• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prosedur evaluasi hasil belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran di MTsN Rangkasbitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan prosedur evaluasi hasil belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran di MTsN Rangkasbitung"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PROSEDUR EV ALUASI HASIL BELAJAR

DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

DI MTsN RANGKAS BITUNG

Oleh:

RISNA LESMA WA Tl

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH IAIN "SY ARIF HIDAYATULLAH"

JAKARTA

(2)
(3)

Skripsi yang berjudul "PENGEMBANGAN PROSEDUR EVALUASI

HASIJ. BELAJAR DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN DI

MTsN RANGKAS BITUNG" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas

Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Januari 2001. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Strata Satu (S-1) pada Jurusan Kependidikan Islam .

Jakarta, 30 Januari 2001

Sidang Munaqasyah

Pembantu Dekan I/

Sekretaris Merangkap Anggota

Pro, Dr. H. Rif'at Syauqi Nawawi, M.A Dr • Hj. Fadhila Suralaga, M.Si.

NIP. 150 202 339 NIP. 150 215 283

Penguji I

Dra. Hj. Sunarti, M

NIP. 150 022 714

Anggota

Penguji II

Dr. Ded os ada M.A

(4)
(5)

5. J3apak pimpinan dan staf Perpustakaan IAIN dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang turut membantu suksesnya penulisan skripsi ini

6. Ayahanda dan lbunda yang memotivasi baik moril maupun materil yang tidak

pemah putus sampai akhir studi ini. Untuk mereka kedua orang tuaku ini adalah hasil pengorbanan dan do' amu selama ini

7. Adik-adikku terkasih, Arief Setiawan dan A&tri yang selalu mendorong penulis untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi ini, . semoga kalian berdua dapat memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuamu

8. Sahabat-sahabat S()tiaku Teh Ifat, Teh Yeti dan Echint, kebersamaan kita tak akan pemah terlupakan. Untuk Ulinnuha yang selalµ meluangkan waktunya membantu penulis tanpa mengenal waktu. Adik-adik ka!nar 5B ASPI, rekan-rekan penulis terutarna rekan-rekan Kl angkatan 96 sert& kru Compstar yang selalu mau direpotkan

9. Pihak-pihak yang sangat rnembantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini.

Dari semua pihak yang mendukung, kepapa Allah jualah penulis kembalikan sempga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal.

v

Jakarta, Janµari 2001

(6)
(7)

KATAPENGANTAR ··· IV

DAFTAR ISI ··· VI

DAFT AR TABEL ··· Vlll

BAB I PENDAHULUAN ... . A. Pemilihan Pokok Masalah .... .. . ... ... ... ... ... ... . . ... ... . .. ... .... ... ... ... I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .... ... .... .... .... .. ... .. ... 5

C. Metode Pembahasan .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . 6

D. Sistematika Penulisan ... .... ... ... ... 6

BAB II TUJUAN PEMBELAJARAN DAN EV ALUASI HASIL BELAJAR .. 8

A. Tujuan Pembelajaran ... ... ... ... ... .... .... ... .... ... ... ... 8

1. Pengertian Tujuan Pembelajaran ... .... ... ... ... ... . ... .. 8

2. Teori-teori Belajar ... 12

3. Unsur-unsur Dinamis Pembelajaran ... 17

B. Evaluasi Hasil Belajar ... .. ... .. ... ... ... ... 20

1. Pengertian Evaluasi Has ii Belajar . . . 20

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Has ii Belajar . . . 24

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Hasil Belajar.... .. . . ... . ... ... ... 28

4. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar ... 30

(8)

B. Variabel Penelitian ... 39

C. Defenisi Operasional ···-·-···-···-···-··-· 40

D. Populasi dan Sampel ···-···--···--·--·----·· 40

E. Teknik Pengumpulan Data ···-····-···-···-·----·- 40

F. Teknik Analisa Data ·---··-···-·-···-·-···--···-··--·--- 41

BAB IV HASIL PENELITIAN .. ... ... ... ... ... 43

A. Situasi dan Kondisi Objek Penelitian . . .. . . .. . . .. . . . .. . . . .. . . .. . .. . .. .. . . 43

B. Deskripsi dan Analisis Data ... _ ... __ .. 44

BAB VPENUTUP ···-··-···-···-···-···--·-···-···· 56

A. Kesimpulan ···--···-···-···-··· 56

B. Saran ···-····-···-··· 57

DAFTARPUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 61

(9)

1. Prosedur evaluasi hasil belajar, tahap persiapan ... . 2. Tahap penyusunan instrumen evaluasi ... . 3. Penggunaan tehnik non tes ... .

45

47

47

4. Bentuk tes tertulis yang sering digunakan . . . .. . . 4 7

5. Kesesuaian soal dengan materi . . . 48

6. Pelaksanaan pre test dan post test ... 49

7. Tehnik non tes yang sering digunakan ... 50

8. Tehnik tes yang sering digunakan ... 50

9. Pelaksanaan tes .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . ... . .. . . 50

10. Pembuatan dan penentuan kuncijawaban soal ... 52

11. Penentuan nilai akhir . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. .. . .. . . 52

12. Penggunaan hasil evaluasi hasil belajar ... ... ... ... ... . ... ... ... 53

13. Penggunaan hasil evaluasi formatif . . . .. . . .. . . .. . . 54

(10)
(11)

A. Pemilihan Pokok Masalah

Pendidikan sebagai satu usaha orang dewasa dalam memberikan bimbingan terhadap anak tidaklah sekali jadi sesuai dengan memerlukan waktu yang cukup yang cukup panjang, ketekunan dan keteraturan di dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan yang dimaksud adalah menyangkut proses pendidikan yang terjadi sepanjang kehidupan anak yang ditandai dengan adanya perubahan yang terus menerus dari satu keadaan kepada keadaan berikutnya dalam suatu mekanisme

pendidikan. Anak sebagai peserta didik merupakan komponen masukan dalam proses pendidikan, sebagai suatu organisme yang hidup, memiliki potensi untuk berkembang, yang memerlukan lingkungan dan arah tertentu. Sehingga membutuhkan bimbingan dan pembelajaran.

Proses belajar mengajar sendiri merupakan suatu kegiatan yang bernilai

edukatif yang mewamai interaksi yang terjadi antara guru guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Harapan yang tidak pemah sima dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan .oleh guru dapat dikuasai oleh anak didik. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya,

(12)

tetapi mereka juga sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. "Ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang Jainnya yaitu aspek

intelektual, psikologis dan biologis". 1

Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Pengelolaa.n kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula, sehingga tujuan pembelajaranpun dapat dicapai secara optimal. Selain pengelolaan kelas yang

baik, media sumber belajar pun merupakan salah satu faktor pendukung dalam proses belajar mengajar. Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru via kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap anak didik

terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimilliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan

pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang tertuang di dalam suatu tujuan. Metode yang diperguanakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-macam, penggunaannya disesuaikan dengan rumusan tujuan yang telah dibuat. Dalam mengajar, jarang

1

Syaiful Bahri Djamarah clan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipra..

(13)

ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa

macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan

belajar anak didik.

Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa

seorang guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar

tentu saja diketahui setelah diadakannya evaluasi. Tanpa adanya evaluasi, tidaklah

pernah diketahui berhasil tidaknya usaha anak dan guru dalam proses belajar

mengajar. "Tujuan evaluasi dapat dirumuskan sebagai usaha mengetahui seberapa

banyak terjadi perubahan laku anak sebagai akibat dari proses belajar". 2 Untuk

mengetahui kemajuan ataupun perubahan yang terjadi pada diri anak didik secara

tepat, maka satu kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pengajar adalah

mengadakan evaluasi hasil belajar pada siswa. Karena itu evaluasi dapat dikatakan

sebagai suatu proses untuk mengumpulkan informasi hasil belajar secara terns

menerus, objektif dan menyeluruh.

Penilaian berguna untuk mengetahui sejauh mana perubahan itu telah terjadi

melalui kegiatan belajar mengajar. Evaluasi dalam pengertian ini sesuai dengan

pendapat B.S. Bloom yang mengatakan bahwa : "Evaluation as we see it, the

systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changers are

2

Team Didaktik Metodik Kurikulum IK.IP Surabaya, Pengatar Didaktik Metodik Kurikulum

(14)

taking place in the leamers as well as to determine the degree of change in

individual student". 3

Dalam arti luas evaluasi adalah "suatu proses merencakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat altematif-alternatif keputusan". 4 Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau

data. Dengan berdasarkan data tersebut kemudian dicoba untuk membuat keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan pendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.

Walaupun evaluasi merupakan komponen yang penting dari l.."llrikulum,

namun seringkali dalam proses belajar mengajar aspek evaluasi hasil belajar kurang mendapat perhatian khusus. Artinya, seorang guru atau instruktur terlalu

memperhatikan saat yang bersangkutan memberikan pelajaran saja. Proses belajar

mengajar berjalan dengan baik, praktikum berjalan dengan rapi, namun saat membuat soal ujian atau soal praktikum, guru tersebut sudah tidak lagi melihat sasaran belajar yang dibuatnya. Akibatnya soal ujian dibuat menjadi seadanya atau seingatnya saja, tanpa hams memenuhi kriteria pembuatan soal ujian yang baik dan benar. Misal.n)'C apakah soal ujian tersebut memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

3

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta : Bumi Aksara.

1991), Cet. ke-1, h. 158

4

(15)

Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru, baik penilaian formatif maupun penilaian sumatif, sangat bervariasi pelakasanaannya. Ada guru yang sengaja mempersiapkannya dengan baik dalam ha! menentukan apa yang seharusnya dinilai, bagaimana penilaian itu dilakukan dan tindakan apa yang harus dilakukan setelah

penilaian itu harus dilaksanakan. Namun adapula guru yang melaksanakan penilaian

tersebut semata-mata untuk memenuhi kelengkapan tugas mengajarnya, bahkan tak perduli apapun hasil tindakan penilaian yang dilaksanakannya.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang evaluasi hasil belajar dan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi ini dengan judul :

"Pengembangan Prosedur Evaluasi Hasil Belajar Dalam Pencapaian Tujuan

Pembelajaran di MTsN Rangkas Bitung".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini terarah dan mencapai sasaran yang hendak dicapai maka penulis merasa perlu untuk memberikan batasan-batasan yang jelas dalam materi pembahasan skripsi ini.

Adapun batasan masalahnya penulis hanya akan menguraikan :

I. Prosedur evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru-guru bidang studi

(16)

2. Penulis hanya membatasi penelitian pada guru-guru bidang studi Pendidikan Agama pada kelas I dan kelas II di MTsN Rangkas Bitung.

Bertitik tolak pada pembatasan masalah te1sebut di atas, maka agar penelitian

im menjadi terarah diperlukan perumusan masalah yang lebih jelas dan rinci.

Adapun rumusan masalahnya adalah "bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil

belajar bidang studi Pendidikan Agama dalam pencapaian tujuan pembelajaran di MTsN Rangkas Bitung ?"

C. Metode Pembahasan

Untuk mendapatkan data-data dan fakta-fakta yang diperlukan dalam

penelitian, ini ditempuh dengan metode penelitian lapangan, dengan cara menyebarkan angket kepada guru bidang studi Pendidikan Agama serta melihat dokumentasi yang ada sebagai teknik pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya akan dibahas lebih lanjut pada BAB III.

Secara teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada "Pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh Hikmat Syahid Indah Jakarta, 1992".

D. Sistematika Penulisan

(17)

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

BABY

Berisi Pendahuluan, yang mencakup pernilihan pokok masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode pembahasan dan

sistematika penulisan.

Penjelasan tentang seputar Tujuan Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar yang meliputi pengertian tujuan pembelajaran, teori-teori pembelajaran, unsur-unsur dinamis pembelajaran, pengertian evaluasi hasil belajar, tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar, prinsip-prinsip evaluasi hasil belajar, sasaran evaluasi hasil belajar dan kedudukan evaluasi dalam proses belajar mengajar.

Metodologi Penelitian yang mencakup rancangan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Hasil Penelitian yang meliputi situasi dan kondisi objek penelitian serta deskripsi data dan analisis data.

(18)
(19)

A. Tujuan Pembelajaran

1. Pengertian Tujuan Pembelajaran

Istilah pendidikan, latihan, pembelajaran, teknologi pendidikan.

masmg-masmg memiliki pengertian berbeda tetapi sating berkaitan. Pendidikan lebih

menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi

mengandung pengertian yang lebih luas, sedangkan latihan (training) lebih

menekankan pada pembentukan keterampilan (skill). Pendidikan dilaksanakan

dalam lingkungan sekolah, sedangkan penggunaan latihan umumnya

dilaksanakan dalam lingkungan industri. Kedua istilah ini jelas berbeda akan

tetapi kedua perbedaan ini dapat dipadukan dalam suatu sistem proses yang kita

sebut dengan "pengajaran" (instruction). Dalam pengajaran, perumusan tujuan

adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran harus

direncanakan. Ketercapaian tujuan dapat dicek atau dikontrol sejauhmana tujuan

itu telah tercapai. Itu sebabnya, "suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan

mengikuti tiga tahap, yakni tahap analisis (menentukan dan merumuskan tujuan),

(20)

tahap sintesis (perencanaan proses yang ditempuh) dan tahap evaluasi (mentes

tahap pertama dan kedua)".1

Sedangkan "teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan

terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi untuk

menganalis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola

usaha pemecahan yang berhubungan dengan segala aspek belajar (AECT,

1971)".2

Menurut pengertian bahasa "tujuan mempunya1 arti arah, haluan

Gurusan)".3 Sedangkan "pembelajaran berasal dari kata 'ajar'. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia mempunyai arti "petunjuk yang diberikan kepada orang

supaya diketahui". 4

Menurut Oemar Hamalik, "pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran". 5

1

Oemar Hamalik, Kurikulum clan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. ke-1, h. 55-56

2

Mudhoffir, Teknologi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), Cet. ke-6, b.5

3

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan clan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), Cet. ke-2, h. 13

4

Ibid., h. 965

5

(21)

Menurut Gagne, "pembelajaran didefinisikan sebagai seperangkat acara

peristiwa ekstemal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses

belajar yang sifatnya ekstemal". 6

Secara umum, pembelajaran dilukiskan sebagai upaya yang tujuannya adalah

membantu orang belajar. Titik berat pembelajaran adalah pada semua kejadian yang

bisa berpengaruh secara langsung pada belajar orang. Disamping dengan cara

mengajar, pembelajaran bisa disampaikan dengan bahan cetak, gambar, televisi,

komputer dan media lainnya.

Sedangkan pengertian tujuan pembelajaran sendiri berarti tujuan yang hendak

dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, rnisalnya satu

acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku siswa. Tujuan ini

disusun berdasarkan tujuan kurikulum.

Ada dua jenis tujuan pembelajaran yakni :

!). Tujuan pembelajaran umum.

Tujuan pembelajaran umum ialah tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan satu bidang pengajaran tertentu. Tujuan pembelajaran umum ini merupakan perincian lebih lanjut dari tujuan kurikuler. Oleh karena itu dengan tercapainya seluruh TPU berarti tercapai juga tujuan kurikuler dari suatu lembaga pendidikan itu.

6

(22)

2). Tujuan pembelajaran khusus.

Tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan yang hendak dicapai setelah para siswa menyelesaikan satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan pada suatu bidang pengajaran tertentu. Tujuan ini nantinya harus dicapai guru maupun siswa setelah melaksanakan interaksi belajar mengajar pada setiap akhir pertemuan. Oleh karena itu perumusan tujuan pembelajaran khusus ini harus benar-benar diperhitungkan secara matang, operasional dan nyata.

Manfaat yang tampak dengan dirumuskannya tujuan pembelajaran secara khusus adalah :

1. Pengajaran menjadi lebih baik dan efektif 2. Hasil belajar akan dapat dicapai lebih efisien.

3. Metode mengajar yang sesuai dapat dipilih secara lebih mudah. 4. Mudah cara menyusun alat evaluasi.

5. Hasil evaluasi akan lebih baik.

"Beberapa ketentuan dalarn merumuskan TPK :

a). Rumusan TPK harus menggunakan istilah-istilah yang operasional, sehingga dapat diukur tingkat keberhasilannya.

b). Rumusan TPK harus dalam bentuk hasil belajar. c). Rumusan TPK harus berupa tingkah laku.

d). Rumusan TPK hanya meliputi satu tingkah laku". 7

7

(23)

2. Teori-Teori Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang

penting atau vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan

mengajar hanya akan bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu,

untuk lebih memperjelas lagi tentang apakah belajar itu dan bagaimana proses belajar

itu terjadi berikut ini dikemukakan beberapa teori belajar, yang merupakan hasil

penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan aliran psikologinya masing-masing.

a. Teori Conditioning

Dapat dikatakan bahwa pelopor dari teori kondisioning ini adalah

Pavlov seorang ahli psikologi refleksologi dari Rusia. iセ@ mengadakan

percobaan-percobaan dengan anjing. Dari hasil percobaan-percobaan yang

dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapat kesimpulan bahwa

gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari dapat berubah karena latihan. Sehingga

dengan demikian dapat dibedakan dua lllacam refleks, yaitu "refleks wajar

(unconditioning reflex) dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari

(conditioned reflex)". 8

Menurut teori conditioning "belajar itu adalah suatu proses

perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditioning) yang

kemudian menimbulkan reaksi (response) yang terpenting dalam belajar,

8

(24)

menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinue yang

diutamakan dalam teori ini ialah ha! belajar yang terjadi secara otomatis". 9

Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah · laku manusia

JUga tidak lain adalah hasil daripada conditioning yaitu hasil daripada

latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat

atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya didalam kehidupan.

Pada manusia, teori ini hanya dapat diterima dalam belajar hal-hal

tertentu saja, umpamanya belajar mengenai skills tertentu dan mengenai

pembiasaan pada anak kecil.

b. Teori Connectionisme

Teori ini mempunyai doktrin pokok, yakni hubungan antara stimulus

dan respons, asosiasi-asosiasi dibuat antara kesan-kesan pengadaan dan

dorongan-dorongan untuk berbuat. Ikatan-ikatan atau koneksi-koneksi dapat

diperkuat atau diperlemah serasi dengan banyaknya penggunaan dan

pengaruh-pengaruh dari penggunaan itu.

Thorndike dengan S - R Bond Theorynya menyusun hukum-hukum

belajar sebagai berikut :

1) Hukum pengaruh (the law of effect) Hubungan-hubungan diperkuat atau

kepuasan atau ketidaksenangan penggunaannya.

9 Ibid., h. 91

(25)

2) Hukum Latihan (the law exercise)

Atau prinsip use dan disuse, apabila hubungan itu sering dilatih maka ia akan menjadi kuat.

3) Hukum kesediaan atau kesiapan (the law of readiness)

Apabila suatu ikatan (bond) siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak ウゥ。セ@ maka akan menimbulkan ketidakpuasan/ketidaksenangan/terganggu. 0

Hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

I). Siswa hams mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus (multiple response).

2). Belajar dibimbing atau diarahkan ke suatu tingkatan yang penting melalui sikap siswa itu sendiri.

3). Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimuli yang semula), yang oleh Thorndike disebut dengan "perubahan asosiatif' (associative shifting). 4). Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi barn dapat dibuat apabila

siswa melihat adanya analogi dengan situasi-situasi terdahulu.

5). Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap faktor-faktor yang esensial didalam situasi (prepotent element) itun

Suatu teori tidaklah mungkin terlepas dari suatu kelemahan, begitu pula dengan teori Thorndike ini. Kelemahan teori ini adalah :

1. Terlalu memandang manusia sebagai mekanisme dan otomatisme

belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku

manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku

manusia itu dapat dipengaruhi secara trial dan error. Trial dan error

tidak berlaku mutlak bagi manusia.

10

Oemar Hamalik, Kurikulum Pembelajaran, oo.cit, h. 44

11

(26)

2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara

stimulus dan respons. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar

ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan atau

ulangan yang terus menerus.

3. "Karena proses belajar berlangsung secara mekanistis, maka

'pengertian' tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam

belajar. Mereka mengabaikan 'pengertian' sebagai unsur yang

pokok dalam belajar". 12

c. Teori belajar menurut psikologi Gestalt

Teori ini seringkali pula disebut "field theory" atau "insight full

learning". "Peletak dasar psikologi Gestalt ialah Max Wertheimer sebagai

usaha untuk memperbaiki proses belajar dengan rote learning dengan

pengertian, bukan menghafal" .13

Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia itu bukanlah hanya

sekedar mahluk reaksi yang hanya berbuat atau beraksi jika ada

perangsang yang mempengaruhinya.Manusia itu adalah individu yang

merupakan kebulatan jasmani rohani. Sebagai individu manus1a

12 M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, op. cit, h. 100

13 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyouo, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipti, 1991 ).

(27)

berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan dengan caranya

yang unik pula.

Dengan demikian maka belajar menurut psikologi Gestalt bukan

hanya merupakan proses asosiasi antara stimulus dan respons yang makin

lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan.

Belajar menurut psikologi Gestalt terjadi jika ada pengertian (insight).

0

Pengertian atau insight ini muncul apabila seseorang setelah beberapa saat

mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul adanya kejelasan,

terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang. satu dengan yang lain,

kemudian dipahami sangkut pautnya dimengerti maknanya. "Kohler dan

Wertheimer menyatakan bahwa siswa yang belajar hams dapat memperoleh

pengertian atau pemahaman (insight) daripada hubungan antara

bagian-bagian dan keseluruhannya". 14

Sifat-sifat belajar dengan insight ialah :

I). Insight tergantung dari kemampuan dasar.

2). Insight tergantung dari pengalaman mas a lamp au yang relevan.

3 ). Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu diamati.

4). Insight adalah ha! yang harus dicari. 5). Belajar dengan insight dapat diulangi.

6). Insight sekali didapat, dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi barn selamanya. 15

14 Ibid., h. 25

(28)

Dari semua teori yang telah dipaparkan diatas, kesemuannya memiliki perbedaan-perbedaan antara teori yang satu dan lainnya. Hal ini bisa terjadi disebabkan karena perbedaan jenis-jenis belajar yang diselidiki.

3. Unsur-Unsur Dinamis Pembelajaran

a. Motivasi membelajarkan siswa

Seyogyanya seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan

motivasi untuk siswa. Motivasi itu timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik

peserta didik meajadi warga negara yang baik. Jadi, guru memiliki hasrat untuk

menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan

tertentu. Namun, seringkali bahwa motivasi membelajarkan itu sering timbul karena

insentif yang diberikan, sehingga guru melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.

Kedua jenis motivasi ini diperlukan untuk membelajarkan siswa.

Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka

memotivasi siswa untuk belajar yakni sebagai berikut :

I) Prinsip kebermaknaan, siswa termotivasi untuk mempelajari hal-hal bermakna baginya.

2) Prasyarat, siswa lebih suka mempelajari sesuatu yang baru jika dia memiliki pengalaman prasyarat (prerekuisit).

3) Model, siswa lebih suka memperoleh tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu model perilaku yang dapat diamati dan ditiru.

(29)

5) Daya tarik, siswa lebih suka belajar bila perhatiannya tertarik oleh penyajian yang menyenangkan atau menarik.

6) Aktif dalam latihan, siswa lebih senang apabila dia dapat berperan aktif dalam latihan atau praktik dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

7) Latihan yang terbagi, siswa lebih suka belajar bila latihan-latihan dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek.

8) Tekanan instruksional, siswa lebih suka belajar bila tekanan atau kewajiban dalam pengajaran dimulai dari yang kuat tetapi lambat laun melemah.

9) Keadaan yang menyenangkan, siswa lebih suka belajar terns bila kondisi-kondisi pembelajaran menyenangkan baginya. 16

b. Kondisi guru siap membelajarkan siswa

Guru perlu memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran, disamping

kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam

proses pembelajaran sering disebut kemampuan profesional. Guru perlu berupaya

meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam

kondisi siap membelajarkan siswa.

Dalam diskusi pengembangan model pendidikan profesional tenaga

kependidikan yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan

10 ciri suatu profesi yaitu :

I). Memiliki potensi dan signifikasi sosial. 2). Memiliki keahlian atau keterampilan tertentu.

3). Keahlian atau keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

4). Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.

5). Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama. 6). Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.

7). Memiliki kode etik.

8). Kebebasan untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya.

16

(30)

9). Memiliki tanggungjawab profesional dan otonomi.

l O).Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya. 17

Departemen pendidikan dan kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga

dimensi umum kemampuan yaitu :

1. Kemampuan profesional, yang mencakup

a. Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut.

b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan

c. Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. 2. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan

kerja dan lingkungan sekitar.

3. Kemampuan personal, yaitu kemampuan menyesuaikan tugasnya sebagai guru dan terhadap kesuluruhan situasi pendidikan.

a. Penampilan sikap yang positif terhiidap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan. · b. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyannya

dimiliki gunr.

c. Penampilan, upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para siswanya. 18 ·

Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi 10 kemampuan dasar atau kompetensi guru, yaitu :

I). Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.

2). Pengelolaan program belajar mengajar.

3). Pengelolaan kelas.

4). Penggunaan media dan sumber pembelajaran.

17

Nana Syaodih dan Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997), Cet. ke-1, h. 191

18

(31)

5). Penguasaan landasan-landasan kependidikan.

6). Penguasaan interaksi belajar mengajar.

7). Penilaian prestasi siswa.

8). Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.

9). Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.

10). Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk

kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Sepuluh kemampuan dasar yang dirumuskan Depdikbud sebenarnya baru

merupakan rincian kelompok kemampuan pertama (kemampuan profesional)

sedangkan kelompok kemampuan kedua dan ketiga (kemampuan sosial dan persona!)

belum dirinci lebih jauh, padahal cukup penting. Diantara kemampuan sosial dan

personal yang paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealisme, idealisme

dalam pendidikan. Penguasaan dan penggunaan sepuluh kemampuan dari Depdikbud,

hanya akan optimal apabila didasari oleh adanya idealisme, yaitu cita-cita luhur yang

ingin dicapai dengan pendidikan.

B. Evaluasi Hasil Belajar

1. Pengertian evaluasi hasil belajar

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris

evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Jhon M. Echols dan Hasan

(32)

kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan

menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk

memperoleh kesimpulan" .19

Menurut B. S. Bloom, seperti dikutip oleh Suke Silverius

menyatakan bahwa "evaluasi sebagaimana kita lihat adalah pengumpulan

kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya

terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauhmana tingkat

perubahan dalam diri pribadi siswa". 20

Menurut Stufflebeam et. al yang juga dikutip oleh Suke Silverius

mendefinisikan evaluasi merupakan proses yang menggambarkan,

memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai

alternatif keputusan.

Sedangkan Asmawi Zainul dan Nuhi Nasution mendefinisikan

"penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik

yang menggunakan instrumen tes maupun non tes"21. Jadi maksud peniiaian

adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu.

19

M. Chabib Thaha, Tehnik Evaluasi Pendi!!ik!!!!, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), Cet. ke-1,

h.l

20

Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta : Grnsindo, 1991), Cet. ke-1, h. 4

21

(33)

Ada pula yang berpendapat bahwa evaluasi adalah pertimbangan

profesional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang membuat

pertimbangan tentang daya tarik atau nilai sesuatu. Pengertian evaluasi

semacam ini meliputi dan mengatasi pengertian tes dan pengukuran. Kedua

istilah ini sering dipertukarkan pemakaiannya dengan evaluasi. Padahal ketiganya

mempunyai pengertian yang berbeda. Untuk mengetahui perbedaan pengertian

istilah-istilah ini, berikut akan dikemukakan mengenai batasan tes dan pengukuran

secara singkat.Terdapat berbagai macam batasan mengenai tes, Crocker dan Algina

(1986) mendefinisikan tes sebagai berikut : tes adalah proses baku untuk memperoleh

sampel ti!1gkeh laku dari suatu ranah tertentu. Sedangkan Cronbach (1970)

mendefinisikan tes sebagai : suatu prosedur sistematis untuk mengamati dan

mendeeykripsikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan skala

numerik atau sistem kategori.

Batasan yang dikemukakan di atas cukup luas sehingga meliputi hampir

prosedur sistematis yang dipakai sekolah untuk mendeskripsikan tingkah laku anak,

observasi yang dilakukan oleh guru, kuesioner, wawancara, tugas-tugas kualifitatif

maupun kuantitatif. Namun apabila dikhususkilll pada tes hasil belajar, maka batasan

terbatas pada pemberian data kuantitatif. Tes hasil belajar tidak lain serangkaian

pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang

(34)

Menurut Lord dan Novick (1968) pengukuran diartikan sebagai suatu

prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau

karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertabankan bubungan

senyatanya antara seseorang dengan orang lain sebubungan dengan sifat yang diukur

itu.

Definisi di atas menyiratkan babwa aspek terpenting dari pengukuran adalab

angka-angka (skor) yang diberikan itu tetapi mempertahankan bubungan antar

manusia seperti yang ada dalam kenyataannya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengukuran adalah suatu proses

pemberian angka pada sesuatu atau seseorang berdasarkan aturan-aturan tertentu.

Hasilnya banyalah angka-angka (skor). Pengukuran tidak membuahkan kualifikasi

baik buruknya sesuatu, tetapi basil pengukuran dapat dipakai untuk membuat

penilaian atau evaluasi.

Adapun pengertian evaluasi basil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono

babwa "evaluasi basil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa

melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran basil belajar" .22

Oemar Hamalik mendefinisikan "evaluasi basil belajar sebagai keseluruban

kegiatan pengukuran (pengumpulan data informasi), pengolaban penafsiran dan

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat basil belajar yang dicapai

22

(35)

oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar clalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran yang telah clitetapkan". 23

Dari beberapa penclapat tentang pengertian evaluasi clapatlah cliambil suatu

kesimpulan bahwa yang climaksucl clengan evaluasi hasil belajar aclalah suatu proses

yang sistematis untuk menentukan suatu keputusan tentang tingkat hasil belajar yang

clicapai siswa clalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah clitetapkan.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Hasil Belajar

Dari pengertian evaluasi, kita clapat mengetahui bahwa evaluasi hasil belajar

merupakan ーセッウ・セ@ セAャNエオォ@ menentukan hasil · belajar siswa melalui kegiatan penilaian

clan atau pengukuran hasil belajar. "Berclasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita

clapat mengetahui tujuan utamanya aclalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan

yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, climana

tingkat keberhasilan tersebut kemuclian clitanclai dengan skala nilai berupa huruf atau

kata atau simbol". 24

Cece Wijaya clan A. Tabrani Rusyan berpenclapat bahwa tujuan clari penilaian

adalah:

159

23

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. ke-1, h.

24

(36)

a). Untuk memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa, yaitu aspek

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

b). Untuk memperoleh derajat kemahiran guru.

c). Untuk mengetahui keampuhan program yang dibuat oleh guru.

Menurut Thorndike dan Hagen tujuan dan kegunaan penilaian dapat

diarahkan keputusan-keputusan yang menyangkut :

a. Pengajaran, artinya, penilaian diarahkan untuk mengukur perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Disamping itu penilaian bertujuan untuk mengukur isi pelajar, apakah pelajaran tersebut bermanfaat bagi siswa.

b. Hasil belajar, akiin diketahui berapa jauh terjadi perubahan tingkah Ial..-u yang akan dinyatakan dalam angka atau nilai.

c. Diagnosis dan usaha perbaikan penilaian berfunesi u111J_,!c mencari kelemahan-kelemahan siswa dalam belajar dan untuk mengetahui bagaimana cara memperbaikinya.

d. Penempatan. Hasil penilaian akan berguna untuk menempatkan siswa dalam mernilih pekerjaan di masyarakat sesuai dengan prestasinya.

e. Seleksi. Hasil penilaian akan berguna untuk menyeleksi siswa dalam mernilih jurusan menurut bidang studi yang dikuasainya.

f. Bimbingan dan penyuluhan. Hasil penilaian akan memberikan arah kepada usaha bimbingan dan penyuluhan guna meningkatkan prestasi belajar siswa. g.. Kurikulum. Hasil peni!aian akan berguna dalam membina kurikulum pada

masa-masa mendatang.

h. Penilaian kelembagaan. Hasil penilaian akan berguna bagi dokumentasi sekolah.25

Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar sudah terealisasi, maka

hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan.

25

(37)

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya dapat difungsikan dan

ditujukan untuk keperluan berikut ini :

a). Untuk diagnostik dan pengembangan hasil. Hasil evaluasi menggambarkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa. Untuk menentukan jenis dan tingkat kesulitan siswa dan faktor penyebabnya dapat diketahui dari hasil belajar atau hasil dari evaluasi tersebut. Berdasarkan data yang ada selanjutnya dapat didiagnosis jenis kesulitan apa yang dirasakan oleh siswa dan selanjutnya dapat dicarikan alternatif cara mengatasi kesulitan tersebut melalui proses bimbingan dan remedial.

b ). Untuk seleksi. Hasil dari evaluasi hasil belajar sering digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian hasil dari evaluasi hasil belajar digunakan untuk seleksi.

c). Untuk kenaikan kelas. Menentukan apakah seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru. Berdasarkan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar siswa mengenai sejumlah isi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran, maka guru dapat dengan mudah membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan ketentuan yang berlaku.

d). Untuk penempatan. Agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai. Untuk menempatkan penempatan siswa pada kelompok, guru dapat ュ・ョセ。ォ。ョ@ hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar, sebagai bahan pertirnbangan. 6

Bertitik tolak dari fungsi penilaian maka jika dilihat dari fungsinya jenis penilaian dapat dibagi atas :

a. Penilaian Formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar, setelah selesai mengikuti program bahan suatu satuan pelajaran. Penilaian formatif berfungsi untuk memperbaiki proses belajar ュ・ョセ。ェ。イ@ ke arah yang lebih baik atau

(38)

memperbaiki program satuan pelajaran tersebut. Penilaian formatif bertujuan untuk

mengetabui hingga dimana penguasaan murid tentang bahan yang diajarkan dalam

suatu program satuan pelajaran, apakah sudab sesuai dengan tujuan instruksional

yang digariskan. "Sedangkan aspek-aspek yang dinilai pada penilaian formatif ialah

berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, セ・ャゥーオエゥ@ pengetabuan, keterampilan,

sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang disajikan" .27

b. Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit

program, yaitu akhir catur wulan akhir semester dan akhir tahun. Penilaian sumatif

adalab jenis penilaian yang fungsinya untuk menentukan angka kemajuan atau hasil

belajar peserta didik. Penilaian Sumatif bertujuan untuk melihat hasil yang dicapai

oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa.

Penilaian sumatif

ini

dilakukan untuk menilai hasil belajar dari suatu proses belajar

mengajar jangka panjang seperti pada akhir program pengajaran, maka fungsinya

tidak lagi untuk memperbaiki proses belajar mengajar peserta didik. Sebab pada akhir

program guru telab berkali-kali melakukan penilaian formatif pada akhir satuan

pelajaran. Oleh karena itu "aspek tingkab laku yang dinilai harus meliputi segi

kognitif, afektif dan psikomotor" .28

27

Nasrun Harahap, dkk., Tehnik Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), Cet. ke-1, h. 25

28 Alunad Rohani, H.M., dan Abu Alunadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,

(39)

c. Penilaian Diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat

kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya.Penilaian ini dilaksanakan

untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching),

menentukan kasus-kasus dan lain-lain. Soal-soal tentunya disusun agar dapat

ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

d. Penilaian selektif

Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,

misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

e. Penilaian penempatan

Penilaian penempatan adalah "penilaian yang ditujukan untuk mengetahui

keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan

belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program

itu". 29 Dengan kata lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk

menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Hasil Belajar

Dalam pelaksanaan evaluasi harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Evaluasi mengacu kepada tujuan

29

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Kruya,

(40)

Agar evaluasi sesuai dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka

evaluasi harus mengacu- pada tujuan. Tujuan sebagai acuan ini dirumuskan terlebih

dahulu, sehingga dengan jelas menggambarkan apa yang hendak dicapai. Bila tujuan

itu ditetapkan dengan menggunakan taksonomi Bloom dkk., maka dapat dilakukan

kajian tentang kognitif, efektif dan psikomotor apa yang dimiliki oleh peserta didik

sebagai hasil belajamya. Selain itu perlu juga kajian tentang bentuk-bentuk atau

perjenjangan dari ketiga dominan tersebut sesuai dengan program kurikulum yang

ditetapkan.

b. Prinsip Kesinambungan (kontiunitas)

Evaluasi tidak hanya dilakukan setahun sekali atau persemester tapi dilakukan

secara terus menerus, mulai dari proses belajar mengajar sambil memperhatikan

keadaan anak didiknya, hingga anak didik tersebut tamat dari lembaga sekolah.

Dalam ajaran Islam sangat diperhatikan prinsip kontiunitas, karena dengan berpegang

pada prinsip ini, keputusan yang diambil menjadi valid dan stahil sesuai dengan ayat

yang berbunyi :

,,.. J "' ... ,. ... ,,, ,,,.o ... , "" .... /. , .... , J ,,,,. - "'

l°}'?J

'i)

ャェN[セ@

'ii

セGNZ^|QA@

セ@

J'.?f

ャセi@

4:;"

·I

?

Aili

セセ@

ljJu ;Y..l.ll 0!

,,.. ,,.. ... ,,..

,,- J l l V - " ' O

.:i)J:..°j

r

セ\@

セi@

,,,,

gNjセ@

,,.. ,,..

ャIセセj@

...

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pedirian mereka, maka ma/aikat akan turun

kepada mereka (dengan mengatakan) : "jangan/ah kamu merasa takut dan

janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh)

syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu ". 30 (QS. 41: 30)

30 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Tanjung Mas Inti,

(41)

c. Prinsip obyektifitas

"Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenamya tidak boleh

dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional".31

Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi

sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak obyektifan evaluasi yang

dilakukan, ini sesuai dengan firman Allah adalm (QS. 5:8)

,.. :J ,, .... ,,. 0 "" \ ,,,.... J. ($) x

r°ii

0G

セ[LL[N@

:r_,

セlゥ@

セQセ@

Ali

セQセ@

1J;'°§'

QセQ@

::f-jj1

セ@

Li

-.1- "" .... ,,. ,,. / ,,. ....

_,. } A. di -'\ J. 0 o.... ,1. ,J. di .... ....

0jt::f

1.:.-i ;.;_

Aili

0!

Aili

QセQI@

'5JA:11

y)i

セ@

l}J..l.PI IJJ.hf

:Ji

セ@

/ .... ,,. ,,. ,,. ,,.

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, hendak/ah kamu jadi orang-orang yang sela/u menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan jangan sekali-kali kebencianmu terhadap suqtu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah karena adil itu /ebih dekat kepada taqwa dan bertaqwalah k e F Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan. 2

d. Prinsip menyeluruh

Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan,

pemahaman, kerajinan, sikap kerjasarna, tanggungjawab dan sebagainya.

4. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi

(pengelompokan) tujuan pendidikan itu hams mengacu kepada tiga jenis domain

31

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendicp!<an Islam, (Bandung : Triganda Karya,

1993), Cet. ke-1, h. 277

32

(42)

( daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu : 1 ). Ranah

proses berfikir (cognitive domain), 2). Ranah nilai atau sikap (affective domain) dan

3). Ranah keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi hasil belajar,

maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap

kegiatan evaluasi hasil belajar yaitu :

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental ( otak). Menurut

Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah

kognitif Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari

jenjang terendah sampai dengan jeajang paling tinggi. Keenam jenjang yang

dimaksud adalah : "pengetahuan, pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis, sintesis,

dan evaluasi. "33

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat

kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa

mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan termasuk

kognitif tingkat rendah.

2. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan dilihat. Dengan kata lain,

33

(43)

memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

berbagai segi.

Pemahaman dapat dibedakan dalam tiga kategori yaitu :

Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan

dalam arti yang sebenamya, misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia,

mengartikan Bhineka Tunggal Ika dan sebagainya.

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan

bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan

beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan

yang bukan pokok dan sebagainya.

"Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman

ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik

yang tertulis, dapat membuat ramalan te!ltang konsekuensi atau dapat

memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau pun masalahnya". 34 3. Penerapan atau aplikasi (aplication)

Penerapan atau aplikasi merupakan kemampuan menggunakan

generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret dan atau

situasi barn (Devies 1986 : 100).

"Untuk penerapan atau aplikasi ini stSwa dituntut untuk memiliki

kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep,

(44)

hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu

. . b d k b " 35

s1tuas1 aru an menerap annya secara enar .

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan

suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu

memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan

faktor-faktor yang lainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari

proses berfikir analisis. Sintesis meiupakan suatu proses yang memadukan

bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu

pola yang berstruktur atau berbentuk pola barn.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan menilai isi pelajaran lintuk suatu maksud

atau tujuan tertentu.

Dalarn evaluasi, siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan

kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. Evaluasi juga merupakan

jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi Bloom.

35

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bina Aksara, 1997), Cet.

(45)

b. Ranah Afektif

Taksonomi untuk daerah afektif mula-mula dikembangkan oleh David R.

Krathwohl dan kawan-kawan (1974) dalam buku yang diberi judul Taxonomy of Educational Objectivies : Affective domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif ini ditaksonomi oleh Krathwohl dan kawan-kawan menjadi lebih rinci Jagi kedalam lima jenjang yaitu :

1. Menerima atau memperhatikan (Receiving atau attending)

Menerima atau memperhatikan adalah kepekaan seseorang dalam menenma rangsangan (stimulus) dari Juar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Menerima atau memperhatikan sering juga diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.

2. Menanggapi (responding) mengandung arti partisipasi aktif Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

3. Menilai atau Menghargai (Valuing)

(46)

nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena yang baik atau buruk.

4. Organisasi (Organization)

Organisasi artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai barn yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. "Mengorganisasi merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya".36

5. Karakterisasi dengan suatu nilai (Characterization by a Value)

Karakterisasi suatu nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Tingkatan ini merupakan tingkatan afektif tertinggi karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Ada enam tingkatan keterampilan yakni :

1 ). Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan tidak sadar) 2). Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3). Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

36

(47)

Penjelasan diagram : 1) Input

Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang barn akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), calon siswa dinilai dahulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah telah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

2) Output

Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam

diagram ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian.

3) Transformasi

Adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksudkan dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya

sebuah proses transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, yang dalam ha! ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada.

Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain : a. Guru dan personal Iainnya.

(48)

c. Metode mengajar dan sistem evaluasi. d. Sarana penunjang.

e. Sistem administrasi.38 4) Umpan balik (feed back)

Adalah segala infonnasi baik yang menyangkut output maupun transfonnasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun transfonnasi. Lulusan yang kurang bennutu atau yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bennutunya lulusan.

Penyebab-penyebab tersebut antara lain : a) Input yang kurang baik kualitasnya.

b)

Guru

dan personal yang kurang tepat.

c) Materi yang tidak atau kurang cocok.

d) Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai. e) Kurangnya sarana penunjang.

f) Sistem administrasi yang kurang tepat.39

Oleh karena itu penilaian

di

sekolah meliputi banyak segi : calon siswa, lulusan dan proses pendidikan secara menyeluruh.

38

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet. ke-13, h. 4 -5

39

(49)
(50)

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskripsi

analitis yang akan menggambarkan atau mendekripsikan tentang pelaksanaan

evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan guru-guru bidang studi Pendidikan Agama

kelas I (satu) dan II (dua) MTsN Rangkas Bitung.

B. Variabel Penelitian

Amos Neolaka mendefenisikan "variabel sebagai obyek penelitian atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian atau kondisi-kondisi yang

dimanipulasikan dikontrol dan diobservasi" .1 Dalam kaitan ini, yang menjadi titik

perhatian dalam penelitian ini hanya pelaks8.llllan evaluasi hasil belajar yaitu pada

tahap persiapan, tahap penyusunan instrumen evaluasi, tahap pelak:asanaan

pengukuran, tahap pengolahan hasil penilaian, tahap pelaporan dan penggunaan hasil

evaluasi.

1

Amos Neolaka, Pengantar Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Utarna, 1986), Cet. ke-1, h. 66

(51)

C. Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar disini adalah suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan suatu

keputusan tentang tingkat hasil belajar forrnatif dan sumatif yang dicapai siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini ialah guru-guru bidang studi Pendidikan Agama kelas I (satu) dan II (dua), MTsN Rangkas Bitung yang berjumlah 9 orang. Dari populasi di

atas penulis mengambil sampel penelitian seluruh populasi yang ada yakni 9 orang guru bidang studi Pendidikan Agama yang ada di Rangkas Bitung.

E. Teknik Pengnmpulan Data

Adapun teknik yang dipergunakan untuk pengambilan data lapangan ditempuh dengan :

I. Teknik Angket

Angket yang dimaksudkan adalah berupa daftar pertanyaan y11ng hams diisi dan dijawab oleh responden. Teknik ini diberlakukan untuk memperoleh data dari guru-guru bidang studi Pendidikan Agama kelas I (satu) dan II (dua) sebagai responden.

(52)

dikornbinasikan. Angket terbuka ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan

kepada responden memberikan jawaban jawaban yang lain apabila alternatif jawaban

yang tersedia tidak sesuai dengan pendapat responden.

Angket yang disebarkan kepada responden terdiri dari 22 item pertanyaan, yang terbagi dalam lima bagian. Bagian pertama, (tahap persiapan) berisi 5

pertanyaan yakni no. 1, 16, 17, 18 dan 19. Bagian kedua (tahap penyusunan instrumen evaluasi) berisi 6 pertanyaan yakni no. 5, 10, 11, 12, 13, 14. bagian ketiga (tahap pelaksanaan pengukuran) terdiri dari 7 pertanyaan yakni no. 2, 3, 6, 7, 8, 9 dan 22. Bagian keempat (tahap pengolahan hasil penilaian) terdiri dari 2 pertanyaan yakni no .15 dan 21. bagian terakhir ad al ah pelaporan dan penggunaan has ii evaluasi terdiri dari 2 butir pertanyaan yakni no. 4 dan 20. Dalam kuisioner ini, penulis mengajukan 22 item pertanyaan dan prosedur penyebaran angket penulis memberikannya langsung kepada responden yang telah penulis tetapkan.

2. Studi Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksudkan adalah data-data mengenai soal-soal evaluasi baik formatif maupun sumatif dan data-data mengenai prestasi belajar siswa.

F. Teknik Analisa Data

(53)

F

P= - - x 100% N

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Number of Cases ( jumlah responden

)2

2

(54)
(55)

Penelitian tentang pengembangan prosedur evaluasi belajar dalam pencapaian

tujuan pembelajaran di MTSN Rangkas Bitung yang dilaksanakan pada tanggal 12 September sampai dengan 22 September 2000 telah berhasil mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan dalam pembahasan skripsi ini.

Data-data tersebut dalam bab ini akan dideskripsikan untuk selanjutnya

dianalisis secara statistik sehingga diperoleh suatu kesimpulan sebagai jawaban dari persoalan dalam pembahasan skripsi ini.

A .. Situasi dan Kondisi Objek Penelitian

MTs Negeri Rangkas Bitung Kab. Lebak adalah relokasi dari Mts Negeri Kee. Cariu Kab. Bogor tahun 1981 berikut personil 5 orang tenaga kependidikan dengan siswa baru sebanyak 115 orang bertempat di MIS Nurul Fallah Pasir Malang.

Tahun ajaran 1983/1984 menepati proyek lokal baru dengan tanah seluas

5200 M2, sebanyak 3 lokal bertempat di komplek pendidikan Muara Ciujung Timur

Rangkas Bitung. Setelah berturut-turut menempati lokal di MIS Kapugeran, MTs

Swasta Al-Hidayah dan SD Djati Mulya.

Sejak Berdirinya MTsN Rangkas Bitung hingga saat ini dipimpin oleh 4

(56)

Jumlah murid secara keseluruhan berjumlah 632 orang yiatu kelas I berjumlah 252 orang, kelas II berjumlah 202 orang dan kelas III berjumiah 179 orang. Fasilitas

yang dimiliki berdasarkan data dokumentasi adalah sebagai berikut :

1. Ruang belajar terdiri dari 15 lokal. 2. Kantor Tata Usaha.

3. Ruang Kepala Sekolah.

4. Perpustakaan 1 lokal

5. Laboraturium

a. IPA 2 lokal

b. Bahasa 2 lokal

c. Komputer 1 lokal

6. Aul a 1 lokal

7. Musholla 2 lokal

8. Perumahan penjaga 1 unit

9. Asrama 2 unit

10.MCK

B. Deskripsi dan Analisis Data

(57)

F

P = - - X 100%

N

Keterangan : P = Angka Persentase Pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar F = Frekuensi

N = Jumlah Responden

Dalam ha! ini data akan dibuat dalam bentuk. label distribusi frekuensi sebagai berikut :

Kegiatan

F Pembuatan tujuan 7 Penelaahan soal

6 (review & revisi) Uji coba soal 2 Menyusun soal

ulangan harian

-bersama tim

Menyusllll soal

ulangan umum 4

bersama tim

Prosedur Evaluasi Hasil Belajar

Selalu p (%)

77,8 66,7 22,2

-44,4 Tabet 1 Tahap Persiapan Jawaban Sering Kadang F P(o/o) f P(%)

I 11,l I 11, 1 I 11,1 2 22,2 3 33,3 4 44,4

4 44,4 2 22,2

1 11,l 2 22,2

Tidak Pernah f P(%)

-

--

--

-3 33,3

2 22,2

Jumlah

f P(%) 9 100 9 100 9 100

9 100

9 100

Seperti halnya setiap kegiatan atau tindakan kependidikan selalu diawali dengan perencanaan atau persiapan. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam tahap persiapan sebagian besar (77,8%) guru membuat tujuan terlebih dahulu dan

(58)

kecil guru tidak melakukan kedua ha! ini. Sedangkan untuk uji coba soal hanya 2

responden (22,2%) yang selalu melakukan uji coba so al dan 3 dari 9 respond en atau

sebesar (33,3%) sering melakukan uji coba soal dan 4 responden lainnya atau(44,4%)

hanya kadang-kadang melakukannya. Untuk. kegiatan menyusun ulangan harian

bersama tim, frekuensinya menunjukkan hanya sebagian kecil guru yang melakukan

ha! ini baik yang menjawab sering sebanyak (44,4%), kadang-kadang sebanyak

(22,2%) dan tidak pernah (33,3%). Sedangkan dalam menyusun soal ulangan umum

bersama tim, hampir setengah dari guru atau (44,4%) menyusunnya bersama tim dan

sebagian kecil menyatakan sering sebanyak (11,1%), kadang-kadang sebanyak

(22,2%) dan tidak pernah sebanyak (22,2%).

Fakta ini menunjukkan bahwa dalam tahap persiapan sebagian besar guru

telah melaksanakannya dengan baik, hanya pada uji coba soal dan penyusunan soal

ulangan harian bersama tim masih kurang. Kondisi ini menuntut kesadaran dari

pribadi masing-masing guru untuk melakukan ujicoba soal dan menyusun soal

ulangan harian bersama tim.

Untuk mengetahui tahap penyusunan instrumen evaluasi secara nnc1 yang

terdiri dari penyusunan kisi-kisi soal, pemberian petunjuk pengerjaan soal,

pembagian soal secara proporsional, penggunaan tehnik non tes, bentuk tes tertulis

dan kesesuaian soal dengan materi, dapat dilihat pada tabel berikut ini, yaitu : tabel

(59)

Tabet 2.1

Tahap Penynsunan Instrnmen Evatuasi

Jawaban

Kegiatan Selalu Sering Ka dang Tidak Jumlah

pernah

F p (%) F p (%) f p (%) f p (%) f p (%) Penyusunan kisi-kisi

2 22,2 2 22,2 4 44,4 1 11,1 9 100

soal

Pemberian petunjuk

6 66,7 2 22,2 1 11,1

-

-

9 100

pengerjaan soal Pembagian soal

7 77,8 2 22,2

-

-

-

-

9 100

secara proporsional

Tabet 2.2

Penggunaan Tebnik Non Tes

Penggunaan Tehnik Non Frekuensi Persentase (%)

Tes

Ya 7 77,8

Tidak 2 22,2

Jumlab 9 100

Tabet 2.3

Bentuk Tes Tertutis yang Sering Digunakan

Bentuk Tes Tertulis Frekuensi Persentase (%)

Subyektif Test 3 33,3

Obyektif 3 33,3

Gabungan Keduanya 3 33,3

Gambar

tabel di atas kesemuanya menunjukkan persentase yang berimbang, yakni 33,3% guru
Tabel 4.1 Pembuatan dan Penentuan Kunci Jawaban Soal
Tabel 5.1 Penggunaan Hasil Evalu!lsi Belajar
Tabel 5.2 Penggunaan Hasil Evaluasi Formatif

Referensi

Dokumen terkait

semakin rendah harga diri remaja, maka akan semakin tinggi konformitas

Pembuatan sistem kelistrikan gedung yang baik dibutuhkan perancangan instalasi listrik yang baik, metode yang digunakan dalam penelitian instalasi listrik ini adalah

Gejala klinis dari ikan lele sampel adalah luka kemerahan/borok ( ulcer ) pada permukaan tubuh, perut kembung, sirip gripis yang disertai luka kemerahan pada sirip

™ Seluruh teman-teman seperjuangan Progdi PGSD angkatan 2013 terutama kelas E, terima kasih kalian berbagi canda, tawa, suka dan duka bersamaku selama ini. Bersama kalian hidup

Tesis Upaya Pencegahan Penyakit TB Paru ..... ADLN - Perpustakaan

Skripsi ini bermanfaat bagi Santri Dan desa Kamulan kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek sebagai sumbangan pikiran dalam rangka pembinaan dan peningkatan kualitas

Analisis pola difraksi sinar-x dengan metode Rietveld pada cuplikan YBCO produk sintering (HPS) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : cuplikan dimisalkan terdiri

Sumber data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah karya dari Kuntowijoyo yang berjudul Islam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi dan Etika, Muslim