HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL
KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
SRI HARTINI NIM. 8126131017
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
ABSTRACT
Sri Hartini. NIM. 8126131017. The Correlation Between Organization’s Work Climate and The Teacher’s Perception About Headmaster’s Transformational Leadership with the Teacher’s Affective Commitment at Senior High School of Health in Medan.
The objectives of this study are to describe and to determine whether (1) The correlation of organization’s work climate with the teacher’s affective commitment; (2) The correlation of teacher’s perception about headmaster’s transformational leadership with the teacher’s affective commitment; and (3) The correlation between the organizational climate and perception about headmaster’s transformational leadership with the teacher’s affective commitment. In this method research, the writer used the study of quantitative correlation. The sample of this study is Senior High School of Health in Medan, it consist of 110 teachers . The instrument used to collect data was the questionnaire Likert scale. The result showed that: (1) There is a positive and significant correlation between the organization’s work climate with the teacher’s affective commitment, the coefficient correlation obtained 0,5873 with the alpha significant level 0,05 and the regression equation Ŷ = 50,1948 + 0,3284X1. (2) There is a
positive and significant correlation between the teacher’s perception about headmaster’s transformational leadership with teacher’s affective commitment, the coefficient correlation obtained 0,5720 with the alpha significant level 0,05 and the regression equation Ŷ = 54,0982 + 0,2930X2. (3) There is a positive and
significant correlation between the organization’s work climate and perception about headmaster’s transformational leadership with the teacher’s affective commitment. The equation of regression obtained Ŷ = 53,0845+ 0,1634X1 +
0,1378X2. The study concluded: (1) the organization’s work climate has a positive
and significant relationship with the teacher’s affective commitment with a contribution of 17,16%, (2) the teacher’s perception about headmaster’s transformational leadership has a positive and significant relationship with the teacher’s affective commitment with a contribution of 15,39%, (3) the organization’s work climate and teacher’s perception about headmaster’s transformational leadership in common both have positive and significant relationship with the teacher’s affective commitment with a contribution 32,55%. Thus suggested to improve the teacher’s affective commitment should be increased organization’s work climate and the teacher’s perception about headmaster’s transformational leadership of the teacher.
ABSTRAK
Sri Hartini. NIM. 8126131017. Hubungan Antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui: (1) Hubungan iklim kerja organisasi dengan komitmen afektif guru; (2) Hubungan persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen afektif guru; dan (3) Hubungan iklim kerja organisasi dan persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen afektif guru di Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan di Kota Medan. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi. Sampel penelitian adalah guru SMK Kesehatan di Kota Medan yang berjumlah 110 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah kuesioner skala Likert. Hasil Penelitian menunjukkan : (1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan iklim kerja organisasi dengan komitmen afektif guru. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,5873 dengan level signifikansi alpha 0,05 dan persamaan garis regresi Ŷ = 50,1948 + 0,3284X1. 2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen afektif guru. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,5720 dengan level signifikansi alpha 0,05 dan persamaan garis regresi Ŷ = 54,0982 + 0,2930X2. (3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara iklim kerja organisasi dan persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen afektif guru. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Ŷ=53,0845+ 0,1634X1+0,1378X2. Penelitian ini menyimpulkan : (1) iklim kerja organisasi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 17,16%. (2) persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 15,39% (3) iklim kerja organisasi dan persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 32,55%. Dengan demikian disarankan dalam meningkatkan komitmen afektif guru perlu ditingkatkan iklim kerja organisasi dan persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkankepada Tuhan Yang Maha Esa dimana
selalu memberikan rahmat dan Hidayat-Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian besar persyaratan
mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan. Tesis ini berjudul “Hubungan Antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan ”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada didalam tesis
ini, meskipun demikian penulis telah berupaya melakukan usaha maksimal, tentu
saja hal ini disertai bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan yang diberikan,
maka Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik,
M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada program Pascasarjana selama ini.
2. Bapak Direktur, Asisten Direktur, Ketua Prodi dan Sekretaris, Bapak/Ibu
Dosen serta segenap Pegawai Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan
memberikan pelayanan kepada Penulis selama menjadi mahasiswa.
3. Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd dan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd, selaku
pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam
mengarahkan, memotivasi, membimbing serta memberi nasihat kepada
4. Bapak Dr. Saut Purba, M.Pd selaku narasumber sekaligus validator,
Dr.Rosamala Dewi, M.Pd dan Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, selaku
narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada
Penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian bagi penulis.
6. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan di Kota Medan yang
telah membantu dalam pelaksanaan uji coba instrumen sampai pengumpulan
data penelitian ini.
7. Bapak/Ibu Guru SMK Kesehatan di Kota Medan yang telah bersedia
memberikan waktu dan tenaga dalam proses pengumpulan data penelitian ini.
8. Teristimewa buat orang tua saya, suami, anak-anak saya yang tercinta dan
saudara-saudara saya yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi,
pengertian serta do’a disepanjang sujudnya (terima kasih Penulis ucapkan
semoga selalu disertai kemuliaan dan perlindungan Allah SWT Amin)
sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
9. Keluarga besar Yayasan Sentra Medika tempat Penulis belajar dan bekerja.
Kepala Yayasan, Kepala Sekolah dan Rekan Kerja saya, dan Para Siswa saya
yang tercinta yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya dalam
menyelesaikan tesis ini.
10. Teman-teman Penulis, mahasiswa AP khususnya angkatan XXI kelas A
motivasi dan kenangan terindah selama masa perkuliahan yang tak akan
terlupakan.
Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian pendidikan dan
penyusunan tesis ini, Penulis berharap kiranya seluruh perhatian, kebaikan, dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal kebajikan dan
mendapat barakah dari Allah SWT. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan khasanah pengetahuan.
Medan, Maret 2015 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Pembatasan Masalah ... 12
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A.Kajian Teoritis... 15
1. Komitmen Afektif Guru ... 15
2. Iklim Kerja Organisasi ... 24
3. Persepsi tentang Kepemimpinan Transformasional ... 28
B. Penelitian Yang Relevan ... 38
C. Kerangka Berfikir ... 40
D. Hipotesis Penelitian... 44
B. Jenis Penelitian ... 45
C. Populasi dan Sampel ... 45
D. Rancangan Penelitian ... 47
E. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 48
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 49
G. Uji Coba Instrumen ... 52
H. Teknik Analisis Data ... 55
I. Hipotesis Statistik ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN A.Deskripsi Data Penelitian ... 63
B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian... 67
C. Uji Prasyarat Analisis Data ... 70
D. Pengujian Hipotesis... 73
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
F. Keterbatasan Penelitian ... 86
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Kesimpulan ... 88
B. Implikasi ... 89
C. Saran ... 90
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Masalah Komitmen Afektif Guru ... 5
2.1 Perbedaan Pola Kepemimpinan ... 33
3.1 Distribusi Populasi Penelitian ... 46
3.2 Distribusi Sampel Penelitian ... 47
3.3 Kisi-kisi Instrumen Komitmen Afektif Guru ... 50
3.4 Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja Organisasi … ... 51
3.5 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Kep. Transformasional ... 51
4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Kerja Organisasi …... 63
4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Pers. Kep. Transformasional ... 65
4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Afektif Guru ... 66
4.4 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Iklim Kerja ... 67
4.5 Distribusi Frekuensi dan kategori skor K.Transformasional .... 68
4.6 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Komitmen Afektif... 69
4.7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 70
4.8 Ringkasan Analisis Varians Variabel Y atas X1 ... 71
4.9 Rangkuman Analisis Varians Variabel Y atas X2 ... 72
4.10 Rangkuman Hubungan Variabel X1 dengan Y ... 74
4.11 Rangkuman Hubungan Variabel X2 dengan Y ... 76
4.12 Rangkuman Analisis Varians Regresi Ganda ... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-Faktor Penentu Komitmen Organisasi ... 19
3.1 Model Konstelasi Masalah ... 49
4.1 Histogram Skor Iklim Kerja Organisasi … ... 64
4.2 Histogram Skor Persepsi Kepemimpinan Transformasional . 65
4.3 Histogram Skor Komitmen Afektif Guru ... 67
4.4 Grafik Regresi Linier Sederhana X1 denan Y ... 73
4.5 Grafik Regresi Linier Sederhana X2 denan Y ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 95
2. Tabel Uji Validitas dan Reabilitas ... 103
3. Analisis Ujicoba Validitas dan Reabilitas... 112
4. Data Induk Penelitian ... 116
5. Deskripsi Data Penelitian ... 117
6. Distribusi Frekuensi Data ... 120
7. Perhitungan Statistik Dasar ... 125
8. Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran ... 130
9. Uji Linieritas Regresi dan Keberartian ... 138
10. Uji Independensi ... 156
11. Penentuan Uji Keberartian Pers.Regresi Linier Ganda ... 157
12. Uji Keberartian Koef.Korelasi Sederhana dan Ganda ... 163
13. Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial ... 168
14. Perh. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 171
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya
tidak dapat diabaikan, karena sekolah merupakan wadah penyelenggara
pendidikan dalam bidang intelektual memikul beban yang berat dalam upaya
mewujudkan tujuan pendidikan. Guru merupakan komponen pendidikan yang
sangat penting dan menentukan keberhasilan pendidikan. Menurut Aqib (2002:42)
guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru
merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar.
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, sangat diharapkan
guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab mereka. Komitmen merupakan keputusan seseorang dengan dirinya sendiri
untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan adanya komitmen akan menghasilkan
kinerja yang lebih baik dan memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Rasa
bangga sebagai guru yang mengemban tugas mulia akan melahirkan semangat
dari dalam diri guru itu sendiri untuk memberikan yang terbaik dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran.
Dalam usaha mewujudkan suasana yang kondusif di sekolah, maka
komitmen kerja guru merupakan salah satu faktor penting. Komitmen guru
merupakan kesadaran seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
kelakuan dalam bekerja. Komitmen guru ini berkaitan dengan pencapaian prestasi
kerja guru dan erat pula hubungannya dengan prestasi siswa karena gurulah yang
merangsang dan mendorong siswa untuk berprestasi.
Guru dengan komitmen tinggi pada umumnya menghasilkan kinerja yang
tinggi. Komitmen akan memberikan dukungan positif terhadap hasil yang
diharapkan organisasi, seperti terhadap kinerja, menghindari pekerja berhenti dan
ketidakhadiran kerja. Dengan adanya komitmen dalam melaksanakan tugas maka
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dalam hubungannya
dengan siswa, kepala sekolah dan warga sekolah lain bukan menjadi hal yang
menghambat guru untuk berkinerja baik.
Jika guru mempunyai komitmen yang tinggi, maka guru dengan
kesederhanaannya akan menunjukkan rasa pengabdian dan tanggung jawab, rasa
tulus ikhlas, konsentrasi dan kepeduliannya, semangat dan rasa kecintaan terhadap
anak didik dan terhadap pekerjaannya sebagai guru, ia akan sediakan waktu,
tenaga yang cukup dan tanpa keluh kesah untuk membantu siswa kelak menjadi
generasi yang berguna bagi bangsa dan negara. Dengan memiliki komitmen yang
tinggi, maka guru akan memberikan kinerja yang lebih baik. Kebanggaan sebagai
guru akan melahirkan komitmen guru untuk terus memajukan dunia pendidikan
melalui perbaikan proses kegiatan belajar mengajar secara terus menerus. Guru
yang berkomitmen akan juga terus berupaya mencari cara-cara baru dalam
peningkatan kualitas pekerjaannya.
Menurut Luthans (2006:218) komitmen organisasi terdiri dari tiga
(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment).
Komitmen afektif adalah komitmen organisasi yang lebih menekankan pada
pentingnya kongruensi (kesebangunan) antara nilai dan tujuan karyawan dengan
nilai dan tujuan organisasi. Komitmen kontiniu adalah komitmen organisasi
dimana pekerja akan bertahan atau meninggalkan organisasi karena melihat
adanya pertimbangan rasional dari segi untung dan ruginya. Komitmen normatif
adalah komitmen organisasi dimana pekerja bertahan dalam organisasi karena ia
merasakan adanya kewajiban.
Selanjutnya Luthans (dalam Sutrisno,2009:296) bahwa komitmen
ditentukan oleh variabel personal dan variabel organisasi. Variabel personal
meliputi usia dan masa jabatan dalam organisasi, sedangkan variabel organisasi
meliputi rancangan tugas, gaya kepemimpinan, serta budaya dan iklim dalam
organisasi itu. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa iklim yang baik
dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan komitmen para pekerjanya.
Guru yang memiliki komitmen dalam bekerja khususnya komitmen afektif
juga dapat terlihat dari sikap yang ditunjukkan terhadap institusi sekolah berupa
sikap senang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli terhadap sekolah, dan
bertanggung jawab dalam tugas mengajar, mampu melibatkan diri sepenuhnya
kepada aktivitas-aktivitas sekolah, siap dan bersedia mempertahankan nama baik
sekolah serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada sekolah.
Komitmen afektif berkaitan dengan aspek emosional
identifikasi, dan keterlibatan guru dalam organisasi
guru berpikir tentang hubungannya sekolah dengan
mempertimbangkan kesesuaian antara nilai dan tujuannya dengan nilai dan tujuan
organisasi. Guru yang memiliki komitmen afektif dalam bekerja juga dapat
terlihat dari kemampuan menjadikan dirinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan sekolah. Artinya guru tersebuat mau dan mampu
menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi sekolah, mampu melibatkan diri
sepenuhnya pada aktivitas-aktivitas sekolah siap dan sedia mempertahankan nama
baik sekolah, serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap sekolah.
Komitmen afektif guru adalah sikap yang ditunjukkan seorang guru terhadap
institusi sekolah yangsenang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli
terhadap sekolah; dan bertanggung jawab dalam tugas mengajar.
Menurut pengamatan peneliti keadaan tersebut seharusnya terjadi pula
guru SMK Kesehatan di Kota Medan, pengamatan dan wawancara menunjukkan
adanya kesenjangan antara yang diharapkan dan kenyatan tentang komitmen
afektif guru. Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari hasil survey
pendahuluan selama dua minggu pada bulan November 2013 di salah satu SMK
Kesehatan yang ada di Kota Medan, diperoleh data bahwa masih rendahnya
komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugas. Rendahnya komitmen afektif
Tabel 1.1 Masalah Komitmen Afektif Guru
No. Masalah Komitmen Afektif Guru Keterangan
1. Masalah mengenai penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi sekolah yang tergambar dari:
Guru terlambat mengikuti upacara bendera setiap hari senin
2-3 guru/ mggu Guru terlambat datang sesuai jadwal kerja 3-5 guru/ hri 2. Guru tidak menjadikan diri sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari sekolah, tergambar dari:
Guru jarang memberikan gagasan pembaharuan untuk mewujudkan citra sekolah pada rapat dewan guru
Hampir semua guru Kurangnya semangat guru dalam melaksanakan tugas
mengajar
2-3 guru
3. Masalah keterlibatan guru dalam aktivitas sekolah, tergambar dari:
Kemalasan guru dalam menghadiri rapat guru 3-4 guru/ rapat Guru jarang berpartisipasi dalam semua kegiatan yang
diselenggarakan sekolah tempatnya bekerja
2-3 guru/ kegiatan 4. Masalah kesediaan mempertahankan nama baik sekolah
Merasa kurang di hargai di tempat kerja 2 guru Penilaian tempat tugas yang kurang sesuai dengan
harapan
1 guru
5. Masalah loyalitas
Mengeluh dalam melaksanakan tugas tambahan yang diberikan kepala sekolah di dalam maupun di luar jam kerja
Hampir semua guru
Suasana lingkungan tempat bekerja juga dapat mempengaruhi komitmen
pekerja yang ada di dalamnya, dalam hal ini adalah guru. Suasana dalam suatu
lembaga yang kondusif dapat mengembangkan potensi diri guru sehingga mereka
akan puas dalam bekerja dan dengan adanya komitmen yang kuat memungkinkan
mereka dapat meningkatkan prestasi kerja guru yang akhirnya diharapkan dapat
Dalam lingkungan organisasi (sekolah), setiap individu terlibat dalam
proses persepsi, misalnya bawahan (guru) mempersepsikan atasan (kepala
sekolah) sebagai figur yang komunikatif, protektif, tegas tetapi mendidik, arogan,
acuh tak acuh, berwibawa, dan lan-lain tergantung masing-masing individu (guru)
untuk mempersepsikannya. Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam
diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasikan dan
mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya
ataupun keadaan lain yang melekat atau yang ada dalam diri orang yang
dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek
persepsi tersebut. Dengan persepsi akan terbentuk dorongan-dorongan dan hasrat
dalam diri seseorang untuk merespon stimulus yang diperoleh dari lingkungan
atau individu, kemudian memaknai dan mengambil manfaat bagi dirinya yaitu
terjadinya perubahan perilaku dan motivasi.
Peningkatan kualitas guru dipengaruhi oleh bagaimana baiknya seorang
kepala sekolah memimpin sebuah sekolah. Kepala sekolah dalam menjalankan
roda kepemimpinan turut menentukan bagaimana baiknya kualitas pendidikan di
sekolah. Dalam hal peningkatan kompetensi guru, mengajar tidak hanya faktor
pedagogisnya yang harus menjadi perhatian tetapi juga faktor akademis (isi materi
yang disampaikan oleh guru). Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai
pembina dan pembimbing guru dalam proses pembelajaran. Gaya kepemimpinan
yang terbuka dan mendorong guru agar terus memberikan kinerja yang terbaik
kepada sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran
sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah. Gaya kepemimpinan apa yang
diterapkan oleh kepala sekolah dalam memimpin juga mempengaruhi komitmen
kerja dari para warga sekolah.
Dalam penelitian ini persepsi guru terhadap kepala sekolah adalah tentang
kepemimpinan transformasional dengan alasan kepemimpinan transformasional
merupakan pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan yaitu
pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari
bawahan adalah visi pemimpin serta mampu meyakinkan bahwa mereka
mempunyai andil dalam mengimplementasikannya. Persepsi guru tentang
kepemimpinan transformasional sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan
kinerja guru secara maksimal.
Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang
dipertentangkan dengan kepemimpinan yang memelihara status quo.
Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai
kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju
sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak
pernah diraih sebelumnya. Kepemimpinan transformasionl bukan sekedar
mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, melainkan
lebih dari itu bermaksud ingin merubah sikap dan nilai-nilai dasar para
pengikutnya melalui pemberdayaan dan meningkatkan rasa percaya diri dan tekad
untuk terus melakuan perubahan walaupun mungkin ia sendiri akan terkena
Fenomena yang ditemukan di SMK Kesehatan Medan antara lain
kepemimpinan kepala sekolah yang tidak memberikan motivasi dan inspirasi bagi
guru-guru, sehingga adanya keluhan tentang ketidakpuasan terhadap keadaan
tempat kerja serta keadaan siswa, seperti kerja yang menjenuhkan, suasana
lingkungan yang tidak kondusif, sikap sesama guru yang tidak saling mendukung.
Di lain pihak ada dari mereka yang menurun semangatnya dalam mengajar,
merasa bosan, jenuh dengan pekerjaannya dan masih ada guru yang belum merasa
bangga memiliki peran sebagai guru sehingga keinginan untuk terus
meningkatkan kemampuan dan kompetensi masih kurang. Dalam pelaksanaan
tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang
bersemangat dan penuh tanggung jawab, ada juga guru yang dalam melakukan
pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab.
Ketidakpercayaan guru terhadap kepala sekolah juga masih kurang.
Adanya beberapa guru yang menganggap kepala sekolah kurang adil dan kurang
mampu menjaga keharmonisan anggotanya. Hal ini terlihat dari ketidaktaatan
guru terhadap aturan yang dibuat sekolah, masih ada guru yang belum membuat
program pembelajaran dan bahan ajar yang sudah ditentukan dengan tepat waktu.
Hal lain terlihat dari ketidakkompakan atau kebersamaan di antara guru masih
kurang, ketidakpedulian guru terhadap keadaan atau situasi yang ada di
lingkungan sekolah. Masih terdapatnya guru yang pro dan kontra terhadap situasi
yang terjadi di sekolah misalnya dalam penegakan disiplin siswa maupun guru.
dalam menjaga keharmonisan antara guru, sehingga persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah masih rendah.
Berdasarkan realita-realita yang telah dipaparkan, mengindikasikan bahwa
guru belum mempunyai komitmen afektif yang baik dalam melaksanakan
tugasnya, ketidakpercayaan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah juga
masih kurang dan iklim organisasi sekolah yang kurang baik. Jika hal ini terus
dibiarkan maka pendidikan di daerah ini akan terpuruk, oleh karena itu perlu
diambil tindakan agar bisa keluar dari permasalahan ini.
Masalah komitmen guru harus dikaji secara ilmiah dengan menganalisis
komitmen guru, khususnya komitmen afektif guru. Teori tentang komitmen
dibahas oleh para ahli dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Collquit,
Lepine dan Wesson (2009:63) komitmen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
meliputi : budaya organisasi (organizational culture), struktur organisasi
(organizational structure), gaya dan perilaku kepemimpinan (leadership style and
behavior), kekuatan dan pengaruh kepemimpinan (leadership power and
influence), proses dan karakteristik tim (processes and characterisrics team),
personal dan nilai budaya (personaity and cultural values), kemampuan (ability),
sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pada komitmen. Faktor
lain seperti kepuasan kerja (job satisfaction), stres (stress), motivasi (motivation),
kepercayaan, keadilan, dan etika (trust, justice, and ethics), dan pengambilan
keputusan (learning and decision making)sebagai faktor yang secara langsung
penentu komitmen organisasi terdiri dari tiga faktor utama yaitu karakteristik
organisasi, karakteristik individu dan proses individu.
Robbins (2003:115) menjelaskan dalam 27 studi yang telah dilakukan
menunjukkan antara komitmen dan kinerja, komitmen afektif nampaknya
berkaitan lebih kuat dengan organisasi. Studi menemukan bahwa komitmen
afektif merupakan prediktor yang penting terhadap beberapa hasil. Peneliti lain,
Yui-tim (2000) dengan judul “Affective Organizational Commitment of worker in
Chinese Joint Venture”. Penelitian ini dilakukan terhadap 295 karyawan di 4
perusahaan joint venture di China. Tujuan penelitian ini adalah menguji komitmen
afektif karyawan yang bergabung dalam People Republic China. Hasil
penelitiannya menyimpulkan: (1) kepercayaan pada organisasi memediasi
hubungan antara keadilan destributif, keadilan prosedural, keamanan pekerjaan
yang dipersiapkan karyawan dan komitmen afektif; (2) keamanan pekerjaan yang
dipersepsikan karyawan dan komitmen afektif memiliki efek yang mencolok pada
niat para pekerja untuk ganti pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penentu komitmen organisasi
tersebut dapat dipahami bahwa komitmen afektif guru dapat ditentukan oleh
banyak faktor baik yang sifatnya internal dan eksternal dari individu itu sendiri
yang mengabdi pada suatu organisasi. Berdasarkan pendapat Collquit, et all
(2009:63) juga dapat dilihat berbagai faktor yang dapat menentukan tingkat
komitmen baik yang berkaitan dengan mekanisme organisasi, mekanisme
kelompok, karakteristik individu maupun mekanisme individu dengan
Perbedaan pendapat ahli terhadap faktor-faktor penentu komitmen guru
telah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian model komitmen afektif
guru dilihat dari variabel persepsi tentang kepemimpinan transformasional dan
iklim kerja organisasi. Hal-hal di atas yang mendorong untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai “hubungan iklim kerja organisasi dan persepsi
guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen
afektif guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan Kota Medan.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang berhubungan dengan komitmen afektif guru, diantaranya:
(1) Apakah iklim kerja organisasi memiliki hubungan dengan komitmen afektif
guru? (2) Apakah struktur organisasi memiliki hubungan dengan komitmen
afektif guru? (3) Apakah gaya dan perilaku kepemimpinan memiliki hubungan
dengan komitmen afektif guru? (4) Apakah kepuasan kerja memiliki hubungan
dengan komitmen afektif guru? (5) Apakah stres memiliki hubungan dengan
komitmen afektif guru? (6) Apakah motivasi memiliki hubungan dengan
komitmen afektif guru? (7) Apakah pengambilan keputusan memiliki hubungan
dengan komitmen afektif guru? (8) Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan
transformasional kepala sekolah memiliki hubungan dengan komitmen afektif
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, ditemukan banyak faktor yang dapat
berhubungan dengan komitmen afektif. Namun dalam penelitian ini faktor-faktor
tersebut hanya dibatasi pada: iklim kerja organisasi, persepsi guru tentang
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan komitmen afektif guru.
Kajian antara ketiga faktor tersebut dapat dilakukan dimana saja, namun
karena gejala masalahnya mengenai komitmen afektif SMK Kesehatan di Kota
Medan, maka penelitian dibatasi di sekolah tersebut.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dengan Komitmen
Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan?
2. Apakah terdapat hubungan antara Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK
Kesehatan di Kota Medan?
3. Apakah terdapat hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru
tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah secara
bersama-sama dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dengan
Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK
Kesehatan di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru
tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah secara
bersama-sama dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diperoleh manfaat sebagai
berikut:
a. Manfaat secara teoretis:
1. Untuk menguatkan teori yang berkaitan dengan persepsi guru tentang
kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim kerja dan komitmen
afektif guru.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama
dengan penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya untuk meningkatkan komitmen afektif guru dalam
2. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam evaluasi diri dan
organisasi sekolah tentang komitmen afektif guru dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan.
3. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan
sebagai pengambil kebijakan pendidikan khususnya terhadap SMK
Kesehatan dalam mengawasi komitmen afektif dan kinerja guru serta
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif iklim kerja organisasi dengan komitmen
afektif guru. Koefisien korelasi (ry1) yang diperoleh sebesar 0,5873
sehingga nilai ry1 > r tabel (0,5873 > 0,185) pada taraf signifikansi 5% (α =
0,05). Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
yang menyatakan terdapat hubungan positif iklim kerja organisasi dengan
komitmen afektif guru SMK Kesehatan di Kota Medan dapat diterima.
2. Terdapat hubungan yang positif persepsi tentang kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dengan komitmen afektif guru. Koefisien
korelasi (ry2) yang diperoleh sebesar 0,5720, nilai ry2 > r tabel (0,5720 >
0,185) pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Berdasarkan temuan
penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat
hubungan positif persepsi tentang kepemimpinan transformasional kepala
sekolah dengan komitmen afektif guru SMK Kesehatan di Kota Medan
dapat diterima.
3. Terdapat hubungan yang positif antara iklim kerja organisasi dan persepsi
tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah secara
bersama-sama dengan komitmen afektif guru. Nilai koefisien determinasi (R2)
0,1634X1 + 0,1378X2. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan terdapat hubungan positif antara iklim kerja organisasi dan
persepsi tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah secara
bersama-sama dengan komitmen afektif guru SMK Kesehatan dapat
diterima.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, akan membawa
implikasi sebagai berikut:
1. Iklim kerja organisasi memiliki hubungan dengan komitmen afektif guru.
Berdasarkan hasil uji kecenderungan data variabel iklim kerja organisasi
diperoleh data mayoritas guru pada kategori cukup yaitu 82 responden
atau 74,55%, tetapi 28 responden atau 25,45% dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hal ini perlu adanya upaya peningkatan dan perbaikan dalam
iklim kerja organisasi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki iklim organisasi dalam rangka meningkatkan komitmen
afektif guru yaitu: Pertama, kepala sekolah harus mengenali iklim
organisasi yang sudah ada. Kedua, kepala sekolah mengkomunikasikan
atau memberitahukan bagaimana iklim yang ingin diciptakan. Ketiga,
kepala sekolah menunjukkan dengan aktif bagaimana harus bekerja
dengan iklim organisasi yang telah dia komunikasikan itu. Keempat,
kepala sekolah dapat melakukan diskusi-diskusi informal bersama guru
atau komunikasi informal bersama guru. Hal ini akan membantu
2. Persepsi tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah memiliki
hubungan yang positif dengan komitmen afektif guru. Dari hasil temuan
penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan persepsi guru tentang
kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah tinggi yaitu 92
responden (83,64%) dan 18 responden (16,36%) dalam kategori cukup.
Dalam hal ini berarti kepala sekolah perlu mempertahankan gaya
kepemimpinan agar pada masa yang akan datang secara keseluruhan para
guru tetap memiliki persepsi yang tinggi atas kepemimpinan kepala
sekolah yang pada gilirannya akan terus meningkatkan komitmen guru
dalam menjalankan tugasnya.
3. Iklim kerja organisasi dan Persepsi guru tentang kepemimpinan
transformasional kepala sekolah memiliki hubungan bersama dengan
komitmen afektif guru. Hal ini bermakna bahwa kepala sekolah masih
perlu mencermati dua unsur penting dalam meningkatkan komitmen
afektif guru di sekolah yang dipimpinnya. Kedua unsur tersebut adalah
persepsi tentang kepemimpinan yang diaplikasikan di sekolah dan iklim
kerja di dalam organisasi yang dipimpinnya. Untuk itu agar dapat
meningkatkan komitmen afektif guru maka iklim kerja organisasi yang
baik dan persepsi yang tinggi dari para guru sangat diperlukan .
C. Saran
Berdasarkan implikasi yang diuraikan di atas maka ada beberapa saran
1. Kepala sekolah SMK Kesehatan di Kota Medan perlu senantiasa menjaga
persepsi guru tentang kepemimpinannya di sekolah khususnya dengan
memberikan keteladanan kepada para guru sehingga persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah tetap tinggi yang akan membawa dampak
positif bagi suasana atau iklim kerja di sekolah dan komitmen afektif guru
selaku bawahannya.
2. Guru SMK Kesehatan di Kota Medan perlu agar lebih meningkatkan
komitmen afektif guru, mejadikan lingkungan sekolah sebagai tempat
bekerja yang nyaman serta menjadikan kepala sekolah sebagai mitra dalam
menjalankan tugas kependidikannya di sekolah guna tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan.
3. Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk permasalahan yang sama
di tempat yang berbeda atau penelitian yang relevan guna dijadikan
DAFTAR PUSTAKA
Andarika, Rita. 2004. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Psikologi. Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Dharma.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharmi. 2003. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.
Colquitt Jason A., Jeffry A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior : Improving performance and commitment in the work place. The McGraw-Hill Companies : New York.
Cooper, Robert, K dan Ayman Syawaf. 2002. Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Danim, Sudarman.2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bina Aksara
Echols, John M. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia
Gibson, James L, John M, Ivancevich, and James M. Donnelly Jr. 1996. Organisasi dan manajemen : Perilaku, Struktur, dan Proses, Terjemahan Agus Dharma. Jakarta : Erlangga.
Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. 1988. Management of Organizational Behavior. Utilizing Human Resource. New Jersey: Prentice-Hall
Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2001). Education Administration: Theory, Research, and Practice (6th ed., international edition). Singapure: Mc Graw-Hill Co
Locke, E.A. 1997. Esensi Kepemimpinan ( Terjemahan ), Jakarta: Mitra Utama
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi
Mathis, R.L and Jackson, H.J. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
McShane, Steven L. Glinov, Mary Ann Von. 2007. Organizational Behaviors (Essentials). International Edition 2007. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Meyer, J.P. and Allen, N.J. 1997. Commitment in the workplace: Theory, Research and Application. Thousand Oaks, CA: Sage Publication, Inc.
Mowday, R.T., Porter, L.W., and Steers, R.M. 1982. Employee-Organization linkages: The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New York: Academic Press
Muhammad, Arni, 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Pidarta, M. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Riduwan. 2009. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta
Rivai, Veithzal. 2007. Performance Appraisal. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Riyadi. 2010. Hubungan Komitmen Guru dan Perspsi Guru Tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru pada SMP Negeri Kabupaten Batu Bara. Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.
Robbins,S.P. 2007. Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh Alih Bahasa: Benyamin Molan. Jakarta: Jaya Cemerlang
Robbins, Stephen P. Timothy A. Judge. 2009. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Inc
Rosida, Lilis. 2011. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi di SMK BM Kota Medan. Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.
Sagala, S. 2007. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sinungan, M. 1987. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bina Aksara
Steers, R.M. 1977. Antecedents and Outcomes of Organizational Commitment. Administrative Science Quarterly
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sule, Ernie Trisnawati, 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana : Jakarta.
Tabroni, 2005. The Spiritual Leadership. Malang : UMM
Thoha, M. 2008. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Timpe, A. Dale. 1993. Kinerja : Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih bahasa Sofyan Cikmat, Jakarta : Efek Media Komputindo.
Usman, Husaini. 2008. Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan: Jakarta: Bumi Aksara
Wahjosumidyo. 2004, Kepemimpinan Dan Motivasi, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Wau, Yasaratodo. 2012. Pengaruh KepemimpinanPartisipatif, Kemampuan Pribadi, Iklim Kerja dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Afektif Kepala Sekolah (Studi Empiris Pada Sekolah Menengah Pertama di Pulau Nias). Disertasi. Medan: PPs Unimed.
Winardi, J. 2007. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Raja Grafindo Persada