat lainnya menurut Hadari Nawawi (1982) bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisal. Pertama secara sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan program kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.·

(47)

22 sehari-harinya mengajar disekolah yang dapat disebut guru, melainkan juga dia-dia yang lainnya yang berprofesi (berposisi) sebsagai Kyai di pesantren, pendeta di gereja, instruktur di balai pendidikan dan pelatihan, kedua adalah kata "mengajar" dapat pula ditafsirkan bermacam-macam misalnya: menularkan (menyampaikan) pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif), melaih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik), dan menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif).

Akan tetapi terlepas dari bermacam interpretasi tadi guru yang dimaksud dalam pembahasan ini ialah tenaga pendidik yang pekerjaannya mengajar seperti yang tersebut dalam UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil sebuah konklusi bahwa yang dimaksud guru adalah seorang atau mereka yang pekerjaannya khusus menyampaikan (mengajarkan) materi pelajaran kepada siswa disekolah.

1.5 Pengertian Pengambilan Keputusan

(48)

Menurut Davis (1988), keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.

Selanjutnya, Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Di dalam proses pengambilan keputusan menurut Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.

(49)

24 suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.

Selain dari pendapat-pendapat diatas, ada lagi pendapat dari Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009), mengatakan bahwa keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.

Berkaitan dengan teknik pengambilan keputusan, James A.F. Stoner dalam Imam (2009) menjelaskan, bahwa secara umum pengertian pengambilan keputusan adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

(50)

menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengertian ini mengandung lima hal esensi yaitu:

1. dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan;

2. pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara “sembrono”

karena cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan atas kemampuan organisasi, tenaga kerja yang tersedia, dan situasai lingkungan;

3. bahwa sebelum sesuatu masalah data dipecahkan dengan baik, hakekat daripada masalah ini harus diketahui dengan jelas;

4. pemecahan masalah tidak dapat dilakukan melalui “ilham” atau dengan

mengarang yang berdasarkan data-data yang telah didapatkan; dan 5. keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai

altrnatif yang ada setelah dianalisis dengan matang (Siagian, 1996).

Menurut Asta Qauliyah (2005), dia membagi tiga teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering dibicarakan dalam berbagai kepustakaan kebijaksanaan negara. Teori-teori yang dimaksud ialah: teori rasional komprehensif, teori inkremental, dan teori pengamatan terpadu.

Pertama, teori rasional komprehensif. Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

(51)

26 2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya.

3. Berbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.

4. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap altenatif yang dipilih untuk diteliti.

5. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.

6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibatnya yang dapat memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah digariskan.

7. Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965, 1964, 1959), Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu sebenarya tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan terumuskan dengan jelas (Qauliyah, 2005).

Kedua, teori inkremental. Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti dalam teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan sehari-hari. Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu hal yang saling terpisah;

b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang;

c. Bagi tiap alternatif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan dievaluasi;

d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara teratur. Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat ditanggulangi;

(52)

bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan;

f. Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidak sempurnaan dari upaya-upaya konkrit dalam mengatasi masalah sosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang; dan

g. Keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk dari saling memberi dan menerima dan saling percaya di antara berbagai pihak yang terlibat dalam proses keputusan tersebut (Qauliyah, 2005).

Ketiga, teori pengamatan terpadu (mixed scanning theory).Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan-keputusan penganut model inkremental akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan (Qauliyah, 2005).

1.6 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan

(53)

28

1. Intuisi.

Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Sehingga keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.

2. Pengalaman.

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.

3. Wewenang.

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang memiliki hasil keputusan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan

4. Fakta.

Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi.

5. Rasional.

Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten yang berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:

1. kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah; 2. orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai; 3. pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan

konsekuensinya;

4. preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria; dan 5. hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil

ekonomis yang maksimal.

Dalam pengambilan keputusan, selain dari dasar-dasar pengambilan keputusan yang harus diketahui, kitapun perlu untuk mengetahui lebih jauh tentang sifat, syarat-syarat dan tujuan dari suatu pengambilan keputusan seperti dijelaskan di bawah ini.

1.7 Sifat, Syarat-Syarat, dan Tujuan Pengambilan Keputusan

(54)

1. pengambilan keputusan tidak berlangsung dalam keadaan maupun suasana vakum;

2. pengambilan keputusan berlangsung dalam rangka kehidupan organisasional;

3. pengambilan keputusan berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya;

4. pengambilan keputusan menyangkut berbagai model, teknik, dan prosedur yang bersifat universal, akan tetapi diterapkan dengan memperhitungkan situasi, kondisi, waktu serta tempat; dan

5. pengambilan keputusan pada analisa terakhir diukur dengan implementasinya (Qauliyah, 2005).

Penelitian para ahli dan pengalaman para praktisi menunjukkan bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang memenuhi berbagai persyaratan. Syarat-syarat itu antara lain:

1. keputusan yang dibuat, baik yang bersifat strategis, taktis maupun operasional, harus berkaiatan dengan berbagai sasaran yang ingin dicapai;

2. keputusan yang diambil harus memenuhi persyaratan rasionalitas dan logika yang berarti menuntut pendekatan ilmiah berdasarkan teori para ahli;

(55)

30 5. keputusan yang diambil harus diterima dan dipahami baik oleh kelompok pemimpin yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam melaksanakan keputusan itu maupun oleh para pelaksana kegiatan operasional (Imam, 2009).

Tujuan pengambilan keputusan terbagi dua yaitu tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif). Menurut Imam (2009), unsur-unsur pengambilan keputusan terdiri dari:

1. tujuan dan pengambilan keputusan,

2. identifikasi alternatif-alternatif, keputusan untuk pemecahan masalah, 3. perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui, dan 4. sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil.

1.8 Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (1989), faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:

1. hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan; 2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai

tujuan organisasi;

3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;

4. jarang sekali ada satu pilihan yang memuaskan;

5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;

6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;

7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;

(56)

9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Bukan hanya itu, masih ada enam faktor pengambilan keputusan lainnya yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.

1. Fisik

Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2. Emosional

Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjektif.

3. Rasional

Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4. Praktikal

Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.

5. Interpersonal

(57)

32 6. Struktural

Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu (Asta, 2005).

Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.

Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko. Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan.

Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas.

(58)

memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya (Imam, 2009).

Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.

1. Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya; kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.

2. Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.

3. Sikap, bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko keputusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi (Asta, 2005).

1.9 Struktur, System dan Langkah Pengambilan Keputusan

Prajudi (1984) menyatakan struktur dan system dari kerangka pengambilan keputusan tergantung pada:

1. posisi orang yang berwenang, bertanggung jawab untuk mengambil keputusan;

2. problema atau maslah yang dihadapi dan harus ditangani atau dipecahkan;

3. situasi di mana si pengambil posisi dan problem itu berada;

(59)

34 Setelah mengetahui bagaimana struktur dan syarat dalam pengambilan suatu keputusan, ada baiknya kita juga mengetahui bagaimana langkah dalam model pengambilan keputusan yang rasional. Berkaitan dengan proses pengambilan keputusan rasional dapat diuraikan sebagai berikut.

Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan keputusan yang rasional yang dikutip dari Stephen P. Robbins (2002: 90).

1. Mendefinisikan masalah: Suatu masalah muncul ketika terdapat ketidaksesuaian antara kenyataan dengan kondisi yang diinginkan. 2. Mengidentifikasi kriteria keputusan: Pengambil keputusan sedang

menentukan apa yang relevan dalam pengambilan keputusan.

3. Menimbang kriteria: Memberi mereka prioritas yang tepat dalam keputusan karena kriteria yang diidentifikasi tidak selalu memiliki bobot yang sama.

4. Menghasilkan alternatif: Begitu alternatif telah dihasilkan, pengambilan keputusan harus secara kritis menganalisis dan mengevaluasi masing-masing alternatif tersebut.

5. Menilai semua alternatif pada masing-masing kriteria: Kekuatan dan kelemahan masing-masing alternatif menjadi bahan pertimbangan setelah alternatif-alternatif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan ditimbang seperti yang ditetapkan dalam langkah kedua dan ketiga. 6. Menghitung keputusan optimal: Hal ini dilakukan dengan

mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria yang telah dipertimbangkan dan memilih alternatif dengan skor tertinggi.

Model pengambilan keputusan yang rasional di atas mengandung sejumlah asumsi-asumsi, yaitu:

1. kejelasan masalah: masalah jelas dan tidak samar-samar. Pengambil keputusan diasumsikan memiliki informasi lengkap sehubungan dengan situasi keputusan;

2. pilihan diketahui: pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat membuat daftar dari semua alternatif yang berlaku terus. Labih lanjut, pengambilan keputusan mengetahui semua kemungkinan konsekuensi dari masing-masing alternatif;

(60)

4. preferensi yang konstan: diasumsikan bahwa kriteria suatu keputusan tertentu adalah konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu;

5. tidak ada batasan waktu dan biaya: pengambilan keputusan rasional dapat memperoleh informasi yang lengkap tentang kriteria dan alternatif karena diasumsikan bahwa tidak ada kendala waktu dan biaya; dan

6. hasil maksimal: pengambilan keputusan rasional akan memilih alternatif yang menghasilkan nilai yang dipandang tertinggi (Stephen P. Robbins, 2002: 91).

Menurut Richard I. Levin dalam Imam Murtono (2009) terdapat 6 (enam) tahap pengambilan keputusan, tahap observasi, tahap analisis dan pengenalan masalah, pengembangan model, memilih data masukan yang sesuai, perumusan dan pengetesan, pemecahan.

Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses bawah sadar yang tercipta dari pengalaman. Pengambilan keputusan intuitif tidak harus dengan melakukan analisis rasional secara independen, namun, lebih merupakan dua hal yang saling melengkapi. Hasilnya adalah bahwa pengambilan keputusan intuitif dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam informasi yang sangat terbatas (Imam, 2009).

(61)

36 untuk mereka. Sedangkan Heuristik Keterwakilan (representative heuristic) yaitu kcendrungan menilai suatu kejadian dengan mencocokkannya pada kejadian yang sebelumnya ada (Imam, 2009).

Bias lainnya yang berpengaruh dalam praktik pengambilan keputusan adalah kecendrungan untuk meningkatkan komitmen ketika suatu aliran keputusan dipandang sebagai suatu rangkaian keputusan. Peningkatan Komitmen (escalation of commitment) adalah komitmen yang meningkat terhadap keputusan sebelumnya meskipun terdapat informasi yang negatif pada keputusan tersebut (Imam, 2009).

1.10 Gaya Pengambilan Keputusan

Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integritas yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pelaksanaan kepemimpinannya cendrung menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Hal ini semua akan diperoleh karena kecakapan, kemampuan, dan perilakunya (Malayu, 2009).

Menurut H. Malayu (2009), kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi

(62)

dan produktivitas kerja yang tinggi, agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal.

Adapun gaya kepemimpinan menurut H. Malayu (2009): 1. kepemimpinan otoriter.

Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan; 2. kepemimpinan partisipatif.

Pimpinan memberikan kesempatan kepada bawahan dalam memberikan saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan; dan

3. kepemimpinan delegatif.

Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para bawhan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Gaya pengambilan keputusan, model ini mengidentifikasi empat perbedaan individu dalam pengambilan keputusan. Model ini dirancang untuk digunakan oleh para manajer, tetapi kerangka umumnya dapat digunakan oleh pengambil keputusan individu manapun. Landasan model tersebut adalah pengakuan bahwa setiap orang berbeda sepanjang dua dimensi. Pertama adalah cara mereka berfikir. Sebagai orang logis dan rasional. Mereka mengolah informasi secara berurutan. Sebaliknya, sebagai orang intuitif dan kreatif. Mereka memandang suatu hal sebagai suatu yang utuh. Dimensi lainnya menuju toleransi akan ketidakjelasan dari seseorang. Sebagian orang memiliki kebutuhan untuk menyusun informasi dengan cara meminimalkan ketidakjelasan, yang lainnya mampu mengolah banyak pemikiran pada waktu yang bersamaan.

(63)

38 Memiliki toleransi yang rendah terhadap ketidak jelasan para pengambil keputusan dan mencari rasionalitas. Gaya perintah membuat keputusan dengan cepat, dan mereka fokus pada jangka pendek.

2. Gaya analitis

Memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ketidakpastian daripada para pengambil keputusan perintah. Pengambilan keputusan yang hati-hati dengan kemampuan untuk mengadaptasi atau mengatasi situasi-situasi baru.

3. Gaya konseptual

Cenderung sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan mereka sangat baik dalam menemukan solusi kreatif terhadap suatu masalah.

4. Gaya perilaku

Mencirikan pengambil keputusan yang bekerja baik dengan orang lain. Mereka memperhatikan pencapaian dari rekan kerja dan bawahan. Mereka mudah menerima saran dari orang lain dan sangat menyadarkan pada pertemuan untuk komunikasi (Stephen P. Robbins, 2002: 93--100).

Selanjutnya H. Malayu (2009: 175) mengemukakan empat gaya pengambilan keputusan yang berbeda.

(64)

2. GayaKonsultatif, adalah strategi yang tepat apabila manajer mengenali bahwa pengikut juga mempunyai beberapa penglaman atau pengetahuan tentang masalah dan bersedia memecahkan masalah meskipun belum mampu.

3. Gaya Fasilitatif, merupakan upaya kooperatif yaitu manajer dan pengikut berkerja sama mencapai keputusan bersama.

4. Gaya Delegatif, digunakan terhadap pengikut yang memiliki tingkat kesiapan, yang memiliki pengalaman dan informasi yang diperlukan untuk keputusan dan rekomendasi yang layak.

Suatu organisasi sebenarnya dapat menyulitkan para pengambil keputusan. Sebagai contoh, para manajer membuat keputusan dipengaruhi oleh sistem evaluasi kinerja dan penghargaan organisasi serta batas waktu organisasi. Keputusan organisasi sebelumnya juga dapat membatasi keputusan-keputusan yang sekarang.

1. Evaluasi kerja

Para manajer, dalam membuat keputusan, sangat dipengaruhi oleh dimana mereka dievaluasi.

2 Sistem penghargaan

Sistem penghargaan organisasi mempengaruhi seorang pengambil keputusan dengan menyarankannya untuk memilih pilihan yang sesuai dengan sistem penghargaan yang ada.

3 Sistem penentuan tenggat waktu

Gambar

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Guru pada SMP Negeri 2 Negerikaton Kec.Negerikaton Kab. Pesawaran Tahun 2010/2011.
Tabel 2. Perbedaan Ketiga Macam Keadilan
Gambar 1. Ukuran Tingkatan Produktivitas (Sumber: Buchari Alma, 2010:86)
Gambar 2. Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Produktivitas Suatu Usahaatau Organisasi (Sumber: Buchari Alma, 2010: 87)
+7

Referensi

Dokumen terkait

ZISFERDI Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi dan Partisipasi Guru Dalam Mengambil Keputusan dengan Kinerja Guru SD negeri di Kecamatan Binjai

Ketiga, hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan kepala sekolah memberikan sumbangan terhadap kepuasan guru, dengan harga F sebesar 138.682, dengan p = 0.000,

Ada beberapa teknik peran serta sebagai bentuk partisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah bersama dengan guru dan staf

Sesuai dengan topik yang peneliti angkat yakni pengaruh keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan, kepuasan kerja, dan iklim lembaga terhadap semangat kerja guru MTsN

Dari hasil penelitian dapat peneliti simpulkan bahwa Peran guru bimbingan dan konseling dalam pengambilan keputusan karier siswa kelas XII di MAN 4 Banjar yaitu dengan

Hal ini sesuai dengan hipotesis pertama bahwa penggunaan varian rasa dan kemasan secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian Mochi

Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F diperoleh hasil secara bersama-sama variabel desentralisasi pengambilan keputusan dan

Saat ini permasalahan yang terjadi pada pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam merekrut dan menyeleksi tenaga pendidik guru honorer pada