• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI RESORT PUGUNG TAMPAK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (Studi Kasus di Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI RESORT PUGUNG TAMPAK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (Studi Kasus di Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN RESORT PUGUNG TAMPAK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh

RICCHARDO PANDAPOTAN SINAGA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI RESORT PUGUNG TAMPAK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

(Studi Kasus di Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)

Tutupan lahan pada kawasan Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) berubah dengan cepat dan sangat dinamis dimana hutan semakin berkurang luasnya. Aktivitas manusia seperti land clearing, illegal logging dan pertanian di dalam kawasan Resort Pugung Tampak memiliki porsi terbesar yang menyebabkan cepatnya perubahan tutupan lahan. Penginderaan jauh dan GIS digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi perubahan tutupan lahan yang terjadi sejak tahun 1973–2011 dan mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi pada setiap zona pengelolaan di Resort Pugung Tampak (TNBBS). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari−September 2012. Data citra satelit landsat tahun 1973, 1997, 2002 dan 2011 dikumpulkan dengan cara mengunduh langsung dari laman United States Geological Survey (USGS), kemudian dianalisis dengan mengunakan Erdas 9.1 dan Arc view 3.2. Selanjutnya pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan responden dan studi pustaka untuk menambah informasi yang didapat dari analisis citra. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, sebagian besar tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS mengalami perubahan. Pada periode tahun 1973−2011 perubahan tutupan lahan berupa hilangnya hutan lahan kering primer sebesar 8.737,9 ha (61,5%). Hutan lahan kering primer menjadi lahan terbuka merupakan perubahan tutupan lahan yang mengalami perubahan paling besar yaitu sebesar 4.116,5 ha (23,9%), sehingga lahan terbuka pada tahun 2011 menjadi sebesar 4.998,4 ha (29,2%), lahan hutan kering sekunder mengalami penurunan sebesar 389,9 ha (2,75%), pertanian lahan kering mengalami peningkatan luas yaitu menjadi 4.642,6 ha (32,7%) dan no data seluas 430,6 ha (3,0%).

Kata kunci: Perubahan tutupan lahan, klasifikasi citra, TNBBS.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Manfaat Penelitian... 2

D. Kerangka Pemikiran... 2

II.TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan... 5

B. Penutupan Lahan, Penggunaan Lahan, dan Perubahannya... 5

C. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan…………... 9

D. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan………. 10

E. Penginderaan Jauh (Remote Sensing)………. 12

F. Citra Landsat………. 14

G. Sistem Informasi……… 14

H. Geografi………. 15

I. Sistem Informasi Geografis (SIG)………. 15

J. Manfaat Sistem Informasi Geografis (SIG)……….. 16

K. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)……….. 17

(6)

M.Data Sistem Informasi Geografis (SIG) ……….. 19

III. METODE PENELITIAN... 23

A.Waktu dan Tempat Penelitian... 23

B.Alat dan Bahan... 24

C.Batasan Penelitian...…. 25

D.Jenis Data... 25

E. Cara Pengumpulan Data………. 26

F. Metode Analisis Data... 26

G.Analisis Perubahan Penutupan Lahan... 29

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 30

A.Letak dan Luas... 30

B.Aksessibilitas... 30

C.Topografi... 31

D.Geologi... 32

E. Tanah... 32

F. Iklim... 32

G.Hidrologi... 33

H.Ekosistem... 33

I. Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat………. 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

A.Hasil Analisis Citra………..…. 36

B.Pembahasan………... 50

C.Tutupan Lahan Resort Pugung Tampak Berdasarkan Zonasi………… 51

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 52

A.Kesimpulan... 52

B.Saran... 52

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan tropis selain sebagai paru−paru dunia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai perlindungan plasma nutfah, pengawetan keanekaragaman hayati dan penyuplai jasa lingkungan untuk mendukung kesejahteraan kehidupan manusia. Nilai ekonomi yang terkandung di dalam hutan mendorong manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam dan potensi yang terkandung di dalamnya.

Pemanfaatan dan konversi lahan untuk tujuan permukiman dan pertanian terus terjadi yang berdampak pada perubahan lansekap, kepunahan flora dan fauna dan dampak lingkungan lain sebagai turunannya. Untuk menyikapi hal tersebut negara menetapkan berbagai Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam (KSPA) untuk menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjaga spesies endemik dan beberapa spesies kunci yang terdapat di dalam kawasan hutan dari kepunahan.

(8)

dan perubahannya. Sistem Informasi Geografis (SIG) dan penginderaan jauh merupakan metode yang sesuai untuk kegiatan pemantauan tutupan lahan tersebut.

Penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk memberikan kontribusi informasi mengenai perubahan tutupan lahan di TNBBS, khususnya Resort Pugung Tampak. Data spasial dan data atribut disusun dalam suatu basis data tutupan lahan multi– waktu. Informasi tersebut diharapkan dapat membantu pihak pengelola TNBBS dan pemangku kepentingan terkait dalam usaha pengelolaan kawasan yang lebih baik.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perubahan tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS pada selang waktu 1973, 1997, 2002 dan 2011 dan menganalisis perubahan tutupan lahan pada setiap zona pengelolaan.

C. Manfaat Penelitian

(9)

D. Kerangka Pemikiran

Berikut bagan alir kerangka pikir penelitian ini (Gambar 1).

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.

Perubahan tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS menjadi salah satu permasalahan mengingat peran penutupan lahan di TNBBS sangat berpengaruh terhadap keberadaan flora maupun fauna. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pemantauan perubahan penutupan lahan dengan SIG dan Pengindraan Jauh untuk mengetahui besar perubahan penutupan lahan Resort Pugung Tampak TNBBS.

Penyajian data Analisis data Citra 1973

Klasifikasi

Citra 1997 Citra 2002 Citra 2011

Peta Tutupan Lahan 1973

Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi

Peta Tutupan Lahan 1973

Peta Tutupan Lahan 1973

Peta Tutupan Lahan 1973

Overlay

(10)

Pelaksanaan pemantauan perubahan penutupan lahan membutuhkan data spasial seperti citra landsat dan data atribut sebagai bahan mentah untuk analisis perubahan penutupan lahan, citra landsat yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan mengunakan Arc view 3.3 dan Erdas 9.1, hasil analisis citra kemudian disajikan dalam bentuk layout peta tutupan lahan dan tabulasi luasan perubahan tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) membentang dari ujung selatan Propinsi Lampung mengikuti punggung Pegunungan Bukit Barisan sampai Provinsi Bengkulu di sebelah utara. TNBBS merupakan perwakilan dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan yang terdiri dari tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan tropika sampai pegunungan di Sumatera. Secara geografis TNBBS terletak antara 4°33’− 5°57’ LS, 103°23’−104°43’ BT dan berada di Kabupaten Tanggamus, Kabupaten

Lampung Barat Provinsi Lampung dan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu (TNBBS, 2010).

B. Penutupan Lahan, Penggunaan Lahan, dan Perubahannya.

(12)

konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dikutip oleh Khalil, 2009). Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh. Terdapat tiga kelas data secara umum yang tercakup dalam penutupan lahan yaitu:

1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia;

2. Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang;

3. Tipe pembangunan.

Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan penginderaan jauh yang tepat. Sedangkan informasi tentang kegiatan manusia pada lahan (penggunaan lahan) tidak selalu dapat ditafsir secara langsung dari penutupan lahannya (Lillesand dan Kiefer, 1993).

Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda (Lillesand dan Kiefer, 1993). Deteksi perubahan mencakup penggunaan fotografi udara berurutan di atas wilayah tertentu dari fotografi tersebut peta penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat dipetakan dan dibandingkan (Lo, 1995).

(13)

1. Hutan

a. Hutan lahan kering primer

Seluruh kawasan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum menampakan bekas penebangan, termasuk hutan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut.

b. Hutan lahan kering sekunder

Seluruh kawasan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakan bekas penebangan.

c. Hutan tanaman

Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah ditanami, termasuk hutan tanaman untuk reboisasi.

d. Hutan rawa primer

Seluruh kawasan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang belum menampakan bekas penebangan.

e. Hutan rawa sekunder

Seluruh kawasan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang telah menampakan bekas penebangan.

f. Perkebunan

(14)

2. Pemukiman

Kawasan pemukiman, baik perkotaan, pedesaan, industri dan lain−lain yang memperlihatkan pola alur rapat.

3. Sawah

Semua aktivitas pertanian lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang. Kelas ini juga memasukkan sawah musiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi.

4. Lahan kering

a. Pertanian lahan kering

Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran dan ladang.

b. Pertanian lahan kering campur semak

Semua jenis pertanian kering yang berselang-seling dengan semak, belukar dan hutan bekas tebangan.

5. Rawa

Kawasan yang digolongkan sebagai lahan rawa yang sudah tidak berhutan. 6. Tubuh air

Semua daerah perairan, termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang, padang lamun dan lain−lain.

7. Belukar

a. Semak/belukar

(15)

rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan lagi bekas/bercak tebangan.

b. Belukar rawa

Kawasan bekas hutan rawa/mangrove yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan lagi bekas/bercak tebangan.

Identifikasi penutupan vegetasi maupun non vegetasi pada citra pengindraan jauh dapat dilakukan secara manual dan secara digital (menggunakan citra satelit). Klasifikasi penutupan didasarkan pada luas penutupan vegetasi dan non vegetasi yang dinyatakan dalam prosentase penutupan. Semakin luas penutupan lahan yang berupa vegetasi, semakin menghambat terjadinya limpasan permukaan. Sebaliknya semakin tipis atau hampir tidak ada penutupan vegetasi berarti semakin menunjang terjadinya limpasan permukaan, apalagi tanpa disertai dengan upaya konservasi seperti pembuatan terasering dan lain-lain (BPDAS Solo dan PUSPICS, 2002 dikutip oleh Harjadi, 2009).

B.Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

(16)

Anderson (1971) dalam Khalil (2009) menganggap bahwa pendekatan fungsional atau pendekatan berorientasi kegiatan akan lebih sesuai digunakan untuk citra satelit ruang angkasa, sebagai skema klasifikasi tujuan umum. Pendekatan ini merupakan sistem klasifikasi lahan yang umum digunakan di Amerika Serikat yang diperkenalkan oleh United States Geological Survey (USGS).

Sistem klasifikasi di atas disusun berdasarkan kriteria berikut: (1) tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85%, (2) ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama, (3) hasil yang dapat diulang harus dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke yang lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain, (4) sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas, (5) kategorisasi harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari penutupan lahannya, (6) sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data penginderaan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda, (7) kategori harus dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari citra skala besar atau survey lapangan, (8) pengelompokan kategori harus dapat dilakukan, (9) harus memungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan pada masa yang akan dating dan (10) lahan multiguna harus dapat dikenali bila mungkin (Lillesand dan Kiefer 1993).

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan

(17)

terhadap hutan, penyerobotan dan perladangan berpindah. Gangguan terhadap hutan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Gangguan yang disebabkan oleh alam meliputi kebakaran hutan akibat petir dan kemarau, letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan erosi akibat hujan deras yang lama. Sementara itu gangguan terhadap hutan yang disebabkan oleh manusia dapat berupa penebangan liar, penyerobotan lahan dan kebakaran.

Lillesand dan Kiefer (1993) menyatakan bahwa perubahan lahan terjadi karena manusia yang mengubah lahan pada waktu yang berbeda. Pola−pola perubahan lahan terjadi akibat responnya terhadap pasar, teknologi, pertumbuhan populasi, kebijakan pemerintah, degradasi lahan, dan faktor sosial ekonomi lainnya (Meffe dan Carrol, 1994 dalam Khalil, 2009).

Menurut Darmawan (2002), salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat sekitar kawasan. (Yatap, 2008) menyatakan faktor sosial ekonomi berpengaruh dominan terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) adalah kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, luas kepemilikan lahan, perluasan pemukiman dan perluasan lahan pertanian.

(18)

Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman ataupun lahan−lahan budidaya. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan.

D. Pengindraan Jauh (Remote Sensing)

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1993). Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data dan informasi tentang sumberdaya alam dan lingkungan (Lo,1995).

Prahasta (2005) menyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan metode pengambilan data spasial yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan penginderaan jauh memiliki keunggulan diantaranya:

1. Hasil yang didapat akan memiliki cakupan wilayah studi yang sangat bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang luas.

(19)

3. Periode pengukuran relatif singkat dan dapat diulang kembali dengan cepat dan konsisten.

4. Skala akurasi data spasial yang diperoleh dapat bervariasi dari yang keci hingga yang besar.

5. Kecenderungan dalam mendapatkan data yang paling baru. 6. Biaya survey keseluruhan terhitung relatif murah.

Teknik−teknik pengamatan dengan metode penginderaan jauh sangat bervariasi. Teknik−teknik ini pada umumnya masih dapat dibedakan melalui tipe wahana yang

digunakannya yaitu satelit, pesawat terbang, balon terbang, layang−layang. Unmanned aerial vehicles (UAV), Autonomous underwater vehicles (AUV) dan lainnya (Prahasta, 2008). Saat ini sistem satelit menjadi perhatian utama dikarenakan kemampuannya dalam mengatasi kendala dalam keterbatasan dan lamannya operasi dari sistem penginderaan jauh. Penggunaan pesawat luar angkasa yang mengorbit secara teratur mengelilingi bumi dari ketinggian beberapa ratus kilometer menghasilkan pengamatan bumi yang teratur dengan alat−alat penginderaan jauh yang sesuai (Lo, 1995).

Menurut Lillesand dan Kiefer (1993) terdapat dua proses utama dalam penginderaan jauh, yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen proses data dimaksud meliputi:

1. Sumber energi.

2. Perjalanan energi melalui atmosfer.

(20)

4. Sensor warna satelit dan atau pesawat terbang.

5. Hasil pembentukan data dalam bentuk pictorial atau data numerik.

E. Citra Landsat

Citra landsat merupakan satelit sumberdaya milik Amerika Serikat yang diluncurkan sejak tahun 1972. Jenis cita yang direkam landsat hingga saat ini adalah Landsat MSS dan Landsat TM/ETM+. Jenis citra Landsat yang sudah mengorbit saat ini adalah landsat generasi ke tujuh (Landsat 7). Landsat 7 menggunakan sensor ETM (Edvanced thematic Mapper Plus) yang diluncurkan pada bulan April 1999 yang pada setiap saluran/ kanal (band) mempunyai karakteristik dan kemampuan aplikasi atau penggunaan yang berbeda (Purwadhi, 2001).

F. Sistem Informasi

Sebuah sistem adalah suatu himpunan atau variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu serta mempunyai tujuan dan sasaran. Sistem adalah serangkaian metode, prosedur, atau teknik yang disatukan oleh interaksi yang teratur sehingga membentuk suatu kesatuan yang terpadu.

(21)

G. Geografi

Geografi berasal dari gabungan kata Geo dan Graphy. Geo berarti bumi sedangkan graphy berarti proses penulisan. Sehingga geografi berarti penulisan tentang bumi. Secara ringkas pengertian geografi mencakup hubungan manusia dengan tempat mereka berpijak dan menguasai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. salah satu alat dalam melukiskan keruangan adalah dalam bentuk informasi hubungan spasial yang dikenal sebagai peta .

H. Sistem Informasi Geografis (SIG)

(22)

mengumpulkan, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan semua bentuk data yang bereferensi geografis.

Menurut Prahasta (2005), subsistem−subsistem dari SIG adalah sebagai berikut: 1. Data input

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan data atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau mentransformasi format−format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan SIG.

2. Data output

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.

3. Data manajemen

Subsistem ini mengorganisasi baik data spasial maupun data atribut ke dalam sebuah data sedemikian rupa sehingga mudah untuk dipanggil, di update dan di edit.

4. Data manipulation dan analysis

Subsistem ini menentukan informasi−informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.

I. Manfaat Sistem Informasi Geografis (SIG)

(23)

yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan statistik. Dengan tersediannya komputer dengan kecepatan dan kapasitas ruangan besar maka data dengan cepat dan akurat akan dapat ditampilkan. SIG juga mengakomodasi dinamika data, serta pemutakhiran data akan menjadi lebih mudah. Dengan citra satelit yang beresolusi tinggi kita dapat melihat kondisi suatu lokasi dipermukaan bumi secara akurat. Kemudian hasil survey lapangan dapat langsung dimasukkan ke dalam database spasial yang telah ada sebelumnya untuk mengetahui lokasi rawan dan butuh segera ditangani.

J. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut:

1. Perangkat keras

Terdiri dari PC desktop, workstation, hingga multiuser host yang dapat digunakan secara bersamaan, hard disk dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. 2. Perangkat lunak

Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci.

3. Data dan informasi geografi

(24)

spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4. Manajemen

Suatu proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan dikerjakan oleh orang−orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan (Prahasta,

2005). Secara rinci SIG tersebut dapat beroperasi dengan membutuhkan komponen komponen sebagai berikut:

Gambar 2. Komponen dalam SIG. a. Orang

Orang adalah seseorang yang menjalankan sistem dalam proses mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG ini beragam, misalnya operator, analisis, programmer, database administrator.

b. Aplikasi

Aplikasi merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi, misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi, geometri dan sebagainya.

Orang Aplikasi

Hardware Data Software

(25)

c. Data

Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data grafis/spasial ini merupakan data dalam bentuk representasi fenomena permukaan bumi yang berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil interpresentasi data tersebut.

Sedangkan data atribut misalnya data catatan survey dan data statistik lainnya, kumpulan data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basis data, jadi dalam SIG juga dikenal adanya basis data yang disebut sebagai basis data spasial (spatial database).

K. Metode Basis Data

SIG menangani peta atau gambar, namun SIG lebih menekankan kepada database. Konsep database merupakan pusat dari SIG dan merupakan perbedaan utama antara SIG dan sistem dafting sederhana atau sistem pemetaan komputer yang hanya dapat memproduksi output grafik yang baik. Semua SIG kontemporer menggabungkan semua sistem manajemen database.

L. Data Sistem Informasi Geografis (SIG) 1. Data

(26)

2. Jenis Data SIG

Data yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis yang dikelompokkan menjadi 2 jenis data yaitu:

- Data spasial

Data mengenai tata ruang yang dinyatakan melalui obyek dan mempunyai kedudukan geometris serta serta berreferensi geografis seperti danau, jalan, sungai dan lain−lain. Data spasial disajikan dalam bentuk grafis seperti titik,

garis dan luasan, lalu grafis tersebut dimodelkan titik menjadi node, bagian/ segmen (arc), garis (line) dan luasan (Poligon) penyajian entity atau obyek dengan menggunakan model raster dan model vector.

- Data Raste.

Dalam model raster data disajikan dalam bentuk sel−sel berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama atau disebut sebagai Picture Element (pixel). Nilai dari data raster tergantung pada pixel, koordinat pixel dan intensitas warna.

Obyek diwakili oleh kolom (coloum) dan baris (row) dari sel yang digunakan. Titik diwakili oleh sederet sel, garis diwakili oleh sederet sel yang tersusun secara liniear. Polygon diwakili oleh sekelompok sel dengan nilai yang sama.

Keuntungan format raster adalah sebagai berikut; a. Struktur data sederhana.

b. Implementasi overlay lebih mudah dan efisien.

(27)

d. Mudah dilakukan simulasi karena setiap unit spasial mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.

e. Teknologinya lebih murah dan berkembang.

Kerugian format raster adalah sebagai berikut; a. Volume data grafis sangat besar.

b. Pemakaian ukuran pixel untuk mengurangi volume data dapat menyebabkan hilangnya informasi.

c. Hubungan jaringan sulit dibuat dan dibentuk.

d. Transformasi sistem proyeksi akan memakan waktu yang lama jika tidak mengguakan algoritma dan hardware khusus.

- Data Vektor

Dalam model vector data dinyatakan dalam bentuk titik, garis dan polygon. Data vektor dapat berasal dari hasil pengukuran dilapangan baik dengan menggunakan GPS maupun Teodolith, atau digitasi dari peta setiap titik dan garis mempunyai posisi geografis yang dinyatakan dalam koordinat Cartesius (X,Y).

Keuntungan format data vektor adalah sebagai berikut; a. Gambar struktur data sangat baik.

b. Proses encoding topologi lebih efisien dan operasi yang memerlukan informasi topologi lebih efisien.

(28)

Kerugian format data vektor;

a. Struktur data lebih kompleks kombinasi layer−layer melalui proses overlay lebih sulit dilakukan.

b. Simulasi sulit dilakukan karena setiap unit memiliki bentuk topologi yang berbeda.

c. Penyajian dan plotting lebih mahal terutama untuk kualitas yang tinggi seperti warna dan arsiran.

d. Teknologinya mahal terutama mengenai hardware dan software yang canggih. e. Tidak mungkin untuk melakukan analisis spasial dan filtering dalam polygon.

- Data atribut

(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari−September 2012. Resort Pugung Tampak memiliki luas

17.220,63 ha terletak di sebelah Barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu. Resort Pugung Tampak memiliki berbagai potensi flora dan fauna seperti jenis−jenis meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), cempaka (Michelia campaka), medang (Dehaasia sp), tenam (Shorea sp.). Secara umum telah teridentifikasi 90 jenis mamalia termasuk 7 jenis primata dan 322 jenis burung termasuk 9 jenis burung rangkong, 52 jenis herpetofauna (reptil dan amphibi) serta 51 jenis ikan hidup di kawasan TNBBS. Tercatat 6 jenis binatang mamalia terancam menurut Red Data Book IUCN masing-masing gajah asia (Elephas maximus sumatranus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruang madu (Helarctos malayanus), dan ajag (Cuon alpinus) (TNBBS, 2010).

(30)
[image:30.612.134.527.137.422.2]

57.089 ha dan pada tahun 2009 bertambah seluas 61.786 ha (TNBBS, 2010). Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu GPS (Global Positioning Sistem), kamera, alat tulis dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis termasuk software Arcview 3.3 dan Erdas Imagine 9.1.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data−data spasial penutupan lahan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan antara lain:

(31)

b. Peta dasar meliputi peta batas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan peta administrasi.

c. Data−data kependudukan sekitar wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

C.Batasan Penelitian

Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Wilayah penelitian merupakan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak.

2. Hasil penelitian ini dibatasi sampai tahap pengidentifikasian dan analisis perubahan penutupan lahan yang terjadi.

D. Jenis data

(32)

E. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Pengamatan langsung di lapangan.

Pengamatan langsung di lapangan adalah pengamatan secara langsung oleh peneliti untuk mengetahui keadaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan peneliti melakukan pengambilan titik secara langsung dilapangan.

2. Wawancara dengan responden.

Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap Kepala Desa Rataagung untuk memperoleh data mengenai sejarah perubahan penggunaan lahan.

3. Studi Pustaka.

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip teori−teori yang berasal dari buku dan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

4. Mendownload citra landsat dari laman www.glovis.usgs.com.

5. Pengamatan dengan menggunakan software arc view 3.3 dan Erdas 9.1.

F. Metode Analisis Data

(33)

classifcation), (5) accuracy assesement, (6) overlay hasil klasifikasi, (7) tabulasi data, (8) analisis deskriptif dan kuantitatif (Darmawan, 2002).

1. Pemulihan citra.

Sebelum melakukan analisis citra langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan koreksi terhadap citra tersebut. Koreksi citra perlu dilakukan terhadap data mentah satelit dengan maksud untuk menghilangkan kesalahan−kesalahan geometrik. Koreksi geometrik ditujukan untuk memperbaiki distorsi geometrik. sistem koordinat yang akan digunakan. Penyeragaman data−data ke dalam sistem koordinat dan proyeksi yang sama perlu dilakukan untuk mempermudah proses pengintegrasian data−data selama penelitian. Dalam penelitian ini proyeksi yang

digunakan adalah Universal Tranverse Mercator (UTM) dan sistem koordinat geografik yang menggunakan garis latitude (garis timur−barat) dan garis longitude (garis utara−selatan).

2. Penajaman citra (image enhancement).

Kegiatan ini dilakukan sebelum data citra digunakan dalam analisis visual, dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai terapan langkah ini banyak meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara visual dari citra. 3. Pemotongan citra (Subset image).

(34)

4. Klasifikasi citra (Image classifcation).

Klasifikasi dilakukan dua tahap, yaitu klasifikasi tak terbimbing (unsupervised classification) dan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Klasifikasi tak terbimbing dilakukan sebelum kegiatan cek lapangan (ground check). Pada metode ini, proses klasifikasi mengelompokkan piksel−piksel citra berdasarkan aspek statistik semata tanpa kelas−kelas yang didefinisikan sendiri (training area). Peta hasil klasifikasi ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalan kegiatan cek lapangan.

Klasifikasi terbimbing menggunakan training area berdasarkan titik-titik koordinat yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Training area merupakan identifikasi area−area tertentu di atas citra yang berisi tipe−tipe

penutupan lahan yang diinginkan. Kemudian karakteristik spektral milik area−area ini digunakan untuk membimbing program aplikasi dalam menandai setiap piksel ke dalam salah satu kelas yang tersedia. Oleh karena itu, beberapa parameter statistik multivariat seperti halnya rata−rata, standar deviasi dan matrik korelasi akan dihitung untuk setiap training areanya, sementara setiap pikselnya akan dievaluasi dan kemudian ditandai sebagai anggota suatu kelas yang paling memungkinkan (maximum likelihood).

Kelas tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 kelas yaitu: a) Hutan lahan kering primer yaitu seluruh kenampakan hutan dataran rendah,

(35)

b) Hutan lahan kering sekunder yaitu seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakan bekas penebangan kenampakan aluran dan bercak bekas tebang.

c) Pertanian lahan kering yaitu kenampakan semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran dan ladang.

d) Lahan terbuka yaitu seluruh kenampakan lahan bekas tebangan, pembukaan lahan dan kebakaran hutan.

e) No data dalam penelitian meliputi kenampakan awan, air dan bayangan awan.

Pengukuran accuracy assessment dilakukan menggunakan software Erdas imagine 9.1 dengan membandingkan interpretasi komputer dan pengecekan lapangan (ground truth). Pengecekan lapangan (ground truth) dilakukan untuk mendapatkan kebenaran adanya perubahan penutupan lahan di lapangan, melihat gejala−gejala yang memungkinkan meluasnya perubahan tutupan lahan dan pengambilan titik koordinat area contoh.

G. Analisis Perubahan Penutupan Lahan

(36)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Citra

[image:36.612.116.462.339.547.2]

Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Histogram luas tutupan lahan Resort Pugung Tampak.

Keterangan:

: Hutan Lahan Kering Primer : Hutan Lahan Kering Sekunder : Pertanian Lahan Kering : Lahan Terbuka

: No data 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

1973 1997 2002 2011

1 1 8 4 1 .8 1 3 9 8 1 .2 9 9 4 6 .9 5 2 4 3 .4 2 6 6 4 .8 8 2 ,6 4 4 3 .8 1 3 .2 4 9 9 8 .4 4 6 9 0 .2 2 2 7 4 .9 6 5 0 .8 3 0 4 8 .7 1 7 7 7 .9 1 8 3 1 .6 1 5 7 .9 1 2 9 4 .5 9 7 7 .6 2 9 4 8 .8

Jenis Tutupan Lahan

H

ekt

(37)
[image:37.612.113.461.182.257.2]

Hasil uji akurasi klasifikasi citra tersajikan dalam Tabel 1. Hasanah (2011) menyatakan bahwa hasil klasifikasi citra dengan nilai uji akurasi diatas 85% dapat digunakan dan tergolong baik.

Tabel 1. Uji akurasi klasifikasi citra (Overall classification accuracy)

No Tahun Nilai Akurasi (%)

1 1973 97,3

2 1997 96,0

3 2002 98,0

4 2011 98,0

(38)
[image:38.792.74.718.96.364.2]

Tabel 2. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS periode tahun 1973−1997.

Kelas tutupan lahan

Tahun 1997 Hutan lahan

kering primer (ha)

Hutan lahan kering sekunder

(ha)

Pertanian lahan kering

(ha)

Lahan terbuka

(ha)

No data

(ha)

Total (ha)

Hutan lahan kering primer (ha)

10.436,1 (60,6) 1.840,2 (10,7) 652,2 (3,8) 940,0 (5,5) 112,8 (0,7) 13.981,3 (81,2) Hutan lahan kering

sekunder (ha)

1.032,5 (6,0) 1.018,1 (5,9) 298,9 (1,7) 307,1 (1,8) 8,3 (0,0) 2.664,9 (15,5) Pertanian lahan kering

(ha)

9,9 (0,1) 28,0 (0,2) 6,2 (0,1) 3,6 (0,0) 0,0 (0,0) 47,6 (0,3) Lahan terbuka (ha) 33,2 (0,2) 33,2 (0,2) 7,5 (0,1) 8,6 (0,0) 0,1 (0,0) 82,6 (0,5) No data (ha) 330,2 (1,9) 29,3 (0,2) 12,4 (0,1) 35,3 (0,2) 36,7 (0,2) 443,8 (2,6) Total luas (ha) 11.841,8 (68,8) 2.948,8 (17,1) 977,1 (5,7) 1.294,5 (7,5) 157,9 (0,9) 17.220,2 (100) Perubahann tutupan

lahan (ha)

−2.139,5 (44,1) 283,9 (5,9) 929,5(19,1) 1.211,9 (25,0) −285,9 (5,9) 0,0

* : Persentase ditampilkan dalam kurung.

** : Angka pada kolom adalah luas jenis penutupan lahan diatasnya yang berasal dari jenis penutupan lahan disebelah kirinya.

T

ah

u

n

1973

(39)
[image:39.792.93.711.132.424.2]

Pada periode tahun 1997−2002 luas setiap perubahan tutupan lahan pada tahun 1997−2002 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS periode tahun 1997−2002. Tahun 2002

Kelas tutupan lahan Hutan lahan kering primer

(ha)

Hutan lahan kering sekunder

(ha)

Pertanian lahan kering

(ha)

Lahan terbuka (ha)

No data

(ha)

Total (ha)

Hutan lahan kering primer (ha)

8.252,7 (47,9) 1.098,3 (6.4) 403,6 (2.3) 1.677,4 (9.7) 414,3 (2,4) 11.846,3 (68,8) Hutan lahan kering

sekunder (ha)

1.321,3 (7.7) 520,8 (3.0) 432,8 (2.5) 553,6 (3,2) 120,3 (0,7) 2.948,8 (17,1) Pertanian lahan

kering (ha)

145,5 (0.8) 60,3 (0.4) 476,1 (2.8) 241,3 (1,4) 46,4 (0,3) 969,6 (5,6) Lahan terbuka (ha) 150,5 (0.9) 95,1 (0.6) 459,9 (2.7) 536,0 (3,1) 56,8 (0,3) 1.298,1 (7,5) No data (ha) 112,3 (0.6) 17,6 (0.1) 2,3 (0.0) 12,8 (0,1) 13,0 (0,1) 157,9 (0,9) Total luas (ha) 9982,3 (58,0) 1.792,1 (10,4) 1.774,6 (10.3) 3.021,1 (17,5) 650,8 (3,8) 17.220,8 (100) Perubahan tutupan

lahan (ha)

−1.864,0 (31,0) 1.156,7 (19,1) 805,0 (13,3) 1.723,0 (28,5) 492,8 (8.1)

* : Persentase ditampilkan dalam kurung.

** : Angka pada kolom adalah luas jenis penutupan lahan diatasnya yang berasal dari jenis penutupan lahan disebelah kirinya.

T

ah

u

n

1997

(40)

Pada periode tahun 1997−2002 perubahan tutupan lahan hutan lahan kering primer menjadi lahan terbuka merupakan perubahan tutupan lahan paling besar yaitu sebesar 1.677,4 ha (9,7%), sehingga lahan terbuka pada tahun 2002 bertambah luas menjadi 3,021,1 ha (17,5%). Pertanian lahan kering mengalami peningkatan luas tutupan lahan sebesar 805,0 ha(13,3%) dan No data juga mengalami peningkatan tutupan lahan sebesar 492,8 ha (8,2%).

(41)
[image:41.792.73.730.100.377.2]

Tabel 4. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS periode tahun 2002−2011.

Kelas tutupan lahan

Tahun 2011 Hutan lahan

kering primer (ha)

Hutan lahan kering sekunder

(ha)

Pertanian lahan kering

(ha)

Lahan terbuka

(ha)

No data

(ha)

Total

Hutan lahan kering primer (ha)

4.369,3 (25.4) 1.285,0 (7.5) 2.109,7 (12.3) 2.177,2 (12.64) 5,7 (0.0) 9.946,9 (57,7) Hutan lahan kering

sekunder (ha)

392,4 (2.3) 595,8 (3.5) 580,5 (3.4) 173,0 (1.0) 0,4 (0,0) 1.742,2 (10,1) Pertanian lahan

kering (ha)

85,7 (0,5) 230,4 (1.3) 925,6 (5.4) 599,0 (3.4) (0,0) 1.831,6 (10,6) Lahan terbuka (ha) 149,7 (0.9) 87,5 (0.5) 872,2 (5.1) 1934,1 (11.2) 5,1 (0.0) 3.048,7 (17,7)

No data (ha) 246,3 (1.4) 76,2 (0.4) 202,2 (1.2) 124,1 (0.7) 2,1 (0.0) 650,8 (3,8) Total luas (ha) 5.243,4 (30,4) 2.275,0 (13.2) 4.690,2 (27.2) 4.998,4 (29.0) 13,2 (0.1) 17.220,2 (100) Perubahan tutupan

lahan (ha)

−4.703,5(36,0) 532,8 (4,1) 2.858,6 (21,9) 1.949,7 (14,9) −3.035,6(23,2)

* : Persentase ditampilkan dalam kurung.

** : Angka pada kolom adalah luas jenis penutupan lahan diatasnya yang berasal dari jenis penutupan lahan disebelah kirinya.

T

ah

u

n

2002

(42)

Renstra TNBBS Tahun 2010 menyebutkan bahwa Resort Pugung Tampak TNBBS dikelola berdasarkan beberapa zona pengelolaan, zona pengelolaan tersebut disusun sesuai dengan kekayaan dan keanekaraganman hayati yang terdapat di dalamnya dan difungsikan untuk tujuan tertentu. Hasil analisis citra landsat menunjukan bahwa beberapa zona pengelolaan di wilayah penelitian telah mengalami degradasi, perubahan tutupan lahan yang terjadi pada beberapa zonasi tersebut menunjukan bahwa telah terjadi tekanan dan ganguan yang menyebabkan ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan fungsi zona tersebut.

(43)
[image:43.612.148.441.169.369.2]

lahan kering pada tahun 2011 yaitu seluas 3,5 ha. Perubahan tutupan lahan pada setiap zona pengelolaan disajikan dalam bentuk histogram:

Gambar 5. Histogram luas tutupan lahan di zona inti.

Gambar 6. Histogram luas tutupan lahan di zona rehabilitasi. 0 300 600 900 1200 1500 1800 2100 2400 2700 3000 3300

1973 1997 2002 2011

3 0 5 3 .7 6 8 .7 2 6 8 3 .8 7 5 .1 4 1 0 9 .8 2 6 .6 3 4 8 7 .2 8 2 8 8 7 .5 2 6 2 .6 1 9 .9 9 .3 3 0 2 .3 0 .4 5 8 4 .4 7 3 .8 7 4 9 .6 2 6 7 7 .9 9 8 .7 9 2 .9 5 3 9 .8

Jenis Tutupan Lahan

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000

1973 1997 2002 2011

5 2 0 3 .0 0 3 8 1 0 .6 2 1 4 5 .0 3 8 9 .5 2 5 7 .2 172 2 4 2 2 .3 2 4 6 .7 1 2 3 0 .5 2 5 3 0 .9 1 1 .9 9 0 9 .0 6 3 9 .6 1 2 1 3 .3 3 8 2 8 .5 6 1 .5 1 7 .2 9 .3 1 3 1 1 .8

Jenis Tutupan Lahan

[image:43.612.148.442.426.643.2]
(44)
[image:44.612.140.440.115.337.2]

Gambar 7. Histogram luas tutupan lahan di zona pemanfaatan.

Gambar 8. Histogram luas tutupan lahan di zona rimba. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

1973 1997 2002 2011

1 4 1 .9 4 6 .2 1 .0 5 1 3 6 .7 5 .0 0 0 8 4 .7 1 9 .3 1 1 .0 7 3 .9 0 2 .3 7 1 .4 2 3 1 .0 1 5 4 .2 3 .9 6 0 .3 6 0 4 2 .8

Jenis Tutupan Lahan

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000

1973 1997 2002 2011

5073 6 .8 1 0 3 8 .2 2 0 7 5 .1 2 0 9 4 .2 2 7 4 .9 2 6 .4 1 8 7 .9 1 8 9 .1 1 0 6 3 .8 4 6 9 2 .6 1 0 8 .2 3 4 .6 2 6 .2 9 1 7 .9 7 8 8 .7 3 4 7 .6 3 3 9 .5 4 4 0 9 .2

Jenis Tutupan Lahan

[image:44.612.127.429.425.646.2]
(45)
[image:45.612.131.434.127.642.2]

Gambar 9. Histogram luas tutupan lahan di zona khusus.

Gambar 10. Histogram luas tutupan lahan di zona religi. 0

20 40

1973 1997 2002 2011

2 3 .7 3 .5 4 .9 1 .6 2 2 .5 0 2 .9 2 .1 6 .1 2 1 .1 4 0 0 0 8 .9 0 5 .2 5 .3 2 2 .1 0 0

Jenis Tutupan Lahan

0 20 40

1973 1997 2002 2011

1 .4 0 0 0 0 0 3 .5 3 .7 0 1 .7 0 0 3 .7 0 0 0 0 0 0 0

Jenis Tutupan Lahan

[image:45.612.137.436.131.370.2]
(46)

Peta tutupan lahan Resort Pugung Tampak TNBBS Tahun 1973, 1997, 2002 dan 2011.

[image:46.792.87.707.108.476.2]
(47)
[image:47.792.91.710.84.477.2]

Gambar 12. Peta Tutupan Lahan Resort Pugung Tampak Tahun 1997. TUTUPAN LAHAN RESORT PUGUNG

TAMPAK TNBBS_1997

1:190501

Keterangan:

Hutan Lahan Kering Primer Hutan lahan kering Skunder Pertanian Lahan kering Lahan Terbuka

No data N

E W

S Skala:

Luas: 17220.175 Ha

Sumber: citra Landsat TM 5

Batas Administrasi Resort Pugung Tampak Balai Besar TNBBS

345000

345000

350000

350000

355000

355000

360000

360000

365000

365000

370000

370000

375000

375000

9440000 944000

9445000 944500

9450000 945000

9455000 945500

9460000 946000

(48)
[image:48.792.91.708.85.473.2]
(49)
[image:49.792.89.713.83.476.2]
(50)

B. Pembahasan

Penutupan lahan menggambarkan kontruksi vegetasi yang menutup permukaan tanah. Kontruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung melalui citra pengindraan jauh, (Burley, 1961 dalam Lo, 1995), sedangkan menurut Yusri (2011), penutupan lahan merupakan status lahan secara ekologi dan penampakan permukaan lahan secara fisik, yang dapat berubah karena adanya intervensi manusia, gangguan alam dan suksesi tumbuhan secara alami.

Penutupan lahan di kawasan Resort Pugung Tampak TNBBS seharusnya didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan primer karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang berfungsi sebagai areal konservasi sumberdaya alam hayati, akan tetapi karena adanya aktifitas masyarakat yang terjadi didalam kawasan menyebabkan tutupan lahan di kawasan Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mengalami perubahan luasan dan fungsi penggunaan lahan.

Aktifitas masyarakat di dalam kawasan Resort Pugung Tampak seperti land clearing untuk tujuan pertanian dan pemukiman di dalam kawasan mengakibatkan terjadinya perubahan tutupan lahan di Resort Pugung Tampak (TNBBS, 2010). Perambah tersebut bercocok tanam kopi secara aktif dan sebagian dari perambah tersebut menetap di dalam kawasan.

(51)

yang telah dilakukan pada tahun 2011 merupakan salah satu langkah pihak Balai TNBBS untuk menghentikan perambahan di Resort Pugung Tampak, akan tetapi sisa−sisa kebun kopi milik perambah masih mendominasi di dalam kawasan taman nasional.

C. Tutupan Lahan Resort Pugung Tampak Berdasarkan Zonasi

Taman Nasional Bukit Barisan terdiri dari beberapa zona pengelolaan, diantaranya zona inti, zona rehabilitasi, zona rimba, zona pemanfaatan, zona khusus dan zona religi (TNBBS, 2010). Setiap zona di Resort Pugung Tampak telah mengalami ganguan hal ini dapat dilihat pada Gambar 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 yang menyajikan data tutupan lahan pada setiap zona pengelolaan di Resort Pugung Tampak TNBBS.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, S. 1989. Geographic Information System: A Management Perspective. Ottawa. WDI Publications.

Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau. (Skripsi). Bogor. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Harjadi, B. 2009. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Surakarta. BP2TPDAS.

Hasanah, N. 2011. Perubahan Penutupan Lahan di Taman Nasional Kutai Provinsi Kalimantan Timur. (Skripsi). Bogor. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Khalil, B. 2009. Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. (Skripsi). Bogor. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Lillesand, T.M. dan F.W. Kiefer. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Alih bahasa. R. Dubahri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lo, C.P. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Universitas Press. Jakarta.

Prabowo, D.A., T. Nugroho, Palapa dan H. Ardiansyah. 2005. Modul Pengenalan GIS, GPS dan Remote Sensing. Jakarta: Dept. GIS, FWI.

Prahasta, E. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung. Informatika

Prahasta, E. 2008. Remote Sensing Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Bandung. Informatika

(53)

Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2010. Rencana Strategis Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Periode 2010-2014. Lampung. Departemen Kehutanan.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2010. Zonasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Periode 2010-2014. Lampung. Departemen Kehutanan.

Wijaya, CI. 2004. Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kabupaten Cianjur Menggunakan Sistem Informasi Geografis. (Skripsi). Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Yatap, H. 2008. Pengaruh Peubah Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan di Taman Nasional Gunung Halimun- Salak. (Tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.
Gambar 2. Komponen dalam SIG.
Gambar 3.  Peta Lokasi Penelitian di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Gambar 5. 13981.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti mengkaji tentang aspek yang mempengaruhi kinerja pelayanan perpustakaan, baik yang bersumber dari pribadi pustakawan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan di MI Miftahul Huda 01, Papungan, Kanigoro, Blitar menggunakan PAI yang terintegrasi dengan mata pelajaran

Disamping itu walaupun Pemerintah sebagai badan publik yang memiliki kekuasaan serta berkewajiban dalam menjaga keuangan negara dan ketertiban umum, Pemerintah

Pengetahuan mengenai teknik mengabah, Tidak cukup bagi seorang pengabah hanya membekali dirinya dengan pengetahuan tentang gerak abah, seperti bagaimana mengabah matra

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dengan menggunakan strategi pembelajaran Small Group Work pada pembelajaran Matematika

Dalam asuransi takâful yang berjalan adalah konsep atas dasar perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong ( akad takâfuli ) yang menjadikan semua peserta sebagai

Hal ini berasal dari jiwa apetitif yang tampak pada diri manusia, ketika jiwa apetitif dikendalikan oleh keutamaan kebijaksanaan dan dipergunakan sesuai dengan

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam