• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Kelas di MAN Insan Cendekia Serpong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Kelas di MAN Insan Cendekia Serpong"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

CENDEKIA SERPONG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ERVINA PANDUWINATA NIM 109018200025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Kelas di MAN Insan Cendekia Serpong

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran supervisi akademik kepala sekolah dalam pengelolaan kelas di MAN Insan Cendekia Serpong.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui kegiatan observasi lapangan, wawancara. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari wawancara, dokumentasi. Wawancara dengan kepala sekolah mengenai proses supervisi akademik kepala sekolah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa guru-guru MAN Insan Cendekia sudah dapat mengelola kelas secara baik. Namun dimikian kemampuan tersebut bukan dikontribusi oleh peran kepala sekolah sebagai supervisor, melainkan karena mereka merupakan guru-guru pilihan untuk dapat masuk ke sekolah ini melalui test dan seleksi yang susah sehingga mereka sudah mempunyai bekal dalam mengelola kelas yang baik. Sedangkan kepala sekolah sendiri belum melaksanakan peran secara optimal dalam membantu guru mengelola kelas, hal ini terbukti dari wawancara kepala sekolah menyebutkan bahwa kepala sekolah melakukan supervisi hanya satu atau dua kali dalam satu tahun dikarenakan jadwal kepala sekolah yang jarang berada di sekolah, rapat atau tamu yang datang ke sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepala sekolah hendaknya terus berusaha menjalankan tugas kegiatan supervisi akademik, setidaknya satu semester bisa 2 kali melakukan supervisi akademik, jadi kepala sekolah bisa dapat memperhatikan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.

(7)

ii

Assalamu ‘alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh

Alhamdulillahi Rabbil‘alamiin. Segala puji dan puja hanya bagi Allah

SWT tuhan semesta alam. Karena berkat rahman dan rahim-Nya lah, saya selaku

mahasiswa Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Jakarta diberikan kemudahan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta

salam tak lupa saya haturkan atas baginda Rasulullah, Muhammad SAW beserta

keluarga dan para pengikutnya.

Skripsi ini disusun untuk menambah khazanah keilmuan, selain itu tujuan

dari penyusunan skripsi ini bukanlah hanya sekedar syarat atau tugas akhir

mahasiswa untuk mendapatkan gelar S.Pd (Sarjana Pendidikan) akan tetapi jauh

dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang pembuktian sebagai seorang

mahasiswa untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sangat menyadari,

dalam penyusunan skripsi ini masih sangat sederhana dan jauh dari

kesempurnaan. Memang tidak mudah bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, karena banyak tantangan dan hambatan yang harus penulis hadapi baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan

peran orang-orang terdekat yang dapat memberikan pemikiran dan motivasi

terhadap penulis.

Atas terselesaikannya skripsi ini penulis berterima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang

berharga kepada penulis baik selama penyusunan skripsi maupun selama masa

kuliah, dengan ketulusan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

dan Dosen Pembimbing I

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan UIN

Syarif Hidaytullah Jakarta.

3. Fathi Ismail, MM, Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,

mencurahkan tenaga, perhatian, pengertian dan kemudahan dalam

(8)

iii

Manajemen Pendidikan yang telah mentransformasikan ilmunya kepada

penulis sejak awal perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Dr. Suwardi, M.Pd, Kepala MAN Insan Cendekia Serpong, yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Bapak Suyitno dan Guru-guru MAN Insan Cendekia Serpong yang telah

membantu penulis melakukan penelitian.

7. Ibunda tercinta Rawitis dan Ayahanda tercinta Bahar, yang telah banyak

memberikan dukungan moril dan materil serta tak henti-hentinya

memanjatkan do’a kepada-Nya untuk puteri tersayangnya. Ibunda dan ayahandalah yang menjadi motivator utama bagi penulis, karena beliaulah

yang telah mendidik penulis untuk bersikap mandiri, berani, bijaksana,

sabar dan tegar dalam menghadapi segala tantangan hidup. Sehingga

rasanya ucapan terima kasih ini tidak dapat menggambarkan wujud

penghargaan penulis terhadap ayahanda dan `ibunda yang sangat penulis

sayangi.

8. Kakak-kakak tersayang (Novia Rinta, S.kom dan Yosi Gusnita, S.E) yang

telah memberikan semangat dan doa terhadap penulis.

9. Khairul Amri yang selalu memberikan motivasi, semangat dan kasih

sayang kepada penulis

10. Pimpinan dan staff administrasi Perpustakaan Utama, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan sebagai sumber

bacaan dan referensi yang berhubungan dengan skripsi ini

11. Teman-temanku tersayang, Tia, Ika, Sri, Yayu, Nisa, Azi, Ocy, Silvy, Mia,

Lilis, Havid Hidayat, Mella, Riong yang selalu hadir memberi semangat

dan berkumpul bersama membangun kekuatan untuk berjuang.

12. Kawan-kawan di jurusan Manajemen Pendidikan khususnya kelas A yang

(9)

iv

do’a dalam proses penulisan

Saya panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang

telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh

lebih baik dari-Nya. Aamiin.

Akhirul kalam, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan

yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati saya menerima kritik

dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu ‘alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Jakarta, April 2014

(10)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengelolaan Kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 7

2. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas .... 12

4. Fungsi Pengelolaan Kelas ... 16

5. Kegiatan Pengeloaan Kelas ... 17

6. Kegiatan Guru di Dalam Mengelola Kelas ... 19

7. Tugas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran ... 21

B. Supervisi Akademik Kepala Sekolah 1. Pengertian Supervisi Akademik ... 22

2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik ... 26

3. Prinsip Supervisi Akademik ... 27

4. Teknik Supervisi Akademik ... 30

5. Proses Supervisi Akademik ... 33

6. Kompetensi Supervisi Akademik ... 40

7. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 41

C. Kerangka Berfikir ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian ... 44

(11)

vi

G. Teknik Analisa Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

1. Sejarah MAN Insan Cendekia Serpong ... 49

2. Data Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa ... 51

3. Kurikulum ... 55

4. Sarana dan Prasarana ... 55

B. Deskripsi Data, Anlisis Data, dan Interpretasi Data ... 57

1. Proses Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 57

a. Perencanaan Supervisi Akademik ... 57

b. Pelaksanaan Supervisi Akademik ... 57

c. Pelaporan/ penilaian ... 59

d. Tindak lanjut ... 60

2. Pengelolaan Kelas ... 62

C. Tindak Lanjut ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(12)

vii

Table 2.1 Kegiatan Pengelolaan Kelas ... 18

Table 3.1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 46

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Pendidik... 51

Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik dan Rombongan Belajar ... 54

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem

pendidikan nasional disebutkan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian agama, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”1

Dalam kehidupan suatu Negara pendidikan memegang peranan penting

untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara, karena

pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia ialah melalui

proses pembelajaran di sekolah.

Guru merupakan kunci keberhasilan dalam memperbaiki mutu

pendidikan. Masalah mutu pendidikan juga menyangkut masalah kualitas

mengajar yang dilakukan oleh guru. Melalui supervisi, para guru sebagai

pelaku utama dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dapat dibantu

1

(14)

pertumbuhan dan perkembangan profesinya bagi pencapaian tujuan

pembelajaran

Guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina

dan dikembangkan terus menerus. Tidak semua guru yang didik di lembaga

pendidikan terlatih dengan baik. Potensi sumber daya guru itu perlu terus

tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial dan

maksimal sesuai dengan tujuan utama pendidikan.

Tugas kepala sekolah/madrasah diantaranya melaksanakan pembinaan

dan penilaian teknik dan administratif pendidikan terhadap sekolah yang

menjadi tanggungjawabnya. Tugas ini dilakukan melalui pemantauan

supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Supervisi

meliputi supervisi akademis yang berhubungan dengan aspek pelaksanaan

proses pembelajaran.

Kepala sekolah sebagai unsur pimpinan tertinggi adalah pemimpin

yang bertanggungjawab bagi perkembangan sekolah, sebagai administrator

menentukan kebijaksanaan, merencanakan, mengarahkan, mengendalikan

untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisisen. Tetapi guru

merupakan unsure yang penting dalam mengelola kelas agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Kepala sekolah ditugaskan untuk membawahi para tenaga pendidik

dan kependidikan dituntut kepiawaiannya dalam mengelola dan

mengoraganisir lembaga pendidikan yang dijalankannya sehingga apa yang

menjadi tujuan pendidikan itu dapat tercapai secara optimal.

Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran

jalannya sekolah secara akademis saja, tetapi juga memikirkan pertumbuhan

dan perkembangan sekolahnya, memikirkan hubungan sekolah dengan

masyarakat, hubungan guru dengan wali murid, dan juga mempunyai

wewenang untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan mutu para guru di

sekolahnya melalui tugasnya sebagai supervisor

E. Mulyasa menulis bahwa “salah satu tugas kepala sekolah adalah

(15)

kependidikan.”2

Jadi tugas seorang kepala sekolah bukan hanya memimpin

sebuah sekolah saja tetapi juga mensupervisi kinerja yang dilakukan guru-guru

atau bawahannya di sekolahnya. Kurangnya peran supervisi akademik kepala

sekolah disebabkan antara lain: (1) supervisi dianggap kegiatan formalitas

yang harus dilakukan kepala sekolah, (2) kegiatan supervisi untuk memenuhi

syarat administrasi, (3) banyaknya tugas yang dikerjakan kepala sekolah, (4)

anggapan bahwa guru senior dianggap baik dalam mengajarnya

Tugas guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada

siswa. Seorang guru haruslah menjadi pendidik yang baik sehingga berhasil

dalam tercapainya suatu tujuan pendidikan yang diharapkan oleh seruannya.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru tidaklah ringan. Dalam

melaksanakan tugas sehari-hari guru akan selalu mengahadapi berbagai

masalah, baik masalah yang ada pada siswa maupun masalah pribadi guru itu

sendiri. Dalam proses pembelajaran problem-problem akan muncul

Problem yang akan muncul saat guru mengajar, adalah bagaimana

guru mengelola kelas dengan sebaik-baiknya. Sebagai guru ia harus mampu

mengajar dengan tenang sehingga dapat menyampaikan materi pelajaran

secara sistematis dan dapat dipahami oleh semua murid, guru harus mengajar

dengan penuh semangat, kegembiraan karena dengan itu dapat menarik

perhatian siswa dalam menngikuti pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

Dalam menunjang pelaksanaan tugas guru di kelas, guru dituntut untuk

memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, karena guru memegang peranan

penting dalam pengelolaan kelas. Karena apabila guru tidak melaksanakan

tugas dengan baik maka hasil pelaksanaan manajemen atau pengelolaan kelas

tidak akan memuaskan. Selain itu keberhasilan pengelolaan kelas juga

berpengaruh dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu

2

(16)

siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar yang dapat

berpengaruh dalam prestasi belajar siswa.

Kurangnya usaha guru dalam meningkatkan pengelolaan kelas secara

baik umumnya merupakan kelemahan dari guru itu sendiri. Meskipun tugas

penataan bukan hanya dilakukan oleh guru saja tetapi juga oleh siswa, tetapi

kuncinya ada pada kemampuan guru dalam mengelola kelas. Guru hanya

terpaku dalam memberikan materi saja tanpa memperhatikan kondisi kelas

dalam pembelajaran, sebab jika tidak didukung oleh lingkungan yang kondusif

maka sulit mencapai hasil yang optimal.

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi

pembelajaran yang dilakukan guru, seperti pengaturan metode, strategi dan

kelengkapan dalam pengajaran sebagai bagian dari kegiatan manajemen

pembelajaran. Yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan

pembelajran yang efektif dan efesien maka guru harus menguasai pengelolaan

kelas. Pengelolaan kelas sangat penting untuk terciptanya suasana mengajar

yang kondusif, bukan hanya membantu guru dalam proses belajar mengajar

tetapi yang lebih penting menjadikan siswa mudah dalam belajar, merasa

nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar.

Sering terjadi beberapa sekolah, pengelolaan kelas kurang baik,

kondisi kelas yang kurang efektif dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam

belajar dan dapat menghambat optimalisasi proses pembelajaran. Sekolah

tersebut memang sulit untuk menerapkan pengelolaan kelas yang baik, karena

butuh kerjasama dari semua pihak terutama guru dan kepala sekolah. Hal

tersebut tidak dialami di MAN Insan Cendekia, pengelolaan kelas yang sudah

baik dan kenyamanan dalam belajar sangat berpengaruh dalam proses

pembelajaran.

MAN Insan Cendekia sebagai sebuah lembaga pendidikan yang formal

berusaha memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik dan mencapai target yang ditentukan, dan MAN

Insan Cendikia juga sudah memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana untuk

(17)

MAN Insan Cendekia dengan status diakui sekarang ini,

memungkinkan dapat menarik masyarakat dalam hal ini orang tua murid

untuk memberikan kepercayaan mendidik putra-putrinya, sehingga dalam

tahun-tahun yang akan datang mampu menjadi sekolah yang lebih baik lagi.

Maka untuk meraih perkembangan tersebut bukan hanya peran kepala sekolah

yang diperlukan tetapi peran guru dan siswa di sekolah juga sangat diperlukan

dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran

Guru di MAN Insan Cendekia tidak ada yang mengajar di sekolah lain,

karena tidak diberikan izin dari pihak sekolah untuk mengambil kegiatan

mengajar di sekolah lain. Hal ini membuat guru-guru tersebut menjadi tidak

sibuk di luar sehingga guru dapat mempersiapkan materi yang akan diajarkan

dengan baik.

Dari hasil pra observasi (pra penelitian) yang penulis lakukan dengan

kepala sekolah terdapat persepsi bahwa jarangnya supervisi akademik yang

dilakukan oleh kepala sekolah, hanya satu atau dua kali dalam satu tahun.

Tetapi itu tidak membuat pengelolaan kelas di MAN ini menjadi buruk.

Pengaturan sistem pengelolaan kelas yang sudah berlangsung sekarang,

nampak adanya faktor yang mendukung untuk mencapai harapan dan tujuan di

atas antara lain : fasilitas pendidikan yang sudah lengkap, terdapatnya

guru-guru yang berkualitas. Para guru MAN Insan Cendekia Serpong selalu

berusaha mengelola kelas sebaik mungkin, tetapi tidak dikontribusi oleh peran

supervisi akademik kepala sekolah.

Maka dari uraian di atas, penulis memandang perlu untuk membahas

ini dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran

Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Efektivitas

Pengelolaan Kelas di MAN Insan Cendekia Serpong”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi Masalahnya

adalah :

(18)

2. Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kepada guru dalam pengelolaan

kelas masih jarang dilakukan

3. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru sudah berjalan dengan baik

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah yang telah dipaparkan di atas

adalah peran kepala MAN Insan Cendekia dalam melaksanakan bimbingan/

pembinaan dan pengawasan di bidang akademik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka terdapat beberapa rumusan

masalahnya adalah

1. Bagaimana supervisi akademik dilaksanakan oleh kepala sekolah?

2. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas di MAN Insan Cendekia?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dia atas, maka penelitian ini memiliki

tujuan untuk mengetahui peran supervisi akademik kepala sekolah dalam

pengelolaan kelas MAN Insan Cendekia.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

manfaat bagi:

1. Kepala sekolah : sebagai bahan masukan agar dapat melaksanakan

supervisi yang lebih baik lagi dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan

kelas

2. Guru : sebagai bahan masukan untuk membantu dalam kelancaran

(19)

7 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Guru sebagai pendidikan professional mempunyai tugas dan

peranan, merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran agar tujuan dan

kegiatan tersebut akan lebih terarah dan berhasil, menguasai dan

mengembangkan materi pembelajaran berupa bahan bidang studi dalam

kurikulum sekolah dan bahan pengayaan atau penunjang bidang studi,

melaksanakan proses belajar pengajaran dimana terjadinya interaksi antara

guru dan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada

siswa dan untuk mencapai tujuan pengajaran, mengontrol dan

mengevaluasi kegiatan siswa untuk dapat menentukan tercapai tidaknya

tujuan pendidikan dan pengajaran.

Usaha guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang

efektif akan terwujud apabila guru mengetahui secara tepat faktor-faktor

yang dapat menunjang agar terciptanya kondisi yang menguntungkan

dalam proses belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu

mengelola masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan

dapat merusak suasana belajar mengajar, menguasai berbagai pendekatan

dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah

(20)

Menurut Hornby dalam Oxford Advanced Leaner’s Dictionary

(1986) mendefenisikan kelas sebagai “group of students taught together or

location when this group meets to be taught”. Dengan demikian, kelas

merupakan sekelompok siswa yang diajar bersama atau suatu lokasi ketika

kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang

diformat secara formal.1

Dalam arti sempit kelas menunjukkan suatu ruangan dibatasi 4

dinding atau tempat murid-murid belajar, tiap bangunan sekolah di bagi

kedalam ruangan-ruangan bangunan yang menunjukkan ruang kelas.

Dalam arti luas kelas dapat pula diartikan sebagai kegiatan pembelajaran

yang dibedakan oleh guru kepada murid-murid dalam suatu ruangan untuk

satu tingkat tertentu pada jam tertentu.2

Kelas bermakna “tingkatan” untuk menunjukkan status atau posisi

anak di sekolah tertentu, misalnya kelas I, kelas II, dan sebagainya.3 Adapun yang dimaksud kelas adalah pangkat, tingkatan, ruang tempat

belajar di sekolah.

Dengan demikian kelas merupakan sekelompok siswa belajar

bersama ditempat yang sama dengan bimbingan dari guru dalam proses

pembelajaran dan dalam tingkatan yang sama. Pengertian terminologi

pengelolaan kelas dibangun oleh dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas

dalam makna ruang kelas. Menurut Raka Joni “pengelolaan kelas

menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar

mengajar.”4

Pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan

seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran

1

Sudarwan Danim, inovasi pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 167

2

Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Bahan Belajar Mandiri, 2006), Cet I, h. 28

3

Danim. Loc. cit.

4

(21)

maupun komponen pendukungnya.5“pengelolaan kelas menurut M Entang berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya

proses belajar mengajar.”6

Sedangkan E. C. Wragg mengatakan

Pengelolaan kelas adalah kegiatan pengelolaan perilaku murid-murid,

sehingga murid-murid dapat belajar.7

Pengelolaan kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru

yang berdasarkan sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi

proses kegiatan belajar mengajar dengan baik. tugas guru yang utama

adalah mampu menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi

belajar mengajar yang memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan

sungguh-sungguh.

Menurut Suharsimi Arikunto pengelolaan kelas adalah: suatu usaha

yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar atau

yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga

dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.8

Manajemen kelas/ pengelolaan kelas adalah “suatu rentetan

kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas

yang efektif, yang meliputi, (1) pengajaran guru, (2) pengaturan

penggunaan waktu yang tersedia, (3) pengaturan ruangan dan perabot

pelajaran di kelas, serta (4) pengelompokan siswa dalam belajar”9

Suatu kondisi belajar akan optimal akan dicapai, apabila seseorang

guru mampu mengatur siswa dengan suasana pengajaran yang serasi serta

mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengelola kelas

5

Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refik Aditama, 2007), h. 104

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta : C.V Rajawali 1992), hal 67-68

9

(22)

sangat erat hubungannya dengan penyediaan kondisi menguntungkan bagi

siswa untuk belajar.10

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan kelas adalah upaya guru dalam membantu proses belajar

mengajar untuk mencapai pembelajaran.

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Secara umum dikatakan bahwa tujuan diadakannya pengelolaan

kelas adalah agar proses belajar mengajar telaksana dengan baik dan siswa

dapat termotivasi dalam belajar sehingga tujuan pengajaran pada

umumnya dapat tercapai.

Sebagai pengelola kelas guru harus mampu mengelola kelas

dengan baik, karena tanpa mengelola kelas dengan baik maka akan

menghambat proses belajar mengajar karena kelas merupakan lingkungan

belajar serta suatu aspek dari lingkungan yang perlu diorganisasi.

Menurut pendapat Uzer Usman tujuan umum pengelolaan kelas

adalah : menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk

bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan

khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam

menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa

memperoleh hasil yang diharapkan.11

Jadi dari pendapat Uzer Usman tujuan pengelolaan kelas adalah

dalam mengembangkan kemampuan siswa digunakan fasilitas-fasilitas

kelas untuk kegiatan belajar mengajar, jika tidak adanya fasilitas kelas

maka kegiatan belajar mengajar akan terhambat untuk mencapai hasil yang

baik.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Dirjen PUOD dan Dirjen

Dikdasmen 1996:

10

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Cet. 19 h. 10

11

(23)

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar

maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin

b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi

terwujudnya interaksi pembelajaran.

c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang

mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan

lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.

d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social,

ekonomi, budaya serta sifat-sifat individualnya.12

Tujuan Pengelolaan Kelas menurut A. C. Wragg adalah:

a. Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan yang

sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa

b. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam

melakukan tugas-tugas sesuai dengan kemampuannya.13

Tujuan pengelolaan kelas ini adalah agar dapat mendorong siswa

mengembangkan tanggung jawab indvidu maupun klasikal dalam

berprilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang

berlangsung, menyadari kebutuhan siswa, serta memberikan respon yang

positif terhadap perilaku siswa.14

Sedangkan menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono dalam bukunya

menyebutkan, proses belajar mengajar penggunaan komponen dalam kelas

mempunyai beberapa tujuan bagi siswa yaitu:

a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap

tingkah laku

b. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tat

tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu

peringatan, dan bukan kemarahan.

12

Ade Rukmana., Op. Cit. h. 43

13 Ibid 14

(24)

c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta

tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.15

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan diadakannya

pengelolaan kelas adalah agar siswa dapat melakukan proses belajar

mengajar dengan baik dan siswa juga dapat termotivasi dalam belajar, dan

itu didukung dengan pengelolaan kelas yang baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

a. Kondisi fisik, lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh

penting terhadap hasil pembelajaran, lingkungan fisik yang dimaksud

meliputi:

1) Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak

leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara

siswa yang satu dengan siswa lainnya pada saat melakukan

aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis

kegiatandan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.

2) Pengaturan tempat duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat

mengontrol tingkah laku siswa.

3) Ventilasi dan pengaturan cahaya

Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk

terciptanya suasana belajar yang nyaman.

4) Pengaturan penyimpanan barang-barang.

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang

mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan

bagi kepentingan belajar.

15

(25)

b. Kondisi sosio-emosional

Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,

kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.

1) Tipe kepemimpinan; peranan guru dan tipe kepemimpinan guru

akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas

2) Sikap guru; dalam menghadapi siswa yang akan melanggar

peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat

dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat

diperbaiki.

3) Suara guru: melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah

terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan

mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga

pelajaran cenderung tidak diperhatikan.

4) Pembinaan hubungan baik (raport); dengan terciptanya hubungan

baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh

gairah dan semangat, bersikap optimis, realistis dalam kegiatan

belajar yang sedang dialakukannya.

c. Kondisi Organisasi

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik

tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah

pengelolaan kelas.16

Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan

situasi ruang kelas dan sekolah, beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan adalah:

1) Ukuran ruang kelas

2) Jumlah siswa

3) Tingkat kedewasaan siswa

4) Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu

lalangnya siswa

16

(26)

5) Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu

lalangnya siswa lain.

6) Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran

gotong royong, dan

7) Pengalaman siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran

gotong royong.17

Pengelolaan kelas pada hakikatnya berkenaan dengan tata cara

mengatur proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas agar berjalan

lancar. Kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam kelas:

a. Pengelolaan Siswa

Dalam rangka mewujudkan suatu pengelolaan yang baik,

murid-murid dalam suatu kelas perlu diorganisir lebih baik lagi demi

efektifitasnya suasana kelas. Yang termasuk pengelolaan siswa adalah:

1) Pengorganisasian siswa

Pengorganisasian siswa apabila dikelola dengan baik

mempunyai fungsi yaitu : menciptakan ketertiban kelas. Untuk

memelihara kebersihan kelas siswa dibagi tugas secara bergiliran,

dan juga dapat membantu menyediakan sarana pengajaran, seperti

penyediaan kapur tulis, alat peraga atau buku paket dan lain

sebagainya.18

Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk

sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil kelas,

sekretaris, bendahara dan beberapa seksi sesuai kebutuhan.

Pemilihan para personel kelas ini dilakukan oleh anggota kelas

secara demokrasi dengan dibimbing oleh guru wali kelas. Dengan

demikian guru telah memenuhi fungsinya sebagai pengelola dalam

membina sifat-sifat murid-murid.

17

Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h 51

18

(27)

2) Penugasan Kelas

Pemberian tugas yang bervariasi sangat membantu dalam

meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Pemberian tugas

hendaknya tidak hanya terpaku kepada mendengarkan ucapan guru

saja, tetapi siswa harus aktif mengembangkan informasi yang

diterimanya dari guru.

Tugas yang dibagikan hendaknya harus jelas dan tegas

sehingga tidak membingungkan siswa. Siswa harus dapat

memahami dengan jelas apa yang harus dilakukannya dalam

menyelesaikan tugas tersebut. Oleh karena itu di dalam

memberikan tugas memperhatikan hal berikut :

a) Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai

dari pemberian tugas tersebut.

b) Guru menetapkan target maximal yang akan dicapai dengan

pemberian tugas

c) Guru harus konsekuen terhadap peraturan yang telah

ditentukan. Apabila tidak, maka pada pemberian tugas yang

berikutnya siswa akan kurang memperhatikan, misalnya siswa

yang terla\mbat mengumpulkan tugas pada waktunya tanpa

alasan yang jelas dianggap tidak mengumpulkan tugas, atau

siswa yang paling baik mengerjakan tugasnya akan diberikan

hadiah.19

b. Pengelolaan ruang dan alat pengajaran

Agar terciptanya suasana belajar yang kondusif, perlu

diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas, sehingga tercipta

suasana belajar yang menggairahkan dan dapat mendukung

meningkatnya intensitas proses belajar peserta didik dan dapat

mendukung meningkatnya intensitas proses belajar peserta didik dan

mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.

19Ibid

(28)

Ditinjau dari fungsi dan peranannya terhadap proses belajar

mengajar, maka saran pendidikan dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

1) Alat Pelajaran, adalah alat yang digunakan secara langsung dalam

proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud alat tulis, alat

peraga dan alat praktek.

2) Alat Peraga, menurut Anwar Yassin yang dikutip oleh Suharsimi

Arikunto adalah : alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat

berupa perbuatan atau benda yang sudah memberi pengertian

kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai pada

yang konkrit.

3) media pengajaran, adalah sarana pendidikan yang digunakan

sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih

mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan

pembelajaran.20

Kondisi tempat duduk yang digunakan siswa dapat

mempengaruhi proses belajar. Jika tempat duduk dalam kondisi bagus

dala arti siswa merasa nyaman, maka siswa dapat belajar dengan

tenang. Akan tetapi jika tempat duduk dalam kondisi rusak, tidak ada

sandarannya maka proses belajar akan terhambat.

4. Fungsi Pengelolaan Kelas

Fungsi pengelolaan kelas merupakan fungsi-fungsi pengelolaan

yang diaplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan

pembelajaran yang hendak dicapainya. Kegiatan tersebut meliputi:

a. Merencanakan, adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai

atau diraih di masa depan. Merencanakan pada dasarnya membuat

keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan

diambil, sumberdaya yang akan di masa depan. Merencanakan pada

dasarnya membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju,

20

(29)

tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/

metode yang dipilih untuk digunakan.

b. Mengorganisasikan, adalah proses mengatur, mengalokasikan dan

mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara

anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Memimpin, institusi pendidikan lebih menekankan pada upaya

mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan

tugas pokok fungsinya dengan baik. Memimpin menurut Stoner adalah

proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan

dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi.

d. Mengendalikan, institusi pendidikan adalah membuat institusi berjalan

sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan sampai kepada tujuan

secara efektif dan efisien.21

5. Kegiatan Pengelolaan Kelas

Kegiatan pengelolaan kelas meliputi dua kegiatan yang secara garis

besar terdiri dari:

a. Pengaturan orang (siswa) adalah bagaimana mengatur dan

menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektualnya

dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk

memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan

keinginannya.

b. Pengaturan fasilitas, adalah kegiatan yang harus dilakukan siswa,

sehingga seluruh siswa dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam

kelas. Pengaturan fisik kelas diarahkan untuk meningkatkan efektivitas

belajar siswa sehingga siswa merasa senang, nyaman, aman dan belajar

dengan baik.

Pengaturan siswa dan fasilitas kelas dapat dilihat dalam bagan

seperti di bawah ini:

(30)

Table 2.1

Kegiatan pengelolaan kelas secara garis besar terdiri dari

pengaturan orang (siswa), dan pengaturan fasilitas belajar mengajar terdiri

dari ventilasi, pencahayaan, kenyamanan, letak duduk dan penempatan

siswa.

Penataan ruang kelas sangat berpengaruh terhadap proses

pembelajaran, salah satunya letak duduk atau penataan bangku dalam

proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning,

mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, ada beberapa

model penataan bangku yang biasa dipakai dalam pembelajaran. Beberapa

model penataan bangku yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran

yaitu:

a. Meja tapal kuda: siswa berkelompok diujung meja.

b. Meja panjang: siswa berkelompok diujung meja.

c. Penataan tapal kuda: siswa dalam satu kelompok ditempatkan

berdekatan.

d. Meja laboratorium.

1) Tugas individu

2) Tugas kelompok dengan membalikkan kursi

e. Meja kelompok: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan

f. Klasikal: siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.

22

(31)

g. Bangku individu dengan meja tulisnya: penataan terbalik

h. Meja berbaris: dua kelompok duduk berbagi satu meja.23

6. Kegiatan guru di dalam megelola kelas yaitu:

a. Penataan siswa di dalam kelas

1) Mengorganisasikan siswa

Pengorganisasian siswa dikelola dengan baik, organisasi

siswa ini mempunyai dua fungsi yaitu:

a) Melatih siswa dalam berorganisasi

b) Menciptakan ketertiban kelas

Organisasi kelas biasanya memiliki bentuk yang sangat

sederhana terdiri dari ketua kelas, sekretaris, bendahara dan

beberapa seksi sesuai kebutuhan.

2) Mengenal sifat dan tingkah laku siswa di kelas

Setiap guru harus mengenal sifat dan tingkah laku siswa agar dapat

memudahkan dalam proses pembelajaran, dan dapat menangani

masalah yang terjadi di dalam kelas.

3) Kegiatan-kegiatan guru di dalam kelas

a) Mengecek kehadiran siswa

b) Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa

c) Pendistribusian bahan dan alat

d) Mencatat data

e) Pemeliharaan arsip

f) Menyampaikan materi pelajaran

g) Memberikan tugas/PR24 b. Penataan ruang kelas

Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan

situasi ruang kelas dan sekolah. Seperti ukuran ruang kelas, jumlah

siswa dan tingkat kedewasaan siswa.

23

Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 51-52

24

(32)

1) Pengaturan tempat duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat

mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan

mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.

2) Pengaturan alat-alat pengajaran

Barang-barang disimpan pada tempat yang khusus yang

mudah dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan bagi

kepentingan belajar. Barang-barang yang nilai praktisnya tinggi

dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman

kurikulum, kartu pribadi dan sebagaimana hendaknya ditempatkan

sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan

siswa.25

3) Pengaturan Ventilasi dan tata cahaya

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan kelas

salah satunya adalah kondisi fisik seperti ventilasi dan pengaturan

cahaya menurut Syaiful Sagala, mengenai pengaturan cahaya dan

ventilasi, berdasarkan pengamatan para peneliti bahwa kelas yang

baik haruslah dilengkapi jendela dan ventilasi yang memadai

sesuai standar kesehatan sehingga memungkinkan udara, cahaya

masuk dengan baik. Kondisi kelas demikian ini bisa menjamin

kesehatan para siswa, yang lebih utama lagi siswa merasa nyaman

dalam belajar. Ruangan cukup terang dan tidak membuat siswa

silau26 c. Disiplin Kelas

Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh

yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat

memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan

25

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran:Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 168

26

(33)

juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin

ditujukan peserta didik terhadap lingkungannya.27

Dari berbagai uraian teori tentang efektivitas pengelolaan kelas,

maka yang dimaksud efektivitas pengelolaan kelas adalah berbagai

jenis kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan mendayagunakan

seluruh potensi kelas agar menciptakan kondisi yang optimal dalam

proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang

efektif dan efisien. Evektivitas pengelolaan kelas tersebut dapat diukur

dengan indicator pengelolaan fisik yang terdiri dari, penataan tempat

berlangsungnya proses belajar mengajar, pengaturan tempat duduk,

ventilasi dan pengaturan cahaya, pengaturan penyimpangan

barang-barang. Sedangkan pengelolaan siswa terdiri dari peningkatan

kesadaran dari guru, mengenal alternative pengelolaan, menciptakan

kontrak social, mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang

timbul.

7. Tugas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk

mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi

yang dimilikinya.28

Hal pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap para

ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap

persoalan pendidikan ahli pendidikan muslim terdahulu adalah

pengahargaan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral

yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas mengajar bukan hanya

sekedar sebagai profesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntunan kewajiban

agama.

Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan

kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam

27

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 120

28

(34)

bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara professional dalam

menjalankan fungsinya sebagai guru.

Pada dasarnya ada dua macam kegiatan yang dilaksanakan oleh

setiap guru, mereka mengelola sumber belajar dan melaksanakan dirinya

sebagai sumber belajar. Apabila seorang guru dengan sengaja menciptakan

suasana belajar di dalam kelasnya dengan maksud untuk mewujudkan

tujuan yang sudah dirumuskan maka ia bertindak sebagai “guru-manajer”. Guru adalah sumber belajar untuk menentukan tujuan belajar dari pada

buku, kaset video sebagai sumber belajar.29

Penguasaan kelas ini merupakan masalah bagi guru terlebih bagi

para guru di kota-kota besar yang menghadapi siswa dengan keberagaman

latar belakang sosiokultur keluarga, serta perubahan-perubahan pada

anak-anak yang sangat kaya dengan informasi.

Dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak hanya

dengan penampilan menarik, penuh optimisme, antusias dan menguasai

bahan ajar dengan baik, namun guru juga harus memiliki berbagai

kemampuan penguasaan kelas dengan tidak menggunakan pendekatan

pemaksaan atau berbagai bentuk kekerasan psikologis lainnya, tapi justru

menggunakan berbagai pendekatan pedagogic yang mampu menciptakan

suasana tenang, penuh keceriaan dan penuh motivasi untuk belajar.

Menurut Muhammad Uzer Usma bahwa “Kualitas dan Kuantitas belajar

siswa di dalam kelas bergantung banyak faktor, antara lain ialah guru,

hubungan pribadi antara siswa didalam kelas, serta kondisi umum dan

suasan di dalam kelas.30

B. Supervisi Akademik Kepala Sekolah

1. Pengertian supervisi akademik

Secara bahasa supervisi berarti mengamati, mengawasi, atau

membimbing kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan

29

Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar,( Jakarta: Rajawali Press, 1991), cet II, hal. 34

30

(35)

maksud untuk mengadakan perbaikan. Supervisi berasal dari kata

“super” artinya lebih atau atas, dan “vision” artinya melihat atau meninjau. Secara estimologis supervisi artinya melihat atau meninjau yang dilakukan

oleh atasan terhadap pelaksanaan kegiatan bawahannya.31 Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir kearah

usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik yang

dapat disebut dengan supervisor.

Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas

pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai

sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.32 Jadi supervisi merupakan upaya melakukan perbaikan kepala sekolah dalam

memberikan masukan dan arahan oleh supervisor, sebagaimana dikutip

Piet. A. Sahertian, supervisi adalah “suatu usaha menstimulasi,

mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru

di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih

mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi

pengajaran”.33

Menurut Sergiovani dan Starrat, supervisi merupakan suatu proses

yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor

dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan

pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih

baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan

sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif”.34

Konsep supervisi didasarkan atas keyakinan bahwa perbaikan

merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang

berpartisipasi dan supervisor yang bertindak sebagai stimulator,

31

Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), Cet. Ke-1, h.41

32

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2005), Cet. Ke-15, h. 76

33

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h.17

(36)

pembimbing, dan konsultan bagi para tenaga pendidik dalam rangka upaya

perbaikan. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan,

tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah.

Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan

kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara

efektif dan efesien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi

akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik menitikberatkan

pada pengamatan pengawasan terhadap kegiatan akademik, berupa

pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial

menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan

administarasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya

pembelajaran.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul

dasar-dasar supervisi akademik adalah supervisi yang menitikberatkan

pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam

lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu

siswa ketika sedang dalam proses belajar35

Menurut Glickman, supervisi akademik adalah serangkaian

kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola

proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.36 Sedangkan menurut Daresh bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu

guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan

pembelajaran.37 Jadi supervisi akademik tidak sama sekali menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu

guru mengembangkan kemampuan profesionalnya.

35Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. I, h. 5 36Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. Metode dan Tekhnik Supervisi. Jakarta. 2008, h. 1, (hhtp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/04/konsep-supervisi-akademik).

(37)

Menurut Alfonso, Firth, dan Neville ada tiga konsep pokok (kunci)

dalm pengertian supervisi akademik, yaitu:

a. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan

mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran.

Inilah karekteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan

ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara

terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan

perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang

baik dan cocok bagi semua guru.

b. Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan

kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu

mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. desain

tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang

mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik

merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka

alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan

guru.

c. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu

memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.38

Dari uraian di atas bahwa perilaku supervisi akademik secara

langsung sangat mempengaruhi perilaku dalam mengelola proses

pembelajaran dan supervisor membantu guru mengembangkan

kemampuannya. Perilaku mengajar guru yang baik akan mempengaruhi

perilaku belajar muridnya. Dan tujuan akhirnya adalah terbinanya perilaku

belajar murid yang lebih baik.

Supervisi akademik adalah pembinaan yang menitikberatkan

pengamatan pada masa akademik yang langsung berada dalam lingkup

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru untuk membantu

siswa ketika sedang dalam proses belajar.39 Kesimpulannya supervisi

38

Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. Metode dan Teknik Supervisi, . . . , h. 2

39

(38)

akademik, kegiatan membantu guru secara langsung dalam mengelola

prosses pembelajaran untuk mencapai tujuan akademik. Demikian guru

sangat membutuhkan pengawasan dari seorang supervisor yang akan

mengevaluasi dan dapat meningkatkan kualitas pengajaran guru.

Pengawasan pendidikan ada dua yaitu pengawas pendidikan internal yang

dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas eksternal yang ditunjuk oleh

pemerintah untuk mengawasi sekolah tersebut. salah satu tugas kepala

sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang

dilakukan oleh tenaga kependidikan. 40 Maka peran kepala sekolah bukan hanya sebagai pemimpin namun juga sebagai supervisor akademik yang

bertindak sebagai pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam

perbaikan pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.

2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik

Menurut Glickman dan Sergiovani supervisi akademik memiliki

tujuan sebagai berikut: a. Membantu guru mengembangkan

kompetensinya, b. Mengembangkan kurikulum, c. Mengembangkan

kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK)41 Pelaksanaan supervisi akademik yang terpusat pada guru

merupakan sasaran pokok yang terdapat dalam kegiatan supervisi

akademik. Menurut Arikunto, “kegiatan pokok supervisi adalah

melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada umumnya dan

khususnya guru, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat”.42

Sebagai

dampak dalam meningkatnya kualitas pengajaran dan pembelajaran,

diharapkan dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan

meningkatnya kualitas belajar siswa berarti meningkat pula kualitas

lulusan sekolah. Untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru maka

kepala sekolah perlu melaksanakan pembinaan yang menerapkan prinsip

sebagai supervisor.

40

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-8, h. 111

41

http://www.sriudin.com/2011/10/konsep-supervisi-akademik.html

42

(39)

3. Prinsip Supervisi Akademik

Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor

dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip

supervisi. Menurut Sahertian prinsip-prinsip dapat disebutkan sebagai

berikut:

a. Prinsip ilmiah yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

1) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan

kontinu.

2) Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi

nyata, bukan tafsiran pribadi.

3) Menggunakan alat/ instrument seperti angket, observasi, dan

percakapan pribadi yang dapat memberikan informasi sebagai

umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar

mengajar.

b. Prinsip demokratis

Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan

kemanusiaan yang akrab. Demokratis mengandung makna menjunjung

tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan

bawahan, tapi berdasarkan rasa kejawatan.

c. Prinsip kerjasama

Seluruh staff sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha

bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Sharing of idea, sharing of experience, memberi support (mendorong),

menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.

d. Prinsip konstruktif dan kreatif

Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan

suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan

potensi-potensinya. Prinsip ini menekankan bahwa kegiatan supervisi

dilaksanakan untuk membangun dan mengembangkan potensi kreatif

(40)

menyenangkan, bukan menakut-nakuti. Dengan begitu para guru lebih

termotivasi untuk mengembangkan potensi mereka.43

Dapat disimpulkan seorang pemimpin yang berfungsi sebagai

supervisor harus mempunyai prinsip supervisi agar mampu membina

hubungan yang baik. Sikap kreatif juga harus dimiliki oleh supervisor agar

setiap personil sekolah dapat berpastisipasi aktif dalam memperbaiki

proses belajar mengajar.

Ada beberapa prinsip lain yang harus dilakukan oleh supervisor

dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu :

a. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik.

b. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini karena mengingat adanya problem proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang.

c. Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah ini koordinasi supervisor.

d. Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan salaing terkait antara satu sama lain. Sehingga program supervisi akademik akan lebih mudah diimplementasikan secara efektif.

e. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruahan aspek pengembangan akademik. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan professional, dan memotivasi guru, sebagimana telah dijelaskan di muka.

f. Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru, akan tetapi supervisi akademik membantu mengembangkan pertumbuhan dan kreatifitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.

43

(41)

g. Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrument pengukuran yang memiliki validitas dan relihabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.44

Sebagaimana dikemukakan oleh pakar supervisi akademik,

beberapa istilah seperti demokrasi, kooperatif dan kerja kelompok telah

banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik.

Pembahasannya semata-mata menunjukkan bahwa perilaku supervisi

akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, dimana supervisor

sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem

persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpastisipasi.

Prinsip-prinsip ini yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi

akademik di sekolah-sekolah.

Menurut Imam Tholkhah, ada empat macam prinsip supervisi yang

perlu diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai supervisor akademik yaitu:

Pertama, supervisi bersifat korektif. Supervisi korektif ini bukan

berarti mencari kesalahan, tetapi juga ditemukan kekurangan atau suatu

kesalahan profesi maka kepala sekolah segera untuk memperbaiki dan

menyusun rencana atau tata kerja yang lebih baik dimasa-masa

selanjutnya. Kedua, supervisi yang bersifat preventif. Kepala sekolah

harus bisa mengemukakan kesulitan-kesulitan yang ada dengan rasional

sehingga ditemukan jawaban solutif yang mampu mencegah terulangnya

kemungkinan kesalahan serupa, supervisi yang sifatnya mencegah

kesulitan yang dihadapi, dan berusaha untuk memupuk rasa percaya diri.

Ketiga, supervisi yang bersifat konstruktif atau mengembangkan wawasan

pengetahuan. Kepala sekolah seharusnya senantiasa berusaha membangun

kreasi dan imajinasi ke arah pengembangan pendidikan yang lebih baik

secara kompetitif. Keempat, supervisi yang bersifat kreatif. Kepala sekolah

harus memberikan “rangsangan akademik” kepada semua sivitas sekolah

44Surya Dharma, “Pendidikan dan Pelatihan Supervisi Akademik dalam Peningkatan

(42)

supaya mereka lebih kreatif dan produktif, serta bisa dibangun sikap

kerjasama yang baik.45

Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus bahwa supervisi

akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu

guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian,

kompetensi pedagogik, kompetensi professional, dan kompetensi social.

Oleh karena itu, supervisi akademik harus menyentuh para pengembangan

seluruh kompetensi guru.

4. Teknik Supervisi Akademik

Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan

potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat

(device) dan teknik supervisi. Alat dan teknik supervisi dapat dibedakan

dalam dua macam alat/teknik. Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik

yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang

bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari

satu orang.

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang

dilakukan secara individual. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu:

a. Kunjungan kelas

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

kunjungan kelas adalah :

1) Kunjungan dapat dilakukan dengan memberitahu, atau tidak

memberitahu, tergantung pada sifat tujuan dan masalahnya.

2) Kunjungan dapat juga atas permintaan madrasah atau guru yang

bersangkutan

3) Sudah memiliki pedoman tentang hal-hal yang akan dilakukan

dalam kunjungan tersebut baik berupa instrumen atau

catatan-catatan

45

(43)

4) Sarana kunjungan dan tujuan harus sudah cukup jelas

b. Observasi kelas

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengamat:

1) Pengamat harus sudah menguasai masalah, tujuan, dan sasaran

2) Observasi sedapat mungkin tidak mengganggu KBM

3) Pengamat sudah menyiapkan instrument atau Petunjuk Observasi

c. Tes Dadakan

Tes dadakan diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk

mengetahui pencapaian target kurikulum dan daya serap siswa sampai

pada tes dadakan diberikan46

Sedangkan Tekhnik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan

program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.

Bentuk-bentuk tekhnik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang umum

dikenal adalah:

a. Pertemuan orientasi

b. Rapat Guru

c. Studi kelompok antara guru latih

d. Diskusi sebagai proses kelompok

e. Tukar menukar pengalaman (sharing of experience)

f. Loka karya (workshop)

g. Diskusi panel

h. Seminar

i. Simposium

j. Demonstrasi mengajar

k. Perpustakaan jabatan

l. Buletin supervisi

m. Membaca langsung

n. Mengikuti kursus

o. Organisasi jabatan

46

(44)

p. Laboratorium kurikulum

q. Perjalanan sekolah47

Menurut Ngalim Purwanto, tekhnik supervisi kelompok secara

rinci dapat dilakukan antara lain, mengadakan pertemuan atau rapat

dengan guru-guru untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan

dengan proses dan hasil belajar mengajar, mengadakan dan membimbing

diskusi kelompok diantara guru-guru bidang studi, memberikan

kesempatan kepada guru-guru bidang studi untuk mengikuti penataran

yang sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing guru-guru dalam

mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikutinya.48

Dilihat dari cara menghadapi guru yang dibimbing adapun

teknik-teknik supervisi, dapat dibedakan menjadi teknik-teknik langsung dan tidak

langsung.

a. Teknik langsung dapat dilaksanakan dengan cara:

1) Menyelenggarakan rapat guru

2) Menyelenggarakan workshop

3) Kunjungan kelas, dan

4) Mengadakan konferensi

b. Tekhnik tidak langsung antara lain dilaksanakan dengan cara:

1) Melalui bulletin board,

2) Questionnaire, dan

3) Membaca terpimpin.49

Dari beberapa pendapat tersebut, untuk menetapkan

tekhnik-tekhnik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala

sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang

akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap tekhnik di atas dan

sifat atau kepribadian guru, sehingga tekhnik yang digunakan benar-benar

sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik.

47

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. I, h. 175

48

Purwanto, op. cit., h. 123

49

Gambar

Table 2.1 Kegiatan Pengelolaan Kelas  ......................................................
Table 2.1 Kegiatan Pengelolaan Kelas
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument
tabel.5 Tabulasi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi
+4

Referensi

Dokumen terkait

2 Sistem Otorisasi dan Pencatatan Terjadi ketidaksesuaian pada unsur ini karena di Paroki Bunda Hati Kudus Yesus Woloan belum memadai, di mana Paroki tidak membuat dokumen

Penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Customer Service di Bank Jatim Syariah Cabang Darmo Surabaya, karena saya senang dengan pelayanan Customer Service yang

Tanah liat tambang sebagai pengganti tanah liat biasa memungkinkan terdapatnya unsur-unsur yang berguna sebagai alternatif bahan baku pembuatan semen dan pengisi karet

Penutupan ruangan akibat premature loss gigi sulung ini dapat terjadi selama 6 bulan setelahnya, tetapi dapat juga terjadi dalam hitungan minggu; (2) Apabila gigi anterior

Abstrak— Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemasakan di industri kacang bawang memiliki kadar garam (NaCl) cukup tinggi sekitar 28,9% dengan derajat boume sekitar

Berdasarkan hasil penelitian tentang pen- garuh kedalaman undercut gigi pegangan dan tipe bahan cengkeram termoplastik nilon terh- adap kekuatan retensi GTSL Co-Cr kombinasi

5) Secara umum teknik yang dilakukan BMT Tumang Cabang Boyolali menggunakan Strategi pemasaran marketing mix : Strategi Produk ( Product ), Strategi Harga (

Pendapat yang lain adalah dari Carl Friedrich dalam Wahab (2008:2) yang menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan