• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan H2So4 Terhadap Pehilangan Zat Alkali pada Pengolahan Air di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan-Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan H2So4 Terhadap Pehilangan Zat Alkali pada Pengolahan Air di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan-Sumatera Utara"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAAN H2SO4 TERHADAP PEHILANGAN ZAT ALKALI PADA PENGOLAHAN AIR DI PT. COCA COLA AMATIL

INDONESIA MEDAN-SUMATERA UTARA

KARYA ILMIAH

MHD. BAYU ATMA NEGARA

082409067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENAMBAHAAN H2SO4 TERHADAP PEHILANGAN ZAT ALKALI PADA PENGOLAHAN AIR DI PT. COCA COLA AMATIL

INDONESIA MEDAN-SUMATERA UTARA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

MHD. BAYU ATMA NEGARA

082409067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PENAMBAHAAN H2SO4 TERHADAP PENGHILANGAN ZAT ALKALI PADA PENGOLAHAN AIR DI PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA MEDAN-SUMATERA UTARA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2012

Diketahui/ Disetujui Oleh

Program Studi D III Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing Ketua,

Dra. Emma Zaidar, Msi. Cut Fatimah Zuhra, S.Si.,

M.Si.

NIP. 19551218 1987012 001 NIP. 197400405

1999032001

Diketahui/ Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAAN H2SO4 TERHADAP PEHILANGAN ZAT ALKALI PADA PENGOLAHAN AIR

DI PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA MEDAN-SUMATERA UTARA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2012

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan ridhonya serta karunianya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan penyusunan karya ilmiah dengan judul : PENGARUH PENAMBAHAAN H2SO4 TERHADAP PEHILANGAN ZAT ALKALI PADA PENGOLAHAN AIR DI PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA UNIT MEDAN-SUMATERA UTARA dapat berjalan dengan baik, lancar dan diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam juga Penulis haturkan kepada ruh Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri teladan yang baik bagi umat manusia.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini,penulis banyak menerima bantuan dan motivasi dari berbagai pihak untuk mengatasi kesulitan dan kendala yang timbul. Untuk itu Penulis dengan hati yang tulus dan ikhlas ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah rela dan ikhlas membantu Penulis selama dalam proses penyusunan karya ilmiah ini yaitu kepada :

(6)

2. Ibu Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis serta rela meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.Sc, selaku Ketua Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan segala administrasi perkuliahan penulis.

6. Buat teman-teman yang selalu memberikan motivasi serta semangat kepada Penulis dan yang membantu Penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

7. Sahabat-sahabat Penulis di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) yang rela dan ikhlas membantu penulis

8. Sahabat-sahabat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

9. Seluruh pihak yang terkait dalam membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan ini.

(7)

Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan Penulis.

Medan, Juni 2012

(8)

ABSTRAK

(9)

ABSTRACT

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

1.2 Permasalahan ... 2

1.3 Tujuan ... 2

2.2.1Metode Pengolahan Fisik ... 11

2.2.2Metode Pengolahan Kimia ... 14

2.3 Proses Pengolahan Air Produk ... 15

2.3.1 Mekanisme Terjadinya Gumpalan ... 17

2.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Gumpalan ... 18

2.4 Minuman Berkarbonasi ... 20

2.5 Interaksi Zat Terhadap Air ... 21

2.6 Penambahan Zat Kimia Terhadap Air ... 25

2.6.1Asam Sulfat ... 26

2.6.2Poly Aluminium Klorida ... 27

BAB III METODOLOGI ... 29

3.1 Alat Dan Bahan ... 29

3.2.1Alat ... 29

3.2.2Bahan ... 29

3.2 Prosedur Percobaan ... 30

3.2.1 Penentuan pH ... 30

3.2.2 Penentuan Klorin ... 30

3.2.3Penentuan Alkalinitas ... 31

3.3 Flowsheet Percobaan ... 33

3.3.1Penentuan pH ... 33

(11)

3.3.3Penentuan Alkalinitas ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Data Percobaan ... 38

4.2 Perhitungan ... 39

4.2.1 Penggunaan Asam Sulfat ... 39

4.3Pembahasan ……… 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...42

5.1Kesimpulan ………...42

5.2Saran ………..43

(12)

ABSTRAK

(13)

ABSTRACT

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang amat penting bagi setiap manusia, karena merupakan kebutuhan primer untuk keberlangsungan proses-proses metabolisme dalam tubuh. Hampir seluruh tubuh makhluk hidup terdiri dari air, khususnya saja manusia yang lebih dari 70%nya terdiri dari air. Oleh sebab itu maka pengupayaan mengkonsumsi air harus dimaksimalkan agar semua proses berlangsung sempurna, semua itu menjadi sebuah kewajaran karena manusia tdak dapat bertahan hidup lebih dari tiga hari bila mereka tidak minum sedangkan tujuh hari untuk makan.

Dengan tingginya kebutuhan manusia terhadap air maka banyak orang atau pun perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan air minum. Mulai dari air minum biasa, air minum berkarbonasi, air embun, air isotonik dan banyak lagi proses pengolahan air minum. Semua perusahaan tersebut berlomba-lombaa untuk memberikan yang terbaik dalam kualitas air minum.

(15)

dikarbonasikan, yang terpenting adalah kualitas air yang akan dicampurkan CO2. (PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, 2000)

Air yang akan ditambahkan karbondioksida tersebut harus sesuai standar air minum karena bila tidak akan mengganggu kesehatan pengkonsumsinya. Air yang berasal dari dalam tanah masih banyak mengandung zat-zat yang tidak baik untuk tubuh, mulai dari akandungan zat alkali tanah, hadar ph yang tinggi atau kandungan-kandungan yang akan merusak.

Pada proses pengolahan air minum akan ditambahkan Asas Sulfat (H2SO4) yang akan berguna untuk menurunkan kadar zat alkali dalam kandungan air tersebut. Sebuah zat yang akan direaksikan dan berikatan dengan zat alkali yang terdapat dalam air. (PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, 2000)

Berdasrkan hal tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui, mengamati dan membahasnya. Hasil ini diwujudkan dalam karya ilmiah dengan judul :”Pengaruh Penambahaan H2SO4 Terhadap Penghilangan Zat Alkali Pada Pengolahan Air Di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan-Sumatera Utara”

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengaruh penambahan H2SO4 terhadap kadar alkali tanah sehingga air tersebut menjadi kualitas air yang baik serta meningkatkan prosuksi dan layak konsumsi.

(16)

Untuk mengetahui pengaruh penambahan H2SO4 terhadap kadar alkali yang terkandung dalam air tanah.

1.4. Manfaat

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :

- Untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa dengan penambahan H2SO4 dapat mempengaruhi kadar senyawa alkali dalam air tanah.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AIR

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni 16,08 % (1995). Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia

karena diperlukan terus-menerus dalam kegiatan sehari-harinya untuk bertahan hidup.

Oleh karena itu, manusia memerlukan sumber air bersih yang diperoleh dari air tanah

dan air permukaan. Namun tidak semua air baku dapat digunakan manusia untuk

memenuhi kebutuhan air minum, hanya air baku yang memenuhi persyaratan kualitas

air minum yang dapat digunakan untuk air minum.

(18)

Di alam terdapat tiga macam sumber air yaitu: air hujan, air dalam tanah, air dipermukaan,

a. Air Hujan

Bagi daerah yang tidak memiliki sumber air atau hanya memiliki sedikit sumber air tanah maupun sumber air permukaan, maka air hujan merupakan sumber air yang sangat penting. Air hujan dapat dipercaya kemurniannya karena sudah memenuhi syarat-syarat bakteriologi, fisik, dan kimia. Air hujan yang sudah terkumpul 2-3 hari kemurniannya tidak terjamin lagi.

b. Air Dalam Tanah

Air tanah merupakan sumber air dalam bentuk mata air. Air ini berasal dari kulit bumi yang telah mengalami penyaringan oleh lapisan tanah. Air dalam tanah ini dua macam mata air yaitu : mata air arthesis dan mata air biasa.

- Mata air Arthesis

Airnya berasal dari lapisan kulit bumi (tanah) dalam, tidak dipengaruhi oleh musim hujan, musim kemarau serta musim lainnya.

- Mata Air Biasa

(19)

keluar banyak sebaliknya pada musim kemarau sedikit kadang-kadang menjadi kering.

c. Air Permukaan

Umumnya air permukaan sudah mengalami pencemaran, sedangkan derajat pencemarannya tergantung kepada lokasi daerahnya. Sumber air permukaan ini dapat berupa sungai, danau, air saluran irigasi (Alaerts, 1984).

2.1.2 Kualitas Air

Semua air yang terdapat dalam alam ini secara garis besar padat dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, namun bila ingin dipergunakan sebagan air konsumsi sudah seharusnnya dan selayaknyalah air tersebut memenuhi beberapa kriteria yang pada akhirnya membuat air tersebut layak dikonsumsi oleh manusia.

a. Karakteristik fisik

Karekteristik air ditinjau dari secara fisik biasanya kritetia air yang sangat mudah dipenuhi karena penentuan karekteristik ini hanya dengan kasat mata dan lang sung dapat dinilai hasilnya. Adapun beberapa kriteria karakteristik air secara fisik antara lain

• Air tidak berwarna

• Air tidak berasa

• Air tidak berbau

(20)

• Tidak mengandung zat padatan

• Suhu air hendaknya dibawah sela udara (sejuk kira-kira 250 C)

b. Karakteristik Kimia

Pada karekteristik kimia air harus memiliki kualitas yang lebih dari hanya sebuah karakter fikis semata, sebab dengan adanya karakter kimia ini air sudah memenuhi konsumsi walau tidak secara penuh. Karakter kimia ini bisanya dilihat dari kandungan-kandungan zat kimia yang terdapat dalam air teresebut yang akan mengganggu metabolism bila dikonsumsi lebih diantaranya adalah

• Tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia

tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan

• pH normal

• Kesadahan rendah

c. Karakteristik Biologi

Karakteristik yang terakhir dalam penentuan air dapat layak konsumsi adalah karakteristik bioligi yang merupakan karakter yang sudah mempertimbangkan kandungan mikrooeganisme yang terdapat dalam air tersebut. Karakter ini sangat mempengaruhi kelayakan air.

• Air tidak mengandung bakteri-bakteri pathogen

• Tidak mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas

yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air.

(21)

tersebut dapat mengganggu kesehatan ataupun juga mempengaruhi metabolisme manusia.

2.1.3 Parameter air

Air yang diperuntukkan kepada kebutukan konsumsi manusia harus memiliki sejumlah batasan-batasan yang harus diikuti agar air tersebut tidak merusak tubuh atau menimbulkan penyakit pada konsumen yang mengkonsumsi air tersebut. Untuk itu maka ditentukan beberapa parameter dasar agar air yang akan dikonsumsi memberikan manfaat bagi tubuh karena jumlah persen air dalam tubuh yang sangat besar yang dapat terganggu dengan kualitas air yang tidak baik. Beberapa paremeter penentu kualitas air antara lain:

a. Derajat keasaman (pH) air

(22)

ion-ion H+ atau dengan bahan celup penunjuk warna, misalnya metil orange atau phenolphtalein (Linsley, K.Ray, 1986).

b. Kesadahan

Kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen ( setara) kalsium karbonat, kesadahan air dapat dibagi atas dua kelompok: karbonat dan nonkarbonat, atau kesadahan sementara (temporary) dan kesadahan permanen (kekal) . Tingkat kesadahan sementara biasanya dapat diturunkan dengan pemanasan, untuk menurunkan kesadahan permanen disebabkan oleh sulfat dan klorida kalsium dan magnesium. Unsur-unsur kesadahan (seperti Mg, Ca dan lain-lain) menyebabkan erosi pada sudu-sudu turbin. Dengan demikian diperlukan proses pelunakan air, yaitu demineralisasi dan softener untuk menghilangkan unsur-unsur perusak tersebut ( Effendi, 2003).

Tabael 2.1 Kesadahan Air

Kelas 1 2 3 4

Kesadahan,mg/lt 0-55 56-100 101-200 201-500

Derajat

kesadahan Lunak Sedikit lunak Moderat sadah Sangat sadah

c. Alkalinitas

(23)

kesadahan suatu air semakin sulit air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin. Alkalinitas dalam proses pengaolahan air untuk control langsung terhadap korosi dan control tidak langsung terhadap

deposit, sebagai contoh nilai-nilai penentuan ini dapat dipakai unuk menghitung

banyaknya alkali yang ditambahkan pada air asam, untuk mengurangi agresif atau

banyaknya Ca(OH)2 dan Na2CO3 yang dipakai dalam proses pengolahan air.

Alkalinitas berhubungan dengan pH air, Alkalinitas tidak besar berarti pH air

tinggi dan sebaliknya. Untuk itu alkalinitas air ketel harus diatur sedemikian rupa

sehingga pH air tidak air tidak terlalu rendah dan terlalu tinggi. Karena pada pH

rendah akan terjadi korosi dan pada pH tinggi akan terjadi buih. Dibawah ini

diberikan batas alkalinitas air ketel berdasarkan tekanan uap.

Tabel 2.2 Batas Akalinitas air pada ketel dengen tekenan uap di PT. CCAI

Tekanan (Psi)

Alkalinitas total, sebagai CaCo2 (ppm)

(24)

Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida merupakan zat terlarut dan tidak mudah menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfetans, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi.

e. Sulfit

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kaustik soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana anaerob hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfida. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur H2S yang bercampur dengan metana CH4 dan CO2 akan bersifat korosif.

f. Total Dissolved Solid (TDS)

Total dissolved Solid ialah jumlah keseluruhan zat yang larut dalam air, yang

dimasukkan dalam kelompok ini ialah mineral dan garam-garam yang terlarut dalam air, zat tersebut berbentuk koloid.

g. Silika

(25)

pada silika kadang-kadang menghasilkan lumpur, yang lengket pada boiler dengan tekanan rendah perlakuannya menggunakan posfat.

Tabel 2.3. Konsentrasi Silika Pada Air Boiler

Konsentrasi Silika mg/L

Tekanan lb/in2 gage Rekomendasi Diperoleh

0-300 150 150

301-450 90 90

451-600 40 55

601-750 30 35

751-900 20 20

901-1000 8 15

2.2. Pengolahan Air

Zat-zat pencemar didalam air dapat dihilangkan dengan melakukan metode pengolahan secara fisik maupun secara kimiawi.

2.2.1. Metode pengolahan fisik.

Dalam operasi ini yang sering dilakukan flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. a. Flokulasi

(26)

ukuran flok ini ditambahkan bahan-bahan pengental kedalam air yang mengandung kekeruhan. Untuk membentuk kumpulan partikel yang mengendap ini dilakukan pengadukan cepat selama 20-30 menit yang akan menyebabkan pertumbuhan partikel kecil yang selanjutnya akan membentuk ukuran partikel yang lebih besar.

b. Sedimentasi

Sedimentasi adalah salah satu cara penjernihan air, dimana air dilewatkan pada suatu bak, dalam jangka waktu tertentu. Bila penampung bak tersebut besar maka air mengalir pelan-pelan (kecepatan rendah) sehingga berat jenisnya lebih berat dari sekelilingnya.

c. Filtrasi

Filtrasi adalah suatu cara penjernihan air dengan cara penyaringan. Filter biasanya terdiri dari berbagai lapisan pasir dan batu-batuan dengan diameter yang bervariasi dari yang sangat halus hingga yang terkasar. Air akan mengalir melalui filter sedangkan partikel-partikel yang tersuspensi didalamnya akan melekat pada butiran pasir. Hal ini akan memperkecil ukuran celah-celah yang dapat dilalui air dan akan dapat mengurangi daya penyaringan. Maka untuk mengaktifkan kembali filter harus dicuci kembali yaitu dengan membuang bahan-bahan yang akan melekat ini diperlukan pembilasan dengan arah aliran pembilas berlawanan dengan arah aliran air yang akan disaring. Pembilasan ini dinamakan backwash.

(27)

Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalam berbagai variasi operasi, meliputi sebagai berikut : tambahan oksigen untuk mengoksidasikan besi dan mangan terlarut, pembuangan karbon dioksida, pembuangan hidrogen sulfida untuk menghilangkan bau dan rasa, serta pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikro-organisme yang serupa.

Tabel 2.4 Operasi dan proses satuan serta penerapannya dalam pemurnian air.

Operasi dan Proses

Penerapan

Operasi satuan penyaringan

Saringan kasar dipergunakan untuk melindungi pompa terhadap bahan-bahan mengambang

Saringan mikro Dipergunakan untuk menyaring pencemar-pencemar halus seperti gangang, dan sebagainya.

Aerasi Dipergunakan untuk menambah tau membuang gas-gas kurang atau sangat jenuh dalam kandungan air.

Pencampuran Dipergunakan untuk mencampur bahan-bahan kimia dan gas yang mungkin diperlukan untuk pengolahan.

Flokulasi Penciptaan gradien kecepatan dengan pencampuran yang lembut untuk meningkatkan pengumpulan partikel-partikel.

Pengendapan Dipergunakan untuk membuang partikel-partikel seperti lanau dan pasir atau bahan flokulasi yang terapung.

Filtrasi Dipergunakan untuk menyaring bahan-bahan padat sisa yang tetap berada didalam air setelah pengendapan.

(28)

penggumpalan partikel-partikel dalam proses flokulasi.

Disinfeksi Dipergunakan membunuh organisme-organisme patogen yang mungkin ada dalam air alamiah.

Presipitasi

Pembuangan jenis-jenis ionik terlarut seperti kalsium dan magnesium (kesadahan) dengan menambahakan bahan-bahan kimia.

Pertukaran ion Dipergunakan untuk pembuangan selektif atau sepenuhnya ion-ion anion dan kation terlarut di dalam larutan.

Adsorpsi Dipergunakan untuk pembuangan berbagai senyawa organik misalnya yang menyebabkan warna, rasa dan bau.

Oksidasi Kimia Dipergunakan untuk oksidasi berbagai senyawa yang bisa didapatkan dalam air.

2.2.2. Metode Pengolahan Kimiawi a. Koagulasi

Koagulasi adalah suatu mekanisme dimana partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan dinetralkan, sehingga muatan yang netral tersebut saling mendekat dan menempel satu sama lain, dan membentuk mikro flok, Untuk menambah besarnya ukuran koloid dapat dilakukan dengan jalan reaksi kimia diikuti dengan penggumpalan atau dengan cara penyerapan.

Partikel koloid memiliki ukuran lebih kecil dari suatu mikro akan menimbulkan sifat-sifat yang berbeda, karena kecilnya ukuran partikel maka luas permukaan tiap satuan massa akan semakin besar.

(29)

menambahkan asam atau basa. Apabila hal ini tidak dilakukan, maka pengendapan oleh koagulan tidak sempurna disampingkan kemungkinan adanya tertinggal sisa aluminium dan besi tersebut dalam air yang telah dijernihkan.

b. Desinfeksi

Bermacam-macam zat kimia yang sering dipergunakan dan proses fisik seperti penyinaran dengan ultraviolet, pemanasan dalam proses desinfeksi air. Zat kimia yang sering digunakan adalah chlor, karena harganya murah dan masih mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam (Benjamin, 2005).

2.3. Proses Pengolahan Air Produk (Treated Water)

Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman pada PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Unit Medan. Proses pengolahan air dibagi menjadi 2 jenis, yaitu proses pengolahan treated water dan soft water. Treated water memakai deep well 3 dengan kedalaman 250-255 meter yang

digunakan untuk produksi, laboratorium, keperluan air kantin dan kantor. Sedangkan soft water memakai deep well 5 dengan kedalaman 125-150 meter yang digunakan untuk keperluan MCK (mandi, cuci, kakus), pencucian tangki dan proses pencucian botol (bottle washer).

(30)

Air dari sumur bor diambil dengan pompa.Air dari sumur bor sebelum masuk ke degasifier, diinjeksikan dengan H2S04 3,5-4%. Air yang telah diinjeksi ini akan memiliki pH sekitar 4-5, disini terjadi penurunan alkalinitas air. Asam sulfat yang bersifat sebagai oksidator mengoksidasikan ion-ion ferro menjadi ferri.

b. Degasifier

Dalam degasifier, air akan dicurahkan dan melewati strainer sehingga menjadi aliran yang terbagi rata dalam curahan-curahan air yang kecil. Pada saat kondisi dicurahkan terbentuk oleh saringan dan dengan udara air dari blower, gas –gas yang terlarut dalam akan terlepas ke udara menjadi gas CO2 . Gas CO2 ini akan terbuang ke lingkungan melewati ventilasi bagian atas degasifier. Setelah air melalui degasifier dan sebelum masuk ke reaktor,terlebih dahulu dinetralkan pH nya dengan kapur kemudian diinjeksikan dengan Poly Aluminium Chlorida (PAC) sehingga produk pembentukan flok akan sempurna.

c. Flokulator (tangki pengendapan )

(31)

d. Sand Filter (Saringan Pasir)

Air yang masih terklorinasi akan dilewatkan ke saringan pasir (sand filter) untuk pengurangan/penghilangan partikel atau flok yang terikat.

e. Storage Tank (Tangki Penyimpanan)

Merupakan tempat penampungan air yang akan dipakai untuk air produksi. f. Hidrophone Tank ( Tangki bertekanan)

Air yang telah mengalami pengolahan akan ditransfer ke tangki cadangan (buffer tank) dibagian dengan wilayah produksi dengan menggunakan tangki bertekanan (hydrophone tank). Sebelum ditampung dalam buffer tank, air diinjeksi dengan klorin hingga diperoleh kandungan residu klorin sebesar 1-3 ppm.

g. Buffer Tank (Tangki cadangan )

Tempat cadangan air ini yang waktu tinggalnya minimal 2 jam untuk memastikan kerja efektif dari kaporit untuk membunuh bakteri dan dari tangki cadangan (buffer tank) ini dengan produksi didistribusikan ketiga bagian yaitu langsung untuk produk karbonasi dan frestea pembuatan sirup.

h. Carbon filter ( Saringan Karbon)

Semua air yang digunakan untuk produk karbonasi dan pembuatan frestea, selalu harus melalui tahap ini untuk menghilangkan bau kaporit dan kandungan klorin yang masih ada.

(32)

Semua air yang digunakan untuk produk karbonasi dan pembuatan frestea, selalu harus melalui tahap ini untuk memastikan air yang digunakan benar-benar bersih, jernih dan siap pakai dengan standar kekeruhan maksimal 0,5 NTU (Nefelo Turbidity Unit). (PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, 2000).

2.3.1. Mekanisme Terjadinya Gumpalan

Aluminium atau besi akan bereaksi dengan alkalinitas dalam air. Reaksi ini menghasilkan Al(OH)3 yang mengendap. Pada reaksi ini akan membebaskan asam yang menurunkan pH larutan dan bereaksi dengan alkalinitas. Reaksi tersebut tidak sederhana karena hidroksida-hidroksida Al dan Fe ternyata terbentuk ion-ion lain menunjukkan reaksi yang sangat komplek. Pada penambahan garam aluminium atau besi akan segera terbentuk ion-ion polimer dan dapat terserap oleh partikel-partikel koloid, yang berarti bahwa koloid akan segera terselubungi oleh koagulan, maka besarnya potensial akan diturunkan atau diubah dari sedikit negatif menjadi netral dan akhirnya positif. Dan suspensi ini tidak stabil sehingga terjadi penggumpalan sampai ukuran yang dapat mengendap dalam partikel ini proses koloid dapat menarik dan menggabungkan sehingga membentuk gumpalan yang besar dan terjadilah pengendapan.

(33)

pH adalah salah satu faktor yang menentukan pada proses koagulasi. Pada koagulan ada daerah optimum, dimana kelarutan koagulan akan terjadi dalam waktu yang singkat dengan dosis koagulan tertentu. Luasnya range pH koagulan ini dipengaruhi oleh jenis-jenis konsentrasi koagulan yang dipakai. Hal ini penting untuk menghindari adanya kelarutan koagulan. Untuk proses koagulan pH yang terbaik adalah 7 (netral).

b. Pengaruh temperatur

Pada temperatur yang rendah reaksi lebih lambat dan viskositas air menjadi lebih besar sehingga flok lebih suka mengendap.

c.. Dosis koagulan

Air dengan turbidity yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang lebih banyak. Dosis koagulan persatuan unit turbidity rendah, akan lebih kecil dibandingkan dengan air yang mempunyai turbidity yang tinggi, kemungkinan terjadinya tumpukan antara partikel akan berkurang dan netralisasi muatan tidak sempurna, sehingga mikroflok yang terbentuk hanya sedikit, akibatnya turbidity akan naik. Dosis koagulan yang berlebihan akan menimbulkan efek samping pada partikel sehingga turbidity akan naik.

d. Pengadukan

(34)

mikroflok. Dalam proses koagulasi ini pengadukan dilakukan dengan cepat. Air yang memiliki turbidity rendah memerlukan pengadukan yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang mempunyai turbidity tinggi.

e. Turbidity

Kekeruhan dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Kekeruhan dapat mengganggu penitrasi sinar matahari sehingga mengganggu fotosintesa tanaman air. Nilai numeric yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada turut bercampurnya bahan-bahan yang tersuspensi pada jalannya sinar matahari melalui sampel. Nilai ini tidak secara langsung menunjukkan banyaknya bahan yang tersuspensi tetapi ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen terhadap air tersebut. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan tetapi ia tidak disenangi karena rupanya.

Turbiditas merupakan sifat optik akibat disfersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang masuk, Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.(Khopkar, 2002)

f. Pengaruh Garam

(35)

konsentrasinya. Semakin besar valensi ion akan semakin besar pengaruhnya terhadap koagulan. Penggumpalan dengan garam Fe dan Al akan banyak dipengaruhi oleh anion dibandingkan dengan kation. Jadi natrium, kalsium dan magnesium relatif tidak mempengaruhi (Anonym, 1990).

2.4. Minuman Berkarbonasi

Minuman ringan berkarbonasi atau di Indonesia dikenal dengan nama softdrink sejak seabad yang lalu telah menjadi minuman ringan paling populer di Amerika Serikat mengungguli minuman lainnya seperti kopi, teh dan jus. Demikian juga di Indonesia, popularitas minuman yang notabene “made in America” ini terus meningkat. Banyak merek telah kita kenal salah satunya karena

promosinya yang gencar di media massa seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite, Pepsi, 7-up dan sebagainya. Mengungguli minuman didalam botol, kopi, atau minuman-minuman tradisional kita seperti wedang jahe, es cendol, bandrek dan sebagainya.

(36)

kemasan termasuk softdrink. Sedangkan di Indonesia istilah softdrink lebih populer untuk minuman berkarbonasi.

Pada abad 16 di Eropa telah ditemukan cara pemasukan CO2 ke air, tetapi bertujuan untuk terapi kesehatan menggunakan air mineral. Kemudian berkembang hingga pada tahun 1767an Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO2 yang ditambahkan dalam air akan menyebabkan rasa masam. Hinggap pada akhirnya pada tahun 1785 minuman ber- CO2 mulai diproduksi di Philadelphia, Amerika Serikat yang kemudian dikenal dengan minuman berkarbonasi.

Kemidian pada tahun 1886an seorang ahli farmasi dari Atlanta-Georgia (AS), menemukan formula minuman yang dia sebut sebagai Coca-Cola. Minuman ini diberi flavor ekstrak “kacang” kola. Tidak hanya itu pada tahun 1898 seorang ahli farmasi dari New Bern-North Carolina (AS), membuat formula minuman berkarbonasi sendiri yang dia sebut “Brad’s Drink” yang akhirnya terkenal sebagai Pepsi-Cola. Sekarang menjadi brand kompetitor terkuat Coca Cola.

Terakhir kembali wilayah negara bagian Georgia Amerika Serikat pada tahun 1905Claud A. Hatcher, seorang (lagi-lagi) ahli farmasi menemukan formula minuman berkarbonasi yang dia sebut “Chero- Cola”. Sekarang menjadi Royal Crown (RC) Cola, produsen ketiga terbesar softdrink dunia inilah macam-macam softdrink di dunia. (PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, 2000)

(37)

Kualitas air dipengaruhi oleh interaksi banyak komponen kimiawi. Karbondioksida, pH, alkalinitas dan hardness yang saling berhubungan dan sangat berpengaruh terhadap produktifitas air, ketersediaan oksigen dan toksisitas ammonia, seperti halnya logam-logam tertentu. Kebanyakan gambaran kualitas air tak konstan/tetap. Konsentrasi karbondioksida dan pH berfluktuasi atau bergeser tiap hari. Alkalinitas dan hardness relative stabil meski berubah juga, biasanya dalam range mingguan hingga bulanan, bergantung pada pH atau kandungan mineral air dan tanah dasar.

a. pH dan Karbondiaoksida

Ukuran yang mengindikasikan apakah air asam atau basa disebut pH. Lebih tepatnya, pH mengindikasikan konsentrasi ion hydrogen dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma negative dari mol konsentrasi ion hydrogen (-log [H+]). Air dianggap asam jika pH kurang dari 7 dan basa jika pH diatas 7. Kebanyakan nilai pH berkisar antara 0 dan 14. Range pH yang direkomendasikan untuk dikonsumsi adalah 6,5 – 7,5

Karbondioksida jarang bersifat toksik secara langsung terhadap mikroorganisme. Namun demikian, konsentrasi yang tinggi mengakibatkan pH air drop dan membatasi kapasitas mikroorganisme untuk transport oksigen karena pH menjadi lebih rendah.

b. Alkalinitas

(38)

pospat. Karbonat dan bikarbonat adalah komponen alkalinitas yang paling umum dan paling penting. Alkalinitas diukur dengan jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat terabsorp (buffer) sebelum mencapai pH yang ditunjukkan. Total alkalinitas dinyatakan sebagai mg/l atau ppm kalsium karbonat (mg/l atau ppm CaCO3). Kisaran total alkalinitas yang diinginkan antara 75 - 200 mg/l CaCO3.

Alkalinitas karbonat-bikarbonat dan hardness di air permukaan dan air bor dihasilkan terutama dari interaksi CO2, air dan batu kapur. Air hujan secara alami bersifat asam karena terekspos terhadap CO2 atmosfer. Setelah air hujan jatuh ke tanah, tiap tetes air hujan menjadi jenuh dengan CO2; dan pH menjadi lebih rendah. Air bor dipompa dari reservoir/sumber air bawah tanah alami yang besar atau kecil, yang membentuk kantong-kantong air bawah tanah (groundwater). Tipikalnya, air bawah tanah konsentrasi CO2nya tinggi dan pH dan konsentrasi DO rendah. Karbondioksida tinggi di air bawah tanah karena proses bacterial di tanah dan beragam underground, pembentukan partikel mineral melalui gerakan air. Setelah air tanah- atau air hujan mengalir dan menapis tanah dan bentukan bebatuan bawah tanah yang mengandung batu kapur calcitik (CaCO3) atau batu kapur dolomite [CaMg(CO3)], aciditas yang dihasilkan oleh CO2 akan melarutkan limestone dan membentuk garam-garaman bikarbonat calsium dan magnesium.

(39)

Tubuh manusia memiliki banyak cairan dengan kadar pH yang berbeda-beda dan khusus. Misalnya pH air ludah sebesar 7,1, pH cairan perut sebesar 1,5 sementara pH cairan pankreas sebesar 8,8. Meskipun terdapat berbagai variasi pH dalam tubuh kita, tetapi darah mempunyai tingkat pH tetap yaitu sebesar 7,4. Fluktuasi-fluktuasi pH dalam darah bisa menghasilkan gangguan-gangguan serius. pH darah sebesar 7,7 bisa menghasilkan konvulsi-konvulsi tetanik dan pH darah sebesar 6,95 (Fasching mengusulkan level pH sebesar 6,0) bisa menyebabkan ketidaksadaran dan kematian. Kadar pH di atas 7,56 menjadi lahan subur sehingga mempermudah tahap-tahap pertumbuhan tumor (Fasching).

(40)

tubuh akan membakar lemak pelindungnya secara lebih lambat. Tubuh yang terlalu asam juga membuat Anda kehilangan kecantikan dan cahaya kulit. Sebaliknya, tubuh yang basa memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah: kalem dan fokus, memiliki energi tinggi, tidur nyenyak, lebih kebal dari demam dan flu, sistem kekebalan bekerja lebih baik, serta tubuh bisa mencerna, menyerap, dan melakukan pembuangan dengan baik. Untuk mencapai keseimbangan asam dan basa tubuh, komposisi makanan yang dianjurkan adalah 80% makanan bersifat basa dan 20% bersifat asam (Anonyme 2011).

• Pengaruh Alkalinitas terhadap Injeksi CO2

(41)

Kandungan mineral pada air seperti mangan (Mn) dan besi (Fe) juga harus disingkirkan karena akan mengikat bahan pewarna dan pemberi flavor, sehingga mengganggu penampakan. Kandungan klorin yang biasanya tinggi pada air, juga harus dihilangkan karena akan berpengaruh terhadap flavor. Bahan organik dan partikel asing (akibat sanitasi yang buruk), juga harus diperhatikan karena air yang mengandung bahan tersuspensi tidak mudah untuk dikarbonasi dan minuman dari air jenis tersebut menjadi hambar.

Tahap penting dalam pembuatan minuman ringan berkarbonasi adalah pada tahap proses karbonasi itu sendiri. Dalam proses karbonasi, mutlak diperlukan tekanan tinggi supaya gas CO2 dapat mengisi rongga-rongga di dalam struktur cairan. Tekanan tinggi tersebutlah yang menyebabkan timbulnya suara berdesis, ketika minuman berkarbonasi dibuka dari kaleng ataupun botol. Suara desis tersebut berasal dari tekanan pada permukaan air soda yang turun dengan sangat cepat, sehingga gas karbondioksida dalam minuman berusaha lepas. Gas karbondioksida tidak lepas sendiri-sendiri, namun membentuk molekul yang disebut nukleus sehingga mereka mempunyai tenaga untuk melawan cairan, melepaskan diri ke permukaan. Nukleus ini dapat dilihat ketika kita menuangkan minuman ke gelas, maka di bagian pinggir akan terbentuk gelembung-gelembung yang tampak menyatu. Nukleus ini juga yang memberikan sensasi nikmat di lidah.

(42)

masih tertutup, akan timbul suara letupan pada saat kaleng dibuka akibat dorongan nukleus yang sangat besar.

Selain faktor nukleus, faktor lain yang berpengaruh terhadap proses hilangnya gas karbondioksida dalam air adalah suhu. Proses karbonasi akan lebih efektif pada suhu yang lebih rendah, yaitu 2 – 5 derajat Celcius. Semakin tinggi suhu cairan, semakin sedikit gas yang terlarut.

Hal itu memang berlawanan dengan zat padat (seperti gula atau garam) yang bila dipanaskan akan mudah larut bersama air. Zat gas seperti karbondioksida bila berada dalam keadaan bebas di udara akan memiliki energi kinetik yang sebanding dengan suhu.

Untuk membuat karbondioksida larut dalam air, diperlukan upaya agar zat karbondioksida tersebut dapat stabil di dalam air. Salah satunya adalah menurunkan energi kinetiknya dengan cara menurunkan suhu. Bila kita menaikkan suhunya, gas karbondioksida akan cenderung lepas. Itulah sebabnya selain alasan kesegaran, minuman berkarbonasi lebih disarankan untuk dikonsumsi dalam keadaan dingin (Astawan, Made 2008).

2.6. Penambahan Zat Kimia Pada Air

(43)

2.6.1. Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat adalah asam kuat karena dengan mudah menyumbang sebuah

proton kepada air untuk membentuk ion hidronium, H3O+ dan ion biosulfat , HSO4-

.Ion HSO4- hanya mempunyai kecendrungan yang sedang – sedang saja untuk

menyumbang sebuah proton kepada molekul air. Asam sulfat merupakan asam paling

murah yang tersedia untuk melarutkan logam, menetralkan basa, dan membersihkan

permukaan logam yang terkorosi, meskipun untuk penggunaan yang terakhir ini ,asam

klorida mungkin secara keseluruhan nya akan lebih murah , maka ia dapat lebih

mudah di pekatkan lagi dan digunkan lagi. (Keenan, 1999)

Berikut ini adalah sifat – sifat kimia dan fisika dari asam sulfat (H2SO4 ) :

a. Sifat fisika

Tabel 2.5. Sifat fisika asam sulfat

SIFAT NILAI

Titik lebur, (OC) 3

Titik didih , (OC) 280 ( kosentrasi 98%)

Gravitasi khusus 1,8 (air – 1)

Densiti Uap 3,4 (air – 1)

Kadar bahaya untuk mg/m3 80

Titik beku , (OC) 4,44 (kosentrasi 98%)

Viskositas pada (25OC), P 31 (kosentrasi 96%)

(44)

b. Sifat kimia

Adapun beberapa sifat kimia dari asam sulfat antara lain:

a. Pada temperatur kamar merupakan zat cair yang tidak bewarna dan kental

seperti minyak (oil)

b. Zat yang bersifat higroskopis sekali (menarik air )

c. Jika dicampur dengan air akan menimbulkan panas

d. Merupakan senyawa oksidator kuat

e. Merupakan asam keras yang dapat membentuk dua macam garam yaitu garam

sulfida dan garam hidrosulfat

f. Dapat menyerap gas NH3

2 NH3 + H2SO4 (NH3)2SO4

g. Dapat menyerap gas SO3 sehingga membentuk oleum atau asam pirosulfat.

SO3 + H2SO4 H2S4O7 atau H4SO4.SO3

2.6.2. Poly Aluminium Chlorida (PAC)

(45)

merupakan suatu senyawa kompleks berinti banyak dari ion-ion aquoaluminium yang terpolimerisasi, yaitu suatu jenis polimer senyawa organik.

Berbagai bahan kimia baik senyawa organik maupun senyawa an-organik biasanya dibutuhkan sebagai koagulan air (katalisator penggumpalan). PAC bekerja dengan jangkauan pH yang lebih luas dibandingkan dengan Al2(SO4)3 dan koagulan lainnya. Keefektifan PAC biasanya adalah pada interval pH 6-9.

(46)

BAB III

BAHAN DAN METODE 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat Percobaan

− Beaker glass 100 ml

− Botol aquadest

− Buret 25 ml

− Erlenmeyer 250 ml

− Gelas ukur 100 ml

− Komparator

− Kuvet

− Kuvet lovibond

− pH meter

− Tissue

3.1.2 Bahan Percobaan

− Poly Aluminium Klorida (PAC) 6000-7500 ppm

− Air dari degassifiler

− Air dari flokulator

− Air dari sand filter

− Aquadest

(47)

− DPD 2

− Indikator PP

− Indikator Mix

− H2SO4 0,02 N

3.2. Prosedur Percobaan 3.2.1. Penentuan pH

− Diambil sampel sesuai yang dibutuhkan

− Dimasukkan sampel kedalam beaker glass

− Dinyalakan pH meter

− Dimasukkan elektroda kedalam sampel

− Dibaca nilai pengukuran pH

− Dicatat nilai pH

3.2.2. Penentuan Clorine

− Dimasukkan 10 ml sampel kedalam kuvet lovibond

− Ditambahkan 1 tablet DPD No. 4

− Dikocok hingga larut

− Dimasukkan 10 ml aquadest kedalam (blanko) kedalam kuvet lovibond

yang lain

− Diletakkan kedua kuvet tersebut kedalam komparator, sampel berada

disebalah kiri dan blanko disebelah kanan

(48)

− Dicatat kadar clorine yang ditunjukkan komparator

3.2.3. Penentuan Alkalinitas

p-Alkalinitas

− Dimasukkan 100 ml sampel kedalam Erlenmeyer

− Ditambahkan H2SO4 20% sebanyak 0,5 ml

− Diteteskan indikator PP 1% dan amati perubahan warna yang terjadi

− Bila sampel tidak mengalami perubahan warna maka p-Alkalinitas = 0

− Bila sampel berubah warna menjadi merah muda maka dilakukan

titrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 0,02N

− Titrasi berhenti ketika sampel kembali tidak berwarna

− Dicatat volume H2SO4 yang digunakan pada titrasi

− Dihitung p-Alkalinitas dengan rumus

p-Alkalinitas = VT x N x 50 x 1000 volume sampel p-Alkalinitas = volume titrasi x 10

VT = volume total titrasi H2SO4 N = normalitas H2SO4

(49)

− Sampel yang telah di uji sebelumnya (p-Alkalinitas = 0) ditetesi dengan

indikator mix sebanyak 2 tetes

− Dikocok hingga larut

− Dititrasi sampel dengan larutan H2SO4 0,02N hingga terjadi perubahan

warna kemerahan

− Dicatat volume H2SO4 yang dipergunakan pada titrasi tersebut

− Dihiting m-Alkalinitas dengan rumus

m-Alkalinitas = VT x N x 50 x 1000 volume sampel p-Alkalinitas = volume titrasi x 10

(50)

3.3. Flowsheet Percobaan 3.3.1. Penetuan pH

Air sumur deep weel

Dimasukkan kedalam beaker glass secukupnya Dinyalakan pH meter

Dibaca nilai pH yang di tunjukkan pH meter

Dicatat nilai pH

Hasil

Air tangki sand filter

Dimasukkan kedalam beaker glass secukupnya Dinyalakan pH meter

Dibaca nilai pH yang di tunjukkan pH meter

Dicatat nilai pH

(51)

3.3.2. Penentuan kadar clorine

Air tangki sand filter

Dimasukkan10 ml kedalam kuvet lovibond Ditambahkan 1 tablet DPD No. 4

Dikocok hingga larut

Dimasukkan aquades sebanyak 10 ml kedalam kuvet lovibond lain

Hasil

Diletakkan keduanya kedalam komparator, sampel di kiri dan blanko dikanan

Dibandikan pada komparator dengan mencari kontras warna yang sama

(52)

3.3.3. Penentuan alkalinitas

p-Alkalinitas

Air sumur deep well

Dimasukkan100 ml kedalam erlenmeyer

Ditambahkan H2SO4 20% sebanyak 0,5 ml

Diteteskan indikator PP 1% dan amati perubahan warna yang terjadi

Sampel tidak mengalami perubahan warna maka p-Alkalinitas = 0

Hasil

Sampel berubah warna menjadi merah muda maka dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 0 02N

Titrasi berhenti ketika sampel kembali tidak berwarna

(53)

Air tangki sand filter

Dimasukkan100 ml kedalam erlenmeyer

Ditambahkan H2SO4 20% sebanyak 0,5 ml

Diteteskan indikator PP 1% dan amati perubahan warna yang terjadi

Sampel tidak mengalami perubahan warna maka p-Alkalinitas = 0

Hasil

Sampel berubah warna menjadi merah muda maka dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 0 02N

Titrasi berhenti ketika sampel kembali tidak berwarna

Dicatat volume H2SO4 yang digunakan pada titrasi berwarna

(54)

m-Alkalinitas

Air sumur deep weel

Sampel yang telah di uji sebelumnya (p-Alkalinitas = 0) ditetesi dengan indikator mix sebanyak 2 tetes

Dikocok hingga larut

Dititrasi sampel dengan larutan H2SO4 0,02N hingga terjadi perubahan warna kemerahan

Dicatat volume H2SO4 yang dipergunakan pada titrasi tersebut

Hasil

Air tangki sand filter

Sampel yang telah di uji sebelumnya (p-Alkalinitas = 0) ditetesi dengan indikator mix sebanyak 2 tetes

Dikocok hingga larut

Dititrasi sampel dengan larutan H2SO4 0,02N hingga terjadi perubahan warna kemerahan

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Percobaan

• Data kebutuhan penggunaan beberapa zat kimia dalam proses

pengolahan air

Tabel 4.1 Kebutuhan Zat Kimia Pada PT. CCAI

• Data Air sumur Sebelum Penambahan Asam Sulfat (H2SO4)

Tabel 4.2 Kondisi Air Sumur Sebelum Penambahan Asam Sulfat

No Bahan Kimia Kebutuhan (liter/jam)

1 H2SO4 (Asam sulfat) 17

2 Ca(OH)2 (Kapur) 90

3 PAC (Poly Aluminium clorida) 37

4 Ca(OCl)2 (Kaporit) 76

Areal Parameter Check Pengamatan

Air Sumur

Bau Tidak ada bau asing

Penampakan Jernih

P-Alkali 0

m-Alkali 120 mg/L

Turbinity 3,96 NTU

Jlh. Air Sumur yang dipakai

(56)

• Data air sumur setelah Penambahan Asam Sulfat (H2SO4)

Tabel 4.3 Kondisi Air Sumur Setelah Penambahan Asam Sulfat

4.2. Perhitungan

4.2.1. Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) 1. Volume tabung H2SO4 = 250 liter

Dengan asumsi bahwa H2SO4 larut sempurna dengan air, maka untuk menghitung berapa banyak H2SO4 yang terpakai dengan menggunakan rumus tertentu

18 kg H2SO4 larutan dalam 250 liter air Maka:

ρ = 18 kg = 0,072 kg/liter

Areal Parameter Check Pengamatan

Sand Filter

Bau Tidak ada bau

asing Penampakan Jernih

P-Alkali 0

m-Alkali 62 mg/L

pH 7,0

Turbinity 0,3 NTU

(57)

250 liter Volume larutan H2SO4

Volume awal tangki H2SO4 = 250 liter Volume akhir tangki H2SO4 = 233 liter

Maka volume larutan H2SO4 yang terpakai = 250-233 = 17 liter 2. Banyaknya serbuk H2SO4 yang terpakai tiap jam

V = volume awal – volume akhir = 250-233

= 17 liter

Untuk menghitung densitas

ρ1 = 18 kg ρ2 = x kg 250 liter 17 liter Maka ρ1 = ρ2

Jadi x = 1,224 kg/jam

4.3. Pembahasan

(58)

berbau dan tidak berwarna dan secara kesadaaan atau alkalinitas memiliki nilai 60-68mg/L.

Untuk mendapatkan air yang berkualitas baik PT. Coca Cola Amatil Indonesia melakukan pengolahan air dengan jalan menambahkan bahan-bahan kimia yang diperlakukan yaitu dengan penambahan H2SO4 (Asam Sulfat) yang digunakan adalah sebagai oksidator yang akan berfungsi untuk mengoksidasi ion ferro dalam air menjadi ferri

Reaksi : Fe2+ Fe3+ + e –

H2SO4 juga dapat menurunkan alkalinitas air karena adanya garam karbonat dan bikarbonat. Volume H2SO4 yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah 17 liter/jam, merupakan volume optimum untuk menurunkan alkalinitas air atu garam-garam ataupun senyawa yang larut dalam air. Jika kadar H2SO4 kurang saat pemurnian airnya hal ini akan menyebabkan nilai alkalinitas dalam air masih cukup tinggidan juga akan berpengaruh terhadap kekeruhan air. Sedangkan sebaliknya H2SO4 yang terlampau tinggi kadarnya saat pemurnian akan menyebabkan tingkat keasamam pada air tersebut.

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai hasil dari percoabaab tersebut yakni antara lain:

− Pengaruh penambahan asam sulfat terhadap alkalinitas adalah akan

menurunkan kadar kesadahan air tersebut sehingga mencapai nilai 65mg/L. Kadar kesadahan ini telah sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh badan pengawasan obat dan makanan.

− Pengaruh Penambahan asam sulfat (H2SO4) pada pengolahan air dalam

produksi yakni menurunkan alkalinitas pada air dan bersifat oksidator terhadap logam-logam yang terdapat dalam air.

− Stadarisasi air yang diperbolehkan untuk menjadi bahan baku produksi

pada PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) bila telah memenuhi ketentuan antara lain

Tabel 5.1 Standar Zat – Zat Terlarut dalam Air

Parameter Check Pengamatan

Bau Tidak ada bau asing

Penampakan Jernih

P-Alkali 0

m-Alkali 60-68 mg/L

pH 6,5-7,5

Turbinity <0,5 NTU

(60)

5.2. Saran

− Sebelum dilakukan pengecekan agar pada saat produksi berlangsung

air yang masuk tetap sesuai standart yang telah ditentukan.

− Bahan kimia yang digunakan selalu di pantau kemurniannya dan

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G. 1987. Metoda Penelitan Air. Surabaya : Usaha Nasional Astawan,Made. 2008. Pengantar ilmu pangan. Bandung : IPB Press Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius

http://en.www.wikipedia.org/wiki/pengaruh+alkalinitas+dalam tubuh September 2011

Gambar

Tabel 2.2 Batas Akalinitas air pada ketel dengen tekenan uap di PT. CCAI
Tabel 2.3. Konsentrasi Silika Pada Air Boiler
Tabel 2.4 Operasi dan proses satuan serta penerapannya dalam pemurnian air.
Tabel 2.5. Sifat fisika asam sulfat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Permendiknas 58 (2009) yang meliputi beberapa kemampuan diantaranya: 1) membaca gambar yang memiliki kata atau kalimat sederhana, 2) membaca buku cerita bergambar

Perjanjian jual beli pengaturannya terdapat pada Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang pengertiannya berada pada Pasal 1457 menentukan “Jual beli adalah suatu

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya pada sampel beton normal dan beton balok kolom pracetak menggunakan plat maka dapat disimpulkan

PENGARUH CITRA MEREK DAN GAYA HIDUP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE MEREK IPHONE (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Spesies ikan karang lain yang memiliki kelimpahan tinggi yaitu Cirrhilabrus cyanopleura yang masuk kedalam famili labridae dengan nilai kelimpahan 16.340 Ind/Ha, spesies ikan

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan personal hygiene karyawan pengolah makanan usaha jasa boga yang ditinjau dari: (a) kesehatan umum, (b) kebersihan

Perlu juga diinformasikan dengan keluarnya peraturan menteri dalam negeri nomor 17 tahun 2009 tentang pedoman organisasi dan tata kerja Sekretariat Dewan

Nah, yang ketiga memang … Saudara pelajarilah PMK Nomor 18 itu karena detail di situ disebutkan misalnya ya, Pemohon adalah lembaga negara yang menganggap kewenangan