PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI
TUMBUHAN
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
(Skripsi)
Oleh
SEFTY GOESTIRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI
TUMBUHAN
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
SEFTY GOESTIRA
Hasil observasi di SMP N 1 Gedongtataan, diketahui bahwa Keterampilan Proses
Sains (KPS) dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok Klasifikasi
Tumbuhan belum optimal. Hal ini disebabkan antara lain proses pembelajaran
masih berpusat pada guru dan guru belum maksimal menggunakan media sebagai
alat bantu dalam pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan penelitian menggunakan media realia dengan metode diskusi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh media realia dengan metode diskusi
terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep oleh siswa.
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok
tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII D sebagai kelas
Sefty Goestira
iii
diperoleh dari nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-U melalui program SPSS 16. Data kualitatif berupa hasil
observasi keterampilan proses sains dan angket tanggapan siswa terhadap
penggunaan media realia dengan metode diskusi yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media realia dengan metode
diskusi dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, dengan rata-rata nilai
pretes sebesar 44,09, nilai postes sebesar 80,05 dan N-gain sebesar 65,13. Hasil keterampilan proses sains siswa rata-rata berkriteria baik. Pada aspek observasi
(89,78%), klasifikasi (79,57%), interpretasi (75,27%), komunikasi (76,88%), dan
kesimpulan (73,66%). Hasil angket menunjukkan bahwa sebagian besar (96,8%)
siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media realia dengan
metode diskusi. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media realia
dengan metode diskusi berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan proses
sains dan signifikan terhadap penguasaan konsep oleh siswa.
Kata kunci : media realia, metode diskusi, keterampilan proses sains, penguasan
PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI
TUMBUHAN
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013) )
Oleh
SEFTY GOESTIRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1991, dan
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak
Sofyan Saqo dengan Ibu Merawati. Penulis beralamat di Pekon
Negeri Ratu, Pugung Tampak Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir
Barat , Cp: 085768858442.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah TK Darmawanita Pesisir Utara
(1996-1997), SD Negeri 5 Pesisir Tengah (1997-2003), SMP Negeri 1 Pesisir
Tengah (2003-2006), SMA Negeri 1 Pesisir Tengah (2006-2009). Pada Agustus
2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui
jalur Ujian Masuk Lokal (UML).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi sebagai Eksakta
muda Himasakta (2009-2010), Adiv Sosial Masyarakat Himasakta (2010-2011),
dan Abid Danus FPPI (2010-2011). Penulis melaksanakan kegiatan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 2 Bandar Agung, Kecamatan Bandar
Sribhawono dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Dusun 14, Desa Bandar
Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur (2012), dan penelitian
pendidikan di SMP Negeri 1 Gedongtataan untuk meraih gelar sarjana
----
Moto
----
“
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.
”
(Q.S Al-Baqarah: 153)
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri.”
(Q.S Ar-
Ra’ad: 11
)
“
Jangan pernah berharap tanpa do’a dan usaha”
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat beriring salam selalu dicurahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Teriring doa, rasa syukur, dan segala kerendahan hati kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ayah (Sofyan Saqo) dan Ibu (Merawati)
Terimakasih telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menjaga dan menguatkanku, serta mendukung segala
langkahku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Uwan (Aria Suparni) dan Mande (Supla Puri (alm))
Terimakasih untuk segala cinta, kasih sayang, dan do’a yang kalian berikan untukku.
Adikku (Muhammad Noer Chikardo)
Terimakasih telah menjadikan do’a dan keceriannmu sebagai dukungan spiritual untukku.
Para Pendidikku (Guru-guru dan Dosen-dosen)
Terimakasih untuk ilmu, nasihat, dan bimbingan yang kalian berikan padaku sehingga aku dapat mempelajari banyak hal dan menjadi lebih baik.
Sahabat-sahabatku tercinta
Terimakasih untuk kebersamaan dan kekeluargaan, serta segala bentuk dukungan yang kalian berikan padaku selama ini dalam suka dan duka, semoga persahabatan
kita kelak akan abadi sepanjang masa.
xi
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini
berjudul “Penggunaan Media Realia dengan Metode Diskusi terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa pada Materi
Pokok Klasifikasi Tumbuhan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester
Genap SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini;
5. Rini Rita. T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
xii
6. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembahas yang telah memberikan
saran-saran dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;
7. Drs. Harun Al Rasyid, selaku Kepala SMP Negeri 1Gedongtataan, Lannaida,
A.Md., dan Muhammad Budi Setiawan, S.Pd., selaku guru mitra yang telah
memberikan izin dan bantuan serta motivasi selama penelitian;
8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII D dan VII F SMP Negeri 1
Gedongtataan atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
9. Orang tua, adik, dan keluarga besarku yang tak pernah berhenti mendukung
dan mendoakanku;
10.Para pendidikku (guru-guru dan dosen-dosen) atas ilmu, nasihat, dan motivasi;
11.Sahabat-sahabatku Pendidikan Biologi 2009, BBC tercinta, KKN-PPL Bandar
Agung 2012, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA ,serta
keluarga kecilku di Wisma Delima Agung yang tidak dapat kusebutkan
satu-persatu, karena kalian semua begitu istimewa untukku atas segala bentuk
dukungan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis
xiii
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data... 40
F. Teknik Analisis Data ... 42
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
xiv
LAMPIRAN... 63
1. Silabus ... 64
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 66
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 80
4. Kisi-kisi Pretes dan Postes ... 92
5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 99
6. Angket Tanggapan Siswa ... 102
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 25
2. Kriteria Penguasaan Konsep ... 31
3. Item Pernyataan Angket ... 41
4. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains... ... 43
5. Kriteria Indeks KPS Siswa.... ... 45
6. Skor Perjawaban Angket... ... 45
7. Data Angket Tanggapan siswa terhadap Penggunaan Media realia dengan Metode Diskusi ... 46
8. Kriteria Persentase Tanggapan siswa Terhadap Penggunaan Media Realia dengan Metode Diskusi ... 46
9. Keterampilan Proses Sains oleh Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 47
10. Hasil Penguasaan Konsep oleh Siswa ... 48
11. Hasil uji normalitas, dan uji U rata-rata N-gain indikator penguasaan konsep (C1, C2, dan C3) pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol... ... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10
2. Desain pretes-postes non-ekivalen. ... 33
3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi ... 51
4. Melakukan pengamatan ... 103
5. Membimbing pengamatan ... 104
6. Mempresentasikan hasil pengamatan ... 104
7. Menyimpulkan materi ... 105
8. Melakukan diskusi... 106
9. Memantau siswa berdiskusi ... 106
10.Mempresentasikan hasil diskusi... 107
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan
manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan
interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada
pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Depdiknas, 2003: 1).
Pada proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor utama untuk
menyampaikan pengetahuan, membimbing siswa untuk mendapatkan,
mengubah, dan mengembangkan keterampilan serta sikap. Oleh karena itu,
guru harus menciptakan situasi pembelajaran yang optimal sehingga tugas
mengajar dapat berjalan dengan efektif. Untuk mengembangkan iklim
belajar, sebaiknya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
meningkatkan dan mengembangkan keterampilannya. Jadi, tugas guru bukan
2
menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta
menemukan fakta dan konsep diri.
Biologi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Belajar biologi berarti
berupaya mengenali proses kehidupan dan mengenali diri sendiri sebagai
makhluk hidup yang mengkaji proses kehidupan makhluk dari yang terkecil
hingga yang terbesar. Biologi merupakan salah satu ilmu sains atau sering
disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA atau sains diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (BSNP, 2006: 271).
Melihat pentingnya biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan mutu
pembelajaran harus selalu diupayakan.
Salah satu upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah adalah
penggunaan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan standar isi yang telah ditetapkan. Selain itu, menyiasati agar proses
pembelajaran menjadi lebih aktif. Menurut (Hakim,2008: 54) pembelajaran
aktif adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya sehingga
penguasaan konsep siswa akan meningkat.
Dalam proses pembelajaran, Salah satu upaya peningkatan penguasaan
3
Keterampilan proses sains (KPS) adalah bagian dari life skills (kecakapan hidup) yang telah diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini
secara eksplisit telah dirumuskan pada latar belakang Standar Isi KTSP untuk
mata pelajaran IPA SMP/MTs (BSNP, 2006: 377) yang menegaskan bahwa
pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah, sehingga pada proses pembelajaran
siswa belajar aktif.
Kenyataan yang terjadi di sekolah, tampaknya belum banyak guru yang
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan
keterampilan proses sains dengan baik. Hal ini dapat terlihat pada saat proses
pembelajaran berlangsung, siswa kurang cermat dalam mengobservasi atau
mengidentifikasi suatu masalah, selain itu mereka juga masih kesulitan untuk
mengklasifikasi dan menginterpretasi data yang diberikan guru, akibatnya
kesimpulan yang mereka ambil pun menjadi kurang tepat. Hal tersebut sesuai
dengan hasil observasi peneliti di SMP Negeri 1 Gedongtataan. Hasil
observasi yang didapat membuktikan bahwa pembelajaran yang berlangsung
belum mendukung tercapainya hasil belajar berupa penguasaan konsep oleh
siswa. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang masih berpusat
pada guru. Selain itu juga penggunaan metode dan media yang bervariasi
4
jarang menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Padahal
salah satu kelemahan tanpa menggunakan media adalah kurang mewakili
keberadaan objek yang sesungguhnya karena hanya dapat membayangkan
saja. Siswa tidak terbiasa dihadapkan pada kegiatan pengamatan atau
penyelidikan untuk membuktikan konsep atau memperoleh pengetahuan.
Hasil wawancara dengan guru IPA SMP Negeri 1 Gedongtataan,
menyebutkan bahwa pembelajaran dengan metode diskusi sebenarnya sudah
pernah diterapkan dalam proses pembelajaran tetapi tidak dapat berjalan
dengan efektif. Para guru beranggapan bahwa siswa SMP Negeri 1
Gedongtataan tidak memiliki kemampuan akademik yang cukup untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
Oleh karena itu selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah,
merangkum, dan latihan soal. Metode-metode seperti ini diduga kurang
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan KPS yang dimilikinya. Kurang
optimalnya KPS siswa inilah yang diduga menyebabkan penguasaan konsep
belum sepenuhnya berhasil. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa
kelas VII semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok
klasifikasi makhluk hidup yaitu 46,5 dengan 22,8% yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Sementara KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 70.
Materi Klasifikasi Tumbuhan dipilih dalam penelitian ini, karena
penyampaiannya selama ini kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran,
5
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, Sehingga dapat memberdayakan
keterampilan proses sains.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan pembelajaran yang
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas sendiri.
Salah satunya adalah penggunaan media realia melaui metode diskusi dalam
kegiatan pembelajaran. Media realia adalah benda yang masih dalam keadaan
utuh, dapat dioperasikan, mungkin hidup (tumbuhan atau binatang), dalam
ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya (Uno,
2007: 117).
Media realia dianggap cocok karena dengan media realia akan memberikan
kesan pengalaman langsung pada diri siswa. Pengalaman langsung
merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitasnya.
Dengan pengalaman langsung akan melibatkan banyak indera seperti indera
penglihatan, pendengaran , perasaan, penciuman, dan peraba. Pembelajaran
semacam ini sangat bermanfaat sebab dengan mengalami secara langsung
kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari dan juga
kecenderungan terhadap hasil yang diperoleh siswa, siswa semakin konkret
sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi (Sanjaya, 2009: 200). Hal ini
juga diperkuat oleh hasil penelitian Ikawati (2010: 55) menunjukkan bahwa
penggunaan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Negri 01 Ngadiluwih Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar tahun
pelajaran 2009/2010. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Sutarya
6
terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa kelas
VIII SMPN 19 Bandar Lampung pada materi pembelajaran Struktur dan
Fungsi Jaringan Tumbuhan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penggunaan Media Realia dengan Metode Diskusi
Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa
pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan ”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi
terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada Materi Pokok
Klasifikasi Tumbuhan?
2. Apakah penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada
Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan?
3. Bagaimana tanggapan siswa mengenai penggunaan media realia dengan
metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap
peningkatan keterampilan proses sains siswa pada Materi Pokok
7
2. Pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap
peningkatan penguasaan konsep siswa pada Materi Pokok Klasifikasi
Tumbuhan.
3. Tanggapan siswa mengenai penggunaan media realia dengan metode
diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal yang
sangat berharga sebagai calon guru biologi yang profesional.
2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan KPS dan
penguasaan konsep siswa.
3. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai media realia dan
metode diskusi kelompok sehingga dapat dijadikan alternatif dalam
memilih dan menerapkan media dan metode pembelajaran yang tepat
untuk mengembangkan KPS dan penguasaan konsep siswa.
4. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu
pembelajaran biologi sehingga akan memperbaiki sistem pembelajaran
untuk masa yang akan datang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Media realia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tumbuhan dan
8
2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
diskusi.
3. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian mencakup lima
indikator yaitu: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3) interpretasi; (4)
komunikasi; dan (5) kesimpulan.
4. Penguasaan konsep yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan
nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada materi pokok Klasifikasi Tumbuhan.
5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan
tahun pelajaran 2012/2013. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F sebagai kelas
kontrol.
6. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok Klasifikasi Tumbuhan.
F. Kerangka Pikir
Keterampilan proses sains (KPS) sangat penting dimiliki oleh siswa karena
dengan keterampilan tersebut siswa terlatih untuk terampil dalam
memperoleh dan memproses informasi dalam pikirannya sesuai dengan
langkah-langkah metode ilmiah sehingga intelektual dan emosional siswa
dapat berkembang. KPS sangat penting dalam menunjang proses
perkembangan anak didik secara utuh karena dapat melibatkan segenap aspek
psikologis anak yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Anak didik
yang belajar dengan KPS tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga
9
bebas. Selain itu KPS juga dapat mengembangkan sikap ilmiah. Siswa perlu
mengembangkan keterampilan proses sains yang dimilikinya. Guru
memegang peranan penting dalam pengembangan keterampilan proses sains
siswa. Pengembangan keterampilan proses sains siswa dapat dilatih dengan
suatu kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu media dan
metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
KPS yang dimilikinya, salah satunya dengan menggunakan media realia dan
metode diskusi.
Salah satu pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung pada diri
siswa adalah digunakannya alat bantu dalam proses pembelajaran yaitu media
realia. Media realia kemungkinan cocok digunakan dalam uraian materi
pokok Klasifikasi Tumbuhan, dengan media realia pembelajaran akan
menjadi bermakna sehingga sulit untuk dilupakan karena siswa terlibat
langsung dalam pengamatan.
Proses pembelajaran tidak lepas dari metode pembelajaran, karena metode
pembelajaran merupakan cara dengan langkah-langkah yang khas untuk
mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
yang menggunakan media realia kemungkinan akan cocok apabila
dikolaborasikan dengan metode diskusi. Dengan metode diskusi siswa
dirangsang menjadi lebih aktif, sedangkan media realia dijadikan sebagai
objek dalam pengamatan.
Variabel dalam penelitian ini adalah 1 variabel bebas dan 2 variabel terikat.
10
sedangkan Keterampilan proses sains sebagai variabel terikat 1 dan
penguasaan konsep sebagai variabel terikat 2. Hubungan anatara variabel
bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada bagan dibawah ini.
Keterangan : X : Penggunaan media realia dengan metode diskusi Y1 : Keterampilan proses sains
Y2 : Penguasaan konsep
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat
G. Hipotesis
1. Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh dalam
meningkatkan KPS siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.
2. H0 = Penggunaan media realia dengan metode diskusi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh
siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.
H1 = Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada
Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan
media realia dengan metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi
Tumbuhan.
Y1 X
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Realia
Media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely (dalam Ashyar, 2012: 7-8),
memiliki cakupan yang sangat luas yaitu termasuk manusia, materi atau
kajian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencangkup
semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam
pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hardware), seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu. Dalam hal ini, pendidik juga bisa
termasuk salah satu bentuk media pembelajaran sehingga menjadi kajian
strategi penyampaian pembelajaran (Degeng dalam Ashyar, 2012: 8). Jadi
media pembelajaran tidak hanya berupa benda mati, tetapi juga benda hidup,
seperti manusia.
Sementara itu, menurut Andreson (dalam Sukiman, 2012: 28), media
pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan
langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para
siswa secara umum wajarlah bila peranan guru yang menggunakan media
12
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau
menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efesien dan efektif (Ashyar, 2012: 8).
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.
Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan (Djamarah dan Zain, 2010: 136). Sedangkan menurut Rohani
(2004: 3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi
sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.
Realia adalah benda yang masih berada dalam keadaan utuh, dapat
dioperasikan, mungkin hidup (tumbuhan atau binatang), dalam ukuran yang
sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya. Jadi media realia
adalah benda dalam wujud asli yang dapat digunakan sebagai bahan belajar
(Uno, 2007: 117).
Media realia yaitu dapat berupa spesimen meliputi makhluk hidup baik yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Adapun spesimen makhluk hidup
yang masih hidup dapat berupa :
1. Akuarium dengan ikan dan tumbuh-tumbuhan.
2. Terrarium dengan hewan darat dan tumbuhan.
3. Kebun binatang dengan segala binatang yang ada.
4. Kebun percobaan dengan berbagai tumbuh-tumbuhan.
13
Sedangkan spesimen makhluk yang sudah mati antara lain berupa :
1. Herbarium.
2. Diarama, yaitu pameran hewan dan tumbuhan yang telah dikeringkan
dengan kedudukasn seperti aslinya di alam dan sekitarnya.
3. Taksidemi, yaitu kulit hewan yang dibentuk kembali sesuai aslinya setelah
kulit dikeringkan dan isinya diganti dengan benda lain.
4. Awetan hewan dalam botol.
5. Awetan dalam cairan plastik (bioplatik), maksudnya makhluk yang sudah
mati disimpan dalam cairan plastik semula cair lalu membeku (Rohani,
2004: 18-19).
Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan media realia
ini yaitu:
a. Keuntungan
1) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk
mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi
nyata.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi
yang sesungguhnya dan melatih keterampilan mereka menggunakan
sebanyak mungkin alat indera.
b. Kelemahan
1) Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah
14
2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata
kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan
dalam menggunakanya.
3) Tidak selalu dapat memberikan gambaran dari objek yang sebenarnya,
seperti pembesaran, pemotongan dan gambar bagian demi bagian,
sehingga pengajar harus didukung pula dengan media lain (Ibrahim dan
Sujana, 2010: 119).
B. Metode Diskusi
Kata metode di dalam pendidikan digunakan untuk menunjukan serangkaian
kegiatan guru yang terarah yang menyebabkan siswa belajar. Metode dapat
pula dianggap sebagai cara atau prosedur yang keberhasilannya di dalam
belajar, atau sebagai alat yang menjadikan mengajar menjadi efektif. Para ahli
pendidikan mencoba menetapkan sifat-sifat metode mengajar yang baik,
dimana metode yang baik akan memiliki beberapa sifat yang dimaksud. Yang
pertama adalah harus teiti atau cermat dan sungguh-sungguh. Harus
didasarkan pada ketelitian yang bersifat ilmiah. Selain itu, metode yang baik
harus artistik, dimana guru dituntut harus memiliki rasa kesesuaian dan tidak
sesuai. Melalui metode yang dimilikinya guru dituntut menafsirkan dan
mengsintesakannya. Metode yang baik adalah bersifat pribadi, merupakan
sesuatu yang sudah disusun dan dikembangkan guru yang tidak hanya
sekedar kegiatan rutin guru (Wahab, 2009: 36-38).
Diskusi merupakan salah satu metode di dalam mengajar. Dilihat dari
15
Yunani dan Romawi dan terletak di dalam, dan tugas guru adalah seperti
bidan membantu lahirnya gagasan dari pikiran siswa. Pada jaman modern
diskusi telah dianggap sebagai salah satu ciri penting sebuah kelas yang
demokratis, yang didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana orang-orang
berbicara bersama untuk berbagi dan saling tukar informasi tentang sebuah
topik atau masalah atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah
berdasrkan bukti-bukti yang ada (Wahab, 2009: 100-101).
Beberapa orang bahkan beberapa ahli akan mempunyai definisi yang berbeda
tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan diskusi. Enggen (2012:
155-56) menjelaskan bahwa diskusi adalah strategi instruksional atau pengajaran
yang melibatkan siswa untuk berbagi ide tentang satu topik umum. Metode
diskusi melibatkan interaksi antar siswa. Metode Diskusi Kelompok
merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk
mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu
masalah (Suryosubroto, 2002: 179).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Djamarah dan Zain (2010: 87) menyatakan
bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran yang menghadapkan
siswa kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
16
Adapun tujuan dari penggunaan metode diskusi diantaranya adalah :
1. Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada
pendapat orang lain. Mungkin ada perbedaan segi pandangan, sehingga
memberikan jawaban yang berbeda. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan
pendapat itu logis dan mendekati kebenaran. Jadi siswa dilatih berpikir dan
memecahakan masalah sendiri.
2. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu
untuk melatih kehidupan yang demokratis. Dengan demikian siswa
melatih diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang
suatu masalah bersama.
3. Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi
dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama
(Roestiyah, 2008: 6-7)
Diskusi bukanlah debat yang mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara
bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan
metode diskusi dalam proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009: 154)
keberatan itu biasanya timbul dari asumsi:
1. Diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena
interaksi antar siswa muncul secara spontan sehingga hasil dan arah
diskusi sulit ditentukan.
2. Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu
17
tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal
ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan
persiapan yang matang kejadian itu bisa dihindari.
Sementara itu, menurut Enggen dan Kauchak (2012: 163) diskusi yang tidak
berhasil biasanya diakibatkan oleh:
1. Kurangnya pengetahuan awal siswa. Guru terkadang berusaha melibatkan
siswa di dalam diskusi di mana mereka tidak memiliki pengetahuan latar
belakang yang memadai. Jelas, siswa tidak bisa mendiskusikan satu topik
jika mereka tidak paham topik tersebut
2. Siswa yang terbuka atau agresif mungkin cendrung mendominasi diskusi
dan siswa-siswa yang pemalu atau tidak yakin dengan diri mereka sendiri
mungkin menarik diri dan tidak menaruh perhatian. Untuk mencegah
kemungkinan ini, kita perlu memonitor perkembangan diskusi dan
mengintervensi bila perlu.
3. Kurangnya arahan jelas juga bisa menjadi hambatan. Arahan yang
diberikkan harus jelas, spesifik dan terfokus.
Sebelum masuk ke dalam diskusi kelompok,guru harus mengetahui pasti
bahwa setiap siswa telah mengeahui tujuan yang ingin dicpai oleh
masing-masing kelompok. Di dalam diskusi kelompok guru perlu melakukan
pemantauan untuk mengetahui kesulitan masing-masing kelompok dalam
18
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, saat diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2009: 155) antara
lain:
1. Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan
gagasan dan ide-ide.
2. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan
3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal. Disamping itu, diskusi juga dapat melatih siswa untuk
mengargai pendapat orang lain.
Diskusi juga memiliki beberapa kekurangan sebagaimana dikemukakan oleh
Sanjaya (2009: 155) diantaranya:
1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang
siswa yang memiliki keterampilan berbicara
2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan
jadi kabur.
3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang direncanakan.
4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional
yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa
19
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2009: 156-157) antara
lain:
1. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses
pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai
pesrta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah:
pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa
yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber
masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi
kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada
moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima,
moderator menyimpulkan hasil diskusi.
2. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara tiga sampai lima
orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan
secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub
masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai
diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil
diskusinya.
3. Simposium
Simposium adalah sebuat metode mengajar dengan membahas suatu
20
Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada
siswa, setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah
yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan
hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari empat sampai lima orang
di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya.
Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan
hanya sekedar meninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.
Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan
metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa diminta untuk
merumuskan hasil pembahasan dalam siskusi.
Jenis apa pun diskusi yang digunakan menurut Bridges (dalam Sanjaya, 2009:
154-155), dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar:
1. Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya
2. Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain
3. Setiap siswa harus saling memberikan respons
4. Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang
dianggap penting
21
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar penggunaan metode diskusi
berhasil dengan efektif yaitu:
a. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya:
1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum
maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai harus dipahami oleh
setiap siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan
sebagai kontrol dalam pelaksanaan.
2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai
adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka
dapat digunakan diskusi panel sedangkan jika yang diutamakan adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan,
maka simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat.
3. Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari
isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi
dilingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran
yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya,
petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus,
22
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi
kelancaran diskusi.
2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai
dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim
belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling
menyudutkan, dan lain sebagainya.
4. Memeberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi
untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang
dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya
arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c. Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan
hasil diskusi.
2. Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya (Sanjaya, 2009:
23
C. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil
menemukan sesuatu yang baru (Semiawan dkk, dalam Nasution, 2007: 9-10).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 138), Keterampilan proses sains
adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik,
dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi.
Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih
lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan
keterampilan proses sains adalah cara memandang anak didik sebagai
manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar
mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan sikap, nilai, serta
keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil
dalam bentuk kreatifitas.
Keterampilan proses sains dapat dibedakan menjadi dua tingkatan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Funk dalam Dimyati dan Mudjiono
(2002: 140) menyebutkan keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua
tingkatan yaitu:
1. Keterampilan dasar ( Basic Skills) yang terdiri atas enam keterampilan yaitu mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksikan, mengukur,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan;
2. Keterampilan terintegrasi terdiri atas sepuluh keterampilan yaitu
24
bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan
dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis,
mengidentifikasikan variabel secara oprasional, merancang penelitian, dan
melaksanakan eksperimen.
Keterampilan proses sains siswa sangat penting kembangkan oleh guru dalam
proses pembelajaran, karena akan memudahkan siswa dalam menerima
pelajaran yang disampaikan oleh guru seperti yang dikutip dari Karso (dalam
Budiarti, 2009: 13) hal ini karena:
1. Siswa akan berperan aktif dalam kegiatan belajarnya.
2. Siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep dan
rumus-rumusnya.
3. Kemungkinan siswa mengembangkan sikap ilmiahnya dan merangsang
rasa ingin tahu.
4. Siswa akan mampu menghayati secara benar, karena dia sendiri yang
menemukan konsep dari hasil pekerjaannya.
5. Siswa akan merasa puas dengan temuannya sebagai salah satu faktor
menumbuhkan motivasi.
Ada 11 jenis keterampilan proses beserta indikator-indiatornya yang dapat
kita gunakan untuk mempermudah kita mempelajari keterampilan proses
sains dan mengembangkannya dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran biologi seperti yang dikutip dari Rustaman (2005: 86-87) yang
25
Tabel 1. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya
No. Proses Sains Keterangan
1 Mengamati/Observasi Menggunakan sebanyak mungkin indra
Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan 2 Mngelompokkan/Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
Mencari perbedaan,persamaan
Mengontraskan ciri-ciri
Membandingkan
Mencari dasar pengelompokan atau penggolongann
3 Menafsirkan/Interpretasi Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
Menyimpulkan
4 Meramalkan/Memprediksi Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
5 Mengajukan Pertanyaan Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
Bertanya untuk meminta penjelasan
Mengajukan pertanyaan yang berlatarkan hipotesis
6 Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
Menyadari bahwa ada lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah
7 Merencanakan
Percobaan/Penelitian
Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
Menentukan variable/factor penentu
Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat
Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja
8 Menggunakan Alat dan Bahan
Memakai alat/bahan
Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan
Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan 9 Menerapkan Konsep Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam
situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi 10 Berkomunikasi Mengubah bentuk penyajian
Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau table atau diagram
11 Melaksanakan
Percobaan/Eksperimentasi
Melaksanakan percobaan sesuai dengan rencana percobaan
Keterampilan proses menurut Semiawan (1986: 17) antara lain terdiri atas:
26
ruang dan waktu, menghitung, membuat hipotesa, merencanakan penelitian,
mengendalikan variabel, menginterpretasikan atau menafsirkan data,
menyusun kesimpulan sementara, mengaplikasikan, dan mengkomukasikan.
Pengembangan keterampilan proses sains siswa juga perlu dilakukan dalam
proses pembelajaran Biologi. Hal ini karena apabila siswa telah menguasai
indikator-indikator keterampilan proses sains tersebut, siswa akan lebih
mudah mempelajari Biologi dengan pengalamannya sendiri. Indikator
keterampilan proses sains yang dapat digunakan dalam pembelajaran Biologi
meliputi: keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi/
meramal, menyimpulkan, menyusun hipotesis, merancang prosedur dan
melaksanakan eksperimen untuk pengumpulan data, menyajikan hasil
eksperimen dalam bentuk tabel/grafik, dan mengkomunikasikan secara
tertulis maupun lisan (BSNP, 2006: vii).
Setiap peserta didik perlu memiliki keterampilan proses, baik dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut
Karso (dalam Budiarti, 2009: 14) alasan mengapa anak didik perlu memiliki
keterampilan proses, diantaranya:
1. Keterampilan proses suatu cara memecahkan masalah yang dihadapi
dalam berbagai segi kehidupan yang relevan.
2. Keterampilan ini mengembangkan cara anak didik untuk membentuk
konsep sendiri dan membantu belajar bagaimana mempelajari sesuatu.
3. Membantu anak didik untuk mengembangkan dirinya.
4. Membantu anak didik memahami konsep yang abstrak.
27
Kegiatan pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses memiliki
kelebihan dan kekurangan. Menurut Ertikanto (dalam Sugesti, 2008: 17)
kelebihan dan kekurangan dari proses belajar mengajar dengan menggunakan
keterampilan proses adalah sebagai berikut:
a. Kelebihannya adalah siswa dapat:
1. dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran,
2. mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep-konsep
pengetahuan,
3. mengembangkan sikap ilmiah dan merangsang rasa ingin tahu siswa,
4. mengurangi ketergantungan siswa terhadap orang lain dalam belajar,
5. menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa,
6. memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan
ilmiah sebagaimana yang biasa dilakukan para saintis.
b. Kekurangannya:
1. membutuhkan waktu yang ralatif lama untuk melakukannya,
2. jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa
memerlukan perhatian guru,
3. memerlukan perencanaan dengan sangat teliti,
4. tidak menjamin bahwa setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai
dengan tujuan pembelajaran,
5. sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama berlangsungnya
28
D. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa.
Menurut Dahar (1996: 79) konsep merupakan dasar bagi proses mental yang
lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.
Pendapat tentang konsep juga dikemukakan oleh Hamalik (2001: 161) bahwa
konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut)
umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang (person). Dahar (1996 : 95) berpendapat bahwa:
“ Untuk sebagian besar konsep-konsep, kita dapat mengembangkan suatu
hierarki dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperlihatkan bagaimana suatu konsep terkait pada konsep-konsep yang lain.”
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat Dahar apabila siswa telah
menguasai suatu konsep, maka besar kemungkinan siswa tersebut dapat
dengan mudah memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep
yang lain. Penguasaan konsep berkesinambungan antara konsep yang satu
dengan konsep yang lainnya.
Belajar pengetahuan meliputi tiga fase; eksplorasi, pengenalan konsep, dan
aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan
bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada
hubungannya dengan gejala. Dalan fase aplikasi konsep, siswa menggunakan
konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut (Dimyati, 2002: 14).
Pendapat Hamalik (2001: 164) tentang kegunaan konsep yaitu:
1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
29
3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih
luas, dan lebih maju.
4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda.
Slameto (2003: 141) juga berpendapat bahwa apabila sebuah konsep telah
dikuasai siswa, ada empat kemungkinan untuk menggunakannya yakni:
1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi
sekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain.
2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain.
3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah.
4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain.
Prinsip-prinsip untuk mempelajari konsep, seperti halnya mempelajari
informasi fakta, yang dilaksanakan siswa untuk memudahkannya dalam
mempelajari konsep-konsep. Penguasaan informasi adalah penting untuk
mempelajari konsep dan informasi tentang konsep serta penerapannya dapat
diperoleh melalui membaca dan mempelajari bahan-bahan tertulis (Slameto,
2003: 150).
Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan
yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa
yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan
berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto,
2001: 115).
Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar
30
tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (1) informasi non verbal, (2)
informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4)
pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau
dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan
peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal
atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan
membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.
Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.
Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di
dalam kreativitas (Slameto, 2001: 131).
Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk
aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman, atau
komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Purwanto,
2008: 43).
Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi. Menurut Thoha (2001: 1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan. Menurut Daryanto (2010: 11) bahwa tujuan utama melakukan
evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan isntruksional oleh siswa
sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Salah satu instrumen atau alat
31
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Daryanto, 2010: 35).
Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran
dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau
tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru
mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran.
Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan
mutu pembelajaran (Daryanto, 2010: 195-196).Melalui hasil tes tersebut
maka dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan konsep siswa.
Taraf penguasaan konsep dapat diketahui kriterianya dengan kriteria
penguasaan konsep sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Penguasaan Konsep
Interval Kriteria
80,1-100 Sangat Tinggi
60,1-80 Tinggi
40,1-60 Sedang
20,1-40 Rendah
0,0-20 Sangat Rendah
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 1
Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap
SMP Negeri 1 Gedongtataan Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas
sepuluh kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIID (sebagai kelas
eksperimen) dan kelas VIIF (sebagai kelas kontrol). Penentuan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007: 85).
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelas eksperimen (kelas VIID)
diberi perlakuan dengan metode diskusi dan media realia, sementara kelas
kontrol (kelas VIIF) diberi perlakuan dengan metode diskusi tanpa media
33
pada kedua subyek dibandingkan. Struktur desain penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Kelas Pretes Perlakuan Postes
I O1 X1 O2
II O1 X2 O2
Keterangan:
I = Kelas eksperimen (kelas VIID) II = Kelas kontrol (kelas VIIF)
X1 = Perlakuan dengan media realia dan metode diskusi X2 = Perlakuan dengan metode diskusi
O1 = Pretes O2 = Postes
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Sugiyono, 2007: 116).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya
penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan
menjadi subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang
34
e. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai yang harus dipahami oleh
setiap siswa.
f. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
g. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
h. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar
observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.
i. Membentuk kelompok diskusi yang bersifat heterogen pada kelas
eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester
ganjil. Setiap kelas terdiri dari 5 kelompok,yaitu 4 kelompok
beranggotakan 6 orang siswa dan 1 kelompok beranggotakan 7 orang
siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan penggunaan media
realia untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol tidak
menggunakan media realia. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali
pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan media realia dengan metode diskusi)
a. Kegiatan Awal
1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian
untuk materi pokok klasifikasi tumbuhan.
35
3) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan
penjelasan guru, yang memperlihatkan media yang berisi
beranekaragam tumbuhan.
(Pertemuan ke-1) :“ Tumbuhan yang ada di bumi ini sangat banyak dan beranekaragam. Apa yang membedakan tumbuhan
satu dengan lainnya? Apa yang harus kita lakukan agar mudah
mempelajari tumbuhan yang beranekaragam?”. Kingdom plantae
dibagi menjadi 3 divisio yaitu bryophyta, pterydophyta, dan
spermatophyta. Hari ini kita akan mempelajari bryophyta dan
pterydophyta.
(Pertemuan ke-2) : Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang tumbuhan lumut dan tumbuhan paku. Hari ini kita akan
belajar tumbuhan berbiji. “Apa ciri-ciri yang membedakan
tumbuhan paku dengan tumbuhan berbiji?”.Tumbuhan berbiji
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: angiospermae (tumbuhan
berbiji tertutup) dan gymnosperae (tumbuhan berbiji terbuka).
4) Siswa memperoleh motivasi dari guru,
(Pertemuan ke-1) :“Mempelajari materi ini akan membantu kita mengetahui keseragaman (kesamaan) dalam keanekaragaman
(bermacam-macam) tumbuhan, sehingga kita dapat lebih
mengenal semua tumbuhan yang ada di bumi. Mengenal
keanekaragaman tumbuhan akan mengingatkan kita untuk
36
keanekaragaman menjadi warisan berharga bagi generasi
mendatang”.
(Pertemuan ke-2): “mempelajari materi ini kita dapat menggolongkan tumbuhan ke dalam tumbuhan berbiji
angiospermae dan gymnospermae.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa duduk sesuai kelompok belajar yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya. Satu kelas terdiri dari 5 kelompok
heterogen yang dibentuk berdasarkan nilai akademik siswa
semester ganjil dan jenis kelamin, yaitu 4 kelompok
beranggotakan 6 orang siswa dan 1 kelompok beranggotakan 7
orang siswa
2) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS yang disertai media
realia, yang harus dikerjakan bersama.
3) Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi,
mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS serta
mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal dalam LKS
dengan menggunakan media realia dan buku yang telah
dibagikan.
4) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
5) Siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya didepan siswa
lainnya.
6) Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil diskusi LKS
37
7) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru
memberikan konfirmasi.
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari
dengan bimbingan guru.
2) Siswa diminta oleh guru untuk membaca materi pembelajaran
untuk pertemuan selanjutnya (Pertemuan ke-1)
3) Siswa mengerjakan tes akhir/postes (Pertemuan ke-2).
4) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Kelas Kontrol (Pembelajaran tanpa media realia dengan metode diskusi)
a. Kegiatan Awal
1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian
untuk materi pokok klasifikasi tumbuhan.
2) Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
3) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan
penjelasan guru, yang memperlihatkan media yang berisi
beranekaragam tumbuhan.
(Pertemuan ke-1) :“ Tumbuhan yang ada di bumi ini sangat banyak dan beranekaragam. Apa yang membedakan tumbuhan
satu dengan lainnya? Apa yang harus kita lakukan agar mudah
mempelajari tumbuhan yang beranekaragam?”. Kingdom plantae
38
spermatophyta. Hari ini kita akan mempelajari bryophyta dan
pterydophyta.
(Pertemuan ke-2) : Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang tumbuhan lumut dan tumbuhan paku. Hari ini kita akan
belajar tumbuhan berbiji. “Apa ciri-ciri yang membedakan
tumbuhan paku dengan tumbuhan berbiji?”.Tumbuhan berbiji
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: angiospermae (tumbuhan
berbiji tertutup) dan gymnosperae (tumbuhan berbiji terbuka).
4) Siswa memperoleh motivasi dari guru,
(Pertemuan ke-1) :“Mempelajari materi ini akan membantu kita mengetahui keseragaman (kesamaan) dalam keanekaragaman
(bermacam-macam) tumbuhan, sehingga kita dapat lebih
mengenal semua tumbuhan yang ada di bumi. Mengenal
keanekaragaman tumbuhan akan mengingatkan kita untuk
senantiasa menjaga dan melestarikan keberlangsungan
keanekaragaman menjadi warisan berharga bagi generasi
mendatang”.
(Pertemuan ke-2): “mempelajari materi ini kita dapat menggolongkan tumbuhan ke dalam tumbuhan berbiji
angiospermae dan gymnospermae.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa duduk sesuai kelompok belajar yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya. Satu kelas terdiri dari 5 kelompok
39
semester ganjil dan jenis kelamin, yaitu 4 kelompok
beranggotakan 6 orang siswa dan 1 kelompok beranggotakan 7
orang siswa
2) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS yang harus dikerjakan
bersama.
3) Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi,
mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS serta
mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal dalam LKS
dengan tidak menggunakan media realia dan buku yang telah
dibagikan.
4) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
5) Siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya didepan siswa
lainnya.
6) Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil diskusi LKS
yang telah dikerjakannya.
7) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru
memberikan konfirmasi.
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari
dengan bimbingan guru.
2) Siswa diminta oleh guru untuk membaca materi pembelajaran
untuk pertemuan selanjutnya (Pertemuan ke-1)
3) Siswa mengerjakan tes akhir/postes (Pertemuan ke-2).
40
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Data
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa penguasaan konsep oleh siswa pada materi
pokok Klasifikasi Tumbuhan yang diperoleh dari nilai pretesdan
postes. Kemudian dihitung N-Gain nya, lalu dianalisis secara statistic dengan menggunakan SPSS.16 .
b)Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data lembar observasi
keterampilan proses sains dan angket tanggapan siswa terhadap
penggunaan media realia.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
Data penguasaan konsep oleh siswa adalah berupa nilai pretes dan
postes. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pada pertemuan
pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai
postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap
kelas. Soal yang diberikan adalah 5 butir soal pilihan essay.
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS digunakan untuk mengetahui KPS oleh siswa di kedua kelas
41
yang disertai media realia, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS yang tidak disertai media realia.
c) Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa
Lembar observasi keterampilan proses sains oleh siswa berisi aspek
kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas.
Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara
memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang
telah ditentukan.
d)Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang pembelajaran menggunakan
media realia dan metode diskusiyang telah dilaksanakan. Angket ini
berisi delapan pernyataan, terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga
pernyataan negatif dengan dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak
setuju seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Item pernyataan pada angket
No. Pernyataan- Pernyataan S TS
1 Saya senang mempelajari materi pokok klasifikasi tumbuhan dengan media dan metode yang digunakan oleh guru.
2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui media dan metode yang digunakan oleh guru. 3 Saya merasa bosan dalam proses belajar mengajar dengan
media dan metode yang diberikan oleh guru.
4 Media dan metode yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.
5 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
6 Media dan metode yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan proses sains saya. 7 Saya merasa lebih sulit mengerjakan soal-soal di LKS
dengan media dan metode yang digunakan oleh guru. 8 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang
42
F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif
Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = x 100
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
Sedangkan N-gain, diperoleh dengan menggunakan rumus Hake (Loranz, 2008: 2), yaitu:
N-gain (%)=X-Y
Z-Y×100%
Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal.
Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U dengan program SPSS versi 16, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas.
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan bantuan program SPSS versi 16.
Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal
Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).