• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU TERHADAP USAHA KECIL DAN MASYARAKAT DI WILAYAH KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU TERHADAP USAHA KECIL DAN MASYARAKAT DI WILAYAH KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DAMPAK KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU TERHADAP USAHA KECIL DAN MASYARAKAT DI WILAYAH KECAMATAN

PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

YOGI KRISTANTO

Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian, konsep yang utuh mulai penyediaan bahan baku sampai dengan produksi untuk mengolah hasil pertanian menjadi bentuk lain yang mempunyai nilai jual tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak adanya kawasan usaha agroindustri terpadu terhadap usaha kecil dan masyarakat yang meliputi aspek modal, omset penjualan dan pendapatan. Sampel dari penelitian ini adalah 250 pelaku usaha agroindustri yang berada di Kecamatan Pesisir Selatan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Wilcoxon Test, Sign Test dan Paired Sample T-Test. Data yang digunakan adalah data primer yang merupakan data yang diambil dari pelaku usaha agroindustri di kecamatan pesisir selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu. Pada aspek modal

mengalami peningkatan sebesar 16,19%, untuk aspek omset penjualan mengalami peningkatan sebesar 25,80% dan untuk aspek pendapatan mengalami peningkatan sebesar 41,59%. Hasil pengujian dengan menggunakan wilcoxon test didapatkan nilai Z hitung untuk variabel modal -6.957, omset penjualan -7.010 dan

pendapatan -7.116 (Z hitung < -1,96), pada uji sign test didapatkan nilai Asymp.Sig(2-tailed) pada variabel modal, omset penjualan dan pendapatan

sebesar (0,000<0,05) dan uji paired sample t-test didapatkan nilai t hitung variabel modal sebesar -12.413, variabel omset penjualan sebesar -16.482 dan variabel pendapatan sebesar -16.561 (t hitung < 1,977) yang menunjukan bahwa ada perbedaan rata-rata modal, omset penjualan dan pendapatan antara sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu.

(2)

ABSTRACT

THE IMPACT AREA OF INTEGRATED AGRO-INDUSTRY BUSINESS AGAINST SMALL BUSINESSES AND COMMUNITIES IN THE REGION

KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT

By

YOGI KISTANTO

Agro-industry is the main raw material industry of agricultural products, the Full concept began to supplying raw materials to production for the process

agricultural products to another form that have high selling value. The purpose of this study was to determine impact of the integrated agro-industry business area against small businesses and communities that include aspects of the capital, turnover and income. The sample of this study is 250 agro-industry businesses located in Kecamatan Pesisir Selatan. The method used in this study is Wilcoxon Test, Sign Test and Paired Sample T-Test. The data used is primary data are data that is taken from the agro-industry entrepreneurs in the Kecamatan Pesisir Selatan.

The results showed that there is a difference between value before and after the introduction of integrated agro-industry business area. In the aspect of capital has increased by 16.19%, for the aspects of turnover has increased by 25.80% and for the aspects of income has increased by 41.59%. The results of testing be obtained with the use Wilcoxon test value Z arithmetic for the capital variables -6957, turnover variables -7010 and income variables -7116 (Z arithmetic<1.96), the sign test value is obtained Asymp.Sig test (2-tailed) in the variable capital, turnover and income of (0.000 <0.05) and paired samples ttest is obtained the t value of -12 413 variable capital, the turnover variable amounted to -16 482 and variable income of -16 561 (t arithmetic <1.977), which indicates that there is a difference in the average capital, turnover and income between before and after the area integrated agro-industry businesses.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 22 November 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Suyono (alm) dan Ibu Suparmi Kasmiyati.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pembina Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Pahoman, Bandar Lampung tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 14 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 4 Bandar Lampung pada tahun 2010.

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Ibunda tercinta dengan kesempurnaan cinta dan kasih sayangnya yang mengantarkanku mencapai segala cita-cita serta ikhlasnya do’a hingga semua perjalanan hidup, cita, cinta, keinginan aku dapatkan sampai hari ini dan kelak untuk hari-hari selanjutnya.

2. Kakak-kakakku Suparti Setyorini dan Sukis Triyanti yang tanpa mereka sadari bahwa mereka adalah inspirasi terbesar dalam hidupku untuk terus mencapai segala cita dan kebahagiaan.

3. Persembahan secara khusus untuk ayahandaku tercinta yag tidak sempat melihat keberhasilanku saat ini, tapi di atas sana beliau tetap mendukung dan selalu mengharapkan yang terbaik dari anak-anaknya.

(9)

MOTO

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!”maka terjadilah ia”

(Surat Yassin ayat 82)

“Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.” (Mahatma Gandhi)

“Jangan takut untuk mengambil suatu langkah besar bila memang itu diperlukan. Kita takkan bisa meloncati sebuah jurang dengan dua lompatan kecil”

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan semua ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Kawasan Usaha Agroindustri Terpadu Terhadap Usaha Kecil

dan Masyarakat di Wilayah Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.EP., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Ibu Asih Murwati, S. E., M.E., sebagai Sekertaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(11)

5. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc., sebagai penguji utama atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan (Mas Kuswara, Ibu Mardiana, Mas feri, Ibu Yati, Pak Ikhman, Pakde, dll) serta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Pelaku usaha agroindustri di Kecamatan Pesisir Selatan atas kesediaannya membantu selama pengumpulan data skripsi ini.

9. Orang tuaku Tercinta, Ibu Suparmi Kasmiyati dan Kakak-Kakaku Suparti Setyorini dan Sukis Triyanti, atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan.

10.Sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan 2010. Hadi, Yanu, Sandi, Onal, Hasbi, Ega, Bolang, Rendi, Alex, Wowok, Denis, Yaser, Ade, Kevin, Aby, Brama, Andhyka dan Irfan. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua. 11.Sahabat-sahabat sepermainan Rizkha Ambarwini, Ryan Rangga, Indra,

Keken, Paul, Rama, Yanto dan Hendra untuk semua keceriaannya yang telah diberikan.

(12)

13.Teman satu bimbingan Yanu, Sandi, Levy, Angga, Gege dan Imaniar yang sudah memberikan semangat dan berjuang bersama – sama selama bimbingan. 14.Keluarga „KKN Kedondong‟ Pesawaran: Refdi, Gigih, Idealson, Aulia, Novia,

Mutiara dan Fadilla. Terimakasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya.

15.Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 12

C.Tujuan Penelitian ... 12

D.Kerangka Pemikiran ... 13

E.Hipotesis ... 14

F.Gambaran Umum Wilayah ... 14

1. Kabupaten Pesisir Barat ... 14

2. Kecamatan Pesisir Selatan ... 15

G.Sistematika Penulisan ... 17

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoritik ... 18

1.Teori Pembangunan Daerah ... 18

2.Teori Pengembangan Wilayah... 19

3.Definisi Agroindustri. ... 22

3.1.Konsep Agroindustri ... 24

3.2.Prinsip-Prinsip Agroindustri ... 25

3.3.Tujuan dan Sasaran Agroindustri ... 27

3.4.Proposisi Pengembangan Agroindustri ... 27

3.5.Model Pengembangan Agroindustri ... 29

(14)

3.7.Nilai Tambah Pada Sektor Agroindustri……….………... ... 32

3.8.Peran Agroindustri Bagi Perekonomian Wilayah ... 34

4. Definisi Kawasan Agroindustri ... 35

5. Definisi Dampak ... 35

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 42

C.Penarikan Sampel ... 44

7.Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Paired-Sample T Test) ... 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 51

1. Analisis Deskriptif ... 51

1.1.Deskriptif Aspek Modal ... 53

1.1.1.Tanggapan responden terhadap aspek modal ... 54

1.1.1.1. Akses terhadap sumber modal ... 54

1.1.1.2. Kemampuan masyarakat untuk mendapatkan atau menambah modal ... 55

1.1.1.3. Kemungkinan untuk meningkatkan jumlah modal ... 56

1.1.1.4. Modal yang dimiliki mampu untuk menambah fasilitas dan alat usaha ... 57

1.1.1.5. Penanaman modal dari setiap keuntungan yang diperoleh ... 58

(15)

1.2.Deskriptif Aspek Omzet Penjualan ... 60

1.2.1.Tanggapan responden terhadap aspek omzet penjualan 61 1.2.1.1.Kemampuan masyarakat memasarkan produknya ... 61

1.2.1.2.Akses terhadap pasar yang lebih luas ... 62

1.2.1.3.Peningkatan penjualan setiap bulan ... 63

1.2.1.4.Kemampuan menjangkau target pemasaran baru ... 64

1.2.1.5.Kemampuan untuk memvariasikan atau menciptakan produk baru ... 65

1.2.1.6.Matriks analisa mengenai aspek omzet penjualan ... 66

1.3.Deskriptif Aspek Pendapatan ... 67

1.3.1.Tanggapan responden terhadap aspek pendapatan ... 68

1.3.1.1. Perolehan keuntungan dibanding biaya yang telah dikeluarkan ... 68

1.3.1.2. Ketercapaian target keuntungan yang diharapkan ... 69

1.3.1.3. Kesinambungan tingkat penghasilan yang diperoleh ... 70

1.3.1.4. Kenaikan tingkat keuntungan setiap bulan nya… ... 71

1.3.1.5. Kemampuan untuk meningkatkan keuntungan ... 72

1.3.1.6. Matriks analisa mengenai aspek pendapatan .. 73

2. Hasil Analisis Deskriptif ... 74

8. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Paired-Sample T Test) ... 82

B.Pembahasan ... 84

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 86

B.Saran ... 87

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tenaga Kerja dan Nilai Output Sektor Pertanian dan Industri

Pengolahan di IndonesiaTahun 2002-2008 ... 2

2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kab. Pesisir Barat Tahun 2013 8 3. Jumlah Sektor Usaha Agroindustri ... 9

4. Arah Pengembangan Kawasan Usaha Agroindustri Terpadu ... 10 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Pesisir Selatan Per Pekon tahun 2013 ... 16 6. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Program Kemitraan Bagi

Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) Terhadap Pendapatan

Petani Budidaya Ulat Sutera Di Kabupaten Wonosobo” ... 38 7. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Program Anti Kemiskinan Dan

Peningkatan Pendapatan Petani (Studi Kasus Di Kelompok Tani

Karya Makmur Kabupaten Pacitan)” ... 39 8. Ringkasan Penelitian “Analisis Dampak Keberadaan Kawasan

Industri Di Desa Butuh Terhadap Peningkatan Aktivitas Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Mojosongo

Kabupaten Boyolali” ... 39 9. Uji Validitas Ringkasan Penelitian “Dampak Operasi Pasar

Modern Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional

Di Kota Pekalongan”... 40 10.Ringkasan Penelitian “Perbedaan Pendapatan Masyarakat Sebelum

Dan Sesudah Adanya Industri Kecil Rambak Di Desa Kauman

Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto” ... 40 11.Bobot Nilai Jawaban Responden ... 46 12.Skor Harapan ... 46 13.Akses terhadap sumber modal sebelum dan sesudah adanya

(17)

14.Kemampuan masyarakat untuk mendapatkan atau menambah modal sebelum dan sesudah adanya program kawasan

usaha agroindustri terpadu ... 55 15.Kemungkinan untuk meningkatkan jumlah modal sebelum

dan sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri terpadu ... 56 16.Modal yang di miliki mampu untuk menambah fasilitas dan

alat usaha sebelum dan sesudah adanya program kawasan

usaha agroindustri ... 57 17.Penanaman modal dari setiap keuntungan yang diperoleh sebelum

dan sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri ... 58 18.Matriks analisa mengenai aspek modal... 59 19.Kemampuan masyarakat dalam memasarkan produk sebelum

dan sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri ... 61 20.Akses terhadap pasar yang lebih luas sebelum dan sesudah

adanya program kawasan usaha agroindustri ... 62 21.Peningkatan penjualan setiap bulan sebelum dan sesudah

adanya program kawasan usaha agroindustri ... 63 22.Kemampuan menjangkau target pemasaran baru sebelum

dan sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri ... 64 23.Kemampuan dalam memvariasikan atau menciptakan

produk baru sebelum dan sesudah adanya program kawasan

usaha agroindustri ... 65 24.Matriks analisa mengenai aspek omzet penjualan ... 66 25.Perolehan keuntungan dibanding biaya yang telah dikeluarkan

sebelum dan sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri ... 68 26.Ketercapaian target keuntungan yang diharapkan sebelum

dan sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri ... 69 27.Kesinambungan tingkat penghasilan yang diperoleh sebelum

dan sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri ... 70 28.Kenaikan tingkat keuntungan setiap bulan sebelum dan sesudah

adanya program kawasan usaha agroindustri ... 71 29.Kemampuan untuk meningkatkan keuntungan sebelum dan

sesudah adanya program kawasan usaha agroindustri ... 72 30.Matriks analisa mengenai aspek pendapatan ... 73 31.Dampak kawasan usaha agroindustri terpadu dilihat dari tahap

(18)

34.Hasil Uji Normalitas Kuisioner ... 78

35.Hasil Uji Wilcoxon ... 79

36.Hasil Uji Sign Test ... 81

37.Hasil Uji Sign Test Statistik ... 82

(19)

i DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... L-1 2. Tanggapan Responden Mengenai Aspek Modal,

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pemikiran ... 13

2. Kegiatan Tambahan Petani Akibat Agroindustri ... 29

3. Jenis Kelamin Responden ... 51

4. Jumlah Usia Responden ... 52

5. Pendidikan Responden ... 52

6. Modal sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu ... 53

7. Omzet penjualan sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu ... 60

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat diukur dari pangsa sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pengentasan kemiskinan, perolehan devisa melalui ekspor non migas, penciptaan ketahanan pangan nasional dan penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan sektor lain. Selain itu, sektor pertanian juga berperan sebagai penyedia bahan baku dan pasar yang potensial bagi sektor industri.

Pada saat perekonomian nasional dilanda krisis, ternyata sektor pertanian terbukti mampu menjadi penyangga ekonomi nasional. Pengalaman krisis multidimensi tahun 1997-1998 memberikan pelajaran berharga betapa strategisnya sektor pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat bagi sistem perekonomian nasional. Sementara itu, sektor-sektor lainnya mengalami keterpurukan sebagai akibat krisis ekonomi tersebut, terutama industri yang banyak komponen impornya (foot loose industries).

(22)

2

Namun demikian, apabila dilihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada periode yang sama, ternyata sektor pertanian hanya mampu memberikan kontribusi sekitar 15% (persen).

Tabel 1. Tenaga Kerja dan Nilai Output Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan di IndonesiaTahun 2002-2008

Tahun

Tenaga Kerja (Juta Jiwa)

PDB (Milyar Rupiah) Nilai Output Sektor Pertanian

Pertanian Industri Pertanian Agroindustri Non Agroindustri Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Ket: Angka dalam kurung menunjukkan persentase. PDB dihitung atas dasar harga konstan tahun 2002. Industri yang dimaksud merupakan industri non migas.

(23)

3

Peran sektor industri terhadap perekonomian nasional menunjukkan gejala yang cukup menggembirakan. Sektor industri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agroindustri dan non agroindustri. Secara umum definisi agroindustri adalah industri yang bahan bakunya berasal dari hasil pertanian, transformasi struktur perekonomian dari dominasi sektor pertanian ke dominasi sektor industri

menghendaki adanya kaitan yang kuat antara sektor pertanian dan sektor industri. Melalui keterkaitan tersebut, diharapkan nilai tambah komoditas pertanian dan penyerapan tenaga kerja menjadi semakin meningkat (Sahrial, 2005).

Dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen akan produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usaha tani kepada industri pengolahan hasil pertanian (Agroindustry), untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, maka agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus penentu kegiatan subsektor usaha tani dan selanjutnya akan menentukan subsektor agribisnis hulu, paling sedikit ada lima alasan utama mengapa agroindustri penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional masa depan, yakni karena hal-hal berikut (Departemen Pertanian, 2007):

1. Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing (kompetitif), yang pada akhirnya akan memperkuat daya saing produk agribisnis.

(24)

4

3. Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and backward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya.

4. Memiliki basis bahan baku lokal yang dapat diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya.

5. Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional dari pertanian ke industri dengan agroindustri sebagai motor penggeraknya.

Pengembangan agroindustri dapat menjadi pilihan yang strategis dalam mengatasi permasalahan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di pedesaan, hal ini

disebabkan adanya kemampuan yang tinggi dari sektor agroindustri dalam hal perluasan kesempatan kerja. Pengembangan agroindustri yang berbasis pada masyarakat perdesaan merupakan sektor yang sesuai untuk menampung banyak tenaga kerja dan menjamin perluasan berusaha, sehingga akan efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, dengan demikian kebijakan pembangunan agroindustri diharapkan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di wilayah produksi pertanian dan mendorong penawaran hasil-hasil pertanian untuk kebutuhan agroindustri.

(25)

5

Strategi pembangunan wilayah yang pernah dilaksanakan untuk mengatasi berbagai permasalahan disparitas pembangunan wilayah, yaitu (Rustiadi, 2006): 1. Secara nasional dengan membentuk Kementerian Negara Percepatan

Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).

2. Percepatan pembangunan wilayah-wilayah unggulan dan potensial

berkembang, tetapi relatif tertinggal dengan menetapkan kawasan-kawasan seperti Kawasan Andalan (Kadal).

3. Program percepatan pembangunan yang bernuansa mendorong pembangunan kawasan perdesaan dan sentra produksi pertanian seperti Kawasan Sentra Produksi (KSP).

4. Program-program sektoral dengan pendekatan wilayah yaitu Pewilayah Komoditas Unggulan dan Pengembangan Sentra Industri Kecil.

(26)

6

Sesuai Pasal 63 Undang-Undang Nomor.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah mengamanatkan pada pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten atau Kota untuk meningkatkan kemandirian lokal melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki secara efisien dan optimal dalam rangka

membangun daya saing daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pembangunan dan pengembangan kompetensi inti dari masing-masing daerah, agar seluruh sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki masing-masing daerah difokuskan pada upaya untuk mengembangkan potensi daerah (sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan fasilitas yang ada) secara efektif dan efisien. Kebijakan pembangunan yang dicanangkan Departemen Perindustrian RI sebagaimana tercantum dalam arah kebijakan nasional industri yaitu, strategi pembangunan industri manufaktur ke depan, mengadaptasi pemikiran-pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, yaitu pengembangan industri melalui

pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang berkelanjutan (Pemda Kab. Lampung Barat, 2009).

(27)

7

yang sangat minimum atau bahkan tidak sama sekali. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan modal ditambah keyakinan yang berlaku dikalangan masyarakat bahwa usaha tani ini tidak memerlukan pemupukan dan dampak nya adalah rendahnya produktifitas perkebunan kelapa rakyat.

Berbagai macam kegiatan dilaksanakan oleh pelaku usaha untuk dapat

meningkatkan omzet penjualan. Kegiatan promosi merupakan salah satu upaya pelaku usaha ini untuk lebih menstabilkan atau meningkatkan pendapatan, dengan jalan mempengaruhi konsumen baik secara langsung (melalui penjualan langsung) maupun tidak langsung (melalui periklanan, promosi penjualan, dan publisitas), dalam menerapkan kegiatan promosi pelaku usaha harus mengatur alokasi biaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan promosi. Pelaku usaha juga harus mempertimbangkan saluran distribusi yang digunakan dalam melakukan

pemasaran produk. Dengan menetapkan biaya promosi dan distribusi yang efektif diharapkan akan memberikan hasil yang baik bagi pelaku usaha. Selain itu, penetapan biaya yang terkendali diharapkan perusahaan tidak akan mengalami kerugian dan mampu mendorong peningkatan volume penjualan secara maksimal. Peningkatan volume penjualan akan berdampak pada bertambahnya omzet

penjualan yang diterima oleh pelaku usaha tersebut.

(28)

8

pelaku usaha tidak memiliki modal untuk memelihara kebun secara intensif, apalagi menggarap lahan perkebunan secara optimal maupun mengolah hasil.

Produk kelapa yang dihasilkan masyarakat baru berbentuk kelapa butir dan kopra, dengan demikian nilai tambah komoditas sangat rendah. Variasi produk kelapa yang belum dikembangkan ini disebabkan belum tumbuhnya budaya diversifikasi produk olahan kelapa di kalangan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari

rendahnya pengetahuan tentang produk turunan kelapa dalam, disamping teknologi pengolahan yang juga belum dikenal di kalangan masyarakat. Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kab. Pesisir Barat Tahun

2013

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Pesisir Barat 2013

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui luas areal lahan untuk kelapa dalam sangat luas dan produksi kelapa sangat besar dihasilkan, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat berusaha mendirikan kawasan usaha

agroindustri terpadu agar produk yang di hasilkan dari kelapa dalam mempunyai nilai jual tinggi sehingga akan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan kawasan usaha agroindustri terpadu di Kabupaten Pesisir Barat merupakan perpaduan perencanaan antara Pemerintah melalui Depperin dan Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat yang didukung oleh Badan Pengkajian dan

No Jenis Komoditi Luas Areal/Ha Produksi/Ton

1 Kopi 6.973.3 4.470.5

2 Lada 3.913.5 1.873.5

3 Kakao 1.330.5 1.001.8

4 Karet 1.558.0 24.5

5 Kelapa Dalam 7.014.8 7.205.6

6 Kelapa Sawit 6.443.5 58.680.5

(29)

9

Penerapan Teknologi (BPPT). Wujud kerjasama ini dituangkan dalam bentuk Memorandum of Understanding (MOU). Dalam kerjasama tersebut dijelaskan bahwa peralatan, teknologi, dan pelatihan disediakan oleh Depperin, sedangkan studi kelayakan dilaksanakan oleh BPPT. Operasional pembangunan kawasan usaha agroindustri terpadu dimulai tahun 2008 di Kecamatan Pesisir Selatan Pekon Biha dan Marang, hingga pada tahun 2013 jumlah sektor usaha yang bergerak di bidang agroindustri kelapa di Kecamatan Pesisir Selatan sampai Desember 2013 sebanyak 250 usaha, dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Sektor Usaha Agroindustri

Jenis Usaha Jumlah Usaha Tenaga Kerja Modal Usaha

Usaha Mikro Kecil 217 5-15 1.000.000-10.000.000 Usaha Menengah 33 >16 >11.000.000

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab.Pesisir Barat 2013

Pembangunan suatu kawasan agroindustri terpadu pada prinsipnya merupakan langkah mempercepat pertumbuhan suatu wilayah dengan motor penggerak ekonomi dari sektor industri. Konsep tersebut sangat tepat bila dilaksanakan pada daerah dengan sumberdaya yang memadai untuk kelangsungan proses produksi, disamping kebijakan pemerintah setempat.

(30)

10

Tabel 4. Arah Pengembangan Kawasan Usaha Agroindustri Terpadu

Uraian Pelaku Tujuan Arahan

Pemilihan Lokasi Pemerintah Daerah meliputi :Pekon Biha dan Marang memiliki nilai tambah dan pasar yang dapat dikelola oleh manajemen kawasan dengan target pasar lokal dan ekspor, serta dapat dilakukan oleh

petani/kelompok tani

Produk dengan teknologi dan modal yang tidak terlalu besar seperti :Coco Fiber, Arang Aktif, Nata De Coco, Coco Peat, VCO, dikelola oleh UKM atau Masyarakat. niaga yang panjang melalui peningkatan nilai

tambah agar produk dapat diolah. Sumber : Bappeda Kab. Pesisir Barat

Pembangunan industri dalam suatu kawasan merupakan alternatif pemecahan masalah dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, industri-industri kecil dan menengah dapat ditempatkan dalam kawasan ini sehingga terjadi suatu

(31)

11

juga akan membantu dalam hal penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Pesisir Barat ini.

Kawasan usaha agroindustri terpadu, merupakan suatu kawasan yang terkait dengan fungsi yang memiliki nilai strategis bagi pertumbuhan dan perkembangan wilayah Pesisir Barat. Kawasan tersebut merupakan kawasan industri yang diharapkan mampu untuk meningkatkan daya saing bagi komoditas unggulan daerah, meningkatkan nilai tambah produk dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Pemda Kab. Lampung Barat, 2009).

Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat berharap bahwa program kawasan usaha agroindustri terpadu dapat menghasilkan efek berganda seperti :

1. Menumbuhkan industri kecil menengah yang terintegrasi sehingga memudahkan sinkronisasi dan keterpaduan pembinaan.

2. Dengan tumbuhnya Industri Kecil dan Menengah (IKM) berbasis kompetensi inti daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan mutu sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pesisir Barat melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang mampu mendapatkan nilai tambah.

(32)

12

B. Rumusan Masalah

Perkembangan Kabupaten Pesisir Barat mengalami kemajuan yang pesat, salah satunya disebabkan banyaknya industri yang mulai membangun kawasan

produksinya di daerah tersebut. Munculnya kawasan usaha agroindustri tersebut diharapkan dapat meningkatkan modal usaha, omzet penjualan dan pendapatan usaha di Kecamatan Pesisir Selatan pada khususnya.

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dampak adanya kawasan usaha agroindustri terpadu terhadap peningkatan modal usaha di wilayah Kecamatan Pesisir Selatan?

2. Bagaimana dampak adanya kawasan usaha agroindustri terpadu terhadap peningkatan omzet penjualan usaha di wilayah Kecamatan Pesisir Selatan? 3. Bagaimana dampak adanya kawasan usaha agroindustri terpadu terhadap

peningkatan pendapatan usaha di wilayah Kecamatan Pesisir Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui dampak adanya kawasan usaha agroindustri terpadu terhadap peningkatan modal usaha di wilayah Kecamatan Pesisir Selatan. 2. Untuk mengetahui dampak adanya kawasan usaha agroindustri terpadu

terhadap peningkatan omzet penjualan usaha di wilayah Kecamatan Pesisir Selatan.

3. Untuk mengetahui dampak adanya kawasan usaha agroindustri terpadu

(33)

13

D. Kerangka Pemikiran

Agroindustri merupakan suatu usaha yang mengolah bahan baku utama dengan teknologi tertentu menjadi berbagai produk olahan untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis. Hal ini menunjukan bahwa agroindustri merupakan mesin pertumbuhan dalam sistem agribisnis yang pada akhirnya akan menyumbang secara positif pada pertumbuhan ekonomi daerah (Soekartawi, 2009).

Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat merupakan sentra agroindustri lokal dengan spesifikasi produknya yaitu kelapa dalam dan produk turunan kelapa adalah untuk sabut kelapa, produk turunannya adalah coco fiber dan matras. Daging kelapa akan menjadi desicated coconut, VCO coconut oil, dan biodesel, batok kelapa akan menjadi briket arang dan arang aktif, sementara air kelapa akan menjadi nata de coco dan kecap.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Spesifikasi Produk

KELOMPOK AGROINDUSTRI LOKAL Agroindustri Lokal Skala Kecil dan Menengah

Nilai Tambah Omzet Penjualan

(34)

14

Agroindustri lokal di perdesaan merupakan kegiatan yang memberdayakan sumberdaya lokal (indigenous resources). Seluruh potensi lokal di perdesaan diramu dan dimanfaatkan sehingga menguatkan agroindustri pangan lokal, yang mana pengembangan agroindustri pangan lokal dapat meningkatkan nilai tambah (added value) dari produk yang akan dikembangkan dan diharapkan dengan adanya kawasan usaha agroindustri terpadu ini akan dapat meningkatkan omzet penjualan dari nilai tambah produk tersebut, meningkatkan pendapatan dan modal usaha agroindustri tersebut yang pada akhirnya akan mensejahterakan masyarakat di daerah tersebut.

E. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada perbedaan modal usaha antara sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu

2. Ada perbedaan omzet penjualan antara sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu

3. Ada perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu

F. Gambaran Umum Wilayah 1. Kabupaten Pesisir Barat

Kabupaten Pesisir Barat (KPB), merupakan sebuah kabupaten termuda di Provinsi Lampung. Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten

(35)

15

memiliki penduduk 449,345 jiwa, dan memiliki luas 2.445,89 km². Secara geografis wilayah Kabupaten Pesisir Barat terletak pada posisi 105°45' 103°48' Bujur Timur dan 3°45'-6°45' Lintang Selatan.

Kabupaten Pesisir Barat mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara Berbatasan dengan Provinsi Bengkulu

b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus c. Sebelah Barat Berbatasan dengan Samudera Hindia

d. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat

Kabupaten Pesisir Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.22 tahun 2012 tentang pembentukan Kabupaten Pesisir Barat diprovinsi Lampung merupakan pemekaran dari wilayah kabupaten lampung barat diprovinsi lampung, ditetapkan bahwa ibukota Kabupaten Pesisir Barat adalah Krui, ibukota terletak tepatnya di daerah pasar krui kecamatan pesisir tengah kabupaten pesisir barat.

Pemilihan ibukota Kabupaten Pesisir Barat dikecamatan pesisir tengah merupakan solusi terbaik dalam hal pemerataan pembangunan, dikarenakan lokasinya cukup strategis berada dipusat kota.

Pada saat pembentukan Kabupaten Pesisir Barat terdiri dari 11 kecamatan, yang meliputi : Bengkunat Belimbing, Bengkunat,Ngambur, Pesisir Selatan, Krui Selatan, Pesisir Tengah, Way Krui, Karya Penggawa, Pesisir Utara, Lemong.

2. Kecamatan Pesisir Selatan

(36)

16

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Krui Selatan b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ngambur c. Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Krui Selatan

Topografi Kecamatan Pesisir Selatan merupakan daerah dataran dan merupakan daerah yang relatif panas karena sebagian besar pekon berbatasan langsung dengan samudra , yaitu 10 pekon yang berbatas langsung dengan laut.

Luas Wilayah Kecamatan Pesisir Selatan sebesar 409.17 Km atau 8.26 % dari luas Kabupaten. Jika dibandingkan dengan Kecamatan lain, luas wilayah Pesisir

Selatan peringkat ke 3 terluas di Pesisir Barat. Pekon dengan lahan terluas yaitu Pekon Pagar Dalam dengan luas 12% dari luas Pesisir Selatan atau 50.8 Km. Sedangkan pekon dengan lahan tersempit adalah Pekon Tanjung Jati yaitu 2.75 Km tidak sampai satu persen hanya 0.67% dari luas Pesisir Selatan.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Pesisir Selatan Per Pekon tahun 2013

Pekon Penduduk (Jiwa)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Marang 2.397 2.197 4.594

(37)

17

G. Sistematika Penulisan

Bab I. PENDAHULUAN

Bagian ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, gambaran umum dan sistematika penulisan.

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini terdiri dari tinjauan teoritik dan tinjauan empiris. Berisikan teori-teori ekonomi yang memiliki kaitan dengan

penelitian ini serta penelitian terdahulu yang menjadi rujukan serta acuan dalam penelitian ini.

Bab III. METODE PENELITIAN

Membahas tentang tahapan penelitian, data dan sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian hipotesis.

Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisikan analisis hasil perhitungan secara kuantitatif dan kualitataif.

Bab V. SIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsayad, 1997).

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

(39)

19

yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah berserta partisipasi masyarakatnya dan dengan

menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

2.

Teori Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu

berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah. Teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan. Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara merata, tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang

(40)

20

Pengembangan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Dahuri, 2004). Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan, ada tiga pilar penting dalam proses pengembangan wilayah, yaitu:

1. Keunggulan Komparatif (imperfect mobility of factor)

Pilar ini berhubungan dengan keadaan ditemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha sektor primer lainnya. 2. Aglomerasi (imperfect divisibility)

(41)

21

3. Biaya Transport (imperfect mobility of good and service) Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas

perekonomian. Implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan suatu proses kontiniu hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu wilayah. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat digambarkan melalui lima tahapan, yaitu:

1. Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan

Pertumbuhan wilayah sangat bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri tersebut, antara lain minyak, hasil perkebunan dan pertanian, dan produk-produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki oleh banyak negara dalam awal pertumbuhannya.

2. Tahapan ekspor kompleks

Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu mengekpsor selain komoditas dominan juga komoditas kaitannya.

3. Tahapan kematangan ekonomi

(42)

22

wilayah. Tahapan ketiga ini juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah lainnya.

4. Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis)

Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan barang dan jasa wilayah pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai pengikat dan pengendali kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan kenaikan impor yang sangat signifikan. 5. Tahapan kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity)

Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah memberikan peran yang sangat nyata terhadap perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang relatif canggih, baru, efisien dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah mengandalkan inovasi, modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada pemenuhan kepuasan individual dibanding kepentingan masyarakat. Sistem ekonomi wilayah menjadi kompleks

(economic reciproating system), mengaitkan satu aktivitas dengan aktivitas ekonomi lainnya (Dahuri, 2004).

3. Definisi Agroindustri

(43)

23

Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian (Soekartawi, 2000). Makna berkelanjutan (Sustainable) yang didampingi kata agroindustri tersebut, maka pembangunan agroindustri yang berkelanjutan (Sustainable agroindustrial development) adalah pembangunan agroindustri yang mendasarkan diri pada konsep berkelanjutan, dimana agroindustri yang dimaksudkan dibangun dan dikembangkan dengan memperhatikan aspek-aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam. Semua teknologi yang digunakan serta kelembagaan yang terlibat dalam proses pembangunan tersebut diarahkan untuk memenuhi kepentingan manusia masa sekarang maupun masa mendatang.

(44)

24

Kemajuan ilmu dan teknologi yang mempengaruhi corak berpikir produsen, konsumen dan pelaku pembangunan pertanian dengan memperhatikan pada empat aspek seperti yang disebutkan diatas, yaitu:

1. Pemanfaatan sumber daya dengan tanpa merusak lingkungannya. 2. Pemanfatan teknologi yang senantiasa berubah.

3. Pemanfaatan institusi yang saling menguntungkan.

4. Pemanfaatan budaya (cultural endowment) untuk keberhasilan pembangunan pertanian (Soekartawi, 2005).

Agroindustri merupakan usaha meningkatkan efisiensi faktor pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian. Melalui modernisasi di sektor agroindustri dalam skala nasional, penerimaan nilai tambah dapat di tingkatkan sehingga pendapatan ekspor akan lebih besar lagi (Saragih, 2004).

Industri dapat digolongkan berdasarkan pada jumlah tenaga kerja, jumlah

investasi dan jenis komoditi yang dihasilkan. Berdasarkan jumlah pekerja, industri dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

1. Jumlah pekerja 5 hingga 10 orang untuk industri kecil. 2. Jumlah pekerja 11 hingga 99 orang untuk industri menengah.

3. Jumlah pekerja lebih atau sama dengan 100 orang untuk industri besar.

3.1.Konsep Agroindustri

(45)

25

Apabila sektor pertanian menghasilkan produk primer maka kulturnya dengan industri berlangsung ke belakang (Bakward Lingkage) dan dapat ke depan (Forwed Lingkage). Agroindustri yang melakukan (Up Stream) yaitu subsistem agribisnis hulu (upstream off-farm agribusiness), mencakup kegiatan ekonomi industri yang menghasilkan sarana produksi, kegiatan pengadaan dan pengeluaran saprodi, alat dan mesin pertanian. Sedangkan (Down Stream) yaitu kegiatan industri agro yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan dan memperdagangkan hasil olahan agroindustri. Kaitan antara agroindustri dengan sektor pertanian pada umumnya dibatasi pada kaitan langsung, karena makin lanjut proses produksi berlangsung maka akan jauh kedudukannya dari pengertian agroindustri (Soeharjo, 2008).

3.2.Prinsip-Prinsip Agroindustri

Wibowo (1997) mengemukakan perlunya pengembangan agroindustri di pedesaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar diantaranya:

1. Memacu keunggulan kompetitif produk atau komoditi serta komparatif setiap wilayah.

2. Memacu peningkatan kemampuan suberdaya manusia dan menumbuhkan agroindustri yang sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang

dikembangkan.

3. Memperluas wilayah sentra-sentra agribisnis komoditas unggulan yang nantinya akan berfungsi sebagai penyandang bahan baku yang berkelanjutan. 4. Memacu pertumbuhan agribisnis wilayah dengan menghadirkan

subsistem-subsitem agribisnis.

(46)

26

Pengembangan agroindustri sebagai pilihan model modernisasi haruslah dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani. Untuk itu perumusan perencanaan pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna.

Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas, dapat menghasilkan output yang optimal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap

kesejahteraan masyarakat. Agar model pembangunan yang berkelanjutan dapat terwujud diperlukan pedoman pengelolaan sumber daya melalui pemahaman wawasan agroekosistem secara bijak, yaitu pemanfaatan asset-aset untuk kegiatan ekonomi tanpa mengesampingkan aspek-aspek pelestarian lingkungan.

Pengembangan agroindustri dapat menjadi pilihan yang strategis dalam

menanggulangi permasalahan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di perdesaan. Hal ini disebabkan adanya kemampuan yang tinggi dari sektor agroindustri dalam hal perluasan kesempatan kerja. Pengembangan agroindustri yang berbasis pada masyarakat perdesaan merupakan sektor yang sesuai untuk menampung banyak tenaga kerja dan menjamin perluasan berusaha, sehingga akan efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan. Berkembangnya agroindustri juga akan meningkatkan penerimaan devisa dan mendorong terjadinya

keseimbangan pendapatan antara sektor pertanian dan non pertanian. Dengan demikian, kebijakan pembangunan agroindustri diharapkan mampu

(47)

27

3.3.Tujuan dan Sasaran Agroindustri

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan agroindustri perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui upaya

peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agroindustri perdesaan diarahkan untuk:

1. Mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya.

2. Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan

3. Mengembangkan industri pengolahan yang punya daya saing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.

3.4.Proposisi Pengembangan Agroindustri

Menurut Soekartawi (2009), permasalah agroindustri nasional sangat komplek, yaitu mulai dari masalah kurangnya dukunan kebijakan, masalah pasar, keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan (R & D), backward linkage dan forward linkage, produksi dan pengolahan dan sebagainya. Namun dari panjangnya rantai permasalahan tersebut, maka dapat dibuat empat proposisi utama, yaitu:

(48)

28

manakala bahan baku tersebut adalah bersifat musiman, untuk itu ketersediaan bahan baku ini harus diperhatikan baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

2. Proposisi yang kedua adalah proposisi yang berkaitan dengan aspek konsumsi khususnya bersamaan dengan berkembangnya dinamika permintaan pasar, baik pasar individu atau rumah tangga ataupun pasar institusi, baik pasar yang ada di dalam negeri maupun pasar luar negeri. Proposisi ini menjadi penting bersamaan dengan perubahan yang besar pada preferensi konsumen terhadap produk-produk agroindustri.

3. Proposisi yang ketiga adalah proposisi yang berkaitan dengan aspek distribusi khususnya bersamaan dengan berkembangnya dinamika para pesaing

(kompetitor) perusahaan agroindustri yang menyalurkan produksi sampai ke tangan konsumen, baik konsumen yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Proposisi ini menjadi penting karena seringnya ditemukan berdirinya perusahaan agroindustri yang kurang memperhatikan kekuatan dan kelemahan para pesaingnya, sehingga dengan demikian perusahaan tersebut kurang dapat berkembang seperti yang diharapkan.

(49)

29

Bila empat proposisi ini benar dan dapat berjalan seperti yang diharapkan maka agroindustri akan tumbuh dan berkembang sehingga akhirnya mampu

meningkatkan perolehan devisa, menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis dan meningkatkan tumbuhnya industri yang lain.

3.5.Model Pengembangan Agroindustri

Berdasarkan defenisi-defenisi mengenai agroindustri, dapat ditarik kesimpulan bahwa agroindustri merupakan (agriculture value added) atau pertanian nilai tambah, ini maknanya bahwa bagaimana menjadikan petani ikut ambil bagian dalam subsistem agribisnis di luar usaha tani (Heriyanto, 2004).

Gambar 2. Kegiatan tambahan petani akibat agroindustri

Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi

Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.

(50)

30

2. Subsistem Usahatani atau Proses Produksi

Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable, artinya meningkatkan

produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka. 3. Subsistem Agroindustri atau Pengolahan Hasil

Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah nilai tambah (value added) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.

4. Subsistem Pemasaran

(51)

31

Dengan model pengembangan agroindustri (agriculture value added) petani dapat menciptakan produk (value added) berupa (1) perubahan keadaan atau bentuk fisik dari suatu produk (misalnya gabah menjadi beras); (2) produksi dari suatu produk dengan suatu cara dapat meningkatan nilainya, seperti ditunjukkan melalui suatu rencana bisnis (a bisnis plan) dan (3) pemisahan fisik dari produk atau komoditi pertanian yang menghaslkan peningkatan nilai dari komoditi atau produk tersebut.

3.6.Percepatan Pengembangan Agroindustri

Beberapa kebijakan dan strategi yang dapat lakukan untuk mempercepat pengembangan agroindustri di era otonomi daerah dimana potensi daerah dan kewenangan kepala daerah sebagai core dari konsep kajian ini dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Adanya pemahaman yang sama tentang agroindustri dari pemangku kepentingan di daerah otonom.

2. Adanya komitmen dari pemangku kepentingan untuk mengembangkan agroindustri dengan potensi stategis daerah sebagai solusi mengatasi

penganguran dan kemiskinan di daerah dengan kepala daerah sebagai leader-nya.

3. Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia ungulan daerah yang mencakup peningkatan keahlian dan keterampilan, pengetahuan, dan pengembangan jiwa kewirausahaan pelaku-pelaku agroindustri.

(52)

32

5. Peningkatan pemanfaatan teknologi yang diarahkan pada penggunaan tekhnologi tepat guna.

6. Mengupayakan penghapusan kebijakan proteksi usaha yang merugikan masyarakat agribisnis, termasuk diantaranya pajak ekspor yang memberatkan.

7. Mengupayakan suatu badan agribisnis yang terstruktur mulai dari pusat sampai daerah.

8. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas sistem pemasaran dengan menerapkan tekhnologi yang tepat guna sehingga dapat meningkatkan produk sesuai dengan

permintaan pasar.

9. Mendorong perbankan untuk memberikan kredit agroindustri.

10.Meningkatkan biaya penelitian dan pengembangan (R & D) yang terkait dengan agroindustri.

11.Meningkatkan kualitas dan kontinyuitas produk dan prosesing serta melaksanakan diversifikasi produk.

12.Meningkatkan kerjasama tekhnologi antar pelaku agroindustri dalam penerapan kemitraan yang luas, adil dan terbuka, kuat dan saling mendukung.

13.Mendorong kemampuan tekhnologi yang ramah lingkungan yang mendukung

pertanian yang berkelanjutan dengan efisiensi biaya yang tinggi.

14.Mengembangkan tekhnologi sederhana yang efisien baik dari sisi biaya, maupun penggunaannya.

3.7.Nilai Tambah Pada Sektor Agroindustri

(53)

33

keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan lainnya. Input atau biaya antara adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses industri yang berupa bahan baku, bahan bakar dan barang lainnya di luar bahan baku/bahan penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri.

Kebijakan investasi pada sektor pertanian ditujukan pada investasi yang

proposional melalui semua sub sistem agribisnis, dimulai dari up-stream sampai down-stream. Kebijakan ini juga dibuat untuk dapat memberikan nilai tambah yang maksimal bagi masyarakat dan negara.

Pengembangan produk agroindustri sebagai komoditas unggulan diarahkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lokal dengan maksud menjadikannya lebih kompetitif dengan produk-produk yang memiliki kandungan impor yang tinggi.

Oleh karena itu pengembangan komoditas unggulan diperlukan criteria, yaitu (Departeman Pertanian, 2003) :

1. Berbasis kepada potensi sumber daya lokal.

2. Memiliki kesempatan yang tinggi untuk akses pada pasar domestik dan dunia. 3. Menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

4. Didukung oleh teknologi dan sumber daya manusia yang handal.

5. Ramah lingkungan, dengan menerapkan teknologi yang ramah dan bersih terhadap lingkungan, limbah pertanian yang optimal, serta menerapkan manajemen limbah yang baik.

(54)

34

3.8.Peran Agroindustri Bagi Perekonomian Wilayah

Peranan agroindustri terhadap perekonomian wilayah diwujudkan dalam bentuk antara lain (Soekartiwi, 1991) :

1. Penciptaan lapangan kerja dengan memberikan kehidupan bagi sebagian besar penduduk yang bekerja di sektor pertanian.

2. Peningkatan kualitas produk pertanian untuk menjamin pengadaan bahan baku industri pengolahan hasil pertanian.

3. Perwujudan pemerataan pembangunan diberbagai pelosok tanah air yang mempunyai potensi pertanian sangat besar.

4. Mendorong terciptanya ekspor komoditi pertanian. 5. Meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

Peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional difokuskan pada nilai pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor serta perannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Peran agroindustri dalam perekonomian wilayah suatu negara adalah sebagai berikut :

1. Mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis khususnya dan pendapatan masyarakat pada umumnya.

2. Mampu menyerap tenaga kerja.

3. Mapui meningkatkan perolehan devisa.

(55)

35

4. Definisi Kawasan Agroindustri

Berdasarkan Undang-Undang Nomor.24 tahun 2009 tentang pengertian Kawasan adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.

Adapun tujuan dibentuknya suatu kawasan industri, antara lain: 1. Mempercepat pertumbuhan industry.

2. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, misalnya lokasi, perizinan, sarana dan prasarana serta yang lainnya.

3. Mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan industri. 4. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.

5. Definisi Dampak

Dampak adalah pengaruh atau sesuatu yang diakibatkan oleh sesuatu yang dilakukan, bisa positif atau negatif atau pengaruh kuat yg mendatangkan akibat. maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada

(Poerwardaminta, 1999).

Pengertian Dampak secara umum adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya ‘sesuatu’.Dampak itu sendiri juga bisa berarti, konsekuensi sebelum dan

sesudah adanya ‘sesuatu’.

(56)

36

Berdasarkan dengan hal ini yang ingin ditekankan adalah adanya pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif) dari adanya kawasan usaha agroindustri terpadu terhadap usaha kecil dan masyarakat setempat.

6. Definisi Pendapatan

Secara umum pendapatan diartikan sebagai materi (uang) yang di terima sebuah objek (manusia) sebagai balas jasa kepemilikan faktor produksi, keahlian, dan investasi.Pendapatan pribadi adalah jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diterima tanpa memberikan suatu kegiatan apapun, yang di terima penduduk suatu negara (Sukirno, 2000).

Sedangkan pendapat disposibel adalah pendapatan pribadi yang di kurangi dengan pajak yang harus di bayar oleh para penerima pendapatan (Sukirno, 2000).

Dengan dikembangkannya wilayah berbasis komoditas unggulan diharapkan dapat memacu pertumbuhan suatu wilayah yang pada akhirnya dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat.

7. Definisi Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi penting di antara berbagai faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi paling penting untuk pengadaan faktor produksi lainnya seperti membeli tanah, bahan baku, tenaga kerja dan teknologi lain (Riyanto, 2001).

(57)

37

ahli tersebut, pengertian modal sebenarnya tidak ada perbedaan yang fundamental tetapi tergantung dari sudut mana memandangnya (Alma, 2001).

Modal merupakan instrument penting dalam memulai suatu usaha yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas, semua tidak terlepas dari betapa basar peranan swasta khususnya perbankan sebagai sumber permodalan untuk pembangunan agroindustri lokal.

8. Definisi Omzet penjualan

Definisi mengenai volume omzet penjualan, esensinya diterapkan dalam tiga apresiasi yaitu: pertama, tingkat penjualan yang ingin dicapai, kedua, pasar yang ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau tempat melakukan transaksi dan ketiga, adalah keuntungan atas penjualan. Ketiga esensi tersebut pada dasarnya memberikan batasan bahwa volume omzet penjualan diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang ditimbulkan melalui aktivitas penawaran produk dari berbagai perusahaan industri yang menawarkan pembelian kepada konsumen (Tjiptono, 2002).

Kawasan usaha agroindustri terpadu ini diharapkan akan memberikan hasil yang baik bagi pelaku usaha dalam hal peningkatan nilai tambah produk yang

(58)

38

B. Tinjauan Empiris 1. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan kajian dan mempelajari lebih dalam terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang diangkat oleh penulis. Berikut ini adalah ringkasan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan pada penelitian ini :

Tabel 6. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) Terhadap Pendapatan

Petani Budidaya Ulat Sutera Di Kabupaten Wonosobo”

Judul Pengaruh Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) Terhadap Pendapatan Petani Budidaya Ulat Sutera Di Kabupaten Wonosobo Penulis/Tanggal Elis Suyono, 2006.

Variabel Penelitian Produksi, Tenaga Kerja, Pendapatan, Tabungan Dan Tingkat Kemandirian.

Metode Penelitian Wilcoxon Sign Test

Hasil Penelitian Program KPEL terhadap pendapatan petani budidaya ulat sutera di Kabupaten Wonosobo dengan cara

membandingkan sebelum dan sudah mengikuti program KPEL. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 dari 97 petani budidaya ulat sutera yang sudah berproduksi kokon. Data dikumpulkan melalui studi lapangan dan dianalisa dengan dua pendekatan yakni : Analisis Diskriptif dan analisis Wilcoxon Sign Test.

(59)

39

Tabel 7. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Program Anti Kemiskinan Dan Peningkatan Pendapatan Petani (Studi Kasus Di Kelompok Tani Karya Makmur Kabupaten Pacitan)”

Judul Pengaruh Program Anti Kemiskinan Dan Peningkatan Pendapatan Petani (Studi Kasus Di Kelompok Tani Karya Makmur Kabupaten Pacitan)

Penulis/Tanggal Danny Bastian, 2009

Variabel Penelitian Modal Usaha dan Pendapatan Metode Penelitian Paired Samples T-Test

Hasil Penelitian Program anti kemiskinan cukup positif dengan alasan sebagian besar petani menyatakan bahwa program anti kemiskinan dapat meningkatkan produksi pertanian dan sebagian kecil petani menyatakan program anti

kemiskinan tidak meningkatkan produksi dan pendapatan dengan alasan bantuan yang diberikan terlalu kecil. Terdapat perbedaan pendapatan dan modal usaha anggota kelompok tani sebelum dan sesudah menerima program anti kemiskinan dengan prosentase peningkatan anggota kelompok tani karya makmur di kabupaten Pacitan setelah program anti kemiskinan sebesar 21,3 %.

Tabel 8. Ringkasan Penelitian “Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Di Desa Butuh Terhadap Peningkatan Aktivitas

Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Mojosongo Kabupaten

Boyolali”

Judul Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Di Desa Butuh Terhadap Peningkatan Aktivitas Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali

Penulis/Tanggal Nurul Istiqomah dan Dwi Prasetyani, 2013 Variabel Penelitian Pendapatan Masyarakat

Metode Penelitian Paired Samples T-Test

Hasil Penelitian Dampak keberadaan kawasan industri di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo bisa mengurangi angka pengangguran di desa tersebut. Tenaga kerja yang

(60)

40

Tabel 9. Ringkasan Penelitian “Dampak Operasi Pasar Modern Terhadap

Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Pekalongan”

Judul Dampak Operasi Pasar Modern Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Pekalongan Penulis/Tanggal Dwi Susilo, 2011

Variabel Penelitian Omzet Penjualan dan Pendaapatan Metode Penelitian Wilcoxon Sign Test

Hasil Penelitian Dari table Test Statistics(b), dari wilcoxon sign test, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pendapatan pedagang pasar tradisional antara sebelum dan sesudah adanya pasar modern, walapun dari ranks dapat dilihat bahwa dari 150 orang pedagang hanya 39 yang

terpengaruh dan sisanya 111 pedagang pasar tradisional tidak terpengaruh oleh kehadiran pasar modern. Sehingga apabila dilihat secara deskriptip kehadiran pasar modern tidak begitu kuat berpengaruh terhadap pendapatan para pedagang pasar tradisional karenahanya mempengaruhi 39 pedagang dari 150 pedagang pasar tradisional sebagai sampel atau sekitar 26% saja.

Tabel 10. Ringkasan Penelitian “Perbedaan Pendapatan Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Adanya Industri Kecil Rambak Di Desa Kauman Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto”

Judul Perbedaan Pendapatan Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Adanya Industri Kecil Rambak Di Desa Kauman

Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto Penulis/Tanggal Fitri Fatmawati dan Imam Setiyono, 2013 Variabel Penelitian Pendapatan Masyarakat

Metode Penelitian Uji Sign Test

Hasil Penelitian Melakukan penelitian tentang perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya industri rambak di desa Kauman Kecamatan Bangsal Kabupaten

(61)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan studi kasus di kawasan usaha agroindustri terpadu Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder untuk mendukung penelitian diperlukan data yang aktual berdasarkan sumbernya, data-data yang diperoleh dibedakan menjadi :

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dengan memberikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada pelaku usaha agroindustri. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diajukan

disusun berdasarkan variabel yang diteliti dengan menyediakan jawaban alternatif yang dipilih oleh responden sesuai dengan tujuan penelitian ini.

2. Data Sekunder

(62)

42

yang bersifat umum seperti kebijakan pemerintah atau publik yang dikumpulkan dari studi literatur, internet, dan lain-lain. Data sekunder dari berbagai instansi pemerintah dan non pemerintah yang terkait dikumpulkan untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Definisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Modal usaha

Modal usaha merupakan kemampuan finansial para pelaku Usaha Agroindustri (Usaha Mikro Kecil Dan Menengah) dalam menjalankan operasional usaha untuk memproduksi barang dan jasa. Adapun satuan yang digunakan untuk mengukur modal usaha yaitu dalam bentuk nominal uang setiap bulannya.

Adapun pengukuran modal usaha yang diperoleh usaha agroindustri apabila : a. Modal usaha dikatakan menurun apabila modal usaha yang dimiliki usaha

agroindustri kurang dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu (nilai x < rata-rata).

(63)

43

c. Modal usaha dikatakan berkembang apabila modal usaha yang dimiliki usaha agroindustri lebih dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu (nilai x > rata-rata).

2. Omzet Penjualan

Omzet penjualan merupakan jumlah total hasil produksi usaha agroindustri yang dapat dijual dalam sekali nilai x < rata-rata produksi.

a. Omzet penjualan dikatakan menurun apabila omzet penjualan yang dimiliki usaha agroindustri kurang dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu (nilai x < rata-rata).

b. Omzet penjualan dikatakan stabil apabila omzet penjualan yang dimiliki usaha agroindustri sama dengan jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya

kawasan usaha agroindustri terpadu (nilai x = rata-rata).

c. Omzet penjualan dikatakan berkembang apabila omzet penjualan yang dimiliki usaha agroindustri lebih dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu (nilai x > rata-rata).

3. Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah produk yang telah laku terjual, dibeli konsumen dan hasil penjualan dibagi dengan keuntungan penjualan yang ditawarkan.Adapun satuan untuk pendapatan ditetapkan dalam bentuk nominal uang setiap bulannya. Adapun pengukuran pendapatan yang diperoleh usaha agroindustri apabila : a. Pendapatan dikatakan menurun apabila pendapatan yang dimiliki usaha

(64)

44

b. Pendapatan dikatakan stabil apabila pendapatan yang dimiliki usaha agroindustri sama dengan jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu (nilai x = rata-rata).

c. Pendapatan dikatakan berkembang apabila pendapatan yang dimiliki usaha agroindustri lebih dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya kawasan usaha agroindustri terpadu (nilai x > rata-rata).

C. Penarikan Sampel

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab.Pesisir Barat, jumlah sektor usaha yang bergerak di bidang agroindustri kelapa di Kecamatan Pesisir Selatan hingga Desember 2013 sebanyak 250 usaha agroindustri dan penentuan sampel menggunakan metode Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang bersifat heterogen (Sugiyono, 2008). Sampel diambil dari setiap strata berdasarkan jenis usahanya kemudian secara proporsional diambil besarannya sehingga diperoleh sampel untuk penelitian. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Umar, 2011) dengan formula sebagai berikut:

n = jumlah sampel N = populasi

d = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditoleransi.

n = 250 / 250.(0.1)2 + 1 = 250 / 3.5

Gambar

Tabel
Tabel 1. Tenaga Kerja dan Nilai Output Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan di IndonesiaTahun 2002-2008
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kab. Pesisir Barat Tahun
Tabel 3. Jumlah Sektor Usaha Agroindustri
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perletakkan tatanan ruang dalam mengikuti bentuk dari massa bangunan dan struktur bangunan sehingga tercipta ruang yang dikelilingi oleh sirkulasi karena sirkulasi

Penggunaan setek batang atas meningkatkan pertumbuhan bibit setek tanaman nilam yaitu persentase setek hidup, umur muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas, bobot

Kalimat-kalimat pada adjektiva dasar di atas membuktikan bahwa keenam adjektiva dasar dadi, bhala, bhore, ghosa, kee, dan kesa adalah kata-kata yang mangandung polisemi, yaitu

Prinsip pengujian dua mean adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok data. Oleh karena itu dalam pengujian ini diperlukan informasi apakah varian kedua

PERANCANGAN DESAIN Sequence sd Interaction Pengguna (from Actors) Halaman Bantuan Halaman Menu Utama Halaman Peta 3D. Masuk Halaman

Sedangkan untuk musuh alami pada fase pertumbuhan yang ditemukan terdiri dari predator 6 ordo (18 famili) yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Odonata,

Berdasarkan urian diatas dapat disimpulkan bahawa, iklim sangat berpengaruh terhadap risiko produksi usahatani bawang merah, dimana menanam bawang merah pada