• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP

INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

Oleh Nila Oktasari

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar matematika siswa yang perlu ditingkatkan, yang ditunjukkan dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa hanya 40% dari 22 siswa. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat pada pembelajaran matematika melalui penerapan cooperative learning tipe group investigation

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata motivasi belajar 59,96, meningkat pada siklus II nilai rata-rata 70,42. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif pada siklus I nilai rata-rata 68,18, meningkat pada siklus II menjadi nilai rata-rata 83,64. Persentase ketuntasan hasil belajar afektif pada siklus I nilai rata-rata 61,17, meningkat pada siklus II nilai rata-rata 72,06. Persentase ketuntasan hasil belajar psikomotor pada siklus I nilai rata-rata 59,84, meningkat pada siklus II nilai rata-rata 70,53.

(2)

KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

Oleh

NILA OKTASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

(Skripsi)

Oleh

NILA OKTASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka pikir ... 32

3.1 Tahap-tahap dalam PTK ... 35

4.1 Grafik peningkatan kinerja guru siklus I dan siklus II ... 85

4.2 Grafik peningkatan motivasi balajar siswa secara klasikal siklus I dan siklus II ... 87

4.3 Grafik peningkatan hasil belajar kognitif siswa siklus I dan II ... 88

4.4 Grafik peningkatan hasil belajar afektif siswa siklus I dan II ... 89

(5)

v

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Model Cooperative Learning ... 9

4. Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation ... 16

(6)

vi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 56

5) Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus ... 82

(7)

vii

A.Kesimpulan ... 96

B.Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(8)

v

Lampiran Halaman

1. Surat Penelitian ... 103

2. Perangkat Pembelajaran ... 111

3. Kinerja Guru ... 137

4. Motivasi Belajar Siswa ... 146

5. Hasil Belajar Kognitif ... 153

6. Hasil Belajar Afektif ... 157

7. Hasil Belajar Psikomotor ... 164

(9)

v

3.7 Kriteria keaktifan kelas dalam satuan persen. ... 41

3.8 Kisi-kisi hasil belajar kognitif ... 41

3.9 Kisi-kisi hasil afektif siswa. ... 42

3.10 Katagori hasil belajar afektif siswa secara individu ... 43

3.11 Persentasi hasil belajar afektif siswa secara klasikal ... 43

3.12 Kisi-kisi hasil belajar psikomotor siswa ... 43

3.13 Katagori psikomotor siswa secara individu. ... 44

3.14 Persentasi hasil belajar psikomotor siswa secara klasikal... 45

4.1 Keadaan guru dan karyawan SDN 3 Metro Pusat ... 58

4.13 Rekapitulasi motivasi belajar siswa siklus I dan II ... 86

4.14 Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa siklus I dan II ... 87

4.15 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I dan II ... 88

(10)
(11)
(12)
(13)

“Allah SWT tidak akan memberikan cobaan

kepada umat-Nya melebihi

batas kemampuan manusia itu sendiri”

(QS. Al-Baqarah: 286)

Sukses itu bukan hanya sekadar usaha tapi kesuksesan itu adalah usaha

yang disertai doa”

(14)

i

Bismillahirohmanirohim..

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha pengasih, Maha Penyayang.

Alhamdulillahirobbil alamin, berhimpun syukur kepada Sang Maha Pencipta,

dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak Suardi (alm) dan Ibu Hj Nuraini

Orang tuaku tercinta yang telah membesarkan,mendidik, dan mencurahkan

kasih sayangnya serta memotivasi agar menjadi anak yang lebih baik dan

mendoakan untuk keberhasilan saya.

Andi Saputra dan Fairel Azraf Azzamy

Suamiku tercinta dan anakku tersayang yang selalu memberikan motivasi dan

menghadirkan keceriaan dan semangat di sela-sela kepenatan demi kelancaran

menyelesaikan skripsi ini.

Elda Wati, Eko Candra, dan Liza Ervina

Kakakku tersayang yang selalu memberikan motivasi untuk terus berjuang

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih

baik dan dapat menyelesaikan skripsi.

(15)

RIWAYAT HIDUP

(16)

i

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation pada

pembelajaran matematika untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat” sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Hasriadi Mat Akin, M.S, Rektor Universitas Lampung yang akan mengesahkan gelar sarjana kami, sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Muh. Fuad, M. Hum. Dekan FKIP Unila yang akan mengesahkan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

(17)

ii

5. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., Kordinator Kampus B FKIP UNILA yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi. 6. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd., Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan saran, nasihat, dan kritik serta bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan saran, nasihat, dan kritik serta bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Dra. Sulistiasih, M. Pd., Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan Kampus B FKIP UNILA, yang telah membantu dan memberi ilmu pengetahuan kepada peneliti hingga skripsi ini selesai.

(18)

iii

dan Adi, terima kasih yang telah memberikan senyum, motivasi serta bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

14. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2011 kelas A dan B yang selalu menghadirkan semangat dan kebersamaan tak terlupakan selama ini. 15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah

membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Namun, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan dunia pendidikan khususnya ke-SD-an.

Metro, 24 September 2015

Peneliti

Nila Oktasari

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pilar utama dalam pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan setiap manusia sebagai dasar guna membuka jendela pengetahuan agar dapat mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi yang dimiliki di dalam dirinya. Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern, maka persaingan dalam mencari kesejahteraan akan semakin terlihat. Saat ini pendidikan menjadi salah satu tuntutan wajib yang diterapkan di setiap negara.

(20)

Tujuan pendidikan salah satunya yaitu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru sebagai salah satu komponen penting sekolah harus memiliki kemampuan profesional yang memadai agar mampu mencapai tujuan pendidikan nasional. Guru tidak mungkin berarti apa-apa tanpa kehadiran siswa, karena objek utama adalah siswa. Pendidikan dasar memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.

Salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang pembelajaran diantaranya matematika. Pembelajaran matematika diberikan disetiap jenjang pendidikan, termasuk di sekolah dasar. Namun pada jenjang sekolah dasar, pelajaran matematika masih diberikan dalam bentuk yang dasar.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya pada mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja-sama. Kompetisi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

(21)

Pemilihan model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran matematika dapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Perlu diketahui bahwa sesuai atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran pada tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran. Selain itu kompetensi dasar yang diharapkan, tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 Juli 2015 dengan guru dan siswa kelas IV B di SD Negeri 03 Metro Pusat menunjukkan bahwa ternyata hasil belajar siswa kelas IV A pada mata pelajaran matematika masih rendah. Dari 20 siswa, hanya 8 siswa atau 40% yang sudah mencapai standar keberhasilan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 67, sedangkan sisanya 12 siswa atau 60% belum mencapai standar keberhasilan.

(22)

sebagai pelajaran yang sulit, sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmitif, memberikan konsep-konsep langsung pada siswa sehingga membuat siswa merasa bosan, kurang menarik, dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (5) rendahnya motivasi belajar siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah, dan (6) hasil belajar siswa tidak memuaskan.

Solusi untuk menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang cocok untuk melatih siswa berpikir tingkat tinggi, menumbuhkan berpikir mandiri, keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap terakhir, dan aplikasi metode pembelajaran ini membuat siswa senang dan menikmati proses belajarnya. Salah satu model yang mampu mengaktifkan dan dipandang dapat memfasilitasi siswa dalam pembelajaran adalah model cooperative learning tipe group investigation. Menurut Miftahul Huda (2011 ;124) menyatakan bahwa dalam group investigation siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari dan di investigasi. Pertama-tama siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberi tugas atau proyek yang berbeda.

(23)

Berkaitan dengan uraian di atas, untuk memperbaiki kualitas pembelajaran maka peneliti mengambil judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV B di SD Negeri 03 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Pada proses pembelajarannya guru masih terpaku pada buku pelajaran, guru hanya memberikan materi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

2. Guru masih mendominasi proses pembelajaran sebagai sumber utama (teacher centered), siswa kurang diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas karena siswa belum sepenuhnya diberi kepercayaan dalam berpikir mandiri.

3. Siswa belum terlihat aktif dalam mengikuti pelajaran.

4. Motivasi belajar matematika siswa kurang karena guru mendominasi proses pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi bosan dan beberapa siswa hanya diam tanpa berani bertanya.

(24)

6. Rendahnya persentase ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV B SD Negeri 03 Metro Pusat, yaitu dari 20 siswa dengan KKM 67, hanya 8 siswa atau 40% yang sudah mencapi standar keberhasilan, sedangkan sisanya 12 siswa atau 60% belum mencapai standar keberhasilan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa dikelas IV B SD Negeri 03 Metro Pusat?

2. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dikelas IV B SD Negeri 03 Metro Pusat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Meningkatnya motivasi belajar matematika siswa menggunakan model cooperative learning tipe group investigation dikelas IV B SD Negeri 03 Metro Pusat.

(25)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV B SDNegeri 03 Metro Pusat diharapkan memiliki beberapa manfaat, antara lain bagi:

1. Siswa

Dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar matematika siswa lebih bersemangat atau aktif dalam pembelajaran khususnya siswa kelas IV B SD Negeri 03 Metro Pusat melalui model cooperative learning tipe group investigation.

2. Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif di kelas IV B SD Negeri 03 Metro Pusat.

3. Sekolah

(26)

4. Peneliti

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran memiliki banyak variasi, salah satunya yaitu model cooperative learning. Menurut Rusman (2012: 202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang.

Sejalan dengan pendapat Rusman, Slavin dalam Isjoni (2007: 15) cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran di mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaborasi sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Komalasari (2010: 62) menjelaskan bahwa cooperative learning adalah suatu kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

(28)

mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, dan suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan mendapat penghargaan (reward) jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang disyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai kebergantungan positif.

2. Karakteristik Model Cooperative Learning

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning dikemukakan Slavin dalam Isjoni (2007: 21) yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Tiga konsep sentral tersebut adalah:

a. Penghargaan kelompok.

Model cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggungjawaban.

Keberhasilan kelompok bergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung-jawaban secara individu juga menjadikan secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

(29)

bahwa cooperative learning memiliki 3 karakteristik, yaitu: penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Dengan adanya karakteristik ini, dapat dibedakan model cooperative learning dengan model pembelajaran lainnya.

3. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Trianto (2010: 67) menyatakan terdapat enam tipe dalam model cooperative learning, yaitu:

a. Student Teams Achievement Division (STAD), merupakan salah satu tipe dari model cooperative learning dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap anggota 4-5 orang secara heterogen.

b. Jigsaw, merupakan tipe model cooperative learning yang terdiri dari kelompok pakar dan kelompok awal, di mana setiap kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian akademik dari semua bahan akademik yang diberikan guru.

c. Group Investigation (GI) merupakan tipe model cooperative learning yang paling kompleks dan menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok karena siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan siswa.

d. Number Head Together (NHT), merupakan tipe model cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

e. Team Games Tournament (TGT), model ini memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim siswa.

f. Think Pair Share (TPS) merupakan tipe model cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

(30)

exchange, 5) group resume.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa model cooperative learning memiliki beberapa tipe yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Tipe group investigation merupakan salah satu model alternatif yang dapat digunakan karena dapat meningkatkan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan keterampilan proses kelompok antarsesama anggota kelompok sehingga siswa lebih menguasai materi ajar.

B. Cooperative Learning Tipe Group Investigation

1. Pengertian Group Investigation

(31)

investigation merupakan salah satu tipe kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Sedangkan menurut Nurhadi, dkk. dalam Wena (2009: 196) mengungkapkan group investigation merupakan salah satu bentuk tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.

Tipe group investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowladge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group (Winaputra, 2008: 75). Penelitian ini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

(32)

Pembelajaran kooperatif tipe group investigation memiliki 6 karakteristik menurut Kurniajati (http://kurniajati.wordpress.com) yaitu: a. Tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan

keterampilan inkuiri.

b. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. c. Siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan

topik dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan).

d. Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

e. Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang diselidiki).

f. Guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah dengan peranan yang berbeda.

Menurut Killen dalam Abdurrahman (2013: 152) ada beberapa ciri esensial investigasi kelompok sebagai pendekatan pembelajaran adalah:

a. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru.

b. Kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.

c. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan siswa untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisis, dan mencapai beberapa kesimpulan.

d. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.

e. Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.

(33)

group investigation dengan kelompok lainnya.

3. Langkah-langkah Group Investigation

Sharan dalam Trianto (2010: 80) mengemukakan langkah-langkah model group investigation sebagai berikut.

1. Memilih topik.

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota, tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

2. Perencanaan cooperative.

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3. Implementasi.

Siswa menerapkan rencana yang telah siswa kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan keterampilan yang luas. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4. Analisis dan sintesis.

Siswa menganalisis dan membuat sintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas serta disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5. Persentasi hasil.

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelisihan dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan siswa dan memperoleh perspektif yang luas pada topik ini. Presentasi dikoordinasikan oleh guru. 6. Evaluasi

(34)

pembelajaran group investigation siswa bekerja melalui delapan langkah, yaitu:

1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang

harus dikerjakan.

3. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk membagi materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.

4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.

5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.

6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.

7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.

8. Evaluasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti mengacu pada pendapat Sharan dalam Trianto (2010: 80) langkah-langkah pada model cooperative learning tipe group investigation secara ringkas meliputi memilih topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan evaluasi.

4. Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation

(35)

rasa percaya diri siswa dapat lebih meningkat; dapat membantu siswa untuk merespon pendapat orang lain; dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar; belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis dengan teman sendiri maupun guru; dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik; dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata; memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif.

b. Kelemahan: Sulitnya memberikan penilaian secara personal apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya; mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang. Menurut Susanto (2013: 13) sebagai berikut.

a. Kelebihan:

1) Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. 2) Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

3) Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri.

4) Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

b. Kelemahan

1) Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.

2) Bagi siswa yang tidak dapat bekerja sama pasti akan sangat sulit untuk mengerjakan materi yang diberikan karena metode ini membutuhkan kerja sama oleh setiap anggota.

(36)

yang dimaksud dengan cooperative learning tipe group investigation pada penelitian ini adalah yang menekankan pada partisipasi siswa yang baik dalam berkomunikasi dan keterampilan proses kelompok antarsesama anggota kelompok. Dengan demikian siswa lebih menguasai materi ajar untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia dan melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri.

Adapun langkah dalam penerapan tipe group investigation peneliti cenderung memilih langkah-langkah menurut Trianto (2010: 80). Langkah-langkah group investigation adalah memilih topik, perencanaan cooperative, implementasi, analisis dan sintesis, persentasi hasil dan evaluasi.

C. Belajar

(37)

perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

Rusman (2012: 134) menyatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Menurut Komalasari (2010: 2), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Menurut Trianto (2010: 37) bahwa belajar merupakan suatu proses di mana seorang guru membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Pembelajaran konsep membuat siswa dapat memahami dan membedakan benda–benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam lingkungan sekitar.

(38)

didapatkan dari lingkungannya yang terjadi karena ada usaha dari diri setiap individu.

D. Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sadirman, 2009: 73).

Menurut Sardiman (2010: 73) motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hamalik (2011: 173) motivasi merupakan perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai.

Menurut Mulyasa (2013: 112) motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Siswa akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.

(39)

yang menjadi pencapaian tujuan tersebut.

1. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Faktor intrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Menurut Hanafiah (2010: 26) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong atau alat pembangunan kesediaan dan keinginan yang kuat dari siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Uno (2010: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

(40)

siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu kekuatan atau dorongan baik dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa yang dapat merubah perilaku siswa dalam belajar. Dengan adanya perubahan perilaku pada diri siswa ke arah yang lebih baik dapat dijadikan bahwa siswa memiliki motivasi belajar.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar. Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Hamalik (2009: 108) mengemukakan 3 fungsi yaitu: (a) mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, (b) motivasi berbagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan (c) motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.

Sedangkan menurut Hanafiah (2010: 26) ada 4 fungsi motivasi yaitu sebagai berikut.

a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar siswa.

b. Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar siswa.

c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan semangat terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

(41)

belajar akan menunjukkan hal yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa fungsi motivasi belajar yaitu, (a) mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, (b) motivasi berbagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (c) motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.

3. Indikator dan Alat Ukur Motivasi a. Indikator Motivasi

Indikator adalah tanda dari tercapainya sesuatu. Untuk mengukur motivasi belajar, diperlukan indikator motivasi belajar, sehingga motivasi dapat diukur. Menurut Uno (2007: 23) indikator motivasi belajar adalah:

1) adanya hasrat dan keinginan berhasil,

2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar,

5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Sejalan dengan pendapat di atas, kriteria atau indikator motivasi menurut Sadiman (2009: 34) adalah:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama. Tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). 3) Menunjukkan minat.

4) Lebih senang bekerja sendiri.

(42)

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Merdekawati (https://www.scribd.com) mengatakan indikator motivasi belajar adalah:

1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas,

2) siswa bersemangat dalam melakukan tugas-tugas belajar, 3) mencatat materi pelajaran,

4) langsung mengerjakan ketika tugas diberikan, 5) aktif dalam proses pembelajaran, dan

6) tidak mengeluh saat mengerjakan soal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menggunakan indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Merdekawati (https://www.scribd.com) yaitu: 1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas, 2) siswa bersemangat dalam melakukan tugas-tugas belajar, 3) mencatat materi pelajaran, 4) langsung mengerjakan ketika tugas diberikan, 5) aktif dalam proses pembelajaran, dan 6) tidak mengeluh saat mengerjakan soal.

b. Alat Ukur Motivasi

(43)

(3) observasi perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti mengukur motivasi belajar siswa menggunakan teknik observasi yaitu dengan cara mengamati perilaku siswa berdasarkan indikator motivasi belajar yaitu 1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas, 2) siswa bersemangat dalam melakukan tugas-tugas belajar, 3) mencatat materi pelajaran, 4) langsung mengerjakan ketika tugas diberikan, 5) aktif dalam proses pembelajaran, dan 6) tidak mengeluh saat mengerjakan soal.

E.Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa (Kosasih, 2007: 50).

(44)

individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

Selanjutnya, Bloom dalam Sudjana (2013: 22-23) menjelaskan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Penjabaran ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai berikut.

1. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, dan benda-benda yang dijumpai di rumah, di sekolah, dan tempat lainnya.

2. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, percaya diri dan santun.

a) Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

b) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

c) Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

d) Perduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan.

e) Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat dalam bertindak.

3. Ranah psikomotor yaitu menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, gerakan yang mencerminkan anak sehat dan tindakan yang mencerminkan anak yang beriman dan berakhlak mulia.

(45)

hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan perubahan perilaku secara keseluruhan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun indikator pada ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, pemahaman, penerapan, analis dan, sintesis. Indikator ranah afektif pada sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, santun dan peduli. Sedangkan, indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah: 1) mengumpulkan data berdasarkan investigasi, 2) menyimpulkan berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh siswa, 3) mengomunikasikan hasil diskusi dengan singkat dan jelas, dan 4) melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan baik.

F. Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar bukanlah hanya pelajaran yang menghimpun angka-angka tanpa makna. Dengan pembelajaran matematika, diharapkan siswa mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah sehari-hari.

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan.

(46)

deduktif. Menurut Adjie (2006: 34) matematika adalah bahasa sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal (internasional) dan sangat padat makna dan pengertian.

Suriasumantri dalam Adjie (2006: 34) menyatakan bahwa matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika. Selanjutnya, Hudoyo dalam Aisyah, dkk. (2007: 11) menyatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.

Sejalan dengan pendapat Suwangsih (2006: 3) bahwa matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian, pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran dalam struktur kognitif sehingga terbentuklah konsep-konsep matematika yang dimanipulasi melalui bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai universal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang tersusun dari konsep-konsep yang memiliki pola dan urutan. Pola dan urutan ini diwujudkan dalam bahasa matematika atau notasi matematika dan bersifat universal. Konsep-konsep matematika tersebut diperoleh melalui proses berpikir yang sistematis.

2. Pembelajaran Matematika di SD

(47)

adanya reinvention (penemuan kembali) secara informal dalam pembelajaran di kelas dan harus menampakkan adanya keterkaitan antar-konsep. Hal ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Kebermaknaan ini dapat terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka yang berupa konsep matematika. Selain itu, penanaman konsep mengenai tujuan ilmu matematika menjadi poin penting untuk membangun kebermaknaan. Menurut Ollerton (2010: 25) penguasaan konsep ini diawali dengan penggunaan situasi-situasi yang berada di luar atau dari kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian siswa mampu mengenali tujuan ilmu matematika di dalam dan di luar konteks kehidupan siswa.

Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD menurut Suwangsih (2006: 25–26) sebagai berikut.

a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Metode spiral ini melambangkan adanya keterkaitan antar- materi satu dengan yang lainnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk memahami topik berikutnya atau sebaliknya.

b. Pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap. Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yang dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih kompleks.

c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, sedangkan matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, karena sesuai tahap perkembangan siswa maka pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Konsep

(48)

bahwa dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar hendaknya merujuk pada pemberian pembelajaran yang bermakna melalui konstruksi konsep-konsep yang saling berkaitan hingga adanya reinvention (penemuan kembali). Penemuan ini bukan hal baru bagi individu yang telah mengetahui sebelumnya, namun bagi siswa penemuan tersebut merupakan sesuatu yang baru.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam skripsi ini.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Sulasti (2012) mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha dengan menerapkan model cooperative learning tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn siswa kelas IVB SDN 1 Sawan 2012/2013, membuktikan bahwa penerapan model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(49)

siswa pada pembelajaran tematik.

Mencermati dua penelitian di atas, terdapat hal yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu dalam hal penggunaan model pembelajaran. Dua hal tersebut sama, yaitu model cooperative learning tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dasar. Sedangkan perbedaannya yaitu penerapan model cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran tematik, tempat, alokasi waktu, dan subjek penelitian.

H. Kerangka Pikir

(50)

langkah yaitu 1) memilih topik, 2) perencanaan cooperative, 3) implementasi, 4) analisis dan sintesis, 5) persentasi hasil dan, 6) evaluasi. Hasil yang diharapkan melalui penerapan tipe group investigation dalam pembelajaran matematika adalah meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa yang mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Adapun indikator motivasi yaitu: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 2.1 Kerangka pikir Siswa belum aktif dalam

(51)

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas sebagai berikut “Apabila dalam pembelajaran

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom action research. Wardhani (2007: 13) mengemukakan PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Menurut Agung (2012: 63) PTK merupakan jenis penelitian untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas secara cermat dan sistematis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Selanjutnya Arikunto (2006: 58) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas melalui refleksi diri guna memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Prosedur Penelitian

(53)

kegiatan pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan dan peningkatan yang diharapkan tercapai (Wardhani, 2007: 24).

Berikut ini merupakan gambar alur siklus Penelitian Tindakan Kelas yang diadaptasi dari Wardhani (2007: 24).

Gambar 3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas

C. Setting Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Metro Pusat terletak di Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS III

Pengamatan

(54)

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015, dimulai dari bulan Juli 2015 sampai bulan November 2015. Kegiatan penelitian ini dimulai dari perencanaan sampai laporan hasil penelitian.

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti dan guru kelas IVB. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat dengan Jumlah 22 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Nontes (observasi)

Teknik nontes (observasi) digunakan untuk mengetahui kinerja guru, motivasi siswa, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor pada pembelajaran matematika melalui penerapan tipe group investigation. 2. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka). Melalui tes ini akan diketahui hasil belajar kognitif dalam pembelajaran matematika melalui penerapan tipe group investigation.

E. Alat Pengumpulan Data

(55)

Kinerja Guru (IPKG). Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas dan kinerja guru selama proses pembelajaran.

Tabel 3.1 Instrumen penilaian kinerja guru

No Aspek Yang Diamati Skor

I Pra Pembelajaran

1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 1 2 3 4 5

2. Memeriksa kesiapan siswa. 1 2 3 4 5

II Membuka Pelajaran

1. Melakukan apersepsi. 1 2 3 4 5

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan.

1 2 3 4 5

III Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penguasaan materi pembelajaran

1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran. 1 2 3 4 5

2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan.

1 2 3 4 5

3. Menyampaikan materi sesuai dengan hirarki belajar.

1 2 3 4 5

4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. 1 2 3 4 5

B. Penerapan model cooperative learning tipe group investigation

1. Memilih topik, siswa memilih subtopik khusus dalam suatu masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru.

1 2 3 4 5

2. Perencanaan cooperative siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran.

1 2 3 4 5

3. Implementasi, siswa menerapkan rencana yang telah siswa kembangkan.

1 2 3 4 5

4. Analisis dan Sintesis, siswa membuat sintesis dari informasi yang diperoleh.

1 2 3 4 5

5. Persentasi hasil, kelompok siswa

mempresentasikan hasil dengan cara yang menarik kepada kelas.

1 2 3 4 5

6. Evaluasi, siswa dan guru mengevaluasi tiap kotribusi kelompok terhadap kelas sebagai suatu keseluruhan.

1 2 3 4 5

C. Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar

1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media.

1 2 3 4 5

(56)

3. Menggunakan media secara efektif dan efisien. 1 2 3 4 5

4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media. 1 2 3 4 5

D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

1 2 3 4 5

2. Merespon positif partisipasi siswa. 1 2 3 4 5

3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa dan sumber belajar.

1 2 3 4 5

4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa.

1 2 3 4 5

IV Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa.

1 2 3 4 5

2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa. 1 2 3 4 5

3. Melaksanakan tindak lanjut. 1 2 3 4 5

Skor Nilai Mutu Indikator

1 Sangat Kurang Tidak dilaksanakan oleh guru dan guru sangat tidak menguasai.

2 Kurang Baik Dilaksanakan dengan kurang baik oleh guru dan guru terlihat kurang menguasai.

3 Cukup Baik

Dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru, guru melakukan sedikit kesalahan dan guru terlihat cukup menguasai.

4 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh guru dan guru terlihat menguasai.

5 Sangat Baik Dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru dan guru terlihat profesional.

(57)

Keterangan :

NK = Nilai kinerja yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap Sumber: (Purwanto, 2009: 112)

Tabel 3.3 Katagori keberhasilan kinerja guru

No. Skor Interval Nilai Katagori

1. 5 81 – 100 A (Sangat Baik)

2. 4 61 – 80 B (Baik)

3. 3 41-60 C (Cukup)

4. 2 21-40 D (Kurang)

5 1 0-20 E (Sangat Kurang)

Sumber: (Purwanto, 2009: 7.8) 2. Motivasi Belajar Siswa

Tabel 3.4 Rubrik penilaian motivasi belajar siswa

Skor Nilai Mutu Indikator

1 Kurang Aktif Tidak dilaksanakan oleh siswa

2 Cukup Aktif

Dilaksanakan oleh siswa, siswa melakukan dengan banyak kesalahan, dan siswa terlihat cukup aktif

3 Aktif

Dilaksanakan oleh siswa, siswa melakukan dengan sedikit kesalahan, dan siswa terlihat aktif.

4 Sangat Aktif

(58)

No Aspek Yang Diamati

Skor

1 2 3 4 5

1 Telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas.

2 Siswa bersemangat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

3 Mencatat materi pelajaran.

4 Langsung mengerjakan ketika tugas diberikan.

5 Aktif dalam proses pembelajaran.

6 Tidak mengeluh saat mengerjakan tugas..

Sumber: (Uno, 2010: 23)

Tabel 3.6 Kriteria penilaian

No. Skor Indikator

1. 5 Jika 5 indikator yang terlihat

2. 4 Jika 4 indikator yang terlihat

3. 3 Jika 3 indikator yang terlihat

4. 2 Jika 2 indikator yang terlihat

5. 1 Jika 1 indikator yang terlihat

a. Pemerolehan nilai individu motivasi belajar siswa

Keterangan:

N = Nilai yang dicari atau dikembangkan R = Skor yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Modifikasi dari Purwanto, 2009: 102)

b. Persentase motivasi siswa secara klasikal digunakan rumus:

(59)

Siswa aktif % Keterangan

(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41) 3. Hasil Belajar Kognitif Siswa

Melalui soal tes formatif dapat diketahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam mata pembelajaran matematika melalui penerapan model cooperative learning tipe group investigation.

(60)

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data afektif belajar siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kisi-kisi hasil belajar afektif siswa Kriteria Baik

A. Pemerolehan nilai afektif siswa secara individu

(61)

No. Skor Interval Nilai Katagori B. Pemerolehan nilai afektif siswa secara klasikal

Nilai hasil belajar afektif siswa

Jumlah siswa berkategori minimal “Baik”

X 100% Jumlah seluruh siswa

Sumber: (Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.11 Persentasi hasil belajar afektif siswa secara klasikal

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data psikomotor belajar siswa adalah sebagai berikut.

(62)

terampil terampil siswa terlihat

a. Menghitung hasil belajar psikomotor siswa secara individu NP =

Keterangan :

NP = Nilai psikomotor yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap (Purwanto, 2009: 112)

Tabel 3.13 Katagori psikomotor siswa secara individu

(63)

Jumlah siswa berkatagori minimal “Terampil”

X 100%

Jumlah seluruh siswa

Sumber: (Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.14 Persentase hasil belajar psikomotor siswa secara klasikal

No. Interval nilai Katagori

1. 76 – 100 Sangat Terampil

2. 51 – 75 Terampil

3. 26 – 50 C ukup Terampil

4. 01 – 25 Kurang Terampil

Sumber: (Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41) F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Kualitatif

(64)

N = x 100 Keterangan:

N = Nilai yang dicari R = Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum ideal 100 = Bilangan tetap

Sumber: (Purwanto, 2009: 102)

b. Nilai motivasi siswa diperoleh dengan rumus:

N = x 100 Keterangan:

N = Nilai yang dicari R = Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2009: 102)

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar kognitif siswa terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari. Nilai tes hasil belajar siswa diperoleh dari tes pada setiap siklus.

(65)

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

Sumber : (Adaptasi Purwanto, 2009: 112)

Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus

∑x N Keterangan :

Nilai rata-rata

∑x = Nilai

N = Jumlah siswa

Sumber: (Sudjana, 2010: 109)

b. Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

Ketuntasan klasikal =

X 100% Sumber: (Purwanto, 2009 : 102)

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Urutan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat adalah sebagai berikut.

(66)

a. Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dengan berpedoman pada permendiknas tahun 2003 tentang standar isi.

b. Berdiskusi dengan guru kelas mengenai materi pembelajaran matematika untuk menyesuikan perangkat pembelajaran.

c. Menganalisis SK dan KD materi pembelajaran yang kemudian dijadikan beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation. d. Menetapkan KD dan materi pelajaran yang akan disampaikan.

dengan KD “Menjelaskan bentuk dan nama bangun ruang”.

e. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes yang berpedoman pada permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses.

f. Menyediakan media pembelajaran, soal (LKS), lembar panduan observasi.

g. Menyusun alat evaluasi siklus I.

2. Pelaksanaan

(67)

a. Guru memberikan salam. b. Guru mengajak siswa berdoa.

c. Guru mengondisikan siswa agar siap belajar. d. Guru memeriksa kehadiran siswa.

e. Memberikan motivasi agar siswa memperhatikan pelajaran dan dapat berpartisipasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. f. Guru menyampaikan pokok bahasan yaitu “menjelaskan bentuk

dan nama bangun ruang”.

g. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. h. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan bangun ruang dalam

kehidupan sehari–hari misalnya menyebutkan bentuk meja, papan tulis, atau bentuk segi tiga dari kertas kartun.

Kegiatan Inti

a. Memilih topik, guru membagikan subtopik permasalahan yang sudah ditetapkan serta membentuk kelompok investigasi yang terdiri dari 4-6 orang setiap kelompok secara heterogen.

b. Perencanaan cooperative, guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah ditentukan.

(68)

mensintesis informasi yang diperoleh pada implementasi dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

e. Guru meminta masing-masing kelompok melakukan diskusi dan menganalisis pertanyaan yang berkaitan dengan materi bangun ruang dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan guru.

f. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan.

g. Persentasi hasil, setelah semua kelompok selesai menjawab, guru memanggil setiap kelompok untuk maju dan mempresentasikan hasil diskusinya.

h. Evaluasi, guru memperjelas jawaban siswa apabila terdapat kekeliruan.

i. Setelah selesai mengerjakan guru memberikan amanat dan pesan moral serta memberikan motivasi terkait pembelajaran yang berlangsung.

Kegiatan Akhir

(69)

dipelajari.

c. Menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup. 3. Observasi

Tahap pelaksanaan observasi dilaksanakan pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berisi tentang motivasi dan kinerja guru. Kemudian melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan apa saja yang terdapat pada proses pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe group investigation.

4. Refleksi

Pada tahap ini, tim peneliti kembali menganalisis keberhasilan dan kekurangan di dalam proses pembelajaran. Data-data yang diperoleh dari hasil refleksi digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan tindakan ke siklus berikutnya.

Siklus II

Pada siklus kedua dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan pokok bahasan bangun ruang.

1) Tahap Perencanaan

(70)

matematika untuk menyesuikan perangkat pembelajaran.

c) Menganalisis SK dan KD materi pembelajaran yang kemudian dijadikan beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation.

d) Menetapkan KD dan materi pelajaran yang akan disampaikan. dengan KD “Menghitung luas dan sudut berbagai bentuk bangun ruang”.

e) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes yang berpedoman pada permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses.

f) Menyediakan media pembelajaran, soal (LKS), lembar panduan observasi.

g) Menyusun alat evaluasi siklus II 2) Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari RPP siklus II yang telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran pada siklus II yang telah disusun dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation meliputi beberapa tahap antara lain:

(71)

b. Guru mengajak siswa berdoa.

c. Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.

d. Guru memeriksa kehadiran siswa. Memberikan motivasi agar siswa memperhatikan pelajaran dan dapat berpartisipasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran.

e. Guru menyampaikan pokok bahasan yaitu “menghitung luas dan sudut bangun ruang”.

f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. g. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan bangun ruang dalam

kehidupan sehari-hari misalnya bentuk meja, papan tulis, dan bentuk segitiga dari kertas kartun.

Kegiatan Inti

a. Memilih topik, guru membagikan subtopik permasalahan yang sudah ditetapkan serta membentuk kelompok investigasi yang terdiri dari 4-6 orang setiap kelompok secara heterogen.

b. Perencanaan cooperative, guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah ditentukan.

c. Implementasi, guru membimbing siswa dalam menalar untuk melakukan penyelidikan sesuai topik yang dibahas pada masing-masing kelompok.

(72)

dipresentasikan kepada seluruh kelas.

e. Guru meminta masing-masing kelompok melakukan diskusi dan menganalisis pertanyaan yang berkaitan dengan materi bangun ruang dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan guru.

f. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan.

g. Persentasi hasil, setelah semua kelompok selesai menjawab, guru memanggil setiap kelompok untuk maju di depan kelas dan mempresentasikan hasil diskusinya.

h. Evaluasi, guru memperjelas jawaban siswa apabila terdapat kekeliruan.

i. Setelah selesai mengerjakan guru memberikan amanat dan pesan moral serta memberikan motivasi terkait pembelajaran yang berlangsung.

Kegiatan Akhir

1. Guru mengapresiasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada hari ini.

2. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.

3. Menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

(73)

merefleksi berhasil atau tidaknya kegiatan yang dilakukan pada siklus II. Apabila tujuan penelitian pada siklus II sudah tercapai, maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

H. Indikator Keberhasilan

Penerapan model cooperative learning tipe group investigation dalam pembelajaran matematika pada penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Terdapat peningkatan motivasi belajar matematika siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat pada setiap siklusnya.

(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat.

1. Penggunaan model cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVB SDN 3 Metro Pusat dalam proses pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dapat dilihat pada peningkatan persentase motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 54,55% nilai rata-rata 59,94 dengan katagori

“Cukup Baik”. Pada siklus II sebesar 77,27% dengan nilai rata-rata 70,42

dengan katagori “Baik”. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

motivasi siswa siklus I ke siklus II sebesar 27,72%.

2. Penerapan model cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase klasikal yaitu:

(75)

Tinggi”. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kognitif siklus I ke siklus II sebesar 31,81%.

2) Persentase ketuntasan hasil belajar afektif siswa pada siklus I sebesar 45,45% dengan nilai rata-rata 61,17 dengan katagori “Cukup Baik”. Pada siklus II sebesar 81,82% dengan nilai rata-rata 72,06 dengan

katagori “Sangat Baik”. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

afektif siklus I ke siklus II sebesar 36,37%.

3) Persentase ketuntasan hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I sebesar 45,45% dengan nilai rata-rata 59,84 dengan katagori “Cukup

Terampil”. Pada siklus II sebesar 77,27% dengan nilai rata-rata 70,53

dengan katagori “Terampil”. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan psikomotor siklus I ke siklus II sebesar 31,82%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran matematika agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Beberapa saran ditujukan antara lain:

1. Bagi Siswa

Gambar

Tabel
Gambar 3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas
Tabel 3.1 Instrumen penilaian kinerja guru
Tabel 3.4 Rubrik penilaian motivasi belajar siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

c) Tingkat pendapatan lahan PHBM (hutan) adalah jumlah pemasukan yang diterima oleh responden dalam periode waktu satu tahun yang telah dikurangi dengan biaya-biaya

Setelah dilakukan recountouring area tersebut akan disebari tanah pucuk sehingga siap untuk dilakukan penanaman, dengan terlebih dahulu pada lapisan top soil diberi cover crop

Furthermore, women with low education level had 86% greater risk of (pre-)eclampsia (RRa=1.86, P=0.005), while middle education level had 72% greater risk of

Sebagai informasi dan bahan masukan ide serta gagasan pemikiran atau saran- saran bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan pelayanan jasa yang diharapkan dapat memberikan

Berdasarkan lampiran 15 menunjukkan bahwa sebagian besar sumber informasi yang didapatkan responden melalui tenaga kesehatan yang mempunyai sikap positif dalam

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG tahap I – tahap II yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI

[r]