LAJU PERTUMBUHAN LINIER KARANG
Porites lutea
MENGGUNAKAN SINAR-X DI PULAU TUNDA
KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN
LALANG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea menggunakan Sinar-X di Pulau Tunda Kabupaten Serang Propinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Lalang
RINGKASAN
LALANG. Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea menggunakan Sinar-X di Pulau Tunda, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Dibimbing oleh NEVIATY P. ZAMANI dan ALI ARMAN.
Karang merupakan biota bentik yang memiliki peranan penting dalam ekosistem laut, dimana proses pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Karang masif merupakan perekam jejak kondisi lingkungan melalui proses pengendapan kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan. Kerangka karang pada jenis karang P. lutea yang telah terdeposit dapat memberikan informasi tentang laju pertumbuhan karang yang terlihat pada lingkar tahunan (annual band). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemboran dengan menggunakan mata bor pneumatic yang selanjutnya dianalisis menggunakan Sinar-X Radiografi untuk mendapatkan arah, umur dan laju pertumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan linier karang P. lutea yang berada pada stasiun Utara yang merupakan daerah terbuka (windward) berkisar antara 0.6-2.5 cm/tahun dengan laju pertumbuhan rata-rata 1.43 cm/tahun, dan stasiun Selatan yang merupakan daerah terlindung (leeward) berkisar antara 0.5-2.2 cm/tahun dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1.21 cm/tahun. Laju pertumbuhan karang P. lutea baik yang berada stasiun Utara maupun stasiun Selatan menunjukkan tidak berbeda nyata (sig > 0.05).
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea dipengaruhi oleh suhu permukaan laut dimana, pengaruh suhu permukaan laut yang signifikan terdapat pada 3 (tiga) kejadian yaitu pada tahun 1983, 1998, dan 2010. Pada tahun 1983 suhu permukaan laut mengalami peningkatan dari keadaan sebelumnya menjadi 29.330C yang menyebabkan karang P. lutea mengalami penurunan laju pertumbuhan dari tahun-tahun sebelumnya dengan kemampuan tumbuh 0.9 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.9 cm/tahun pada stasiun Selatan. Peningkatan suhu permukaan laut pada tahun 1998 yang merupakan peningkatan yang paling signifikan dimana suhu permukaan laut terdapat 29.570C kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya yang menyebabkan penurunan laju pertumbuhan yang sangat signifikan dengan kemampuan tumbuh 0.6 cm/tahun pada stasiun Utara, dan 0.5 cm/tahun pada stasiun Selatan. Peningkatan suhu stasiun Utara dan sebesar 86% pada stasiun Selatan. Parameter lingkungan seperti salinitas, kecepatan arus, dan curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan linier karang P. lutea baik yang berada di windward maupun leeward.
SUMMARY
LALANG. The Linear Extension Rate of Corals Porites lutea Using X-Ray at Tunda Island, Serang District, Banten Province. Supervised by NEVIATY P. ZAMANI and ALI ARMAN.
Coral reefs are benthic biotas that play an important role in marine ecosystems. Their extension are strongly influenced by their environmental condition. The extension of massive coral is able to be gained by tracking the record of environmental condition through calcium carbonate (CaCO3) deposition processes. The skeleton of deposited coral species Porites lutea can provide information to determine the life growth rate of the coral that be seen by its annual bands. The coral sampling was carried out by using pneumaticdrill and analyzed the direction, age, and extension rates of the coral by using X-Ray.
The results showed that the liniear extension rate of coral P. lutea was in windward, the North station . it was ranged from 0.6-2.5 cm/year the average liniear extension in this area was 1.43 cm/year. Reversely, the South station was leeward that extension rate had the liniear extension rate 0.5-2.2 cm/year with the average was 1.21 cm/year. There was no significant different of liniear extension rate P. lutea in the windward and leeward (sig> 0.05).
It identified, that three were significantly located elevation of sea surface temperatures occurred in the 1993, 1998, and 2010. It is indicated by the decrease of extension P. lutea on the research location. In 1983, the sea surface temperature increased to be 29.330C, and the extension rate of P. lutea decreased were 0.9 cm/year in North station and 0.9 cm/year in South station. In 1998, the sea surface temperature increased to be 29.570C, and the extension rate of P. lutea were 0.6 cm/year in North station and 0.5 cm/year in south Station. In 2010, the temperature increased to be 29.610C, the extension rate of P. lutea decreased 0.7 cm/year in North station (windward) and 0.6 cm/year in South station (leeward).
Increased of sea surface temperature in those three years had a correlation to linear specific extension of P. lutea as 79% in the north station and 86% in the south station. Seawater quality parameters such as salinity, seawater current and rainfall showed no significant impacts on linear specific extension of coral P. lutea in both stations, windward and leeward.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Kelautan
LAJU PERTUMBUHAN LINIER KARANG
Porites lutea
MENGGUNAKAN SINAR-X DI PULAU TUNDA
KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN
LALANG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea menggunakan Sinar-X di Pulau Tunda Kabupaten Serang Propinsi Banten Nama : Lalang
NIM : C551130181
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Neviaty P Zamani, MSc Ketua
Dr Ali Arman, MT Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Dr Ir Neviaty P Zamani, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya berupa kesehatan dan keluangan waktu sehingga penelitian tesis mengenai Laju Pertumbuhan Linier Karang Porites lutea Menggunakan Sinar-X di Pulau Tunda Kabupaten Serang Propinsi Banten dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kelautan Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Neviaty P Zamani MSc dan Bapak Dr Ali Arman MT selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga sangat berterima kasih atas bantuan dana penelitian oleh Hibah Pasca 2014 dan Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta yang telah memberikan bantuan berupa penggunaan laboratorium dan alat-alatnya dalam rangka penyelesaian penelitian ini, serta staf laboratorium BATAN Aditya Dwi Permana Putra, S.Si dan Untung Sugiharto, AMd yang telah memberikan bantuan fisik maupun moral. Rekan-rekan kuliah Program Studi Ilmu Kelautan 2013, teman-teman (Riska, Reza, Tarlan, Ardana, Iksan, Wahidin, Sadam, Ilham) yang telah menginspirasi dan menjadi teman diskusi, keluarga (Ayahanda La Hanufi, SP dan Ibunda Waode Suriani, serta adinda Zainal, S.Kep, Anas Salidi Maindo, Samtun, Lilis Nurlaela) yang senantiasa memberi doa dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan serta semua yang telah berkontribusi dalam penyusunan tesis ini.
Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dimasa mendatang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan yang digunakan 5 2 Hasil analisis beda nyata dengan menggunakan software SPSS 16 9
DAFTAR GAMBAR
1 Skema kerangka penelitian laju pertumbuhan linier karang P. lutea 3
2 Lokasi penelitian 4
3 Prosedur penelitian laju pertumbuhan linier karang P. lutea 6 4 Foto film positif Sinar-X dan arah laju pertumbuhan linier karang P.
lutea yang terlihat pada garis tahunan (annual band) 7 5 Laju pertumbuhan linear karang P. lutea stasiun Utara 7 6 Laju pertumbuhan linear karang P. lutea stasiun Selatan 8 7 Luminance karang P. lutea pada foto positif hasil Sinar-X 9 8 Indeks luminance karang P. lutea Pulau Tunda 10 9 Variabilitas suhu permukaan laut selama periode tahun 1981-2014 10 10 Variabilitas suhu permukaan laut dengan laju pertumbuhan karang P.
lutea 11
11 Indeks Nino 3.4. dari tahun 1950-2015 dengan kejadian Elnino (ENSO) 12 12 Korelasi laju pertumbuhan karang P. lutea dengan suhu permukaan
laut (a) stasiun Utara dan (b) stasiun Selatan 13 13 Variabilitas salinitas selama periode tahun 2011-2014 14 14 Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan salinitas (a) stasiun Utara
dan (b) stasiun Selatan 15
15 Variabilitas kecepatan arus selama periode tahun 1992-2012 16 16 Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan Kecepatan Arus
(a) stasiun Utara dan (b) stasiun Selatan 17 17 Variabilitas curah hujan selama periode tahun 2001-2011 18
18 Korelasi laju pertumbuhan P. lutea dengan Curah Hujan
(a) stasiun Utara dan (b) stasiun Selatan 19
DAFTAR LAMPIRAN
23
19 Kisaran kecepatan arus 23
20 Indeks luminance stasiun utara 24
21 Indeks luminance stasiun selatan 24
22 Kisaran salinitas 24
23 Hasil pengukuran suhu permukaan laut 25
1 PENDAHULUAN Latar Belakang
Terumbu karang merupakan ekosistem unik yang tumbuh dengan baik pada wilayah tropis. Karang batu (stony coral) tergolong kedalam ordo Scleractinia yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur. Keberadaan karang batu (massive) dapat memberikan manfaat yang besar sebagai habitat berbagai jenis biota penghuni daerah terumbu karang, dan sekaligus berfungsi sebagai tempat memijah, membesarkan diri, berlindung, dan sebagai tempat mencari makan. Karang batu sebagai penghasil kalsium karbonat (CaCO3) memberikan manfaat berupa penye rapan pemanasan global sebesar 7-15% (Suzuki et al. 2004). Terumbu karang merupakan tempat hidup bagi berbagai biota laut tropis lainnya, sehingga terumbu karang memiliki keanekaragaman jenis biota tinggi dan sangat produktif (Suharsono 1996).
Pertumbuhan karang merupakan pertambahan panjang linier, bobot, volume atau luas kerangka kapur dalam kurun waktu tertentu. Secara umum, pembentukan kerangka karang diinterpretasikan sebagai kenaikan bobot kerangka karang yang disusun oleh kalsium karbonat dalam bentuk aragonit kristal dan kalsit (Carricart-Ganivet and Barnes 2007). Laju pertumbuhan karang dapat diukur dengan berbagai cara seperti pengukuran pertambahan panjang linier, area, volume, atau berat kerangka kalsiumnya dengan menggunakan metode restropektif (pengukuran kebelakang). Pengamatan tersebut membutuhkan waktu yang lama, namun dengan menggunakan Sinar-X dapat dengan mudah diketahui laju pertambahan linier karang khususnya karang-karang keras seperti Porites yang terlihat dalam annual band (garis tahunan) yang ada pada kerangka terumbu(Buddemeier and Knutson 1974).
Karang masif dapat tumbuh dan mengendapkan kalsium karbonat pada lapisan jaringan yang kecil pada permukaan luar koloninya (Crabbe 2008). Kepadatan yang ditemukan setara dengan pertumbuhan setiap tahunnya (Knuston et al. 1972). Struktur kerangka pada karang akan terlihat garis tahunan (annual band) yang dapat memberikan informasi penting mengenai laju pertumbuhan dan kondisi lingkungan dimana karang tersebut hidup (Carricart-Ganivet et al. 2007).
Karang Porites sering digunakan dalam menentukan studi perubahan iklim karena memiliki koloni yang besar dan garis tahunan (annual band) yang berbeda dengan karang massive lainnya, serta dapat tumbuh selama ratusan tahun (Cobb et al. 2003). Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia khususnya di daerah Karimun Jawa dan Bangkalan diperoleh laju pertumbuhan karang Porites berkisar antara 5.38–17 mm/tahun dengan umur antara 4-8 tahun, dan persentase pertumbuhan tiap-tiap koloni berbeda-beda (Nugraha 2008).
mempunyai manfaat tersendiri karena dapat dilakukan pengujian dalam menentukan pertumbuhan terumbu pada masa yang lampau dengan melihat garis tahunan yang tergambar pada struktur kerangka pada terumbu karang khususnya pada karang batu (massive) dengan menggunakan sinar-X (Carricart-Ganivet and Barnes 2007).
Perbedaan lokasi tempat hidup terumbu karang pada daerah terbuka maupun daerah terlindung memberikan pengaruh pada proses pertumbuhan, hal ini berkaitan dengan pergerakan arus dan gelombang serta perubahan lingkungan yang ekstrim seperti letusan gunung berapi (Johnson et al. 2014). Suhu permukaan laut berperan penting dalam pertumbuhan karang (Crabbe 2008). Perubahan suhu akan menghambat proses laju pertumbuhan karang Porites lutea karena dapat mengakibatkan karang kehilangan alga simbion (zooxanthellae) apabila tidak dapat mentolerir perubahan suhu yang ekstrim (Chen et al. 2013). Penurunan salinitas dapat mengganggu laju pertumbuhan karang karena berkaitan dengan metabolisme terumbu karang (Alutoin et al. 2001). Curah hujan yang tinggi juga memberikan masukkan bahan organik dapat menurunkan salinitas di perairan dangkal sehingga menghambat laju pertumbuhan terumbu karang baik karena yang disebabkan oleh tertutupnya polip karang oleh sedimen maupun proses metabolisme yang tidak stabil. Kecepatan arus memberikan manfaat dalam membersihkan polip karang serta sebagai transpor makanan bagi hewan karang. Arus yang kuat sangat baik untuk pertumbuhan karang hal ini dapat dengan mudah membersihkan polip karang (Fernandez-lugo et al. 2004)
Penelitian mengenai laju pertumbuhan pada daerah Pulau Jawa telah dilakukan utamanya di daerah kepulauan Seribu, Bangkalan, dan Karimun Jawa, namun penelitian pada bagian barat pulau Jawa belum dilakukan, khususnya yang berada di Pulau Tunda kecamatan Karang Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dalam mengkaji laju pertumbuhan karang serta melihat melihat jejak perubahan iklim yang terekam pada kerangka kapur karang P. lutea.
Perumusan Masalah
1. Apakah daerah terbuka (windward) maupun daerah terlindung (leeward) dapat mempengaruhi laju pertumbuhan linier karang P. lutea?
2. Apakah parameter lingkungan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan linier karang P. lutea?
Gambar 1 Skema kerangka penelitian laju pertumbuhan linier karang P.lutea
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengkaji laju pertumbuhan linier karang Porites lutea, baik yang menghadap angin (windward) maupun yang berada pada daerah terlindung dari angin (leeward) di Pulau Tunda, Kecamatan Karang Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Suhu Permukaan Laut berkolerasi dengan Laju Pertumbuhan Linier Karang
P. lutea
- Suhu Permukaan Laut
- Salinitas - Curah Hujan - Kecepatan Arus
Parameter Lingkungan Laju Pertumbuhan
Linier Windward dan Leeward
Laju Pertumbuhan Linier Terumbu karang
Korelasi
Sinar-X Umur
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menentukan laju pertumbuhan linier karang P. lutea
2. Memberikan informasi mengenai parameter lingkungan yang signifikan dalam mempengaruhi laju pertumbuhan linier karang yang terekam pada kerangka kapur karang P. lutea.
2 METODE Waktu dan Lokasi
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus tahun 2014 yang berlokasi di Pulau Tunda, Kecamatan Karang Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Sampel dianalisis pada bulan Agustus-Oktober tahun 2014 di Laboratorium Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Balai Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Jakarta.
Gambar 2 Lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan
Pengambilan Sampel Alat dan Bahan Fungsi Di lapangan
Pemilihan lokasi pengambilan sampel karang P. lutea berdasarkan keterwakilan area baik yang berada pada daerah terbuka (windward) yang teradapat pada stasiun Utara maupun yang berada pada daerah terlindung (leeward) yang terdapat pada stasiun Selatan.
Prosedur Kerja
Pengambilan sampel menggunakan mata bor pneumatic, dimana mata bor dihubungkan dengan tabung udara selam sebagai penggerak mata bor yang terbuat dari stainless steel. Diameter mata bor yang digunakan adalah 5 cm dengan panjang 50 cm namun dapat diperpanjang dengan sambungan sehingga dapat digunakan untuk pengambilan sampel sampai 3 m (Arman 2013). Pengeboran karang dilakukan secara vertikal untuk mendapatkan arah dan laju pertumbuhan yang kontinyu. Pada saat karang dibor air dialirkan dengan menggunakan pompa yang dilewatkan melalui dalam pipa stainless steel yang berfungsi untuk mengeluarkan butir-butir halus sisa karang akibat dari pengeboran. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya macet pada perputaran mata bor. Selanjutnya setelah selesai pengambilan sampel, bekas lubang bor ditutup dengan menggunakan semen, untuk menghindari kerusakan pada terumbu oleh biota yang lain. Sampel dicuci dengan menggunakan air tawar, dikeringkan, dan dimasukkan di laboratorium untuk dianalisis.
Gambar 3 Prosedur penelitian laju pertumbuhan linier karang P. lutea Parameter Lingkungan
Data suhu permukaan laut, salinitas, dan kecepatan arus diperoleh dari citra satelit yang diterbitkan ERDDAP (Easier Access to Scientific Data) yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software Ocean Data View 4 (ODV 4). Data suhu permukaan laut yang didapatkan selama 34 (tiga puluh empat) tahun dimulai dari tahun 1981-2014, data sailinitas didapatkan selama 4 (empat) tahun dimulai tahun 2011-2014, data kecepatan arus didapatkan selama 20 (dua puluh) tahun dimulai tahun 1992-2012 dan data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Banten selama 11 tahun dimulai tahun 2001-2011.
Analisis Data
Setelah mendapatkan data garis tahunan (annual band) dari proses penyinaran Sinar-X maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan software software Coral XDS (Helmle et al. 2002) untuk menentukan arah, umur, laju pertumbuhan pada karang porites. Data Laju pertumbuhan linier dan indeks luminance dianalisis dengan menggunakan software Coral XDS (Helmle et al.
Analisis Data
Pemrosesan di Laboratorium dengan Sinar-X Radiografi
Coral XDS
Laju Pertumbuhan Linier Analisis Film Hasil Sinar-X
Preparasi Sampel
2012), sedangkan untuk menentukan beda nyata dan korelasi dianalisis menggunakan software SPSS 16.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea pada Stasiun Utara(Windward)
Karang memiliki laju pertumbuhan yang beragam khususnya pada karang-karang keras seperti Porites, hal ini disebabkan karena karang Porites dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan karang mengalami perubahan bentuk pertumbuhan yang berbeda dengan pertumbuhan sebelumnya (Carricart-Ganivet 2004). Laju pertumbuhan linier karang P. lutea yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan maupun habitat karang tersebut dapat terekam pada kerangka kapur yang telah terdeposit yang dilihat dengan menggunakan sinar-X (Kenkel et al. 2013).
Gambar 4 Foto film positif Sinar-X dan arah laju pertumbuhan linier karang P. lutea yang terlihat pada garis tahunan (annual band)
Garis tahunan yang terdapat pada karang P. lutea (Gambar 4) dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan laju pertumbuhan linier, umur karang, dan melihat perubahan lingkungan yang terjadi yang terekam pada kerangka terumbu tersebut.
Gambar 5 Laju pertumbuhan linier karang P.lutea stasiun Utara
0
1939 1945 1951 1957 1963 1969 1975 1981 1987 1993 1999 2005 2011
Hasil foto Sinar-X selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software Coral XDS untuk mendapatkan laju pertumbuhan linier karang P. lutea. Pengukuran dari sampel yang didapatkan (Gambar 5) menunjukkan laju pertumbuhan karang P. lutea yang berada pada stasiun Utara berkisar antara 0.6-2.5 cm/tahun dengan umur selama 76 tahun dan laju pertumbuhan linier rata-rata sebesar 1.44 cm/tahun, dimana pertumbuhan karang P. lutea yang tertinggi terdapat pada tahun 1940 dan 1951 yaitu 2.5 cm/tahun sedangkan laju pertumbuhan yang terendah terdapat pada tahun 1998 yaitu 0.6 cm/tahun. Laju pertumbuhan linier karang P. lutea yang berada pada stasiun Utara cenderung mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.
Laju Pertumbuhan Karang Porites lutea Stasiun Selatan (Leeward)
Gambar 6 Laju pertumbuhan linier karang P.lutea stasiun Selatan
Laju pertumbuhan linier (Gambar 6) yang terdapat pada stasiun Selatan berkisar antara 0.5-2.1 cm/tahun, dengan umur selama 47 tahun serta laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1.21 cm/tahun. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada tahun 1971 sebesar 2.1 cm/tahun dan terendah terdapat pada tahun 1998 sebesar 0.5 cm/tahun dari sampel yang didapatkan. Laju pertumbuhan linier karang P. lutea yang terdapat pada stasiun Selatan cenderung mengalami pelambatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea dari tahun 1968-2014 baik yang berada pada stasiun Utara maupun stasiun Selatan cenderung mengalami pelambatan. Rata-rata laju pertumbuhan linier karang P. lutea pada stasiun Utara
0
1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013
sebesar 1.22 cm/tahun dan 1.21 cm/tahun. Stasiun Utara memiliki laju pertumbuhan linier lebih tinggi dibandingkan pada stasiun Selatan.
Hasil analisis beda nyata dengan menggunakan software SPSS 16 menunjukkan tidak berbeda nyata (tabel 2), dimana nilai signifikan yang didapatkan sebesa 0.3 lebih besar 0.05 yang dapat diasumsikan selang kepercayaan dari data yang didapatkan dibawah 95%.
Tabel 2 Hasil analisis beda nyata laju pertumbuhan linier karang P. lutea di windward dan leeward dengan menggunakan software SPSS 16
Hasil Sum of Squarces df Mean Square F Sig. tahunnya. Hasil scannar film positif terlihat perbedaan terang dan gelapnya garis tahunan yang ada pada kerangka kapur. Pengukuran didasarkan pada garis vertikal yang didapatkan pada jarak maksimal maupun minimal yang terdapat pada film positif hasil Sinar-X (Gambar 4). Pertumbuhan karang dari dua lokasi yang berbeda yang didapatkan pertumbuhan mulai dari 1939-2014 dimana pada pertumbuhan pada tahun yang muda terdapat anomaly yang besar (Barnes et al. 2003). Hasil dari Sinar-X akan berupa film positif yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software coral XDS untuk dapat melihat kepadatan berdasarkan warna terang (low density) meiliki kepadatan rendah dan warna gelap (high density) memiliki kepadatan yang tinggi. Tinggi rendahnya warna pada sampel karang P. lutea memberikan gambaran intensitas musim baik musim kemarau maupun musim hujan serta masuknya bahan-bahan organik maupun anorganik.
Gambar 7 Luminance karang P. lutea pada foto positif hasil Sinar-X
Gambar 8 Indeks luminance karang P. lutea Pulau Tunda
Pengamatan yang dilakukan pada karang P. lutea yang ada di pulau tunda, baik yang berada pada stasiun Utara maupun yang berada pada stasiun Selatan menunjukkan pola kepadatan yang bervariasi pada setiap musimnya. Pada stasiun Utara menunjukkan nilai indeks luminance yang tinggi di bandingkan pada stasiun Selatan hal ini memungkinkan pada stasiun Utara lebih sedikit mendapatkan suplai bahan-bahan organik yang berasal dari daratan dibandingkan pada stasiun Selatan dengan demikian pengendapan bahan-bahan organik lebih banyak terjadi pada stasiun Selatan. Bahan-bahan organik mempengaruhi indeks luminance karena berkaitan dengan pendepositan kalsium karbonat (CaCO3) yang memberikan warna pada baik yang terang (low density) maupun warna yang gelap (high density) pada karang P. lutea (Carricart-Ganivet et al. 2007).
Laju Pertumbuhan Karang Poriteslutea Kaitannya dengan Kenaikan Suhu
Permukaan Laut
Gambar 9 Variabilitas suhu permukaan laut selama periode tahun 1981-2014 (Sumber: ERDDAP)
1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 2011 2014
Peningkatan suhu permukaan laut (Gambar 9) yang terjadi pada tahun 1983 dengan suhu sebesar 29.330C menyebabkan karang P. lutea dapat tumbuh sebesar 0.9 cm/tahun pada stasiun Utara dan sebesar 0.9 cm/tahun pada stasiun Selatan, peningkatan suhu permukaan laut yang terjadi pada tahun 1998 dengan suhu sebesar 29.570C menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dengan kemampuan tumbuh sebesar 0.6 cm/tahun untuk stasiun Utara dan sebesar 0.5 cm/tahun pada stasiun Selatan, dan kenaikan suhu pada tahun 2010 dengan suhu permukaan laut sebesar 29.610C dimana karang P. lutea tumbuh sebesar 0.7 cm/tahun pada stasiun Utara dan sebesar 0.6 cm/tahun pada stasiun Selatan dari kisaran pertumbuhan normal sebesar 1.0-2.5 cm/tahun. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan karang menjadi stress serta keluarnya zooxanthallae dari polip karang akibat tekanan lingkungan sehingga karang kehilangan alga simbion yang berakibat kurangnya pasokan bahan makanan dari zooxanthallae yang berdampak pada terhambatnya proses pertumbuhan terumbu. Visram and Douglas (2007) menjelaskan bahwa peningkatan suhu dapat menyebabkan karang mengalami stress serta keluarnya zooxanthallae.
Gambar 10 Variabilitas suhu permukaan laut dan laju pertumbuhan linier karang P. lutea
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai laju pertumbuhan karang P. lutea seperti yang ada di Thailand Selatan maupun yang ada di Great Barrief Reef Australia telah mengalami penurunan laju pertumbuhan akibat dari kenaikan maupun penurunan suhu permukaan laut (Lough and Barnes 2000).
Pengaruh El Nino terhadap Laju Pertumbuhan Karang Porites Lutea
Gambar 11 Indeks Nino 3.4 dari tahun 1950 sampai 2015 dengan kejadian El Nino (ENSO). (Sumber: International Research Institute For
Climate and Society/Climate Data Library)
Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Suhu Permukaan Laut
Gambar 12 Korelasi laju pertumbuhan karang P.lutea dengan suhu permukaan laut (a) stasiun Utara dan (b)stasiun Selatan
Hasil analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan linier karang P. lutea baik yang berada pada stasiun Utara (Gambar 12a) maupun stasiun Selatan (Gambar 12b) berkolerasi dengan suhu permukaan laut secara signifikan, dimana R2=0.7879 pada stasiun Utara dan R2=0.8655 pada stasiun Selatan. Suhu permukaan laut dan laju pertumbuhan linier pada stasiun Utara berkolerasi sebesar 79%, sedangkan pada stasiun Selatan berkolerasi sebesar 86%. Hal ini diakibatkan dari data yang diperoleh ada tiga kejadian dimana pada tahun 1983, 1998, dan 2010 terjadi peningkatan suhu permukaan laut yang signifikan dibandingkan dengan tahun yang lainnya sehingga mengakibatkan laju pertumbuhan karang mengalami penurunan. Salah satu parameter yang penting bagi pertumbuhan karang adalah suhu, dengan suhu yang optimum karang dapat hidup dan tumbuh dengan baik, namun apabila terjadi peningkatan atau penurunan yang signifikan maka dapat menyebabkan laju pertumbuhan terumbu karang menjadi terhambat (Chen 2013). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan suhu permukaan laut bepengaruh pada laju pertumbuhan karang yang juga berakibat pada terhambatnya proses pembangunan kerangka kapur (Wei et al. 2000). Penurunan laju pertumbuhan yang terjadi secara signifikan terdapat pada tahun 1998, diakibatkan
y = -0.8821x + 26.762
29.3 29.35 29.4 29.45 29.5 29.55 29.6 29.65
L
29.3 29.35 29.4 29.45 29.5 29.55 29.6 29.65
oleh suhu muka air laut yang mengalami peningkatan sehingga karang melakukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup, dan dalam proses adaptasi karang akan meminimalkan laju pertumbuhannya karena sebagian besar energi digunakan untuk proses ketahanan dalam menghadapi tekanan lingkungan yang terjadi (Janina et al. 2012).
Laju Pertumbuhan Kaitannya dengan Salinitas
Salah parameter pendukung kehidupan terumbu karang adalah salinitas. Kisaran salinitas yang optimum memungkinkan pertumbuhan karang yang baik. Salinitas erat kaitannya dengan proses metabolisme yang ada dalam tubuh hewan karang. Tinggi rendahnya salinitas suatu perairan akan berpengaruh pada laju pertumbuhan (Alutoin et al. 2001). Peningkatan atau penurunan salinitas menghambat pertumbuhan terumbu pada karang keras khususnya karang P. lutea karena karang mengalami adaptasi. Proses adaptasi membutuhkan waktu yang tidak singkat, dimana karang memiliki toleransi hidup yang sempit sehingga apabila terjadi perubahan lingkungan seperti salinitas akan cepat terespon oleh hewan karang tersebut. Pada hewan karang khususnya karang porites telah banyak dilakukan penelitian mengenai proses adaptasi, hewan karang khususnya pada karang-karang massive dalam melakukan adaptasi dengan cara mengurangi kadar lemak dan menyimpan energi untuk menghadapi tekanan yang ada, dengan demikian karang dapat tetap hidup dan tumbuh untuk mempertahankan hidupnya (Seemann et al. 2012).
Gambar 13 Variabilitas salinitas selama periode tahun 2011-2014 (Sumber: ERDDAP)
Variabilitas salinitas Pulau Tunda yang didapatkan adalah 32-33 ‰ dimulai dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014 (Gambar 13) cenderung mengalami kenaikan. Hal ini juga diikuti dengan proses pertumbuhan karang P. lutea baik yang berada pada stasiun Utara maupun stasiun Selatan yang mengalami peningkatan dengan kisaran pertumbuhan 0.8-1.1 cm/tahun. Adanya
peningkatan salinitas membantu karang dalam proses pertumbuhan dengan kisaran salinitas yang optimum berkisar antara 32-33 ‰.
Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Salinitas
Gambar 14 Korelasi laju pertumbuhan P.lutea dengan salinitas (a) stasiun Utara dan (b)stasiun Selatan
Hasil analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan karang P.lutea baik yang berada pada stasiun Utara (Gambar 14a) maupun stasiun Selatan (Gambar 14b) berkolerasi sebesar R2=0.0521 pada stasiun Utara dan R2=0.0404 pada stasiun Selatan. Salinitas dan laju pertumbuhan linier pada stasiun Utara berkolerasi sebesar 5%, sedangkan pada stasiun Selatan berkolerasi sebesar 4%. Nilai korelasi yang rendah baik yang terdapat pada stasiun Utara maupun stasiun Selatan menujukkan bahwa hubungan parameter salinitas yang tidak signifikan
mempengaruhi laju pertumbuhan karang P. lutea. Hal ini diakibatkan dari data yang diperoleh mulai dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014 keadaan salinitas cenderung stabil sehingga karang dapat tumbuh dengan baik.
Laju Pertumbuhan Kaitannya dengan Kecepatan Arus
Kecepatan arus berperan dalam proses pertumbuhan karang baik sebagai transpor makanan dari alam maupun sebagai pemberi kecerahan serta membantu dalam membersikan polip karang yang tertutup oleh bahan organik berupa sedimen. Arus dapat mengantarkan makanan terumbu karang dan membantu membersikan tubuh karang, sedangkan arus yang lemah membawa sedikit mengantarkan makanan sehingga kurang efektif dalam membersihkan tubuh karang (Gomez-Chacon et al. 2013).
Gambar 15 Variabilitas kecepatan arus selama periode tahun 1992-2012 (Sumber: ERDDAP)
Berdasarkan Gambar 15 diatas kecepatan arus yang mengalami penurunan terdapat pada tahun 1997, 2002, 2006 dan tahun 2008. Laju pertumbuhan linier karang P. lutea yang terdapat pada tahun 1997 sebesar 1.0 cm/tauhn pada stasiun Utara dan 1.3 cm/tahun pada stasiun selatan, pada tahun 2002 laju pertumbuhan liner karang P. lutea sebesar 1.2 cm/tahun pada stasiun Utara dan 1.1 cm/tahun pada stasiun Selatan, pada tahun 2006 laju pertumbuhan karang P. lutea sebesar 1.1 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.9 cm/tahun pada stasiun Selatan, dan pada tahun 2008 laju pertumbuhan karang P. lutea sebesar 1.0 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.7 cm/tahun pada stasiun Selatan. Secara keseluruhan rata-rata laju pertumbuhan linier karang P. lutea lebih tinggi pada stasiun Utara dengan rata-rata kemampuan tumbuh sebesar 1.07 cm/tahun sedangkan stasiun Selatan memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 1.00 cm/tahun, selama 4 (empat) kejadian penurunan kecepatan arus. Daerah terbuka atau menghadap angin (winward) memiliki arus dan gelombang yang tinggi dibandingkan pada stasiun Selatan yang merupakan daerah terlindung (leeward) yang berdampaka pada meningkatnya
-0.3
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012
kecerahan perairan. Kecerahan yang tinggi membantu proses fotosinthesis pada alga simbion (zooxanthallae) karang sehingga, karang dengan mudah mendapatkan makanan yang mendukung pada proses pertumbuhan karang (Mongin Mathieu and Baird Mark 2014). Pergerkan arus dan gelombang yang tinggi dapat membantu membersikan polip karang dari bahan organik maupun anorganik yang dapat menghambat proses pertumbuhan terumbu karang (Muzuka et al. 2010).
Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Kecepatan Arus
Gambar 15 Korelasi laju pertumbuhan P.lutea dengan kecepatan arus (a)stasiun Utara dan (b)stasiun Selatan
Hasil analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan karang P.lutea baik yang berada pada stasiun Utara (Gambar 15a) maupun stasiun Selatan (Gambar 15b) berkolerasi dengan kecepatan arus, dimana R2=0.3455 pada stasiun Utara dan R2=0.2993 pada stasiun Selatan. Kecepatan arus dan laju pertumbuhan linier pada stasiun Utara berkolerasi sebesar 34%, sedangkan pada stasiun Selatan berkolerasi sebesar 29%. Nilai korelasi yang didapatkan pada satsiun Utara maupun stasiun Selatan menggambarkan hubungan yang tidak signifikan dimana variabilitas kecepatan arus tidak memberikan pengaruh pada laju pertumbuhan linier karang P. lutea dimana, karang P. lutea tumbuh dengan kisaran 1.0-1.3 cm/tahun yang masih dalam kategori pertumbuhan normal.
Laju Pertumbuhan Kaitannya dengan Curah Hujan
Curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan masuknya bahan-bahan organik maupun anorganik keperairan. Sedimentasi yang tinggi dapat menyebabkan kecerahan perairan menurun yang dapat mengganggu proses fotosinthesis zooxanthallae. Terumbu karang yang hidup pada perairan dangkal akan mengalami pelambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh menurunnya salinitas akibat dari curah hujan yang tinggi (Erftemeijer et al. 2012).
Gambar 16 Variabilitas curah hujan selama periode tahun 2001-2011 (Sumber: BMKG, Banten)
Data Badan Metereorologo Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Banten menunjukkan curah hujan yang ada di Pulau Tunda yang bervariasi dimana rata-rata curah hujan lebih tinggi terdapat pada tahun 2002, 2003, 2004 dan tahun 2010. Tingginya curah hujan dapat memberikan pengaruh terhadap ekositem laut khususnya ekosistem terumbu karang. Dampak dari curah hujan yang tinggi adalah terhambatnya laju pertumbuhan terumbu karang baik yang disebkan oleh sedimentasi maupun penurunan salinitas. Laju pertumbuhan linier karang P. lutea pada tahun 2002 sebesar 1.2 cm/tahun pada stasiun Utara dan 1.1 cm/tahun pada stasiun Selatan, pada tahun 2003 laju pertumbuhan linier karang
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
dan 0.9 cm/tahun pada stasiun Selatan dan pada tahun 2010 laju pertumbuhan linier karang P. lutea sebesar 0.7 cm/tahun pada stasiun Utara dan 0.6 cm/tahun pada stasiun Selatan. Secara keseluruhan rata-rata laju pertumbuhan linier karang P. lutea pada stasiun Utara lebih tinggi dengan pertumbuhan rata-rata 0.95 cm/tahun dibandingkan pada stasiun Selatan dengan pertumbuhan rata-rata 0.85 cm/tahun dari 4 (empat) kejadian curah hujan yang tinggi dari 11 (sebelas) tahun terakhir (2001-201l).
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea di stasiun Utara lebih tinggi dibandingkan pada stasiun Selatan hal ini diakibatkan Stasiun Utara merupakan daerah terbuka (windward) yang memungkinkan arus dan gelombang yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun Selatan. Stasiun Utara dapat dengan mudah terjadi proses pengadukkan air laut sehingga dengan adanya curah hujan yang tinggi tidak memberikan pengaruh yang besar dalam menghambat laju pertumbuhan karang P. lutea sedangkan stasiun Selatan berada pada daerah terlindung (leeward) dengan arus dan gelombang yang lebih rendah dibandingkan pada stasiun Utara yang menyebabkan proses pengadukan air laut lebih rendah yang berpengaruh pada kondisi kecerahan yang dapat menghambat proses pertumbuhan karang P. lutea.
Korelasi Laju Pertumbuhan Karang dengan Curah Hujan
Gambar 16 Korelasi laju pertumbuhan P.lutea dengan curah hujan (a)stasiun Utara (b)dan stasiun Selatan
Analisis regresi linier menunjukkan laju pertumbuhan karang P. lutea baik yang berada pada stasiun Utara (Gambar 16a) maupun stasiun Selatan (Gambar 16b) berkolerasi sebesar R2= 0.5702 pada stasiun Utara dan R2= 0.2393 pada stasiun Selatan. Curah hujan dan laju pertumbuhan linier pada stasiun Utara berkolerasi sebesar 57%, sedangkan pada stasiun Selatan berkolerasi sebesar 23%. Korelasi curah hujan dan laju pertumbuhan linier karang P. lutea menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Hal ini diakibatkan dari data yang diperoleh mulai dari tahun 2001 sampai pada tahun 2011 keadaan curah hujan masih dapat ditolerir oleh karang, sehinngga karang dapat tumbuh dengan baik.
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Laju pertumbuhan linier karang P. lutea cenderung mengalami pelambatan dari tahun-tahun sebelumnya. Daerah terbuka (windward) yang terdapat pada stasiun Utara maupun daerah terlindung (leeward) yang terdapat pada stasiun Selatan menunjukkan laju pertumbuhan linier yang tidak berbeda nyata. Suhu permukaan laut berbanding terbalik laju pertumbuhan linier karang P. lutea.
Saran
Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui parameter lingkungan berupa bahan organik maupun anorganik yang mempengaruhi laju pertumbuhan linier dan membandingkan pertumbuhan bulanan pada karang P. lutea
DAFTAR PUSTAKA
Alutoin S, Boberg J, Nystro M, and Tedengren M. 2001. Effects of the Multiple Stressors Copper and Reduced Salinity on the Metabolism of the Hermatypic Coral Porites Lutea. Mar. Environ. Res. 52: 289–299.
Al-Rousan Saber, A Rashid N, Al-Shloul, Fuad A, Al-Horani, Ahmad H, Abu-Hilal. 2007. Heavy Metal Contents in Growth Bands of Porites Corals: Record of Anthropogenic and Human Developments from The Jordanian Gulf of Aqaba. Mar. Poll. Bull. 54: 1912–1922.
Arman A, Zamani NP, Watanabe T. 2013. Studi Penentuan Umur dan Laju Pertumbuhan Terumbu Karang terkait dengan Perubahan Iklim Ekstrim Menggunakan Sinar-X. A Sci. J. for The App. of Isot. and Rad.. 9: 1-10. Buddemeier, RWJE Maragos, D.W. Knutson. 1974. Radiographic Studies of Reef
Coral Exoskeletons: Rates and Patterns of Coral Growth. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 14:179-200.
Carricart-Ganivet JP. 2004. Sea Surface Temperature and the Growth of the West Atlantic Reef-Building coral Montastraea annularis. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 302(2):249-260.
Carricart-Ganivet P Juan, Barnes J David. 2007. Densitometry from Digitized Images of X-Radiographs: Methodology For Measurement of Coral Skeletal Density. J. of Exp. Mar. Biol. and Ecol.344: 67–72.
Chen Tianran, Kefu Yu, Chen T. 2013. Sr/Ca–sea Surface Temperature Calibration in the Coral Porites lutea From Subtropical Northern South China Sea. Palaeogeogr, Palaeoclimatol, Palaeoecol.392: 98–104.
Cobb KMCD, Charles H, Cheng, Edwards RL. 2003. El Nino-Southern Oscillation and Tropical Pacific Climate During the Last Millennium. Nature. 424: 271-276.
Crabbe MJC. 2008. Climate Change, Global Warming and CORAL reefs: Modelling the Effects of Temperature. Comput. Biol. Chem. 32(5):311-314.
Fernandeza- Lugo A, Robertsb HH, and Wiseman WJ. 2004. Currents, Water Levels, and Mass Transport Over a Modern Caribbean Coral Reef: Tague Reef, St. Croix, USVI. Cont Shel Resear. 24.
Gomez-Chacon CI, Monreal-David S, and Enzastiga-Mayra LR. 2013. Current Pattern and Coral Larval Dispersion in a Tropical Coral Reef System. Cont Shel Resear. 68: 23–32.
Helmle KP, Kohler KE, Dodge RE. 2012. Relative Optical Densitometry and The Coral X-Radiograph Densitometry System: Coral XDS. Presented Poster (Omitted from Abstract Book, but Included in Program), Int. Soc. Reef Studies European Meeting. Cambridge, England. Sept. 4-7.
Johnson ME, Ramalho RS, Baarli BG, Cachão M, da Silva CM, Mayoral EJ, Santos A. 2014. Miocene–Pliocene Rocky Shores on São Nicolau (Cape Verde Islands): Contrasting Windward and Leeward biofacies on a Volcanically Active Oceanic Island. Palaeogeogr, Palaeoclimatol, Palaeoecol. 395:131-143.
Kenkel CD, G Goodbody Gringley, D Caillaud, SW Davies, E Bartels, M Matz. 2013. Evidence for a Host Role in Thermotolerance Divergence Between Populations of the Mustard Hill Coral (Porites Astreoides) from Different Reef Environments. Mol. Biol. 14: 1-14.
Knutson RW, Buddemeier, Smith SV. 1972. Coral Chronometers: Seasonal Growth Bands in Reef Corals. Science.177: 270-272.
Lough DJ, Barnes DJ. 2000. Environmental Controls on Growth of the Massive Coral Porites. J. of Exp. Mar. Biol. and Ecol.. 245: 225-243.
Mongin Mathieu and Baird Mark. 2014. The Interacting Effects of Photosynthesis, Calcification and Water Circulation on Carbon Chemistry Variability on a Coral Reef flat: Amodelling Study. Eco Model. 284: 19-34.
Muzuka NN Alfred, Dubi M Alfonse, Muhando A Chrisstoper, and Shaghude W Yohanna. 2010. Impact of Hydrographic Parameters And Seasonal Variation In Sediment Fluxes on Coral Status At Chumbe And Bawe Reefs, Zanzibar, Tanzania Estuarine. Coas And Shelf Scien 89: 137-144.
Seemann J, Bolanos- Carballo R, Berry LKathryn, Gonzalez T Cindy, Richter C, and Leinfelder R Reinhold. 2012. Importance of Heterotrophic Adaptations of Corals to Maintain Energy Reserves. Proceedings of the 12th International Coral Reef Symposium, Cairns, Australia, Human impacts on coral reef. A: 19.
Suharsono. 1996. Jenis-Jenis Karang yang Umum di Jumpai di Indonesia. P3O LIPI, Jakarta, Hlm: 116.
Suzuki A H, Kawahata, Shiyomi M, Kawahata H, Koizumi H, Tsuda A, and Awaya Y. 2004. Global Environmental Change in The Ocean and On Land Terrapub Tokyo. (Eds). 229–248.
Visram S and Douglas EA. 2007. Resilience and Acclimation to Bleaching Stressors in the Scleractinian Coral Porites cylindrical. J. of Exp. Mar. Biol. and Ecol. 349: 35–44.
Lampiran 1. Kisaran Kecepatan Arus (Sumber: ERDDAP)
Tahun Kecepatan (m/s) Tahun Kecepatan (m/s)
1992 0.219272 2003 -0.04653
1993 0.023071 2004 -0.01116
1994 -0.01485 2005 0.130204
1995 0.061246 2006 -0.15659
1996 0.117271 2007 -0.02517
1997 -0.23241 2008 -0.08982
1998 0.111879 2009 -0.04735
1999 0.005283 2010 0.0928
2000 0.078158 2011 -0.06633
2001 0.050179 2012 -0.04391
2002 -0.05732
Lampiran 2. Indeks Luminance Stasiun Utara
Distance (cm) Luminance Distance (cm) Luminance
0 76.84615 8 76.16923
0.5 80.8 8.5 79.44615
1 79.70769 9 78.2
1.5 80.03077 9.5 76.81538
2 75.29231 10 76.27692
2.5 76.06154 10.5 74.96923
3 78.23077 11 74.03077
3.5 77.93846 11.5 75.64615
4 74.93846 12 76.72308
4.5 74.90769 12.5 76.43077
5 75.07692 13 77.87692
5.5 75.15385 13.5 77.47692
6 76.09231 14 77.12308
6.5 78.41538 14.5 78.61538
7 76.03077 15 81.03077
Lampiran 3. Indeks Luminance Stasiun Selatan
Distance (cm) Luminance Distance (cm) Luminance
0 72.7541 8 74.11475
0.5 70.90164 8.5 69.44262
1 70.5082 9 68.80328
1.5 70.96721 9.5 69.2459
2 71.86885 10 71.47541
2.5 74.2459 10.5 69.7377
3 76.32787 11 71.68852
3.5 75.08197 11.5 70.83607
4 75.36066 12 70.96721
4.5 72.72131 12.5 70.27869
5 69.62295 13 69.47541
5.5 70.52459 13.5 69.72131
6 70.63934 14 67.90164
6.5 71.2459 14.5 70.86885
7 74.08197 15 71.98361
7.5 76.85246
Lampiran 4. Kisaran Salinitas (Sumber: ERDDAP) Tahun
Salinitas (rata-rata/tahun)
2011 32.464078
2012 32.7128223
2013 32.6367479
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Suhu Permukaan Laut (Sumber: ERDDAP) Tahun Suhu Permukaan Laut
(rata-rata/tahun) Tahun
Suhu Permukaan Laut (rata-rata/tahun)
1981 28.82458 1998 29.57565
1982 28.9859 1999 28.76333
1983 29.3306 2000 29.08472
1984 29.16836 2001 28.79101
1985 28.97571 2002 28.92507
1986 28.79956 2003 29.32865
1987 28.97217 2004 29.54817
1988 29.00981 2005 29.51633
1989 28.94939 2006 29.57637
1990 29.14717 2007 29.2235
1991 28.14673 2008 28.90095
1992 28.83021 2009 29.57425
1993 28.6475 2010 29.61664
1994 28.08565 2011 29.19211
1995 29.04878 2012 29.41433
1996 29.12702 2013 29.57275
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Pengambilan Sampel Sampel Karang
Penyinaran dengan Sinar-X Hasil Penyinaran Sinar-X
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara pada tanggal 5 Desember 1988, anak pertama dari lima bersaudara dari ayah La Hanufi dan ibu Waode Suriani.
Pendidikan Penulis diawali dengan bersekolah di SDN 1 Lasehao pada tahun 1995-2000. Pada tahun 2000-2004 penulis menempuh pendidikan lanjutan pertama di SMPN 1 Kabawo, dan pada tahun 2004-2007 dilanjutkan di SMAN 1 Kabawo-Sulawesi Tenggara. Penulis di terima di Universitas Halu Oleo melalui jalur SBMPTN pada tahun 2008 dan memilih program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan tamat pada tahun 2012. Selama di UHO, di bidang organisasi penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (HMPS-MSP) periode 2009-2012. Penulis juga terlibat dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam bidang Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2009 dan 2010, penulis juga aktif pada LSM Yayasan Bina Laut Indonesia sejak tahun 2012-2013 sebagai koordinator bidang pelatihan penyelaman. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Kelautan. Untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Sains pada
Sekolah Pascasarjana IPB penulis melakukan penelitian mengenai ‘Laju