• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kearifan Tradisional Terhadap Perlindungan Hutan Di Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kearifan Tradisional Terhadap Perlindungan Hutan Di Kabupaten Dairi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 KEARI FAN TRAD I SI ON AL TERH AD AP PERLI N D UN GAN H UTAN D I

KABUPATEN D AI RI

I SKAN D AR SEM BI RI N G H ASN UD I

I RFAN SAYED UM AR

Pr ogr a m St u di Ke h u t a n a n Fa k u lt a s Pe r t a n ia n Un iv e r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

BAB I PEN D AH ULUAN

1 .1 . La t a r Be la k a n g

Per lindungan hut an saat ini bukan hanya m enj adi pr oblem yang ber sifat regional ( nasional) t et api sudah m erupak an problem dunia ( global) . Hal ini t erk ait dengan fungsi hut an dalam m em elihar a keseim bangan ek ologis yang j uga ber pengar uh t er hadap iklim global, seper t i efek ‘panas global’ yang dapat m engancam keselam at an j iw a m anusia. Nam un dem ikian, r ealit as m em per lihat kan bahw a fungsi ekonom i hut an, yait u sebagai sum ber m at a pencaharian hidup bagi sekelom pok m asyar akat , sebagai sar ana m engakum ulasi kapit al ( m odal) bagi pengusaha ( kapit alis) , dan sebagai sum ber devisa bagi negar a, ser ingkali m engalahkan fungsi hut an dalam m em elihar a k eseim bangan ek ologis ( t erm asuk iklim global) . Tekanan j um lah penduduk yang t er us m eningkat m er upakan salah sat u fakt or yang t ur ut m em per cepat ker usakan hut an. I ni t er j adi kar ena diper lukanny a lahan yang lebih luas dan m at er ial bangunan yang lebih banyak, baik lahan unt uk pem uk im an m aupun lahan unt uk kegiat an ber cocok t anam , dan bahan m at er ial unt uk bangunan- bangunan bar u.

(2)

2

Per lindungan hut an yang dilakukan oleh m asy ar akat di sekit ar hut an dim ana m erek a ber t em pat t inggal um um ny a dilak ukan m elalui seperangk at nilai buday a, penget ahuan, at ur an, keper cayaan, t abu, sanksi, upacara dan sej um lah per ilaku budaya yang ar if dalam pengelolaan hut an ( Dove, 1985) . Car a per lindungan seper t i it u dik enal dengan ist ilah k earifan t radisional [ ( indigenous know ledge/ local know ledge) ; ( lihat Bulm er , 1982; Bent ley, 1989; Thr upp, 1989; dan Fisher , 1993) ] . Penget ahuan m asy arakat y ang sepert i it u bersum ber ant ara lain m elalui m it os1.

Pem anfaat an kear ifan t r adisional ( indigenous know ledge) dalam k eseim bangan ek ologis dapat dilihat dari st udi y ang dilak uk an Schefold ( 1980) t er hadap or ang Ment aw ai di Siber ut , dim ana keper cayaan t r adisional m engenai keseim bangan lingkungan alam iah, dan keinginan unt uk m elindunginya m elalui ket aat an t ent ang pant ang m em bur u t elah m enghasilkan k eseim bangan ek ologis. Pant ang ( t abu) unt uk m enebang pohon t er t ent u kar ena dianggap m em iliki kekuat an gaib yang hidup dalam suat u m asyar akat m erupak an cont oh lain k earifan t radisional yang dapat ber fungsi sebagai per lindungan hut an. Hasil st udi t er sebut m enunj ukkan bahw a penget ahuan m asyar akat ( kear ifan t r adisional) t er nyat a m em iliki ar t i yang posit if bagi upaya konser vasi hut an. I r onisnya, penget ahuan- penget ahuan ( kearifan t radisional) t ersebut dew asa ini, k arena berbagai fak t or t elah m elem ah, bahk an t elah banyak dit inggalkan at au t idak dipat uhi lagi oleh m asyar akat kom unit as dim ana k earifan t radisional t ersebut sebelum ny a hidup dan diprak t ek k an.

Kabupat en Dair i m er upakan salah sat u daer ah di Sum at er a Ut ar a yang m em iliki pot ensi hut an cukup luas dan beber apa w ilayahnya m er upakan daer ah yang t er m asuk dalam Kaw asan Ekosist em Leuser ( KEL) . Meskipun t er dapat het er ogenit as et nik di Kabupat en Dair i, nam un Et nik Pak pak , Et nik Bat ak Toba, dan Et nik Kar o m er upakan et nik dom inan di sana, dim ana Et nik Pakpak m er upak an penduduk asli Dairi. Sebagaim ana m asyarakat di daerah lainny a, m asyarak at di Dair i j uga m em ilik i k earifan t radisional dalam per lindungan hut an sebagaim ana dik em uk ak an Pelly ( 1987) , bahw a m asyarakat Pakpak sangat m enghar gai alam dengan adanya t abu-t abu yang selalu dipaabu-t uhi; dan Zuraida, dkk. ( 1992) yang m enyaabu-t akan bahw a or ang Pakpak m em ilik i at ur an- at ur an dalam m enj aga konser vasi alam . Unt uk m enget ahui lebih lanj ut bagaim ana pandangan ( per sepsi) m asyar akat Dair i t ent ang per lindungan hut an, kir anya per lu dilakukan penelit ian yang ber j udul “ St udi Kear ifan Tr adisional Ter hadap Per lindungan Hut an di Kabupat en Dairi.

1 .2 . Pe r u m u sa n M a sa la h

Dari lat ar belakang sebagaim ana t elah dipapar kan di at as, m aka m asalah dalam penelit ian ini dirum uskan dalam bent uk pert anyaan penelit ian ( r esear ch quest ions) sebagai berikut :

1. Bagaim anak ah per sepsi m asyar akat sekit ar t er hadap keber adaan dan per lindungan hut an?

2. Apakah m asyar akat m em iliki kear ifan t r adisional ( nilai, penget ahuan, at uran, k e-per cayaan, t abu, sanksi, dan upacar a t er t ent u) dalam r angka e-per lindungan hut an?

1 .3 . Tu j u a n Pe n e lit ia n

Penelit ian ini ber t uj uan unt uk:

1

(3)

3 1. Menget ahui per sepsi m asyar akat t er hadap keber adaan dan per lindungan

hut an sehingga dapat pula dipaham i t indakan- t indakan yang m er eka lakukan t er hadap hut an, baik yang posit if m aupun negat if bagi upay a perlindungan hut an. 2. Unt uk m enget ahui beber apa kear ifan t r adisional ( indigenous know ledge) y ang

dim iliki oleh m asyar akat dalam r angka per lindungan hut an.

1 .4 . M a n fa a t Pe n e lit ia n

Penget ahuan t ent ang per sepsi m asyar akat t er hadap keber adaan dan per lindungan hut an ber m anfaat sebagai acuan bagi pem buat an dan im plem ent asi kebij akan per lindungan hut an yang berbasis pada kom unit as lokal ( local com m unit y) . Sedangkan penget ahuan t ent ang pot ensi k earifan t radisional ( indigenous know ledge) y ang dim ilik i oleh m asy arakat lok al dalam per lindungan hut an ber m anfaat sebagai bahan m asukan bagi pem buat an kebij akan per lindungan hut an dengan m em anfaat kan secar a m aksim al k earifan t radisional t ersebut , dan bila per lu dapat dilakukan rekayasa sosial ( social enginer ing) .

BAB I I

TI N JAUAN PU STAKA

2 .1 . M a sya r a k a t da n H u t a n

Ket er kait an m asyar akat ( m anusia) dengan hut an t am pak dalam penget ahuan m anusia dalam m engelola lahan hut an. Car a yang dilakukan oleh m anusia ( m asyar akat ) dalam m engelola hut an, ant ar a lain yait u: m er ubah hut an m enj adi lahan per t anian ( kebun dan ladang) , baik dengan car a per ladangan ber pindah ( t ebas ber a) m aupun dengan car a per ladangan m enet ap.

Penget ahuan m asyar akat t ent ang hut an m er efleksikan bagaim ana hut an t ersebut dilihat dan dim anfaat kan oleh m asy arak at . Penget ahuan m asy arak at t ent ang hut an ber im plikasi pent ing dalam m anaj em en pem elihar aan hut an, kar ena penget ahuan m asy arak at ( k earifan lok al) m engandung nilai- nilai ek ologi, y ait u adanya fokus per hat ian pengat ur an penem pat an dalam hal let ak lahan dan perhat ian t opogr afi set em pat unt uk penanam an, ser t a penggunaan pet ak kecil dan gar is pet ak yang hat i- hat i dapat m em bant u m engur angi er osi pada ler eng curam ( Law r ence, 1995) .

I m plik asi pent ing dalam pem elihar aan hut an dengan penget ahuan lokal m enur ut Dove ( 1985) m eliput i: idiologi, ekonom i, dan ekologi. I dilogi m enekankan bahw a adanya dasar yang em pir is t er hadap sist em penget ahuan dan keper cayaan t r adisional, baik sebagai agam a t r adisional m aupun sist em upacara. Penelit ian Minsar w at i ( 2002) m engenai keper cayaan t r adisional t er hadap gunung ber api di Jaw a m enunj ukkan bahw a sem ua keper cayaan t ersebut m em ilik i pert alian em pir is yang nyat a, seper t i m enggunakan pet unj uk- pet unj uk alam di sek it ar m er ek a unt uk m er am alkan kapan gunung akan m elet us. Penelit ian Daeng dalam Dove ( 1985) t ent ang Ngadha di Pulau Flor es, dim ana pest a gaya per saingan yang m er upakan kebiasaan yang kelihat annya ber sifat pem borosan t er nyat a ber fungsi unt uk m em bagi t anah secar a opt im al diant ar a penduduk t er hadap t anah, yang dicapai m elalui penyer ahan bagian- bagian t anah yang diper ebut kan kepada suk u- suku yang m enyem belih j um lah hew an yang paling banyak. Pem buk t ian m enunj ukkan bahw a m elalui upacara adat t ersebut t ernyat a m em iliki ar t i pent ing dalam m engat ur keseim bangan populasi m anusia, t er nak, dan t anah.

(4)

4 dar i per ladangan ber pindah dit em ukan pada or ang Ment aw ai oleh Schefold ( 1980) . Menurut Schefold, or ang Ment awai m em budidayakan pisang, um bi- um bian, dan m em buka per kebunan t alas dan buah- buahan. Mer eka m em buka hut an unt uk dij adikan lahan ber pindah dengan t idak m em bakar hut an. Di sam ping it u, orang Ment aw ai j uga m engeksploit asi pohon- pohon sagu y ang t um buh secara alam iah karena beberapa hal, pert am a, sagu relat if m elim pah dan m er upakan t anam an yang t um buh secar a alam iah; kedua, sagu dapat dibudidayakan dan dieksploit asi t anpa m odal apapun, ket iga, m er upakan t anam an pot ensial unt uk t uj uan kom er sial dan dieksploit asi unt uk kebut uhan subsist ensi; dan keem pat , sagu hanya dieksploit asi oleh kelom pok m asyar akat t er belakang, dan belum m aj u. I r onisnya, pem buday aan sagu ini t idak m endapat penghar gaan dar i pelaksana pem bangunan.

Selanj ut ny a, im plik asi ek ologis, t erlihat dari sist em penggunaan lingk ungan oleh or ang pedesaan, t er dapat asas- asas t r adisional m engenai pem anfaat an dan pem elihar aan lingkungan yang dapat dit er im a akal. Hasil pem elit ian Schefold ( 1980) di Ment aw ai m enem ukan bahw a pengar uh m anusia t er hadap lingkungan m endapat per hat ian yang ut am a dan t egas, dan diat ur secar a seksam a dalam t at a upacar a-upacar a keagam aan. Hasil penelit ian Laksono dalam Dove ( 1985) j uga m enunj ukkan adanya kait an keper cayaan t r adisional dengan keseim bangan ekologi. Laksono m elihat bahw a upacara keagam aan m em punyai per anan dalam m enafsir kan dan m enyesuaikan dir i dengan bencana gunung m er api. Per anan upacara keagam aan dalam m engat ur suat u penyim pangan, m er upakan cir i kebudayaan t r adisional. Ket ent uan- ket ent uan dan pant angan- pant angan keagam aan yang m engat ur hubungan t er sebut m elam bangkan penget ahuan em pir is yang pent ing t er hadap lingk ungan.

I m plik asi- im plik asi pent ing ( idiologi, ek onom i, dan ek ologis) dalam per lindungan ( pem elihar aan) hut an yang dilakukan oleh m asyar akat , m enunj ukkan bahw a penget ahuan ekologi m asyar akat di dalam berbagai akt ivit as pengelolaan lingkungan dan pelest ar iannya sesuai dengan budaya yang m ereka m ilik i per lu diapr esiasi.

2 .2 . Kon se p M it os

Mit os m er upakan suat u kat a yang sudah akr ab di t elinga kit a. Nam un ser ingkali k it a belum m enget ahui secar a benar apa sebenar nya ar t i dar i kat a m it os t er sebut . Meskipun diakui sulit unt uk m er um uskan definisi m it os secar a past i, nam un dem ikian, m it os dapat dipaham i dalam bat as- bat as yang lazim digunak an dalam definisinya. Pem aham an t er hadap konsep m it os secar a benar diper lukan dalam k ont ek s penelit ian ini, k arena penget ahuan lok al ( k earifan t radisional) t ent ang per lindungan dan pelest ar ian hut an dapat diket ahui dar i m it os- m it os yang hidup dalam m asyar akat set em pat , khusunya yang ber kait an dengan hut an.

Kat a m it os ber asal dar i bahasa I nggr is “ m yt h” yang ber ar t i dongeng at au cer it a yang dibuat - buat . Dalam bahasa Yunani disebut dengan “ Mut hos” yang ber ar t i cer it a t ent ang Tuhan dan Supr ahum an Being, Dew a- dewa ( Eliade, 1987) . Mit os j uga dipaham i sebagai realit as kult ur yang sangat k om plek s. Lebih lanj ut Eliade ( 1987) m enyebut kan bahw a secar a t er m inologis dapat diar t ikan sebagai kiasan at au cer it a sak r al y ang berhubungan dengan ev en pada w akt u prim ordial, y ait u w ak t u per m ulaan yang m engacu pada asal m uasal segala sesuat u dan dew a- dew a sebagai obj eknya, cer it a at au lapor an suci t ent ang kej adian- kej adian yang ber pangkal pada asal m ula segala sesuat u dan perm ulaan t er j adinya dunia.

(5)

5 seper t i it u j uga m enj adi acuan dan at ur an seseor ang ( m asyar akat ) dalam m elakukan ber bagai int er aksinya, t er m asuk int er ak siny a dengan hut an.

Selanj ut nya, dalam Kam us Besar Bahasa I ndonesia, m it os diar t ikan sebagai cer it a suat u bangsa t ent ang dew a- dew a dan pahlaw an- pahlaw an pada j am an dahulu yang m engandung penafsiran t ent ang asal- usul sem est a alam , m anusia dan bangsa it u sendiri dan m engandung ar t i yang m endalam yang diungkapkan dengan car a gaib. Mit os j uga bisa m er upakan uraian nar at if at au penut ur an t ent ang sesuat u yang suci ( sacr ed) , yait u m enyangk ut kej adian- kej adian luar biasa yang ber ada di luar pengalam an m anusia sehar i- har i. Penut ur an ini um um nya diw uj udkan dalam cer it a-cer it a t ent ang dunia yang supr anat ur al ( Rahardj o, 1996) .

Pada kenyat aannya, keber adaan m it os sam pai pada saat ini t er us t er j adi dan diadakan, ini t er bukt i dengan adanya keper cayaan t er hadap kekuat an- kekuat an gaib at au supr anat ur al yang ber hubungan dengan kehidupan sehar i- har i, m aupun per ist iw a- per ist iw a y ang ber ada di luar j angkauan pikir an m anusia nt uk m enj aw abnya seper t i adanya pr oses kelahir an, kem at ian, per j alanan j agat r aya, per put ar an m usim dan adanya bencana alam . Mit os t er nyat a j uga punya daya kekuat an. Menurut anggapan- anggapan kuno ( pr im it if) , m enyediakan sesem bahan dan m elak ukan upacar a- upacar a keagam aan at au m elakukan t ari- t ar ian dengan sesuat u yang dim it oskan ber ar t i m enj aga ket er t iban kosm ik dan dunia. Menur ut Daeng ( 2000: 81) , m elalui m it os m anusia dibant u unt uk dapat m enghayat i day a kekuat an gaib t er sebut sebagai suat u kekuat an yang m em pengar uhi dan m enguasai alam dan kehidupan sukunya. Mit os m em beri j am inan m asa kini, dalam ar t i dengan m em ent askan at au m enghadir kan kem bali suat u per ist iw a yang per nah t er j adi dahulu, m aka usaha ser upa dij am in t er j adi sekar ang.

Dalam m elakukan int er aksinya dengan hut an, t er ut am a yang ber kait an dengan aspek ekonom i, seper t i ber bur u, ber ladang, m encar i hasil hut an, dan sebagainya, pr akt ek- pr akt ek m it os m asih banyak dilakukan hingga saat ini. Beber apa hasil penelit ian yang berk ait an dengan hut an yang t er angkum dalam buku “ Kebudayaan dan Pelest ar ian Alam : Penelit ian I nt er disipliner di Pedalam an Kalim ant an Selat an yang disunt ing oleh Eghent er dan Ber nar d Sellat o ( 1999) m enunj uk kan bahw a pr akt ek m it os m asih hidup dalam m asyar akat , baik ket ika seseor ang ( m asyar akat ) akan ber cocok t anam , ber bur u, m aupun ket ika akan per gi m encar i hasil hut an seper t i r ot an dan gahar u. Pr akt ek m it os t er sebut dilakukan m elalui ser angkaian upacar a- upacar a per sem bahan hingga pant angan- pant angan yang har us dipat uhi oleh set iap or ang. Ada keper cayaan t r adisional, bila upacar a-upacar a per sem bahan dan pant angan- pant angan t er sebut dilanggar m aka peker j aan ( akt iv it as) yang dilakukan t idak akan ber hasil dengan baik , bahkan dapat m endat angkan m alapet aka. Pr akt ek- pr akt ek m it os t er sebut didasar kan adanya keper cayaan t r adisional pada m asyar akat set em pat bahw a hut an yang akan m er eka usahakan dikuasai oleh kekuat an- kekuat an gaib ber upa dew a- dew a at au r oh leluhur m er eka. Unt uk it u m er eka w aj ib m elakukan upacar a- upacar a per sem bahan yang dit uj ukan kepada dew a- dew a dan r oh leluhur t er sebut sehingga par a dew a dan r oh leluhur yang m enguasai hut an t er sebut ber sik ap ber sahabat dan m elindungi m er eka. Dem ikian j uga dengan beber apa pant angan yang har us dipat uhi oleh seseor ang ( m asyar akat ) dalam m elakukan ber bagai akt ivit asnya m er upakan per w uj udan dar i pr ak t ek m it os yang dilakukan m asyar akat dem i t er cipt anya keseim bangan alam .

(6)

6 ker angka landasan unt uk ber adapt asi, ber int er aksi, dan m endayagunakan sum ber daya m er api. Keper cayaan ini diyakini pula oleh Ker at on Yogyakar t a yang diw uj udkan dalam bent uk upacar a Labuhan Gunung Mer api.

Moder nisasi yang lebih m engut am akan logika dan r asionalit as ser ingkali dibent ur kan dengan penget ahuan lokal ( kear ifan t radisional) y ang m engem as segala m it os. Dengan kat a sakt i bahw a m it os hanyalah per soalan m ist is belaka, m aka at as nam a kem aj uan, per adaban m anusia yang m erupak an k earifan t radisional, lalu m enj adi diabaik an. Padahal seringk ali k earifan t radisional t ersebut m em baw a dam pak posit if bagi kelest arian dan keseim bangan alam , seper t i t elah diur aikan di at as. Karena it u ek splorasi t er hadap pot ensi k earifan t r adisional dalam set iap kom unit as m asih t et ap per lu dilak ukan.

2 .3 . Ke a r ifa n Tr a dision a l ( I n dige n ou s Kn ow le dge ) da n Pe r lin du n ga n H u t a n Menurut Bulm er ( 1982: 66) , penget ahuan m asyar akat , baik yang m asih hidup at au yang sudah dit inggalk an nam un t elah hidup dalam j angka w akt u yang lam a dan m enj adi pandangan hidup t r adisional adalah pent ing kar ena dua alasan, Per t am a, penelit ian- penelit ian ilm iah t ent ang t um buh- t um buhan dan binat ang- binat ang dapat diper cepat j ika m enggunakan or ang- or ang lokal yang m enget ahui hal t er sebut . Kedua, suat u kehorm at an bagi penget ahuan dan kont eks kebudayaanny a yang m em ungkink an digunakannya penget ahuan t er sebut bagi upaya konser vasi.

Kedua alasan yang dikem ukakan Blum er t er sebut m enunj ukkan bahw a k earifan t radisional y ang berisi ant ara lain penget ahuan- penget ahuan lokal ber kait an dengan t um buh- t um buhan dan binat ang- binat ang diper lukan dalam r angka per cepat an penelit ian dan pem anfaat an m erek a sendiri dalam upay a perlindungan hut an. Alasan t er sebut j uga didasar kan pada pem ikir an bahw a orang set em pat yang sudah ber int er aksi cukup lam a dengan lingkungan dim ana dia hidup dan m encar i nafkah t ent u m em iliki banyak penget ahuan ber kenaan dengan lingk ungan dim ana m er eka hidup, t er m asuk penget ahuan t ent ang hut an sebagai salah sat u t em pat m er eka ber ladang dan m encar i nafkah.

Kearifan t radisional y ang dim ilik i suat u kom unit as ser ingkali m er upakan at ur an- at uran yang sangat ber guna bagi upay a konser vasi at au per lindungan hut an. Seper t i yang dikem ukakan Poffenber ger et al. ( 1990) dan Alcor n & Molnar ( 1990) , bahw a pada dasar nya m asyar akat pedesaan t elah sej ak lam a m elakukan t indakan konser vasi secar a t radisional. Hasil penelit ian Konr adus ( 1999) di Kalim ant an m em bukt ikan hal t er sebut , dim ana m enurut nya pengelolaan hut an um um nya, dan pengelolaan Gahar u khususny a, yang ber laku di kalangan m asyar akat Keny ah m er upakan suat u t indakan dalam r angka ber adapt asi dengan lingkungan hut an. Unt uk m em enuhi kebut uhan hidupnya, m asyar akat m em anfaat kan lingkunganny a sesuai per angkat penget ahuan lokal t ent ang sum ber daya hut an yang ada, dan j uga m engat ur pengelolaan hut an dengan m engacu pada adat t r adisi dan sist em keper cayaan set em pat .

(7)

7 lahan per ladangan yang cocok dit em ukan, yait u : m enebas ( m idik) ; m enebang ( m enepeng) ; m em ot ong dahan ( m et o) ; m enj em ur t ebangan pohon ( pegang) ; m em bakar ladang ( nut ung) ; m em bakar sisa ( m ekup) m enanam padi ( m enugan) ; m er um put ( m abau) ; dan m em anen ( m aj au) . Dalam set iap t ahapan kegiat an t er sebut m aka ada at ur an- at ur an yang har us dipat uhi, ada upacar a- upacar a adat , dan j uga ada pant angan ( t abu) . Kesem ua t ahapan t ersebut har us dipat uhi kalau ingin panen ber hasil.

Dalam kont eks m asyar akat Pakpak , Br ut u ( 2002) m engem ukakan bahw a m asyarakat Pakpak j uga m em ilik i kear ifan t radisional ( penget ahuan lok al) y ang ber fungsi dalam per lindungan ( konser vasi) hut an. I ni t er bukt i dar i dit em ukannya pada m asyarakat Pakpak sej um lah nilai budaya, penget ahuan, at ur an, keper cayaan, t abu, sanksi, upacar a dan sej um lah per ilaku budaya yang ar if dalam pengelolaan lingkungan. Lebih lanj ut Br ut u ( 2002) m engem ukakan bahw a kear ifan dalam konservasi alam t ersebut t erj adi dalam ber hubungan dengan alam . Ada yang disadar i dan ada pula yang t idak disadar i oleh m asyar akat Pakpak yang t er kandung dalam sej um lah nilai, at uran, t abu, dan upacar a, t er ut am a kegiat an yang ber hubungan langsung dengan alam seper t i dalam sist em ladang ber pindah, m encar i dam ar , ber bur u dan m er am u, ser t a penge- lolaan hut an kem enyan.

Bukt i ekologis bagi dam pak posit if kegiat an m anusia secar a t r adisional di beberapa area m em benarkan part isipasi m asyar akat set em pat dalam per lindungan, pengelolaan dan pem ulihan lingkungan ( Walt er s, 1997) . Mer eka m em iliki penge-t ahuan yang sangapenge-t kaya penge-t enpenge-t ang lingkungan alam m er eka, yang dapapenge-t dipakai unt uk m endesain st r at egi- st r at egi pengelolaan pelest ar ian alam yang lebih efekt if, yang cender ung m engik ut ser t ak an m asyar akat lok al di dalam ny a. Pandangan um um pr oyek Pelest ar ian Alam dan Pem bangunan Ter padu ( I CDP) , secar a spesifik ber asum si bahw a pengelolaan yang efekt if dar i sum ber daya alam dan penggunaannya yang ber kelanj ut an sehar usnya m em asukkan pr akt ek- pr akt ek pengelolaan t r adisional, dan m engik ut kan or ang set em pat m ulai dar i t ahap per encanaan ( Eghent er dan Ber nard Sellat o, 1999) .

Dalam pengelolaan hut an lindung Leuser di Sum at er a Ut ar a dan Nangr oe Aceh Dar ussalam , Unit Manaj em en Leuser ( UML) j uga banyak beker j asam a dengan m asyar akat lokal, dan m em anfaat kan penget ahuan lokal t er sebut dalam r angka perlindungan hut an. I dent ifik asi k ear ifan t r adisional ( penget ahuan lok al) y ang ber kait an dengan per lindungan hut an j uga m enj adi agenda pent ing dar i UML dalam m elak sanak an program - program ny a. Penelit ian t ent ang k earifan t r adisional di Kabupat en Dairi ini m erupak an salah sat u upaya yang dilakukan UML unt uk dapat m engeksplorasi k earifan t r adisional t ersebut .

BAB I I I

M ETOD OLOGI PEN ELI TI AN

3 .1 . Tipe Pe n e lit ia n

(8)

8

Pendek at an k ualit at if digunak an k arena penelit ian ini bersifat ek splorasi2, y ait u ingin m enggali penget ahuan lok al ( k earifan t radisional) y ang ada dalam kom unit as m asyar akat , baik yang sudah dit inggalk an ( hilang) m aupun yang m asih hidup ( dipr akt ekkan) di dalam kehidupan m asyarakat lokal.

3 .2 . Su m be r da n Te k n ik Pe n gu m pu la n D a t a

Dat a yang dikum pulkan ber asal dar i dua sum ber , yait u sum ber - sum ber t angan per t am a ( dat a pr im er ) dan sum ber- sum ber t angan kedua ( dat a sekunder ) . Dat a- dat a prim er diperoleh m elalui t ek nik w aw ancara m endalam ( in- depht int er view ) , Kelom pok Diskusi Ter fokus ( Focus Gr oup Discussion - FGD) , dan obser vasi. Sedangkan dat a- sat a sekunder diper oleh dar i dokum en- dokum en, lapor an, publikasi, dan sebagainya.

Waw ancar a m endalam akan dilak ukan dengan sej um lah infor m an. I nfor m an dalam penelit ian ini ant ara lain t erdir i dari k epala desa, t ok oh adat , t ok oh agam a, dan t okoh m asyar akat yang t elah ber usia lanj ut . Dipilihny a t ok oh m asy ar akat yang ber usia lanj ut didasar kan pada pem ikir an bahw a yang ber usia lanj ut lebih m enget ahui kebiasaan- kebiasaan dan m it os- m it os m asa lalu dan dapat m em bandingkannya dengan sit uasi dan keadaan saat ini.

Diskusi kelom pok t er fokus dilakukan dengan penduduk set em pat , khususny a dengan penduduk yang banyak m elakukan akt ivit as yang t er kait dengan hut an, baik sebagai m at a pencahar ian m aupun akt ivit as- ak t ivit as lainnya.

Pengam at an dilakukan t er hadap akt ivit as- akt ivit as m asy ar akat yang t er kait dengan perlindungan hut an, baik yang ber sifat keper cayaan- keper cayaan m aupun t r adisi- t r adisi yang hidup dalam m asyar akat .

3 .3 . Lok a si Pe n e lit ia n

Lokasi penelit ian dit et apkan secar a pur posive di em pat kecam at an, yait u, Kecam at an Tanah Pinem , Kecam at an Silim a Pungga- pungga, Kecam at an Siem pat Nem pu Hilir , dan Kecam at an Tigalingga, Kabupat en Dair i. Penet apan lokasi di em pat kecam at an t er sebut didasar kan pada per t im bangan bahw a daer ah t er sebut m er upakan daer ah yang t er m asuk dalam Kaw asan Ekosist em Leuser ( KEL) , sehingga dapat dipast ikan bahw a daer ah t er sebut m em ilik i kaw asan hut an yang cukup luas dan har us dilindungi ( dilest ar ik an) .

3 .4 . Te k n ik An a lisis D a t a

Sej alan dengan pendekat an penelit ian yang digunakan, m aka analisis dat a dilakukan secar a sim ult an ber sam aan dengan pr oses pengum pulan dat a ( on going analysis) . Tek nik analisis dat a lainny a y ang lazim digunak an dalam penelit ian k ualit at if j uga digunakan dalam penelit ian ini. Penarik an k esim pulan ak an berproses dar i t em uan kesim pulan yang sifat nya longgar dan um um , lalu secar a ber t ahap t er fokus pada eksplanasi dan int erpr et asi m asalah penelit ian.

3 .5 . Ja dw a l Ke gia t a n

Penelit ian ini m em ak an w ak t u selam a dua bulan dengan r incian t ahapan kegiat an sebagai ber ik ut :

2

(9)
[image:9.612.89.490.105.448.2]

9 Tabel 1. Tahapan kegiat an sur vei kear ifan t radisional t erhadap perlindungan hut an

di Kabupoat en Dair i.

Ta h a pa n Ke gia t a n M in ggu

k e

1 2 3 4 5 6 7 8 Per siapan

1. Mapping/ Feasibillit y St udy

2. Penyusunan I nst r um en ( , Pedom an Waw ancar a, Pedom an FGD)

3. Pengurusan I zin Penelit ian

a a

a

Pelaksanaan:

1. Pengum pulan Dat a - St udi Dokum ent asi - Observasi

- Waw ancar a - FGD

2. Pengolahan Dat a - Tabulasi

- Reduksi Dat a - Pem bahasan - Analisis

a a

a aa

a

a a a

a a

Lapor an: 1. Penulisan 2. Sem inar 3. Penggandaan

a a

a a

BAB I V

GAM BARAN UM UM LOKASI SURV EY

Lokasi sur vey m eliput i w ilayah k ecam at an yang t er m asuk dalam Kaw asan Ekosist em Leuser ( KEL) yait u Kecam at an Silim a Pungga- pungga, Siem pat Nem pu Hilir , Tigalingga dan Tanah Pinem .

[image:9.612.87.521.593.703.2]

Jum lah penduduk m enurut j enis k elam in dan kepadat an penduduk di em pat kecam at an lokasi sur vey disaj ikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jum lah penduduk dan kepadat an penduduk lokasi sur vey

No. Kecam at an Luas

( k m2)

Kepadat an penduduk ( j iw a/ km2)

Laki- laki ( or ang

Per em puan ( or ang)

1. Silim a Pungga- pungga 83,40 173 6.983 7.457 2. Siem pat Nem pu Hilir 105,12 132 6.783 7.075

3. Tigalingga 77,0 120 12.169 12.685

4. Tanah Pinem 439,40 45 9.949 10.042

Jum lah 704,92 103,75 35.874 37.262

(10)

10 Dar i Tabel 2 t er lihat bahw a unt uk t ahun 2002 j um lah penduduk laki- laki lebih r endah dar i pada penduduk per em puan.dengan angka sex r at io sebesar 96,03% .

[image:10.612.90.511.152.263.2]

Luas k aw asan hut an m enur ut fungsinya di em pat kecam at an lokasi sur vey disaj ikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas k aw asan hut an m enurut fungsiny a

No. Kecam at an Hut an

lindung ( ha)

Hut an pr oduksi t er bat as ( ha)

Jum lah ( ha)

1. Silim a Pungga- pungga 13.900 800 14.700

2. Siem pat Nem pu Hilir 458 - 458

3. Tigalingga 14.575 2.603 17.178

4. Tanah Pinem 9.781 26.625 36.406

Jum lah 38.714 30.028 68.742

Sum ber : Kabupat en Dair i Dalam Angka Tahun 2002.

Dar i Tabel 3 t er lihat bahw a hut an lindung m asih lebih luas dibandingkan dengan hut an pr oduksi t er bat as di em pat kecam at an, kecuai di Kecam at an Tanah Pinem luas hut an lindung luasnya sem akin ber kur ang dan ber ubah m enj adi hut an pr oduksi t erbat as.

[image:10.612.90.512.372.488.2]

Luas lahan saw ah dan lahan ker ing m enur ut penggunaannya di em pat kecam at an lokasi sur vey disaj ikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas lahan saw ah dan lahan ker ing m enur ut penggunaannya Lahan ker ing ( ha) No. Kecam at an Lahan

saw ah ( ha)

Pekar angan/ bangunan

Tegal/ k ebun

Ladang hum a

1. Silim a Pungga- pungga 1.895 864 788 2.821

2. Siem pat Nem pu Hilir 625 255 9.616 712

3. Tigalingga 120 1.685 2.280 6.425

4. Tanah Pinem 38 100 7.000 500

Jum lah 2.678 2.904 19.684 10.458

Sum ber : Kabupat en Dair i Dalam Angka Tahun 2002.

Dari Tabel 4 t erlihat bahw a m asyarakat di em pat kecam at an sur vey lebih banyak beker j a di lahan t egal/ kebun dan per ladangan ( lahan ker ing) dibandingkan pada lahan saw ah.

BAB V PEM BAH ASAN

(11)

11

hut an. Per lakuan- per lakuan yang dilakukan oleh m asyar akat t er hadap hut an, baik oleh m asyar akat di sekit ar hut an m aupun m asyar akat yang ber ada j auh dar i hut an dapat ber sifat posit if dalam ar t i pelest ar ian hut an, dan dapat pula ber sifat negat if dalam art i t erj adiny a ek sploit asi y ang berak ibat pada k erusak an hut an.

Per lakuan yang ber sifat posit if at au negat if t er sebut sangat dipengar uhi oleh per sepsi ( pandangan) m asyar akat t er hadap hut an. Kar ena it u per lu diket ahui bagaim ana per sepsi m asyar akat , khususnya m asyar akat yang ber m ukim di sekit ar hut an t er hadap keber adaan hut an t er sebut . Berik ut ini ak an dipapar kan bagaim ana per sepsi m asyar akat yang ber m ukim di sekit ar hut an t er hadap keber adaan hut an.

5 .1 . Pe r se psi M a sya r a k a t Te r h a da p Ke be r a da a n da n Pe r lin du n ga n H u t a n Bagi m asyar akat Kabupat en Dair i yang ber m uk im di sekit ar hut an, khususny a di daerah lokasi penelit ian, m em ilik i pandangan bahw a hut an adalah bagian dar i kehidupan m er eka. Pandangan bahw a “ hut an adalah bagian dar i kehidupan m er eka” ber dam pak pada per ilaku m er eka yang t idak sem ena- m ena t er hadap hut an. Mer ek a m em iliki at ur an- at ur an yang disepakat i ber sam a yang har us dipat uhi oleh set iap w arga k et ik a ak an berhubungan ( m em buk a) hut an. Pem ilik hak ulayat t anah3 y ang sekaligus j uga sebagai penghulu ( raj a) m er upakan or ang yang ber hak m enent uk an lokasi m ana yang diper bolehkan, bila seseor ang ingin m em buka suat u lahan unt uk ber ladang. Menurut I nfor m an, dalam m enent ukan lokasi hut an m ana yang boleh dibuka unt ak dit anam i oleh penduduk, r aj a akan m engut us seseor ang ( yang m asih m em iliki hak ulayat at as t anah) unt uk m eninj au lokasi m ana yang baik . Unt uk m enent ukan baik at au t idaknya suat u lokasi, m aka ada sej um lah per syar at an yang har us dipenuhi, dan ada suat u keper cayaan t radisional ( kekuat an gaib) yang dapat m em ber i pet unj uk bahw a lokasi it u m em ang baik unt uk dij adik an lahan per t anian. Set elah segala persy ar at an dipenuhi dan pet unj uk m elalui keper cayaan t r adisional ( kekut uat an gaib) m em per lihat kan t anda- t anda kebaikan, m aka bar ulah seseor ang ( penduduk) t er sebut boleh m enger j akan hut an t er sebut . I ni m enunj uk k an bahw a pem bukaan lahan hut an unt uk kegiat an ber cocok t anam t idaklah dilakukan secar a sem brono, m elaink an dilak uk an dengan cara- car a yang sangat ar if. Pandangan dan perilak u y ang sepert i ini sangat posit if dalam rangk a perlindungan hut an.

Bagi m asyar akat di sekit ar hut an, hut an t iudak hany a dipandang m em ilik i fungsi ek onom is dalam art i sebagai t em pat unt uk m em enuhi k ebut uhan hidupny a, t et api hut an j uga m ereka pandang m em ilik i fu n gsi bu da y a dalam ar t i bahw a hut an m er upakan t em pat ber m ukim nya par a r oh leluhur m er eka sehinga per lu unt uk dilindungi dan dipelihar a. Mer eka j uga m em per cayai bahw a hut an dihuni oleh keuat an- kekuat an gaib yang dapat m em pengar uhi keselam at an kehidupan m er eka, unt uk it u m er eka har us ber sik ap ar if dan sant un kepada hut an. Mer eka j uga m em per cayai bahw a pada pohon- pohon t er t ent u ( biasanya pohon- pohon besar ) dihuni oleh r oh- r oh halus sehingga dilar ang bagi m er eka unt uk m enebangnya, k arena ada k epercay aan t radisional bahw a bila m er ek a m elanggarny a m ak a ak an

3

(12)

12 t er j adi m ala- pet aka yang akan m enim panya at au m asyarakat di sekit ar nya. Adanya per sepsi m asyar akat yang seper t i it u t erhadap hut an berim plik asi pada t et ap t er pelihar anya hut an. Adanya keper cayaan bahw a r oh- r oh leluhur ber m ukim di hut an m er upakan bagian dar i keper cayaan agam a t r adisional. Masuknya agam a-agam a besar seper t i I slam dan Kr ist en t elah m em udar kan keper cayaan t r adisional t er sebut , m eskipun dalam beber apa hal belum sepenuhnya m er eka t inggalkan

Menurut salah seor ang infor m an, per sepsi m asyar akat bahw a hut an adalah bagian dar i kehidupan m er eka, baik dalam ar t i ekonom is m aupun budaya, dan kar ena it u har us dipelihar a, sangat kuat dalam m asyar akat pada per iode sebelum kem erdekaan Republik I ndonesia. Saat it u hut an sangat t erpelihar a dan t idak ada bencana alam sepert i sek arang ini. Pengelolan hut an dalam fungsi ekonom is selaras dengan fungsi budaya ( cult ur al) sehingga keseim bangan lingkungan t et ap t er pelihar a dengan baik . Dengan kat a lain, t idak t er j adi eksploit asi t er hadap hut an. Nam un set elah Kem er dekaan Republik I ndonesia 17 Agust us 1945, seir ing dengan pem bangunan yang dilakukan oleh pem er int ah I ndonesia, ker usakan hut an m ulai t er j adi. Selur uh infor m an m enyat akan bahwa “ ker usakan hut an yang paling par ah t er j adi adalah set elah dikeluar kannya izin HPH kepada par a pengusaha” . Eksploit asi t er hadap hut an t er j adi secar a besar - besar an, t anpa m em per hat ikan dam pak yang diakibat kannya. Masyar akat sekit ar hut an sam a sekali k ehilangan kekuat an kont r ol at as hut an, dan m er eka t idak ber daya unt uk m encegahnya.

Realit as y ang sepert i it u sedik it bany ak t elah m er ubah per sepsi m asyar akat sekit ar t er hadap hut an, m eskipun dalam beber apa hal m asih t et ap bert ahan. Mem udar nya pengakuan m asyar akat at as Hak Ulay at t anah dan hut an j uga m enj adi st im ulus bagi per ubahan per sepsi m asyar akat t er hadap hut an. Mesk ipun Undang-Undang Pokok Agr ar ia No. 5/ 1960 Jo Sur at Ment er i Negar a Agr ar ia/ Kepala BPN No. 5/ 1999 t elah m engakui eksist ensi Hak Ulayat dar i m asyar akat Hukum Adat , nam un kar ena beber apa hal eksist ensi Hak Ulayat t idak ber laku lagi dalam m asyar akat , kecuali di Desa Sopo Kom il Kecam at an Tana Pinem , dim ana m asyar akat m asih m engakui eksist ensi Hak Ulayat dalam penguasaan dan pengelolaan “ Hut an Pam a” seluas kur ang lebih 15 hekt ar . Hasil pengam at an dan w aw ancar a t er hadap inform an m enunj uk kan pengak uan at as eksist ensi Hak Ulayat at as “ Hut an Pam a” m enj adik an hut an t er sebut t et ap t er pelihar a dengan baik. Meskipun ada sebagian w ar ga yang m elakukan pelanggar an dengan m enebang hut an, nam un dengan sank si y ang k uat dar i m asyar akat m aka hal it u dapat dicegah. Yang m elakukan pelanggar an ak an dikenai sanksi yait u dihar uskan m enanam kem bali pohon sej enis dan dikenai denda dengan m em bayar sej um lah uang kepada penghulu ( pem ilik Hak Ulayat ) .

Meskipun fungsi budaya dar i hut an dalam beber apa hal m asih dipegang dan dipr akt ekkan oleh m asyar akat , nam un fungsi ekonom is m enj adi lebih dom inan. Per sepsi m asyar akat t er hadap hut an sebagai sum ber ek onom i ( m at a pencaharian hidup) t um buh sej alan dengan kehadir an HPH ( kapit alis) . Sebagian dar i par a peker j a unt uk kepent ingan pem ilik HPH dir ekr ut dar i m asyar akat sekit ar , dengan im balan ber upa gaj i. Hut an yang dulunya bagi m er eka m em iliki fungsi budaya yang disakralkan, m ulai m engalam i pergeseran, karena ada anggapan bahw a hal t er sebut t idaklah benar . Tekanan ekonom i dan t ekanan j um lah penduduk yang sem akin besar j uga m enj adi penyebab per ubahan per sepsi m er eka t er hadap hut an sehingga m er eka ber anggapan bahw a hut an lebih ber sifat ekonom is.

(13)

13

dalam m elakukan penebangan kayu di hut an, m ulai dit inggalkan. Sebagian dar i m er eka j uga ber upaya unt uk m endapat kan bagian keunt ungan dar i ek sploit asi hut an yang dilakukan oleh par a pengusaha ( kapit alis) dengan m elak uk an k olusi, k hususny a yang ber kait an dengan izin penguasaan hut an oleh penguasa HPH. Keadaan ini kondusif bagi ker usakan hut an yang sem akin par ah. Meskipun t idak dinafik an bahw a sebagian dar i apar at pem er int ah m asih m em ilik i per hat ian yang besar t er hadap pelest ar ian hut an dengan m em ber ikan sanksi yang ber at bagi par a pelaku pencur ian k ay u ( illegal logging) , nam un unt uk beber apa t em pat , kondisi hut an di Kabupat en Dairi, k hususny a di daerah penelit ian j uga sudah m engalam i k erusak an. Hal ini sangat t er kait dengan per sepsi m er eka t er hadap hut an yang sudah m engalam i per ubahan, dar i per sepsi m er eka bahw a hut an adalah bagian dar i kehidupan m er ek a dalam ar t i ekonom is dan budaya, ke ar ah y ang lebih bersifat ekonom i sem at a ( econom ic dom inant ) .

Nam un upaya penyadar an kem bali bahw a hut an t idak hanya ber fungsi ekonom i, t et api j uga m em iliki fungsi budaya dan ekologis oleh ber bagai kalangan, t er m asuk UML, m enunj ukkan bahw a t elah t er j adi per ubahan kem bali per sepsi m er eka akan pent ingnya hut an bagi keseim bangan ekosist em , t er m asuk unt uk keam anan ekonom i m ereka dan keselam at an hidup m er eka ( t er hindar dar i bencana) . Nam un penegakan hukum yang sungguh- sungguh dar i pem er int ah m ut lak diper lukan, dalam r angka per lindungan hut an.

5 .2 . Ke a r ifa n Tr a dision a l D a la m Pe n ge lola a n H u t a n

Sebagaim ana diket ahui bahw a penduduk y ang t inggal di Kabupat en Dair i t er dir i dar i ber agam et nik, dengan et nik Pak pak sebagai penduduk asli. Et nik lain yang dianggap sebagai et nik pendat ang yang j uga dom inan di Kabupat en Dair i t er m asuk di em pat kecam at an yang dij adikan sebagai lok asi penelit ian adalah et nik Bat ak Toba dan et nik Kar o. Ket iga et nik t er sebut , m asing- m asing m em iliki kear ifan t radisional dalam pengelolaan hut an, hal ini diket ahui dar i hasil w aw ancar a yang dilak ukan t erhadap inform an y ang berasal dar i ket iga et nik t er sebut . Nam un secar a subst ansi, k earifan t radisional y ang dim iliki oleh ket iga et nik t er sebut t idaklah ber beda j auh. Per bedaan lebih banyak pada ist ilah yang digunakan ( karena per bedaan dalam bahasa) , sedangkan m akna dan t uj uan dar i kear ifan t r adisional yang dim iliki oleh ket iga et nik t er sebut r elat if sam a. Dalam pem bahasan ber ikut , penelit i lebih m enek ank an pada kearifan t radisional y ang dim ilik i oleh et nik Pakpak dengan alasan bahw a et nik Pakpak adalah penduduk asli Kabupat en Dairi, sedangkan et nik lainnya adalah penduduk pendat ang. Nam un dem ikian, dalam beber apa hal j uga akan dibahas kear ifan t radisional dari et nik Bat ak Toba dan et nik Kar o sebagai bahan pem banding unt uk m em per kaya analisis.

5 .2 .1 . Ke gia t a n Be r la da n g da n Be r k e bu n

Ham pir selur uh penduduk yang ber m ukim di sekit ar hut an yang t er m asuk dalam Kaw asan Ek osist em Leuser ( KEL) adalah pet ani dengan cara ber ladang dan ber kebun4. Tanam an yang dit anam cukup ber var iasi, nam un j agung m er upakan

4

(14)

14

t anam an yang dom inan di sam ping padi dan j enis t anam an yang lainnya. Kopi5 j uga m er upakan j enis t anam an yang banyak dit anam di daer ah ini kar ena keadaan t anah yang sangat cocok unt uk t anam an t er sebut . Sedangkan unt uk t anam an ker as, pohon kem ir i m er upakan t anam an dom inan, di sam ping t anam an ker as lainnya seper t i pohon dur ian.

Di dalam pem ilihan t em pat ber ladang dan ber kebun, ada sej um lah at ur an dan kebiasaan yang har us dipenuhi oleh m asyar akat . At uran dan kebiasaan t er sebut sangat kuat dipat uhi oleh m asyarakat pada zam an dahulu dan m ulai dit inggalkan pada m asa sek arang ini, w alaupun dalam beber apa hal kebiasaan t er sebut t et ap dipr akt ekkan dalam m asyar akat .

Menurut salah seorang inform an, pada w akt u y ang lalu ( k hususny a sebelum kem er dekaan Republik I ndonesia) dim ana Hak Ulayat Mar ga at as t anah m asih kuat dan kut a ( desa) m asih dipim pin oleh seor ang Per t aki6 ( kepala desa) m aka at ur an-at ur an dalam m em buka hut an unt uk kegian-at an per ladangan dan ber kebun sangan-at kuat dalam m asyar akat . Sem ua or ang sangat pat uh dengan at ur an dan kebiasaan yang ber laku dalam m asyar akat set em pat . Seor ang Per t aki m em ilik i k ek uasaan yang t inggi dalam m asyar akat , nam un ia j uga m enj adi seor ang pem im pin yang j uj ur dan ar if. Dalam m elakukan kegiat annya, per ladangan dan ber kebun bukanlah kegiat an ekonom i sem at a- m at a, t et api ber hubungan dengan aspek sosial budaya. Ada sej um lah at ur an, nilai budaya, penget ahuan, upacar a, keper cayaan, t abu dan sanksi yang m engik at m er eka, sehingga m er eka ber buat sebagaim ana m est inya. Beber apa dar i aspek sosial budaya t er sebut kondusif bagi per lindungan hut an ( Ber ut u, 2002) .

M e r in t is La h a n ( M e n ot o)

Sebelum m em buka lahan per ladangan ada sej um lah at ur an, keper cayaan, penget ahuan, upacar a dan t abu yang har us dipat uhi oleh or ang yang akan m em buka ladang. Menur ut infor m an, j ika seseor ang ingin m em buka lahan unt uk per ladangan at au ber kebun, m aka ia t er lebih dahulu har us m em ber it ahukannya kepada Pert aki. Ket ika or ang t er sebut m em ber it ahu keinginannya unt uk m em buka lahan, m aka ia har us m em baw a sej um lah per syar at an unt uk diser ahkan kepada Per t aki. Per syar at an t er sebut adalah: sat u ekor ayam , dua lit er ber as, dan sebut ir kelapa7. Per syar at an t er sebut disebut dengan per kakah bohan ( hut ang adat ) , yang m em iliki m akna sebagai penghor m at an dan penghar gaan kepada Per t aki sebagai seorang pem im pin kut a dan sebagai pem ilik Hak Ulayat t anah.

Set elah per syar at an t er sebut diser ahkan, m aka Per t aki akan m engut us or angnya ( yang m asih t er m asuk dalam kelom pok pem ilik Hak Ulay at t anah) unt uk m encar i lahan di hut an yang dianggap baik unt uk ber cocok t anam , sekaligus m enent uk an har i yang baik unt uk ber angkat m enuj u hut an. Ada sej um lah keper cayaan dan penget ahuan yang dim iliki unt uk m enent uk an apak ah suat u lahan baik at au t idak baik unt uk dij adikan sebagai lahan ber cocok t anam . Penget ahuan t ent ang kesubur an t anah m isalnya dit andai dengan uk ur an besar dan t ingkat

5

Kopi (Kopi Sidikalang) merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Kabupaten Dairi dan sudah terkenal tidak hanya dalam lingkup regional (nasional), tetapi juga ke Mancanegara.

6

Pertaki merupakan seorang pemimpin di tingkat kuta (desa), yang termasuk ke dalam kelompok pemilik Hak Ulayat atas tanah dan sebagai ketua adat. Pertaki adalah seorang raja.

7

(15)

15

kesubur an pohon dan j enis t um buhan ser t a fauna yang hidup di at asnya. Sesuai dengan penget ahuan ( kear ifan t r adisional) m er eka, lahan subur dit andai dengan w ar na pohon yang hij au t ua, adanya j enis t um buhan m elat a yang disebut t eladan ( sej enis t alas) , kom il ( t um buhan m er am bat ) , adanya bekas t elapak kaki r usa at au kam bing hut an dan w ar na t anah hit am abu- abu. Nam un penget ahuan t er sebut saj a t idak cuk up unt uk m enent uk an bahw a lahan t er sebut baik unt uk dit anam i. Tingkat kem ir ingan lahan j uga m enj adi per t im bangan. Di sam ping it u, daer ah- daer ah yang diket ahui sebagai sum ber air j uga dilar ang unt uk digar ap, bahkan t idak diper bolehkan sam a sekali unt uk m enebang pohon yang ada di sekit ar ar eal t ersebut . Set elah suat u lahan diput uskan baik unt uk bercocock t anam , baik dilihat dar i penget ahuan m er eka akan kesubur an t anah, kem ir ingan dan j auh dar i sum ber air , m aka t ahap selanj ut nya sebelum diput uskan bahw a lahan t er sebut boleh digar ap, dit ent ukan oleh Per t aki. Set elah m endapat kan infor m asi dar i or ang yang diut usnya unt uk m eninj au lahan t er sebut , m aka ber dasar kan keper cayaan yang m erek a m ilik i, sebelum m engam bil k eput usanny a, m ak a Per t aki m enunggu m im pinya8 apakah lahan t er sebut boleh at au t idak unt uk digar ap. Kalau ber dasar kan keper cayaannya yang t er w uj ud dalam m im pinya lahan t er sebut baik dan boleh unt uk dit anam i, m aka sang Per t aki akan m em per silahkan or ang t er sebut unt uk m enger j akannya, t et api bila ber dasar kan m im pinya t er nyat a lahan t er sebut t idak boleh diusahakan m aka sang Per t aki akan kem bali m encar i lahan yang bar u dengan car a dan at ur an yang sam a seper t i yang per t am a.

Di sam ping penget ahuan dan keper cayaan t er sebut , m er eka j uga m em ilik i sej um lah pent angen ( pant angan) ket ika m em asuki hut an. Pent angen ( pant ang) t er sebut diant ar anya, t idak boleh ngom ong sem barangan, t idak boleh m andi t elanj ang, t idak boleh buang haj at sem abar angan, dan t idak boleh m enebang pohon sem bar angan.

Penget ahuan, keper cayaan dan pant angan t ersebut m enj adi acuan m er eka ber t indak t er hadap hut an. Dar i penget ahuan, keper cayaan, dan pandangan t er sebut t er lihat bahw a m er eka t idak m enj adikan hut an hanya sebagai obj ek yang dapat diper lakukan sem ena- m ena, t et api m er upakan bagian hidup m er ek a, baik dalam ar t i ek onom i m aupun sosial buday a. Kearifan t radisional y ang m erek a m ilik i m em ilik i ar t i pent ing dalam upaya pem elihar aan dan per lindungan hut an, sehingga kelest ar ian hut an t et ap t er j aga.

Menurut infor m an, penget ahuan, keper cayaan, dan at uran yang seper t i it u t idak lagi sem uanya dipat uhi dan dipr akt ekkan oleh m asyar akat set em pat , khususnya yang ber kait an dengan per set uj uan Per t aki dalam m enent uk an lahan yang boleh diusahakan. Set elah Kem er dekaan Republik I ndonesia 17 Agust us 1945, dim ana Hak Ulay at t anah m enj adi lem ah dan digant ikan dengan hak m ilik pribadi, t idak har us dij adikannya pem ilik Hak Ulayat t anah sebagai pem im pin desa ( k epala desa) m em buat at ur an- at ur an yang ber kait an dengan kegiat an perladangan di hut an m enj adi t idak t er kont rol. Kont r ol dan perlindungan yang dihar apk an dat ang dar i

8

Selain melalui mimpi, kepercayaan untuk menentukan apakah suatu lokasi tanah dapat dijadikan lahan perladangan atau tidak, juga dapat dikatahui melalui cara menebang sebatang pohon di areal tersebut. Jika pohon yang ditebang jatuh kearah Utara meskipun sudah diarahkan ke Selatan maka ada kepercayaan bahwa lahan tersebut tidak boleh untuk diusahakan. Kepercayaan lainnya adalah, bila pada saat mereka pergi menuju hutan untuk mencari lahan yang baik, mereka bertemu dengan suatu rintangan (seperti ketemu binatang buas), maka mereka percaya bahwa daerah yang mereka tuju tidak baik, dan mereka harus membatalkan rencana mereka dan akan dilakukan kembali dengan melihat hari yang baik menurut kepercayaan mereka. Kepercayaan yang seperti itu juga ditemuai pada masyarakat suku lain seperti ditemui pada masyarakat suku Kenyah Bakung di Kalimantan (lihat Ngindra, 1999).

(16)

16 pem er int ah, j uga t idak ber j alan sebagaim ana yang dihar apkan. Fakt or - fakt or t er sebut lah ant ar a lain yang m enyebabkan ker usakan hut an yang sem akin par ah.

Kearifan t radisional y ang dim ilik i m asyar akat t idak hanya t er bat as pada penet apan lahan yang baik dan boleh unt uk dit anam ai at au diusahakan, t et api m encakup sem ua t ahapan kegiat an, m ulai dar i m em per siapkan lahan unt uk dit anam i hinga t ahapan m em anen hasil t anam an. Ada beber apa kear ifan t r adisional ( penget ahuan, keper cayaan, upacar a, dan t abu) y ang har us dilak sank an oleh seseor ang yang ingin m elakukan kegiat an per ladangan set elah t ahap penet apan ( pem er iksaan) hut an selesai, yang t er m asuk dalam kelom pok kegiat an per siapan ladang.

M e n e ba s ( M e n gr a bi/ Ru m a bi)

Set elah kegiat an m er int is lahan ( m enot o) selesai dilakukan, m aka kegiat an selanj ut nya adalah m enebas ( m engr abi) . Menebas m er upakan peker j aan yang dilakukan sebelum m enebang pohon- pohon yang besar. Di baw ah pohon- pohon yang besar biasanya dit em ui pohon kecil dan sem ak belukar di sela pohon-pohon besar . Peker j aan m em ot ong dan m em babat pohon-pohon- pohon-pohon kecil dan sem ak belukar inilah yang disebut dengan m enebas ( m engrabi) . Tuj uan ut am a dar i m enebas adalah unt uk m em at ikan pohon- pohon kecil dan t um buh- t um buhan kecil sehingga dapat m em per m udah peker j aan selanj ut nya. Hasil w aw ancar a dengan salah seor ang infor m an m enyebut kan, ada dua t uj uan dar i peker j aan m enebas ( m engr abi) ini, y ait u: per t am a, m enebas hut an unt uk m em at ikan pohon dan t um buh- t um buhan kecil sehingga pohon dan t um buh- t um uhan t er sebut ker ing dan dapat dengan m udah dibakar pada saat pek erj aan m em bak ar lahan. Hal ini pent ing k ar ena t um buh- t um buhan yang dit ebas nant inya akan ikut m em bant u pem bakaran pohon- pohon besar yang akan dit ebang pada t ahap ber ikut ny a, yang lebih sulit ker ing dan dibakar . Kedua, Menebas ber t uj uan unt uk unt uk m em per siapkan t em pat yang t er buka dan bebas dar i sem ak belukar , sehingga m er eka dapat beker j a lebih am an dan leluasa ket ika m enebang pohon- pohon besar. Alat yang diper gunakan unt uk peker j aan m enebas adalah parang dan arit . Set elah m enebas selesai m ak a dilanj ut kan dengan m engum pukannya m enj adi t um puk an- t um pukan yang siap unt uk dibakar besam a pohon besar yang akan dit ebang pada t ahap selanj ut nya.

Ada at ur an, keper cayaan dan upacar a t ent ent u yang har us dilakukan oleh m asyar akat sebelum , m aupun ket ika m elakukan pekerj aan m enebas. Sebelum peker j aan m enebas dilakukan, t er lebih dahulu diber it ahukan kepada Per t aki unt uk m enent uk an har i yang baik m em ulai peker j aan t er sebut . Di sam ping Per t aki, unt uk m enent uk an har i yang baik m em ulai peker j aan t er sebut j uga dapat diper oleh dar i or ang- or ang yang m em iliki k ekuat an gaib ( dukun) , yang diper caya dapat ber kom unikasi dengan par a r oh leluhur ( Halem pung) . Set elah dit et apkan har i yang baik unt uk m em ulai peker j aan m enebas, m aka m ulailah peker j aan m enebas dilakukan. Pada har i per t am a peker j aan m enebas, sebelum peker j aan dim ulai, m ak a diadakan t er lebih dahulu upacara “ set am puk sir ih” yang dilakukan oleh seor ang dukun. Dalam pelaksanaannya, sir ih t er sebut dilet akkan m enghadap hulu sungai dan sang dukun m em bacakan beber apa m ant er a. Mant er a t er sebut ant ara lain ber bunyi: “ Oh alem pung ber as pat i ni t anoh aku r oh m isen m engodobam u lako m er j um a” [ Oh nenek ( r oh leluhur ) aku dat ang ke sini ber ladang unt uk m encar i hidupk u] . Ada m it os ( keper cayaan) dalam m asyar akat set em pat , j ika upacar a dan m ant er a t er sebut dibacakan m aka r oh leluhur yang ber m ukim di lahan t er sebut akan m elindungi m er eka dan t anam an yang m ereka t anam sehingga ber pr oduksi dengan baik . Upacar a t er sebut sekaligus ber m akna penghorm at an pada r oh leluhur.

(17)

17 kur ang lebih set engah m et er yang dibuat m elingkar ( digulung) ke dalam t anah. Akar diam bil dar i hut an yang akan dit ebas t er sebut . Mant er a ini dim aksudkan agar sepanj ang peker j aan per siapan ladang, selur uh ham a ( ular , babi, dan binat ang-binat ang pengganggu lainnya) keluar dari lahan yang akan diker j akan sehingga t idak m engganggu peker j aan dan t anam an m er eka. Beber apa k ear ifan t r adisional t er sebut m asih t et ap dipr akt ekkan oleh m asyar akat set em pat , w alaupun sebagian t elah m er eka t inggalkan.

M e n e ba n g ( M e r r a ba h )

Set elah selesai m enebas ar eal ladang, bar ulah dilanj ut kan dengan peker j aan m enebang pohon pohon besar ( m er r abah) . Tuj uan m enebang pohon yang besar -besar t er sebut ada dua, yait u: per t am a, agar pohon- pohon yang -besar bisa m at i dan ker ing unt uk selanj ut nya dilakukan pem bakar an. Pem bakar an t er sebut m er eka lakukan karena ada penget ahuan m er eka bahw a abu sisa pem bakar an m er upakan fakt or pent ing unt uk kesubur an t anah. Kedua, ber t uj uan agar t anam - t anam yang dit anam dapat t er kena sinar m at ahar i secar a leluasa. Ber dasar kan penget ahuan m er eka, sinar m at ahar i sangat diper lukan oleh t anam - t anam an.

Meskipun pohon yang besar dapat m engganggu penyinar an m at ahar i pada t anam an m er eka, t et api t idak sem ua pohon- pohon yang besar t ersebut dipot ong. Ada beber apa alasan m engapa pohon- pohon yang besar t er sebut t idak dipot ong, per t am a, t er lalu besar sehingga m em er lukan w akt u yang lam a unt uk dapat m enebangny a, sehingga biasanya hanya hanya dilak ukan pem ot ongan t erhadap dahan dan r ant ingnya saj a; kedua, ada keper cayaan m asyar akat bahw a pohon yang besar dihuni oleh r oh- r oh halus sehingga pant ang unt uk dit ebang; dan ket iga, ada kesepakat an dalam m asyar akat bahw a pohon yang dekat dengan sum ber air t idak boleh dit ebang.

Car a m enebang kayu yang besar - besar dim ulai dengan m enebang pohon yang ber ada diler eng bukit dan t idak sam pai t um bang. Bar u t er akhir m er eka m enebang pohon yang besar yang ber ada di puncak bukit ( bagian ler eng yang lebih t inggi) . Pohon yang ber ada di bagian at as bukit r ebah diar ahkan ke baw ah, sehingga m enim pa pohon yang ber ada di ler eng bagian baw ah dan sem uanya bisa sekaligus t um bang.

Alat yang m er eka gunakan unt uk m enebang pohon- pohon besar t er sebut pada w akt u yang lalu adalah kam pak dan beliung, ser t a ger gaj i t angan. Sekar ang um um ny a m er eka sudah m enggunakan singshaw ( ger gaj i m esin) . Menur ut infor m an, kehadir an alat pem ot ong kayu singshaw ( ger gaj i m esin) m er upakan salah sat u fakt or yang t ur ut m em per cepat ker usakan hut an, kar ena dengan m udah dan cepat or ang dapat m enebang sem uan pohon, t er m asuk pohon- pohon dalam ukur an besar yang sulit dan m em akan w akt u yang lam a bila m enggunakan alat - alat y ang t r adisional seper t i kam pak dan beliung. I ni m enunj ukkan bahw a kem aj uan t eknologi y ang t idak diik ut i oleh pem nfaat an y ang baik dan benar dapat m enim bulkan dam pak negat if yait u ker usakan hut an yang sem akin par ah, yang dapat m engakibat kan m unculnya bencana alam .

M e m ot on g ( M e n e m e t / M e r a pe t / Cin ca n g Pu r u n )

(18)

18 t em pat t inggal dan sebagian lagi unt uk pem buat an gubuk di ladang. Pem buat an gubuk di lahan yang bar u m er eka buka m enj adi pent ing kar ena pada w akt u- wakt u sibuk peker j aan ladang, biasanya m er eka t idak pulang ke rum ah, m elainkan m enginap di ladang m er eka t er sebut agar dapat m enghem at w akt u.

Pe n ge r in ga n

Tahap selanj unya set elah dilakukan pem ot ongan t er hadap dahan dan r ant ing-r ant ing kecil ( cincang puing-r un) , m aka dilakukan pengeing-r ingan t eing-r hadap pohon dan rant ing- rant ing t ersebut . Pengeringan dilak uk an agar m udah dalam m elak uk an pem bakar an, sehingga selur uh pohon dapat seger a m enj adi abu yang ber fungsi unt uk kesubur an t anah. Wakt u yang diper luk an unt uk penger ingan sangat relat if, bisa dalam w akt u yang singkat dan bisa pula m em akan w akt u yang lam a. Hal ini t er gant ung pada cuaca. Jika cuaca cukup cer ah ( panas) , m aka pohon- pohon ak an cepat ker ing dan seger a bisa dibakar , sebaliknya j ika m usim huj an m aka pohon-pohon yang sudah dit ebang akan lam a ker ingnya, sehingga m asa penger ingan m em er lukan w akt u yang lebih lam a. Unt uk m esiasat i lam anya w akt u penger ingan, biasanya m ereka m em ilih m usim kem ar au unt uk m elakukan pem buk aan lahan. Biasany a m asa pengeringan ini m em ak an w akt u k urang lebih 1 ( sat u) bulan.

M e m ba k a r ( M e m u lu h i)

Sebelum pem bakar an dilakukan, dilakukan pengam anan di sekeliling ladang yang akan dibakar , yait u dengan car a m em bersihkan lahan sekeliling ladang dar i dahan, r ant ing, daun, dengan lebar 2- 5 m et er . Tindakan ini disebut dengan m englinglingi, yang ber t uj uan agar lahan per ladangan ket ika dibakar t idak m eram bat m em bakar hut an lain di sekit ar nya. Tindakan m englinglingi ini m erupak an k earifan t r adisional y ang sangat kondusif bagi upaya per lindungan hut an. Car a pem bakar an dilakukan set elah m em pelaj ar i ar ah angin yang ber t iup di ladang pada saat it u. Api haruslah di sulut dar i ar ah dat angnya angin, sehingga pem bakaran pert am a kali ini dapat m enj alar dengan cepat ke selur uh bagian ladang lainnya. Apabila dahan dan r ant ing sudah dikum pulkan dalam t um pukan- t um pukan m aka pem bakaran dilakukan pada set iap t um pukan t er sebut . Tidak sem ua dahan dan bat ang pohon dibakar . Sebagain dar i dahan dan bat ang pohon t er sebut dij adikan sebagai pem at ang dari ladang/ kebun. Tuj uan pem buat an pem at ang dar i dahan dan bat ang kayu t er sebut adalah unt uk m encegah t er j adinya pengikisan t er hadap hum us t anah dan abu sisa pem bakar an apabila t urun huj an. Dengan dem ik ian, ladang/ k ebun t ersebut ak an t erlindung dar i ker usakan dan t et ap t er pelihar a kesubur annya.

M e m be r sih k a n ( M e n ga k u t )

Selang beber apa har i set elah dilakukan pem bakar an, m aka dilakukan pengum pulan dahan- dahan dan rant ing- r ant ing yang belum habis t er bakar di suat u t em pat , biasanya dekat t unggul kayu yang besar dan belum habis t er bakar . I ni dim aksudkan agar selur uh ladang ber sih, sehingga akan m udah m enanam inya dan r um put akan lebih lam a t um buhnya. Apabila lahan t er sebut t er bakar secar a sem pur na pada w akt u pem bakaran per t am a, m aka peker j aan m engakut ini ham pir t idak ada. Pem bakar an hut an dengan sem pur na ber t uj uan agar padi at au t anam an lainnya t um buh subur dan agar rum put t idak banyak ( lam a) t um buhnya.

M e n a n a m ( M a r da n g)

(19)

19 per ladangan har us dilakukan baik y ang bersifat t em porer m aupun secara k ont iniu. Tuj uan dasar nya adalah ber kait an dengan keper cayaan t er hadap penguasa gaib ant ar a lain: dew a t anah at au alam ( ber as pat i ni t anoh) , r oh padi ( t endi page) , dew a m at ahar i ( Sinim at aniar i) , dan penguasa langit , air , dan udar a ( lihat Br ut u, 2002) . Upacar a ini dipim pin oleh pem im pin desa ( r aj a) yang dim aksudkan agar penanam an padi dapat ber langsung dengan baik dan panennya kelak j uga akan ber hasil dengan baik, dan t et ap m enj aga kelest ar ian hut an.

Set elah upacar a m enanda t ahun dan set elah beber apa har i pem bakar an ladang selesai, m ak a m ulailah t ahap m enanam padi ( m ardang) dilakukan. Pada t ahap m ar dang ini, penanam an padi per t am a k ali dilak uk an di lahan m ilik Per t aki dan kelom pok pem ilik Hak Ulayat t anah. Tidak dibenar kan w ar ga biasa ( di luar pem ilik Hak Ulayat t anah) m elakukan m ardang t er lebih dahulu. Sem ua w ar ga, biasanya secar a ber am ai- r am ai t ur ut m em bant u Per t aki dan kelom pok pem ilik Hak Ulayat m elakukan penanam an. Barulah set elah selesai penanam an di lahan Per t aki dan k elom pok pem ilik Hak Ulay at t anah, diper bolehkan m enanam padi di lahan w ar ga lainnya ( w ar ga biasa) .

Tanggal dan har i m ulai m enanam dit ent ukan oleh Pert aki at au dukun ( Per m angm ang/ Guru Sibaso) , yait u seseor ang yang m em ilik i penget ahuan t ent ang har i yang baik bagi penanam an aw al. Per hit ungan har i baik it u didasar kan pada per hit ungan Har i Bat ak. Har i yang dianggap baik unt uk m em ulai penanam an biasanya adalah har i ber as pat i. Unt uk m enent uk an har i baik t er sebut j uga didasar kan pada m im pi dar i sang Per t aki at au sang dukun ( Perm angm ang/ Gur u Sibaso) . Pert aki at au kelom pok pem ilik Hak Ulayat t anah adalah or ang per t am a y ang m em ulai m enanam padi. Set elah it u barulah diik ut i oleh orang- orang lainny a yang hadir dalam upacar a penanam am padi t er sebut .

Ada at ur an dan upacar a t er t ent u dalam penanam an padi har i per t am a ( pem ena) ini. Sebelum penanam an dim ulai, m ak a t er lebih dahulu diadakan upacar a m akan ber sam a ( ber kuah) , y ang dipim pin oleh Per t aki at au Guru Sibaso. Tat a car a ber kuah ( kendur i) t er sebut adalah dengan duduk m elingkar di t engah- t engah lahan yang akan dit anam i, dan nasi dengan lauk - pauk ny a y ang t elah disediak an dilet ak k an di t engah- t engah lingkar an or ang t er sebut . Nasi dibuat sedem ikian r upa sehingga m em bubung seper t i gunung kecil. Set elah sang Per t aki at au Gur u Sibaso m em bacakan beber apa m ant er a ( do’a) kem udian ia m em ulai unt uk m em akan nasi t er sebut . Bar ulah set elah it u diik ut i oleh or ang- or ang yang lainnya. Set elah upacar a m akan t er sebut selesai bar ulah penanam an boleh dim ulai oleh sang Per t aki. Apabila nasi t er sebut belum habis, m aka dapat dim akan kem bali pada w akt u- w akt u ist ir ahat , dan apabila belum j uga habis m aka boleh dibaw a pulang oleh m asing- m asing or ang.

(20)

20 M e m a n e n ( M e r a n i)

Mem anen ( Merani) m er upakan hari yang dit unggu- t unggu oleh pet ani, kar ena m er eka akan m em et ik hasil dar i j er ih payah m er eka selam a ini, baik ket ika m em buka lahan, m aupun per siapan ladang. Mem anen j uga m er upakan har i yang dinant i- nant i set elah sekian lam a w akt u m enunggu. Nam un dem ikian, har i unt uk m em anen t idaklah sem bar angan. Masyar akat m em iliki keper cayaan bahw a ada har i-har i yang baik unt uk set iap t indakan at au peker j aan yang akan dilak ukan. Dem ikian j uga halnya dengan m er ani, ada har i baik unt uk m elakukannya. Tidak sem ua or ang dapat m enget ahui har i baik t er sebut . Sam a halnya dengan har i per t am a m enanam , har i per t am a m em anen ( m er ani) j uga dit ent ukan oleh sang Per t aki at au Gur u Sibaso. Merekalah yang m em iliki kem am puan unt uk m elihat - hari- hari baik t er sebut . Apabila ket ent uan t er sebut dilanggar , ada keper cayaan dalam m asy ar akat set em pat bahw a panennya t idak akan baik dan m em uaskan at au panennya akan cepat habis.

Set elah har i yang baik dit et apkan unt uk m em anen ( m erani) , m aka ada pula at ur an- at uran car a m em anen. Pada har i per t am a m er ani, diam bil ( dipot ong) padi yang m engar ah ke Tim ur sebanyak 7 ( t uj uh) t angkai dan diikat dengan daun padi, lalu dibaw a ke r um ah dan disim pan di t em pat penyim panan padi. Pada har i kedua, diam bil ( dipot ong) padi yang m engar ah ke Tim ur sebanyak 9 ( sem bilan) t angkai dan diikat dengan daun padi, lalu dibaw a ker um ah dan disim pan dit em pat penyim panan padi seper t i yang dilakukan pada har i per t am a. Har i k et iga adalah har i ist ir ahat ( m engaso) , yait u berhent i selam a sat u har i dan ist ir ahat di r um ah. Bar ulah pada har i keem pat dilakukan pem anenan t er hadap selur uh padi yang ada di lahan t er sebut . Car a t er sebut dilakukan kar ena adanya keper cayaan bahw a padi m em ilik i r oh ( t endi page) . Dengan m elakukan car a yang seper t i it u m aka ada keper cayaan bahw a t endi page ik ut ke r um ah, sehingga padi yang t elah dipanen t et ap t er pelihar a, sehingga t idak m udah habis.

Bagi w ar ga biasa ( yang t idak t erm asuk dalam k elom pok pem ilik Hak Ulay at ) set elah panen selesai dat ang m enhadap r aj a ( Per t aki) dengan m em baw a 1 ekor ayam , 2 lit er ( m uk) ber as, dan dua but ir k elapa. Pem berian ini m er upak an sim bol r asa t er im a kasih t er hadap kebaikan r aj a yang t elah m em ber ik an lahan baginya unt uk diusahakan. Pem ber ian yang seper t i it u dilak uk an set iap k ali panen.

Tahapan- t ahapan ker j a yang dilakukan dalam kegiat an per ladangan dan ber kebun m enunj uk kan bahw a m asyar akat set em pat m em iliki kear ifan t r adisional dalam m engusahak an lahan per t aniannya. Ada sej um lah at ur an yang har us m er eka pat uhi, ada sej um lah keper cayaan yang har us m er eka lakukan ada sej um lah t abu yang har us m er eka hindar i, dan ada sej um lah upacar a yang har us m er eka lakukan agar hasil ladang dan kebun m er eka m em uaskan. Sej um lah at ur an, keper cayaan, t abu, dan upacar a t ersebut ser ingkali ber isi nilai dan nor m a yang sangat kondusif bagi upay a pelest ar ian hut an. Walaupun secara ek splisit t uj uan m erek a m elak uk an it u t idak langsung t er kait dengan upaya per lindungan hut an, nam un dar i pr ak t ek-pr akt ek yang m er eka lakukan sangat ber m anfaat bagi upaya per lindungan hut an.

(21)

21 m enyenangk an r oh leluhur t er sebut . Konsepsi t ent ang hut an m enurut m asyar ak at suku Pakpak yang ada di Dair i, ham pir sam a dengan konsepsi m asyar akat suku Jaw a t er hadap Gunung Mer api di per bat asan Jaw a Tengah dan Yogyakar t a ( lihat Minsar w at i, 2002) . Menur ut m asyar akat et nik Jaw a yang ber m ukim di sekit ar Gunung Mer api, Gunung Mer api diyak ini sebagai salah sat u gunung yang m em puny ai kekuat an besar , ant ar a lain m em punyai danyang, dan dit unggu oleh r oh- r oh leluhur yang m em punyai fungsi t er t ent u. Kar ena it u pula lahir keper cayaan, penget ahuan dan upacara- upacar a t er t ent u yang dit uj ukan agar keseim bangan kosm os t et ap t er pelihar a. Keper cayaan, penget ahuan, dan upacar a t er sebut m er upakan kear ifan t r adisional yang ber fungsi m em elihar a kelest ar ian dan keseim bangan ant ar a Gunung Mer api dan m asyar akat sekit ar khususnya, dan selur uh m asyar akat um um nya.

Dalam kont eks m asyarakat di Kabupat en Dair i, dar i hasil w aw ancar a dengan beber apa infor m an m enunj ukkan bahw a pada w ak t u y ang lalu, penduduk t elah m em anfaat kan sum ber daya alam , khususnya sum ber daya hut an dengan baik. Dit inj au dar i sudut ilm iah, sist em per ladangan yang m ereka lakukan m em punyai ar t i ekologi yang cukup dalam , pem bukaan hut an ( m enot o) t idak m er eka lakukan pada daer ah- daer ah yang m em punyai kem ir ingan t anah t inggi kar ena dapat m em bahayakan t anam an m er eka sendir i kar ena t er m akan er osi. Mer eka j uga m em ilih t anah- t anah yang subur unt uk dibuka m enj adi ladang at au kebun yang dit andai oleh sifat - sifat alam iah hut an seper t i dit um buhi oleh pohon t er t ent u, w ar na daun t anam an yang hij au t ua dan sebagainya. Mer eka j uga m asih m em per t im bangkan fakt or lain di sam ping kesubur an t anah, y ait u let ak t anah y ang t idak pada sum ber m at a air . Meskipun t anah sangat subur, t et api bila t anah t er sebut dekat dengan sum ber air ( m at a air ) , m aka m er eka t idak boleh m enj adikannya sebagai ladang at au kebun. Jangankan m enj adik annya sebagai ladang dan kebun, m enebang pohonnya saj a m er eka t idak dibolehkan. Menur ut salah seor ang inform an, m eskipun ada lar angan m enebang pohon di sekit ar sum ber air ( m at a air ) , nam un sekar ang ini, ada j uga yang ber ani m elanggar at ur an t er sebut . Kalau zam an dahulu, ket ika Hak Ulayat m asih kuat , t idak ada yang ber ani m elakukannya kar ena sank si yang diber ikan Per t aki ( r aj a) sangat ker as, dan sem ua w ar ga m endukungnya. Sekar ang ini, dim ana hukum kur ang begit u dit egakkan oleh pem er int ah dan Hak Ulayat sudah t idak kuat lagi, m ak a pelanggar an- pelanggar an t er hadap at ur an yang sudah ada sej ak zam an dahulu ( dari nenek m oy ang) sudah m ulai dit inggalk an.

Penget ahuan- penget ahuan yang seper t i it ulah ( yang sudah ada sej ak zam an dahulu, yang diw ar iskan secar a t ur un- t em ur un) , m er upakan kear ifan t r adisional yang per lu digali dan diprakt ekkan kem bali dalam kehidupan m asyar akat karena k earifan t ardisional baik secara langsung at au t idak langsung sebenarny a berm anfaat bagi upaya per lindungan hut an.

5 .2 .2 . Ke a r ifa n Tr a dision a l D a la m Pe n ge lola a n H u t a n Ke m e n y a n

Selain kegiat an ber ladang dan ber kebun, m asyar akat yang ada di sekit ar hut an di Kabupat en Dair i, sebagian j uga m elakukan kegiat an budiday a hut an unt uk dij adikan kebun kem enyan yang disebut dengan m enggelang. Sam a halnya dengan kegiat an ber ladang dan ber kebun, kegiat an m enggelang ini m er ek a lak uk an j uga dengan penget ahuan, keper cayaan, at ur an, upacar a, t abu dan sanksi yang hidup di t engah- t engah m asyarakat set em pat . Kesem uanya bila dit elusur i lebih j auh sangat pent ing bagi upaya per lindungan hut an.

(22)

22 m elaink an hany a dik ulit i pada pangk al pohon t er sebut , sehingga pohon t idak langsung m at i, t et api baru 1- 2 t ahun k em udian. Cara ini dilak uk an karena diy ak ini bahw a daun- daun yang gugur akan m enj adi pupuk, dem ik ian pula k elak, pohon t er sebut set elah m em busuk j uga akan m enj adi pupuk yang dapat m enyubur kan t anam an.

Car a yang seper t i it u m enunj ukkan bahw a budidaya kem enyan t idak dilakukan secar a m onokult ur ( hanya sat u j enis t anam an saj a) t et api t et ap m em elihar a het er ogenit as t anam an, dengan m em elihar a j enis t anam an pr odukt if lain seper t i, dur ian, duku, j engkol, dan t anam an alam iah lainnya, yang hany a akan dit ebang bila dibut uhkan unt uk m em bangun r um ah. Car a budidaya yang seper t i it u sangat pent ing dalam upaya t et ap t er pelihar anya hut an, set idaknya t idak m enim bulkan ker usakan hut an yang par ah, kar ena t anah m asih t er lindungi oleh ber bagai pepohonan yang dapat m enahan dan m enyer ap air ket ika m usim huj an. Cara budiday a sepert i ini m erupak an k earifan t radisional y ang perlu unt uk dilest ar ikan, kar ena m em ber i m anfaat secar a ekonom is dan m em iliki art i ekologis bagi per lindungan hut an.

Sam a seper t i sist em ber ladang dan ber kebun, dalam pr oses pr oduksi selalu disert ai dengan berbagai at ur an dan upacar a yang ber fungsi sebagai kont r ol dalam pr oses pr oduksi ( lihat Br ut u, 2002) . Jenis upacar anya yait u, m er kot as ( m akan ber sam a/ kendur i) , dan m em int a ij in penguasa hut an ( per sint abien) ket ika hendak m er encanakan dan m engaw ali peker j aan m em buka lahan. Lahan- lahan yang diper bolehkan unt uk dibudidayakan j uga har us m endapat izin dar i Per t aki at au pem ilik Hak Ulayat . Lahan- lahan yang dianggap ker am at dan sum ber m at a air t idak diij inkan unt uk pem budidayaan kem enyan t er sebut .

Set elah sam pai di hut an, j uga m asih ada at ur an yang har us dipat uhi, ant ar a lain, t idak boleh buang haj at , t idak boleh bicar a kot or dan m enj er it , ser t a t idak diper kenankan pula m enyebut nam a- nam a binat ang buas. Kesem uanya it u m enunj ukan bet apa kear ifan t r adisional yang dim iliki oleh m asyar akat lokal m em ilik i fungsi posit if bagi upaya pelest ar ian dan per lindungan hut an.

BAB V I

KESI M PULAN D AN SARAN

6 .1 . Ke sim pu la n

Dar i ber bagai ur aian yang t elah dikem ukakan pada bagian t er dahulu, m aka dapat dit ar ik beber apa kesim pulan:

1. Per sepsi m asyar akat t er hadap keber adaan hut an pada dasar nya sangat posit if bagi upaya pelest ar ian dan per lindungan hut an. I ni diket ahui dar i konsepsi m er eka t ent ang hut an, yait u “ hut an adalah bagian dar i kehidupan m er eka” . Konsepsi ini m elahir kan pandangan bahw a hut an t idak hanya dianggap ber fungsi ekonom is, t et api j uga ber fungsi sosial budaya. Pandangan yang seper t i it u m elahir kan per ilaku yang r am ah t er hadap hut an, kar ena hut an dij adikan sebagai sum ber m at a pencahar ian hidup, sekaligus dipercay a m em ilik i kekuat an gaib dan t em pat ber sem ayam nya r oh leluhur yang har us dihor m at i. Menghor m at i r oh leluhur yang ber sem ayam di hut an, ber ar t i harus t et ap m elest ar ik an hut an.

(23)

23 ekonom i dan fungsi sosial budaya yang seim bang, ber geser m enj adi fungsi ekonom i yang dom inan. Hal ini ber pengar uh t er hadap ker usakan hut an.

3. Tekanan j um lah penduduk, baik per t um buhan penduduk alam iah m elalui angka kelahir an y ang m eningkat , m aupun per t am bahan penduduk akibat m igr asi dar i luar , m er upakan fakt or lainnya yang ber pengaruh t er hadap ker usakan hut an. 4. Masyar akat di Kabupat en Dairi, k hususny a di daer ah lokasi penelit ian m em ilik i

k earifan t radisional dalam pengelolaan hut an m enj adi lahan pert anian, y ait u adanya per hat ian t er hadap lahan- lahan dengan t ingkat kem ir ingan t er t ent u yang boleh diusahakan, lar angan ber ladang dan ber kebun pada daer ah yang m enj adi sum ber air ( m at a air ) , dan pant ang

Gambar

Tabel 2.  Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk lokasi survey  No. Kecamatan Luas Kepadatan Laki-laki
Tabel 4. Luas lahan sawah dan lahan kering menurut penggunaannya No.

Referensi

Dokumen terkait

flava diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan sitotoksik terhadap larva udang dan sel kanker payudara MFC-7 (adenokarsinoma payudara) yang lebih

Pada tahap awal Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Bina Marga Kabupaten Kuningan telah memberikan penjelasan kepada peserta lelang mengenai hal-hal yang perlu disampaikan

Variabel Tingkat Kedisiplinan Belajar memberikan Sumbangan Relatif (SR) sebesar 77% dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 15,785% (3) Pengaruh positif dan signifikan

Dengan ini diber itahukan bahw a Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa Satuan Ker ja Pengembangan LLAJ Sulaw esi Tengah Tahun Anggar an 2011 melalui dana APBN Kementerian Per hubungan

1) Memperoleh masukan perkembangan pelaksanaan praktek pendidikan sehingga kurikulum, metode, dan pengelolaan pembelajaran dapat disesuaikan. 2) Memperoleh masukan

AEON 1% Club - an organization made up of leading companies in AEON Group, will invite students from Indonesia and three other Asian countries to discusses environmental

Berdasarkan kriteria penilaian investasi dengan menggunakan metode Average Rate of Return (ARR), rencana investasi aktiva tetap layak dilakukan karena hasil perhitungan

Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan oleh peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang