• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND INNOVATIVE ATTITUDE WITH THE TEACHER AFFECTIVE COMMITMENT AT SENIOR HIGH SCHOOL OF HEALTH IN MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND INNOVATIVE ATTITUDE WITH THE TEACHER AFFECTIVE COMMITMENT AT SENIOR HIGH SCHOOL OF HEALTH IN MEDAN."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP INOVATIF DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

PRIHATIN ANDANSARI Nim: 8126131013

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

ABSTRACT

Prihatin Andansari. NIM. 8126131013. The Correlation between Emotional Intelligence and Innovative Attitude with the Teacher’s Affective Commitment at Senior High School of Health in Medan.

The objectives of this study are (1) to determine whether there is a correlation the emotional intelligence with the teacher’s affective commitment; (2) to determine whether there is a correlation the innovative attitude with the teacher’s affective commitment; and (3) to determine whether there is a correlation between the emotional intelligence and innovative attitude with the teacher’s affective commitment. In thismethod research, the writer used the study of quantitative correlation. The sample of this study is Senior High School of Health in Medan, it consist of 110 teachers . The instrument used to collect data was the questionnaire Likert scale. The result showed that: (1) There is a significant correlation between the emotional intelligence with the teacher’s affective commitment, the coefficient correlation obtained 0,244 with the alpha significant level 0,05 and the regression equation Ŷ = 48,433+0,272X1. (2) There

is a significant correlation between the innovative attitude with teacher’s affective commitment, the coefficient correlation obtained 0,194 with the alpha significant level 0,05 and the regression equation Ŷ = 54,09+0,293X2. (3) There is

a significant correlation between the the emotional intelligence and innovative attitude with the teacher’s affective commitment. The equation of regression obtained Ŷ=41,968+0,221+ 0,136X2. The study concluded: (1) the emotional

(5)

ABSTRAK

Prihatin Andansari. NIM. 8126131013. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Sikap Inovatif Dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui: (1) Hubungan kecerdasan emosional dengan komitmen afektif guru; (2) Hubungan sikap inovatif dengan komitmen afektif guru; dan (3) Hubungan kecerdasan emosional dan sikap inovatif dengan komitmen afektif guru di Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan di Kota Medan. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi. Sampel penelitian adalah guru SMK Kesehatan di Kota Medan yang berjumlah 110 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah kuesioner skala Likert. Hasil Penelitian menunjukkan : (1) Terdapat hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan komitmen afektif guru. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,244 dengan level signifikansi alpha 0,05 dan persamaan garis regresi Ŷ = 48,433+0,272X1. 2) Terdapat hubungan yang signifikan sikap inovatif dengan komitmen afektif guru. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,194 dengan level signifikansi alpha 0,05 dan persamaan garis regresi Ŷ=54,09+0,293X2. (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan sikap inovatif dengan komitmen afektif guru. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Ŷ= 41,968+0,221+ 0,136X2. Penelitian ini menyimpulkan : (1) kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 4,83%. (2) sikap inovatif mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 2,27% (3) kecerdasan emosional dan sikap inovatif secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 7,11%. Dengan demikian disarankan dalam meningkatkan komitmen afektif guru perlu juga ditingkatkan kecerdasan emosional dan sikap inovatif.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkankepada Tuhan Yang Maha Esa dimana selalu memberikan rahmat dan Hidayat-Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian besar persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Tesis ini berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Sikap Inovatif dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan ”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada didalam tesis ini, meskipun demikian penulis telah berupaya melakukan usaha maksimal, tentu saja hal ini disertai bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan yang diberikan, maka Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana selama ini.

2. Bapak Direktur, Asisten Direktur, Ketua Prodi dan Sekretaris, Bapak/Ibu Dosen serta segenap Pegawai Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan memberikan pelayanan kepada Penulis selama menjadi mahasiswa.

(7)

mengarahkan, memotivasi, membimbing serta memberi nasihat kepada Penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Dr. Zulkifli Matondang, M. Si selaku narasumber sekaligus validator, Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd dan Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada Penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian bagi penulis.

6. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan di Kota Medan yang telah membantu dalam pelaksanaan uji coba instrumen sampai pengumpulan data penelitian ini.

7. Bapak/Ibu Guru SMK Kesehatan di Kota Medan yang telah bersedia memberikan waktu dan tenaga dalam proses pengumpulan data penelitian ini. 8. Teristimewa buat orang tua saya, suami, anak-anak saya yang tercinta dan

saudara-saudara saya yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, pengertian serta do’a disepanjang sujudnya (terima kasih Penulis ucapkan

semoga selalu disertai kemuliaan dan perlindungan Allah SWT Amin) sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

9. Kepala Sekolah dan Rekan Kerja saya yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya dalam menyelesaikan tesis ini.

(8)

banyak memberikan motivasi dan kenangan terindah yang tak akan terlupakan.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian pendidikan dan penyusunan tesis ini, Penulis berharap kiranya seluruh perhatian, kebaikan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal kebajikan dan mendapat barakah dari Allah SWT. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan khasanah pengetahuan.

Medan, Januari 2015 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

(10)

B. Jenis Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Rancangan Penelitian ... 45

E. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 48

G. Uji Coba Instrumen ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 54

I. Hipotesis Statistik ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Deskripsi Data Penelitian ... 63

B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian... 68

C. Uji Prasyarat Analisis Data ... 70

D. Pengujian Hipotesis... 74

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

F. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Kesimpulan ... 88

B. Implikasi ... 89

C. Saran ... 91

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Kecerdasan Emosional ... 22

3.1 Distribusi Populasi Penelitian ... 43

3.2 Distribusi Sampel Penelitian ... 44

3.3 Jumlah Populasi Berdasarkan Pendidikan dan Masa Kerja ... 45

3.4 Jumlah Sampel Berdasarkan Pendidikan dan Masa Kerja … .. 45

3.5 Kisi-kisi Instrumen Komitmen Afektif Guru ... 49

3.6 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ... 50

3.7 Kisi-kisi Instrumen Sikap Inovatif ... 50

4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional … ... 64

4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Inovatif ... 65

4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Afektif Guru ... 67

4.4 Distribusi Frek. dan kategori skor Kecerdasan Emosional ... 68

4.5 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Sikap Inovatif ... 69

4.6 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Komitmen Afektif... 70

4.7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 71

4.8 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ... 72

4.9 Rangkuman Analisis Varians Variabel Yatas X1 ... 72

4.10 Rangkuman Analisis Varians Variabel Yatas X2 ... 73

4.11 Rangkuman Hubungan Variabel X1 dengan Y ... 75

4.12 Rangkuman Hubungan Variabel X2 dengan Y ... 77

4.13 Rangkuman Analisis Varians Regresi Ganda ... 78

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Konstelasi Masalah ... 46

4.1 Histogram Skor Kecerdasan Emosional … ... 64

4.2 Histogram Skor Sikap Inovatif ... 66

4.3 Histogram Skor Komitmen Afektif Guru ... 67

4.4 Grafik Regresi Linier Sederhana X1 denan Y ... 74

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 96

2. Tabel Uji Validitas dan Reabilitas ... 103

3. Analisis Ujicoba Validitas dan Reabilitas... 112

4. Data Induk Penelitian ... 115

5. Deskripsi Data Penelitian ... 116

6. Distribusi Frekuensi Data ... 119

7. Perhitungan Statistik Dasar ... 124

8. Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran ... 129

9. Uji Homogenitas ... 132

10. Uji Linieritas Regresi dan Keberartian ... 140

11. Uji Independensi ... 157

12. Penentuan Uji Keberartian Pers.Regresi Linier Ganda ... 158

13. Uji Keberartian Koef.Korelasi Sederhana dan Ganda ... 164

14. Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial ... 169

15. Perh. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 172

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka. Komitmen merupakan keputusan seseorang dengan dirinya sendiri untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan adanya komitmen akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dan memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Rasa bangga sebagai guru dalam mengemban tugas mulia akan melahirkan semangat dari dalam diri guru itu sendiri untuk memberikan yang terbaik dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Dalam usaha mewujudkan suasana yang kondusif di sekolah, maka komitmen guru dalam bekerja merupakan salah satu faktor penting. Komitmen guru merupakan kesadaran seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah yang ditunjukkan dengan sikap, nilai dan kebiasaan atau kelakuan dalam bekerja. Komitmen guru ini berkaitan dengan pencapaian prestasi kerja guru dan erat pula hubungannya dengan prestasi siswa karena gurulah yang merangsang dan mendorong siswa untuk berprestasi.

(15)

kerja. Dengan adanya komitmen dalam melaksanakan tugas maka hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dalam hubungannya dengan siswa, kepala sekolah dan warga sekolah lain bukan menjadi hal yang menghambat guru untuk menghasilkan kinerja yang baik.

Jika guru mempunyai komitmen yang tinggi, maka guru dengan kesederhanaannya akan menunjukkan rasa pengabdian dan tanggung jawab, rasa tulus ikhlas, konsentrasi dan kepeduliannya, semangat dan rasa kecintaan terhadap anak didik dan terhadap pekerjaannya sebagai guru, ia akan sediakan waktu, tenaga yang cukup dan tanpa keluh kesah untuk membantu siswa kelak menjadi generasi yang berguna bagi bangsa dan negara. Dengan memiliki komitmen yang tinggi, maka guru akan memberikan kinerja yang lebih baik. Kebanggaan sebagai guru akan melahirkan komitmen guru untuk terus memajukan dunia pendidikan melalui perbaikan proses kegiatan belajar mengajar secara terus menerus. Guru yang berkomitmen akan juga terus berupaya mencari cara-cara baru dalam peningkatan kualitas pekerjaannya.

Schatz (1995:67) menyatakan bahwa komitmen merupakan hal yang paling mendasar bagi setiap orang dalam pekerjaannya, tanpa adanya suatu komitmen, tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya akan sukar untuk terlaksana dengan baik. Seorang guru yang baik akan menetapkan komitmen pada dirinya untuk sanggup bekerja keras dan bertanggung jawab atas tugasnya.

(16)

positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya. Komitmen terhadap organisasi berkaitan dengan identifikasi dan loyalitas pada organisasi serta tujuan-tujuannya.

Surya (2000:4) mengatakan bahwa “Dalam tingkatan operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial” Pencapaiaan tujuan dalam proses

pembelajaran guru tampil di depan kelas untuk mengajar secara langsung maupun menggunakan perangkat proses pembelajaran. Jadi yang paling penting dalam mengajar itu bukanlah bahan mengajar yang disampaikan akan tetapi proses siswa dalam mempelajari bahan tersebut.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa komitmen pekerjaan merupakan aspek perilaku yang betul-betul perlu mendapatkan perhatian dalam meningkatkan kinerja seseorang. Bahkan Kusmryani (2007:98) mengatakan bahwa nilai-nilai komitmen pekerjaan ini perlu ditanamkan dengan melalui pendidikan nilai. Pendidikan nilai perlu menekankan pada kekuatan emosional pada bidang ilmu yang ditekuni, sehingga muncul rasa kebanggan pada pekerjaan. Rasa kebanggaan pada pekerjaan sebagai guru perlu dimulai sedini mungkin.

(17)

Guru yang memiliki komitmen dalam bekerja khususnya komitmen afektif dapat terlihat dari sikap yang ditunjukkan terhadap institusi sekolah berupa sikap senang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli terhadap sekolah, dan bertanggung jawab dalam tugas mengajar, mampu melibatkan diri sepenuhnya kepada aktivitas-aktivitas sekolah, siap dan bersedia mempertahankan nama baik sekolah serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada sekolah.

Komitmen afektif yang berkaitan dengan aspek emosional identifikasi dan keterlibatan guru dalam organisasi sekolah. Komitmen afekltif merupakan proses sikap dimana seorang guru berfikir tentang hubungannya dengan sekolah dengan mempertimbangkan kesesuaian antara nilai dan tujuannya dengan nilai dan tujuan organisasi. Guru yang memiliki komitmen afektif dalam bekerja dapat terlihat dari kemampuan menjadikan dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sekolah. Artinya guru tersebut mau dan mampu menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi sekolah, mampu melibatkan diri sepenuhnya pada aktivitas-aktivitas sekolah siap dan sedia mempertahankan nama baik sekolah, serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap sekolah. Komitmen afektif guru adalah sikap yang ditunjukkan seorang guru terhadap institusi sekolah yangsenang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli terhadap sekolah; dan bertanggung jawab dalam tugas mengajar.

(18)

guru. Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari hasil survei pendahuluan selama dua minggu pada bulan Oktober 2014 di salah satu SMK Kesehatan yang ada di Kota Medan, diperoleh data bahwa masih rendahnya komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugas.

Pertama, ditemukan masih ada beberapa guru yang terlambat datang tepat waktu. Kedua, ditemukan fenomena dimana para guru dalam pengumpulan RPP mengalami keterlambatan. Ketiga, adanya beberapa guru yang jarang menghadiri rapat di sekolah. Keempat, adanya keluhan-keluhan dari beberapa guru yang mendapatkan tugas tambahan yang diberikan pimpinan, meskipun untuk kepentingan bersama di sekolah. Berdasarkan hal-hal yang terjadi tersebut, dapat dilihat bahwa kecenderungan dari masalah itu meliputi hal-hal yang berkaitan dengan komitmen afektif guru.

Colquiit, LePine, dan Wesson (2009:63) menggambarkan bahwa komitmen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi: budaya organisasi (organizational culture), struktur organisasi (organizational structure), gaya dan perilaku kepemimpinan (leadership style and behavior), kekuatan dan pengaruh kepemimpinan (leadership power and influence), proses dan karakteristik tim (processes and characterisrics team), personal dan nilai budaya (personaity and cultural values), kemampuan (ability), sebagai faktor yang secara tidak langsung

(19)

and ethics), dan pengambilan keputusan (learning and decision making) sebagai faktor yang secara langsung mempengaruhi komitmen.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat dilihat berbagai faktor yang dapat menentukan tingkat komitmen baik yang berkaitan dengan mekanisme organisasi, mekanisme kelompok, karakteristik individu maupun mekanisme individu dengan masing-masing variabel yang melingkupinya. Pendapat mengenai faktor-faktor penentu komitmen tersebut telah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian model komitmen afektif guru dilihat dari variabel kecerdasan emosional dan sikap inovatif guru.

Menurut Furnham (2002:305), Kecerdasan emosional (EQ) didefinisikan sebagai kemampuan mengenali, memahami, menerima dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain serta menggunakannya secara efektif dalam berfikir, bersikap dan bertindak dalam mencapai pertumbuhan pribadi dan kinerja optimal, merupakan salah satu dimensi kecerdasan manusia yang belakangan ini makin populer. Secara teori dan berdasarkan hasil riset ilmiah, kecerdasan emosional dipandang sebagai faktor penting yang turut menentukan keberhasilan hubungan interpersonal dan intrapersonal antar pekerja.

(20)

atau lingkungannya. Sikap ini menggambarkan bagaimana komitmen individu tersebut terhadap lembaga tempat dia bernaung dan bekerja.

Nilai mendasar yang dikembangkan dengan menampilkan kecerdasan emosional dalam dunia kerja adalah implikasinya terhadap penyelenggaraan-penyelenggaraan pelatihan, dengan memperhatikan bahwa kecerdasan emosional berperan aktif bagi kesuksesan seseorang dalam bekerja. Guru sebagai pendidik dan menejer dalam kelas seharusnya memiliki kecerdasan emosional.

Young (2010:40) menyatakan bahwa salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya kinerja lembaga pelayanan sosial adalah menurunnya peran emosi dan intuisi dalam kerja sehari-hari. Dengan kata lain, menurutnya, ukuran-ukuran ilmiah seperti pencapaian target efisiensi dan efektivitas tidak lagi cukup sebagai pendorong transformasi perilaku para pekerja pada era sekarang. Selanjutnya Young (2010:41) mengatakan aktifitas bekerja saat ini lebih banyak dirasakan sebagai kumpulan pengalaman emosional dibandingkan sekedar untuk mengumpulkan sesuatu (harta dan kekayaan) demi hidup.

Banyaknya kasus guru “bermasalah” sebagaimana dilansir oleh media masa

khususnya, tentang banyaknya perilaku edukatif guru yang ‘lepas kendali’ atau ‘emosional’, yang terjadi di dalam ruang kelas akhir-akhir ini, seperti tindakan

(21)

dan kelayakan emosional guru dalam mengemban amanah mengajar. Meskipun kondisi di atas tidak ditemukan dalam studi pendahuluan pada responden penelitian ini, namun kutipan ini diharapkan memberikan penegasan tentang peran penting kecerdasan emosional.

Dalam lingkungan organisasi (sekolah), setiap individu terlibat dalam proses persepsi, misalnya bawahan (guru) mempersepsikan atasan (kepala sekolah) sebagai figur yang komunikatif, protektif, tegas tetapi mendidik, arogan, acuh tak acuh, berwibawa, dan lan-lain tergantung masing-masing individu (guru) untuk mempersepsikannya. Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui dan menginterpretasikan orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya ataupun keadaan lain yang melekat atau yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut. Dengan persepsi akan terbentuk dorongan-dorongan dan hasrat dalam diri seseorang untuk merespon stimulus yang diperoleh dari lingkungan atau individu, kemudian memaknai dan mengambil manfaat bagi dirinya yaitu terjadinya perubahan perilaku yaitu sikap inovatif. Sikap inovatif yang timbul dalam diri guru tersebut akan membentuk guru meningkatkan komitmen dalam dirinya terhadap lembaga.

(22)

penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul: Hubungan Kecerdasan Emosional, dan Sikap Inovatif Guru Dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Medan.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan komitmen afektif guru, yakni: (1) Apakah terdapat hubungan iklim organisasi dengan komitmen afektif guru? (2) Apakah terdapat hubungan budaya organisasi dengan komitmen afektif guru? (3) Apakah terdapat hubungan perilaku kepemimpinan dengan komitmen afektif guru? (4) Apakah terdapat hubungan kecerdasan emosional dengan komitmen afektif guru? (5) Apakah terdapat hubungan kepuasan kerja dengan komitmen afektif guru? (7) Apakah terdapat hubungan tim kerja dengan komitmen afektif guru? (8) Apakah terdapat hubungan pengambilan keputusan dengan komitmen afektif guru? (9) Apakah terdapat hubungan sarana prasarana dengan komitmen afektif guru? (10) Apakah terdapat hubungan besarnya imbalan dengan komitmen afektif guru? (11) Apakah terdapat hubungan sikap inovatif dengan komitmen afektif guru?

C. Pembatasan Masalah

(23)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan komitmen afektif guru di SMK Kesehatan Kota Medan?

2. Apakah terdapat hubungan antara sikap inovatif dengan komitmen afektif guru di SMK Kesehatan Kota Medan?

3. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan sikap inovatif secara bersama-sama dengan komitmen afektif guru di SMK Kesehatan Kota Medan?

E. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada pokok masalah di atas, maka tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk : Untuk menguji bagaimana hubungan antara aspek-aspek dari kecerdasan emosional guru dan sikap inovatif guru dengan komitmen afektif guru. Adapun secara terinci tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan komitmen afektif guru di SMK Kesehatan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap inovatif dengan komitmen afektif guru di SMK Kesehatan Kota Medan.

(24)

F. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat yang diharapkan dapat dipetik oleh berbagai pihak dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis :

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan dalam pengembangan pemikiran dalam psikologi kepribadian, khususnya keterkaitan antara kecerdasan emosional dan sikap inovatif guru. Kesimpulan yang diperoleh juga diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan landasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut khususnya dalam bidang psikologi organisasi dan perilaku organisasi di dunia pendidikan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis bagi beberapa pihak, khususnya para pemangku kepentingan pendidikan. Manfaat yang di-maksud adalah: a.Diharapkan hasil penelitian ini nantinya bisa menjadi acuan dan bahan diskusi bagi kepala dinas dan kepala sekolah dalam menemukan model pembinaan dan pengembangan lingkungan kerja dan lingkungan sekolah yang lebih kondusif.

(25)

diharapkan mampu ditumbuhkan komitmen afektif guru yang lebih permanen dan berjangka panjang.

(26)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif kecerdasan emosional dengan komitmen afektif guru. Koefisien korelasi (ry1)yang diperoleh sebesar 0,5873 sehingga nilai ry1 > r tabel (0,244 > 0,185) pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif kecerdasan emosional dengan komitmen afektif guru SMK Kesehatan di Kota Medan dapat diterima.

2. Terdapat hubungan yang positif sikap inovatif dengan komitmen afektif guru. Koefisien korelasi (ry2) yang diperoleh sebesar 0,194, nilai ry2 > r tabel (0,194 > 0,185) pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif sikap inovatif dengan komitmen afektif guru SMK Kesehatan di Kota Medan dapat diterima.

(27)

yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dan sikap inovatif secara bersama-sama dengan komitmen afektif guru SMK Kesehatan dapat diterima.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, akan membawa implikasi sebagai berikut:

1. Kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan komitmen afektif guru. Berdasarkan hasil uji kecenderungan data variabel kecerdasan emosional diperoleh data mayoritas guru pada kategori cukup yaitu 61 responden atau 55,45%, tetapi 25 responden atau 22,72% dalam kategori tinggi dan 24 responden atau 21,81% dalam kategori kurang. Berdasarkan hal ini perlu adanya upaya peningkatan dan perbaikan dalam kecerdasan emosional. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kecerdasan emosional guru dalam rangka meningkatkan komitmen afektif guru yaitu: Pertama, para guru perlu membangun kecerdasan emosional yang lebih baik. Kecerdasan emosional yang baik akan berdampak pada terciptanya hasil yang produktif bagi penyelesaian tanggung jawab pekerjaan dengan kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam kecerdasan emosional, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan perasaan serta mengatur keadaan jiwa. Kedua, para guru perlu membangun kecerdasan emosional dengan menjalin

(28)

melaksanakan tugas berdasarkan kemampuan pengambilan keputusan pribadi, mengolah perasaan, menangani stress, empati, komunikasi, membuka diri, pemahaman, menerima diri sendiri, tanggung jawab pribadi , ketegasan, dinamika kelompok, dan menyelesaikan konflik. Ketiga, para guru perlu membangun hubungan dengan banyak orang dikarenakan guru merupakan sebuah profesi yang berorientasi pada pelayanan dalam bentuk jasa kepada siswa baik dalam bentuk individu ataupun kelompok. Keempat, kepala sekolah perlu melakukan evaluasi dan pembinaan secara rutin kepada guru berkaitan dengan pelaksaan tugas mereka sebagai guru

(29)

dan sadar untuk meningkatkan kemampuan dengan sering ikut serta dalam mengikuti pelatihan-pelatihan atau pendidikan-pendidikan yang sifatnya baru untuk pengembangan kreativitas dari seorang guru dengan demikian dapat meningkatkan komitmen dan kinerja guru. Ketiga, guru harus dapat menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi pada saat ini baik perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan seperti terjadinya perubahan kurikulum, media pembelajaran, teknologi informasi dan begitu juga harus mampu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi diluar pendidikan dengan cara memiliki kepribadian yang kreatif dan dinamis.

3. Kecerdasan emosional dan sikap inovatif memiliki hubungan bersama dengan komitmen afektif guru. Hal ini bermakna bahwa kepala sekolah masih perlu mencermati dua unsur penting dalam meningkatkan komitmen afektif guru di sekolah yang dipimpinnya. Kedua unsur tersebut adalah kecerdasan emosional dan sikap inovatif dari guru yang dipimpinnya. Untuk itu agar dapat meningkatkan komitmen afektif guru maka kecerdasan emosional dan sikap inovatif dari para guru diperlukan .

C. Saran

Berdasarkan implikasi yang diuraikan di atas maka ada beberapa saran untuk meningkatkan komitmen afektif guru yaitu:

(30)

memberikan keteladanan dan perhatian kepada para guru sehingga kecerdasan emosional semakin tinggi yang akan membawa dampak positif bagi sikap inovatif guru dalam mengajar dan komitmen afektif guru di dalam bekerja. 2. Guru SMK Kesehatan di Kota Medan perlu agar lebih meningkatkan

komitmen afektif guru, mejadikan lingkungan sekolah sebagai tempat bekerja yang nyaman sehingga kecerdasan emosional dan sikap inovatif guru dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjadikan kepala sekolah sebagai mitra dalam menjalankan tugas kependidikannya di sekolah guna tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Al Hajj, R. & Dagher, G.K. (2010). An empirical investigation of the relation between emotional intelegence and job satisfaction in the Libanese service industry. The business review, Cambridge, 16(2), 71-77. Retrivied: July 7, 2011, from ABI/INFORM Global. (Document Id: 2214319161)

Ambrasan, V. Nikhil, M. (2010). Important of emotional intelegence for enhanching employee’s perception on quality of working life. Synergy, 8(2), p 24-42. Retrieved: April 2011, from ABI/INFORM Global. (Document Id:2219718991)

Arikunto, Suharmi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

---. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara.

Azwar. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chiva, R., Allerge, J. (2008). Emotional Intelligence and job satisfaction: The role of organizational learning capability. Personnel Review Vol. 37 No.6 Thn 2008, p.680-701. Q. Emerald Group Publishing Limited. 00483486. DOI. 10.1108/0048348081906900. Sumber: www.Emerald-insight.com. Diakses pada tanggal 17 Januari 2014.

Colquitt Jason A., Jeffry A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior : Improving performance and commitment in the work place. The McGraw-Hill Companies : New York.

Cooper, R, K. and Sawaf, A. 2002. Executive EQ : Emotional Intelligence In Leadership and Organization. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Davis, Keith and Newstrom. 1996. Perilaku dalam Organisasi Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Echols, John M. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia

(32)

Gibson, James, L. 1997. Organisation: Behavior, Processes. Texas : Bussiness Publication.

Goleman, Daniel. (1999). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Prestasi Puncak. Penerjemah: Alex Trie K,W. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

………. (2003). Emotional Intelligence: Issue in paradigm building,

chapter two from the book: The Emotionally Intelligence Workplace. Sumber: www.eiconcortium.org.

……….(2005). Emotional Intelligence, 10th Edition. New York-US :

Bantam Books.

Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. 1988. Management of Organizational Behavior, Untilizing Human Resource. New Jersey: Prentice Hall.

Irawaty. 2003. Budaya Kerja dan Sikap Inovatif Sebagai Faktor Pendukung Kinerja Para Pustakawan Perguruan Tinggi di Padang. Tesis. Padang: PPsUNP.

Ivancevich, K., & Matteson, John. (2005). Organizational Behavior and Management. International Edition. Singapore: McGraw Hill.

Kusmaryani, R.E. 2007. Membudayakan Nilai-Nilai Komitmen Terhdapa Pekerjaan dalam Upaya Menegakkan Etika Profesi. Dinamika Pendidikan. No.IV. Mei 2007.

Mayer, J.D. and Allen, N.J. 1997. Commitment in The Workplace: Theory, Research and Application. Thousand Oaks, C.A.: Sage Publication, Inc. Mayer, J.D., Ciarrochi, J. & Forgas, J.P. (2001). Emotional Intelligence in

Everyday Life: A Scientific Inquiry. London: National Gallery.

Purba, Sukarman. 2009. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi: Teori, Konsep dan Korelatnya. Yogjakarta: LaksBang PRESSindo.

Riduan.2009. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Schultz, K and Schultz L. 1995. Managing by Influence. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.

(33)

Sugiyanto. 2010. Jurnal Psikologi Volume 37, No.1 Juni 2010: 94-109. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, 2005. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Sutisna, O. 1994. Pendidikan dan Pembangunan. Bandung: Angkasa.

Wau, Yasaratodo. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Pertisipatif, Kemampuan Pribadi, Iklim Kerja dan Motivasi Berprestasi Terhadap Komitmen Afektif Kepala Sekolah Menengah Pertama di Pulau Nias.Disertasi. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Young, J.H. 2010. The influence of preveid workplace spiritually on job satisfaction, intention on leave, and emotional exhaustion among community mental health center workers in The State of Kansas. Dissertation. Kansas: The State University of Kansas. Sumber: www.proquest.com. Di akses 18 January 2014.

www.kompas.com 29 Maret 2010 dan 20 april 2012. diakses tanggal 10 Januari 2014

Gambar

Tabel  2.1   Kategori Kecerdasan Emosional .............................................
Gambar    3.1  Model Konstelasi Masalah ....................................................

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Model GAP (Gender Analysis Pathway) dapat diterapkan untuk mencari kesenjangan gender dari aspek-aspek: akses, peran, kontrol , dan manfaat yang diperoleh laki-laki

Penderita defi siensi G6PD umumnya tidak menunjukkan gejala sampai terpapar berbagai obat pengoksidasi, menderita penyakit infeksi maupun makan kacang fava yang menyebabkan

Demi keunggulan dalam panasnya pertempuran, laptop gaming Windows 10 yang berperforma tinggi ini hadir dengan sistem pendingin HyperCool Pro eksklusif yang memungkinkan Anda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan potensi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata

[r]

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: “ ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DAGING SAPI DI PASAR TRADISIONAL DAN

Masa kampanye bagi partai politik bersama calon anggota legislatifnya telah dimulai // Hingar bingar parpol untuk meraih simpati masyarakat ikut diramaikan oleh para juru kampaye