PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN
METODE QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE
MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI
MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN
TESIS
Oleh :
JAHARTAP YUSTIN PASARIBU
127025010 / TI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN
METODE QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE
MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI
MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik
dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Un iversitas Sumatera Utara
Oleh :
JAHARTAP YUSTIN PASARIBU
127025010 / TI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: : :
Jahartap Yustin Pasaribu 127025010
Teknik Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (Dr. Ir. Nazaruddin, MT)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA)
Dekan
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
Telah diuji pada
Tanggal
: 11 Februari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
Anggota
: Dr. Ir. Nazaruddin, MT
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE
QUANTITATIVE MODELS FOR PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (QMPMS) BERDASARKAN PERSEPSI MAHASISWA DI STMIK IBBI MEDAN
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2015
Yang Membuat Pernyataan,
MOTTO & PERSEMBAHAN
“Untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti
kata-kata yang ber makna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan, dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada orang
yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda, baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang
berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.”
(Amsal 1:2-5)
Tesis ini kupersembahkan untuk
ABSTRAK
Kinerja institusi yang meningkat sangat dibutuhkan oleh perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing. Agar dapat mengukur kinerja institusi dengan baik maka sebaiknya dirancang model pengukuran kinerja yang mampu mengukur efektivitas dan efisiensi dari setiap aktivitas/kegiatan yang dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan berdampak pada kinerja institusi perguruan tinggi, antara lain yaitu kompetensi dosen, learning ability mahasiswa, dukungan fasilitas, dukungan alumni, dukungan finansial, administrasi akademik, promosi, dan proses pembelajaran.
Penelitian ini merancang model pengukuran kinerja di STMIK IBBI Medan dengan menggunakan metode Quantitave Models for Performance Measurement System
(QMPMS). Data penelitian diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 298 mahasiswa. Pendekatan statistik yang digunakan adalah pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan bantuan program SPSS AMOS versi 18 dalam pengolahan datanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dosen (0,413), learning ability mahasiswa (0,347), dukungan fasilitas (1,102), dukungan alumni (0,345), administrasi akademik (0,249), dan proses pembelajaran (0,822) berpengaruh langsung terhadap kinerja institusi. Sedangkan, kompetensi dosen juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja institusi melalui proses pembelajaran.
Perancangan model pengukuran kinerja STMIK IBBI Medan berhasil diidentifikasi 38 Key Performance Indicators (KPIs), yaitu 9 KPI kriteria kompetensi dosen, 8 KPI kriteria learning ability mahasiswa, 7 KPI kriteria dukungan fasilitas, 2 KPI kriteria dukungan alumni, 3 KPI kriteria administrai akademi, dan 9 KPI kriteria proses pembelajaran. Tersedia model hirarki dan matriks pengukuran kinerja berdasarkan persepsi mahasiswa.
ABSTRACT
Increased institution performance is really needed by colleges in order to enhance its competitiveness ability. In order to the institution performance measurement well, we need to design performance measurement model which is able to measure the effectiveness and the efficiency of all activities in the college. That are some factors that affect and bring impact to the college performance. That factors are lecturer competence, student learning ability, facilities support, alumni support, financial support, academic administration, promotions, and learning process.
This research design performance measurement model at STMIK IBBI Medan using QMPMS method. The data is obtained from spreading the questionnaire to 298 college students. Statistic approach that are used is Structural Equation Modeling approach by using SPPS Amos program version 18 in data processing.
This research’s result showed that lecturer competence (0,413), student
learning ability (0,347), facilities support (1,102), alumni support (0,345), academic administration (0,249), learning process (0,822) are directly affected the institution performance. Meanwhile, lecturer competence is also indirectly affected the institution performance through learning process.
The design of STMIK IBBI Medan’s performance measurement model
successfully identified 38 Key Performance Indicators (KPIs), which are 9 KPIs of lecturer competence criteria, 8 KPIs of student learning ability criteria, 7 KPIs of faceilities support criteria, 2 KPIs of Alumni support criteria, 3 KPIs of academic administration, and 9 KPIs of learning process criteria. There are hirarchy model and matrix model for performance measurement based on student perceptions.
RIWAYAT HIDUP
Jahartap Yustin Pasaribu lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 17 Mei
1980, merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Manalasa
Pasaribu dan Ibu Marsiding Br. Hutasoit.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1993 di SD Negeri
III Tambun – Bekasi, pendidikan sekolah menengah pertama pada tahun 1996 di SMP
Negeri 1 Tambun – Bekasi, dan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1
Bekasi pada tahun 1999.
Pada tahun 1999, sempat melanjutkan kuliah di Program Studi Matematika Fak.
MIPA Universitas Sumatera Utara sebelum akhirnya pada tahun 2000 pindah ke
Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah pada Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik dan menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2004. Pada tahun
2012 semester genap penulis melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara
Departemen Teknik Industri.
Penulis memulai karir sebagai project officer sampai menjadi project manager di Yayasan Pendidikan Kristen (Yapendik) GPIB, Jakarta. Pada tahun 2010 penulis
menikah dengan Agustina Margaretha br. Sitompul, ST. dan memutuskan pindah ke
Medan, kemudian menjadi dosen tidak tetap di STMIK IBBI Medan. Tahun 2011
penulis diangkat menjadi dosen tetap di AMIK Widyaloka. Tahun 2013 penulis
mengikuti tes CPNS dan diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Perindustrian
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang sanggup menggambarkan rasa syukur penulis saat
menyelesaikan tesis ini. Dan tiada yang lebih pantas selain Tuhan Yesus Kristus untuk
menerima ucapan syukur dan terimakasih atas penyertaan, pertolongan, dan
pimpinan-Nya dalam menyelesaikan tesis ini.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat dukungan moril dan
usulan perbaikan serta penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam,
MSME, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Prof. Dr. Ir. Humala
Napitupulu, DEA selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara. Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng. pembimbing utama
dan Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan dukungan, arahan, dan petunjuk dalam penyelesaian tesis ini.
Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE., Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE.,
dan Prof. Dr. Ir. Humala Napitupulu, DEA. sebagai tim penguji yang telah banyak
memberikan masukan serta saran yang membangun dalam penyempurnaan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. B. Ricson Simarmata,
MSEE, MPE, dan Sukiman, ST, MT, selaku Ketua dan Wakil Ketua I STMIK IBBI
Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
di STMIK IBBI Medan. Bapak Hartono, S.Kom, M.Kom. Ketua Program Studi STMIK
IBBI yang telah berkenan memberikan saran dan pendapat kepada penulis dalam
melakukan penelitian.
Terimakasih penulis sampaikan kepada semua dosen pengajar Magister Teknik
Industri USU yang telah mendidik dan mencerahkan dengan berbagai ilmu yang
diberikan. Terimakasih kepada staf Magister Teknik Industri USU yang telah membantu
penulis dalam memberikan informasi seputar perkuliahan dan tesis. Terimakasih juga
untuk teman-teman seperjuangan dalam perkuliahan: angkatan 17 (bang Indra, Kak
Nita, dkk), angkatan 16 (bg Zudan, Bawon, Andre, Junjungan, kak Siti, dkk), teman
sharing tesis angkatan 15 (mas Juni dan kak Nani), Candidate Doctor Teknik Industri USU Ibu Meliana dan Ibu Syarifah.
Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ir. Guntar, Kepala UPT
Metrologi Rantau Prapat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara
atas bimbingan dan arahannya. Terimakasih kepada Kasubag TU, seluruh Penera dan
Staf di lingkungan UPT Metrologi Rantau Prapat atas dukungan yang diberikan.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada orang-orang terkasih yaitu istri
tercinta Agustina Margaretha br. Sitompul, Bapak M. Pasaribu dan Mama M. Br.
Hutasoit di Bekasi, Mertua (P. Sitompul dan N. Br. Pangaribuan), dan adik-adik tercinta
(John Ramses Pasaribu, Saurma Royana). Terimakasih juga untuk pihak-pihak yang tak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan doa dalam
penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan penulis. Doa dan harapan penulis tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Medan, Februari 2015
Penulis,
Jahartap Yustin Pasaribu
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Hasil Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan ... 7
1.6. Asumsi-asumsi ... 8
1.7. Sistematika Penulisan Pelaporan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Deskripsi Teori ... 10
2.1.1. Sistem Pengukuran Kinerja ... 10
2.1.2. Indikator Kinerja ... 14
2.1.3. Quantitative Models or Performance Measurement System (QMPMS) ... 15
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perguruan Tinggi ... 27
2.2.1. Kompetensi Dosen ... 28
2.2.2. Learning Ability Mahasiswa ... 29
2.2.3. Dukungan Fasilitas ... 30
2.2.4. Alumni ... 30
2.2.5. Administrasi Akademik ... 31
2.2.6. Promosi ... 32
2.2.7. Proses Pembelajaran ... 33
2.3. Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi ... 34
2.4. Review Hasil Penelitian ... 35
2.5. Resume Hasil-hasil Penelitian ... 39
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual ... 41
3.2. Rumusan Hipotesis ... 46
3.3. Definisi Operasional ... 48
BAB IV RANCANGAN PENELITIAN 4.1. Tipe Penelitian ... 56
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
4.3. Gambaran Umum STMIK IBBI Medan ... 57
4.3.1 Sejarah singkat ... 57
4.3.2 Visi dan Misi ... 57
4.3.3 Struktur Organisasi ... 58
4.3.4 Data Mahasiswa dan Alumni ... 59
4.4. Metode Penelitian ... 60
4.4.1 Tahap Penelitian ... 61
4.4.2 Deskripsi Populasi dan Sample Penelitian ... 63
4.4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 65
4.4.4 Analisis Data ... 74
4.4.5 Tahap Perancangan ... 79
4.4.6 Kesimpulan dan Saran ... 80
5.1.1. Pengumpulan Data Tahap Awal ... 81
5.1.2. Pengumpulan Data Tahap Akhir ... 85
5.2. Pengolahan Data ... 88
5.2.1. Hasil Pengolahan Data Model Pengukuran ... 89
5.2.2. Hasil Pengolahan Data Model Struktural ... 94
5.2.3. Hasil Pengolahan Data Persamaan Matematika ... 98
5.2.4. Validitas Konvergen Model ... 107
BAB VI ANALISIS DAN PERANCANGAN 6.1. Analisis ... 110
6.1.1. Analisis Kecocokan ... 110
6.1.2. Evaluasi Hipotesis Penelitian ... 137
6.2. Perancangan Model Pengukuran Kinerja ... 141
6.2.1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya ... 141
6.2.2. Menyusun faktor-faktor secara hirarki ... 147
6.2.3. Mengukur pengaruh dari faktor-faktor terhadap kinerja ... 148
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.Kesimpulan ... 154
7.2.Saran ... 155
DAFTAR PUSTAKA ... 157
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan ... 38
4.1 Jumlah Mahasiswa ... 60
4.2 Jumlah Lulusan ... 60
4.3 Skala Penelitian ... 66
4.4 Atribut (Indikator) masing-masing Variabel Laten ... 68
4.5 Indeks Pengujian Kelayakan Model ... 77
5.1 Hasil Uji Validitas ... 82
5.2 Uji Realibilitas ... 84
5.3 Deskripsi penyebaran kuesioner penelitian ... 85
5.4 Distribusi karakteristik responden ... 86
5.5 Regression Weight (factor loading) Measurement Model ... 108
6.1 Hasil pengujian kelayakan kelompok absolute fit measures ... 111
6.2 Hasil pengujian kelayakan kelompok incremental fit measures ... 113
6.3 Hasil pengujian kelayakan kelompok parsimonious fit measures .... 114
6.4 Hasil analisis kecocokan keseluruhan model ... 115
6.5 Hasil analisis kecocokan keseluruhan model modifikasi ... 118
6.6 Hasil pengolahan data kompetensi dosen ... 121
6.7 Hasil pengolahan data learning ability mahasiswa ... 122
6.8 Hasil pengolahan data dukungan fasilitas ... 124
6.9 Hasil pengolahan data dukungan finansial ... 125
6.10 Hasil pengolahan data dukungan alumni ... 126
6.11 Hasil pengolahan data adminitrasi akademik ... 129
6.12 Hasil pengolahan data promosi ... 130
6.13 Hasil pengolahan data lingkungan pembelajaran ... 131
6.14 Hasil pengolahan data kinerja institusi ... 133
6.16 Nilai pengaruh langsung faktor terhadap kinerja institusi ... 142
6.17 Direct Effect faktor ... 143
6.18 Indirect effect faktor ... 144
6.19 Total effect faktor ... 144
6.20 Bobot pengaruh dari faktor terhadap kinerja institusi ... 148
6.21 Bobot pengaruh dari indikator terhadap kinerja institusi ... 148
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1.1. Grafik jumlah mahasiswa baru STMIK IBBI Medan ... 3
1.2. Grafik jumlah mahasiswa mengundurkan diri di STMIK IBBI Medan ... 4
2.1. Kerangka kerja untuk merancang sistem pengukuran kinerja ... 13
2.2. Pendekatan Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja ... 14
2.3. Kerangka kerja pendekatan QMPMS ... 16
2.4. Cognitive Maps ... 17
2.5. Diagram Sebab Akibat ... 18
2.6. Tree Diagram ... 19
2.7. (a) kuesioner perbandingan berpasangan ... 20
(b) matriks perbandingan berpasangan ... 20
2.8. State of the art penelitian ... 40
3.1. Kerangka konseptual penelitian ... 43
3.2. Model struktural penelitian ... 44
4.1. Struktur Organisasi STMIK IBBI Medan ... 59
4.2. Diagram kerangka pikir ... 61
4.3. Flowchart Tahapan Penelitian ... 62
4.4. Tahap pengumpulan dan pengolahan data ... 67
5.1. Persentase frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin ... 87
5.2. Persentase frekuensi responden berdasarkan usia ... 87
5.3. Persentase frekuensi responden berdasarkan semester ... 88
5.4. Uji konfirmatori konstruk eksogen kompetensi dosen ... 90
5.5. Uji konfirmatori konstruk eksogen learning ability mahasiswa ... 90
5.6. Uji konfirmatori konstruk eksogen dukungan fasilitas ... 91
5.8. Uji konfirmatori konstruk eksogen dukungan finansial ... 92
5.9. Uji konfirmatori konstruk eksogen dukungan alumni ... 92
5.10. Uji konfirmatori konstruk eksogen administrasi akademik ... 93
5.11. Uji konfirmatori konstruk eksogen Promosi ... 93
5.12. Uji konfirmatori konstruk endogen proses pembelajaran ... 94
5.13. Uji konfirmatori konstruk endogen kinerja institusi ... 95
5.14. Hasil pengolahan data Model Struktural ... 96
5.15. Hasil pengolahan data Model Struktural (Perbaikan) ... 97
6.1. Model struktural setelah dimodifikasi ... 117
6.2. Peta kognitif faktor-faktor terhadap kinerja institusi ... 142
6.3. Faktor pengaruh tidak langsung ... 143
6.4. Tree diagram kinerja institusi ... 147
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Instrumen Kuesioner ... 160
2. Pengujian Validitas dan Realibilitas ... 166
3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner ... 170
4. Pengolahan Data Model Perbaikan ... 180
ABSTRAK
Kinerja institusi yang meningkat sangat dibutuhkan oleh perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing. Agar dapat mengukur kinerja institusi dengan baik maka sebaiknya dirancang model pengukuran kinerja yang mampu mengukur efektivitas dan efisiensi dari setiap aktivitas/kegiatan yang dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan berdampak pada kinerja institusi perguruan tinggi, antara lain yaitu kompetensi dosen, learning ability mahasiswa, dukungan fasilitas, dukungan alumni, dukungan finansial, administrasi akademik, promosi, dan proses pembelajaran.
Penelitian ini merancang model pengukuran kinerja di STMIK IBBI Medan dengan menggunakan metode Quantitave Models for Performance Measurement System
(QMPMS). Data penelitian diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 298 mahasiswa. Pendekatan statistik yang digunakan adalah pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan bantuan program SPSS AMOS versi 18 dalam pengolahan datanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dosen (0,413), learning ability mahasiswa (0,347), dukungan fasilitas (1,102), dukungan alumni (0,345), administrasi akademik (0,249), dan proses pembelajaran (0,822) berpengaruh langsung terhadap kinerja institusi. Sedangkan, kompetensi dosen juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja institusi melalui proses pembelajaran.
Perancangan model pengukuran kinerja STMIK IBBI Medan berhasil diidentifikasi 38 Key Performance Indicators (KPIs), yaitu 9 KPI kriteria kompetensi dosen, 8 KPI kriteria learning ability mahasiswa, 7 KPI kriteria dukungan fasilitas, 2 KPI kriteria dukungan alumni, 3 KPI kriteria administrai akademi, dan 9 KPI kriteria proses pembelajaran. Tersedia model hirarki dan matriks pengukuran kinerja berdasarkan persepsi mahasiswa.
ABSTRACT
Increased institution performance is really needed by colleges in order to enhance its competitiveness ability. In order to the institution performance measurement well, we need to design performance measurement model which is able to measure the effectiveness and the efficiency of all activities in the college. That are some factors that affect and bring impact to the college performance. That factors are lecturer competence, student learning ability, facilities support, alumni support, financial support, academic administration, promotions, and learning process.
This research design performance measurement model at STMIK IBBI Medan using QMPMS method. The data is obtained from spreading the questionnaire to 298 college students. Statistic approach that are used is Structural Equation Modeling approach by using SPPS Amos program version 18 in data processing.
This research’s result showed that lecturer competence (0,413), student
learning ability (0,347), facilities support (1,102), alumni support (0,345), academic administration (0,249), learning process (0,822) are directly affected the institution performance. Meanwhile, lecturer competence is also indirectly affected the institution performance through learning process.
The design of STMIK IBBI Medan’s performance measurement model
successfully identified 38 Key Performance Indicators (KPIs), which are 9 KPIs of lecturer competence criteria, 8 KPIs of student learning ability criteria, 7 KPIs of faceilities support criteria, 2 KPIs of Alumni support criteria, 3 KPIs of academic administration, and 9 KPIs of learning process criteria. There are hirarchy model and matrix model for performance measurement based on student perceptions.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai diterapkan 1 Januari 2015, tantangan
yang dihadapi oleh anggotanya termasuk Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Badan Perencanaan Nasional (Bapenas) mengidentifikasi peringkat daya
saing dunia pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ke-46 dibawah Singapura
urutan ke-2, Malaysia urutan ke-21, dan Thailand urutan ke-39. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM sehingga dapat berdaya saing adalah melalui jalur pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. (Jurnal Kajian Lemhanas RI, 2012)
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat adalah perguruan tinggi, sebuah organisasi yang
menciptakan hasil yang kompleks dengan menggunakan beberapa sumber daya. Untuk
tetap kompetitif di arena pendidikan, perguruan tinggi membutuhkan pemantauan terus
menerus dan evaluasi. Umumnya, lembaga pendidikan dievaluasi oleh lembaga/insitusi
eksternal untuk (1) kegiatan akademik dan (2) kegiatan administrasi dan keuangan.
Proses penilaian internal mencakup gambaran yang luas dari kriteria kinerja seperti
pengembangan dan revisi kurikulum, kontribusi pada literatur, profil jenis
kelamin/kesukuan, alokasi anggaran, dan pengembangan mahasiswa dan personil. Oleh
dipertimbangkan selama peninjauan internal, sehingga menciptakan lingkungan masalah
yang kompleks untuk evaluator/pengambil keputusan. (Kongar, Pallis, & Sobh, 2010).
Terkait pengukuran kinerja institusi di dunia dikenal adanya pemeringkatan
perguruan tinggi yang dilakukan oleh QS World Universities, yang melakukan penilaian
kinerja terhadap 26 indikator yang dikelompokkan dalam tujuh kriteria, yaitu: kualitas
belajar mengajar, kemudahan bekerja setelah lulus, penelitian, fasilitas,
internasionalisasi, inovasi, dan kontribusi.
Di Indonesia dikenal adanya akreditasi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang merupakan proses penilaian yang dilakukan
untuk menentukan kelayakan sebuah institusi atau program studi. Kriteria penilaian
kinerja dikelompokkan dalam tujuh kriteria atau standar, yaitu: (1) visi, misi, tujuan dan
sasaran, serta strategi pencapaian, (2) tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan,
dan penjaminan mutu, (3) mahasiswa dan lulusan, (4) sumber daya manusia, (5)
kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik, (6) pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sistem informasi, dan (7) penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan
kerjasama.
Penelitian terdahulu merancang Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) di Universitas
Mataram dengan metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS), key performance indicators (KPI) ditentukan berdasarkan empat tahapan, yaitu: identifikasi
stakeholder requirement, external monitor, penetapan objectives, dan identifikasi KPIs. Hasil rancangan sistem pengukuran kinerja berhasil didentifikasi 38 indikator kinerja
finansial, SDM, administrasi akademik, proses pembelajaran, alumni, evaluasi dan
pengendalian, dan external party (Suartika et.al., 2007).
Tantangan untuk dapat berdaya saing dan mempertahankan eksistensinya juga
dirasakan oleh Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) IBBI
Medan. STMIK IBBI Medan didirikan tahun 2003 dengan motto “Bekal Terbaik
Menuju Masa Depan Gemilang”, memiliki gedung kampus yang diberi nama kampus
Emerald di Jalan Gatot Subroto No. 130 Medan. STMIK IBBI Medan mengelola dua
program studi yaitu Sistem Informasi (SI) akreditasi grade C dan Teknik Informatika
(TI) akreditasi grade C. Sedangkan, secara institusi STMIK IBBI Medan belum
terakreditasi.
Berdasarkan data akademik tahun 2009 hingga tahun 2013 diketahui bahwa
penerimaan jumlah mahasiswa baru tiap tahunnya mengalami penurunan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Grafik jumlah mahasiswa baru STMIK IBBI Medan
2009 2010 2011 2012 2013
SI 162 165 143 120 85
TI 53 98 106 117 69
Total 215 263 249 237 154
0 100 200 300
Gambar 1.1. memperlihatkan bahwa sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 jumlah
mahasiswa yang diterima mengalami penurunan 5%-35%. Penurunan cukup drastis
tahun 2013 yaitu 35% dari 237 orang mahasiswa di tahun 2012 menjadi 154 orang di
tahun 2013.
Jumlah mahasiswa yang tidak melanjutkan kuliah atau mengundurkan diri tahun
2009-2013 mengalami peningkatan 8%-17%, tahun 2013 turun 11%. Kenaikan terbesar
terjadi pada tahun 2012, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Grafik jumlah mahasiswa mengundurkan diri di STMIK IBBI
Gambar 1.2. menunjukkan bahwa periode 2008-2012 ada peningkatan yang
signifikan mahasiswa mengundurkan diri. Berdasarkan kuesioner yang ada pada bagian
Akademik STMIK IBBI diketahui dua alasan yang sering dikemukakan oleh mahasiswa
yang mengundurkan diri adalah kualitas pendidikan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
2009 2010 2011 2012 2013
SI 13 13 15 16 12
TI 8 10 10 11 12
Total 21 23 25 27 24
0 10 20 30 40
Jumlah
Kondisi tersebut berbeda dengan harapan STMIK IBBI Medan yang ingin
meningkatkan kualitas lulusan, meningkatkan jumlah mahasiswa yang mendaftar dan
menurunkan jumlah mahasiswa yang mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan Visi
STMIK IBBI Medan untuk menjadikan STMIK IBBI Medan pada tahun 2017 sebagai
pusat pendidikan komputer yang unggul di bidang pemrograman, multimedia dan
jaringan komputer di Sumatera Utara.
Indikator-indikator kinerja yang tersusun dalam sistem pengukuran kinerja untuk
mengukur pencapaian visi dan memberikan feed back dalam melakukan perbaikan bagi STMIK IBBI Medan, saat ini belum tersedia. Indikator-indikator tersebut juga
diharapkan dapat memberikan informasi tentang skala prioritas dalam menggambarkan
kinerja. Skala prioritas itu juga menjadi dasar untuk pengambilan keputusan perbaikan.
Metode perancangan sistem pengukuran kinerja yang dalam penyusunannya
memperhatikan penentuan skala prioritas indikator kinerja adalah Quantitative Models for Performance Measurement System (QMPMS). Metode pengukuran kinerja ini juga
menggunakan AHP untuk mengukur pengaruh dari faktor-faktor terhadap kinerja. Ada
tiga langkah utama untuk merancang sistem pengukuran kinerja dalam QMPMS, yaitu :
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya, menyusun
faktor-faktor tersebut secara hirarki, dan mengukur pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap kinerja.
Berdasarkan fakta-fakta diatas, penelitian ini mencoba melakukan analisis
terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pengukuran kinerja di STMIK
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan, efisiensi, dan efektivitas dari kegiatan
khususnya solusi perbaikan yang dilaksanakan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di muka maka
permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah bagaimana
merancang model pengukuran kinerja di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer IBBI Medan berdasarkan tingkat kepentingan mahasiswa. Sehubungan
dengan permasalahan di atas maka beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dicari
jawabannya ialah:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja STMIK IBBI Medan?
2. Apa saja indikator kinerja kunci (key performance indicators (KPI)) yang
menggambarkan faktor-faktor tersebut dalam pengukuran kinerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah mendapatkan suatu rancangan sistem pengukuran kinerja yang efektif dan
efisien untuk diimplementasikan di STMIK IBBI Medan. Sasaran penelitian untuk
mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi model pengukuran
2. Mengidentifikasi indikator-indikator kinerja kunci yang dapat
menggambarkan kinerja STMIK IBBI Medan.
3. Menyusun rancangan model pengukuran kinerja perguruan tinggi yang dapat
diimplementasikan di STMIK IBBI Medan.
1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak
yang terkait, diantaranya:
1. Perusahaan
Memberikan rancangan model pengukuran kinerja sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas perguruan tinggi.
2. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan khasanah ilmu
pengetahuan.
3. Bagi peneliti
pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi peniliti lainnya,
khususnya dalam kajian pengukuran kinerja perguruan tinggi.
1.5. Batasan Masalah Penelitian
Disebabkan karena adanya keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki
oleh peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
2. Data yang digunakan adalah data di STMIK IBBI Medan periode
2009-2014.
3. Rancangan yang diusulkan adalah rancangan konseptual tanpa melakukan
implementasi.
1.6. Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan agar tahapan penelitian ini dapat dilaksanakan
adalah:
1. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang Perguruan Tinggi tidak
ada perubahan selama penelitian.
2. Tidak ada perubahan struktur organisasi dan jumlah personalia perguruan
tinggi selama penelitian.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
Hasil penelitian mengenai rancangan model pengukuran kinerja di STMIK IBBI
Medan akan diuraikan dalam 7 (tujuh) bab. Bab pertama menjelaskan hal-hal yang
mendasari dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian. Bab ini
berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
batasan masalah, asumsi, serta sistematika penulisan laporan. Sub bab latar belakang
menggambarkan fenomena (gejala) yang ditemukan di STMIK IBBI Medan sebagai
alasan mengapa penelitian perlu dilakukan. Sub bab tujuan penelitian meliputi tujuan
Bab kedua memaparkan teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan
sebagai landasan dalam menganalisis dan mencari solusi pemecahan masalah. Landasan
teori digunakan untuk menguatkan metode yang digunakan dalam memecahkan
permasalahan penelitian ini. Bab ketiga menggambarkan kerangka konseptual yang
berhubungan dengan penelitian. Pada bab ini dijelaskan konsep penelitian yang
dilaksanakan dengan memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar
variabel-variabel penelitian. Variabel–variabel yang digunakan dalam penelitian juga dijelaskan
definisinya untuk menghindari perbedaan pemahaman. Bab keempat menjelaskan jenis
penelitian dan uraian tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan
permasalahan penelitian. Bab keempat juga memaparkan gambaran umum STMIK IBBI
Medan. Bab keempat juga berisi pernyataan-pernyataan hipotesis yang akan diuji
kebenarannya untuk mendapatkan jawaban atas pernyataan tersebut.
Bab kelima memaparkan data penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara,
pengamatan langsung, dan dokumen-dokumen perusahaan sebagai bahan untuk
melakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan untuk memecahkan
permasalahan penelitian. Bab keenam menjelaskan analisis dan hasil rancangan
penelitian yang dapat diimplementasikan diperusahaan guna menyelesaikan
permasalahan penelitian. Bab ketujuh memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan
BAB II
LANDASAN TEORI
4.1. Deskripsi Teori
2.1.1. Sistem Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja menurut Neely et. al., (2005) adalah proses kuantifikasi
tindakan, dimana pengukuran adalah proses kuantifikasi, dan tindakan mengarah kepada
kinerja. Tujuan lebih lanjut dari kinerja ini adalah adanya efisiensi dan efektifitas dari
setiap tindakan yang diambil. Secara lebih luas pengukuran kinerja dapat diartikan
sebagai suatu proses penilaian kemajuan yang dicapai perusahaan dalam rangka
mencapai sasaran yang telah ditetapkan termasuk didalamnya penilaian mengenai
efisiensi sumber daya dalam menghasilkan produk dan jasa, kualitas output perusahaan
dan efektifitas kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi
(Taufiqurrahman, 2011).
Menurut Yuwono et. al., (2004) pengukuran kinerja adalah tindakan
pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang
akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana
perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian (Taufiqurrahman, 2011).
program, terutama kemajuan ke arah pencapaian tujuan jangka panjang. Di dalam
pengukuran kinerja, disebutkan tentang level dari aktivitas yang berhubungan dengan
program, output dari program, baik berupa produk secara langsung maupun jasa, serta
outcome dari produk atau jasa tersebut. Program yang dimaksud tersebut dapat berupa
aktivitas, proyek, fungsi, atau kebijaksanaan yang mengidentifikasikan tujuan.
Dari definisi-definisi tersebut, terdapat dua dimensi penting yang
menggambarkan pengukuran kinerja yaitu efisiensi dan efektivitas. Sumanth (1984)
mendefinisikan efisiensi sebagai rasio jumlah output yang dihasilkan terhadap jumlah
standar output yang diharapkan. Sedangkan, efektivitas adalah derajad pencapaian
sasaran. Dengan perkataan lain, efektivitas adalah suatu ukuran yang menjelaskan
seberapa baik hasil yang dicapai relatif terhadap sasaran yang ditetapkan.
Pengukuran kinerja pada suatu perusahaan dalam periode atau jangka waktu
tertentu sangat diperlukan agar prestasi perusahaan dalam periode tersebut dapat
diketahui, apakah sudah mencapai kinerja yang diharapkan atau belum, sehingga dapat
menjelaskan hubungan sebab-akibat antara kegiatan pengukuran kinerja yang telah
dilakukan dengan hasil akhir yang dicapai. Pengukuran kinerja merupakan komponen
dalam performance-based management, yaitu suatu aplikasi informasi sistematik yang
dibangun berdasarkan perencanaan, pengukuran, dan evaluasi kinerja menuju
perencanaan yang strategik. Hasil pengukuran kinerja dapat dijadikan landasan bagi
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan melakukan perbaikan-perbaikan
untuk meningkatkan kinerja, sehingga pada akhirnya perusahaan dapat meningkatkan
Artley, et. al., (2001) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja sangat diperlukan
karena:
1. Pengukuran lebih memfokuskan suatu perusahaan pada apa yang ingin
diselesaikan dan memaksa untuk berkonsentrasi pada waktu, sumber daya,
dan energi dalam mencapai tujuan.
2. Pengukuran kinerja dapat memperbaiki komunikasi internal karyawan dan
eksternal antar perusahaan dengan konsumen maupun stakeholders.
3. Pengukuran kinerja akan sangat bermanfaat bagi perusahaan, yaitu dengan
menyediakan suatu pendekatan yang terstruktur, yang berfokus pada
rencana strategis, tujuan, dan performansi, serta adanya mekanisme
pelaporan pada manajemen tingkat atas.
4. Pengukuran kinerja dapat membantu suatu perusahaan untuk
mempertanggung jawabkan program serta biayanya.
Neely et. al., (2005) mendefinisikan sistem pengukuran kinerja sebagai
seperangkat ukuran kinerja yang digunakan untuk mengkuantifikasi baik efisiensi
maupun efektifitas dari tindakan-tindakan. Sistem pengukuran kinerja dapat diuji pada
tiga tingkatan yang berbeda, yaitu:
1. Pengukuran kinerja secara individu.
2. Seperangkat pengukuran kinerja–sistem pengukuran kinerja sebagai
entitas.
3. Hubungan antara sistem pengukuran kinerja dan lingkungan dimana
Kerangka kerja perancangan pengukuran kinerja menurut Neely dapat dilihat
[image:34.612.162.498.153.387.2]pada Gambar 2.1. berikut.
Gambar 2.1 Kerangka kerja untuk merancang sistem pengukuran kinerja
(Sumber : Neely et. al., 2005)
Najmi, et. al., (2005) menjelaskan ada tiga elemen dasar dalam perancangan
sistem pengukuran kinerja, yaitu:
1. Arah
Menentukan arah perusahaan secara jelas dengan mendefinisikan visi, misi
dan tujuan strategis perusahaan.
2. Proses-proses
Arah perusahaan diimplementasikan dengan dalam setiap proses dan
aktivitas dengan menerapkan improvement process practices.
3. Pengukuran
Interaksi ketiga elemen dasar tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2. berikut.
Gambar 2.2. Pendekatan Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja
(sumber : Najmi, et. al, 2005)
2.1.2. Indikator Kinerja
Moeheriono (2012) merangkum definisi-definisi indikator kinerja sebagai
berikut:
1. Nilai atau karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur output
atau outcome suatu kegiatan/tindakan.
2. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan derajat keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
3. Ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
4. Informasi operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja atau kondisi
Mustopadidjaja (2000) menyatakan bahwa di dalam pengukuran kinerja akan
dimunculkan indikator-indikator kinerja, dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi
yaitu:
1. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan
kesalahan interpretasi.
2. Dapat diukur secara obyektif, baik yang bersifat kuantitatif, maupun
kualitatif.
3. Relevan, harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan.
4. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna. Hal ini bertujuan agar
pengukuran kinerja dapat menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran,
hasil, manfaat, dan dampak, serta proses.
5. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan atau penyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan .
6. Efektif. Data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan dan diolah, dan dianilisis dengan biaya
yang tersedia.
2.1.3. Quantitave Models for Performance Measurement System (QMPMS)
Menurut Bititci, et al. (2001) sistem pengukuran kinerja melibatkan sejumlah
ukuran-ukuran kinerja multi dimensional, seperti biaya, kualitas, waktu, dll. Integrasi
beberapa ukuran multi dimensional yang ditunjukkan dalam unit-unit heterogen menjadi
sebuah unit tunggal merupakan suatu masalah yang perlu dihadapi. Berikut ini tiga
1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya.
2. Menyusun faktor-faktor tersebut secara hirarki.
3. Mengukur pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kinerja.
Ketiga langkah pendekatan diatas dikembangkan sebagai model acuan dari
metode QMPMS ditunjukkan pada Gambar 2.3. berikut.
[image:37.612.125.527.241.462.2]
Gambar 2.3. Kerangka kerja pendekatan QMPMS (Sumber : Bititci, et al., 2001)
2.1.3.1 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Hubungannya
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja merupakan langkah yang
paling penting dalam penerapan QMPMS. Kegagalan dalam mengidentifikasi seluruh
faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungannya akan menyebabkan gangguan
terhadap hasil rancangan. Untuk menyelidiki dan mengidentifikasi faktor-faktor tersebut
digunakan peta kognitif (cognitive maps).
Step 1
Identification of factors affecting performance and their relationship.
Tools: Cognitive maps
Step 2
Structuring the factors hierarchically
Tools: Cause and Effect Diagrams and Structured Diagrams
Step 3
Quantifying the effects of factors on performance
Suwignjo, et al (2000) memberikan contoh peta kognitif sebagai berikut,
misalkan seseorang ingin pindah ke negara lain. Dia ingin memilih negara yang dapat
menambah kekayaannya di Bank. Dia dapat menggunakan cognitive maps untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uangnya di bank, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Cognitive Maps
(Sumber : Suwignjo, et al., 2000)
Secara umum pengaruh dari sebuah faktor terhadap kinerja dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Direct (vertical) effect (pengaruh langsung)
Pengaruh langsung dari sebuah faktor terhadap kinerja adalah sebuah
agregat/kumpulan dari seluruh pengaruh dari faktor kinerja terhadap
kinerja melalui faktor itu.
2. Indirect (horizontal) effect (pengaruh tidak langsung)
Indirect effect adalah pengaruh dari sebuah faktor terhadap kinerja melalui
faktor lain pada level yang sama Amount of money in the bank
Initial
Deposit Interest
Savings paid in +
+
+
+
3. Self-interaction effect
Self-interaction effect adalah pengaruh dari sebuah faktor terhadap dirinya
sendiri.
2.1.3.2 Menyusun Faktor-Faktor Secara Hirarki
Pada langkah pertama, perhatian utama hanya menguraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi dan hubungannya. Tidak ada usaha untuk mengelompokkan faktor-faktor
pada level yang sama dalam satu kelompok. Tools yang digunakan untuk menyusun
hirarki adalah Cause and effect diagram dan tree diagram. Diagram sebab akibat
ditunjukkan pada Gambar 2.5. berikut.
Gambar 2.5. Diagram Sebab Akibat (Sumber : Suwignjo, et al., 2000)
Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui susunan hirarki dari
faktor-faktor tersebut. Sebuah faktor-faktor adalah anggota level 0 jika faktor-faktor ini dipengaruhi oleh
faktor lain namun tidak mempengaruhi faktor lain. Sementara, faktor yang secara
langsung mempengaruhi faktor lain pada level tertentu akan menjadi anggota level
berikutnya yang lebih rendah.
Diagram pohon yang digunakan dalam penyusunan hirarki dapat dilihat pada
Gambar 2.6. berikut.
Amount of money in the bank
Saving s Initial Deposit paid in
Gambar 2.6. Tree Diagram
(Sumber : Suwignjo, et al., 2000)
Diagram pohon dapat digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai struktur hirarki.
2.1.3.3 Mengukur Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Kinerja
Pengaruh relatif dari faktor-faktor (direct, indirect, dan self interaction) dapat
diukur menggunakan prosedur Analytical Hierarchy Process (AHP). Proses pengukuran dijalankan berdasarkan hasil perbandingan berpasangan diantara faktor-faktor. Untuk
tiap pasangan faktor dari level tertentu, pengaruhnya terhadap faktor lain dari level
berikutnya yang lebih tinggi (direct effect) atau terhadap faktor dalam kelompok yang sama (indirect effect) dibandingkan. Sebuah nilai yang berada antara satu (sama-sama
penting) dan sembilan (pasti lebih penting) akan ditetapkan untuk tiap perbandingan,
bergantung pada pertimbangan subyektif dari analisis. Pengaruh-pengaruh relatif dari
faktor-faktor terhadap kinerja dapat dibangkitkan dengan menormalisasi eigen vector
dihubungkan dengan nilai eigen maksimum dari matriks perbandingan berpasangan. Kuesioner perbandingan berpasangan dan matriks perbandingan berpasangan
ditunjukkan pada Gambar 2.7. berikut.
Amount of money in the Bank
Gambar 2.7. (a) kuesioner perbandingan berpasangan, (b) matriks perbandingan berpasangan
(Sumber : Suwignjo, et al., 2000)
2.1.4. Structural Equation Modeling (SEM)
Structural equation modeling (SEM) adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstruk laten dan indikatornya, konstruk laten yang
satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM memungkinkan
dilakukannya analisis di antara beberapa variabel dependen dan independen secara
langsung (Hair et al, 2006).
Teknik analisis data menggunakan SEM, dilakukan untuk menjelaskan secara
menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM digunakan bukan
untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan Amount of Deposit Interest Saving Priority
money in bank
Deposit 1 5 1/5 0.212 Interest 1/5 1 1/8 0.062 Saving 5 8 1 0.726
The priority in the table is computed using QMPMS software developed at DMEM. Level : 0
Factor : Amount of money in bank. Sub-factors : Initial deposit, Interest, Saving.
Row Absolutely Very Strong Weak Equal Weak Strong Very Absolutely Column Strong Strong
1.1 Deposit - - V - - - - - - 1.2 Interest 1.1 Deposit - - - - - - V - - 1.3 Saving 1.2 Interest - - - - - - - - V - 1.3 Saving
(a)
suatu model. Oleh karena itu, syarat utama menggunakan SEM adalah membangun
suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran dalam
bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori. SEM adalah merupakan
sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian
hubungan secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel
independen (Santoso, 2011).
SEM menjadi suatu teknik analisis yang lebih kuat karena mempertimbangkan
pemodelan interaksi, nonlinearitas, variabel-variabel bebas yang berkorelasi (correlated independent), kesalahan pengukuran, gangguan kesalahan-kesalahan yang berkorelasi
(correlated error terms), beberapa variabel bebas laten (multiple latent independent) dimana masing-masing diukur dengan menggunakan banyak indikator, dan satu atau dua
variabel tergantung laten yang juga masing-masing diukur dengan beberapa indikator.
Dengan demikian menurut definisi ini SEM dapat digunakan alternatif lain yang lebih
kuat dibandingkan dengan menggunakan regresi berganda, analisis jalur, analisis faktor,
analisis time series, dan analisis kovarian (Byrne, 2010).
Yamin (2009) mengemukakan bahwa di dalam SEM peneliti dapat melakukan
tiga kegiatan sekaligus, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (setara
dengan analisis faktor konfirmatori), pengujian model hubungan antar variabel laten
(setara dengan analisis path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi
(setara dengan model struktural atau analisis regresi).
Dua alasan yang mendasari digunakannya SEM adalah (1) SEM mempunyai
kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple
dependen dan independen). (2) SEM mempunyai kemampuan untuk menggambarkan
pola hubungan antara konstruk laten dan variabel manifes atau variabel indikator.
Menurut Wijanto (2008), dari segi metodologi, SEM memainkan berbagai peran,
dianataranya, sebagai sistem persamaan simultan, analisis kausal linier, analisis lintasan
(path analysis), analysis of covariance structure, dan model persamaan struktural. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membedakan SEM dengan regresi biasa
maupun teknik multivariat yang lain, karena SEM membutuhkan lebih dari sekedar
perangkat statistik yang didasarkan atas regresi biasa dan analisis varian. SEM terdiri
dari 2 bagian yaitu model variabel laten dan model pengukuran. Kedua model SEM ini
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa, umumnya,
menspesifikasikan hubungan kausal antara variable-variabel teramati (observed variable), sedangkan pada model variabel laten SEM, hubungan kausal terjadi diantara
variable-variabel tidak teramati (unobserved variables) atau variable-variabel laten. Wijanto (2008) menunjukan bahwa penggunaan variable-variabel laten pada
regresi berganda menimbulkan kesalahan-kesalahan pengukuran (measurements errors) yang berpengaruh pada estimasi parameter dari sudut biased-unbiased dan besar kecilnya variance. Masalah kesalahan pengukuran ini diatasi oleh SEM melalui
persamaan-persamaan yang ada pada model pengukuran. Parameter-parameter dari
persamaan pada model pengukuran SEM merupakan “muatan faktor” atau factor
loadings dari variabel laten terhadap indicator-indikator atau variable-variabel termati yang terkait. Dengan demikian, kedua model SEM tersebut selain memberikan informasi
tentang hubungan kausal simultan di antara variable-variabelnya juga memberikan
lebih mendorong penggunaan SEM dibandingkan regresi berganda karena 5 alasan
sebagai berikut:
1. SEM memeriksa hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit, tidak
seperti pada regresi berganda yang pendekatannya sedikit demi sedikit
(piecemeal).
2. Asumsi pengukuran yang andal dan sempurna pada regresi berganda tidak dapat
dipertahankan, dan pengukuran dengan kesalahan dapat ditangani dengan mudah
oleh SEM.
3. Modification Index yang dihasilkan SEM menyediakan lebih banyak isyarat
tentang arah penelitian dan pemodelan yang perlu ditindaklanjuti dibandingkan
pada regresi.
4. Interaksi juga dapat ditangani dalam SEM.
5. Kemampuan SEM dalam menangani non recursive path.
2.1.4.1. Penerapan SEM dalam Metode QMPMS
Tiga langkah utama metode QMPMS dalam penyusunan sistem pengukuran
kinerja dapat dianalisis menggunakan metode structural equation modeling. Dengan
penggunaan SEM pada langkah-langkah dalam QMPMS maka tidak perlu digunakan
lagi cognitive map, tree diagram, cause and effect diagram, dan analytical hierarchy
process sebagai alat bantu. Prosedur pengujian SEM yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tahap ini untuk mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi kinerja
dan hubungannya, apakah berpengaruh langsung (direct effect), tidak
langsung (indirect effect), atau self-interaction effect. Tujuan dari pengembangan model struktural untuk menguji validitas dan realibilitas pola
hubungan antar variabel dari sebuah konsep atau teori yang
direpresentasikan dengan sebuah model sehubungan dengan masalah yang
akan diteliti.
2. Pengembangan diagram jalur pola hubungan sebab akibat antar variabel
laten eksogen dan variabel laten endogen
Langkah satu adalah visualisasi pola hubungan tersebut dalam diagram
sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengujian. Karena goodness of fit test
akan dikenakan terhadap model tersebut untuk menguji kesesuaiannya
dengan realita maka sebaiknya disiapkan beberapa alternatif model pola
hubungan.
3. Pengembangan model persamaan struktural dan model pengukuran
Setalah proses identifikasi maka dilakukan penyusunan faktor-faktor secara
hirarki menggunakan diagram pohon dan diagram sebab akibat. Untuk
menunjukkan tingkatan (level) dari setiap faktor (variabel) dan
hubungannya.
Apabila diagram jalur pola hubungan antara variabel laten eksogen dan
endogen telah jelas dan koefisien hubungan masing-masing variabel
diidentifikasi maka model persamaan struktural dan model persamaan
perumusan hipotesis yang ditindaklanjuti dengan pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen yang mengacu kepada variabel manifes dari
masing-masing variabel laten. Untuk pengujian hipotesis dalam teknik SEM
perhitungan skor butir-butir yang valid dan reliabel dilakukan dengan
menggunakan metode confirmatory factor analysis (CFA). 4. Menyusun matriks input dan estimasi model
Tahap terakhir dalam perancangan model pengukuran kinerja ini adalah
dengan mengukur pengaruh dari faktor-faktor terhadap kinerja dengan
menggunakan perbandingan matriks dalam prosedur SEM. Ada dua tipe
matriks yang perlu dibuat. Matriks pertama adalah matriks korelasi yaitu
matriks yang elemen-elemennya adalah hasil perhitungan koefisien korelasi
antar variabel laten. Berdasarkan variabel laten akan diketahui variabel laten
eksogen mana yang lebih kuat pengaruhnya terhadap variabel laten endogen
tertentu. Disamping itu, dengan diketahuinya koefisien korelasi antar
variabel laten dalam diagram jalur maka dapat pula diketahui jalur-jalur
mana yang mempunyai pengaruh yang lebih dominan.
Matriks kedua ialah matriks kovarians yaitu matriks yang
ele-men-elemennya adalah hasil perhitungan kovarians antar variabel yang dapat
diobservasi langsung yaitu antar variabel manifes X dan variabel manifes Y.
Koefisien kovarians mengukur hubungan antar dua variabel laten dalam
struktur.
5. Melakukan evaluasi kesesuaian model
Evaluasi kesesuaian model dapat dibagi atas dua bagian yaitu pertama
menguji kesesuaian model secara keseluruhan (overall model fit test) dan kedua menguji secara individual signifikansi hasil estimasi parameter model.
Pengujian model keseluruhan berkaitan dengan masalah generalisasi yaitu
mengevaluasi sejauh mana hasil esitimasi parameter model dapat
diberlakukan terhadap populasi. Pengujian signifikansi berkaitan dengan
pengujian hipotesis penelitian yang diajukan.
Evaluasi kesesuaian model pada dasarnya adalah evaluasi tentang kesesuaian
pola hubungan antar variabel laten terhadap data empiris. Tujuan yang ingin
dicapai dari pengujian kesesuaian model pengukuran ialah untuk mengetahui
apakah model pengukuran sesuai (fit) dengan data.
Untuk menguji kesesuaian model digunakan ukuran goodness of fit test
(GFT) melalui uji statistik chi kuadrat X2 test) pada .
∑ ...(2.2.)
6. Interpretasi dan modifikasi model
Fokus dari interpretasi hasil analisis adalah penjelasan tentang arti dan hasil
dari hasil pengujian kesesuaian model baik jika hasil pengujian fit ataupun
tidak fit dengan data empiris. Interpretasi juga diberikan terhadap hasil
interpretasi diberikan terhadap masing-masing efek baik, efek langsung,
tidak langsung maupun efek total.
4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan,
mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks), (2) mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan
budaya, serta (3) meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perguruan
tinggi sebagai lembaga melaksanakan fungsi tridarma Perguruan Tinggi, yaitu
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengelola ipteks.
Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut, perguruan tinggi harus mampu mengatur
diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus menerus, baik
masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan yang diberikan kepada
masyarakat. (Badan Akreditasi Nasional (BAN), 2011)
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, perguruan tinggi harus secara
aktif membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk membuktikan bahwa sistem
penjaminan mutu internal telah dilaksanakan dengan baik dan benar, perguruan tinggi
harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan
mutu yang baik dan benar, perguruan tinggi akan mampu meningkatkan mutu,
menegakkan otonomi, dan mengembangkan diri sebagai institusi akademik dan
kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan.
Perguruan Tinggi yang ideal (das sollen) harus memenuhi kriteria antara lain,
memiliki sarana-prasarana dan fasilitas pendidikan yang memadai, organisasi berjalan
secara efektif dan dinamis, serta selalu memperhatikan dan meningkatkan kualitas
kinerjanya. Sementara itu fenomena atau gambaran empirik universitas swasta di daerah
(das sein) memperlihatkan; tingkat pendidikan dan kepakaran pimpinan relatif rendah,
posisi jabatan kunci masih ada yang dirangkap oleh dosen/pejabat PTN/PNS lainnya,
organisasi belum berjalan dinamis dan efektif (adanya kendala hubungan yayasan
dengan universitas), kualitas lulusan rendah, sarana kampus dan fasilitas akademik
lainnya relatif terbatas, kepercayaan stakeholders kecil bahkan belum tampak, peringkat
akreditasi BAN PT sebagian besar masih berkisar pada peringkat C.
2.2.1. Kompetensi Dosen
Dosen merupakan komponen yang penting dalam keberhasilan proses belajar
mengajar di perguruan tinggi, semakin baik peran dosen akan semakin baik hasil belajar
mahasiswanya. Menurut Dyah Kusumastuti (2001), dosen merupakan komponen vital,
penggerak utama dari sistem pendidikan dan pengajaran yang pada akhirnya akan
mempengaruhi produktivitas perguruan tinggi. Dosen sebagai salah satu penjamin mutu
dalam proses pendidikan merupakan tenaga kependidikan yang profesional dituntut
mempunyai kompetensi sehingga dapat mewujudkan standar kinerja yang bermutu,
selanjutnya diharapkan bermuara pada peningkatan mutu kinerja organisasi perguruan
tinggi dan berdampak pada mutu pendidikan atau lulusan.
Menurut Saud (2009), seorang profesional yang kompeten itu harus dapat
menunjukkan karakteristik utamanya, antara lain:
2. menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah,
hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dan sebagainya) tentang seluk
beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.
3. menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode dan teknik,
prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dan sebagainya) tentang cara
bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya.
4. memahami perangkat persyaratan ambang (basic standards) tentang ketentuan
kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditoleransikan dari
kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya.
5. memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas
pekerjaannya.
6. memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atas penguasaan perangkat
kompetensinya dalam batas tertentu yang didemonstrasikan (observeable) dan teruji (measureable) sehingga memungkinkan memperoleh pengakuan pihak
berwenang (certifiable).
2.2.2. Learning Ability Mahasiswa
Mahasiswa adalah kelompok pemangku kepentingan internal yang mendapatkan
manfaat, dan sekaligus sebagai pelaku, proses pembentukan nilai tambah dalam
penyelenggaraan kegiatan/program akademik yang bermutu di perguruan tinggi.
Mahasiswa merupakan pembelajar yang membutuhkan pengembangan diri secara
holistik yang mencakup unsur fisik, mental, dan kepribadian sebagai sumber daya
profesionalisme, kemampuan adapatif, kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan diri
memasuki dunia profesi dan atau dunia kerja (BAN, 2011). Learning ability mahasiswa
adalah kemauan dan usaha dari mahasiswa untuk mengembangkan diri.
2.2.3. Dukungan Fasilitas
Fasilitas pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
penyelenggaraan proses akademik sebagai alat teknis dalam mencapai maksud, tujuan,
dan sasaran pendidikan yang bersifat mobile (dapat dipindah-pindahkan), antara lain komputer, peralatan dan perlengkapan pembelajaran di dalam kelas, laboratorium,
kantor, dan lingkungan akademik lainnya.
Pengelolaan fasilitas perguruan tinggi meliputi perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan, pemutakhiran, inventarisasi, dan penghapusan aset yang
dilakukan secara baik, sehingga efektif mendukung kegiatan penyelenggaraan akademik
di perguruan tinggi. Kepemilikan dan aksesibilitas fasilitas sangat penting untuk
menjamin mutu penyelenggaraan akademik secara berkelanjutan.
2.2.4. Alumni
Alumni adalah status yang dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan proses
pendidikan sesuai dengan persyaratan kelulusan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi.
Sebagai salah satu keluaran langsung dari proses pendidikan yang dilakukan oleh
perguruan tinggi, lulusan yang bermutu memiliki ciri penguasaan kompetensi akademik
termasuk hard skills dan soft skills sebagaimana dinyatakan dalam sasaran mutu serta
Dukungan alumni adalah feedback yang diberikan oleh lulusan dalam mengembangkan perguruan tinggi. Jika feedback baik, maka kinerja perguruan tinggi dikatakan baik.
(BAN, 2011)
2.2.5. Administrasi Akademik
Salah satu bentuk pelayanan sebuah perguruan tinggi adalah pelayanan
administrasi akademik. Administrasi akademik adalah suatu rangkaian kegiatan atau
keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu
tujuan yang telah dirumuskan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan
dalam lingkungan pendidikan formal (Daryanto, 2010). Mahasiswa merupakan
pelanggan atau konsumen bagi institusi pendidikan tinggi. Institusi sudah seharusnya
dapat menjamin kepuasan mahasiswa, tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi
mencakup pula dalam pelayanan administrasinya. Pelayanan administrasi akademik
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh kegiatan pendidikan.
Pelayanan administrasi akademik sangat penting dalam menunjang kelancaran
studi selama di perguruan tinggi dan setelah lulus. Peran pelayanan administrasi
akademik menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian dari seluruh komponen yang
terlibat dalam pengembangan perguruan tinggi. Proses administrasi akademik
merupakan bagian yang paling banyak bersentuhan dengan mahasiswa, sehingga yang
terpikir pertama kali oleh mahasiswa ketika ditanya bagaimana kualitas pelayanan di
sebuah perguruan tinggi, maka yang dinilainya adalah pelayanan administrasi akademik,
meskipun beberapa aspek sudah terkomputerisasi dan sudah online, namun pelayanan
2.2.6. Promosi
Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan dan meyakinkan
calon konsumen mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian,
mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen (Buchari Alma, 2006).
Promosi merupakan alat komunikasi dan penyampaian pesan yang dilakukan baik oleh
perusahaan maupun perantara dengan tujuan memberikan informasi mengenai produk,
harga dan tempat. Informasi itu bersifat memberitahukan, membujuk, mengingatkan
kembali kepada konsumen, para perantara atau kombinasi keduanya. Jika promosi
berhasil, maka kinerja institusi dikatakan baik.
Dalam promosi juga, terdapat beberapa unsur yang mendukung jalannya sebuah
promosi tersebut yang biasa disebut bauran promosi. Adapun bauran promosi menurut
Plilip Kotler adalah sebagai berikut (Drs. Djaslim Saladin, 2004):
1. Periklanan (Advertising) adalah semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi ide-ide, promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang dibayar.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion) adalah variasi insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
3. Hubungan masyarakat dan Publisitas (Pub