PENGARUHPOLAASUH
TERI-IADAP I<EPERCA YAAN DIRI ANAK
Oleh
i
RfNI KURNIASIH
NI· : 198070014527
I
!
FAKtLTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLA11 NEGERI SY ARIF I-IIDA Y ATULLAI I
I
JAKARTA
f
425 HI 2004 !VI
' '
SKRIPSI
Diajukan :<cpada ィセォオャエ。ウ@ Psikologi Untuk Mcmenuhi Svarat- SyarnL Mcncapai Uclar Sarjana l'sikologi
F'ernbimbing I
Olch
RINI KURNIASIH
1981914527
Di bawah Bimbingan
dゥLセ@
Pembimbing II
Ora. Afidah Mas'ud
Fakultas Psikologi
uイZゥセ Q・イウゥエ。ウ@
Islam f;iegerl Syarif
Hidayatullali
Jakarta
Skripsi yang berjudul "PENGARllH POLA ASllH TERHADAP
KEPERCA Y AAN DIRI", tclah diujikan dalam Sidang Skripsi Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pacia tanggal 11 Februari 2004. Skripsi ini telah
diterima scbagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I
(SI) pada Fakultas Psikologi.
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Dra. Hj. Netty Hartati, M.Psi NIP. 150 021 5938
Drs. Choliluddin. AS MA
Penguji I
ッセウ[@
Pembimbing ISidang Skripsi
Anggota
Jakarta, 11 Februari 2004
Pembantu Dekan/
ngkap Anggota
/
Dra. H. Zahn
NIP
Dr·. Fadhilah Surala a M.Si Penguji II
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadi1<1n .\llah
SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran scrta kesehatan lahir dan ba1in kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Penulis 1nenyadari akan ketcrbatasan pengetahuan. pengala111a11 dan
kemampuan yang dimiliki, tetapi berkat dorongan, bi111bingan, nasehat 'erta b.intu"" dari berbagai pihak, maka penulis dapal 111enyeleoaikan skripsi ini walaupun drngan basil yang jauh dari sempurna. Beribu terima kasih penulis, ticlak akan bisa 111e111halas semua pihak yang telah membantu memberikan clorongan kepacla pcnulis hallla du'a dan terima kasih yang menclalam penulis sampaikan kepada:
Bapak clan [mak tcrsayang. Ayahanda M,IVlnchyi clan B111•da R11s111i11i yang selalu clan tiada pernah putus memberikan clorong(ln moral dan matcnl 'L'll,1 yang tiada bosen memberikan do'a dan 111erestui setiap langkah 1111 vanµ ,elalu
memendam duka disaat penulis berbuat salah, yang selalu sabar dis.iat ョQエᄋョセNゥャNQQQQQ@ kekurangan dan yang selalu mengingatkan cliri ini kepada Tuhan. l'capan
terimakasih ticlak akan cukup untuk membalas se111ua ... hanya clo'a カ。QQセ@ b"" pc-11111" panjatkan agar mereka sehat selalu ..
Keluarga besar Ayahanda R. Tatang Kosasih (Alm) dan lhunda Karlini,
yang msya Allah jika di Atas merestui menjadi ayah clan ibu mertuaku Trn111a b'ih
Bunda dan Almarhum di sana.
Semua kakakku tersayang keluarga Besar M. Muchyi '""'" ,clalu
membantu n1e1nberikan dorongan n1oral kepada penulis dengan sayang yang t1ada
putus . Yanto + Edi, Teruntuk Mar .. yang selalu bikin ketawa kalo lagi Ill. \ancc
selalu nen1enin tidur gara-gara takut color ljo. l1l1ah .. yang udah nggak h;i\'.t.:I lQセゥ@
Uji. yang selalu banyak ngedorong clalam hal materi. Dan semua k;1kak 1p<11k11 "always be happy".
Kakak tersayangku R.Teten Kurniadi yang diseti:q1 ,a,11 "·i,ilu
memberikan yang terbaik buat penulis, yang selalu sabar n1enunggu
kuliah .. yang selalu sabar dijadikan pelampiasan amarah jika penul" ,1, ,·" d.1n yang selama 2 tahun lebih mewarnai hari-hari indah penulis.
sayangnya ... Happy Birthday and always miss U ( "siapapun ー」ョ、[QQQQQQQQQセQQQQQ@
jadilah pemimpin +Imam yang baik buat masa depanmu .. _ 111"). I 0- ;. 2002 ... sweet memory kita ... are you remember "111
Kura-kura kecilku yang cantik-cantik. Dinda, Dita, Diva, QQ, Lala, lrha.
Ram, Eko, Cahyo, Fajar, Bayu ... yang selalu buat. hati ini terscn)·um 1i<llam menyelesaikan tugas beral ini karcna kclucuan kalian, clan kcponkanku yang lucu
Vika, Iki ,Aldi ,Ines ,Ad it ... moga-moga jacli anak yang pinter clan snlch
Temen-temen SMU ku nun jauh disana, yang selalu nyempctin nclpon buat nanya kabar penulis dan selalu nanya kabar kuliahnya, terutama Lia ;111d Gank
memberikan saran, petunjuk dan meluangkan waktu dalam membimbing penul1s. agar penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Bapak Ors. Choliluddin, AS,MA, Penguji I penulis, yang dengan murah hati
memberikan masukan terbaik kepada penulis, selama menguji
!bu Hj. Ora. Netty llartati, M.si, selaku Dckan Fakultas Psiklllogi Ull\
Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus Pembimbing Akaclemik yang tclah memberikan bimbingan berkaitan dengan Akademik, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
Bapak dan lbu Guru serta Siswa-siswi Madrasah lbtidayah Pembangunan
Ciputat yang telah bersedia dan meluangkan waktu untuk membantu menjadi responden dalam penelitian ini.
Pcnulis
( D ) RINI KURNIASIH
( A) FAKUL T AS PSIKOLOGI
( B ) JURUSAN PSIKOLOGI
( C ) FEBRUARI 2004
( E) PENGARUH POLA ASUH TERHADAP KJ:IPERCAY AAN DIRI ANAK ( F ) VII
+
84Halaman( G ) Pola asuh orang tua adalah cara bagaimana orang tua mengasuh anaknya, dalam arti memenuhi kebutuhan fisik dan psikis, dimana cara tersebut akan mempengarnhi perkembangan kepribadian anak.
Elder (1963) membagi pola asuh menjadi 3 yaitu pola 。セijィ、・ュッォイ。エゥウLー・イュゥウウゥヲ、。ョ@
dengan kepercayaan diri". Dan "apakah ada perbedaan kepercayaan diri anak dilihat dari tipe pola asuh yang berbeda". Selain itu, penelitian ini juga ingin menjawab "apakah ada perbedaan kepercayaan diri antara siswa lalci-laki dan siswa perempuan". Skala pola asuh yang digunakan peneliti adalah skala pola asuh dari Baumrind yang sudah diadaptasi oleh Natris lndriani (2002) Dan skala percaya diri yang terdiri dari 42 pernyataan, dengan koefisien Alpha Cronbaeh sebesar 0,8779.
Subjek penelitian ini adalah siswa siswi Madrasah Ibtidayah Pembangunan Sampel ditarik dengan teknik Random Sampling. Penelitian ini dilakukan Pada tanggal 30 desember 2003 terhadap responden siswa siswa MIP Ciputat. Hasil penelitian menunjukkan (I) Pola asuh berkorelasi positif dengan kepercayan diri anak. (2) Tidak ada perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. (3) Terdapat perbedaan kepercayaan diri pada individu dengan tipe pola asuh demokratis ,pe1missif dan otoriter.
DAFTAR ISi
HALAMANJUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ...•...•... ii
KATA PENGANTAR •...•..•...•...•...•...•...•...•..•..•...•... viii
ABSTRAK ...•...•...• x
DAFT AR ISi •...•...•...•...•...•...•...•...•....•..•.. xii
DAFTAR TABEL ....•...•...•...•...•.. xv
.x BAB I PENDAHULUAN .•..•...•..•...•..••...•...•...•...•..•...•...•. 1
\)< '- A. Latar Belakang Masalah ... I ' B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .... ':' ... 8
セ@ 1. Pembatasan Masalah ... 8
2. Perumusan Masalah ... 9
V 3. TU.Jyan dan Manfaat Penelitian ... 9
C. Sistematika Pemilisan ... I 0 D. Teknik Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI .•...•...•..•...•...•...•...•...•.... 12
A. Pola Asuh ... 12
, I. Pengertian Pola A/h ... 12
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh ... 21
I • B. Kepercayaan Diri ... 23
1!. Pengertian Kepercayaan Diri ... 23
2. Karakteristik Kepercayaan Diri ... 29
13. Perkembangan Kepercayaan Diri ... .35
""\
,.
.
( 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 39L
5. Masalah Tidak Percaya Diri Pada Anak-Anak ... .401 6. Pengaruh Kondisi Keluarga Terhadap Proses Pembentukan Rasa Percaya Diri ... 4 3
'E
Masa Kanak-Kanak Akhir ... .460 D. Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Kepercayaan Diri Anak ... 49
E. Hipotesis Penelitian ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53'
A. Subjek Penelitian ... .53
B.
セゥ@
Dan Definisi Operasional Variabel ... 54C. Teknik Pengumpulan Data ... 56
I. Skala Pola Asuh Orang Tua ... 56
2. Skala Kepercayaan Diri ... 57
D. Teknik Analisis Data ... 59
E. Prosedur Penelitian ... 62
3. Tahap Pengolahan Data ... 65
4. Tahap Pembahasan ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN .•...•....•...•..•...•..•..•...•..•...•.. 66
A. Gambaran Umum Responden ... 66
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72
C. Analisis Dan Interpretasi Hasil Penelitian ... 76
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN •....••.•...•..•...••...•..•..•...•...•. 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Diskusi ... 81
C. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Skoring Skala Kepercayaan Diri
Penyebaran Butir ltem Kepercayaan Diri
Distribusi Item Skala Percaya Diri Setelah Uji Caba
Tabel 3 .4 Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri
Tabel 4. 1 Usia Responden
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Subjek
Tabel 4.3 Kelas Subjek
Tabel 4.4 Kegiatan Intra atau Ekstra Subjek
Tabel 4.5 Aktivitas Di luar Rumah
Tabel 4.6 Pendidikan Ayah Subjek
Tabel 4. 7 Pendidikan !bu Subjek
Tabel 4.8 Pekerjaan Ayah Subjek
Tabel 4. 9 Pekerjaan !bu Subjek
Tabel 4.10 Hasil Skar Pola Asuh
Tabel 4.1 I Hasil Skar Kepercayaan Diri
Tabel 4.12 Tipe Pola Asuh dan Derajat Kepercayaan Diri
Tabel 4.13 Kepercayaan Diri Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan
Tabel 4.14 Hasil Korelasi Pola Asuh dan Kepercayaan Diri
Tabel 4. 15 Frekuensi Observasi Pola Asuh dan Kepercayaan Diri
Tabel 4. 16 Frekuetisi Ekspektasi Pola Asuh dan Kepercayaan Diri
[image:14.524.22.427.107.710.2] [image:14.524.24.427.112.718.2]PENDAHULUAN
A.
LATARBELAKANGMASALAH
Dalam pengamatan terhadap orang-orang diseputar Anda, mungkin pemah
Anda temui orang-orang yang pandai di sekolah, tetapi apa yang diraihnya saat ini
tidak sepadan dengan prestasinya ketika sekolah. Sebaliknya, ada pula orang-orang
yang sukses dalam masyarakat, tetapi <lulu prestasinya di sekolah tergolong
sedang-sedang saja.
Meraih sukses memang tidak harus didahului oleh prestasi yang hebat di
sekolah atau bakat yang menonjol disuatu bidang. Kedua ha! itu memang penting,
tetapi yang tidak boleh diabaikan adalah bagaimana anak mengenali kemampuannya,
kemauannya dan tahu bagaimana cara mencapainya. Itu semua merupakan proses
yang jauh lebih rumit dibanding usaha meraih prestasi sekolah yang
setinggi-tingginya.
Sukses seringkali berkaitan dengan mampu tidaknya seseorang mengatasi
hambatan yang berasal dari lingkungan maupun diri sendiri. Situasi kurang percaya
diri sering menjadi hambatan bagi seorang anak yang sebenarnya mampu, tetapi tidak
berhasil menu11jukkan kemampuannya secara optimal.1
Kesuksesan didalam bidang apapun memang tidak akan mungkin dicapai oleh scorang anak, jika ia tidak mcmiliki rasa percaya diri yang cukup. Sayan1,'llya ,
tidak setiap orang dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan mudah .
Menurul Thursan Hakim (2002) , sebagian besar anak justru mengalami
gejala-gejala tidak percaya diri dengan berbagai macam intensitasnya. Terkadang,
seorang anak hanya mengalami gejala tidak percaya diri yang terbatas pada waktu
dan situasi tertentu.
Gejala tidak percaya diri ini umumnya dianggap sebagai gangguan ringan
karena tidak menimbulkan masalah besar. Disadari atau tidak, sebagian besar anak
ternyata mengalami gejala tidak percaya diri seperti ini. Selain itu, adapula anak-anak
yang mengalami gejala tidak percaya diri yang berat. Gejala tersebut selalu menjadi
hambatan besar didalarn menjalankan hidupnya sehari-hari. Bahkan tidak sedikit anak
yang didalam sikap hidup sehari-harinya menunjukkan gejala bahwa dia mengalami
gejala tidak percaya diri yang berat. 2
Percaya diri rnenurut Elly Risman (2001), adalah merasa nyaman tentang
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain terhadap diri sendiri, konsekuensinya
saat orang menyebut istilah tidak PeDe adalah apabila ia tidak nyaman tentang diri
•.. 3
senam.
2
Thursan Hakim, Menga/asi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta : Puspa Swara ,2002), h. l
3
Percaya diri merupakan modal dasar bagi pengembangan aktualisasi dirif
Menurut Maslow , " orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri
mereka, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atau
kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banyak memikirkannya.
Meskipun individu-individu yang sangat sehat ini, memiliki kelemahan-kelemahan
atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau bersalah terhadap hal-hal
tersebut. Mereka menerima kodrat mereka sebagaimana adanya.5
Seorang anak yang percaya kepada dirinya dapat mengatasi segala faktor
dan situasi frustasi, bahkan mungkin frustasi-frustasi ringan tidak akan terasa sama
sekali.Tapi sebaliknya anak yang kurang percaya diri akan sangat peka terhadap
bennacam-macam situasi yang mcnekan, setiap tckanan akan dirasakan sebagai
ancaman terhadap dirinya, ia akan merasa marah dan tindakan-tindakannya akan
dipengaruhi oleh tanggapannya terhadap situasi.6 Seluruh perilaku anak yang salah
dan menyimpang bersumber dari hilangnya rasa percaya diri, dan rasa takut untuk
berbuat, karena tidak pernah mendapatkan dorongan keberanian berbuat, atau merasa
tidak bisa berbuat cukup baik.7
Menurut pakar pendidikan DR. Arif Rahtnan (1999) bahwa " Rasa percaya
diri merupakan salah satu sifat atau watak dari sepuluh jenis watak yang perlu
ditumbullican pada seorang anak untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup ".
4
E. Koswma, Teori-Teori Kepribadia11, (Bandung: PT Eresco ,1991), h. 126
'Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991), h.10
1
' Zakiah Daradjat, Keseha1a11 Me/Ila/, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1996) ,h.25
7
Maurice Balson, JJagaimana Me11jadi Orang Tua Yang Baik, (Jakarta: Bumi Aksara,
Kesembilan watak laim1ya adalah fleksibel, terbuka , tegas berencana, memiliki
toleransi, disiplin, berani mengambil resiko, memiliki orientasi dan bertakwa. 8
Di dalam Islam sangat dianjurkan sekali kepada umatnya agar memiliki
kepercayaan diri kepada dirinya sendiri. Rasa percaya diri dalam konsep Islam adalah
rasa percaya diri yang dibangun atas dasar keimanan kepada Allah SWT , sebab
keimanan kepada Allah SWT mengakibatkan seseorang tersebut tidak akan merasa
takut dan ragu-ragu dalam menjalani hidup ini. Ia akan selalu optimis, tenang dan
berani.
Perkembangan pembentukan kepribadian anak tidaklah terjadi begitu saja,
melainkan merupakan perpaduan atau interaksi antara faktor-faktor konstitusi biologi,
psikoedukatit; psikososial, dan spiritual . Peran orang tua amat penting pada faktor
. . 9
1111.
Keluarga adalah buaian tempat anak melihat eahaya kehidupan pertama.
Pengalaman dalam keluarga meninggalkan bekas mendalam pada watak , fikiran ,
sikap, dan perilaku anak. Lingkungan keluarga memiliki peran yang sangat besar
didalam mempengaruhi anak-anaknya. Begitu besar pengaruh 9rang tua terhadap
anak-anaknya sehingga mampu membentuk arah keyakinan anak-anak mereka.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
•Arif Rahman," Tanamkan Watak Anak Sejak Dalarn Kandungan", Republika, (Jakarta), 29 agustus 1999, h. 25
9
Dadang Hawari, Al- Q11ra11 !/mu Keduktera11 .Jiwa dan Kesehata11 .Jiwa, (Yogyakarta : PT
" Dari Abu Hurairah ra. Rosulullah SAW, bersabda : " Tidaklah anak yang baru lahir melainkan ia dilahirkan atas fitrah (Islam). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanmereka Y ahudi, Nasrani, dan Majusi ".10
Iv1embantu anak agar memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri menjadi tugas dan kewajiban orang tua. Kegagalan anak memperoleh kemajuan yang memuaskan dirinya dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, sekolahnya, pergaulan dengan sesama teman dan dengan tetangganya mencerminkan rasa takut berbuat sesuatu. Keadaan demikian terjadi karena ia kurang atau tidak pemah mendapatkan dorongan semangat disamping tiadanya suasan saling membantu dalam kehidupan keluarganya.11
Membangun rasa percaya diri adalah suatu proses yang berjalan lambat Kesabaran dan ketabahan adalah sifat penting yang harus dimiliki setiap orang tua, guru, pembimbing dan semua orang dewasa lain yang ingin membantu membangun rasa percaya diri anak-anak yang mereka asuh. Rupanva ada dorongan keinginan di dalam diri anak-anak untuk dicintai, dihargai, dihonnati, dan juga untuk mencintai, menghargai dan menghormati sebagai imbangannya.12
Menurut Elly Risman (2001), langkah awal untuk membentuk percaya diri adalah respek. Ia mengingatkan sebuah hadis Rasulullah Muhammad SAW, " Hormatilah anakmu, hargailah anakmu. " Bahasa respek adalah bahasa baik dan
\0 !bid ' h. 5
"Patricia H. Berne dan Louis M. Savary, !vfemba11g1111 Harga Diri Anak, Yogyakarta:
(Penerbit Kanisius 1988) h.15
bicara secara baik-baik ini, harus dirasakan dan harus ditunjukkan dengan perbuatan. Dengan begitu anak akan merasa dihargai dan tumbuh percaya dirinya. Timbulnya kepercayaan diri anak didorong dari lingkuni,,'lm atau motivasi ekstemal yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian intensif, dan didorong dalam diri anak itu sendiri atau motivasi internal untuk menghasilkan sesuatu.13
Diantara berbagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri, salah satu diantaranya adalah sikap orang tua. Sikap orang tua ini berkaitan erat dengan cara orang tua mengasuh atau mendidik anaknya. Menurut Hurlock terdapat tiga macam cara orang tua mengasuh yang terkenal dengan pola asuh, yaitu: (1) Pola
asuh otoriter, (2) Pola asuh ー・イュゥウウゥャセ@ (3) Pola asuh demokratis.
Setiap pola asuh akan selalu berdampak pada mnnculnya perilaku, dan perilaku akan sangat menentukan keberhasilan dari individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, pola asuh telah memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan seorang anak.
Orang-orang yang selalu mampu tampil percaya diri biasanya adalah mereka yang mempunyai latar belakang kehidupan keluarga yang baik sejak masa kecil . Paling sedikit kehidupan keluarganya di masa lalu telah menempa pribadinya menjadi percaya diri.
Oleh karena itu, jika seseorang mengalami kelemahan pribadi dalam bentuk tidak percaya diri, lebih <lulu perlu dilakukan peninjauan tentang masa lalunya, terutama yang menyangkut kehidupan masa kecil di dalam keluarga.
13
Mengingat begitu kuatnya pengaruh pola asuh orang tua terhadap
perkembangan mental seseorang, masalah tidak percaya diri sudah bisa terjadi sejak
masa kanak-kanak. Jika tidak ditangani sedini mungkin, maka akan menjadi semakin
parah dan menghambat tahap perkembangan berikutnya, baik pada masa remaja,
dewasa maupun orang tua. Gejala tidak percaya diri pada anak bisa dilihat didalam
berbagai situasi, misalnya saat ini masih banyak anak yang tidak berani tampil di
depan kelas. Ketidakberanian anak untuk ampil di depan kelas merupakan salah satu
bentuk gejala adanya rasa tidak percaya diri. Misalnya anak menolak setiap kali guru
memerintah untuk bernyanyi, mengerjakan soal atau membaca.Gejala rasa tidak
percaya diri di atas merupakan akibat dari anak kurang dididik untuk berani
mengekspresikan isi hatinya. Selain itu, anak juga kurang dibiasakan untuk
beradaptasi dengan berbagai situasi yang muncul dari lingkungan baru, seperti
interaksi dengan banyak orang atau dengan tamu orang tuanya yang mengajak bicara.
Gejala tidak percaya diri lainnya yang dialami anak usia sekolah yaitu seperti takut
menghadapi guru, anak tidak berani bertanya-tanya atau menyatakan pendapatnya,
anak tidak berani bersekolah sendiri, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan di atas dan dikaitkan dengan kenyataan yang ada
bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yang berdampak kepada
lrnpercayaan diri anak, maka penulis merasa tertarik untu,\ melakukan suatu
penelitian dan menuliskannya dalam skripsi yang berjudul : " J>ENGARUH POLA
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Karena begitu luas dan kompleksnya permasalahan dalam skripsi ini, maka
penulis membatasi pennasalahan sebagai berikut :
a. Pola asuh orang tua yang dimaksud disini adalah bentuk atau cara mengasuh,
mendidik atau membimbing anak yang dilakukan oleh kedua orang tua. Pola
asuh yang dimaksud adalah pola asuh otoriter, demokratis dan permissif. Dalam
ha! : disiplin sekolah, interaksi sosial, hukuman dan ganjaran, serta komunikasi
antara orang tua dan anak.
b. Subjek yang akan diteliti adalah Siswa-siswi Madrasah Ibtidayah Pembangunan
Ciputat
e. Pengaruh po la asuh orang tua terhadap kepercayaan diri anak, dilihat dari ada atau
tidaknya perbedaan kepercayaan diri anak berdasarkan pada pola asuh orang
tuanya.
d. Kepercayaan diri adalah keyakinan individu akan kemampuan sendiri untuk
melakukan berbagai aktivitas hidup, berani menghadapi tantangan, dan
mengarahkan diri pada kesuksesan. Dalam ha! ini berkaitan dengan cinta diri,
pemahaman diri, pemikiran yang positif, komunikasi yang baik, ketegasan,
2. Perumusan Masalah
a. Apakah ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan
kepcrcayaan diri anak.
b. Apakah ada perbedaan kepercayaan diri antara siswa dan siswi MI
Pembangunan Ciputat.
c. Apakah ada perbedaan kepercayaan diri siswa dilihat dari tipe pola asuh
yang berbeda ( demokrasi, otoriter, permissit).
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
I. Tujuan Peneliti:rn
Tqjuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan
tentang percaya diri dan pola asuh serta untuk memperoleh gambaran tentang
tingkat kepercayaan diri siswa dan siswi Madrasah Ibtidayah Pembangunan
Ciputat diti11jau dari pola asuh otoriter, permissif, dan demokrasi..
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan literatur
mengenai kepercayaan diri dan pola asuh pada anak bagi hasanah ilmu
pengetahuan secara umum dan bagi psikologi khususnya . penulis juga
berharap dapat berperan serta menyumbangkan pikiran dan tenaga kepada
masyarakat, para orang tua dan pendidik. Terutama untuk para orang tua
sehingga dapat memillh dan mempertimbangkan pola pengasuhan yang tepat
dapat memberikan dan menambah wawasan bagi masyarakat umum khususnya
orang tua sebagai informasi yang berguna dalam memperhatikan
perkembangan anak-anaknya, agar anaknya tumbuh menjadi sosok yang
memiliki kepribadian yang baik.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun penulisan skripsi ini berpedoman kepada UJN dengan mengikuti
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan , meliputi Latar Belakang Permasalahan , Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian , termasuk dalamnya
Sisematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori, membahas mengenai beberapa konsep yang menjadi dasar
teoritis dari penelitian ini . Pada bab ini akan diuraikan tentang Pola Asuh;
Definisi Pola Asuh, Aspek-Aspek dalam Pola Asuh, Jenis-Jenis Pola Asuh,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Asuh. Kepercayaan Diri;
Pengertian Kepercayaan Diri, Karakteristik Kepercayaan Diri,
Perkembangan Kepercayaan Diri, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kcpercayaan Diri, Masalah-Masalah Tidak Percaya Diri pada Anak, dan
Pengaruh Kondisi Keluarga Terhadap Proses Pembentukan Rasa Percaya
Diri. Pengaruh Pola Asuh terhadap Kepercayaan Diri. Anak, dan selanjutnya
Bab III Metodologi Penelitian, menguraikan tentang Metode dan Prosedur
Penelitian yang meliputi, Subjek Penelitian, Definisi dan Identifikasi
Variabel Penelitian, Instrumen Pengurnpulan Data, Metode Analisa Data,
dan Prosedur Penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian, akan mendeskripsikan hasil penelitian mengenai, Subjek
Penelitian, serta Interpretasi dan Hasil Penelitian.
Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran , akan mengemukakan kesimpulan
dari
hasil penelitian dan saran-saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian
lanjutan.
E. TEKNIK PENULISAN
Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman Penulisan Skripsi
Universitas Islam Negeri Jakarta. Skripsi ini disusun dengan menggunakan metode
statistik deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan literatur-literatur yang representatif
dengan bahan yang akan dikaji, dan mengumpulkan data-data lapangan, dan diolah
dengan menggunakan metode statistik, untuk kemudian dianalisis dan dijabarkan
KAJIAN TEORI
A POLA ASUU ORANG TUA
1. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh di dalam keluarga adalah kegiatan orang tua untuk mengasuh, mendidik atau membimbing anak baik fisik maupun mentalnya, sejak anak berusia 0 tahun sampai ia mampu berdiri sendiri. 1
Pola asuh di dalam keluarga dapat pula diartikan sebagai perilaku atau sikap orang tua ketika bergaul atau berkornunikasi dengan anaknya, karena secara sadar atau tidak, ketika orang tua berkomunikasi dengan anaknya dalam kehidupan sehari-hari mereka berbuat sesuai sikap atau perilakunya sendiri, keras, !em but atau bij aksana. 2
.Jadi, pola asuh dalam keluarga adalah bentuk atau cara mengasuh, mendidik atau membimbing anak yang dilakukan oleh pasangan suami isteri (orang tua) dalam suatu kelompok dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri pada kepentingan dan tujuan kelompok tersebut pada kepentingan dan tujuan kelompok tersebut.
Ketika seorang anak pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah
'Elizabeth B. Hurlock, Personality Development, (New Delhi : Tata Mc Graw Hill., 1974) H.428
2Muhammad Nur
Abdul Hafizh, Medidik Anak Bersama Rosuilllloh SAW. ( Bandung :
gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya ia harus bisa melangkah dalam hidupnya
di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih yang menerima segala bentuk apa
saja yang datang mempengaruhinya. Maka seorang anak dibentuk oleh setiap
pengaruh yang datang dalam dirinya. Imam Al- Ghazali berkata : " Anak adalah
amanat bagi orang tuanya, hatinya yang bersih, suci dan polos. Kosong dengan
segala ukiran dan gambaran. Anak yang selalu menerima segala yang diukirnya, dan
yang cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya."3
Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan
ruscaya akan seperti itulah anak terbentuk. Sehingga kedua orang tuanya akan
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seorang anak akan menjadi orang yang
terdidik. Namun apabila si anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan
ditelantarkan bagaikan binatang liar, sengsara dan celakalah dia. Dosanya akan
ditanggung langsung oleh kedua orang tuanya sebagai penanggungjawab amanat dari
Allah SWT.
Abdul 'Ala berkata dalam syairnya : "Akan tumbuh berkembang seorang
anak sebagaimana perlakuan dan pembiasaan orang tuanya terhadapnya, anak tidak
akan mungkin menjadi hina dan tercela dengan tiba-tiba, tetapi orang yang
terdekatlah yang akan menjadikannya hina dan tercela."
Apabila kita memahami betapa besar pengaruh lingkungan rumah bagi
kehidupan anak, maka kedua orang tuanya yang melakukan kewajiban penuh dalam
mempersiapkan anak dan melindunginya dari kehinaan serta mengarahkannya agar tumbuh di dalam jiwanya ruh, agama, dan kemuliaan.
Perkembangan dan pembentukkan kepribadian anak tidaklah terjadi dengan begitu saja, melainkan merupakan perpaduan ( interaksi ) antara faktor-faktor konstitusi biologi, psikoedukatif, dan spiritual. Peran orang tua amat penting pada faktor ini.
Anak akan tumbuh berkembang dengan baik dan memiliki kepribadian yang matang apabila ia diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia. Kepribadian menurut paham kesehatan jiwa adalah: "Segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun di dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri lerhadap scgala rangsangan, baik yang timbul dari lingkungannya (dunia luar), maupun yang datang dari dalam dirinya (dunia dalam) sebagai eorak dan kebiasaan itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas untuk individu itu .4
Keluarga merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat langgeng berdasarkan hubungan pernikahan dan hubungan darah. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak, lingkungan pertama yang memberi penampungan baginya, tempat anak akan memperoleh rasa aman.
Definisi lain tentang pola asuh adalah cara orang tua mengasuh, menjaga, membimbing anak yang dilakukan oleh kedua orang tua supaya anak tersebut dapat berdiri sendiri.
4
Pola asuh yang dimaksud dalam penelitian ini diartikan sebagai perlakuan orang tua baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada anak-anaknya.Dalam memperlakukan anaknya yang tampak dalam kata-kata misalnya, dalam berkomunikasi dengan anaknya menggunakan bahasa yang halus, tidak dengan nada keras dan kalimat yang bijaksana, ataupun memperlakukan anak dalam tindakan kehidupan sehari-hari misalnya dalam mengajari anak, memberikan hukuman yang bersifat mendidik dan tidak bersikap kasar. Sikap dan perilaku ini diwujudkan melalui hubungan orang tua dan anak berkenaan dengan tugasnya sebagai orang tua.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pola pengasuhan orang tua adalah cara bagaimana orang tua mcngasuh anaknya, dalam arti memenuhi kebutuhan fisik, dan psikis, dimana earn tersebut akan mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
2. Aspek-Aspek dalam Pola Asuh
Di dalam pengasuhan anak, tercakup berbagai aspek yang terdapat pada hubungan orang tua dan anak. Menurut Mussen ( 1984 ) ada 4 aspek dalam pengasuhan anak yaitu :
a. Aspek Kontrol
b. Aspek Tuntutan
Ditampilkannya tingkah Jaku yang matang (maturity demands) meliputi
tuntutan atau penekanan pada anak agar dapat menampilkan dengan
sebaik-baiknya kemampuan dalam bidang sosial, intelektual, serta emosional. Orang tua
juga menuntut kemandirian anak, termasuk dalam embuat keputusan.
c. Aspek Kejelasan
Komunikasi antara orang tua dan anak (clarify of parent child
communication) orang tua memberikan penjelasan dan menanyakan pendapat anak
'
"
dalam membuat aturan-aturan bagi si anak. Orang tua juga berusaha untuk
memahami pendapat atau perasaan anak mengenai penjelasan yang dilakukan.
d. Aspek Pemeliharaan
Aspek pemeliharaan terhadap anak ( parental nurturance ) termasuk
keterlibatan orang tua dalam pengasuhan, pengungkapan rasa kasih sayang, rasa
bangga dan senang, kehangatan serta pengertian terhadap anak. Selain itu termasuk
pula mengembangkan fisik serta emosi anak. Hal tersebut dilakukan melalui
perbuatan dan sikap. 5
3. Jenis-Jenis Pola Asuh
Pola asuh lebih menekankan keterlibatan orang tua dan anak dalam
mengambil keputusan untuk segala ha! yang berhubungan dengan tingkah Iaku anak.
5 Elizabeth 13. Hurlock,
Dalam penelitian tentang " parental power legitimation and its effect on the
adolescent", Elder ( 1963 ) membagi tiga bentuk pola asuh, yaitu:
a. Otoriter (authocratic)
Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan dengan cara otoriter tidak
mengijinkan mereka untuk mengemukakan pendapatnya, ataupun mengatur tingkah
laku mereka sendiri.
b. Demokratis ( demokratic)
Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan dengan cara demokratis
merangsang anak mereka untuk lebih banyak berpartisipasi dengan cara
mendiskusikan segala keputusan yang akan diterapkan walaupun keputusan akhir
tetap berada ditangan orang lua.
c. Pennissif (permissive)
Pada jenis pola pengasuhan ini, pengaruh anak melebihi besarnya
Ketiga bentuk pola pengasuhan yang telah dikemukakan oleh Elder tersebut, di dalam menyatakan kehidupan sehari-hari muncul dalam derajat yang berbeda-beda. Jika kita membuat sualu kontinum, maka akan tampak adanya gradasi mulai dari Jominasi yang sepenuhnya dari orang tua hingga dominasi yang sepenuhnya dari anak. 6
Pola asuh otoriter ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak dibatasi, orang tua memaksa anak untuk berperilaku seperti yang diinginkannya. Bila aturan-aturan ini dilanggar anak, orang tua akan menghukumnya, biasanya dengan hukuman fisik. Tapi bila anak patuh, orang tua tidak memberikan hadiah karena dianggap sudah sewajarnya.
Pola asuh demokralis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya. Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak.
Pola asuh permissif ditandai dengan adanya sikap orang tua yang memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Orang tua tidak membori aturan dan arahan pada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak tanpa pertimbangan orang tua.
6
Agustina Yuanita Prananto, "Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Lokus Kontrol ", Skripsi,
Menurut Yulia Singgih (2000) teknik-teknik pola asuh meliputi penalaran
(reasoning), penjelasan (expalanation), larangan dengan kasih sayang (affection withdraw!).
0
Berikut beberapa cara menanamkan pola asuh :
a. Pendidikan yang konsisten
b. Cara otoriter : orang tua menentukan aturan dan batasan mutlak yang harus
ditaati.
c. Cara permissif: anak mencari sendiri batasan perilaku baik dan yang tidak baik
d. Cara demokratis :
l ). Kebebasan anak tidak mutlak
2). Menghargai dengan penuh pengertian
3 ). Keterangan yang rasional terhadap yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan7
Pola as uh menurut Baum rind ( 1971) ada 3 : yaitu po la asuh otoriter yang
bercirikan tegas, suka menghukum, dan tidak simpatik. Anak-anak dipaksa untuk
patuh terhadap nilai-nilai yang dianut orang tua dan cenderung mengekang keinginan
anak, akibatnya anak suka menentang, ragu, mudah gugup, dan tidak simpatik. Pola
asuh permissif, memberi kebebasan sebanyak mungkin, anak tidak dituntut tanggung
jawab, dan tidak diperdulikan akibatnya anak kurang percaya diri, emosi tidak Jabil,
7
Yulia Singgih D. Gunarsa, Asas Asas Psikologi, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2000 ),
dan kurang bersahabat. Pola asuh demokratis bercirikan anak dilatih untuk
bertanggung jawab , menentukan perilaku sendiri agar kelak mandiri dan mencapai
kedewasaannya, akibatnya anak mempunyai percaya diri yang kuat, emosi anak Jabil,
penuh persahabatan, dan bijaksana dalam bertindak.8
Sofyan Wilis (1993), membagi sikap orang tua dalam cara mengasuh anak
menjadi 3 yaitu :
a. Keras artinya orang tua merasa berkuasa di rumah tangga sehingga segala
tindakannya terlihat keras, kata-katanya kepada anak-anaknya tajam dan
menyakitkan hati, banyak memerintah, kurang mendengar keluhan atas usulan
anak-anaknya, mengontrol anaknya dengan keras dan kaku.
b. Orang tua yang bersikap terlalu lunak dan tidak berdaya, maksudnya orang tua
yang terlalu memberi kebebasan terhadap anak tanpa norma-norma tertentu yang
harus diikuti oleh mereka. Dalam ha! ini mungkin orang tua terlalu sayang
terhadap anak- anak mereka.
c. Sikap orang tua yang demokratis artinya orang tua yang memberikan kesempatan
kepada setiap anaknya menyatakan pendapat, keluhan kegelisahannya dan
orang tua ditanggapi secara wajar dan dibimbing sepenuhnya. 9
8
Neni Zikri, "Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Sikap Remaja Terhadap
Premarita.Sex", Skrip.vi, (Jakarta : Perpustakaan UTN, 2003 )
9
Sofyan Wilis, Problem Remaja dan Pemecahannya, ( Bandung : Penerbit Angkasa , J 993 ),
Dari pola asuh yng otoriter dapat membentuk anak yang apabila berada
disekitar orang tuanya, ia nampak sangat penurut, namun menjadi agressif bila tidak
ada mereka, anak menjadi Iebih egois dihadapan teman-temannya, pada pola asuh
lainnya yaitu permissit: anak tampak seperti suka mementingkan diri sendiri, suka
mengabaikan orang lain, agressif sehingga tidak mengindahkan peraturan-peraturan
yang berlaku, sedangkan pola asuh demokrasi akan tumbuh kemampuan anak dalam
mengendalikan dirinya, dan si anak umumnya memiliki konsep diri yang positif.
Dalam kenyataannya pola asuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya
seperti yang dijelaskan di atas. Orang tua memiliki kecenderungan dalam mendidik
anak-anaknya dengan pola asuh otoriter, acuh tak acuh dan demokratis. Jadi ada
saatnya orang tua bersikap keras dan lunak tergantung pada situasi dan kondisi yang
dihadapi.
Jarang orang tua yang secara mutlak menerapkan satu pola asuh tertentu saja.
Meskipun demikian, dari berbagai pola asuh tersebut ada salah satu kecenderungan
pola asuh tertentu yang lebih banyak diterapkan misalnya: otoriter, demokratis, acuh
talc acuh ataupun terlalu memanjakan.
4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Asuh
Setiap orang tua baik sadar atau pun tidak sadar , menginginkan ha! yang
terbaik bagi anaknya. Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemilihan tipe
po Ia as uh, yai tu
Menurut Hurlock (1974), orang tua memiliki kecenderungan yang besar
untuk menerapkan pola asuh yang mereka terima dari orang tua mereka pada
anaknya.
b. Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua mempengaruhi pemilihan pola asuh yang diterapkan
anak. Orang tua yang mendapat pendidikan yang baik, cenderung menerapkan pola
asuh yang lebih demokratis ataupun permissif dibandingkan dengan orang tua yang
pendidikanya terbatas . Pendidikan membantu orang tua untuk lebih memahami
kebutuhan anak.
c. Kelas sosial.
Perbedaan dari kelas sosial orang tua mempengaruhi pemilihan pola asuh.
Elder (1963) mengatakan bahwa orang tua dari kelas sosial menengah cenderung
lebih permissif dibandingkan dengan orang tua dari kelas sosial bawah.
d. Konsep tentang peran orang tua
Tiap orang tua memiliki konsep tentang bagaimana seharusnya ia berperan.
Orang tua dengan konsep tradisional cenderung untuk memilih pola asuh yang ketat
dibandingkan orang tua dengan konsep non tradisional.
e. Kepribadian orang tua
Pemilihan pola asuh dipengaruhi oleh kepribadian dari orang tua Selain itu
kepribadian dari orang tua JUga mempengaruhi bagaimana mereka
tertutup dan konservatif cenderung untuk memperlakukan anaknya dengan ketat dan
otoriter.
f Kepribadian anak.
Tidak hanya kepribadian orang tua saja yang mempengaruhi pemilihan
pola asuh, tetapi juga kepribadian anak. Anak yang ekstrovert akan bersikap lebih
terbuka terhadap rangsang-rangsang yang datang padanya dibandingkan dengan anak
yang introvert. Hal ini akan mempengaruhi pemilihan pola asuh yang diberikan
orang tua pada analrnya
g. Faktor nilai yang dianut orang tua
Di Baral tampaknya orang tua menganut paham 'equalitarian' dimana
kedudukan anak sejajar dengan orang tua. Namun di negara timur, nampaknya orang
tua masih Jebih cenderung menghargai kepatuhan.
h. Usiaanak
Tingkah laku dan sikap orang tua dipengaruhi usia anak. Orang tua Iebih
memberikan dukungan dan dapat menerima sikap ketergantungan anak usia
prasekolah dari pada remaja. Banyak ha! yang mempengaruhi pola pengasuhan yang
diterapkan oleh orang tua kepada anaknya, pola pengasuhan yang dipilih oleh orang
tua kepada anak, tentulah merupakan cara yang dianggap paling tepat untuk mencapai
berbeda-beda tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masmg- masing, yang akan
membentuk anak secara khas.10
B. KEPERCAYAAN DIR!
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Istilah kepercayaan diri erat kaitannya dengan konsep diri, jadi sebelum
membahas tentang kepercayaan diri akan dibahas konsep diri terlebih dahulu.
Membahas tentang konsep diri, mengingatkan kita pada cerita fabel tentang
Burung Elang yang dibesarkan dalam lingkungan Ayam. Selama dirinya masih
merasa sebagai Ayam, ia bertindak dan berperilaku seperti ayam. Suatu saat, ia
melihat ada burung yang terbang. Ketika itu sadarlah ia bahwa ia berbeda dengan
ayam di lingkungannya dan ia berusaha terbang kepakkan sayapnya. Ternya1a ia
dapat terbang mengarungi awan melesat jauh keangkasa.11
Cerita itu mengajarkan kepada kita tentang bagaimana konsep diri orang
berpengaruh terhadap tindakan yang ditampilkannya. Bagaimana kita menilai diri kita
dengan diperbandingkan dengan diri orang lain, biasa disebut dengan harga diri atau
rasa percaya diri . Karena itu apa yang kita persepsikan tentang diri kita, seberapa
besar kita mempercayai kemampuan-kemampuan kita, serta seberapa besar kita
memperbandingkan perilaku kita dengan orang lain akan menentukan seberapa besar
pula harga diri kita.
10
Hurlock, Elizabeth B, op.cit. , h. 428
11
Menurut Bambang Sunaryo (2002) konsep diri adalah cam pandang
seseorang terhadap dirinya ; baik dari sisi apa yang dipahami oleh dirinya sendiri,
dari sisi apa yang dipahami oleh orang lain terhadap dirinya dan dari sisi nilai-nilai
idealitas yang dituntut oleh masyarakat secara umum terhadap dirinya.12
Fitts( 1971) mendefinisikan konsep diri sebagai : "The self as seen perceived
and experience by him. This is the perceived self or individuals self concept ".
Sedangkan Rosenberg (1992) menyatakan "self concept is all the thought and
feelings that have reference to self as an object". Dari dua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan persepsi, ide dan sikap individu
tentang keseluruhan aspek yang ada dalam dirinya baik fisik, psikis, maupun sosial.13
Konsep diri terbentuk melalui pengalaman dan melalui tahapan yang berupa
siklus :
Tahap pertama, Kita menggambarkan bahwa kita adalah X
Tahap kedua, Kita membayangkan bagaimana X itu
Tahap ketiga, Kita memilih tingkah laku yang mencerminkan
Tahap keempat, Tingkah laku anda dilihat, diamati dan dipersepsikan orang lain
Tahap kelima, Orang lain berespon terhadap tingkah laku kita
12 Bambang Sunaryo, " Lebih Percaya Diri dalam Berdakwah ", Majalah Ummt, XIV, 4 (
Agustus- September, 2002 ), h.11
13 Fitts, W.H. . Adam, J.L. . Radford, G.. Rich, WC., Thomas, B.K M. murphy, Thompson,
W , The self Concept and Se!f Act11a/izatio11. Monograph III, (Los Angeles, California : Western
Tahap keenam, Kita menerima orang lain yang menerima atau menolak ke X-an kita.14
Sering kali terjadi, kita menjadi diri kita sekarang ini sangat tergantung kepada kata-kata yang sering kita terapkan kepada diri kita sendiri. Bila tanpa kita sadari banyak kualitas diri yang negatif yang kita nyatakan pada diri kita ( Lemah, Bodoh, Malas, tak berdaya, dll ) tanpa kita sadari bila ha! ini tidak kita perangi, maka secara sadar dan tidak sadar, kita membentuk tingkah laku yang sesuai dengan yang kita nyatakan. Karena itu periksa kembali apa yang sering kita nyatakan kepada diri kita, bagaimana pemikiran kita tentang diri kita. Bila kita mampu mengendalikan pemikiran kita, kita pun dapat pula mengendalikan perasaan kita." Pikiran baik adalah sebuah jalan yang lurus , namun bila tidak pernah di lewati, ia akan tertutup oleh tumbuhnya rumput liar dan semak belukar " Karena itu kuasailah pikiran kita dan jangan lupa selalulah berfikir positiftentang sesuatu hal".15
Setiap orang memiliki konsep diri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak bisa kita meniru orang lain dalam segala hal. Kepribadian manusia itu unik, karena dibentuk oleh akumulasi pengalaman hidupnya sendiri. Yang penting adalah bagaimana seseorang memiliki konsep diri yang jelas, seseorang akan mempercayai dirinya sendiri, mampu menilai posisi dan kualitas dirinya, serta dapat menempatkan diri dengan baik. 16
14
Asep Khaerul Gani, Loe. cil.
"Asep Khaerul Gani, Loe.cit
16
Kepercayaan diri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, didefinisikan sebagai suatu kcyakinan atau kcpastian akan kemampuan dan kelebihan seseorang bahwa ia dapat memenuhi harapannya tersebut.17
Sedangkan kcpercayaan diri dalam kamus istilah psikologi adalah kesadaran dan kepercayaan seseorang pada kemampuan sendiri, dan dapat memanfaatkannya secara tepat. 18
Menurut Roger ( 1961 ), kepercayaan diri adalah kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan pcnilaian-penilaian tanpa harus bergantung pada orang lain. Kepercayaan diri juga merupakan keyakinan individu untuk melakukan tindakan
d . b 19
yang rnnggap enar.
Kepercayaan diri adalah penilaian seseorang akan kesanggupan dan keterampilan yang dimilikinya yang menimbulkan ketegasan atau keyakinan untuk bertindak dalam area fungsi yang lebih luas ..
Sebuah definisi yang sangat luas yang disetujui kebanyakan orang adalah:" Orang yang percaya diri ialah orang yang merasa puas dengan dirinya."20
Sesungguhnya ada dua jenis percaya diri yang cukup berbeda : batin dan lahir. Jenis percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita. dalam keadaan baik ; jenis percaya diri lahir
17
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahesa, Kamus besar Bahasa
h1do11esia, ( Jakarta : Depdikbud Balai Pustaka , 1998 )
18
Hasan dkk, Kamus Jsti/ah Psikologi, ( Jakarta : Pusat Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan , 1990 ), h. 46
19
E. Koswara. Motimsi 1'eori dan Pe11elitia1111ya, (Bandung; Angkasa, 1989), cet. Ke-I, h.
221
20
memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan kcpada dunia Juar bahwa kita yakin akan diri kita. Dan karcnajenis percaya diri batin dan percaya diri labir saling mendukung, keduanya membentuk sesuatu yang jauh lebih kuat dan efektif dari pada jumlah bagian-bagiannya.
Orang yang percaya diri batin mampu mempertabaukan kecenderungan alamiah mereka untuk menghargai baik kebutuhan jasmani maupun rohaninya, dan menempatkannya pada pijakan yang setara kepada kebutuhan orang lain. l\/Iereka sangat menyadari kekuatan mereka dan karena itu jauh lebih mampu mengembangkan kemampuan mereka sepenuhnya. Mereka terbiasa menentukan sendiri tujuan yang bisa dicapai ; mereka tidak selalu hams bergantung pada orang lain untuk melakukan kcgialannya. Orang yang percaya diri batin akan tumbuh dengan harapan bahwa hidup itu pada umumnya mcnycnangkan.
Sedangkan orang yang percaya diri lahir mampu berbincang-bincang dengan orang dari segala usia dan segala jenis latar belakang. Mereka juga mampu menyatakan kebutuhan mereka secara langsung dan terns terang. Mereka mampu memilih gaya pakaian dan wama yang paling cocok dengan kepribadian dan kondisi fisik mereka masing-masing. Mereka juga lebih percaya diri karena tidak khawatir akan le pas kendal i.
bicara didepan umum, tidak berani berkenalan dengan lawan jenis , tidak berani menyeberang jalan sendiri.
Disamping itu, kepercayaan diri juga sering dikaitkan dengan anggapan-anggapan bahwa yang bersangkutan kurang hebat, atau memiliki cacat-cacat tertentu. Misal orang mengatakan tidi\k percaya diri karena wajah penuhjerawat, bau badan.,
bau mulut, rambut penuh ketombe dan lain sebagainya.
Dilihat dari uraian di atas, goyahnya kepercayaan diri umurnnya bersumber pada anggapan-anggapan tertentu tentang diri yang menyebabkan kurangnya keberanian untuk bertindak maupun kurangnya penghargaan pada kehebatan-kehebatan diri.
セ@ Shrauger ( 1995), mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah anggapan orang tentang kompetensi dan keterampilan yang dimilikinya serta kesanggupannya untuk menangani berbagai macam situasi.21 Walaupun Shrauger dalam definisinya hanya mencanturnkan kesanggupan dan keterampilan namun dalam alat ukur yang dibuatnya, ia j uga mempersoalkan adanya anggapan-anggapan yang lebih berhubungan dengan kondisi yang bukan kesanggupan atau keterampilan, misalnya penampilan.
1 Dengan demikian kepercayan diri adalah suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek -kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
21
Evie Mahrita," Perkembangan lnventori kepercayaan did '',Skripsi,
2. Karakteristik Kepercayaan Diri
Ciri- ciri orang yang pcrcaya diri menurut Thursan Hakim ( 2002 ): a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi d. Mampu menyesuai kan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya f. Memiliki kecerdasan yang cukup
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
h. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing
1. Memiliki kemampuan bersosialisasi
J. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik
k Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup
L Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah , misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah, dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Dengan sikap ini, adanya masalah hidup yang berat justru semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang. 22
22
Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul
dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang tidak
menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan.
Orang yang kurang percaya diri akan eenderung sedapat mungkin menghindari situasi
komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam
diskusi, ia akan-lebih ban yak diam. Dal am pidato ia berbicara terpatah-patah. 23
Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal dengan communication
apprehension. Orang yang apprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dalam
pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara bila
terdesak saja. Bila kemudian ia terpaksa berbicara, sering pembicaraannya tidak
relevan, sebab berbicara yang rclevan tentu akan mengundang reaksi orang lain, dan
ia akan ditw1tut berbicara lagi. Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa I
0-20% mahasiswa Amerika menderita apprehensi komunikasi (Hunt, Scott, Mc
croskey, 1978:148). Kita tidak mengetahui berapa persen mahasiswa seperti itu
di
Indonesia. Penelitian lain menerangkan bahwa orang-orang yang apprehensif dalam
komunikasi, cenderung dianggap tidak menarik oleh orang lain, kurang kredibel, dan
sangat jarang menduduki jabatan pemimpin. Pada pekerjaan mereka cenderung malas
; karena itu, cenderung gaga! secara akademis.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998), orang yang percaya diri, tidak akan
mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada orang-orang
23
Jalaluddin Rahmat. Psikologi Ko1111111ikasi, ( Bandung : PT . Remaja Rosda Karya , 1998 ),
yang dihormatinya, mampu berbicara di depan umum, atau tidak ragu-ragu
menuliskan pcmikirannya dalam media massa.24
Cosini (1993) mcnerangkan berbagai karakter orang yang percaya diri
menjadi ciri utama sebagai berikut :
a. Toleran
b. Tidak memerlukan dukungan orang lain
c. Optimis
d. Tidak ragu-ragu
e. Krcatif
f. Yakin tehadap kemampuan sendiri
g. Berani menghadapi tantangan
h. Mempunyai inisiatif sendiri25
Lindenfield ( 1997) membagi percaya diri menjadi 2 bagian, percaya diri
Lahir dan batin. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Cinta diri
Orang yang percaya diri mencintai diri mereka, dan cinta diri ini bukanlah
sesuatu yang dirahasiakan. Jelaslah bagi orang luar bahwa mereka perduli tentang diri
mereka karena perilaku dan gaya hidup mereka adalah untuk memelihara diri.
b. Pemahaman Diri
24 Ibid.
Orang dengan percaya diri batin sangat sadar diri. Mereka tidak terus
menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan,
fikiran, dan perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana pendapat orang
lain tentang diri mereka.
c. Tujuan Yang Jelas
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. lni disebabkan karena
mereka punya pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan tertentu dan
mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan.
d. Berfikir Positif
Orang yang percaya diri biasanya teman yang menyenangkan, salah satu
sebabnya ialaJ1 karena rnereka bisa, melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan
mereka mengharapkan serla mencari pengalaman dan hasil yang bagus.
e. Komunikasi
Dengan memiliki dasar yang baik dalam bidang keterampi!an
berkomunikasi, anak-anak akan dapat mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang
dan penuh perhatian.
f. Ketegasan
Kalau kita bisa mengajarkan sikap tegas kepada anak-anak kita, jarang
sekali mereka akan berlaku agressif dan pasif demi mendapatkan keberhasilan dalam
g. Penampilan Diri
Karena ini akan mengajarkan pada anak betapa pentingnya tampil dengan
orang yang percaya diri.
h. Pengendalian Perasaan
Kalau perasaan tidak dikelola dengan baik, maka bisa membentuk suatu
kekuatan besar yang tidak terduga, kadang-kadang menyenangkan dan menarik untuk
membiarkan hati memerintah pikiran, tetapi pada umumnya dalam hidup sehari-hari
kita perlu mengendalikan perasaan kita. 26
Karakteristik orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi menurut
Asep khaerul Gani ( 1998) :
a. Menggunakan cara yang orisinil dalam mengemukakan pendapat
b. Mampu menemukan kata yang tepat serta menentukan sebutan, nama,
julukan orang lain.
c. Kecenderungan untuk membicarakan dirinya sangat jarang
d. Mudah berbicara dengan orang lain dan berpandangan luas
e. Mampu menerima penghargaan keluhan atau makian dengan baik
f Mampu mengambil resiko dalam sebuah tugas atau proyek
g. Tidak membuang waktu hanya untuk mencari cara yang terbaik demi
menghindari teguran ataupun cemoohan
h. Nada penuh percaya diri mampu menyatakan " saya tidak tahu " atau "
sayalah yzmg bersalah "
26 Gael Lindenfield. Mendidik Anak Agar Percaya Diri,
I. Kemampuan untuk berempati kepada orang lain
J. Kemampuan unluk bersikap optimis dalam kompetisi k. Keinginan untuk mencoba cara atau permainan barn
I. Kemampuan masuk kedalam sebuah diskusi dengan modal hanya sebuah pertanyaan
m. Menghindari dogmatisme rendah
n. Kecenderungan untuk bias dan rancu melihat orang sebagai stereotype.
3. Perkembangan Kepercayaan Diri
Untuk menjadi manusia yang jcnius, seorang anak mungkin membutuhkan bakat IQ yang tinggi. Tapi untuk mcmiliki percaya diri yang baik, seorang anak perlu mengawalinya deJ\gan memiliki konsep diri dengan benar.
dirinya sendiri, mampu menilai posisi dan kualitas dirinya, serta dapat menempatkan
diri dengan baik. 27
Pada dasamya, konsep diri manusia berkembang dan berubah seiring dengan
pertambahan usia, pengalaman hidupnya dan pemahaman nilai idealitasnya. Orang
yang ketinggalan dan tidak berkembang adalah orang yang tidak mau berubah.
Prosesnya dapat dilakukan melalui perubahan sisi kognitif (pengetahuan) dengan
mempelajari "al haq" yang dilanjutkan dengan upaya penghayatan. Pada fase
penghayatan ini, ses<:orang dapat m<:lakukan introspcksi (muhassabah) untuk menilai
posisi diri. Selanjutnya adalah perubahan sikap. Sikapnya positif maka ia berubah.
Orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal :
a. Ia yakin akan kcmampuannya mengatasi masalah
b. la merasa sctara dengan orang lain
c. la mencrima pujian tanpa rasa malu
d. la menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang scluruhnya tidak disetujui masyarakat.
e. Ia mampu mempcrbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mcrubahnya. 28
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada akhir masa kanak-kanak :
a. Kondisi Fisik
27
Ba1nbang Socnaryo, OJJ.cil .• h.1 l
28
Kesehatan yang buruk dan cacat-cacat fisik menghalangi anak untuk bennain
dengan teman-teman dan menyebabkan anak merasa rendah diri dan terbelakang.
b. Bentuk Tubuh
u Anak yang terlalu gemuk atau terlalu kurus menurut usianya tidak
mampu mengikuti teman-temannya sehingga mengakibatkan perasaan rendah diri.
c. Narna dan J ulukan
Nama yang mengakibatkan cemoohan atau julukan yang diambil dari
kelucuan fisik dan sifat kepribadian dapat menimbulkan rendah diri.
d. Lingkungan Sekolah
Penyesuaian diri yang baik didukung oleh guru yang kompeten dan yang
penuh pengcrtian. Sedangkan guru yang menerupkan disiplin yang dianggap tidak
adil oleh anak alau yang menentang anak akan mcmberi pengaruh yang berbeda.
e. Dukungan Sosial
Dukungan atau kurangnya dukungan dari teman-teman mempengaruhi
kepribadian anak melalui konsep diri yang terbentuk. Yang paling terpengaruh adalah
anak yang sangat populer dan anak yang terkucil
f Keberhasilan dan Kegagalan
Berhasil menyelesaikan tugas-tugas memberikan rasa percaya diri dan
menerima diri sendiri, sedangkan kegagalan menyebabkan timbulnya perasaan
kurang mampu. Kegagalan yang berulang-ulang menimbulkan akibat yang merusak
g. Seks
Anak perempuan menyadari bahwa peran seks yang harus dijalankan lebih
rendah daripada peran laki-laki, dan kesadaran ini menyebabkan menurunnya
penilaian diri.
h. Inteligensi
Tnteligensi yang sangat berbeda dari yang normal akan memberikan pengaruh
yang buruk kepada kepribadian .
1. Status Sosial Ekonomi
Kalau anak merasa bahwa status sosial ekonominya lebih rendah dari
teman-teman sebaya, ia cenderung merasa rendah diri.29
Berikut adalah konsep diri pada masa kanak-kanak akhir :
Pada masa kanak-kanak akhir (6-13 th pada wanita, 6-14 th pada pria),
hubungan lingkungan mulai meluas. Namun, hubungan keluarga masih tetap sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Anak mulai mengembangkan konsep
diri ideal. Mulanya konsep diri ideal mengikuti pola yang digariskan orang tua, guru
dan orang lain di lingkungannya. Kenrndian dengan meluasnya cakrawala, ia mulai
mengikuti pola-pola atau tokoh-tokoh yang dibaca dan didengar.
Pada masa ini anak mulai bergaul dengan teman-teman sebayanya apabila ia
tidak diterima oleh teman-temannya sebagaimana diharapkan, maka anak sering
menjadi tidak puas terhadap diri sendiri dan iri terhadap anak yang populer. Hal ini
dapat mengakibatkan kebiasaan menarik diri, dan sifat sensitif berlebihan.
29E!izabeth B. Hurlock.
Dukungan sosial dengan teman-teman sebaya dalam Iingkungan keluarga
sangat berpengarnh terhadap kepribadian anak. Apabila dukungan kurang, anak akan
mengembangkan sikap negatif. Sebaliknya apabila dukungan cukup, maka ha! ini
akan mengembangkan kepribadian positif seperti percaya diri, dan mudah bergaul.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Middlebrook ( 1993) mengatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri yaitu :
a. Pola Asuh
Didikan dan asuhan yang diberikan oleh orang tua kepada anak di dalam
keluarga merupakan faktor utama yang besar pengaruhnya bagi perkembangan anak
dimasa mendatang.
b. Jenis Kelamin
Berkaitan dengan peran jenis kelamin, yang disandangkan oleh budaya
terhadap kaum pria atau perempuan memi!iki efek tersendiri . pada pola
pengembangan kepercayaan diri.
c. Pendidikan
Pendidikan seringkali dijadikan tolak ukur dalam menilai keberhasilan
seseorang, ini berarti semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka semakin
d. Penampilan Fisik
Hampir menjadi anggapan umum, orang yang memiliki penampilan fisik baik
dianggap memiliki watak dan sifat-sifat baik. Mereka dianggap cakap, berbudi dan
berkepribadian. Sebenarnya tidak ada hubungan langsung antara penampilan fisik
dengan watak dan sifat-sifatnya. 30
5. Masalah Tidak Percaya Diri Pada Anak-Anak
a. Anak terlalu mudah menangis
Banyak masalah kecil yang menyebabkan anak menangis. Hal ini
mencerminkan kualitas orang tua pada umumnya di dalam mendidik anak. Dan hal
ini mencerminkan adanya gejala rasa kurang percaya diri anak dalam bentuk kurang
merasa aman.
b. Anak mudah takut
Gejala mudah takut pada anak bisa dilihat ketika ia dihadapkan pada berbagai
situasi. Ketakutan terhadap berbagai objek mungkin disebabkan anak sering
ditakut-takuti.
c. Anak tidak berani kesekolah sendiri
Gejala ini bisanya dialami oleh anak usia taman kanak-kanak, terkadang
sampai usia sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena oarng tua sering bersikap terlalu
melindungi.
d. Anak cenderung enggan menghadapi kesulitan
30 Evie Mahrita セlッ・N」ゥエ@
Gejala ini akan terlihat ketika anak menghadapi suatu hal dengan tingkat kesulitan yang tinggi, khususnya di dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan sekolahnya.
e. Anak tidak bisa membuat pekerjaan rumah tanpa dibantu
Anak merasakan pekerjaan rumah sebagai satu beban yang menyusahkan dan membuatnya tidak percaya diri untuk bisa mengerjakannya sendiri dengan mudah.
f. Anak selalu minta dilayani
Gejala tidak percaya diri juga banyak terjadi adalah anak selalu minta dilayani di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang seharusnya dilakukan sendiri. g. Anak merasakan ー・ォ・セェ。。ョ@ sekolahnya sebagai beban
Anak yang tidak percaya diri akan merasakannya sebagai beban yang menyusahkan dan membuatnya kurng yakin untuk bisa menghadapi ..
h. Anak takut menghadapi temannya yang nakal
Karena hal-hal te1ientu yang tidak jelas, anak memperlihatkan gejala tidak percaya diri dalam bentuk kurang memiliki rasa aman.
1. Anak takut menghadapi guru
J. Anak tidak berani tampil di depan kelas
Ketidakberanian anak untuk tampil di depan kelas merupakan salah satu bentuk gejala adanya rasa tidak percaya diri. Hal ini karena anak kurang dididik untuk berani mengekspresikan isi hatinya.
k. Anak tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat
Gejala ini merupakan gejala umum, dalam arti, sebagian besar murid mengalaminya. Hal ini bisa terjadi pada keluarga dengan pola pendidikan otoriter. I. Anak mudah takut menghadapi orang yang lebih tua
Salah satu gejala yang juga bisa mencerminkan kurangnya rasa
0
tidak percaya diri bisa dilihat dari ketidakberanian anak untuk menghadapi anak yang lebih tua.
m. Anak tidak berani tidur sendiri
Masalah yang cukup serius akan terjadi jika pada usia tertentu saat seharusnya anak sudah harus berani tidur sendirian, tetapi ia selalu menangis untuk ditemani setiap kali hendak tidur.
n. Anak tidak berani berada di tempat gelap
Gejala terscbut merupakan salah satu bentuk gejala tidak percaya diri yang JUga merupakan gangguan mental yang bisa berkembang menjadi fobia sampai
dewasa.
Sikap tersebut biasanya bukan disebabkan masalah yang dihadapinya sulit,
tetapi lebih sering karena adanya rasa tidak percaya diri bahwa ia akan mampu
mengatasinya.
p. Anak menjadi gagap ketika berbicara
Hal ini terlihat pada anak yang tidak memiliki kelainan pada alat-alat
bicaranya tapi memperlihatkan gejala gagap ketika berbicara.
q. Anak sering mengisolasi diri
Gejala mengisolasi diri atau sebaliknya diisolasi oleh teman-temannya sering
dialami oleh anak-anak tertentu di dalam lingkungan sekolah.
r. Anak cenderung tidak punya inisiatif
Kurangnya inisiatif anak di dalam melakukan sesuatu yang baik sering
terlihat, terutama di lingkungan sekolah pada saat berlangsungnya proses belajar
mengajar di sekolah
s. Anak cenderung mundur dalam menghadapi tantangan
Hanya orang-orang dengan rasa percaya diri yang baik sajalah yang akan bisa
menghadapi tantangan.
6. Pengaruh Kondi